Askep pada klien dengan kejang demam membahas 3 poin utama:
1. Konsep penyakit kejang demam mencakup definisi, etiologi, manifestasi klinis, dan penatalaksanaan
2. Konsep asuhan keperawatan meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi
3. Rangkuman singkat dokumen memberikan gambaran menyeluruh tentang penyakit dan asuhan keperawatan pada klien dengan gej
1. DOSEN : Ns SUKURNI, S.Kep (WOC) ETN
TUGAS : KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
ASKEP PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM
PERSYARAFAN “KEJANG DEMAM”
OLEH
KELOMPOK I:
1.Fitrawati
2.Waode dewi murniati B
3.Ayu Ningsih
4.Waode yuyun anggraeni
5.LA. Adi
6. Sidaria Muhidin
7. Siti Nurlin
8. yuni hastati
9. puji Astuti
10. Esti
11. aman Sabara
12. Laode Amsir
13. L.M Saleh
14. Lili Asmin
15. Nuriatil Jannah
16. rostini
17. Mulia Hartama
18. Zahratun
19. Heri Said
20. Ketot Sudiarta
21. Arianto
AKADEMI KEPERAWATAN
PEMERINTAH KABUPATEN MUNA
2011/2012
1
2. KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Askep ini tepat
pada waktunya. Askep ini disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah „‟
KEPERAWATAN GAWAT DARURAT„‟. Adapun askep ini membahas mengenai
ASKEP PADA KLIEN DENGAN GEJALA KEJANG DEMAM”.
Penyusun
mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak yang telah
mendukung dan memberikan bimbingan dalam penyusunan askep ini. Penyusun
menyadari bahwa dalam penulisan askep ini masih terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan karena faktor batasan pengetahuan penyusun, maka penyusun dengan
senang hati menerima kritikan serta saran – saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan askep ini.
Semoga hasil dari penyusunan askep ini dapat dimanfaatkan bagi generasi
mendatang, khususnya mahasiswa D-III Akademi Keperawatan Pemerintah
Kabupaten Muna.
Akhir kata, melalui kesempatan ini penyusun makalah mengucapkan banyak
terima kasih.
Raha,
September 2012
Penyusun
2
3. DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………………………………………………….
DAFTAR ISI ……………………………………………………..........
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar belakang ……………………………………………..........
B. Rumusan Masalah…………………………………….................
C. Tujuan …………………………………………..........................
D. Manfaat……………………………………………….................
BAB II : PEMBAHASAN
1. KONSEP PENYAKIT
A. Pengertian ………………………………………………......
B. Etiologi..............................……………………………….....
C. Patofisiologi……………………………………………… ...
D. Manifestasi Klinis……………………………………….......
E. Komplikasi .............................................................................
F. Fase-Fase ...............................................................................
G. Penyimpangan KDM ……………………………….............
H. Penatalaksanaan Medik..........................................................
I. Pencegahan KD .....................................................................
J. Pemeriksaan Diagnostik .....................................................
2. KONSEP ASKEP
A. Pengkajian ……………………………………..………........
B. Diagnosa………………………………………………….....
C. Perencanaan……………………………………………........
D. Implementasi dan Evaluasi ....................................................
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan ……………………………………………...........
B. Saran …………………………………………….....................
DAFTAR PUSTAKA
3
4. BAB I
PENDAHULUAN
A. Llatar belakang
Kejang demam pada anak merupakan suatu peristiwa menakutkan pada
kebanyakan orang tua karena kejadianya yang mendadak dan kebanyakan orang tua
tidak tau harus berbuat apa. Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada kenaikan
suhu tubuh ( suhu rektal > 38) yang disebabkan oleh suatu proses diluar otak. Tidak
jarang orang tua khawatir jika anaknya panas , apakah nanti akan kejang atau tidak .
Dari penelitian , kejang demam sendiri telah terlalu besar yaitu sekitar 2-4%
artinya dari 100 anak dengan demam ada sekitar 2-4% yang mengalami kejang.
