SlideShare a Scribd company logo
1 of 13
LAPORAN PENDAHULUAN
DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI
DOSEN PEMBIMBING : DARYANTO, SKP, M.KEP
Disusun Oleh:
EKA SAFITRI
NIM : PO71202210094
PROGRAM STUDI NERS JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES JAMBI
TAHUN 2021/2022
A. KONSEP TEORI
1. Pengertian
Defisit perawatan diri adalah suatu kondisi pada seseorang yang mengalami
kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas perawatan diri secara
mandiri seperti mandi (hygiene), berpakaian/berhias, makan, dan BAB/BAK (toileting)
(Fitria, 2012).
Pasien gangguan jiwa akan mengalami kurangnya perawatan diri yang terjadi akaibat
perubahan proses pikir sehingga aktivitas perawatan diri menurun.Personal hygiene adalah
suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan
fisik dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu
melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya(Afnuhazi, 2015).
2. Etiologi
a.Faktor Predisposisi
1)Perkembangan Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu. Penerapan Personal Hygiene..., ADITIYA
ANGGA MAULANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
2)Biologis Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
3)Kemampuan realitas turun Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas
yang kurang menyebabkan ketidak pedulian dirinya dan lingkungan termasuk
perawatan diri.
4)Sosial Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungan.Situasi
lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.
b.Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurang penurunan
motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami individu
sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.
3. Jenis-jenis Defisit Perawatan Diri.
Menurut NANDA (2012) dalam Mukhripah Damaiyanti (2014), perawatan diri terdiri
dari:
a.Defisit perawatan diri: mandi
Hamabatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan mandi/ beraktivitas perawatan
diri untuk diri sendiri. Penerapan Personal Hygiene, ADITIYA ANGGA MAULANA,
Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
b.Defisit perawatan diri: berpakaian
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas berpakaian dan
berhias untuk diri sendiri.
c.Defisit perawatan diri: makan
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas seharian. d.Defisit
perawatan diri: eliminasi Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
aktivitas eliminasi sendiri.
4. Tanda dan Gejala
Menurut Fitria (2012) tanda dan gejala yang tampak pada klien yang mengalami
defisit perawatan diri adalah sebagai berikut:
a.Mandi/hygiene
Klien mengalami ketidak mampuan dalam membersihkan badan, memperoleh atau
mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran air mandi, mendapatkan perlengkapan
mandi, meringankan tubuh, serta masuk dan keluar kamar mandi.
b.Berpakaian/berhias
Klien mempunyai kelemahan dalam melakukan atau mengambil potongan pakaian,
menaggalkan pakaian, serta memperoleh atau menukar pakaian. Klien juga memiliki
ketidakmampuan untuk mengenakan pakaian dalam, memilih pakaian, menggunakan alat
tambahan, menggunakan kancing tarik, melepaskan pakaian, menggunakan kaos kaki,
mempertahankan penampilan pada tingkat yang memuaskan, mengambil pakaian, dan
mengenakan sepatu.
c.Makan
Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan, mempersiapkan makanan,
menagani perkakas, mengunyah makanan, menggunakan alat tambahan, mendapatkan
makanan, mengambil makanan dari wadah lalu memasukannya ke mukut, melengkapi
makanan mencerna makanan menurut cara yang diterima masyarakat, mengambil cangkir
atau gelas, serta mencerna cukup makanan dengan aman.
d.BAB/BAK(toiletting)
Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam mendapatkan jamban atau kamar
kecil, duduk atau bangkit dari jamban, memanipulasi pakaian untuk toletting, membersihkan
diri setelah BAB/BAK dengan tepat, dan menyiram tiolet kamar kecil. Keterbatasan diri
diatas biasanya diakibatkan karena stresor yang cukup berat dan sulit ditangani oleh klien
(klien bisa mengalami harga diri rendah), sehingga dirinya tidak mau mengurus atau merawat
dirinya sendiri baik dalam hal mandi, berpakaian, berhias, makan, maupaun BAB/BAK. Bila
tidak dilakukan intervensi oleh perawat, maka kemungkinan bisa mengalami masalah resiko
tinggi isolasi sosial.
5. Dampak Masalah Defisit Perawatan Diri
a.Dampak Fisik Banyak gangguan kesehatan yang diderta seseorang karena tidak terpeliharannya
kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang terjadi adalah: gangguan integritas kulit,
gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, gangguan fisik.
b.Dampak Psikososial Masalah yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan
kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri dan gangguan
interaksi sosial
6. Penatalaksanaan Defisit Perawatan Diri
Klien dengan gangguan defisit perawatan diri tidak membutuhkan perawatan medis, karena
hanya mengalami gangguan jiwa, pasien lebih membutuhkan terapi kejiwaan melalui
komunikasi terapeutik.
7. Pohon Masalah
Effect risiko tinggi isolasi sosial
Core Problem Defisit Perawatan Diri
Causa Harga Diri Rendah
8. Data yang perlu Dikaji
a.Data primer (Subjektif)
1)Klien mengatakan dirinya malas mandi karena airnya dingin, atau di RS tidak
tersedia alat mandi.
2)Klien mengatakan dirinya malas berdandan.
3)Klien mengatakan ingin disuapin makanan.
4)Klien mengatakan jarang membersihkan alat kelaminnya setelah BAK/BAB.
b.Data Sekunder (Objektif)
1)Ketidakmampuan mandi/membersihkan diri ditandai dengan rambut kotor, gigi
kotor, kulit berdaki dan berbau,serta kuku panajng dan kotor.
2)Ketidakmampuan berpakaian/berhias ditandai dengan rambut acak-acakan, pakaian
kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai tidak bercukur (laki-laki), atau tidak
berdandan (perempuan)
3)Ketidakmampuan makan secara mandiri ditandai dengan ketidakmampuan
mengambil makanan sendiri, makan berceceran, dan makan tidak pada tempatnya.
4)Ketidakmampuan BAB/BAK secara mandiri ditandai dengan BAB/BAK tidak pada
tempatnya, tidak membersihkan diri dengan baik setelah BAB/BAK.
9. Masalah Keperawatan yang mungkin muncul
a.Defisit perawatan diri.
b.Harga diri rendah.
c.Resiko tinggi isolasi sosial.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Defisit Perawatan Diri
C. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
1.Strategi Pelaksanaan 1 (SP 1)
a.Mengkaji kemampuan klien melakukan perawatan diri meliputi mandi/kebersihan diri,
berpakaian/ berhias, makan, serta BAB/BAK secara mandiri
b.Menganjurkan klien memasukan dalam jadwal kegiatan harian.
2.Strategi Pelaksanaan 2 (SP 2)
a.Mengevaluasi jadwal harian kegiatan klien.
b.Memberikan latihan cara melakukan mandi/kebersihan diri secara mandiri.
c.Menganjurkan klien memasuakan dalam jadwal kegiatan harian.
3.Strategi Pelaksanaan 3 (SP 3)
a.Mengevaluasi jadwal harian kegiatan klien.
b.Memberikan latihan cara berpakian/berhias secara mandiri.
c.Menganjurkan klien memasukan dalam jadwal kegiatan harian.
4.Strategi Pelaksanaan 4 (SP 4)
a.Mengevaluasi jadwal harian kegiatan klien
b.Memberikan latihan cara makan sendiri.
c.Menganjurkan klien memasukan dalam jadwal kegiatan harian.
5.Strategi Pelaksanaan 5 (SP 5)
a.Mengevaluasi jadwal harian kegiatan klien
b.Memberikan latihan cara BAB/BAK secara mandiri
c.Menganjurkan klien memasukan dalam jadwal kegiatan harian.
Klien mampu melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri seperti
mandi/membersihkan diri, berpakaian, berhias, makan, dan BAB/BAK.
Tindakan keperawatan untuk klien.
a.Mengkaji kemampuan melakukan perawatan diri yang meliputi mandi/membersihkan diri,
berpakaian/berhias makan, BAB/BAK secara mandiri.
b.Memberikan latihan cara melakukan mandi/membersihkan diri, berpakaian/berhias, makan,
dan BAB/BAK secara mandiri
c.Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami masih kurang perawatan diri.
D. PELAKSANAAN
Tabel 2.1
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
NO KLIEN
SP 1
KELUARGA
SP1
1
2
3
4
Menjelaskan pentingnya kebersihan
diri
Menjelaskan cara menjaga
kebersihan diri.
Membantu klien mempraktikkan
cara menjaga kebersihan diri.
Menganjurkan klien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian.
Mendiskusikan masalah yang dirasakan
keluarga dalam merawat klien.
Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala
defisit perawatan diri, dan jenis defisit
perawatan diri yang dialami klien beserta
proses terjadinya.
Menjelaskan cara-cara merawat klien defisit
perawatan diri.
SP2 SP2
1
2
3
4
Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian klien.
Menjelaskan cara makan yang
baik.
Membantu klien mempraktikan
cara makan yang baik.
Menganjurkan klien memasukan
dalam jadwal kegiatan harian
Melatih keluarga mempraktikan cara merawat
merawat klien dengan defisit perawatan diri.
Melatih keluarga mempraktikan cara merawat
langsung kepada klien defisit perawatan diri
SP3 SP3
1 Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian klien.
Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas
di rumah termasuk jadwal minum obat
2
3
4
Menjelaskan cara eliminasi yang
baik.
Membantu klien mempraktikan
cara eliminasi yang baik.
Menganjurkan klien memasukan
dalam jadwal kegiatan klien.
(discharge planning).
Menjelaskan follow up pasien setelah pulang.
SP4 SP4
1
2
3
4
Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian klien.
Menjelaskan cara berdandan.
Membantu klien mempraktikan
cara berdandan.
Menganjurkan klien memasukan
dalam jadwal kegiatan harian.
E. Evaluasi
1.Klien mampu melakukan mandi/membersihkan diri.
2.Klien mampu makan dengan benar dan secara mandiri.
3.Klien mampu berpakaian/berhias dengan baik dan benar secara mandiri.
4.Klien mampu memasukan jadwal kegiatan harian secara teratur.
F. Komunikasi terapeutik
1. Pengertian Komunikasi terapuetik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar,
mempunyai tujuan serta kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Pada dasarnya
komunikasi terapeutik merupakan interpersonal (antarpribadi) yang profesional mengarah
pada tujuan kesembuhan pasien dengan titik tolak saling memberikan pengertian antara
tenaga medis spesialis jiwa dan pasien. Kegunaan komunikasi terapuetik adalah mendorong
dan menganjurkan kerjasama melalui hubungan tenaga medis spesialis jiwa dengan pasien.
Kualitas hubungan ini akan memberikan dampak terapeutik yang mempercepat proses
kesembuhan pasien. Komunikasi interpersonal terapetutik memiliki untuk menciptakan
interaksi efektif, bermakna, dan memuaskan (Kusumawati dan Hartono, 2007).
2.Jenis komunikasi terapeutik
a.Komunikasi verbal
Jenis komunikasi yang paling lazim digunakan dalam pelayanan keperawatan di rumah sakit
adalah pertukaran informasi secara verbal terutama pembicaraan dengan tatap muka.
Komunikasi verbal biasanya lebih akurat dan tepat waktu. Kata-kata adalah alat atau simbol
yang dipakai untuk mengekspresikan ide atau perasaan, membangkitkan respon emosional,
atau menguraikan obyek, observasi dan ingatan. Sering juga untuk menyampaikan arti yang
tersembunyi, dan menguji minat seseorang. Keuntungan komunikasi verbal dalam tatap muka
yaitu memungkinkan tiap individu untuk berespon secara langsung.
b.Komunikasi Tertulis
Komunikasi tertulis merupakan salah satu bentuk komunikasi yang sering digunakan dalam
bisnis, seperti komunikasi melalui surat menyurat, pembuatan memo, laporan, iklan disurat
kabar dan lain-lain.
c.Komunikasi Non Verbal
Komunikasi non verbal adalah pemindahan pesan tanpa menggunakan kata-kata. Komunikasi
non verbal merupakan cara yang paling meyakinkan untuk menyampaikan pesan kepada
orang lain. Perawat perlu menyadari pesan verbal dan non verbal yang disampaikan klien
mulai dan saat pengkajian sampai evaluasi asuhan keperawatan, karena isyarat non verbal
menambah arti terhadap pesan verbal. Perawat yang mendeteksi suatu kondisi dan
menentukan kebutuhan asuhan keperawatan.
2.Proses Komunikasi
a.Sumber komunikasi
Yaitu pengiriman pesan atau komunikator yaitu yang menyampaikan pesan, dalam hal ini
adalah perawat. Dimana harus mempunyai syarat-syarat sebagai berikut ini.
1)Mengembangkan ide atau pikiran yang ingin di sampaikan.
2)Mengode ide/pikiran dalam bentuk lambang verbal atau non verbal.
3)Menyampaikan pesan melalui saluran komunikasi dan menggunakan metode tertentu.
4)Menunggu umpan balik dari komunikasi untuk mengetahui keberhasilan komunikasi.
b.Pesan
Yaitu dimana pesan yang disampaikan harus tepat, dapat dimengerti, dan dapat
diterima komunikan. Pesan harus memenuhi syarat sebagai berikut.
