Pengertian : gardu distribusi adalah bagian peralatan listrik yang menerima daya listrik dari tegangan primer dan mengubah menjadi tegangan sekunder yang langsung di salurkan ke konsumen.
Fungsi : Gardu distribusi peralatan yang berfungsi untuk menurunkan tegangan primer menjadi tegangan sekunder/pelayanan.
Dokumen tersebut membahas perencanaan sistem pembangkit listrik tenaga surya untuk penerangan jalan umum (PJU), mencakup komponen pembangkit seperti panel surya, baterai, dan solar charge controller; komponen beban berupa lampu LED; serta perhitungan kapasitas baterai yang dibutuhkan berdasarkan energi yang dikonsumsi lampu.
Sistem tenaga listrik terdiri dari tiga komponen utama yaitu sistem pembangkit, transmisi, dan distribusi. Sistem pembangkit membangkitkan energi listrik dari sumber daya alam, sistem transmisi menyalurkan energi listrik dari pembangkit ke pusat beban, sedangkan sistem distribusi mendistribusikan energi ke konsumen.
Dokumen tersebut membahas tentang jaringan distribusi tegangan rendah, termasuk penjelasan tentang apa itu jaringan distribusi tegangan rendah, tinggi saluran tegangan rendah, saluran tegangan rendah, sambungan pelayanan, gangguan pada saluran udara tegangan rendah, dan pengaman terhadap tegangan sentuh."
Dokumen tersebut membahas tentang sistem pentanahan pada sistem listrik, termasuk definisi, tujuan, jenis-jenis sistem pentanahan titik netral dan pentanahan peralatan, serta faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya tahanan pentanahan."
Pengertian : gardu distribusi adalah bagian peralatan listrik yang menerima daya listrik dari tegangan primer dan mengubah menjadi tegangan sekunder yang langsung di salurkan ke konsumen.
Fungsi : Gardu distribusi peralatan yang berfungsi untuk menurunkan tegangan primer menjadi tegangan sekunder/pelayanan.
Dokumen tersebut membahas perencanaan sistem pembangkit listrik tenaga surya untuk penerangan jalan umum (PJU), mencakup komponen pembangkit seperti panel surya, baterai, dan solar charge controller; komponen beban berupa lampu LED; serta perhitungan kapasitas baterai yang dibutuhkan berdasarkan energi yang dikonsumsi lampu.
Sistem tenaga listrik terdiri dari tiga komponen utama yaitu sistem pembangkit, transmisi, dan distribusi. Sistem pembangkit membangkitkan energi listrik dari sumber daya alam, sistem transmisi menyalurkan energi listrik dari pembangkit ke pusat beban, sedangkan sistem distribusi mendistribusikan energi ke konsumen.
Dokumen tersebut membahas tentang jaringan distribusi tegangan rendah, termasuk penjelasan tentang apa itu jaringan distribusi tegangan rendah, tinggi saluran tegangan rendah, saluran tegangan rendah, sambungan pelayanan, gangguan pada saluran udara tegangan rendah, dan pengaman terhadap tegangan sentuh."
Dokumen tersebut membahas tentang sistem pentanahan pada sistem listrik, termasuk definisi, tujuan, jenis-jenis sistem pentanahan titik netral dan pentanahan peralatan, serta faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya tahanan pentanahan."
Menghindari ataupun untuk mengurangi kerusakan peralatan-peralatan akibat gangguan (kondisi abnormal operasi sistem). Semakin cepat reaksi perangkat proteksi yang digunakan maka akan semakin sedikit pengaruh gangguan kepada kemungkinan kerusakan alat.cepat melokalisir luas daerah yang mengalami gangguan, menjaAdi sekecil mungkin.dapat memberikan pelayanan listrik dengan keandalan yang tinggi kepada konsumen dan juga mutu listrik yang baik, mengamankan manusia terhadap bahaya yang ditimbulkan oleh listrik
Analisa sistem tenaga(sistem per unit)-1Faizin Pass
Dokumen tersebut membahas tentang sistem per-unit dalam teknik listrik daya. Sistem ini menyatakan nilai-nilai tegangan, arus, daya dan impedansi dalam bentuk persen dari nilai dasar yang telah ditetapkan. Nilai dasar yang digunakan adalah tegangan nominal dan daya kompleks nominal. Contoh soal mengenai perhitungan arus menggunakan sistem per-unit pada lampu yang diberikan tegangan nominal 120 volt dan daya 500 watt juga dijel
Dokumen tersebut membahas tentang penyearah satu fasa tidak terkontrol, termasuk penyearah setengah gelombang dan gelombang penuh dengan berbagai jenis beban seperti resistif, induktif, dan kapasitif. Dokumen ini juga membandingkan kelebihan dan kekurangan penyearah gelombang penuh satu fasa dibandingkan jenis penyearah lainnya.
Proteksi sistem tenaga listrik adalah sistem proteksi yang dipasang pada peralatan-peralatan listrik, misalnya generator, transformator, jaringan dan lain-lain, terhadap kondisi abnormal operasi sistem itu sendiri. Kondisi abnormal itu dapat berupa antara lain: hubung singkat, tegangan lebih, beban lebih, frekuensi sistem rendah, asinkron dan lain-lain
Dokumen tersebut membahas tentang jaringan distribusi tegangan rendah yang meliputi pengertian, radius operasi, fungsi, konstruksi, komponen utama, tiang listrik, penghantar, dan ketentuan-ketentuan pemasangan jaringan tegangan rendah."
Pengertian umum Gardu Distribusi tenaga listrik yang paling dikenal adalah suatu bangunan gardu listrik berisi atau terdiri dari instalasi Perlengkapan Hubung Bagi Tegangan Menengah (PHB-TM), Transformator Distribusi (TD) dan Perlengkapan Hubung Bagi Tegangan Rendah (PHB-TR) untuk memasok kebutuhan tenaga listrik bagi para pelanggan baik dengan Tegangan Menengah (TM 20 kV) maupun Tegangan Rendah (TR 220/380V)
Dokumen tersebut membahas tentang jaringan distribusi tenaga listrik, termasuk pengertian, klasifikasi, dan komponen jaringan distribusi. Jaringan distribusi merupakan jaringan yang menghubungkan sumber daya listrik besar dengan konsumen, dan terdiri atas jaringan distribusi primer dan sekunder dengan tegangan yang berbeda. Dokumen ini juga membahas tentang berbagai faktor yang mempengaruhi perencanaan jaringan distribusi.
