Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
AASHTO LRFD Beton
1. 2nd – 5th September
2019
SESI 05–
PERENCANAAN
STRUKTUR BETON
2. Dr. Ruddy Kurniawan, ST, MT
- UNIVERSITAS ANDALAS
SESI 05–
PERENCANAAN
STUKTUR BETON
BERDASARKAN AASHTO LRFD BRIDGE
DESIGN SPECIFICATIONS 8th EDITION
3. 1. Komponen-komponen struktur jembatan beton
2. Spesifikasi material jembatan beton prategang
3. Metoda Desain
4. Prosedur Perencanaan struktur atas
• Perencanaan pelat dek (lentur dan geser)
• Perencanaan PCI girder (lentur, geser dan torsi)
5. Prosedur Perencanaan struktur bawah
• Perencanaan pilar
• Kepala pilar (balok dan korbel)
• Pier leg
• Perencanaan abutment
• Perencanaan pile cap
• Perencanaan fondasi bore piled
1
Materi Pembelajaran
5. Garis besar Pemutakhiran BMS 92 ke AASHTO 2017
1) Ruang lingkup
• Penambahan aturan untuk jembatan beton pracetak, jembatan yang dikonstruksi secara segmental
serta analisis strut and tie.
• Umur rencana jembatan diganti dari 50 tahun menjadi 75 tahun.
• Benda uji standar untuk uji tekan beton berupa silinder dengan kuat tekan beton maksimal
ditingkatkan dari 50 MPa ke 70 MPa.
2) Persyaratan perencanaan
Penggunaan metode tegangan kerja untuk beton bertulang diganti dengan Metode LRFD
3) Formulasi desain lentur, geser, aksial dan torsi direvisi dengan mengadopsi hasil-hasil studi yang
terbaru.
6. Komponen Struktur PCI Girder
1. Pelat dek
2. Girder
3. Kepala pilar
4. Pier leg
5. Abutment
6. Pile cap
7. Fondasi
Joint
Bridge deck /
Pavement
Main carrying
element
bearing
GuardRailing
Abutmen
t Pie
r
Guard rail
15. Material Struktur Jembatan Beton Prategang
Material yang digunakan pada jembatan beton prategang adalah:
1. Beton
2. Baja tulangan
3. Baja prategang
Spesifikasi material yang digunakan harus sesuai dengan SNI Perencanaan Struktur Beton
untuk Jembatan.
16. Material Struktur Jembatan Beton Prategang:
Beton
Persyaratan kuat tekan beton:
• Untuk beton bertulang: 20 – 70 MPa
• Kekuatan tekan beton desain diatas 70 MPa untuk beton berat normal
boleh digunakan hanya bila diizinkan oleh pasal khusus atau bila
dilakukan uji fisik untuk menetapkan hubungan antara kekuatan beton
dan propertis lainnya
• Untuk struktur beton prategang, tidak boleh kurang dari 30 MPa.
17. Material Struktur Jembatan Beton Prategang:
Beton
• Modulus elastisitas beton, Ec , untuk beton normal dengan fc’ ≤ 60 MPa,
atau beton ringan dengan berat jenis ≥ 2000 kg/m3 dan fc’ ≤ 40 MPa,
nilai Ec bisa diambil sebagai:
wc = berat jenis beton (kg/m3), fc’ = kuat tekan beton ( MPa), dan Ec
(MPa).
Untuk beton normal dengan massa jenis sekitar 2400 kg/m3, Ec boleh
diambil sebesar 4700√fc’, dinyatakan dalam MPa.
18. Material Struktur Jembatan Beton Prategang:
Baja Tulangan Non Prategang
Persyaratan baja tulangan:
• Kuat tarik leleh, fy, ≤ 700 MPa
• Modulus elastisitas baja tulangan, Es, = 200.000 MPa untuk
tegangan < kuat leleh fy
19. Material Struktur Jembatan Beton Prategang:
Baja Prategang
Persyaratan baja prategang:
• Kuat tarik baja prategang, fpu diambil sebesar mutu baja yang disebutkan oleh
fabrikator berdasarkan sertifikat fabrikasi yang resmi.