1)Pesan harus direncanakan
2)Pesan menggunakan bahasa yang dimengerti kedua belah pihak. 
3)Pesan harus menarik dan sesuai kebutuhan penerima.
4)Pesan harus berisi hal-hal yang mudah dipahami
5)Pesan yang disampaikan tidak samar-samar.
c.Saluran (channel)
Saluran komunikasi berbentuk panca indra manusia maupun alat teknologi yang dibuat
manusia. Saluran komunikasi yang berbentuk panca indra dapat dibagi menjadi: visual,
auditory channel, dan kinesthetic channel.
d.Penerimaan pesan/komunikasi (receiver)
Adalah orang yang menerima pesan dari sender atau pendengar, yang harus mendengarkan,
mengobservasi, dan memperhatikan. Dimana proses menerima pesan dipengaruhi oleh faktor
fisiologis antara lain proses mendengar, kesempurnaan dan kesehatan organ tubuh/pancaindra
manusia, maupun otak sehingga mampu menerima stimulus secara sempurna. Faktor
psikologis merupakan keadaan mental yang dapat dilihat dari perilaku manusia. Komponen
ini bisa mendukung atau merintangi proses penerimaan dan faktor kognitif menerima pesan
menginterpretasikan- memberi umpan balik (feedback)pada sender. 
e.Umpan balik
Adalah memberikan kepada komunikator informasi tentang persepsi komunikan.
Karakteristik umpan balik yang efektif adalah sebagai berikut :
1)Harus spesifik jangan terlalu luas pengertiannya.
2)Dikatakan secara deskriptif.
3)Suportif, tidak mengancam.
4)Diberikan pada waktu yang tepat (segera setelah perilaku atau pesan).
5)Jelas dan tidak bermakna ganda.
6)Langsung dan sopan.
3.Teknik Komunikasi
Tekinik komunikasi memampukan seorang perawat membangun hubungan saling percaya
dengan klien. Tujuan utama dalam menggunakan ketrampilan ini adalah untuk menciptakan
persekutuan perawat – klien dan untuk mengidentifikasi serta mengeksplorasi cara-cara
membentuk hubungan yang sehat (Copel, 2007).
4.Syarat-syarat Komunikasi.
a.Menggunakan bahasa yang baik agar dapat memberikan arti dengan jelas.
b.Lengkap agar pesan yang disampaikan dipahami komunikan secara menyeluruh
c.Atur arus informasi sehingga antar pengirim, pesan, dan umpan balik seimbang.
d.Dengarkan secara aktif.
e.Tahan emosi.
f.Perhatikan syarat non verbal.
g.Ada kontak mata.
5.Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi
a.Latar belakang budaya.
Dimana interpretasi suatu pesan akan terbentuk dan pola pikir seseorang melalui kebiasannya
sehingga semakin sama latar belakang budaya antara komunikator dengan komunikan, maka
akan membuat komunikasi efektif.
b.Ikatan dengan kelompok atau group.
Dimana nilai-nilai yang dianut oleh suatu kelompok sangat mempengaruhi cara mengamati
pesan.
c.Harapan.
Merupakan hal yang dapat mempengaruhi penerimaan pesan sehingga dapat menerima pesan
sesuai dengan yang diharapkan.
d.Pendidikan.
Dimana semakin tinggi pendidikan akan semakin kompleks sudut pandang dalam menyikapi
isi pesan yang disampaikan.
e.Situasi.
Perilaku manusia dipengaruhi oleh lingkungan/situasi.
6.Hambatan komunikasi
a.Faktor yang bersifat teknis.
Yaitu kurangnya penguasaan teknik komunikasi yang mencakup unsur-unsur yang ada dalam
komunikator dalam mengungkapkan pesan, menyandi, lambang-lambang, kejelian dalam
memilih media, dan metode penyampaian pesan.
b.Faktor yang bersifat perilaku.
Prasangka yang didasarkan atas emosi, suasana yang otoriter, ketidakmauan berubah
walaupun salah, sifat yang egosentris.
c.Faktor yang bersifat situasional.
Yaitu kondisi dan situasi ekonomi, sosial, politik, dan keamanan.
7.Proses Hubungan Terapeutik Perawat dan Pasien.
a.Fase prainteraksi.
Pada fase ini perawat harus mengekspresikan diri terhadap perasaan-perasaan
ansietas, ketakutan, keraguan, ketidakpastian, dan ketidaknyamanan.
Eksplorasi ini dapat difasilitasi dengan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1)Apakah saya memberi “label” kepada klien?
2)Apakah saya mempunyai kebutuhan untuk merasa hebat dengan menjadi pemarah
atau melukai saat klien bersikap kasar, bermusuhan, atau tidak kooperatif?
3)Apakah saya takut terhadap tanggungjawab yang harus saya tanggung dari
hubungan dan mengakibatkan keterbatasan fungsi kemandirian saya?
4)Apakah saya merasa butuh untuk merasa penting dan menginginkan klien
tergantung pada saya?
b.Fase perkenalan/orientasi.
Pada fase inilah perawat dan klien melakukan interaksi.
c.Fase kerja.
Pada fase ini kerjasama perawat-klien paling banyak dilakukan. Perawat dan klien
mengeksplorasi stresor yang berhubungan, mendukung berkembangnya daya tilik diri klien
dengan cara menghubungkan persepsi, pikiran, perasaan, dan tindakan. Perawat membantu
pasien mengatasi ansietas, meningkatkan kemandirian dan tanggungjawab, serta
mengembangkan mekanisme koping yang konstruktif. Perubahan perilaku yang aktual
merupakan fokus dari fase kerja.
d.Fase terminasi.
Terminasi merupakan salah satu fase yang paling sulit namun paling penting dalam
hubungan perawat-klien. Pada fase ini, perawat dan klien mengekspresikan perasaan, serta
mengevaluasi perkembangan yang dicapai klien, yang kemudian disesuaikan dengan
pencapaian tujuan pada rencan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, A. H.(2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia :Aplikasi Konsep dan Proses
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Bartato. (1998). Konsep Diri. Jakarta : Arcan.
Departemen Kesehatan/Depkes. (2000). Standar Pedoman Perawatan Jiwa : Jakarta.
Direja, S. N. (2011). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.
Fitria, (2010). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta : Salemba Medika.
Jalil, M. (2006). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekambuhan Skizofrenia di RSJ Prof.
Dr. Soeroyo Magelang.Skripsi.
Keliat, B.A. (2010). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC.
Mubarak, W. (2007). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : EGC.
Nanda. (2012). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 9. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Nurjannah, (2004). Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa.Yogyakarta : Momedia
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY. D
DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI
DOSEN PEMBIMBING : DARYANTO, SKP, M.KEP
Disusun Oleh:
EKA SAFITRI
NIM : PO71202210094
PROGRAM STUDI NERS JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES JAMBI
TAHUN 2021/2022

