3. • Pengelolaan oksigenasi hiperbarik sudah
sejak abad ke-16
– Tepatnya di Inggris tahun 1662 oleh
HENSHAW: RUBT (Hyperbaric Chamber) →
pengobatan beberapa penyakit kulit dan
Rickets.
– Di Perancis Tahun 1834 → dr. Junot,
mengatakan adanya penyembuhan bermakna
pada pasien dengan penyakit kardiopulmoner
yang diobati dengan hyperbaric.
– Di Inggris Tahun 1900 → dr. John Haldane,
Berhasil menemukan tabel rekompressi dan
penyelaman sampai sekarang tabel tersebut
masih dipakai dalam pelayanan pengobatan.
4. – Tahun 1918, Cunningham : Terapi Hipoksia dan
infeksi anaerob.
– Tahun 1956, dr. Ite Boereina dari Belanda,
melaporkan keberhasilan suatu tindakan
pembedahan jantung paru yang dilakukan di
dalam RUBT.
– Tahun 1960, dr. Ite Boereina : Hidup tanpa Hb
dalam RUBT.
– Tahun 1961, dr W. Brummelkamp: Terapi
oksigen Hiperbaric dapat digunakan sebagai
cara lain terapi gangren dengan menghambat
infeksi anaerob pada kaki pasiennya.
5. – Tahun 1960, terapi hyperbaric sudah
dilakukan di Indonesia oleh TNI
angkatan laut.
– Selanjutnya dikembangkan di Tanjung
Pinang, Jakarta, Ambon, dan Lakesla
Surabaya → digunakan untuk
menangani kasus-kasus cidera
penyelaman seperti keracunan gas-gas
pernapasan dan penyakit dekompressi.
7. B. Klasifikasi :
1. Pertemuan Komite Fasilitas
Kesehatan Amerika dan Asosiasi
Nasional Proteksi Kebakaran
Amerika (Kanada 1981), didukung
oleh Institut Standar Nasional
Amerika:
• RUBT Klas A – manusia
• RUBT Klas B – manusia
• RUBT Klas C – binatang / penelitian
8. 2. Menurut US NAVY
– Tipe RUBT :
• Kering
• Basah
• Kombinasi
– Klas RUBT :
• Klas I – kering, basah, kombinasi
– manusia
• Klas II – kering, basah,
kombinasi – binatang
9. 3.Menurut Jenis
– Large Multicompartment Chamber
:
• Lebih satu orang
• Penelitian, pengobatan Caisson,
penyelam
• Tekanan lebih 5 ATA
– Large Multicompartement
Chamber : Tekanan 2 – 4 ATA
10. – Portable High Pressure Multi-man
Chamber : Dapat dipindahkan
– Portable One Man High or Low
Pressure Chamber : Dekompresi
permukaan, Satu orang.
4. Menurut ukuran, Bentuk dan
Kemampuan Tekanan
– Monoplace (RUBT Tunggal)
• Akrilik (banyak), tekanan 3 ATA (maks)
• Baja, tekanan 6 ATA (maks), Satu
orang
11. • Keuntungan :
–
–
–
–
–
–
–
–
Privat - kasus infeksi / isolasi
Baik untuk intensif
Tanpa masker
Berbaring
Mudah mengawasi penderita
Tanpa prosedur dekompresi
Murah dan mudah ditempatkan
Operator satu orang
• Kerugian :
–
–
–
Mudah kebakaran
Tidak dapat fisioterapi
Tidak untuk penyakit dekompresi
12. 2. Multiple atau “walk-in” Chamber
(RUBT Ganda)
– Keuntungan :
•
•
•
•
•
Beberapa penderita
Kurang resiko kebakaran
Dapat fisioterapi
Tekanan 6 ATA (maks)
Udara biasa – masker oksigen
13. 3. TOPOX (RUBT Topikal)
–
–
–
Bentuk sederhana
Tekanan 2 ATA (maks)
Oksigen langsung di luka
4. Small Hyperbaric Chamber
– Bayi dan eksperimen
14. C. Komponen-komponen Pendukung
1. Badan (Hull)
a. Umumnya 2 ruang
:
• inner lock (dalam) – pengobatan
• outer lock (luar) – transfer
• masing-masing dapat ditekan
b. Medical lock
c. Pintu dilapis karet
d. Jendela permanent
e. Cat warna terang, tidak pantulkan
cahaya, mudah dibersihkan, tidak licin.
