SlideShare a Scribd company logo
1 of 53
Download to read offline
Hotel Puri Senyiur 26-27 Feb 24
Hand Out
Ahli Teknik Jembatan
Membuat Perencanaan
Pembangunan Jembatan
Standart
Tabel Kompetensi Kerja Ahli Teknik Jembatan (SKKNI 392-2015)
Bagaimana
Merancangnya
Rancangan Bangunan Atas Standart
A. Proses Perencanaan
A1. Kondisi Batas Ultimit
Aksi-aksi yang menyebabkan sebuah jembatan menjadi tidak aman di sebut aksi-aksi
ultimit dan reaksi yang di berikan jembatan terhadap aksi tersebut di sebut keadaan batas
ultimit
❑ Kehilangan keseimbangan statis karena Sebagian atau seluruh bagian jembatan longsor
❑ Terguling atau terangkat ke atas
❑ Kerusakan Sebagian jembatan akibat Lelah/fatik dan atau korosi hingga suatu keadaan yang
menungkinkan terjadi kegagalan ;
❑ Keadaan pasca elastic atau purnatekuk yaitu satu bagian jembatan atau lebih mencapai kondisi
runtuh. Pada keadaan plastis atau purnatekuk, aksi dan reaksi jembatan diperbolehkan untuk
distribusikan Kembali dalam batas yang di tentukan dalam bagian perencanaan bagi material yang
bersangkutan ;
❑ Kehancuran bahan pondasi yang menyebabkan pergerakan yang berlebihan atau kehancuran
bagian utama jembatan.
A2. Kondisi Batas Layan
Keadaan batas layan akan tercapai Ketika reaksi jembatan sampai pada suatu
nilai sehingga ;
❑ Mengakibatkan jembatan tidak layak pakai atau menyebabkan kekawatiran umum terhadap
keamanan jembatan atau secara signifikan mengurangi kekuatan atau masa layan jembatan.
Keadaan batas layan adalah suatu kondisi pada saat terjadi :
❑ Perubahan bentuk (deformasi) yang permanen pada pondasi atau pada sebuah elemen penyangga
utama setempat ;
❑ Kerusakan permanen akibat korosi, retak atau kelelahan/fatik, getaran, dan ;
❑ Banjir pada jaringan jalan dan daerah sekitar jembatan yang rusak karena penggerusan pada dasar
saluran, tepi sungai, dan jalan hasil timbunan.
A3. Umur Rencana Jembatan
Umur rencana jembatan di buat untuk masa
layan selama 75 tahun kecuali ;
❑ Jembatan sementara atau jembatan yang dapat di
bongkar/pasang dengan umur rencana 20 tahun
❑ Jembatan khusus yang memiliki fungsi strategis yang
di tentukan oleh instansi yang berwenang, di buat
dengan umur rencana 100 tahun
❑ Terdapat peraturan dari instansi yang berwenang yang
menerapkan umur rencana yang lain
A4. Pokok-pokok perencanaan
❑ Kekuatan dan stabilitas struktur
❑ Keawetan dan kelayakan jangka panjang
❑ Kemudahan pemeriksaan dan pemeliharaan
❑ Kenyamanan bagi pengguna jembatan
❑ Ekonomis
❑ Kemudahan pelaksanaan
❑ Estetika
❑ Dampak lingkungan minimal
A5. Kriteria perencanaan
❑ Peraturan yang digunakan
❑ Material/bahan yang digunakan
❑ Metode dan asumsi dalam perhitungan
❑ Metode dan asumsi dalam penentuan tipe bangunan atas, bangunan
bawah dan pondasi
❑ Pengumpulan data lapangan
❑ Program computer yang digunakan
❑ Metode pengujian pondasi
A7. Gambar Rencana
❑ Standar pendetailan, khususnya untuk baja dan beton bertulang , harus
konsisten untuk seluruh gambar.
❑ Komponen jembatan harus di gambar sebagaimana tampak sebenarnya ,
hindari gambar bayangan dan pandangan dari sisi yang berlawanan.
❑ Tiap dimensi ukuran ditunjukkan hanya satu kali saja.
❑ Tiap komponen jembatan harus di gambarkan secara detail sebisa mungkin
pada 1 lembar kertas.
❑ Seluruh gambar harus memiliki skala dan skala tersebut harus tercantum
dalam gambar (misalnya skala 1:100 untuk potongan melintang dan denah
jembatan serta skala 1:20 untuk gambar detail).
❑ Prosedur standar (SOP)harus digunakan dalam menggambar jembatan dan
membuat dimensi komponen termasuk format ukuran gambar, sampul, daftar
isi, petunjuk arah, daftar symbol, rangkuman volume.
Spesifikasi ;
Spesifikasi dan gambar-gambar harus dapat menjelaskan pekerjaan dengan jelas,