More Related Content

What's hot

Berduka dan kehilangan - copy
Berduka dan kehilangan - copyBerduka dan kehilangan - copy
Berduka dan kehilangan - copyUlfa Pradipta
 
Konsep komunikasi terapeutik
Konsep komunikasi terapeutikKonsep komunikasi terapeutik
Konsep komunikasi terapeutikwidya1972
 
Dokumentasi Pengkajian Keperawatan
Dokumentasi Pengkajian Keperawatan Dokumentasi Pengkajian Keperawatan
Dokumentasi Pengkajian Keperawatan Amalia Senja
 
Asuhan keperawatan kejang demam pada an
Asuhan keperawatan kejang demam pada anAsuhan keperawatan kejang demam pada an
Asuhan keperawatan kejang demam pada anRismayanti Hairil
 
Deni lp eliminasi
Deni lp eliminasiDeni lp eliminasi
Deni lp eliminasinissaicha2
 
Askep pasien colic abdomen br
Askep pasien colic abdomen brAskep pasien colic abdomen br
Askep pasien colic abdomen brTeye Onti
 
Pneumonia 131028101758-phpapp01
Pneumonia 131028101758-phpapp01Pneumonia 131028101758-phpapp01
Pneumonia 131028101758-phpapp01Egla Aliu
 
Asuhan keperawatan
Asuhan keperawatanAsuhan keperawatan
Asuhan keperawatanari saputra
 
Asuhan keperawatan kehilangan dan berduka
Asuhan keperawatan kehilangan dan berdukaAsuhan keperawatan kehilangan dan berduka
Asuhan keperawatan kehilangan dan berdukaAmalia Senja
 
Laporan pendahuluan hipertensi
Laporan pendahuluan hipertensiLaporan pendahuluan hipertensi
Laporan pendahuluan hipertensiYabniel Lit Jingga
 
Diagnosa keperawatan dan kasus
Diagnosa keperawatan dan kasusDiagnosa keperawatan dan kasus
Diagnosa keperawatan dan kasusRirinisahawaitun
 
ASKEP HIPERTENSI
ASKEP HIPERTENSIASKEP HIPERTENSI
ASKEP HIPERTENSIMas Mawon
 

What's hot (20)

Tugas askep kasus hipertensi
Tugas askep kasus hipertensiTugas askep kasus hipertensi
Tugas askep kasus hipertensi
 
Ii. askep hipertensi
Ii. askep hipertensiIi. askep hipertensi
Ii. askep hipertensi
 
Huknah tinggi & rendah
Huknah tinggi & rendahHuknah tinggi & rendah
Huknah tinggi & rendah
 
Berduka dan kehilangan - copy
Berduka dan kehilangan - copyBerduka dan kehilangan - copy
Berduka dan kehilangan - copy
 
Askep diabetes mellitus
Askep diabetes mellitusAskep diabetes mellitus
Askep diabetes mellitus
 
Konsep komunikasi terapeutik
Konsep komunikasi terapeutikKonsep komunikasi terapeutik
Konsep komunikasi terapeutik
 
Dokumentasi Pengkajian Keperawatan
Dokumentasi Pengkajian Keperawatan Dokumentasi Pengkajian Keperawatan
Dokumentasi Pengkajian Keperawatan
 
Asuhan keperawatan kejang demam pada an
Asuhan keperawatan kejang demam pada anAsuhan keperawatan kejang demam pada an
Asuhan keperawatan kejang demam pada an
 
Deni lp eliminasi
Deni lp eliminasiDeni lp eliminasi
Deni lp eliminasi
 
Askep pasien colic abdomen br
Askep pasien colic abdomen brAskep pasien colic abdomen br
Askep pasien colic abdomen br
 
Pneumonia 131028101758-phpapp01
Pneumonia 131028101758-phpapp01Pneumonia 131028101758-phpapp01
Pneumonia 131028101758-phpapp01
 
Asuhan keperawatan
Asuhan keperawatanAsuhan keperawatan
Asuhan keperawatan
 
Askep diare bu arma print lengkap
Askep diare bu arma print lengkapAskep diare bu arma print lengkap
Askep diare bu arma print lengkap
 
Asuhan keperawatan kehilangan dan berduka
Asuhan keperawatan kehilangan dan berdukaAsuhan keperawatan kehilangan dan berduka
Asuhan keperawatan kehilangan dan berduka
 
Retensi urine AKPER PEMKAB MUNA
Retensi urine AKPER PEMKAB MUNA Retensi urine AKPER PEMKAB MUNA
Retensi urine AKPER PEMKAB MUNA
 
Analisa data ggk
Analisa data ggkAnalisa data ggk
Analisa data ggk
 
Laporan pendahuluan hipertensi
Laporan pendahuluan hipertensiLaporan pendahuluan hipertensi
Laporan pendahuluan hipertensi
 
Diagnosa keperawatan dan kasus
Diagnosa keperawatan dan kasusDiagnosa keperawatan dan kasus
Diagnosa keperawatan dan kasus
 
ASKEP HIPERTENSI
ASKEP HIPERTENSIASKEP HIPERTENSI
ASKEP HIPERTENSI
 
Tipe keluarga
Tipe keluargaTipe keluarga
Tipe keluarga
 

Similar to LAPORAN DEFISIT PERAWATAN DIRI

Laporan Pendahuluan Jiwa - Defisit Perawatan Diri
Laporan Pendahuluan Jiwa - Defisit Perawatan DiriLaporan Pendahuluan Jiwa - Defisit Perawatan Diri
Laporan Pendahuluan Jiwa - Defisit Perawatan DiriYusuf Saktian
 