Kejang demam terjADI pada usia 6 bln- 5 thn dan terbanyak terjadi pada usia 1723bln saat menghadapiu sikecil yang sedang kejang sedapat mungkin cobalah
bersikap tenang.
B. Rumusan Masalah
1. A pakah defenisi dari penyakit kejang demam ?
2. bagaimanakah konsep penyakit pada klien dengan kejang demam ?
3. bagaimanakah konsep askep pada klien dengan kejang demam ?
C. Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana bagaimana proses terjadinya kejang demam
secara sistematis, serta mengetahui apa yang yang menjadi konsep penyakit yang
terjadi pada klien yang mengalami kejang demam, serta dapat mengaplikasakanya
dalam bentuk asuhan keperawatan yang di alami kliendengan gejala kejang demam,
D. Manfaat
Semoga dapat Membantu meningkatkan pengetahuan kami tentang
keperawatan gawat darurat, khususnya yang berhubungan dengan proses asuhan
keperawatan dalam bentuk KGD yang mengulas tentang KEJANG DEMAM.
Sehingga kami dapat mengaplikasikanya dalam masyarakat yang berhubungan dengan
keperawatan.
4
5. BAB II
PEMBAHASAN
A.Konsep penyakit
I. PENGERTIAN
a. Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada saat suhu meningkat
disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.
b. Kejang adalah pembebasan listrik yang tidak terkontrol dari sel syaraf cortex serebral
yang ditandai dengan serangan yang tiba – tiba (marillyn, doengoes. 1999 : 252)
II. ETIOLOGI
Penyebab dari kejag demam dibagi menjadi 6 kelompok, yaitu :
a)
b)
c)
d)
e)
f)
Obat – obatan seperti: racun, alkhohol, obat yang diminum berlebihan
Ketidak seimbangan kimiawihiperkalemia. Hipoglikemia dan asidosis
Demam, paling sering terjadi pada anak balita
Patologis otakakibat dari cidera kepala, trauma, infeksi, peningkatan tik
Eklampsiahipertensi prenatal, toksemia gravidarum
Idiopatik (penyebab tidak diketahui)
III. KLASIFIKASI
Kejang demam dapat di klasifikasikan dalam tiga bentuk :
1. Kejang tonik
Kejang ini biasanya terdapat pada bayi baru lahir dengan berat badan rendah dengan
masa kehamilan kurang dari 34 minggu dengan bayi prenatal berat.
2. Kejang klonik
Kontraksi dan relaksasi otot yang kuat dan berirama,biasanya berlangsung selama 1-2
menit
3. Kejang tonik-klonik
I V. PATOFISIOLOGI
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel / organ otak diperlukan energi yang
didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme otak yang terpenting adalah
glucose,sifat proses itu adalah oxidasi dengan perantara pungsi paru-paru dan diteruskan
keotak melalui system kardiovaskuler.
5
6. Berdasarkan hal diatas bahwa energi otak adalah glukosa yang melalui proses oxidasi,
dan dipecah menjadi karbon dioksidasi dan air. Sel dikelilingi oleh membran sel. Yang
terdiri dari permukaan dalam yaitu limford dan permukaan luar yaitu tonik. Dalam
keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui oleh ion NA + dan elektrolit lainnya,
kecuali ion clorida.
Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi NA+ rendah.
Sedangkan didalam sel neuron terdapat keadaan sebaliknya,karena itu perbedaan jenis
dan konsentrasi ion didalam dan diluar sel. Maka terdapat perbedaan membran yang
disebut potensial nmembran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial
membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim NA, K, ATP yang terdapat pada
permukaan sel.
Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah dengan perubahan
konsentrasi ion diruang extra selular, rangsangan yang datangnya mendadak misalnya
mekanis, kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya. Perubahan dari patofisiologisnya
membran sendiri karena penyakit/keturunan. Pada seorang anak sirkulasi otak mencapai
65 % dari seluruh tubuh dibanding dengan orang dewasa 15 %. Dan karena itu pada anak
tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dalam singkat terjadi
dipusi di ion K+ maupun ion NA+ melalui membran tersebut dengan akibat terjadinya
lepasnya muatan listrik.