menyeluruh, dan tanpa ada interpretasi ganda. Spesifikasi harus menjelaskan
metode-metode pelaksanaan, prosedur-prosedur dan toleransi-toleransi agar
pembauatan dan pengawasan mutu terjamin.
A8. Penyelidikan Lintasan Air
❑ Penyelidikan lapangan harus dilakukan pada seluruh
rencana lokasi jembatan dengan mempertimbangkan ;
1. Kharakteristik hidraulik dari lintasan penyeberangan, termasuk
permasalahan yang terjadi sebelumnya dan yang berpotensi
akan terjadi, pada dan dekat dengan penyeberangan ;
2. Kinerja hidraulik dari struktur yang ada di lokasi penyeberangan;
3. Hal-hal lain yang berhubungan dengan perencanaan hidraulik
struktur.
❑ Penempatan Pilar dan Kepala Pilar Jembatan
1. Meminimalkan gangguan terhadap jalannya air ;
2. Menghindari terperangkapnya benda yang hanyut ;
3. Mengurangi rintangan terhadap navigasi;
4. Diletakkan secara parallel terhadap arah aliran sungai selama
kondisi banjir rencana
A9. Penentuan lebar, kelas dan muatan jembatan
LHR Lebar
jembatan
(m)
Jumlah lajur
LHR < 2000 3,5 – 4,5 1
2.000 < LHR < 3.000 4,5 – 6,0 2
3.000 < LHR < 8.000 6,0 – 7,0 2
8.000 < LHR <
20.000
7,0 – 14,0 4
LHR > 20.000 >14 m >4
Berdasarkan Lebar Lalu Lintas
Kelas A = 1,0 + 7,0 + 1,0 meter
Kelas B = 0,5 + 6,0 + 0,5 meter
Kelas C = 0,5 + 3,5 + 0,5 meter
Lebar Minimum untuk jembatan pada
jalan nasional Sesuai SE DBM 21
Maret 2008
Berdasarkan Muatan/Pembebanan
BM 100% : untuk semua jalan nasional & propinsi
BM 70% : dapat digunakan pada jalan kabupaten
dan daerah transmigrasi
B. Tipe-tipe bangunan atas jembatan STANDART
1. yang menggunakan beton bertulang
2. yang menggunakan beton prategang
3. yang menggunakan rangka (rangka baja
Australia)
3 yang menggunakan rangka (rangka baja Belanda)
3. yang menggunakan rangka (rangka baja Austria)
1. Bangunan Atas Jembatan Beton Bertulang
C. Mutu bahan dan Tegangan ijin
Tabel Mutu bahan dan tegangan ijin
Tabel Pedoman awal perkiraan proporsi takaran campuran
Tabel Ketentuan gradasi agregat
Tabel Sifat-sifat agregat
Tabel Kharakteristik Baja Tulangan
2. Bangunan Atas Jembatan Beton Prategang
Bangunan atas jembatan-jembatan beton prategang menggunakan bahan
beton umumnya mutu beton yang digunakan adalah beton mutu tinggi, bisa
beton K400, K450, K500, atau K600 tergantung pada berbagai pertimbangan
perencana.
Sedangkan untuk persyaratan teknis, baja prategang harus memenuhi
ketentuan-ketentuan sebagai berikut (diambil dari Spesifikasi):
• Untaian kabel (strand) prategang harus terdiri dari jalinan kawat (wire)
dengan kuat tarik tinggi, bebas tegangan (stress relieved), relaksasi
rendah dengan panjang menerus tanpa sambungan atau kopel sesuai
dengan SNI 07-1154-1989 tentang Kawat baja tanpa lapisan bebas
tegangan untuk konstruksi beton, jalinan tujuh. Untaian kawat tersebut
harus mempunyai kekuatan leleh minimum sebesar 1600 MPa dan
kekuatan batas minimum 1900 Mpa;
• Kawat (wire) prategang harus terdiri dari kawat dengan kuat tarik tinggi
dengan panjang menerus tanpa sambungan atau kopel dan harus
sesuai dengan SNI 07-1155-1989 tentang Kawat baja tanpa lapisan
bebas tegangan untuk konstruksi beton ;
• Batang (bar) logam campuran dengan kuat tarik tinggi harus bebas
tegangan kemudian diregangkan secara dingin minimum sebesar 910
Mpa.
3. Bangunan Atas Jembatan komposit
Baja yang digunakan sebagai bagian struktur baja harus sesuai dengan
ketentuan AASHTO M 270-04 dan mempunyai sifat mekanis baja structural
seperti dalam Tabel 3-12.
Tabel Sifat Mekanis Baja Struktural
D. Penentuan jumlah dan Panjang bentang jembatan
Untuk dapat menentukan jumlah dan panjang bentang jembatan,
terlebih dahulu perlu diketahui data-data sebagai berikut:
a. panjang jembatan yang telah ditentukan,
b. tinggi ruang bebas jembatan,
c. penampang memanjang perlintasan dengan sungai (jika jembatan
melintasi sungai)
d. penampang memanjang perlintasan dengan jalan raya (jika
jembatan melintasi jalan raya)
e. penampang memanjang perlintasan dengan jalan raya (jika
jembatan melintasi jalan kereta api)
f. lebar lantai kendaraan,
g. jumlah jalur dan lajur lalu lintas,
h. kelas jembatan, dan
i. tipe dan jenis bangunan atas jembatan.
1. Jembatan Melintas Sungai
Pada contoh gambar di atas, direncanakan pembangunan jembatan dengan
panjang L, perencana akan memilih tipe dan jenis jembatan yang akan dibuat
desainnya. Panjang jembatan L ditentukan setelah diketahui penampang basah
sungai yang dihitung berdasarkan desain banjir 50 tahun atau 100 tahun dan
ruang bebas jembatan yang dibangun di atas sungai sesuai dengan ketentuan
teknis yang berlaku. Ruang bebas jembatan menurut ketentuan teknis adalah
1.00 m untuk sungai yang tidak dilalui arus pelayaran kapal, sedangkan jika
sungai tersebut digunakan untuk lalu lintas air, tinggi ruang bebas jembatan
disesuaikan dengan kebutuhan. Pertama-tama dipertimbangkan terlebih dahulu,
apakah akan memakai pilar atau tidak; ini tergantung pada panjang jembatan
serta tipe dan jenis jembatan yang akan didesain. Sebagai contoh jika L = 80.00
meter, ada beberapa alternatif yang dapat dipilih, yaitu:
• Memilih jembatan rangka baja, terutama untung bentang-bentang besar;
misalnya dipilih jembatan rangka baja bentang = 80.00 m; atau
• Memilih kombinasi jembatan beton bertulang + jembatan rangka baja +
beton bertulang, misalnya 15.00 m (beton bertulang) + 50.00 m
(rangka baja) + 15.00 (beton bertulang); atau
• Memilih kombinasi jembatan beton pratekan + jembatan rangka baja +
beton pratekan, misalnya 15.00 m (beton pratekan) + 50.00 m (beton
pratekan) + 15.00 m (beton pratekan); atau
• Memilih kombinasi jembatan beton pratekan + beton pratekan + beton
pratekan, misalnya 23.00 m (beton pratekan) + 34.00 m (beton pratekan)
+ 23.00 m (beton pratekan); atau
• Memilih kombinasi jembatan komposit + rangka baja + komposit,
misalnya 10.00 m (komposit) + 60.00 m (rangka baja) + 10.00 m
(komposit);
• dan lain sebagainya.
2. Jembatan Melintas Jalan Raya
Pada contoh di atas, untuk melintasi jalan raya di bawahnya, diperlukan 3
bentang jembatan, yaitu bentang tepi sebelah kiri, bentang tengah dan
bentang tepi sebelah kanan dimana bentang tengah harus berada di luar
RUMAJA (Ruang Manfaat Jalan). Agar penempatan pilar tidak mengganggu
batas-batas RUMAJA, maka posisi tepi dalam dari kaki pilar tidak boleh
masuk ke wilayah RUMAJA. Batasan lain yang perlu diperhatikan adalah
ruang bebas untuk jembatan yang melintasi jalan raya adalah 5.00 m, artinya
tepi bawah jembatan minimal berada pada level 5.00 m di atas perkerasan
PERENCANAAN BANGUNAN ATAS JEMBATAN MENGACU PADA STANDAR
PERENCANAAN
1. Beban Permanen dan transien
E. Pembebanan
Materi P. Tenaga Konstruksi..pdf konstruksi
Materi P. Tenaga Konstruksi..pdf konstruksi
Materi P. Tenaga Konstruksi..pdf konstruksi
Materi P. Tenaga Konstruksi..pdf konstruksi
Materi P. Tenaga Konstruksi..pdf konstruksi
Materi P. Tenaga Konstruksi..pdf konstruksi
Materi P. Tenaga Konstruksi..pdf konstruksi
Materi P. Tenaga Konstruksi..pdf konstruksi
Materi P. Tenaga Konstruksi..pdf konstruksi
Materi P. Tenaga Konstruksi..pdf konstruksi
Materi P. Tenaga Konstruksi..pdf konstruksi
Materi P. Tenaga Konstruksi..pdf konstruksi
Materi P. Tenaga Konstruksi..pdf konstruksi
Materi P. Tenaga Konstruksi..pdf konstruksi
Materi P. Tenaga Konstruksi..pdf konstruksi
Materi P. Tenaga Konstruksi..pdf konstruksi
Materi P. Tenaga Konstruksi..pdf konstruksi