Pada prinsipnya penempatan gardu induk memiliki kriteria tertentu dimana hal penempatan ini berdasarkan kebutuhan (demand) beban yang semakin meningkat, mendekati bahkan melebihi kemampuan Gardu Induk yang ada
Proteksi sistem tenaga listrik adalah sistem proteksi yang dipasang pada peralatan-peralatan listrik suatu sistem tenaga listrik, misalnya generator, transformator, jaringan dan lain-lain, terhadap kondisi abnormal operasi sistem itu sendiri. Kondisi abnormal itu dapat berupa antara lain: hubung singkat, tegangan lebih, beban lebih, frekuensi sistem rendah, asinkron dan lain-lain.
Kuliah 3 Dasar Sistem Tenaga Listrik ( Sistem Transmisi dan Distribusi )Fathan Hakim
Sistem transmisi dan distribusi tenaga listrik dapat dikelompokkan berdasarkan parameter teknis seperti arus, tegangan, jarak, dan konstruksi, serta dilengkapi peralatan pengamanan untuk mendistribusikan tenaga dari pusat pembangkit ke konsumen dengan aman.
Dokumen tersebut merupakan buku pedoman pemeliharaan lightning arrester (LA) yang mencakup: (1) penjelasan tentang teknologi, klasifikasi, dan konstruksi LA, (2) pedoman pemeliharaan LA meliputi inspeksi level-1 hingga level-3, (3) evaluasi dan rekomendasi hasil pemeliharaan LA.
Dokumen tersebut memberikan penjelasan mengenai konsep dasar, komponen utama, konstruksi, instalasi, dan gambar monogram dari gardu distribusi. Secara singkat, gardu distribusi adalah bangunan yang berisi peralatan untuk menyalurkan listrik tegangan menengah dan rendah ke pelanggan, terdiri atas transformator, peralatan hubung dan proteksi, serta dirancang berdasarkan optimalisasi biaya.
Jaringan tegangan menengah atau sering disebut jaringan distribusi primer merupakan bagian dari sistem tenaga listrik antar gardu induk dan gardu distribusi. Pada jaringan distribusi primer umumnya terdiri dari jaringan tiga - fasa dengan menggunakan tiga atau empat kawat sebagai penghantar.
Jaringan Tegangan Rendah merupakan bagian hilir dari suatu sistem tenaga listrik pada tegangan distribusi dibawah 1000 Volt, yang langsung memasok kebutuhan listrik tegangan rendah ke konsumen. Melalui jaringan distribusi ini disalurkan tenaga listrik kepada para pemanfaat / pelanggan listrik. Jaringan Tegangan Rendah berfungsi untuk menyalurkan tenaga listrik dari gardu distribusi ke konsumen tegangan rendah. Tegangan rendah yang digunakan PT.PLN adalah 127/220V dan 220/380V. Pada umumnya radius pelayanan berkisar 350 meter. Di Indonesia (PLN) susut tegangan di izinkan ±5% - 10% dari tegangan operasi.
Sistem proteksi generator terdiri dari berbagai jenis relay seperti differential relay, overcurrent relay, undervoltage relay, dan overspeed relay yang berfungsi untuk mendeteksi gangguan seperti hubung singkat, tegangan kurang, tegangan lebih, dan kecepatan berlebih guna melindungi generator.
Proteksi Tenaga Listrik merupakan alat pemutus dan penyambung pada suatu rangkaian sehingga jika pada rangkaian mengalami suatu gangguan maka alat yang digunakan untuk memutuskan dan menghubungkan dari suatu rangkaian dalam kadaan berbeban disebut pemutus tenaga (PMT) atau Circuit Breaker/CB.
Dimana alat tersebut dilengkapi dengan alat pemadam busur api sedangkan untuk memisahkan dari rangakain tanpa beban digunakan saklar pemisah beban atau Disconnecting switch (DS). Dimana alat ini hanya digunakan jika CB pemutus tenaga telah terbuka untuk memisahkan rangkaian
Menghindari ataupun untuk mengurangi kerusakan peralatan-peralatan akibat gangguan (kondisi abnormal operasi sistem). Semakin cepat reaksi perangkat proteksi yang digunakan maka akan semakin sedikit pengaruh gangguan kepada kemungkinan kerusakan alat.cepat melokalisir luas daerah yang mengalami gangguan, menjaAdi sekecil mungkin.dapat memberikan pelayanan listrik dengan keandalan yang tinggi kepada konsumen dan juga mutu listrik yang baik, mengamankan manusia terhadap bahaya yang ditimbulkan oleh listrik
Analisa sistem tenaga(sistem per unit)-1Faizin Pass
Dokumen tersebut membahas tentang sistem per-unit dalam teknik listrik daya. Sistem ini menyatakan nilai-nilai tegangan, arus, daya dan impedansi dalam bentuk persen dari nilai dasar yang telah ditetapkan. Nilai dasar yang digunakan adalah tegangan nominal dan daya kompleks nominal. Contoh soal mengenai perhitungan arus menggunakan sistem per-unit pada lampu yang diberikan tegangan nominal 120 volt dan daya 500 watt juga dijel
Dokumen tersebut membahas tentang penyearah satu fasa tidak terkontrol, termasuk penyearah setengah gelombang dan gelombang penuh dengan berbagai jenis beban seperti resistif, induktif, dan kapasitif. Dokumen ini juga membandingkan kelebihan dan kekurangan penyearah gelombang penuh satu fasa dibandingkan jenis penyearah lainnya.