15. 2. Perabot
1. Tempat duduk lipat
2. Penerangan
3. Tandu dorong
2. Sistem Pipa
1. Lubang masuk udara tekan, diredam
2. Lubang masuk – keluar berjauhan ---
sirkulasi udara
3. Pembuangan (exhaust) jauh dari panel
kontrol, listrik
4. Klep ekualisasi
16. 4. Gas Pernapasan
– Kompresor (listrik atau diesel) – difiltrasi –
bank persediaan – ke RUBT
– Okigen, oksigen cair atau nitrogen, helium –
oksigen dihubungkan dengan sistem
pernapasan
– Gas pernafasan ke klep pengatur eksternal,
ke dalam ruangan – klep pengatur internal
kemudian flow meter, masker.
e. Komunikasi
Untuk kedua ruangan dan panel kontrol
digunakan telepon atau intercom
17. f. Pemadam kebakaran
g.
Faktor pencetus kebakaran :
• Sumber
• Bahan bakar
• Oksigen
Fasilitas pemadam menggunakan air pancuran otomatis
atau manual, dengan slang atau tabung.
Instrumentasi dan pengoperasian
Panel kontrol mudah dibaca
Pengukuran tekanan/kedalaman di dalam dan dipanel
Jam dinding
Flow meter untuk mengukur kecepatan ventilasi
Monitor suhu dan kelembaban
Monitor elektro-diagnostik
18. D. Terapi RUBT
– RUBT diberi tekanan + oksigen =
Terapi Oksigen
– Hiperbarik (OHB) adalah cara
pengobatan (medik) pada penderita di
dalam RUBT dengan memberi nafas
oksigen murni (100%).
19. E. Efek Fisiologi
– Efek mekanik :
• tekanan tinggi hanya untuk penyakit dekompressi,
• air embolism
• distensi gas abdomen.
– Efek Terapi : terjadi peninggian tekanan parsiel oksigen
– Di permukaan
:
• Tek. Udara 1 Atm Absolut ( 1 ATA) = 760 mmHg.
• Tek. Parsiel O2 (PO2) = 20% x 760 mmHg = 150
•
•
mmHg
PO2 Alveoli 100 mmHg penyerapan O2 dan
pertukaran CO2
PO2 sirkulasi = 90 mmHg.
20. – Hemoglobin :
• mengikat oksigen 97%
• 20 ml O2 per 100 ml darah = 20 vol %
• Oksigen bebas cairan plasma = 0,3 vol %
– Tekanan 1 ATA, Oksigen murni 100% :
• Hemoglobin + O2 97% menjadi 100%
• Cairan plasma : menjadi 2 Vol %
– Tekanan 2 ATA : Cairan plasma 4 vol %
– Tekanan 3 ATA : cairan plasma 6 vol % =
kebutuhan untuk metabolisme makhluk hidup.
21. F. Manfaat OHB di klinik
– Menormalkan jaringan hipoksia dan anoksia
– Vasokonstriksi arteri
– Meningkatkan viabilitas sel dan jaringan
– Meningkatkan kemampuan lekosit
membunuh kuman
– Neovaskularisasi dan proliferasi
– Bakteriostatik kuman aerob
– Bakterisida kuman anaerob
– Penyakit dekompresi
22. G. Ruang Lingkup Pelayanan
Hiperbarik di Indonesia
1. Pelayanan medik hiperbarik adalah
pengobatan oksigenasi hiperbarik
yang dilaksanakan di sarana
pelayanan kesehatan dengan
menggunakan Ruang Udara
Bertekanan Tinggi (RUBT) dan
pemberian pernapasan oksigen murni
(O2 = 100%) pada tekanan lebih dari
satu atmosfer dalam jangka waktu
tertentu.
