SlideShare a Scribd company logo
1 of 12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tahun 1840 Heine untuk pertama kali mengumpulkan beberapa kasus poliomielitis di
Jerman. Tahun 1890 Medin di Stockholm mengemukakan gambaran epidemi poliomielitis.
Atas jasa- jasa penemuan kedua sarjana ini, maka penyakit tersebut juga disebut Heine –
Medin.
Paul (1955) mengemukakan bahwa 40-50 tahun yang lalu di Eropa Utara terdapat penderita
poliomyelitis terbanyak pada umur 0-4 tahun, kemudian berubah menjadi 5-9 tahun dan kini
di Swedia pada umur 7-15 tahun, bahkan akhir-akhir ini pada usia 15-25 tahun.
Goar (1955) dalam uraiannya tentang poliomyelitis di negeri yang baru berkembang dengan
sanitasi yang buruk berkesimpulan bahwa didaerah-daerah tersebut pada epidemi
poliomyelitis ditemukan 90% pada anak dibawah umur 5 tahun ini disebabkan penduduk
telah mendapatkan infeksi atau imunitas pada masa anak.
Di Indonesia penyakit poliomyelitis pada orang dewasa jarang terjadi. Di bagian Ilmu
Kesehatan Anak RSCM-FKUI Jakarta antara tahun 1953-1957 terdapat 21 pasien yang
dirawat , 2/3 diantaranya berumur 1-5 tahun.
Keinginan melaksanakan eradikasi polio secara global dimulai saat pertemuan WHO pada
tahun 1988 yang mencanangkan bebas penyakit polio tahun 2000, dalam program ERAPO
(Eradikasi Polio) ini, pemerintah Indonesia membuat kebijaksanaan dengan mengambil
strategi:
ü Meningkatkan cakupan imunisasi OPV secara rutin
ü Melaksanakan pecan imunisasi nasional (PIN)
ü Melakukan moving up didaerah-daerah yang masih dijumpai transmisi virus volio liar (wild
virus)
ü Melaksanakan surveilans AFP (Accute Flacid Paralysis)
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan penulisan dari penyusunan makalah ini secara umum untuk mengetahui
Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Poliomielitis
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan penulisan dari penyusunan makalah ini secara khusus adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui tentang konsep dasar medis mengenai poliomyelitis.
b. Untuk mengetahui konsep dasar keperawatan mengenai poliomyelitis.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Medis
1. Definisi
Poliomyelitis adalah radang akut pada sumsum tulang belakang karena virus, dengan gejala
demam, sakit leher, sakit kepala, muntah, kaku tengkuk dan punggung, sering kali menyerang
tanduk depan zat kelabu sumsum belakang.
Poliomielitis adalah penyakit yang akut disebabkan oleh virus dengan predileksi pada sel
anterior massa kelabu sumsum tulang belakang dan inti motorik batang otak, dan akibat
kerusakan bagian susunan saraf tersebut akan terjadi kelumpuhan serta atropi otot.
Poliomielitis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus polio dan biasanya
menyerang anak-anak dengan gejala lumpuh layuh akut (AFP=Acute Flaccid Paralysis).
Poliomielitis atau polio, adalah penyakit paralysis atau lumpuh yang disebabkan oleh virus.
Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan poliovirus (PV), masuk ketubuh
melalui mulut, menginfeksi saluran usus. Virus ini dapat memasuki aliran darah dan mengalir
ke sistem saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan kadang kelumpuhan (paralysis).
2. Klasifikasi
Berlainan dengan virus-virus lain yang menyerang susunan saraf, maka neuropatologi
poliomyelitis biasanya patognomomik. Virus hanya menyerang sel-sel dan daerah tertentu
pada susunan saraf. Tidak semua neuron yang terkena mengalami kerusakan yang sama dan
bila ringan sekali, dapat terjadi penyembuhan fungsi neuron dalam 3-4 minggu sesudah
timbul gejala.
Daerah yang biasa terkena poliomyelitis ialah:
1. Medulla spinalis terutama kornu anterior
2. Batang otak pada nucleus vestibularis dan inti-inti saraf kranial serta formasio retikularis
yang mengandung pusat vital
3. Serebelum terutama inti-inti pada vermis
4. Midbrain terutama masa kelabu, substansia nigra dan kadang-kadang nucleus rubra
5. Thalamus dan Hipotalamus
6. Palidum
7. Korteks serebri, hanya daerah motorik
Klasifikasi poliomyelitis dapat berupa asimtomatis, poliomyelitis abortif, poliomyelitis non
paralitik, poliomyelitis paralitik.