Proteksi sistem tenaga listrik adalah sistem proteksi yang dipasang pada peralatan-peralatan listrik, misalnya generator, transformator, jaringan dan lain-lain, terhadap kondisi abnormal operasi sistem itu sendiri. Kondisi abnormal itu dapat berupa antara lain: hubung singkat, tegangan lebih, beban lebih, frekuensi sistem rendah, asinkron dan lain-lain
Dokumen tersebut membahas tentang jaringan distribusi tegangan rendah yang meliputi pengertian, radius operasi, fungsi, konstruksi, komponen utama, tiang listrik, penghantar, dan ketentuan-ketentuan pemasangan jaringan tegangan rendah."
Pengertian umum Gardu Distribusi tenaga listrik yang paling dikenal adalah suatu bangunan gardu listrik berisi atau terdiri dari instalasi Perlengkapan Hubung Bagi Tegangan Menengah (PHB-TM), Transformator Distribusi (TD) dan Perlengkapan Hubung Bagi Tegangan Rendah (PHB-TR) untuk memasok kebutuhan tenaga listrik bagi para pelanggan baik dengan Tegangan Menengah (TM 20 kV) maupun Tegangan Rendah (TR 220/380V)
Dokumen tersebut membahas tentang jaringan distribusi tenaga listrik, termasuk pengertian, klasifikasi, dan komponen jaringan distribusi. Jaringan distribusi merupakan jaringan yang menghubungkan sumber daya listrik besar dengan konsumen, dan terdiri atas jaringan distribusi primer dan sekunder dengan tegangan yang berbeda. Dokumen ini juga membahas tentang berbagai faktor yang mempengaruhi perencanaan jaringan distribusi.
Pada prinsipnya penempatan gardu induk memiliki kriteria tertentu dimana hal penempatan ini berdasarkan kebutuhan (demand) beban yang semakin meningkat, mendekati bahkan melebihi kemampuan Gardu Induk yang ada
Proteksi sistem tenaga listrik adalah sistem proteksi yang dipasang pada peralatan-peralatan listrik suatu sistem tenaga listrik, misalnya generator, transformator, jaringan dan lain-lain, terhadap kondisi abnormal operasi sistem itu sendiri. Kondisi abnormal itu dapat berupa antara lain: hubung singkat, tegangan lebih, beban lebih, frekuensi sistem rendah, asinkron dan lain-lain.
Kuliah 3 Dasar Sistem Tenaga Listrik ( Sistem Transmisi dan Distribusi )Fathan Hakim
Sistem transmisi dan distribusi tenaga listrik dapat dikelompokkan berdasarkan parameter teknis seperti arus, tegangan, jarak, dan konstruksi, serta dilengkapi peralatan pengamanan untuk mendistribusikan tenaga dari pusat pembangkit ke konsumen dengan aman.
Dokumen tersebut merupakan buku pedoman pemeliharaan lightning arrester (LA) yang mencakup: (1) penjelasan tentang teknologi, klasifikasi, dan konstruksi LA, (2) pedoman pemeliharaan LA meliputi inspeksi level-1 hingga level-3, (3) evaluasi dan rekomendasi hasil pemeliharaan LA.
Dokumen tersebut memberikan penjelasan mengenai konsep dasar, komponen utama, konstruksi, instalasi, dan gambar monogram dari gardu distribusi. Secara singkat, gardu distribusi adalah bangunan yang berisi peralatan untuk menyalurkan listrik tegangan menengah dan rendah ke pelanggan, terdiri atas transformator, peralatan hubung dan proteksi, serta dirancang berdasarkan optimalisasi biaya.
Jaringan tegangan menengah atau sering disebut jaringan distribusi primer merupakan bagian dari sistem tenaga listrik antar gardu induk dan gardu distribusi. Pada jaringan distribusi primer umumnya terdiri dari jaringan tiga - fasa dengan menggunakan tiga atau empat kawat sebagai penghantar.
Jaringan Tegangan Rendah merupakan bagian hilir dari suatu sistem tenaga listrik pada tegangan distribusi dibawah 1000 Volt, yang langsung memasok kebutuhan listrik tegangan rendah ke konsumen. Melalui jaringan distribusi ini disalurkan tenaga listrik kepada para pemanfaat / pelanggan listrik. Jaringan Tegangan Rendah berfungsi untuk menyalurkan tenaga listrik dari gardu distribusi ke konsumen tegangan rendah. Tegangan rendah yang digunakan PT.PLN adalah 127/220V dan 220/380V. Pada umumnya radius pelayanan berkisar 350 meter. Di Indonesia (PLN) susut tegangan di izinkan ±5% - 10% dari tegangan operasi.
Sistem proteksi generator terdiri dari berbagai jenis relay seperti differential relay, overcurrent relay, undervoltage relay, dan overspeed relay yang berfungsi untuk mendeteksi gangguan seperti hubung singkat, tegangan kurang, tegangan lebih, dan kecepatan berlebih guna melindungi generator.
Proteksi Tenaga Listrik merupakan alat pemutus dan penyambung pada suatu rangkaian sehingga jika pada rangkaian mengalami suatu gangguan maka alat yang digunakan untuk memutuskan dan menghubungkan dari suatu rangkaian dalam kadaan berbeban disebut pemutus tenaga (PMT) atau Circuit Breaker/CB.