Laporan Pendahuluan Defisit Perawatan Diri
Laporan Pendahuluan Defisit Perawatan DiriLaporan Pendahuluan Defisit Perawatan Diri
Laporan Pendahuluan Defisit Perawatan DiriYusuf Saktian
 
Asuhan Keperawatan Klien dengan Defisit Perawatan Diri.pptx
Asuhan Keperawatan Klien dengan Defisit Perawatan Diri.pptxAsuhan Keperawatan Klien dengan Defisit Perawatan Diri.pptx
Asuhan Keperawatan Klien dengan Defisit Perawatan Diri.pptxRuth684124
 
Laporan Pendahuluan Defisit Keperawatan Diri
Laporan Pendahuluan Defisit Keperawatan DiriLaporan Pendahuluan Defisit Keperawatan Diri
Laporan Pendahuluan Defisit Keperawatan DiriMas Mawon
 
ASKEP DPD.ppt
ASKEP DPD.pptASKEP DPD.ppt
ASKEP DPD.pptAliAje1
 
Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Personal Hygiene
Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Personal HygieneAsuhan Keperawatan Pasien Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Personal Hygiene
Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Personal Hygienepjj_kemenkes
 
Kelompok 5 (personal hygiene)
Kelompok 5 (personal hygiene)Kelompok 5 (personal hygiene)
Kelompok 5 (personal hygiene)AdetyaWulandari
 
PERTEMUAN_DOKTER_KECIL_pkm_kalijaga[1] (1).pptx
PERTEMUAN_DOKTER_KECIL_pkm_kalijaga[1] (1).pptxPERTEMUAN_DOKTER_KECIL_pkm_kalijaga[1] (1).pptx
PERTEMUAN_DOKTER_KECIL_pkm_kalijaga[1] (1).pptxHerySatryawan1
 
Pelaksanaan keperawatan keluarga
 Pelaksanaan keperawatan keluarga Pelaksanaan keperawatan keluarga
Pelaksanaan keperawatan keluargapjj_kemenkes
 
Pelaksanaan keperawatan keluarga
 Pelaksanaan keperawatan keluarga Pelaksanaan keperawatan keluarga
Pelaksanaan keperawatan keluargapjj_kemenkes
 

Similar to LAPORAN DEFISIT PERAWATAN DIRI (20)

Defisit
DefisitDefisit
Defisit
 
Laporan Pendahuluan Jiwa - Defisit Perawatan Diri
Laporan Pendahuluan Jiwa - Defisit Perawatan DiriLaporan Pendahuluan Jiwa - Defisit Perawatan Diri
Laporan Pendahuluan Jiwa - Defisit Perawatan Diri
 
Laporan Pendahuluan Defisit Perawatan Diri
Laporan Pendahuluan Defisit Perawatan DiriLaporan Pendahuluan Defisit Perawatan Diri
Laporan Pendahuluan Defisit Perawatan Diri
 
Askep_DPD.ppt
Askep_DPD.pptAskep_DPD.ppt
Askep_DPD.ppt
 
Asuhan Keperawatan Klien dengan Defisit Perawatan Diri.pptx
Asuhan Keperawatan Klien dengan Defisit Perawatan Diri.pptxAsuhan Keperawatan Klien dengan Defisit Perawatan Diri.pptx
Asuhan Keperawatan Klien dengan Defisit Perawatan Diri.pptx
 
Laporan Pendahuluan Defisit Keperawatan Diri
Laporan Pendahuluan Defisit Keperawatan DiriLaporan Pendahuluan Defisit Keperawatan Diri
Laporan Pendahuluan Defisit Keperawatan Diri
 
ASKEP DPD.ppt
ASKEP DPD.pptASKEP DPD.ppt
ASKEP DPD.ppt
 
12397436.ppt
12397436.ppt12397436.ppt
12397436.ppt
 
Makalah kdm
Makalah kdmMakalah kdm
Makalah kdm
 
ASKEP JIWA defisit perawatan diri
ASKEP JIWA defisit perawatan diriASKEP JIWA defisit perawatan diri
ASKEP JIWA defisit perawatan diri
 
Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Personal Hygiene
Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Personal HygieneAsuhan Keperawatan Pasien Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Personal Hygiene
Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Personal Hygiene
 
Kelompok 5 (personal hygiene)
Kelompok 5 (personal hygiene)Kelompok 5 (personal hygiene)
Kelompok 5 (personal hygiene)
 
Matrik jiwa
Matrik jiwaMatrik jiwa
Matrik jiwa
 
Satpel diare
Satpel diareSatpel diare
Satpel diare
 
Makalah kdm
Makalah kdmMakalah kdm
Makalah kdm
 
Konsep personal hygiene
Konsep personal hygieneKonsep personal hygiene
Konsep personal hygiene
 
PERTEMUAN_DOKTER_KECIL_pkm_kalijaga[1] (1).pptx
PERTEMUAN_DOKTER_KECIL_pkm_kalijaga[1] (1).pptxPERTEMUAN_DOKTER_KECIL_pkm_kalijaga[1] (1).pptx
PERTEMUAN_DOKTER_KECIL_pkm_kalijaga[1] (1).pptx
 
Pelaksanaan keperawatan keluarga
 Pelaksanaan keperawatan keluarga Pelaksanaan keperawatan keluarga
Pelaksanaan keperawatan keluarga
 
Pelaksanaan keperawatan keluarga
 Pelaksanaan keperawatan keluarga Pelaksanaan keperawatan keluarga
Pelaksanaan keperawatan keluarga
 
Perencanaan program
Perencanaan programPerencanaan program
Perencanaan program
 

Recently uploaded

pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.pptpertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.pptAhmadSyajili
 
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptxMARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptxmariaboisala21
 
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdfGeologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdfAuliaAulia63
 
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet RiyadiManajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet RiyadiCristianoRonaldo185977
 
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptxUKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptxzidanlbs25
 
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptxMenggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptxImahMagwa
 
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptxMATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptxrikosyahputra0173
 

Recently uploaded (7)

pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.pptpertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
 
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptxMARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
 
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdfGeologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
 
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet RiyadiManajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
 
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptxUKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
 
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptxMenggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptx
 
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptxMATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
 