Lepasnya muatan listrik ini sedemikian besarnya sehingga dapat meluas
keseluruh sel maupun membran sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang disebut
neurotransmitter sehingga mengakibatkan terjadinya kejang. Kejang yang yang
berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak meninggalkan gejala sisa.
Tetapi kejang yang berlangsung lama lebih 15 menit biasanya disertai apnea, NA
meningkat, kebutuhan O2 dan energi untuk kontraksi otot skeletal yang akhirnya terjadi
hipoxia dan menimbulkan terjadinya asidosis.
.
V. MANIFESTASI KLINIS
Suhu anak tinggi
Anak pucat / diam saja
Mata terbelek keatas disertai kekakuan dan kelemahan
Kejang demam berlangsung singkat
Gerakan sentakan berulang tanpa didahului kekakuan atau hanya sentakan
Serangan tonik klonik ( dapat berhenti sendiri)
Kejang dapat diikuti sementara sementara berlangsung beberapa menit
VI. KOMPLIKASI
1. hipoksia
2. hiperpireksia
6
7. 3. asidosis
VII. FASE – FASE KEJANG DEMAM
1. Fase prodromal
Perubahan alam perasaan atau tingkah laku yang mungkin mengawali kejang
beberapa jam/ hari
2. Fase iktal
Merupakan aktivitas kejang yag biasanya terjadi gangguan muskulosketal.
3. Fase postiktal
Periode waktu dari kekacauan mental atau somnolen, peka rangsang yang terjadi
setelah kejang tersebut.
4. Fase aura
Merupakan awal dari munculnya aktivitas kejan atau sembab otak
VIII. PENYIMPANGAN KDM
7
8. IX. PENATALAKSANAAN MEDIK
1. Pemberian diazepam
· dosis awal : 0,3 – 0,5 mg/ kg bb/ dosis iv (perlahan )
· bila kejang belum berhenti dapat diulang dengan dosisi ulangan setelah 20 menit
2. Turunkan demam
· anti piretik : para setamol atau salisilat 10 mg/ kg bb/ dosis
· kompres air biasa
3. Penanganan suportif
bebaskan jalan nafas
· beri zat asam
· jaga keseimbangan cairan dan elektrolit
· pertahankan tekanan darah
X. PENCEGAHAN KEJANG DEMAM
1. Pencegahan berkala (intermitten) untuk kejang demam sederhana. Beri diazepam dan
anti piretika pada penyakit yang disetai demam.
2. Pencegahan kontinu untuk kejang komplikata
· fenobarbital : 5 – 7 mg/ kg BB/ 24 jam dibagi 3 dosis
· fepnotoin : 2- 8 mg/ kg BB/ 24 jam 2 – 3 dosis
· klonazepam : indikasi khusus
3. Diberikan sampai 2 tah tahn bebas kejang atau sampai umur 6 tahun
XI. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Elektrolit : tidak seimbang dapat berpengaruh pada aktivitas kejang
2. Glukosa : hipoglikemia dapat menjadi presipitasi (pencetus) kejang.
3. Ureum/ kreatinin : dapat maningkatkan resiko timbulnya aktivitas kejang
8
9. 4. Kadar obat dalam serum : untuk membuktikan batas obat anti konvulsi yang
terapeutik.
5. Elektroensepalogram (eeg) : dapat melokalisir daerah serebral yang tidak berfungsi
dengan baik, mengukur aktivitas otak.
9
10. BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KGD
KEJANG DEMAM DENGAN GANGGUAN SISTEM SARAF
Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengumpulan Data
a. Biodata
Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, status, suku/bangsa,
diagnosa, tanggal masuk, tanggal pengkajian, no. medical record, dan alamat.
Identitas penanggung jawab
Meliputi nama, umur, alamat, jenis kelamin, pekerjaan, alamat, dan
hubungan dengan klien.
b. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan sekarang
RSMRS
-
Kaji apakah klien sebelum masuk rumah sakit memiliki riwayat penyakit
yang sama ketika klien masuk rumah sakit.