• Kuat leleh baja prategang, fpy, harus ditentukan dari hasil pengujian atau dianggap
sebagai berikut:
- untuk strand : 0,90 fpu.
- untuk bar polos : 0,85 fpu.
- untuk bar sirip/ulir : 0,80 fpu.
• Modulus elastisitas baja prategang, Ep, bisa diambil sebesar:
• untuk strand : 195 000 MPa;
• untuk bar : 207 000 MPa.
20. Metoda Desain
Untuk persyaratan batas kekuatan, komponen struktur beton harus
dicirikan oleh perilakunya sebagai:
• Daerah B (daerah balok atau daerah Bernoulli atau daerah tidak
terganggu)
• Daerah D (daerah terganggu atau daerah diskontinuitas)
Sumber: Gambar 5.5.1.2.1-1 AASHTO LRFD 2017
21. Metoda Desain - Daerah B
Pada daerah B berlaku:
• Hipotesis Bernoulli tentang garis lurus profil regangan dari teori balok
konvensional
• Metoda desain penampang untuk desain lentur dan geser
c
0,003
jd
a
d d
a/2
PENAMPANG REGANGAN TEGANGAN GAYA
'85,0 cf
s
cC
sT
garis
netralh
b
sA
sf
Model desain penampang untuk lentur
22. Metoda Desain - Daerah B
Model desain penampang untuk geser
Sumber: Wight 2016
23. Metoda Desain - Daerah D
• Profil regangan berupa garis lurus dari teori balok konvensional,
diasumsikan tidak berlaku di daerah D
• Metoda strut and tie digunakan untuk seluruh jenis desain dari
Daerah-D pada struktur beton.
Sumber: Wight 2016
24. Metoda Desain - Daerah D
Analisis Strut and Tie terdiri dari 3 bagian:
• Komponen STRUTS tekan beton
• Komponen TIES tarik tulangan
• Komponen JOINT yang dinyatakan sebagai NODAL ZONE
Sumber: Wight 2016
25. Metoda Desain - Daerah D
Daerah D terdapat pada:
• Diskontinuitas geometri
Perubahan bentuk geometri secara mendadak, seperti
lubang, perubahan penampang, dsb
• Diskontinuitas statikal (diskontinuitas pembebanan)
Daerah yang terdapat gaya terpusat, baik reaksi ataupun
beban terpusat
26. Metoda Desain - Daerah D
Diskontinuitas statikal (diskontinuitas pembebanan)
Sumber: Wight 2016
27. Metoda Desain - Daerah D
Diskontinuitas geometri
Sumber: Wight 2016
28. Faktor Reduksi Desain ()* (pasal 5.5.4.2 AASHTO-LRFD 2017)
Penampang beton bertulang terkendali tarik …………………. 0.9
Penampang beton prategang terkendali tarik ………….……. 1.00
Geser dan Torsi:
Beton normal ……………….. 0.90
Beton ringan ……………… 0.80
Penampang terkendali tekan untuk sengkang tertutup atau spiral …………… 0.75
Tumpuan pada beton ……………… 0.70
Tekan pada Model Strat dan Pengikat (Strut and Tie) ……………… 0.70
Tekan di daerah angkur
Beton normal ……………… 0.80
Beton ringan ……………… 0.65
Tarik dalam baja di daerah angkur ……………… 1.00
Tahanan selama pemancangan tiang ……………… 1.00
* Masih memerlukan konsensus bersama
29. Faktor Tahanan Lentur
Sumber: Gbr C5.5.4.2-1 AASHTO –LRFD 2017
Non Prategang
Terkontrol
Tekan
Transisi Terkontrol
Tarik
= 0,65 + 0,15
t
d
c
- 1t
= 0,583 + 0,25 d
c
- 1t
0,002
Regangan baja tarik terluar
FaktorReduksi
0,6
0,5
0,001
0,7
0,8
0,9
1,0
1,1
1,2
0,003 0,004 0,005 0,006 0,007
Prategang
c
0,003
a
d
PENAMPANG REGANGAN TE
s
garis
netralh
b
sA
30. Prosedur Perencanaan Pelat Lantai Terhadap Lentur
Deck beton (lantai kendaraan) bertulang didesain dan dibangun sebagai pelat menerus yang
bertumpu di atas girder.