Dimana alat tersebut dilengkapi dengan alat pemadam busur api sedangkan untuk memisahkan dari rangakain tanpa beban digunakan saklar pemisah beban atau Disconnecting switch (DS). Dimana alat ini hanya digunakan jika CB pemutus tenaga telah terbuka untuk memisahkan rangkaian
Dari kondisi abnormal diatas, hubung singkat menimbulkan efek yang paling parah. hal ini disebabkan karena IHS sangat besar yang akan menimbulkan stress dan panas yang berlebihan pada bagian dari sistem yang dialiri IHS tersebut, akibatnya bisa terjadi:
Konduktor meleleh/putus
Isolator retak/pecah
Kebakaran
Cara penanggulangannya dengan memperpendek tHS berada pada sistem dengan:
Pengaman lebur (fuse)
Relay proteksi
Dokumen ini membahas sistem proteksi pada instalasi penyaluran tenaga listrik untuk mendeteksi berbagai jenis gangguan dan memisahkan bagian yang terganggu. Sistem proteksi harus sensitif, andal, selektif dan cepat bekerja untuk mencegah kerusakan lebih lanjut. Dokumen ini juga menjelaskan berbagai jenis peralatan proteksi seperti relay, transformator arus dan tegangan, serta metode pemeliharaan seperti preventif dan korekt
SPLN 59:1985 membahas tentang keandalan pada sistem distribusi listrik 20 kV dan 6 kV. Dokumen ini menjelaskan definisi istilah-istilah penting seperti pemadaman, keluar, lama keluar, dan kegagalan serta menyajikan contoh perhitungan indeks keandalan beberapa sistem distribusi."
distribusi tenaga listrik adalah menghubungkan antara konsumen atau pemakai tenaga listrik (industri atau perumahan ) dengan sumber daya besar (bulk power source), sedangkan dalam penyalurannya terdapat masalah bagaimana menyalurkan daya ke konsumen dengan cara sebaik-baiknya, mengingat hal tersebut diatas, maka suatu sistem distribusi dengan bagian-bagiannya dapat mempunyai susunan atau bentuk yang berbeda-beda.
Dokumen tersebut membahas tentang relay proteksi sistem tenaga listrik. Secara singkat, dibahas mengenai pengertian relay proteksi, jenis-jenis relay yang digunakan untuk melindungi sistem pembangkitan, transmisi, dan distribusi tenaga listrik, serta karakteristik kerja relay seperti waktu kerja dan besaran yang diukur.
1. Dokumen tersebut membahas berbagai jenis gangguan sistem listrik beserta penyebab dan akibatnya, termasuk gangguan beban lebih, hubung singkat, tegangan lebih, kekurangan daya, dan ketidakstabilan.
2. Gangguan-gangguan tersebut dapat menyebabkan kerusakan peralatan listrik akibat pemanasan berlebihan atau gaya mekanis, serta dapat mempercepat proses penuaan peralatan.
3.
Miniatur Circuit Breaker (MCB) digunakan sebagai pengaman otomatis untuk melindungi instalasi listrik. MCB bekerja dengan sistem termal dan elektromagnetik, dimana sistem termal menggunakan unsur logam yang memanas dan melebar untuk memutus arus, sedangkan sistem elektromagnetik memutus arus lebih cepat pada kondisi hubung singkat. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik kerja dan waktu putus MCB dengan
Pemerintah Indonesia berencana mengembangkan industri halal untuk meningkatkan ekspor dan pariwisata. Beberapa langkah yang akan dilakukan antara lain mempromosikan produk halal ke pasar global, meningkatkan sertifikasi produk halal, serta melatih SDM agar mampu bersaing di industri halal.
Dokumen tersebut merupakan revisi keempat dari Standar Nasional Indonesia tentang Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL) yang mengatur tentang persyaratan teknis instalasi listrik berdasarkan standar internasional seperti IEC 60364. PUIL 2000 membahas tentang proteksi keselamatan, perancangan, perlengkapan, dan pengusahaan instalasi listrik tegangan rendah sampai 1000 Volt."
Dokumen tersebut membahas tentang jenis-jenis gangguan pada kabel bawah tanah seperti gangguan konduktor putus, gangguan seri, gangguan antar fasa, dan gangguan fasa ke tanah. Dokumen ini juga menjelaskan metode untuk menentukan lokasi gangguan pada kabel bawah tanah seperti metode terminal dan metode pelacakan, serta alat yang digunakan seperti reflektometer. Dokumen ini juga membahas cara menent
Dokumen tersebut membahas tentang komponen-komponen penting dalam konstruksi jaringan distribusi tegangan menengah (JTM) milik PT PLN seperti tiang, isolator, penghantar, kabel, dan travers/cross arm. Dibahas pula spesifikasi dan keuntungan masing-masing komponen berdasarkan bahan dan fungsinya dalam sistem distribusi listrik tegangan menengah.
Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik besar (Bulk Power Source) sampai ke konsumen.
Jadi fungsi distribusi tenaga listrik adalah: 1) pembagian atau penyaluran tenaga listrik ke beberapa tempat (pelanggan), dan 2) merupakan sub sistem tenaga listrik yang langsung berhubungan dengan pelanggan, karena catu daya pada pusat-pusat beban (pelanggan) dilayani langsung melalui jaringan distribusi.
Tugas Kelompok 2 - Teknik Tegangan Tinggi - Prof.Ir. Syamsir Abduh , MM, Ph.D...Anggita Mentari
Tugas Pertemuan 4 Teknik Tegangan Tinggi
Dosen : Prof.Ir. Syamsir Abduh , MM, Ph.D
Disusun Oleh :
Anggita Mentari Putri 062.13.004
Vera Irene M. S. 062.13.007
Dandy Nurwidi N. 062.13.011
Jaringan tegangan menengah atau sering disebut jaringan distribusi primer merupakan bagian dari sistem tenaga listrik antar gardu induk dan gardu distribusi. Pada jaringan distribusi primer umumnya terdiri dari jaringan tiga - fasa dengan menggunakan tiga atau empat kawat sebagai penghantar. Sistem tegangan menengah yang digunakan di Indonesia pada umumnya adalah 20 kV
Jaringan tegangan menengah atau sering disebut jaringan distribusi primer merupakan bagian dari sistem tenaga listrik antar gardu induk dan gardu distribusi. Pada jaringan distribusi primer umumnya terdiri dari jaringan tiga - fasa dengan menggunakan tiga atau empat kawat sebagai penghantar. Didalam penyalurannya pada jaringan distribusi primer menggunakan saluran kawat udara, kabel udara (areal cable) dan sistem kabel tanah dimana penggunaannya sesuai dengan tingkat keandalan yang dibutuhkan
Menurut Wikipedia arti dari Switchgear adalah panel distribusi yang mendistribusikan beban kepanel-panel yang lebih kecil kapasitasnya. Dalam bahasa Indonesia artinya Panel Tegangan Menengah (PTM) atau juga disebut MVMDB (Medium Voltage Main distribution Board) dan sedangkan
untuk tegangan rendah disebut LVMDB (Low Voltage Main DistributionBoard).