LAPORAN DEFISIT PERAWATAN DIRI

  • 1. LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI DOSEN PEMBIMBING : DARYANTO, SKP, M.KEP Disusun Oleh: EKA SAFITRI NIM : PO71202210094 PROGRAM STUDI NERS JURUSAN KEPERAWATAN POLTEKKES JAMBI TAHUN 2021/2022
  • 2. A. KONSEP TEORI 1. Pengertian Defisit perawatan diri adalah suatu kondisi pada seseorang yang mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas perawatan diri secara mandiri seperti mandi (hygiene), berpakaian/berhias, makan, dan BAB/BAK (toileting) (Fitria, 2012). Pasien gangguan jiwa akan mengalami kurangnya perawatan diri yang terjadi akaibat perubahan proses pikir sehingga aktivitas perawatan diri menurun.Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya(Afnuhazi, 2015). 2. Etiologi a.Faktor Predisposisi 1)Perkembangan Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan inisiatif terganggu. Penerapan Personal Hygiene..., ADITIYA ANGGA MAULANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018 2)Biologis Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri. 3)Kemampuan realitas turun Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidak pedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri. 4)Sosial Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungan.Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri. b.Faktor presipitasi Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri. 3. Jenis-jenis Defisit Perawatan Diri. Menurut NANDA (2012) dalam Mukhripah Damaiyanti (2014), perawatan diri terdiri dari: a.Defisit perawatan diri: mandi Hamabatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan mandi/ beraktivitas perawatan diri untuk diri sendiri. Penerapan Personal Hygiene, ADITIYA ANGGA MAULANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
  • 3. b.Defisit perawatan diri: berpakaian Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas berpakaian dan berhias untuk diri sendiri. c.Defisit perawatan diri: makan Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas seharian. d.Defisit perawatan diri: eliminasi Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas eliminasi sendiri. 4. Tanda dan Gejala Menurut Fitria (2012) tanda dan gejala yang tampak pada klien yang mengalami defisit perawatan diri adalah sebagai berikut: a.Mandi/hygiene Klien mengalami ketidak mampuan dalam membersihkan badan, memperoleh atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran air mandi, mendapatkan perlengkapan mandi, meringankan tubuh, serta masuk dan keluar kamar mandi. b.Berpakaian/berhias Klien mempunyai kelemahan dalam melakukan atau mengambil potongan pakaian, menaggalkan pakaian, serta memperoleh atau menukar pakaian. Klien juga memiliki ketidakmampuan untuk mengenakan pakaian dalam, memilih pakaian, menggunakan alat tambahan, menggunakan kancing tarik, melepaskan pakaian, menggunakan kaos kaki, mempertahankan penampilan pada tingkat yang memuaskan, mengambil pakaian, dan mengenakan sepatu. c.Makan Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan, mempersiapkan makanan, menagani perkakas, mengunyah makanan, menggunakan alat tambahan, mendapatkan makanan, mengambil makanan dari wadah lalu memasukannya ke mukut, melengkapi makanan mencerna makanan menurut cara yang diterima masyarakat, mengambil cangkir atau gelas, serta mencerna cukup makanan dengan aman. d.BAB/BAK(toiletting) Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam mendapatkan jamban atau kamar kecil, duduk atau bangkit dari jamban, memanipulasi pakaian untuk toletting, membersihkan diri setelah BAB/BAK dengan tepat, dan menyiram tiolet kamar kecil. Keterbatasan diri diatas biasanya diakibatkan karena stresor yang cukup berat dan sulit ditangani oleh klien (klien bisa mengalami harga diri rendah), sehingga dirinya tidak mau mengurus atau merawat dirinya sendiri baik dalam hal mandi, berpakaian, berhias, makan, maupaun BAB/BAK. Bila
  • 4. tidak dilakukan intervensi oleh perawat, maka kemungkinan bisa mengalami masalah resiko tinggi isolasi sosial. 5. Dampak Masalah Defisit Perawatan Diri a.Dampak Fisik Banyak gangguan kesehatan yang diderta seseorang karena tidak terpeliharannya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang terjadi adalah: gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, gangguan fisik. b.Dampak Psikososial Masalah yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri dan gangguan interaksi sosial 6. Penatalaksanaan Defisit Perawatan Diri Klien dengan gangguan defisit perawatan diri tidak membutuhkan perawatan medis, karena hanya mengalami gangguan jiwa, pasien lebih membutuhkan terapi kejiwaan melalui komunikasi terapeutik. 7. Pohon Masalah Effect risiko tinggi isolasi sosial Core Problem Defisit Perawatan Diri Causa Harga Diri Rendah 8. Data yang perlu Dikaji a.Data primer (Subjektif) 1)Klien mengatakan dirinya malas mandi karena airnya dingin, atau di RS tidak tersedia alat mandi. 2)Klien mengatakan dirinya malas berdandan. 3)Klien mengatakan ingin disuapin makanan. 4)Klien mengatakan jarang membersihkan alat kelaminnya setelah BAK/BAB. b.Data Sekunder (Objektif) 1)Ketidakmampuan mandi/membersihkan diri ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki dan berbau,serta kuku panajng dan kotor. 2)Ketidakmampuan berpakaian/berhias ditandai dengan rambut acak-acakan, pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai tidak bercukur (laki-laki), atau tidak berdandan (perempuan) 3)Ketidakmampuan makan secara mandiri ditandai dengan ketidakmampuan mengambil makanan sendiri, makan berceceran, dan makan tidak pada tempatnya.