More Related Content

Similar to Materi P. Tenaga Konstruksi..pdf konstruksi

02 Kriteria Desain; S Teknik & Desain Geometri J B Rev 1.pdf
02 Kriteria Desain; S Teknik & Desain Geometri J B Rev 1.pdf02 Kriteria Desain; S Teknik & Desain Geometri J B Rev 1.pdf
02 Kriteria Desain; S Teknik & Desain Geometri J B Rev 1.pdfTediHermawan5
 
Analisis kapasitas dan perencanaan perkuatan jembatan rangka baja tumpuen
Analisis kapasitas dan perencanaan perkuatan jembatan rangka baja tumpuenAnalisis kapasitas dan perencanaan perkuatan jembatan rangka baja tumpuen
Analisis kapasitas dan perencanaan perkuatan jembatan rangka baja tumpuenIqlal Suriansyah
 
Rekayasa gempa tugas pertemuan 7&amp;8
Rekayasa gempa tugas pertemuan 7&amp;8Rekayasa gempa tugas pertemuan 7&amp;8
Rekayasa gempa tugas pertemuan 7&amp;8RanizaDwiSovartina
 
Jenis jenis jembatan paper#1
Jenis jenis jembatan paper#1Jenis jenis jembatan paper#1
Jenis jenis jembatan paper#1Muhammad Rachman
 
05 perencanaan struktur beton
05   perencanaan struktur beton05   perencanaan struktur beton
05 perencanaan struktur betonbudiMekka
 
matakudhdhaujbdbjcdkbsdbdsbdbvbhbdhdjs.pdf
matakudhdhaujbdbjcdkbsdbdsbdbvbhbdhdjs.pdfmatakudhdhaujbdbjcdkbsdbdsbdbvbhbdhdjs.pdf
matakudhdhaujbdbjcdkbsdbdsbdbvbhbdhdjs.pdfgabriela771013
 
Tugas rek. gempa aris septiawan-kls.b-17.1003.222.01.0659
Tugas rek. gempa aris septiawan-kls.b-17.1003.222.01.0659Tugas rek. gempa aris septiawan-kls.b-17.1003.222.01.0659
Tugas rek. gempa aris septiawan-kls.b-17.1003.222.01.0659arisseptiawan
 
modulm4kb3-dasar-dasarjembatan-200119104412.pdf
modulm4kb3-dasar-dasarjembatan-200119104412.pdfmodulm4kb3-dasar-dasarjembatan-200119104412.pdf
modulm4kb3-dasar-dasarjembatan-200119104412.pdfFadliST
 
Modul TKP M4KB3 - Dasar - dasar Jembatan
Modul TKP M4KB3 - Dasar - dasar JembatanModul TKP M4KB3 - Dasar - dasar Jembatan
Modul TKP M4KB3 - Dasar - dasar JembatanPPGHybrid1
 
68-131-1-SM 1 47 20.pdf
68-131-1-SM 1 47 20.pdf68-131-1-SM 1 47 20.pdf
68-131-1-SM 1 47 20.pdfBasirMedany
 
68-131-1-SM 1 47 21.pdf
68-131-1-SM 1 47 21.pdf68-131-1-SM 1 47 21.pdf
68-131-1-SM 1 47 21.pdfBasirMedany
 
Perhitungan awal dimensi.pptx
Perhitungan awal dimensi.pptxPerhitungan awal dimensi.pptx
Perhitungan awal dimensi.pptxJiescodalaJumadi
 
Dr. ing. ir - andreas triwiyono - evaluasi dan rehabilitasi jembatan
Dr.  ing. ir - andreas triwiyono - evaluasi dan rehabilitasi jembatanDr.  ing. ir - andreas triwiyono - evaluasi dan rehabilitasi jembatan
Dr. ing. ir - andreas triwiyono - evaluasi dan rehabilitasi jembatantoloboa
 
Pengenalan Jembatan dan Elemen Jembatan.pdf
Pengenalan Jembatan dan Elemen Jembatan.pdfPengenalan Jembatan dan Elemen Jembatan.pdf
Pengenalan Jembatan dan Elemen Jembatan.pdfRifaldiPorotuo
 