Switchgear adalah komponen-komponen hubung/pemutus dan pendukung-pendukungnya dalam satu kesatuan (unit) terintegrasi, sehingga dapat difungsikan sebagai penghubung, pemutus, dan pelindung terhadap dua sisi rangkaian tersebut
Gardu Distribusi adalah suatu bangunan gardu listrik yang terdiri dari instalasi perlengkapan Hubung Bagi Tegangan Menengah (PHB-TM), Transformator Distribusi (TD) dan perlengkapan Hubung Bagi Tegangan Rendah (PHB-TR) untuk memasok kebutuhan tenaga listrik bagi para pelanggan baik dengan Tegangan Menengah (TM 20 kV) maupun Tegangan Rendah (TR 220/380 V)
Dokumen tersebut membahas tentang jaringan tegangan menengah (JTM) yang merupakan bagian dari sistem distribusi tenaga listrik antara gardu induk dan gardu distribusi. JTM biasanya menggunakan jaringan tiga fasa dengan tiga atau empat kawat sebagai penghantar, dan dapat berupa saluran udara, kabel udara, atau kabel tanah. Dokumen ini juga menjelaskan berbagai komponen JTM seperti tiang, isolator, penghantar,
Jaringan tengangan mengengah atau sering disebut jaringan distribusi primer merupakan bagian dari sistem tenaga listrik antara gardu induk dan gardu distribusi
Distribusi Tegangan Menengah adalah jaringan yang berfungsi untuk menyalurkan tenaga listrik dari gardu induk ke gardu distribusi atau kekonsumen dengan tegangan yang disalurkan adalah 20 kv.
Gardu distribusi adalah bagian peralatan listrik yang menerima daya listrik dari tegangan primer dan mengubah menjadi tegangan sekunder yang langsung disalurkan ke konsumen, atau untuk membagikan dan mendistribusikan tenaga listrik pada beban atau konsumen baik konsumen tegangan menengah maupun konsumen tegangan rendah.
Sistem proteksi tenaga listrik merupakan sistem pengaman pada peralatan peralatan yang terpasang pada sistem tenaga listrik, seperti generator, busbar, transformator, saluran udara tegangan tinggi, saluran kabel bawah tanah, dan lain sebagainya terhadap kondisi abnormal operasi sistem tenaga listrik tersebut.
Dokumen tersebut membahas tentang sistem distribusi tenaga listrik, termasuk jaringan tegangan menengah, besar tegangan yang digunakan, frekuensi, konfigurasi jaringan, dan pengaman lebur."
Pengertian umum Gardu Distribusi tenaga listrik yang paling dikenal adalah suatu bangunan gardu listrik berisi atau terdiri dari instalasi Perlengkapan Hubung Bagi Tegangan Menengah (PHB-TM), Transformator Distribusi (TD) dan Perlengkapan Hubung Bagi Tegangan Rendah (PHB-TR) untuk memasok kebutuhan tenaga listrik bagi para pelanggan baik dengan Tegangan Menengah (TM 20 kV) maupun Tegangan Rendah (TR 220/380V).
Gardu distribusi adalah bagian peralatan listrik yang menerima daya listrik dari tegangan primer dan mengubah menjadi tegangan sekunder yang langsung disalurkan ke konsumen, atau untuk membagikan dan mendistribusikan tenaga listrik pada beban atau konsumen baik konsumen tegangan menengah maupun konsumen tegangan rendah.
Modul ini membahas sistem distribusi tenaga listrik dan jenis-jenis jaringan distribusi seperti radial, loop, dan spindel. Sistem distribusi digunakan untuk menyalurkan listrik dari gardu induk ke konsumen dengan tegangan yang lebih rendah. Hubung singkat dapat terjadi karena isolasi yang rusak dan memengaruhi tegangan serta kontinuitas sistem distribusi.
Similar to 111280125 sistem-dan-pola-pengaman-distribusi (20)
Teks tersebut membahas tentang gardu distribusi dan transformator distribusi dalam sistem distribusi tenaga listrik. Gardu distribusi berfungsi untuk menghubungkan jaringan ke konsumen dan membagikan tenaga listrik ke konsumen. Ada berbagai jenis gardu distribusi dan transformator distribusi yang digunakan untuk menurunkan tegangan listrik dari jaringan distribusi.
Bab ini membahas tentang gardu trafo distribusi dan transformator distribusi. Gardu trafo distribusi berlokasi dekat konsumen dan berfungsi menurunkan tegangan dari 20kV menjadi 400/230 Volt menggunakan transformator. Transformator terdiri dari kumparan primer dan sekunder yang saling berhubungan magnetis untuk mentransfer daya listrik. Bab ini juga membahas gangguan seperti sambaran petir dan hubung singkat yang dapat terjadi pada gardu trafo distribusi.
Dokumen tersebut membahas perhitungan daya kebutuhan trafo dan pemilihan spesifikasi trafo untuk pabrik dengan daya kebutuhan total 7,5 MVA. Berdasarkan perhitungan, dipilih 3 trafo Schneider Electric Minera 2500 kVA yang akan dioperasikan secara paralel untuk memenuhi kebutuhan daya 7,2 MVA. Dokumen juga membahas perhitungan arus dan pemilihan kabel serta busbar untuk sistem distribusi tegangan menengah.
Dokumen tersebut membahas tentang komponen-komponen penting dalam konstruksi jaringan distribusi tegangan menengah (JTM) milik PT PLN seperti tiang, isolator, penghantar, kabel, dan travers/cross arm. Dibahas pula spesifikasi dan keuntungan masing-masing komponen tersebut dalam membangun infrastruktur listrik tegangan menengah.