Keluhan utama : kejang demam
Riwayat keluhan utama
P
: kejang
Q
: hilang timbul
R
: seluruh tubuh
S
:-
T
: tiap 15 menit
Riwayat kesehatan dahulu
-
Kaji apakah klien pernah menderita riwayat penyakit yang sama sebelumnya.
-
Riwayat pemakaian obat-obatan
b. Pengkajian primer
Airway
a. Pengkajian Primer
1) Airway
Jalan napas tidak bersih
10
11. Tidak terdengar adanya bunyi napas ronchi
Tidak ada jejas badan daerah dada
2) Breathing
Penurunan frekunsi napas
Napas dangkal
Kelemahan otot pernapasan
Kesulitan bernapas : sianosis
3) Circulation
Pingsan
hipertensi
depresi dengan penurunan nadi dan pernapasan
Pusing
Kejang berulang
4) Disability
Dapat terjadi penurunan kesadaran
Triase : merah
A. pengkajian sekunder
1. pengumpulan data
1. Aktivitas/ istirahat
-Gejala : keletihan, kelemahan umum
-Keterbatasan dalam beraktivitas
-Tanda : perubahan tonus dan kekuatan
2. Sirkulasi
-Gejala : iktal : hipertensi, peningkatan nadi, sianosis
-Postiktal : depresi dengan penurunan nadi dan pernafasan
3. Elimnasi
-Gejala : inkontinensia episodik
-Tanda : iktal : peningkatan tekanan kandung kemih
11
12. -Posiktal : inkontenensia urine
4. Makanan dan cairan
-Gejala : sensitivitas terhadap makanan, mual, muntah
-Tanda : kerusakan jaringan lunak (cidera selama kejang)
5. Neurosensori/ kenyamanan
-Gejala : riwayat sakit kepala, aktivitas kejang berulang, pinsang, pusing
-Postiktal : kelemahan, nyeri otot, area paralitik
6. Pernafasan
-Gejala : iktal : gigi mengatup, sianosis, pernafasan menurun/ cepat, peningkatan
sekresi mukus
B. pengkajian psikososial
Kaji bagaimana pola interaksi klien terhadap orang – orang disekitarnya seperti
hubungannya dengan keluarga, teman dekat, dokter, maupun dengan perawat.
C. pemeriksaan diagnostik
1. Elektrolit : tidak seimbang dapat berpengaruh pada aktivitas kejang
2. Glukosa : hipoglikemia dapat menjadi presipitasi (pencetus) kejang.
3. Ureum/ kreatinin : dapat maningkatkan resiko timbulnya aktivitas kejang
4. Kadar obat dalam serum : untuk membuktikan batas obat anti konvulsi yang
terapeutik.
5. Elektroensepalogram (eeg) : dapat melokalisir daerah serebral yang tidak berfungsi
dengan baik, mengukur aktivitas otak.
1) Pengelompokan Data
Data Subyektif
Keluarga Klien mengatakan klien tidak mampu melakukan aktifitas
Keluarga Klien mengatakan klien merasa mual dan muntah
Keluarga Klien mengatakan klien Pusing, mata berkunang-kunang
Keluarga Klien mengatakan klien susah bernafas
Kekuarga Klien mengatakan klien takut dengan keadaanya
12
13. Data obyektif
Klien tampak kesulitan bernafas
Tampak peningkatan sekresi mucus
Klien nampak lemah
Klien nampak mual dan muntah
Klien nampak gelisah
Klien nampak pusing
2.Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
1. Resiko tinggi terhadap inefektifnya bersihan jalan nafas b/d kerusakan
neoromuskular
2. Resiko kejang berulang b/d peningkatan suhu tubuh
3. Kerusakan mobilitas fisik b/d kerusakan persepsi, penurunan kekuatan
4. ansietas b/d kondisi kesehatan klien
3. INTERVENSI
Diagnosa 1
Resiko tinggi terhadap inefektifnya bersihan jalan nafas b/d kerusakan neuromuskular
Tujuan :
Inefektifnya bersihan jalan tdk terjadi
Kriteria hasil :
Jalan napas bersih dari sumbatan, suara napas vesikuler, sekresi mukosa tidak ada, RR
dalam batas normal
Intervensi :
1) atur posisi tidur klien fowler atau semi fowler.