03. pelaksanaan konstruksi jembatan
03. pelaksanaan konstruksi jembatan03. pelaksanaan konstruksi jembatan
03. pelaksanaan konstruksi jembatanDedyEko4
 
beton pratekan
beton pratekanbeton pratekan
beton pratekandwidam
 

Similar to Materi P. Tenaga Konstruksi..pdf konstruksi (20)

02 Kriteria Desain; S Teknik & Desain Geometri J B Rev 1.pdf
02 Kriteria Desain; S Teknik & Desain Geometri J B Rev 1.pdf02 Kriteria Desain; S Teknik & Desain Geometri J B Rev 1.pdf
02 Kriteria Desain; S Teknik & Desain Geometri J B Rev 1.pdf
 
Analisis kapasitas dan perencanaan perkuatan jembatan rangka baja tumpuen
Analisis kapasitas dan perencanaan perkuatan jembatan rangka baja tumpuenAnalisis kapasitas dan perencanaan perkuatan jembatan rangka baja tumpuen
Analisis kapasitas dan perencanaan perkuatan jembatan rangka baja tumpuen
 
Rekayasa gempa tugas pertemuan 7&amp;8
Rekayasa gempa tugas pertemuan 7&amp;8Rekayasa gempa tugas pertemuan 7&amp;8
Rekayasa gempa tugas pertemuan 7&amp;8
 
Jenis jenis jembatan paper#1
Jenis jenis jembatan paper#1Jenis jenis jembatan paper#1
Jenis jenis jembatan paper#1
 
05 perencanaan struktur beton
05   perencanaan struktur beton05   perencanaan struktur beton
05 perencanaan struktur beton
 
JEMBATAN.ppt
JEMBATAN.pptJEMBATAN.ppt
JEMBATAN.ppt
 
matakudhdhaujbdbjcdkbsdbdsbdbvbhbdhdjs.pdf
matakudhdhaujbdbjcdkbsdbdsbdbvbhbdhdjs.pdfmatakudhdhaujbdbjcdkbsdbdsbdbvbhbdhdjs.pdf
matakudhdhaujbdbjcdkbsdbdsbdbvbhbdhdjs.pdf
 
REL.ppt
REL.pptREL.ppt
REL.ppt
 
Tugas rek. gempa aris septiawan-kls.b-17.1003.222.01.0659
Tugas rek. gempa aris septiawan-kls.b-17.1003.222.01.0659Tugas rek. gempa aris septiawan-kls.b-17.1003.222.01.0659
Tugas rek. gempa aris septiawan-kls.b-17.1003.222.01.0659
 
modulm4kb3-dasar-dasarjembatan-200119104412.pdf
modulm4kb3-dasar-dasarjembatan-200119104412.pdfmodulm4kb3-dasar-dasarjembatan-200119104412.pdf
modulm4kb3-dasar-dasarjembatan-200119104412.pdf
 
Modul TKP M4KB3 - Dasar - dasar Jembatan
Modul TKP M4KB3 - Dasar - dasar JembatanModul TKP M4KB3 - Dasar - dasar Jembatan
Modul TKP M4KB3 - Dasar - dasar Jembatan
 
68-131-1-SM 1 47 20.pdf
68-131-1-SM 1 47 20.pdf68-131-1-SM 1 47 20.pdf
68-131-1-SM 1 47 20.pdf
 
68-131-1-SM 1 47 21.pdf
68-131-1-SM 1 47 21.pdf68-131-1-SM 1 47 21.pdf
68-131-1-SM 1 47 21.pdf
 
Perhitungan awal dimensi.pptx
Perhitungan awal dimensi.pptxPerhitungan awal dimensi.pptx
Perhitungan awal dimensi.pptx
 
Dr. ing. ir - andreas triwiyono - evaluasi dan rehabilitasi jembatan
Dr.  ing. ir - andreas triwiyono - evaluasi dan rehabilitasi jembatanDr.  ing. ir - andreas triwiyono - evaluasi dan rehabilitasi jembatan
Dr. ing. ir - andreas triwiyono - evaluasi dan rehabilitasi jembatan
 
Pengenalan Jembatan dan Elemen Jembatan.pdf
Pengenalan Jembatan dan Elemen Jembatan.pdfPengenalan Jembatan dan Elemen Jembatan.pdf
Pengenalan Jembatan dan Elemen Jembatan.pdf
 
03. pelaksanaan konstruksi jembatan
03. pelaksanaan konstruksi jembatan03. pelaksanaan konstruksi jembatan
03. pelaksanaan konstruksi jembatan
 