Bentang pelat deck tegak lurus terhadap girder penumpu, sehingga arah tulangan utama
dipasang pada arah transversal jembatan,
Karena menerus, pelat deck mengalami momen positif di tengah bentang dan momen
negatif di tumpuan.
Arah bentang pelat deck
(+)
()
31. Prosedur Perencanaan Pelat Lantai Terhadap Lentur
5.5.4.2 AASHTO 2017
s c
d c
c
5.5.4.2 AASHTO
2017
Ya
dfghdgfd
sdfsdxfdfgsgsdgfsdfg
s cl
0.75r nM M 0.9r nM M
cl s tl
A
5.6.3.3 AASHTO
2017
5.6.3.2.1 AASHTO 2017
Selesai
Periksa
regangan baja
Ya
Periksa rasio
tulangan minimum
Hitung momen
retak
3 1
'
0.63
g
cr r
t
r c
I
M f
Y
f f
0.005s
Kembali
ke Awal
Tidak
0,75 0,15 t cl
tl cl
r nM M
1.33r uM M
r crM M
Karakteristik penampang: tebal pelat (t), spasi girder (CTC)
tinggi efektif (d), luas tulangan tarik (At)
Karakteristik material: mutu beton ( ), mutu tulangan ( )
Nilai momen terfaktor (Mu)
maka
maka
Syarat :
5.6.2.2 AASHTO 2017
1 0.85
'
0.85
s y
c
A f
a
f b
1 0.65
5.6.3.2.2 AASHTO 2017
( )
2
n s y
a
M A f d
'
30cf
D
Mulai
'
cf yf
Luas tulangan
yang dibutuhkan
Tinggi blok
tekan ekivalen
Momen
nominal
Gunakan niali 1
berdasarkan mutu
beton
'
30cf '
1 0.85 0.008 30cf
0.9 0.9
s req
y
Mu
A
f d
32. Prosedur Perencanaan Pelat Lantai Terhadap Geser
Propertis penampang: tebal pelat (t), spasi girder (CTC), tinnggi
efektif (d), luas tulangan (A)
Propertis material: mutu beton (fy), mutu tulangan (f’c)
Nilai geser terfaktor (Vu)
5.12.8.6.3 AASHTO 2017
Mulai
'0.33
0.17n c o o
c
V f b d
Geser nominal
pelat
Selesai
u nV V
Ya
Tidak
Bidang kontak roda truk dengan pelat deck,
menyebabkan terjadinya gaya geser pada pelat
deck.
33. Girder beton prategang pada jembatan mengalami momen
lentur dan geser.
Pada jembatan beton prategang kekuatan lentur disediakan
oleh tendon.
Kekuatan geser girder berasal dari kuat geser beton dan kuat
geser tulangan.
Prosedur Perencanaan Balok Prategang Terhadap Lentur dan Geser
34. Prosedur Perencanaan Balok Prategang Terhadap Lentur
Karakteristik penampang : lebar (b),
tinggi efektif (d), Inersia penampang (Ig),
inersia komposit (Ic)
Karakteristik material : mutu beton (fc ),
mutu tulangan (fy)
Nilai gaya-gaya dalam terfaktor : Momen
(Mu), Geser (Vu)
Mulai
Karakteristik penampang : lebar (b),
tinggi efektif (d), Inersia penampang (Ig),
inersia komposit (Ic), titik berat (y)
Karakteristik material : mutu beton (fc ),
mutu tulangan (fy)
Nilai gaya-gaya dalam terfaktor : Momen
(Mu),
5.9.2.93 AASHTO 2017
25% s/d 30%
Gaya prategang akhir = Luas strand
. 0.75 fpu . (1-%kehilangan)
25% s/d 30%
B
A
A
Hitung
tegangan
girder kondisi
layan
Hitung
tegangan izin
tarik beton
izin kondisi
layan
Asumsikan
eksentrisitas
tendon di
tengah
bentang
Hitung gaya
prategang
yang
dibutuhkan
kondisi layan
Asumsikan