23. 2. Sarana pelayanan kesehatan untuk pelayanan
medik hiperbarik adalah :
– Rumah Sakit klas A, B, C, D, serta
puskesmas yang memiliki ketentuan sebagai
berikut :
• Sarana pelayanan kesehatan yang
terletak di tepi pantai yang menjadi
lintasan dan atau tempat persinggahan
kegiatan kelautan serta kegiatan
penyelaman.
• Sarana pelayanan kesehatan yang terletak
di daerah wisata penyelaman dan resor
penyelaman (dive resort).
24. • Sarana pelayanan kesehatan yang
merupakan jejaring pelayanan medik
hiperbarik, baik yang terdaftar untuk
menunjang kegiatan kelautan maupun
yang memiliki Kerjasama Operasional
(KSO) dengan pusat rujukan pelayanan
medik hiperbarik di wilayah tersebut.
– Kapal Rumah Sakit Hiperbarik Multifungsi,
yaitu kapal yang dilengkapi RUBT ruang
ganda, RUBT ruang tunggal untuk pemakaian
tipe rumah sakit, serta RUBT pengangkut tipe
L.
25. 3. Penggunaan pengobatan hiperbarik terbagi
sebagai berikut :
– Sebagai pengobatan utama, yaitu untuk
penyakit-penyakit akibat penyelaman dan
kegiatan kelautan:
• Penyakit dekompresi
• Emboli udara
• Luka bakar
• Crush injury
• Keracunan gas karbon monoksida (CO)
27. – Sebagai pengobatan pilihan lain, yaitu untuk :
• Pelayanan kesehatan dan kebugaran
• Pelayanan kesehatan olahraga
• Pasien lanjut usia (geriatri)
• Dermatologi dan kecantikan
– Sebagai penunjang diagnostik, yaitu untuk pasien rawat
inap dengan :
• Penyakit dekompresi berat dengan kelumpuhan
(parese & plegi)
• Penyakit dekompresi berat dengan pneumonia
• Penyakit dekompresi berat dengan disertai penyakit
jantung
• Penyakit dekompresi berat dengan incontinentia urine
dan hematuria.
• Untuk kasus-kasus di atas dilaksanakan rawat
bersama antara pelayanan medik hiperbarik dengan
SMF RS yang terkait.
28. H. Penyelenggaraan Pelayanan Medik
Hiperbarik di Indonesia
1. Standar Sarana Pelayanan Medik
Hiperbarik
Peralatan dan Sarana
Agar dapat menyelenggarakan pelayanan
medik hiperbarik yang prima, sarana
pelayanan medik hiperbarik harus memiliki
sarana, prasarana, dan peralatan yang
aman, akurat, dan handal, serta memenuhi
persyaratan desain di samping memiliki
prosedur tetap penggunaan peralatan
dengan memperhatikan keamanan dan
melakukan kendali mutu.
29. Peralatan
– Agar pelayanan hiperbarik dapat
terselenggara dengan baik, maka
diperlukan peralatan-peralatan utama
dan tambahan yang memadai dan
memenuhi syarat di setiap ruangan
sesuai dengan fungsinya.
30. Ruang Udara Bertekanan Tinggi /
RUBT (Hyperbaric Chamber)
– Ruang Udara Bertekanan Tinggi
merupakan fasilitas utama yang
dibutuhkan dalam pelayanan medik
hiperbarik. Yang terpenting dalam
mekanisme RUBT adalah adanya
tekanan, maka oksigen di dalamnya
memberikan tekanan yang lebih tinggi
dari permukaan air laut. Ukuran, bentuk,
dan kapasitas tekan di RUBT sangat
bervariasi.