0 buku-4
0 buku-40 buku-4
0 buku-4
 
beton pratekan
beton pratekanbeton pratekan
beton pratekan
 
JALAN REL KA.pdf
JALAN REL KA.pdfJALAN REL KA.pdf
JALAN REL KA.pdf
 

Recently uploaded

Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaRenaYunita2
 
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptxManual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptxRemigius1984
 
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdf
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdfMetode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdf
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdfArvinThamsir1
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++FujiAdam
 
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdfAnonymous6yIobha8QY
 
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdfTEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdfYogiCahyoPurnomo
 
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdf
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdfMODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdf
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdfihsan386426
 
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppttaniaalda710
 

Recently uploaded (8)

Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
 
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptxManual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
 
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdf
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdfMetode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdf
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdf
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
 
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
 
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdfTEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
 
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdf
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdfMODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdf
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdf
 
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
 

Materi P. Tenaga Konstruksi..pdf konstruksi

  • 1. Hotel Puri Senyiur 26-27 Feb 24 Hand Out Ahli Teknik Jembatan Membuat Perencanaan Pembangunan Jembatan Standart
  • 2. Tabel Kompetensi Kerja Ahli Teknik Jembatan (SKKNI 392-2015)
  • 3.
  • 4.
  • 5.
  • 6.
  • 8.
  • 10. A1. Kondisi Batas Ultimit Aksi-aksi yang menyebabkan sebuah jembatan menjadi tidak aman di sebut aksi-aksi ultimit dan reaksi yang di berikan jembatan terhadap aksi tersebut di sebut keadaan batas ultimit ❑ Kehilangan keseimbangan statis karena Sebagian atau seluruh bagian jembatan longsor ❑ Terguling atau terangkat ke atas ❑ Kerusakan Sebagian jembatan akibat Lelah/fatik dan atau korosi hingga suatu keadaan yang menungkinkan terjadi kegagalan ; ❑ Keadaan pasca elastic atau purnatekuk yaitu satu bagian jembatan atau lebih mencapai kondisi runtuh. Pada keadaan plastis atau purnatekuk, aksi dan reaksi jembatan diperbolehkan untuk distribusikan Kembali dalam batas yang di tentukan dalam bagian perencanaan bagi material yang bersangkutan ; ❑ Kehancuran bahan pondasi yang menyebabkan pergerakan yang berlebihan atau kehancuran bagian utama jembatan. A2. Kondisi Batas Layan Keadaan batas layan akan tercapai Ketika reaksi jembatan sampai pada suatu nilai sehingga ; ❑ Mengakibatkan jembatan tidak layak pakai atau menyebabkan kekawatiran umum terhadap keamanan jembatan atau secara signifikan mengurangi kekuatan atau masa layan jembatan. Keadaan batas layan adalah suatu kondisi pada saat terjadi : ❑ Perubahan bentuk (deformasi) yang permanen pada pondasi atau pada sebuah elemen penyangga utama setempat ; ❑ Kerusakan permanen akibat korosi, retak atau kelelahan/fatik, getaran, dan ; ❑ Banjir pada jaringan jalan dan daerah sekitar jembatan yang rusak karena penggerusan pada dasar saluran, tepi sungai, dan jalan hasil timbunan.