Gardu distribusi berfungsi untuk menghubungkan jaringan listrik ke konsumen dan mendistribusikan tenaga listrik pada tegangan yang sesuai. Terdiri dari transformator untuk menurunkan tegangan, peralatan hubung dan pengaman, serta ruangan untuk tegangan menengah dan rendah. Ada beberapa jenis gardu seperti kios, beton, dan open type.
This document does not contain any substantive information to summarize. It consists of random characters without any discernible meaning or context. In 3 sentences or less, a summary cannot be provided as there is no essential information to extract from the given text.
This document does not contain any substantive information to summarize. It consists of random characters without any discernible meaning or context. A meaningful summary cannot be generated from this input.
This document does not contain any substantive information to summarize. It consists of random characters without any discernible meaning or context. A meaningful summary cannot be generated from this input.
This document does not contain any substantive information to summarize. It consists of random characters without any context or meaning. In 3 sentences or less, a summary cannot be provided as there is no essential information to extract from the given text.
This document does not contain any substantive information to summarize. It consists of random characters without any discernible meaning or context. A meaningful summary cannot be generated from this input.
This document does not contain any substantive information to summarize. It consists of random characters without any discernible meaning or context. A meaningful summary cannot be generated from this input.
This document does not contain any substantive information to summarize. It consists of random characters without any discernible meaning or context. A meaningful summary cannot be generated from this input.
This document does not contain any substantive information to summarize. It consists of random characters without any discernible meaning or context. A meaningful summary cannot be generated from this input.
This document does not contain any substantive information to summarize. It consists of random characters without any discernible meaning or context. A meaningful summary cannot be generated from this input.
This document does not contain any substantive information to summarize. It consists of random characters without any discernible meaning or context. A meaningful summary cannot be generated from this input.
Paper ini bertujuan untuk menganalisis pencemaran udara akibat pabrik aspal. Analisis ini akan fokus pada emisi udara yang dihasilkan oleh pabrik aspal, dampak kesehatan dan lingkungan dari emisi tersebut, dan upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi pencemaran udara
Materi ini membahas tentang defenisi dan Usia Anak di Indonesia serta hubungannya dengan risiko terpapar kekerasan. Dalam modul ini, akan diuraikan berbagai bentuk kekerasan yang dapat dialami anak-anak, seperti kekerasan fisik, emosional, seksual, dan penelantaran.
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka.
Universitas Negeri Jakarta banyak melahirkan tokoh pendidikan yang memiliki pengaruh didunia pendidikan. Beberapa diantaranya ada didalam file presentasi
1. PROTEKSI SISTEM DISTRIBUSI
Sistem Distribusi
Secara garis besar pengusahaan Sistem Tenaga
Listrik dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu
Sistem Pembangkitan, Sistem Penyaluran
(Transmisi & Gardu Induk), dan Sistem Distribusi.
Dengan demikian Sistem Distribusi merupakan
bagian akhir dari rangkaian komponen pada sistem
tenaga listrik (Gambar 2-1).
Gambar 2-1 : Sistem Tenaga Listrik
Sistem Distribusi merupakan rangkaian komponen
listrik mulai dari sisi sekunder trafo gardu induk (sisi
tegangan Menengah) hingga sisi tegangan rendah
di pelanggan/ konsumen (gambar 2-2).
3. Jaringan Tegangan Menengah (JTM)
Gardu Induk
Sekering T.M.
Trafo Distribusi
Rel T.R.
Sekering T.R.
Jaringan Tegangan Rendah (JTR)
Gardu Distribusi Tiang
Sambungan Rumah
Pelanggan
Gambar 2-2 : Sistem Distribusi
4. Sesuai dengan gambar 2-2 maka bagian-bagian utama sistem
distribusi adalah :
Jaringan Tegangan Menengah (JTM 20 KV)
Gardu Hubung
Gardu Distribusi (Trafo)
Jaringan Tegangan Rendah (JTR 220/380 V)
Selanjutnya berdasarkan konfigurasinya, jaringan distribusi tegangan
menengah dibedakan dalam tiga macam, yaitu:
5. Gambar 2-3 : Jaringan Distribusi Radial
1. Sistem Radial.
GI
Gambar 2-3 : Jaringan Distribusi Radial
7. 3. Sistem Spindle.
Gardu hubung
Gardu induk
Saluran cadangan
Gardu distribusi
Gambar 2-5 : Jaringan Distribusi Spindle
8.
9. 2.2. Pengaman sistem distribusi
2.2.1. Pentanahan Sistem Distribusi
Ada empat pola pengaman sistem distribusi yang telah diterapkan di
lingkungan PLN. Perbedaan pola-pola tersebut didasarkan atas jenis
pentanahan sistem (pentanahan titik netral trafonya). Pada dasarnya
ada 4 macam macam pentanahan titik netral trafo yang dapat
dijelaskan sebagai berikut :
Pentanahan dengan Tahanan Tinggi (High Resistance),
mengutamakan keselamatan umum, sehingga meskipun dengan
saluran udara masih layak memasuki daerah perkotaan.
Pentanahan Langsung (Solid Grounding) yaitu sistem distribusi
dengan pentanahan secara langsung, mengutamakan faktor ekonomi,
sehingga dengan saluran udara elektrifikasi dapat dilaksanakan di luar
kota sampai ke daerah yang terpencil.
10. Pentanahan dengan Tahanan Rendah (Low Resistance),
dimaksudkan untuk memperoleh hasil optimum dari kombinasi
antara faktor ekonomi dan keselamatan umum, dan jaringan
dapat mempergunakan saluran udara bagi daerah luar kota
maupun kabel bagi daerah padat dalam kota.
Pentanahan Mengambang / tidak ditanahkan /Floating, untuk saat
ini sudah tidak digunakan di PLN karena ketika terjadi gangguan
tanah arus gangguan terlalu kecil sehingga tidak terdeteksi oleh
relai proteksi.