31. • Pembagian tipe RUBT adalah sebagai berikut :
– RUBT Ruang Tunggal (Monoplace)
• Merupakan tipe RUBT yang sering digunakan.
Pasien dapat dipindahkan ke dalam RUBT
dengan oksigen yang diisi sesuai tekanan,
yaitu tidak lebih dari 3 ATA. Digunakan untuk
penanganan pasien individu, kasus infeksi,
dan perawatan intensif. Kelebihannya adalah
mudah dioperasikan, mudah untuk
ditempatkan, tidak membutuhkan masker
muka, mudah untuk mengobservasi pasien,
serta hanya membutuhkan sedikit tenaga
operator.
32. – RUBT Ruang Ganda (Multiplace atau
“walk-in chamber”)
• Merupakan tipe RUBT yang sering
digunakan. Pasien dapat dipindahkan ke
dalam RUBT dengan oksigen yang diisi
sesuai tekanan, yaitu tidak lebih dari 3
ATA. Digunakan untuk penanganan pasien
individu, kasus infeksi, dan perawatan
intensif. Kelebihannya adalah mudah
dioperasikan, mudah untuk ditempatkan,
tidak membutuhkan masker muka, mudah
untuk mengobservasi pasien, serta hanya
membutuhkan sedikit tenaga operator.
33. – RUBT Pengangkut (Mobile /
Portable)
• RUBT yang dapat dipindahkan dan
bergerak kemana saja dibutuhkan, dapat
langsung berfungsi di lokasi, bahkan di
tempat parkir Rumah Sakit. Tipe ini sangat
ideal untuk mendukung operasional militer,
dan dapat difungsikan sebagai Rumah
Sakit di medan tempur, serta dapat
digunakan untuk mendukung penelitian dan
terapi.
34. – RUBT untuk testing dan latihan
penyelam
• Digunakan untuk melakukan uji coba
terhadap penyelam, dimana ruangan
tersebut disimulasikan sesuai dengan
kedalaman penyelaman.
– Small hyperbaric chamber
• Digunakan untuk neonatus dan
hewan percobaan
35. Pemilihan Tipe RUBT
TIPE
TEKANAN
TIPE
INDIKASI
Sampai 1,5 RUBT Ruang
ATA
Tunggal dan
RUBT Ruang
Ganda
- Iskemi serebral
- Iskemi kardiak
- Iskemi peripheral vaskuler
- Pengobatan tambahan untuk
kebugaran, kedokteran
olahraga, skin flaps, dan
trauma akustik
Sampai 2,5 Non portable
ATA
dan portable
- Gas gangren
- Luka bakar
- Crush injury pada ujung
lengan/kaki
37. Peralatan Tambahan untuk Ruang
Udara Bertekanan Tinggi
–
–
–
Masker oksigen
Respirator dan ventilator
Peralatan untuk terapi, yaitu:
• Peralatan resusitasi jantung dan paru
(RJP)
• Tabung endotrakeal
• Alat penghisap (suction)
• Peralatan infus
38. – Peralatan dianostik
• Alat diagnostik kedokteran
• Alat monitor transkutan oksigen
• EKG
• EEG
• Alat ukur gas darah
• Alat monitor tekanan intra kranial
– Alat neurologi, yaitu optalmoskop dan
dymanometer untuk mengukur
spastisitas.
– Alat latihan, yaitu treadmill
39. 2. Standar Penyelenggaraan Pelayanan Medik
Hiperbarik
a. Indikasi, kontraindikasi, komplikasi dan efek samping
Indikasi (kasus emergensi dan non emergensi)
Penyakit dekompresi (DCS)
Penyakit emboli udara (arterial gas
emboli/AGE)
Keracunan gas : CO, sianida, hydrogen
disulfida
Gas gangrene, facitis akuta nekrotikans,
refractory osteomyelitis.
Morbus Hansen
Penyakit jamur sistemik
40.
Luka bakar
Ulcus dan gangrene diabeticum
Pengobatan tambahan untuk penyembuhan
pasca tindakan bedah plastic dan
rekonstruksi.
