Dokumen ini membahas tentang definisi, klasifikasi, epidemiologi, etiologi, diagnosis, dan tatalaksana bayi berat lahir rendah (BBLR). BBLR didefinisikan sebagai bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram. Prevalensi BBLR diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia, dengan faktor penyebab utama seperti umur kehamilan prematur, komplikasi kehamilan ibu, dan faktor lingkungan yang tidak se
2. Definisi
BBLR adalah neonatus dengan berat badan lahir
pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram (sampai
2499 gram) tanpa memandang masa kehamilan.
Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1
jam setelah lahir.
Berat badan lahir rendah (BBLR) terdapat 2
penyebab kelahiran bayi dengan berat badan kurang
dari 2500 gram, yaitu karena umur kehamilan
kurang dari 37 minggu, berat badan lebih rendah
dari semestinya, sekalipun umur kehamilan cukup
atau kombinasi keduanya
3. Menurut (Saifuddin dkk, 2000) berkaitan dengan
penanganan dan harapan hidupnya bayi berat lahir
rendah dibedakan menjadi :
1. Bayi berat lahir rendah (BBLR), berat lahir 1500-
2500 gram
2. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), berat
lahir <1500>
3. Bayi baru lahir ekstrem rendah (BBLER), berat
lahir <1000>
4. Epidemiologi
Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan
15% dari seluruh kelahiran di dunia dengan
batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara-
negara berkembang atau sosio-ekonomi rendah.
Secara statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR
didapatkan di negara berkembang dan angka
kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi
dengan berat lahir lebih dari 2500 gram.
BBLR termasuk faktor utama dalam
peningkatan mortalitas, morbiditas dan disabilitas
neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak
jangka panjang terhadap kehidupannya dimasa depan.
5. Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi
antara satu daerah dengan daerah lain, yaitu
berkisar antara 9%-30%, hasil studi di 7 daerah
multicenter diperoleh angka BBLR dengan rentang
2.1%-17,2 %. Secara nasional berdasarkan analisa
lanjut SDKI, angka BBLR sekitar 7,5 %. Angka ini
lebih besar dari target BBLR yang ditetapkan pada
sasaran program perbaikan gizi menuju Indonesia
Sehat 2010 yakni maksimal 7%.
6. Etiologi
1. Faktor ibu
a. Penyakit, Seperti malaria, anaemia, sipilis, infeksi
TORCH, dan lain-lain
b. Komplikasi pada kehamilan. Komplikasi yang tejadi
pada kehamilan ibu seperti perdarahan antepartum, pre-
eklamsia berat, eklamsia, dan kelahiran preterm.
c. Usia Ibu dan paritas Angka kejadian BBLR tertinggi
ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu
dengan usia
d. Faktor kebiasaan ibu Faktor kebiasaan ibu juga
berpengaruh seperti ibu perokok, ibu pecandu alkohol
dan ibu pengguna narkotika
7. 2. Faktor Janin
Prematur, hidramion, kehamilan kembar/ganda
(gemeli), kelainan kromosom.
3. Faktor Lingkungan
Yang dapat berpengaruh antara lain; tempat tinggal
di daratan tinggi, radiasi, sosio-ekonomi dan
paparan zat-zat racun .
8. Diagnosis
1. Anamnesis
Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamesis
untuk menegakkan mencari etiologi dan faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap terjadinya BBLR :
a. Umur ibu
b. Riwayat hari pertama haid terakir
c. Riwayat persalinan sebelumnya
d. Paritas, jarak kelahiran sebelumnya
e. Kenaikan berat badan selama hamil
f. Aktivitas
g. Penyakit yang diderita selama hamil
h. Obat-obatan yang diminum selama hamil
9. 2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik Yang dapat
dijumpai saat pemeriksaan fisik pada bayi
BBLR antara lain :
a. Berat badan 1500-2500 gram
b. Tanda-tanda prematuritas (pada bayi kurang
bulan)
c. Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi
kecil untuk masa kehamilan).
10. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan skor ballard
b. Tes kocok (shake test), dianjur untuk bayi kurang
bulan
c. Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia
fasilitas diperiksa kadar elektrolit dan analisa gas darah.
d. Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi
baru lahir dengan umur kehamilan kurang bulan dimulai
pada umur 8 jam atau didapat/diperkirakan akan terjadi
sindrom gawat nafas.
e. USG kepala terutama pada bayi dengan umur
kehamilan kurang.
11. Tatalaksana
1.Medikamentosa Pemberian vitamin K1
Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atau Per oral 2
mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian
(saat lahir, umur 3-10 hari, dan umur 4-6 minggu)
2. Non Medikamentosa
a. Pemberian ASI ekslusif yang cukup
b. Menjaga lingkugan yang baik