kehilangan
prategang
jangka
panjang
Hitung gaya
prategang
akhir untuk
setiap strand
Asumsikan
kehilangan
prategang
jangka
panjang
Karakteristik penampang : lebar (b),
tinggi efektif (d), Inersia penampang (Ig),
inersia komposit (Ic)
Karakteristik material : mutu beton (fc ),
mutu tulangan (fy)
Nilai gaya-gaya dalam terfaktor : Momen
(Mu), Geser (Vu)
Mulai
Karakteristik penampang : lebar (b),
tinggi efektif (d), Inersia penampang (Ig),
inersia komposit (Ic), titik berat (y)
Karakteristik material : mutu beton (fc ),
mutu tulangan (fy)
Nilai gaya-gaya dalam terfaktor : Momen
(Mu),
5.9.2.93 AASHTO 2017
25% s/d 30%
Gaya prategang akhir = Luas strand
. 0.75 fpu . (1-%kehilangan)
25% s/d 30%
B
A
A
Hitung
tegangan
girder kondisi
layan
Hitung
tegangan izin
tarik beton
izin kondisi
layan
Asumsikan
eksentrisitas
tendon di
tengah
bentang
Hitung gaya
prategang
yang
dibutuhkan
kondisi layan
Asumsikan
kehilangan
prategang
jangka
panjang
Hitung gaya
prategang
akhir untuk
setiap strand
Asumsikan
kehilangan
prategang
jangka
panjang
Karakteristik penampang : lebar (b),
tinggi efektif (d), Inersia penampang (Ig),
inersia komposit (Ic)
Karakteristik material : mutu beton (fc ),
mutu tulangan (fy)
Nilai gaya-gaya dalam terfaktor : Momen
(Mu), Geser (Vu)
Karakteristik penampang : lebar (b),
tinggi efektif (d), Inersia penampang (Ig),
inersia komposit (Ic), titik berat (y)
Karakteristik material : mutu beton (fc ),
mutu tulangan (fy)
Nilai gaya-gaya dalam terfaktor : Momen
(Mu),
5.9.2.93 AASHTO 2017
25% s/d 30%
Gaya prategang akhir = Luas strand
. 0.75 fpu . (1-%kehilangan)
25% s/d 30%
B
A
A
Hitung
tegangan
girder kondisi
layan
Hitung
tegangan izin
tarik beton
izin kondisi
layan
Asumsikan
eksentrisitas
tendon di
tengah
bentang
Hitung gaya
prategang
yang
dibutuhkan
kondisi layan
Asumsikan
kehilangan
prategang
jangka
panjang
Hitung gaya
prategang
akhir untuk
setiap strand
Asumsikan
kehilangan
prategang
jangka
panjang
35. Prosedur Perencanaan Balok Prategang Terhadap Lentur (Sambungan)
AASHTO 2017 5.9.3.1
B
Kondisi stressing
Kondisi pelakasanaan
Kondisi layan
Tegangan yang
terjadi < Dari
tegangan izin
Ya
Kapasitas lentur
penampang
D
C
C
Hitung jumlah
strand yang
diperlukan
Hitung
kehilangan
yang terjadi
Hitung gaya
prategang
kondisi awal
Hitung gaya
prategang
kondisi awal
Hitung gaya prategang
kondisi akhir
Perhitungan
tegangan
penampang
36. Prosedur Perencanaan Balok Prategang Terhadap Lentur (Sambungan)
D
5.6.3.2.2 AASHTO 2017
Kapasitas retak penampang
5.6.3.2.1 AASHTO 2017
Mr 1.33Mu
Mr Mcr
5.6.3.3 AASHTO
2017
Selesai
Ya
Perbesar penampang :
kembali ke input
Tidak
Kapasitas
lentur
penampang
37. Prosedur Perencanaan Balok Prategang Terhadap Geser
5.7.2.3 AASHTO
2017
Mulai