Rasionalnya : Untuk memberikan rasa nyaman pada klien
2) Lakukan penghisapan lendir,
Rasional : untuk membersihkan dan mengurangi secret
13
14. 3) kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapi
Rasional : kolaborasi terapi untuk memberikan pengobatan yang tepat pada klien
Diagnosa 2
Resiko kejang berulang b/d peningkatan suhu tubuh
Tujuan :
Aktivitas kejang tidak berulang
Kriteria hasil :
Kejang dapat dikontrol, suhu tubuh kembali normal
Intervensi :
1) Kaji factor pencetus kejang.
Rasional : Untuk memberikan tindakan yang tepat
2) Libatkan keluarga dalam pemberian tindakan pada klien.
Rasional : keluarga sangat penting dalam mendukung proses penyembuhan klien
3) Observasi tanda-tanda vital. Lindungi anak dari trauma.
Rasional ; Pemantauan TTV perlu untuk mengetahui perkembangan kondisi klien,
trauma dapat memberikan dapak psikologis bagi klien
4) Berikan kompres dingin pda daerah dahi dan ketiak.
Rasional: Untung menurunkan suhu tubuh klien
Diagnosa 3
Kerusakan mobilitas fisik b/d kerusakan persepsi, penurunan kekuatan
Tujuan :
Kerusakan mobilisasi fisik teratasi
Kriteria hasil :
Mobilisasi fisik klien aktif , kejang tidak ada, kebutuhan klien teratasi
Intervensi :
1) Kaji tingkat mobilisasi klien.
Rasional : Mengetahui sejauh mana batas kemampuan klien dalam beraktivitas
2) Kaji tingkat kerusakan mobilsasi klien.
Rasional : Untuk mengetahui tingkat kemampuan otot untuk beraktivitas
3) Bantu klien dalam pemenuhan kebutuhan.
Rasional : Pemenuhan kebutuhan klien perlu untuk mendukung proses
perkembangan klien
4) Latih klien dalam mobilisasi sesuai kemampuan klien.
Rasional : Sebagai penilaian atas kemampuan klien dalam tindakan mandiri
14
15. 5) Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan klien.
Rasional ; Peran keluarga penting dalam mendukung pemulihan klien
Diagnosa 4
Kurang pengetahuan keluarga b/d kurangnya informasi
Tujuan :
Pengetahuan keluarga meningkat
Kriteria hasil :
Keluarga mengerti dengan proses penyakit kejang demam, keluarga klien tidak bertanya
lagi tentang penyakit, perawatan dan kondisi klien.
Intervensi :
1) Kaji tingkat pendidikan keluarga klien.
Rasional : Dapat mengetahui kemampuan klien dalam memahami penyait klien
2) Kaji tingkat pengetahuan keluarga klien.
Rasional : untuk mengetahui sejauh mana keluarga klien mengetahui tentang
penyakit yang di derita klien
5. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Diagnosa
Resiko tinggi
terhadap
inefektifnya
bersihan jalan
nafas b/d
kerusakan
neoromuskul
ar
Peningkatan suhu
tubuh b/d kejang
15
Implementasi
1. Mengatur posisi klien
semifowler atau
fowler
Hasil :
- Klien merasa nyaman
dengan pemberian
posisi semifowler
2. Setelah melakukan
pengisapan mucosa
lendir. Mukosa
berkurang
Hasil :
- Klien dapat bernafas
dengan normal
3. Melakukan kolaborasi
terapi medik
Hasil :
- Mukosa lendir
berkurang
- Drinase baik
1.Setelah melakukan pengkaji
Evaluasi
S : Ibu klien mengatakan
klien berangsur-angsur
mulai bernafas dengan baik
O:
-
-
tampak tidak
ada mukosa
lendir
pernapasan
klien baik
A : masalah teratasi
sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
S.: Ibu klien mengatakan
klien sudah tidak
16. berulang, faktor
infeksi
pada tingkat kejang klien
Hasil : klien tidak mengalami
kejang berulang
Kerusakan mobilitas
fisik b/d kerusakan
persepsi, penurunan
kekuatan
2. melibatkan keluarga klien
dalam pemberian tindakan
hasil : keluarga klien
berpatisipasi dalam
pemberian tindakan kpd
klien
1. setelah melakukan pengkajian
pada mobilisasi klien
Hasil : klien mampumelakukan
aktivitas
mengalami kejang demam
lagi
O : Klien terlihat sudah
tidak kejang lagi, dapat
beraktivitas seperti biasa
A: masalah teratasi
P: pertahankan intervensi
S: ibu klien mengatakan
klien dapat beraktivitas
kembali
O: Klien terlihat
beraktivitas seperti biasa
2.