11. Pola Pengaman Sistem Distribusi
Pola I , untuk sistem distribusi dengan pentanahan
tahanan tinggi :
Sistem distribusi 20 KV fasa tiga , 3 kawat dengan
pentanahan Netral melalui tahanan tinggi 500 ohm.
Karena tahanannya tinggi, maka arus gangguannya
rendah.
Diperlukan rele yang sensitif untuk dapat
mendeteksi arus gangguan yang kecil.
Pola ini diterapkan di Jawa Timur.
12. Proteksi terpasang:
PMT dipasang di pangkal penyulang (feeder) dilengkapi dengan :
- OCR untuk membebaskan gangguan antar fasa.
- Directional Ground Fault Relay (DGFR) untuk
membebaskan gangguan fasa-tanah.
PBO dikoordinasikan dengan SSO dan Pengaman Lebur (PL)
jenis Fuse Cut Out (FCO).
13. PMT PBO SSO
SSO
PL PL
OCR
GFR
Gambar 2-6 : Pengaman Sistem Distribusi Pola I
14. Pola II , untuk sistem distribusi dengan
Pentanahan Langsung :
Sistem distribusi 20 KV fasa tiga , 4 kawat dengan
pentanahan Netral secara langsung.
Kawat Netral ditanahkan di setiap tiang sepanjang
JTM dan JTR, dipergunakan sebagai netral
bersama TM & TR (Common Neutral).
Karena tahanannya sangat kecil, maka arus
gangguannya besar, sehingga diperlukan rele yang
dapat bekerja dengan cepat.
Pola ini diterapkan di Jawa Tengah dan DIY.
15. R
S
N
T
Gambar 2-7 : Pentanahan Langsung pada Sistem Distribusi
16. Proteksi terpasang :
PMT dipasang di pangkal penyulang (feeder) dilengkapi dengan :
OCR untuk membebaskan gangguan antar fasa.
GFR untuk membebaskan gangguan fasa-tanah.
PBO dikoordinasikan dengan SSO dan Pengaman Lebur (PL)
jenis FCO
17. PMT PBO SSO
SSO
PL PL
Y OCR
GFR
Solid Grounding
Gambar 2-8 : Pengaman Sistem Distribusi Pola II
18. Pola III, untuk sistem distribusi dengan
Pentanahan Tahanan Rendah
Sistem distribusi 20 KV fasa tiga , 3 kawat dengan
pentanahan Netral melalui tahanan rendah 40 ohm
untuk SUTM atau 12 Ohm untuk SKTM.
Pola ini diterapkan di Jawa Barat, DKI dan Luar
Jawa.
Karena tahanannya relatif rendah, maka arus
gangguannya relatif tinggi, sehingga diperlukan rele
yang dapat bekerja dengan cepat.
19. Proteksi terpasang:
PMT dipasang di pangkal penyulang (feeder)
dilengkapi dengan :
OCR untuk membebaskan gangguan antar fasa.
GFR untuk membebaskan gangguan fasa-tanah.
PBO dikoordinasikan dengan SSO dan Pengaman
Lebur (PL) jenis Fuse Cut Out (FCO).
Pada sistem Spindle dengan saluran kabel,
pengamannya dengan rele arus lebih tanpa penutup
balik (atau di blok) dan atau pelebur.
20. PMT PBO SSO
SSO
Y
PL PL
NGR
40 Ohm
OCR
GFR
Gambar 2-9 : Pengaman Sistem Distribusi Pola III
21. Pola IV , untuk sistem distribusi dengan
Pentanahan Mengambang
Sistem distribusi 6 KV fasa tiga , 3 kawat dengan
pentanahan mengambang atau netral tidak
ditanahkan (Floating).
Pola ini pernah ada dan terakhir diterapkan di
Sulawesi dan Sumatera Selatan/ Jambi. Karena
sistem 6 KV telah diganti menjadi 20 KV, maka pola
IV ini sudah tidak dikembangkan lagi.
22. Fuse / pengaman lebur.
Fuse atau Pengaman Lebur (PL) berfungsi sebagai
pengaman pada sistem distribusi terhadap arus
gangguan yang terjadi pada jaringan distribusi atau
trafo distribusi.
Letak pemasangan Fuse / Pengaman Lebur :
Percabangan JTM / Branch Line
Sisi primer trafo pada Gardu Distribusi Tiang /
Tembok.
Prinsip Kerja Pengaman Lebur
Jika arus yang melewati Pengaman Lebur melebihi
nilai arus rating nominal dari Pengaman Lebur maka
elemen lebur akan panas dan terus meningkat jika
telah mencapai titik leburnya maka elemen akan
melebur.
23. Konstruksi Pengaman Lebur
Pengaman Lebur yang banyak digunakan
pada jaringan distribusi adalah jenis letupan
dengan konstruksi type Fuse Cut Out (FCO),
seperti gambar 2-10.
Fuse tersebut tidak dilengkapi dengan alat
peredam busur api, sehingga bila digunakan
untuk daya yang besar maka fuse tidak
mampu meredam busur api yang timbul pada
saat terjadi gangguan akibatnya timbul
ledakan. Karena itu fuse ini dikategorikan
sebagai pengaman jenis letupan.
24. Karakteristik Fuse / Pengaman Lebur
Ada dua tipe Karakteristik fuse yang banyak
digunakan yaitu :
Fuse Link tipe pemutusan cepat ( K )
Fuse Link tipe pemutusan lambat ( T ).
Perbedaan antara kedua tipe ini terletak pada
kecepatan pemutusannya. Gambar 2-11.a
dan 2-11.b menunjukkan contoh karakteristik
fuse.
29. PBO dan SSO
Penutup balik otomatis (PBO)
PBO (Recloser) adalah PMT yang dilengkapi dengan peralatan
kontrol dan relai penutup balik. Relai penutup balik adalah relai
yang dapat mendeteksi arus gangguan dan memerintahkan PMT
membuka (trip) dan menutup kembali. PBO dipasang pada
SUTM yang sering mengalami gangguan hubung singkat fasa ke
tanah yang bersifat temporer. Fungsi PBO adalah :
Menormalkan kembali SUTM yang trip akibat gangguan
temporer.