Karakteristik penampang: lebar ( ), tinnggi efektif ( ), luas
tulangan geser ( )
Karakteristik material: mutu beton ( ), mutu tulangan ( )
Nilai gaya geser terfaktor ( )
Selesai
5.7.3.3 AASHTO 2017
0.083 'c c v vV f b d
5.7.3.3 AASHTO 2017
(cot cot )sin
s
v y v
s
A f d
V
5.7.2.5 AASHTO 2017
0.083 ' v
v c
y
b s
A f
f
vb vd
vA
'
cf yf
uV
0.5u cV V
Ya
Tidak
5.7.2.8 AASHTO 2017
u
u
v v
V
v
b d
5.7.2.6 AASHTO
2017
'
max
'
max
0.125
0.8 600
0.125
0.4 300
u c
v
u c
v
v f
s d mm
v f
s d mm
Ya
Tulangan Geser
Minimum
Tegangan
geser
Periksa jarak
tulangan geser
Periksa nilai
geser beton
Nilai geser
beton
Syarat :
5.7.3.3 AASHTO
2017
'
0.25
n c s p
n c v v
V V V V
V f b d
Ya
Geser nominal
nilai terbesar dari
persamaan berikut n uV V
Nilai geser
tulangan
A
A
Kembali
ke awal
39. = faktor yang mengindikasikan kemampuan beton retak diagonal untuk menyalurkan
tarik dan geser
= sudut kemiringan tegangan tekan diagonal (sudut kemiringan retak diagonal)
= sudut kemiringan tulangan geser terhadap sumbu longitudinal
Sumber: AASHTO –LRFD 2017
40. Prosedur Perencanaan Balok Prategang Terhadap Geser
Untuk pondasi beton yang mana jarak dari titik geser nol ke muka kolom,
pier atau dinding kurang dari 3dv dengan atau tanpa tulangan
transversal, dan
Untuk penampang beton nonprategang yang tidak mengalami tarik
aksial dan mempunyai paling tidak sejumlah tulangan transversal
minimum, atau yang mempunyai tinggi keseluruhan kurang dari 400
mm, maka dapat digunakan:
= 2,0
= 450
41. Nilai dan dapat ditentukan dari Tabel B.5.2. AASHTO LRFD 2017
Untuk tulangan geser > tulangan geser minimum
42. Mulai
Selesai
5.7.2.1 AASHTO 2017
5.7.2.1 AASHTO
2017
Momen retak torsi
5.7.3.6.2 AASHTO 2017
2
'
'
0.328 1
0.328
cp pc
cr c
c c
A f
T f
P f
0.25u crT T
2 coto t y
n
A A f
T
s
5.7.2.1 AASHTO
2017
0,9
n uT T
Ya
Ya
Tidak
Propertis penampang: lebar ( ), luasan tertutup jalur
aliran geser ( ), luasan tertutup oleh keliling
penampang beton( ), panjang keliling tepi
penampang beton( ), spasi tulangan transversal ( ),
luas satu kaki tulangan torsi transversal tertutup ( )
Karaktersitik material: mutu beton ( ), mutu tulangan
( )
Torsi terfaktor ( ), diameter Tulangan ( )
b
oA
cpA
cP s
tA'
cf
yf
uT D
Prosedur Perencanaan Balok Prategang Terhadap Torsi
43. Prosedur Perencanaan Kolom dan Dinding Kombinasi Aksial dan Lentur
Kolom dan pilar tipe dinding merupakan komponen struktur jembatan yang
memikul gaya aksial, lentur, dan geser sehingga kedua komponen struktur ini
harus didesain dengan mempertimbangkan efek interaksi momen dan aksial
yang bekerja padanya.
Kolom dan pilar tipe dinding juga berfungsi untuk menahan beban lateral
(beban gempa) sehingga harus didesain dengan tulangan geser dan
confinement yang memadai.