A : Masalah teratasi
Kurang
pengetahuan
keluarga b/d
kurangnya
informasi
1.Setelah menilai tingkat
pengetahuan keluaraga ibu klien
dan memeberikan pemahaman
kepada keluarga klien
Hasil : ibu klien sudah memahami
penyakit klien
P : Pertahankan intervensi
S: ibu klien sudah
mengetahui penyakit dan
penanganan yang akan di
lakukan
O : klien dapat menerima
dengan baik penjelasan
dari perawat
A: maslah teratasi
P ; pertahankan intervensi
16
17. BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
a) Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada saat suhu meningkat
disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.
b) Kejang adalah pembebasan listrik yang tidak terkontrol dari sel syaraf cortex serebral
yang ditandai dengan serangan yang tiba – tiba (marillyn, doengoes. 1999 : 252)
Penyebab dari kejag demam dibagi menjadi 6 kelompok, yaitu : Obat –
obatanracun, alkhohol, obat yang diminum berlebihan Ketidak seimbangan
kimiawi,hiperkalemia. Hipoglikemia dan asidosis,. Demam
paling sering terjadi pada
anak balita, Patologis otakakibat dari cidera kepala, trauma, infeksi, peningkatan tik,
Eklampsiahipertensi prenatal, toksemia gravidarumIdiopatikpenyebab tidak diketahui
B.Saran
Diharapkan semoga dengan “Askep Gangguan Sistem Persyarafan Pada Klien
yang mengalami Kejang Demam” i yang merupakan bagian dari Keperawatan Dawat
darurat dapat bermanfaat bagi kami dan teman-teman dalam melaksanakan asuhan
keperawatan, sehingga perawat mengetahui atau mengerti tentang gangguan yang
berhubungan dengan gangguan SISTEM PERSARAFAN PADA KLIEN YANG
MENGALAMI GEJALA KEJANG DEMAM, Dalam rangka mengatasi masalah resiko
pada klien yang mengalami kejala kejang demam, maka tugas perawat yang utama adalah
sering mengobservasi akan kebutuhan klien tersebut.
Serta kami menyadari bahwa Askep yang kami buat ini masih jauh dari
kesempurnaan, sehingga saran dan kritik yang sifatnta membangun sangat kami
butuhkan, baik itu dari teman-teman ataupun para pembaca.
17
18. DAFTAR PUSTAKA
Http://panduankeperawatan.com/asuhan-keperawatan/asuhan-keperawatan-kejang-demam/
- Depkes RI. 1989. Perawatan Bayi Dan Anak. Ed 1. Jakarta : Pusat Pendidikan Tenaga
Kesehatan.
- Lumbantobing,SM.1989.Penatalaksanaan Muthakhir Kejang Pada Anak.Jakarta : FKUI
- Sachann, M Rossa. 1996. Prinsip Keperawatan Pediatric. Jakarta : EGC.
- Suriadi, dkk2001. Askep Pada Anak. Jakarta. Pt Fajar Interpratama.
- Sataf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 2000. Buku Kuliah Dua Ilmu Kesehatan
Anak. Jakarta : Percetakan Info Medika Jakarta
- Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit, ed 2. Jakarta: EGC.
- Hidayat, aziz alimun. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba.
18