  • 5. 4)Ketidakmampuan BAB/BAK secara mandiri ditandai dengan BAB/BAK tidak pada tempatnya, tidak membersihkan diri dengan baik setelah BAB/BAK. 9. Masalah Keperawatan yang mungkin muncul a.Defisit perawatan diri. b.Harga diri rendah. c.Resiko tinggi isolasi sosial. B. DIAGNOSA KEPERAWATAN Defisit Perawatan Diri C. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN 1.Strategi Pelaksanaan 1 (SP 1) a.Mengkaji kemampuan klien melakukan perawatan diri meliputi mandi/kebersihan diri, berpakaian/ berhias, makan, serta BAB/BAK secara mandiri b.Menganjurkan klien memasukan dalam jadwal kegiatan harian. 2.Strategi Pelaksanaan 2 (SP 2) a.Mengevaluasi jadwal harian kegiatan klien. b.Memberikan latihan cara melakukan mandi/kebersihan diri secara mandiri. c.Menganjurkan klien memasuakan dalam jadwal kegiatan harian. 3.Strategi Pelaksanaan 3 (SP 3) a.Mengevaluasi jadwal harian kegiatan klien. b.Memberikan latihan cara berpakian/berhias secara mandiri. c.Menganjurkan klien memasukan dalam jadwal kegiatan harian. 4.Strategi Pelaksanaan 4 (SP 4) a.Mengevaluasi jadwal harian kegiatan klien b.Memberikan latihan cara makan sendiri. c.Menganjurkan klien memasukan dalam jadwal kegiatan harian. 5.Strategi Pelaksanaan 5 (SP 5) a.Mengevaluasi jadwal harian kegiatan klien b.Memberikan latihan cara BAB/BAK secara mandiri c.Menganjurkan klien memasukan dalam jadwal kegiatan harian. Klien mampu melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri seperti mandi/membersihkan diri, berpakaian, berhias, makan, dan BAB/BAK. Tindakan keperawatan untuk klien.
  • 6. a.Mengkaji kemampuan melakukan perawatan diri yang meliputi mandi/membersihkan diri, berpakaian/berhias makan, BAB/BAK secara mandiri. b.Memberikan latihan cara melakukan mandi/membersihkan diri, berpakaian/berhias, makan, dan BAB/BAK secara mandiri c.Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami masih kurang perawatan diri. D. PELAKSANAAN Tabel 2.1 Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan NO KLIEN SP 1 KELUARGA SP1 1 2 3 4 Menjelaskan pentingnya kebersihan diri Menjelaskan cara menjaga kebersihan diri. Membantu klien mempraktikkan cara menjaga kebersihan diri. Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala defisit perawatan diri, dan jenis defisit perawatan diri yang dialami klien beserta proses terjadinya. Menjelaskan cara-cara merawat klien defisit perawatan diri. SP2 SP2 1 2 3 4 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien. Menjelaskan cara makan yang baik. Membantu klien mempraktikan cara makan yang baik. Menganjurkan klien memasukan dalam jadwal kegiatan harian Melatih keluarga mempraktikan cara merawat merawat klien dengan defisit perawatan diri. Melatih keluarga mempraktikan cara merawat langsung kepada klien defisit perawatan diri SP3 SP3 1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk jadwal minum obat
  • 7. 2 3 4 Menjelaskan cara eliminasi yang baik. Membantu klien mempraktikan cara eliminasi yang baik. Menganjurkan klien memasukan dalam jadwal kegiatan klien. (discharge planning). Menjelaskan follow up pasien setelah pulang. SP4 SP4 1 2 3 4 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien. Menjelaskan cara berdandan. Membantu klien mempraktikan cara berdandan. Menganjurkan klien memasukan dalam jadwal kegiatan harian. E. Evaluasi 1.Klien mampu melakukan mandi/membersihkan diri. 2.Klien mampu makan dengan benar dan secara mandiri. 3.Klien mampu berpakaian/berhias dengan baik dan benar secara mandiri. 4.Klien mampu memasukan jadwal kegiatan harian secara teratur. F. Komunikasi terapeutik 1. Pengertian Komunikasi terapuetik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, mempunyai tujuan serta kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Pada dasarnya komunikasi terapeutik merupakan interpersonal (antarpribadi) yang profesional mengarah pada tujuan kesembuhan pasien dengan titik tolak saling memberikan pengertian antara tenaga medis spesialis jiwa dan pasien. Kegunaan komunikasi terapuetik adalah mendorong dan menganjurkan kerjasama melalui hubungan tenaga medis spesialis jiwa dengan pasien. Kualitas hubungan ini akan memberikan dampak terapeutik yang mempercepat proses kesembuhan pasien. Komunikasi interpersonal terapetutik memiliki untuk menciptakan interaksi efektif, bermakna, dan memuaskan (Kusumawati dan Hartono, 2007).
  • 8. 2.Jenis komunikasi terapeutik a.Komunikasi verbal Jenis komunikasi yang paling lazim digunakan dalam pelayanan keperawatan di rumah sakit adalah pertukaran informasi secara verbal terutama pembicaraan dengan tatap muka. Komunikasi verbal biasanya lebih akurat dan tepat waktu. Kata-kata adalah alat atau simbol yang dipakai untuk mengekspresikan ide atau perasaan, membangkitkan respon emosional, atau menguraikan obyek, observasi dan ingatan. Sering juga untuk menyampaikan arti yang tersembunyi, dan menguji minat seseorang. Keuntungan komunikasi verbal dalam tatap muka yaitu memungkinkan tiap individu untuk berespon secara langsung. b.Komunikasi Tertulis Komunikasi tertulis merupakan salah satu bentuk komunikasi yang sering digunakan dalam bisnis, seperti komunikasi melalui surat menyurat, pembuatan memo, laporan, iklan disurat kabar dan lain-lain. c.Komunikasi Non Verbal Komunikasi non verbal adalah pemindahan pesan tanpa menggunakan kata-kata. Komunikasi non verbal merupakan cara yang paling meyakinkan untuk menyampaikan pesan kepada orang lain. Perawat perlu menyadari pesan verbal dan non verbal yang disampaikan klien mulai dan saat pengkajian sampai evaluasi asuhan keperawatan, karena isyarat non verbal menambah arti terhadap pesan verbal. Perawat yang mendeteksi suatu kondisi dan menentukan kebutuhan asuhan keperawatan. 2.Proses Komunikasi a.Sumber komunikasi Yaitu pengiriman pesan atau komunikator yaitu yang menyampaikan pesan, dalam hal ini adalah perawat. Dimana harus mempunyai syarat-syarat sebagai berikut ini. 1)Mengembangkan ide atau pikiran yang ingin di sampaikan. 2)Mengode ide/pikiran dalam bentuk lambang verbal atau non verbal. 3)Menyampaikan pesan melalui saluran komunikasi dan menggunakan metode tertentu. 4)Menunggu umpan balik dari komunikasi untuk mengetahui keberhasilan komunikasi. b.Pesan Yaitu dimana pesan yang disampaikan harus tepat, dapat dimengerti, dan dapat diterima komunikan. Pesan harus memenuhi syarat sebagai berikut. 1)Pesan harus direncanakan 2)Pesan menggunakan bahasa yang dimengerti kedua belah pihak. 3)Pesan harus menarik dan sesuai kebutuhan penerima.