  • 11. A3. Umur Rencana Jembatan Umur rencana jembatan di buat untuk masa layan selama 75 tahun kecuali ; ❑ Jembatan sementara atau jembatan yang dapat di bongkar/pasang dengan umur rencana 20 tahun ❑ Jembatan khusus yang memiliki fungsi strategis yang di tentukan oleh instansi yang berwenang, di buat dengan umur rencana 100 tahun ❑ Terdapat peraturan dari instansi yang berwenang yang menerapkan umur rencana yang lain
  • 12. A4. Pokok-pokok perencanaan ❑ Kekuatan dan stabilitas struktur ❑ Keawetan dan kelayakan jangka panjang ❑ Kemudahan pemeriksaan dan pemeliharaan ❑ Kenyamanan bagi pengguna jembatan ❑ Ekonomis ❑ Kemudahan pelaksanaan ❑ Estetika ❑ Dampak lingkungan minimal A5. Kriteria perencanaan ❑ Peraturan yang digunakan ❑ Material/bahan yang digunakan ❑ Metode dan asumsi dalam perhitungan ❑ Metode dan asumsi dalam penentuan tipe bangunan atas, bangunan bawah dan pondasi ❑ Pengumpulan data lapangan ❑ Program computer yang digunakan ❑ Metode pengujian pondasi
  • 13. A7. Gambar Rencana ❑ Standar pendetailan, khususnya untuk baja dan beton bertulang , harus konsisten untuk seluruh gambar. ❑ Komponen jembatan harus di gambar sebagaimana tampak sebenarnya , hindari gambar bayangan dan pandangan dari sisi yang berlawanan. ❑ Tiap dimensi ukuran ditunjukkan hanya satu kali saja. ❑ Tiap komponen jembatan harus di gambarkan secara detail sebisa mungkin pada 1 lembar kertas. ❑ Seluruh gambar harus memiliki skala dan skala tersebut harus tercantum dalam gambar (misalnya skala 1:100 untuk potongan melintang dan denah jembatan serta skala 1:20 untuk gambar detail). ❑ Prosedur standar (SOP)harus digunakan dalam menggambar jembatan dan membuat dimensi komponen termasuk format ukuran gambar, sampul, daftar isi, petunjuk arah, daftar symbol, rangkuman volume. Spesifikasi ; Spesifikasi dan gambar-gambar harus dapat menjelaskan pekerjaan dengan jelas, menyeluruh, dan tanpa ada interpretasi ganda. Spesifikasi harus menjelaskan metode-metode pelaksanaan, prosedur-prosedur dan toleransi-toleransi agar pembauatan dan pengawasan mutu terjamin.
  • 14. A8. Penyelidikan Lintasan Air ❑ Penyelidikan lapangan harus dilakukan pada seluruh rencana lokasi jembatan dengan mempertimbangkan ; 1. Kharakteristik hidraulik dari lintasan penyeberangan, termasuk permasalahan yang terjadi sebelumnya dan yang berpotensi akan terjadi, pada dan dekat dengan penyeberangan ; 2. Kinerja hidraulik dari struktur yang ada di lokasi penyeberangan; 3. Hal-hal lain yang berhubungan dengan perencanaan hidraulik struktur. ❑ Penempatan Pilar dan Kepala Pilar Jembatan 1. Meminimalkan gangguan terhadap jalannya air ; 2. Menghindari terperangkapnya benda yang hanyut ; 3. Mengurangi rintangan terhadap navigasi; 4. Diletakkan secara parallel terhadap arah aliran sungai selama kondisi banjir rencana
  • 15. A9. Penentuan lebar, kelas dan muatan jembatan LHR Lebar jembatan (m) Jumlah lajur LHR < 2000 3,5 – 4,5 1 2.000 < LHR < 3.000 4,5 – 6,0 2 3.000 < LHR < 8.000 6,0 – 7,0 2 8.000 < LHR < 20.000 7,0 – 14,0 4 LHR > 20.000 >14 m >4 Berdasarkan Lebar Lalu Lintas Kelas A = 1,0 + 7,0 + 1,0 meter Kelas B = 0,5 + 6,0 + 0,5 meter Kelas C = 0,5 + 3,5 + 0,5 meter Lebar Minimum untuk jembatan pada jalan nasional Sesuai SE DBM 21 Maret 2008 Berdasarkan Muatan/Pembebanan BM 100% : untuk semua jalan nasional & propinsi BM 70% : dapat digunakan pada jalan kabupaten dan daerah transmigrasi
  • 16. B. Tipe-tipe bangunan atas jembatan STANDART 1. yang menggunakan beton bertulang
  • 17. 2. yang menggunakan beton prategang
  • 18.
  • 19. 3. yang menggunakan rangka (rangka baja Australia)
  • 20. 3 yang menggunakan rangka (rangka baja Belanda)
  • 21. 3. yang menggunakan rangka (rangka baja Austria)
  • 22. 1. Bangunan Atas Jembatan Beton Bertulang C. Mutu bahan dan Tegangan ijin Tabel Mutu bahan dan tegangan ijin
  • 23. Tabel Pedoman awal perkiraan proporsi takaran campuran