Crush Injury
Bedah Orthopedi
Sindrom kompartemen cidera oleh karena
olahraga, patah tulang “Non Union”, cangkok
tulang, osteoradionekrosis.
Penyakit vaskuler
Shock, iskemi koroner, pembedahan jantung,
penyakit buerger, penyakit raynaud.
41. Penyakit neurology stroke dan pasca stroke,
multiple sklerosis, migraine, edema serebral,
multi infark, cedera spinal, abses otak,
neuropatik perifer.
Hematologi (untuk pengobatan tambahan pada
Sickle Cell Anaemia)
Bagian penyakit mata : oklusi arteri sentralis
retina
Gastro intestinal : Ileus paralitika, tukak lambung
THT : tuli mendadak (sudden deafness), menier
disease, radang telinga menahun.
Bidang paru-paru : abses paru.
42. Kontra Indikasi
– Kontra indikasi mutlak
• Pneumothorax yang belum diobati
• Kehamilan
• Keganasan yang belum diberi terapi
– Kontra indikasi relatif
• Infeksi saluran nafas bagian atas
• Sinusitis kronik
• Kelainan kejang-kejang
• Emfisema
• Febris yang tidak terkontrol
• Riwayat pneumotorax spontan
• Riwayat bedah thorax
• Riwayat operasi telinga
• Lesi paru asimtomatik
44. b. Faktor-faktor yang Perlu Dipertimbangkan
Dalam Pelaksanaan Terapi Hiperbarik
– Untuk kasus elektif diperhitungkan jumlah pasien
minimal 6 orang
– Untuk kasus emergensi tidak diperhitungkan jumlah
minimal pasien dan pelaksanaannya 24 jam kerja
– Untuk pasien yang tabel pengobatannya/dosis terapi
hiperbariknya sama disatukan dalam satu sesi terapi.
– Kasus lama dan baru: pasien yang baru pertama kali
mengikuti terapi oksigen hiperbarik, dokter harus
mengawasi apakah dia tahan terhadap perubahan
tekanan (pressure test) serta apakah tanda-tanda
keracunan oksigen (oxygen tolerance test)
45. – Faktor resiko penularan penyakit
• Pemisahan masker yang dipakai
• Sterilisasi masker
• Masuk di RUBT yang lebih intensif
• Luka yang berbau tidak dicampur dengan kasus penyakit lain.
Catatan : bila terapi oksigen hiperbarik dilaksanakan dengan
RUBT ruang tunggal (kapasitas satu orang), maka poin a s/d e
tidak dipertimbangkan.
– Bagi pasien yang akan terbang sesudah pengobatan
hiperbarik, penerbangan dilakukan dalam jangka waktu
72 jam setelah pengobatan terakhir.
– Bagi pasien dengan pengobatan hiperbarik untuk
program kebugaran, penerbangan boleh dilakukan dalam
jangka waktu 4-6 jam setelah pengobatan terakhir
(selama dekompresi, pasien tetap menghisap oksigen
dan selama menunggu penerbangan penderita harus
istirahat total).
46. – Bagi pasien penyakit dekompresi dan
atau arterial gas emboli, diijinkan
terbang setelah pengobatan hiperbarik
dalam jangka waktu 1 sampai 2 minggu
setelah pengobatan terakhir.
– Untuk penderita yang tidak sadar, perlu
dilakukan timpanoplasti oleh dokter
spesialis THT atau dokter spesialis
kelautan dan dokter hiperbarik yang
pernah mengikuti pelatihan
timpanoplasti.
47. c. Jenis dan Prosedur Pelayanan
– Di Puskesmas
• Melakukan anamnesa
• Melakukan pemeriksaan fisik, dengan
•
•
inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
Melakukan tindakan hiperbarik pada
penderita dekompresi (DCS) maupun arterial
gas emboli (AGE) yang pasiennya sadar
dengan dekompresi di dalam air memakai O2
dengan alat selam SSBA.