Pengaman seksi pada SUTM agar dapat melokalisir daerah
yang terganggu.
30. Jenis-jenis Reclosing relay.
Berdasarkan tipe perintahnya, reclosing relay
dibedakan dalam dua jenis, yaitu :
1. Single-shot Reclosing Relay
Relai hanya dapat memberikan perintah reclosing
ke PMT satu kali dan baru dapat melakukan
reclosing setelah blocking time terakhir.
Bila terjadi gangguan pada periode blocking time,
PMT trip dan tidak bisa reclose lagi (lock –
out ).CloseTripDead TimeBloking TimeWaktu
Relai Lock Out
31. Waktu Relai
Close
Look Out
Bloking Time
Trip
Dead Time
Gambar 2-15 : Single shot reclosing relay
32. Multi Shot Reclosing Relay.
Relai ini dapat memberikan perintah reclosing ke
PMT lebih dari satu kali. Dead time antar reclosing
dapat diatur sama atau berbeda..
Bila terjadi gangguan , relai OCR/GFR memberikan
perintah trip ke PMT. Pada saat yang sama juga
mengerjakan (mengenergizing) Reclosing relay.
Setelah dead time t 1 yang sangat pendek ( kurang
dari 0,6 detik), relai memberi perintah reclose ke
PMT .
33. Jika gangguan masih ada , PMT akan trip kembali
dan reclosing relai akan melakukan reclose yang
kedua setelah dead time t 2 yang cukup lama
(antara 15- 60 detik).
Jika gangguan masih ada, maka PMT akan trip
kembali dan reclosing relai akan melakukan reclose
yang ke tiga setelah dead time t 3 .
Bila gangguannya juga masih ada dalam periode
blocking tR, maka PMT akan trip dan lock out.
Penggunaan multi shot reclosing harus disesuaikan
dengan siklus kerja (duty cycle) dari PMT.
34. Gambar 2-16 : Diagram waktu kerja Multi Shot Reclosing Relai
Keterangan gambar : t1 = dead time dari reclosing pertama
t2 = dead time dari reclosing kedua
t3 = dead time dari reclosing ketiga
tR 1 = blocking time dari reclosing pertama
tR 2 = blocking time dari reclosing kedua
tR 3 = blocking time dari reclosing ketiga
35. Sifat-sifat PBO
PBO mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
Operasi cepat (fast tripping): untuk antisipasi
gangguan temporer.
Operasi lambat (delayed tripping) : untuk koordinasi
dengan pengaman di hilir.
Bila gangguan telah hilang pada operasi cepat
maka PBO akan reset kembali ke status awal. Bila
muncul gangguan setelah waktu reset, PBO mulai
menghitung dari awal.
Repetitive : reset otomatis setelah recloser success.
36. Non repetitive : memerlukan reset manual
(bila terjadi gangguan permanen dan bila
gangguan sudah dibebaskan).
PBO atau Recloser adalah relai arus lebih
sehingga karakteristik PBO dan OCR adalah
sama (lihat karakteristik OCR).
37. Saklar seksi otomatis (SSO)
Pengertian dan Fungsi SSO
SSO atau Auto Seksionalizer adalah saklar yang
dilengkapi dengan kontrol elektronik/ mekanik yang
digunakan sebagai pengaman seksi Jaringan
Tegangan Menengah.
SSO sebagai alat pemutus rangkaian/beban untuk
memisah-misahkan saluran utama dalam beberapa
seksi, agar pada keadaan gangguan permanen,
luas daerah (jaringan) yang harus dibebaskan di
sekitar lokasi gangguan sekecil mungkin.
Bila tidak ada PBO atau relai recloser di sisi sumber
maka SSO tidak berfungsi otomatis (sebagai saklar
biasa).
38. Klasifikasi SSO
Penginderaan : berdasarkan tegangan (AVS)
atau berdasarkan Arus (Sectionalizer).
Media Pemutus : Minyak, Vacum, Gas SF6.
Kontrol : Hidraulik atau Elektronik
Phase : Fasa tunggal atau Fasa tiga
39. Prinsip Kerja SSO
SSO bekerjanya dokoordinasikan dengan pengaman di sisi
sumber (relai recloser atau PBO) untuk mengisolir secara
otomatis seksi SUTM yang terganggu.
SSO pada pola ini membuka pada saat rangkaian tidak ada
tegangan tetapi dalam keadaan bertegangan harus mampu
menutup rangkaian dalam keadaan hubung singkat.
SSO ini dapat juga dipakai untuk membuka dan menutup
rangkaian berbeban. Saklar ini bekerja atas dasar penginderaan
tegangan.
SSO dilengkapi dengan alat pengatur dan trafo tegangan
sebagai sumber tenaga penggerak dan pengindera.
Prinsip kerja SSO dengan sensor tegangan dijelaskan pada AVS
di bawah.
40. Prinsip Kerja AVS
Gambar 2-17 di bawah sebagai ilustrasi
Sistem Distribusi yang terbagi dalam 3 seksi
dengan pengaman penyulang sebuah PMT
dan dua buah AVS.
42. Prinsip operasi AVS :
Dalam hal terjadi gangguan pada seksi III maka PMT penyulang trip,
tegangan hilang. Setelah t3, semua AVS trip.
PMT masuk kembali (reclose pertama), seksi I bertegangan.
Setelah t1 menerima tegangan, AVS1 masuk, seksi II bertegangan.
Setelah t2 menerima tegangan, AVS2 masuk, seksi III bertegangan.
Apabila gangguan masih ada maka PMT trip kembali, AVS1 dan AVS2
lepas setelah t3.
PMT reclose yang kedua. AVS1 masuk setelah t1 sedangkan AVS2
sudah lock-out (karena pada saat masuk pertama AVS2 hanya
merasakan tegangan sebentar atau lebih kecil dari t2, sehingga
menyimpulkan gangguan ada pada seksi berikutnya atau seksi III).