Pilar tipe dinding dapat dianalisis sebagai kolom dalam arah sumbu lemah
44. Prosedur Perencanaan Kolom dan Dinding Kombinasi Aksial dan Lentur
4.5.3.2.2b
AASHTO 2017
B
2 2
2
1
2
1.0
1
1
;
1
0.6 0.4
c b b s s
m
b
u
k e
s e
u u
k e
b
m
b
M M M
C
P
P
EI
P
P K
P
M
C
M
Pembesaran
momen
A
5.6.4.3 AASHTO
2017
5.6.4.3 AASHTO
2017
Karakteristik penampang: lebar (b), tnggi (h), tinggi efektif
(d), luas tulangan (As), Inersa penampang (Ig)
Karakteristik material: mutu beton (fc ), mutu tulangan (fy)
Nilai gaya dalam (Mu, Ms, M1b, M2b, M2s)
Mulai
Ya Ya
A TidakTidak
Kategori struktur
bergoyang atau tidak
bergoyang
Tidak bergoyang Bergoyang
45. Prosedur Perencanaan Kolom dan Dinding Kombinasi Aksial dan Lentur (Sambungan)
A
Tekan murni
Pengikat spiral :
Pengikat persegi :
Lentur murni
Kondisi seimbang
5.6.4.4 AASHTO 2017
Hitung dan gambarkan
diagram interaksi kolom
Plot (Pu, Mc) atau (Pu, Mu) ke
dalam diagram interaksi
5.6.3.3 AASHTO
2017
1r
u
M
M
Selesai
0.85
0.80
r o
r o
P P
P P
'
0.85o c g s s yP f A A A f
'
;
2 0.85
st y
n st y
c
A fa
M A f d a
bf
' ''
' ' ' '' ''
[0.85
2
]s
b c b
s s y
a
M f ba d d
A f d d d A f d
' ' '
0.85b c b s s s yP f ba A f A f
B
Kembali
ke awal
Ya
Tidak
46. Prosedur Perencanaan Kolom Terhadap Geser
5.7.2.3 AASHTO
2017
Mulai
Karakteristik penampang: lebar ( ), tinnggi efektif ( ), luas
tulangan geser ( )
Karakteristik material: mutu beton ( ), mutu tulangan ( )
Nilai gaya geser terfaktor ( )
Selesai
5.7.3.3 AASHTO 2017
0.083 'c c v vV f b d
5.7.3.3 AASHTO 2017
(cot cot )sin
s
v y v
s
A f d
V
5.7.2.5 AASHTO 2017
0.083 ' v
v c
y
b s
A f
f
vb vd
vA
'
cf yf
uV
0.5u cV V
Ya
Tidak
5.7.2.8 AASHTO 2017
u
u
v v
V
v
b d
5.7.2.6 AASHTO
2017
'
max
'
max
0.125
0.8 600
0.125
0.4 300
u c
v
u c
v
v f
s d mm
v f
s d mm
Ya
Tulangan Geser
Minimum
Tegangan
geser
Periksa jarak
tulangan geser
Periksa nilai
geser beton
Nilai geser
beton
Syarat :
5.7.3.3 AASHTO
2017
'
0.25
n c s
n c v v
V V V
V f b d
Ya
Geser nominal
nilai terbesar dari
persamaan berikut n uV V
Nilai geser
tulangan
A
A
Kembali
ke awal
47. Prosedur Perencanaan Confinement Kolom
Mulai
Karakteristik penampang: lebar (b), tinnggi efektif (d), luas
tulangan geser (Av)
Karakteristik material: mutu beton (fc), mutu tulangan (fy)
Nilai gaya geser terfaktor (Vu)
Kolom bundar
Kolom persegi Luas tulangan
confinement
Selesai
48. Prosedur Perencanaan Dinding Terhadap Geser
Mulai
Karakteristik penampang : lebar ( ), tinggi efektif ( )
Karakteristik material : mutu beton ( ), mutu tulangan
(fy)
Nilai gaya geser terfaktor ( )
Arah transversal
jembatan
Arah longitudinal
jembatan
5.11.4.2 AASHTO 2017
'
'
0.66
0.165
0.0025
r c
r n
n c h y
h
V f bd
V V
V f f bd
5.11.4.2 AASHTO
2017
r nV V
Selesai
Direncanakan sebagai
geser kolom : Lihat
diagram perencanaan
kolom terhadap geser
'
cf
b d
uV
Kuat geser dinding
nilai terkecil dari
persamaan berikut
Ya
Kembali
ke awal
Tidak
49. Prosedur Perencanaan Lentur pada Korbel
Kepala pilar bisa berfungsi sebagai korbel untuk meneruskan beban struktur atas ke pilar,
dalam perencanaannya, korbel didesain terhadap lentur, geser, dan aksial.