  • 9. 4)Pesan harus berisi hal-hal yang mudah dipahami 5)Pesan yang disampaikan tidak samar-samar. c.Saluran (channel) Saluran komunikasi berbentuk panca indra manusia maupun alat teknologi yang dibuat manusia. Saluran komunikasi yang berbentuk panca indra dapat dibagi menjadi: visual, auditory channel, dan kinesthetic channel. d.Penerimaan pesan/komunikasi (receiver) Adalah orang yang menerima pesan dari sender atau pendengar, yang harus mendengarkan, mengobservasi, dan memperhatikan. Dimana proses menerima pesan dipengaruhi oleh faktor fisiologis antara lain proses mendengar, kesempurnaan dan kesehatan organ tubuh/pancaindra manusia, maupun otak sehingga mampu menerima stimulus secara sempurna. Faktor psikologis merupakan keadaan mental yang dapat dilihat dari perilaku manusia. Komponen ini bisa mendukung atau merintangi proses penerimaan dan faktor kognitif menerima pesan menginterpretasikan- memberi umpan balik (feedback)pada sender. e.Umpan balik Adalah memberikan kepada komunikator informasi tentang persepsi komunikan. Karakteristik umpan balik yang efektif adalah sebagai berikut : 1)Harus spesifik jangan terlalu luas pengertiannya. 2)Dikatakan secara deskriptif. 3)Suportif, tidak mengancam. 4)Diberikan pada waktu yang tepat (segera setelah perilaku atau pesan). 5)Jelas dan tidak bermakna ganda. 6)Langsung dan sopan. 3.Teknik Komunikasi Tekinik komunikasi memampukan seorang perawat membangun hubungan saling percaya dengan klien. Tujuan utama dalam menggunakan ketrampilan ini adalah untuk menciptakan persekutuan perawat – klien dan untuk mengidentifikasi serta mengeksplorasi cara-cara membentuk hubungan yang sehat (Copel, 2007). 4.Syarat-syarat Komunikasi. a.Menggunakan bahasa yang baik agar dapat memberikan arti dengan jelas. b.Lengkap agar pesan yang disampaikan dipahami komunikan secara menyeluruh c.Atur arus informasi sehingga antar pengirim, pesan, dan umpan balik seimbang. d.Dengarkan secara aktif. e.Tahan emosi.
  • 10. f.Perhatikan syarat non verbal. g.Ada kontak mata. 5.Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi a.Latar belakang budaya. Dimana interpretasi suatu pesan akan terbentuk dan pola pikir seseorang melalui kebiasannya sehingga semakin sama latar belakang budaya antara komunikator dengan komunikan, maka akan membuat komunikasi efektif. b.Ikatan dengan kelompok atau group. Dimana nilai-nilai yang dianut oleh suatu kelompok sangat mempengaruhi cara mengamati pesan. c.Harapan. Merupakan hal yang dapat mempengaruhi penerimaan pesan sehingga dapat menerima pesan sesuai dengan yang diharapkan. d.Pendidikan. Dimana semakin tinggi pendidikan akan semakin kompleks sudut pandang dalam menyikapi isi pesan yang disampaikan. e.Situasi. Perilaku manusia dipengaruhi oleh lingkungan/situasi. 6.Hambatan komunikasi a.Faktor yang bersifat teknis. Yaitu kurangnya penguasaan teknik komunikasi yang mencakup unsur-unsur yang ada dalam komunikator dalam mengungkapkan pesan, menyandi, lambang-lambang, kejelian dalam memilih media, dan metode penyampaian pesan. b.Faktor yang bersifat perilaku. Prasangka yang didasarkan atas emosi, suasana yang otoriter, ketidakmauan berubah walaupun salah, sifat yang egosentris. c.Faktor yang bersifat situasional. Yaitu kondisi dan situasi ekonomi, sosial, politik, dan keamanan. 7.Proses Hubungan Terapeutik Perawat dan Pasien. a.Fase prainteraksi. Pada fase ini perawat harus mengekspresikan diri terhadap perasaan-perasaan ansietas, ketakutan, keraguan, ketidakpastian, dan ketidaknyamanan. Eksplorasi ini dapat difasilitasi dengan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: 1)Apakah saya memberi “label” kepada klien?
  • 11. 2)Apakah saya mempunyai kebutuhan untuk merasa hebat dengan menjadi pemarah atau melukai saat klien bersikap kasar, bermusuhan, atau tidak kooperatif? 3)Apakah saya takut terhadap tanggungjawab yang harus saya tanggung dari hubungan dan mengakibatkan keterbatasan fungsi kemandirian saya? 4)Apakah saya merasa butuh untuk merasa penting dan menginginkan klien tergantung pada saya? b.Fase perkenalan/orientasi. Pada fase inilah perawat dan klien melakukan interaksi. c.Fase kerja. Pada fase ini kerjasama perawat-klien paling banyak dilakukan. Perawat dan klien mengeksplorasi stresor yang berhubungan, mendukung berkembangnya daya tilik diri klien dengan cara menghubungkan persepsi, pikiran, perasaan, dan tindakan. Perawat membantu pasien mengatasi ansietas, meningkatkan kemandirian dan tanggungjawab, serta mengembangkan mekanisme koping yang konstruktif. Perubahan perilaku yang aktual merupakan fokus dari fase kerja. d.Fase terminasi. Terminasi merupakan salah satu fase yang paling sulit namun paling penting dalam hubungan perawat-klien. Pada fase ini, perawat dan klien mengekspresikan perasaan, serta mengevaluasi perkembangan yang dicapai klien, yang kemudian disesuaikan dengan pencapaian tujuan pada rencan keperawatan.
  • 12. DAFTAR PUSTAKA Aziz, A. H.(2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia :Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika Bartato. (1998). Konsep Diri. Jakarta : Arcan. Departemen Kesehatan/Depkes. (2000). Standar Pedoman Perawatan Jiwa : Jakarta. Direja, S. N. (2011). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika. Fitria, (2010). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta : Salemba Medika. Jalil, M. (2006). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekambuhan Skizofrenia di RSJ Prof. Dr. Soeroyo Magelang.Skripsi. Keliat, B.A. (2010). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC. Mubarak, W. (2007). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : EGC. Nanda. (2012). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 9. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Nurjannah, (2004). Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa.Yogyakarta : Momedia
  • 13. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY. D DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI DOSEN PEMBIMBING : DARYANTO, SKP, M.KEP Disusun Oleh: EKA SAFITRI NIM : PO71202210094 PROGRAM STUDI NERS JURUSAN KEPERAWATAN POLTEKKES JAMBI TAHUN 2021/2022