  • 27. 2. Bangunan Atas Jembatan Beton Prategang Bangunan atas jembatan-jembatan beton prategang menggunakan bahan beton umumnya mutu beton yang digunakan adalah beton mutu tinggi, bisa beton K400, K450, K500, atau K600 tergantung pada berbagai pertimbangan perencana. Sedangkan untuk persyaratan teknis, baja prategang harus memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai berikut (diambil dari Spesifikasi): • Untaian kabel (strand) prategang harus terdiri dari jalinan kawat (wire) dengan kuat tarik tinggi, bebas tegangan (stress relieved), relaksasi rendah dengan panjang menerus tanpa sambungan atau kopel sesuai dengan SNI 07-1154-1989 tentang Kawat baja tanpa lapisan bebas tegangan untuk konstruksi beton, jalinan tujuh. Untaian kawat tersebut harus mempunyai kekuatan leleh minimum sebesar 1600 MPa dan kekuatan batas minimum 1900 Mpa; • Kawat (wire) prategang harus terdiri dari kawat dengan kuat tarik tinggi dengan panjang menerus tanpa sambungan atau kopel dan harus sesuai dengan SNI 07-1155-1989 tentang Kawat baja tanpa lapisan bebas tegangan untuk konstruksi beton ; • Batang (bar) logam campuran dengan kuat tarik tinggi harus bebas tegangan kemudian diregangkan secara dingin minimum sebesar 910 Mpa.
  • 28. 3. Bangunan Atas Jembatan komposit Baja yang digunakan sebagai bagian struktur baja harus sesuai dengan ketentuan AASHTO M 270-04 dan mempunyai sifat mekanis baja structural seperti dalam Tabel 3-12. Tabel Sifat Mekanis Baja Struktural
  • 29. D. Penentuan jumlah dan Panjang bentang jembatan Untuk dapat menentukan jumlah dan panjang bentang jembatan, terlebih dahulu perlu diketahui data-data sebagai berikut: a. panjang jembatan yang telah ditentukan, b. tinggi ruang bebas jembatan, c. penampang memanjang perlintasan dengan sungai (jika jembatan melintasi sungai) d. penampang memanjang perlintasan dengan jalan raya (jika jembatan melintasi jalan raya) e. penampang memanjang perlintasan dengan jalan raya (jika jembatan melintasi jalan kereta api) f. lebar lantai kendaraan, g. jumlah jalur dan lajur lalu lintas, h. kelas jembatan, dan i. tipe dan jenis bangunan atas jembatan.
  • 30.
  • 31. 1. Jembatan Melintas Sungai Pada contoh gambar di atas, direncanakan pembangunan jembatan dengan panjang L, perencana akan memilih tipe dan jenis jembatan yang akan dibuat desainnya. Panjang jembatan L ditentukan setelah diketahui penampang basah sungai yang dihitung berdasarkan desain banjir 50 tahun atau 100 tahun dan ruang bebas jembatan yang dibangun di atas sungai sesuai dengan ketentuan teknis yang berlaku. Ruang bebas jembatan menurut ketentuan teknis adalah 1.00 m untuk sungai yang tidak dilalui arus pelayaran kapal, sedangkan jika sungai tersebut digunakan untuk lalu lintas air, tinggi ruang bebas jembatan disesuaikan dengan kebutuhan. Pertama-tama dipertimbangkan terlebih dahulu, apakah akan memakai pilar atau tidak; ini tergantung pada panjang jembatan serta tipe dan jenis jembatan yang akan didesain. Sebagai contoh jika L = 80.00 meter, ada beberapa alternatif yang dapat dipilih, yaitu:
  • 32. • Memilih jembatan rangka baja, terutama untung bentang-bentang besar; misalnya dipilih jembatan rangka baja bentang = 80.00 m; atau • Memilih kombinasi jembatan beton bertulang + jembatan rangka baja + beton bertulang, misalnya 15.00 m (beton bertulang) + 50.00 m (rangka baja) + 15.00 (beton bertulang); atau • Memilih kombinasi jembatan beton pratekan + jembatan rangka baja + beton pratekan, misalnya 15.00 m (beton pratekan) + 50.00 m (beton pratekan) + 15.00 m (beton pratekan); atau • Memilih kombinasi jembatan beton pratekan + beton pratekan + beton pratekan, misalnya 23.00 m (beton pratekan) + 34.00 m (beton pratekan) + 23.00 m (beton pratekan); atau • Memilih kombinasi jembatan komposit + rangka baja + komposit, misalnya 10.00 m (komposit) + 60.00 m (rangka baja) + 10.00 m (komposit); • dan lain sebagainya.
  • 33. 2. Jembatan Melintas Jalan Raya Pada contoh di atas, untuk melintasi jalan raya di bawahnya, diperlukan 3 bentang jembatan, yaitu bentang tepi sebelah kiri, bentang tengah dan bentang tepi sebelah kanan dimana bentang tengah harus berada di luar RUMAJA (Ruang Manfaat Jalan). Agar penempatan pilar tidak mengganggu batas-batas RUMAJA, maka posisi tepi dalam dari kaki pilar tidak boleh masuk ke wilayah RUMAJA. Batasan lain yang perlu diperhatikan adalah ruang bebas untuk jembatan yang melintasi jalan raya adalah 5.00 m, artinya tepi bawah jembatan minimal berada pada level 5.00 m di atas perkerasan
  • 34. PERENCANAAN BANGUNAN ATAS JEMBATAN MENGACU PADA STANDAR PERENCANAAN
  • 35. 1. Beban Permanen dan transien