50. Prosedur Perencanaan Lentur pada Korbel
Mulai
0.2uc u
N V
( )u u v uc
M V a N h d
uc
n
y
N
A
f
0.5( )h s nA A A
2
3
vf
s n
A
A A
Menghitung gaya-gaya
dalam korbel
Tulangan geser friksi
Karakteristik penampang: lebar ( ), tinggi ( ),Tinggi efektif
korbel ( ), Jarak beban ke muka kolom ( ),
Karakteristik material: mutu beton ( ) mutu tulangan ( ),
Geser ultimit ( ), faktor tahanan ( )
luas penampang beton ( ),lebar efektif ( )
b h
'
cf yf
uV
vacd
cvAb
cvA db
0.05 cv
vf
y
A
A
f
1v
a d
n uM M
Selesai
Ya
Tidak
Persyaratan tulangan
tarik dan lentur Desain balok terhadap gaya lentur dan
gaya tarik horizontal pada korbel
51. Prosedur Perencanaan Geser pada Korbel
Karakteristik penampang: lebar (d), tinnggi efektif (de)
Karakteristik material : mutu beton (fc), mutu tulangan (fy)
Nilai geser terfaktor (Vu)
Nilai Vn adalah terkecil dari :
Mulai
Nilai kuat geser
nominal beton
Vn Vu
Selesai
Cek nilai geser
Ya
Tidak
Bidang keruntuhan geser pada korbel
akibat beban Vu.
52. Prosedur Perencanaan Punching Shear pada Korbel
Karakteristik material: mutu beton ( ) mutu tulangan ( ),
diameter tumpuan pad bundar( ).
Geser ultimit ( ), faktor tahanan ( )
Jarak dari tepi atas ke tulangan logitudinal bawah ( ), lebar
pad ( ), panjang pad ( ), faktor modifikkasi kepadatan beton
( ), jarak dari tengah tumpuan ke ujung balok tepi ( )
1)
2)
3)
4)
AASHTO 2017 pasal 5.8.4.3.4
2 2o fb W L d
0,5 2 2o f f
b W L d c W L d
2
o f
b D d D
4 2 2
o f f
D
b D d c D d D
Keliling penampang kritis ( ),jika:
1) Pada pad persegi interior
2) Pada pad persegi eksterior
3) Pada pad bundar interior
4) Pada pad bundar eksterior
o
b
'
0,125 on c f
V bf d
n uV V
Selesai
Ya
'
cf yf
D
uV
fd
W L
c
Mulai
Tidak
a)
b)
c)
a) Kegagalan permukaan (punching shear),
b)Penampang kritis untuk bearing pad persegi,
c) Penampang kritis untuk bearing pad bundar.
53. Prosedur Perencanaan Tulangan hanger pada Korbel
Penempatan tulangan hanger (Ahr)
Mutu beton ( ), mutu baja ( ), Lebar pad ( ), jarak dari
tepi atas ke tulangan logitudinal bawah ( ), Gaya geser
terfaktor ( ), Torsi terfaktor ( ), luas penampang ( ), luas
yang tertutup aliran geser ( ), faktor panjang efektif ( ),
lebar penampang ( ), tinggi efektif ( ),faktor modifikkasi
kepadatan beton ( ), faktor kemampuan beton untuk
menyebarkan tarik dan geser ( ), faktor tahanan ( ),
perimeter tulangan torsi ( ), sudut inklinasi ( )
mulai
fd
uV
'
cf yf W
0hr
A
s
Tidak
uT
cpA
tidak perlu
tulangan
torsi
0,25u crT T
Gunakan
Tulangan
minimum
Tidak
oA
K
vb
Ambil nilai
minimum
diantara
keduanya
vd
hp
c
Lanjut ke (a)
(1)
Ya
(3)
Ya
Perlu tulangan geser
AASHTO 2017
pasal 5.7.2.1