Merujuk ke fasilitas pelayanan hiperbarik
yang lebih mampu jika diperlukan.
48. – Di Rumah Sakit Klas D dan C
• Melakukan anamnesa
• Melakukan pemeriksaan fisik, dengan
inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
Pada penderita dekompresi (DCS), arterial
gas emboli (AGE), dan pada penderita
dengan kasus-kasus klinis terbatas bertujuan
untuk mendeteksi komplikasi.
• Melakukan pemeriksaan lain untuk
mengetahui ada/tidaknya kontraindikasi
terapi dengan RUBT, yaitu dengan
pemeriksaan:
– Thorax foto
– Laboratorium (sesuaikan dengan kondisi
penyakit)
49. • Melakukan ekualisasi yaitu upaya menyamakan
•
•
tekanan antara telinga bagian tengah dengan
tekanan udara di luar.
Menandatangani surat persetujuan tindakan medis
(informed consent) dalam RUBT.
Melakukan tindakan terapi hiperbarik dalam ruang
RUBT
– Tekanan dinaikkan perlahan 1 s/d 2,8 ATM (kedalaman 0
s/d 60 feet)
– Bila pasien merasa sakit segera beritahu tener/attendant
yang tugasnya memonitor dan merawat pasien selama
terapi.
– Hirup O2 dengan bernapas seperti biasa
– Dokter/perawat hiperbarik selalu memonitor pasien
selama di dalam RUBT dan setelah selesai terapi.
50. • Penderita DCS/AGE yang tidak
•
sadar (status emergensi) perlu
tindakan timpanoplasti
(menggunakan abbocath) oleh
Dokter hiperbarik yang sudah dilatih
untuk melakukan timpanoplasti.
Merujuk dan mengkonsultasikan ke
fasilitas pelayanan hiperbarik yang
lebih mampu jika diperlukan.
51. – Di Rumah Sakit Klas B, A, kapal Rumah
Sakit Multifungsi, serta Rumah Sakit pusat
rujukan pelayanan medik hiperbarik
• Melakukan anamnesa
• Melakukan pemeriksaan fisik, dengan inspeksi,
•
palpasi, perkusi dan auskultasi. Pada penderita
dekompresi (DCS), arterial gas emboli (AGE), dan
pada penderita dengan kasus-kasus klinis terbatas
bertujuan untuk mendeteksi komplikasi.
Melakukan pemeriksaan lain untuk mengetahui
ada/tidaknya kontraindikasi terapi dengan RUBT, yaitu
dengan pemeriksaan:
– Thorax foto
– Laboratorium (sesuaikan dengan kondisi penyakit)
• Pemeriksaan lainnya disesuaikan dengan kasus yang
bersangkutan (audiogram, foto fundus, angiografi,
tonometri).
52. • Melakukan ekualisasi yaitu upaya menyamakan
•
•
tekanan antara telinga bagian tengah dengan
tekanan udara di luar.
Menandatangani surat persetujuan tindakan medis
(informed consent) dalam RUBT.
Melakukan tindakan terapi hiperbarik dalam ruang
RUBT
– Tekanan dinaikkan perlahan 1 s/d 2,8 ATM (kedalaman
0 s/d 60 feet)
– Bila pasien merasa sakit segera beritahu tener/attendant
yang tugasnya memonitor dan merawat pasien selama
terapi.
– Hirup O2 dengan bernapas seperti biasa
– Dokter/perawat hiperbarik selalu memonitor pasien
selama di dalam RUBT dan setelah selesai terapi.
53. • Penderita DCS/AGE yang tidak sadar
(status emergensi) perlu tindakan
timpanoplasti (menggunakan abbocath)
oleh
– Dokter spesialis THT
– Dokter hiperbarik yang sudah dilatih untuk
melakukan timpanoplasti.
• Merujuk dan mengkonsultasikan ke
fasilitas pelayanan hiperbarik yang lebih
mampu jika diperlukan.