0,25u crT T
AASHTO 2017 pasal
5.8.4.3.5
0.5u cV V
1)
2)
AASHTO 2017 pasal 5.8.4.3.5
'
0.063
( 2 )
u c f fhr
y f
V f b dA
s f W d
hr u
y
A V
s f S
AASHTO 2017 pasal
5.7.2.1
2
'
0,126
cp
cr c
c
A
T K f
p
AASHTO 2017 pasal
5.7.3.3
0.083 'c c v vV f b d
AASHTO 2017 pasal
5.7.2.5
0.083 ' v
v c
y
b s
A f
f
(2)
Ya
Perlu tulangan torsi
54. Prosedur Perencanaan Tulangan hanger pada Korbel
0hr
A
s
t hrA A
s s
( )t hrA A
s
s
t hrA A
Total
Tulangan
sengkang
Asumsikan
Jarak antar
tulangan
Asumsikan nilai
jarak (s) yang
digunakan
( )t hr vA A A
(a)
Luas total
tulangan yang
digunakan
t hr vA A A
Selesai
Ya
Gunakan At/s
c
(2)
(1) (3)
Kembali ke
Awal
Tidak
AASHTO 2017 pasal
5.7.3.6.2
2 cot
t u
o y
A T
s A f
AASHTO 2017 pasal
5.7.3.3
u
s c
V
V V
AASHTO 2017 pasal
5.7.3.3
cot
s
v
y
V s
A
f d
AASHTO 2017 pasal
5.7.3.6.3
cot
ytt
h
y
fA
A p
s f
55. Prosedur Perencanaan Lentur Pile Cap
Pile cap berfungsi untuk meneruskan gaya
dari pilar ke tiap-tiap pile pada suatu grup
pile di bawah struktur yang ditumpu. Pada
perencanaannya, pile cap harus di desain
terhadap lentur dan geser. Momen ultimit
terfaktor pada pile cap diperoleh dari
perkalian beban aksial terfaktor pada pile
dengan suatu jarak dari as pile ke
penampang kritis.
Bidang kritis
Jarak bidang kritis
ke pile C
56. Prosedur Perencanaan Lentur Pile Cap
Karakteristik penampang: tebal pile cap (t), tinggi efektif (d),
luas tulangan tarik (At)
Karakteristik material: mutu beton ( ), mutu tulangan ( )
Nilai momen terfaktor (Mu)
maka
maka
Syarat :
5.6.2.2 AASHTO 2017
1 0.85
'
0.85
s y
c
A f
a
f b
1 0.65
5.6.3.2.2 AASHTO 2017
( )
2
n s y
a
M A f d
'
30cf
D
Mulai
'
cf yf
Luas tulangan
yang dibutuhkan
Tinggi blok
tekan ekivalen
Momen
nominal
Gunakan niali 1
berdasarkan mutu
beton
'
30cf '
1 0.85 0.008 30cf
0.9 0.9
s req
y
Mu
A
f d
5.5.4.2 AASHTO 2017
s c
d c
c
5.5.4.2 AASHTO
2017
Ya
dfghdgfd
sdfsdxfdfgsgsdgfsdfg
s cl
0.75r nM M 0.9r nM M
cl s tl
D
5.6.3.3 AASHTO
2017
5.6.3.2.1 AASHTO 2017
Selesai
Periksa
regangan baja
Ya
Periksa rasio
tulangan minimum
Hitung momen
retak
3 1
'
0.63
g
cr r
t
r c
I
M f
Y
f f
0.005s
Kembali
ke Awal
Tidak
0,75 0,15 t cl
tl cl
r nM M
1.33r uM M
r crM M
57. Prosedur Perencanaan Punching Shear Pile Cap
Propertis penampang: tebal pile cap (t), spasi girder (CTC),
tinnggi efektif (d), luas tulangan (A)
Propertis material: mutu beton (fy), mutu tulangan (f’c)
Nilai geser terfaktor (Vu)
5.12.8.6.3 AASHTO 2017
Mulai
'0.33
0.17n c o o
c
V f b d
Geser nominal
pelat
Selesai
u nV V
Ya
Tidak
Gaya geser pada abutmen disebabkan oleh
reaksi dari semua pile yang dianggap
sebagai beban terpusat yang bekerja di
pusat penampang pile.