3. Etiologi
Penyebab poliomyelitis Family Pecornavirus dan Genus virus, dibagi tiga yaitu :
a. Brunhilde (virus Tipe 1)
b. Lansing (virus Tipe 2)
c. Leon (virus Tipe 3)
Virus poliomyelitis tergolong dalam enterovirus yang filtrabel, infeksi dapat terjadi oleh satu
atau lebih tipe tersebut yang dapat dibuktikan dengan ditemukan 3 macam zat anti dalam
serum seorang pasien. Epidemik yang luas dan ganas biasanya disebabkan oleh virus tipe 1,
epidemik yang ringan oleh tipe 3, kadang-kadang menyebabkan kasus yang sporadik.
Virus ini dapat hidup dalam air untuk berbulan-bulan dan bertahun-tahun dalam deep freezer.
Dapat tahan terhadap banyak bahan kimia termasuk sulfonamida, antibiotika, eter, fenol, dan
gliserin. Virus dapat dimusnahkan dengan cara pengeringan atau dengan pemberian zat
oksidator yang kuat seperti peroksida atau kalium permanganat. Reservoir alamiah satu-
satunya ialah manusia walaupun virus juga terdapat pada sampah atau lalat. Masa inkubasi
biasanya antara 7-10 hari, tetapi kadang terdapat kasus dengan masa inkubasi 3-35 hari.
4. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari poliomyelitis dapat berupa asimtomatis (silent infection), poliomyelitis
abortif, poliomyelitis non paralitik, dan poliomyelitis paralitik, Poliomielitis yang terbagi
menjadi empat bagian tersebut :
a. Poliomielitis Asimtomatis
Setelah masa inkubasi 7-10 hari, tidak terdapat gejala karena daya tahan tubuh cukup baik,
maka tidak terdapat gejala klinik sama sekali.
b. Poliomielitis Abortif
Timbul mendadak langsung beberapa jam sampai beberapa hari. Gejala berupa infeksi virus
seperti malaise, anoreksia, nausea, muntah, nyeri kepala, nyeri tenggorokan, konstipasi dan
nyeri abdomen.
c. Poliomielitis Non Paralitik
Gejala klinik hampir sama dengan poliomyelitis abortif , hanya nyeri kepala, nausea dan
muntah lebih hebat. Gejala ini timbul 1-2 hari kadang-kadang diikuti penyembuhan
sementara untuk kemudian remisi demam atau masuk kedalam fase ke-2 dengan nyeri otot.
Khas untuk penyakit ini dengan hipertonia, mungkin disebabkan oleh lesi pada batang otak,
ganglion spinal dan kolumna posterior.
d. Poliomielitis Paralitik
Gejala sama pada poliomyelitis non paralitik disertai kelemahan satu atau lebih kumpulan
otot skelet atau kranial. Timbul paralysis akut pada bayi ditemukan paralysis fesika urinaria
dan antonia usus. Adapun bentuk-bentuk gejalanya antara lain :
1) Bentuk spinal
Gejala kelemahan/paralysis atau paresis otot leher, abdomen, tubuh, diafragma, thorak dan
terbanyak ekstremitas.
2) Bentuk bulbar
Gangguan motorik satu atau lebih syaraf otak dengan atau tanpa gangguan pusat vital yakni
pernapasan dan sirkulasi.
3) Bentuk bulbospinal
Didapatkan gejala campuran antara bentuk spinal dan bentuk bulbar.
4) Kadang ensepalitik
Dapat disertai gejala delirium, kesadaran menurun, tremor dan kadang kejang.
Masa inkubasi poliomyelitis umumnya berlangsung selama 6-20 hari dengan kisaran 3-35
hari. Respon terhadap infeksi virus polio sangat bervariasi dan tingkatannya tergantung pada
bentuk manifestasi klinisnya. Sekitar 95% dari semua infeksi polio termasuk sub-klinis tanpa
gejala atau asimtomatis.
5. Patofisiologi
Virus hanya menyerang sel-sel dan daerah susunan saraf tertentu. Tidak semua neuron yang
terkena mengalami kerusakan yang sama dan bila ringan sekali dapat terjadi penyembuhan
fungsi neuron dalam 3-4 minggu sesudah timbul gejala. Polio akut disebabkan oleh asam
ribonukleat kecil (RNA) virus dari kelompok enterovirus dari keluarga picornavirus. Inti
RNA beruntai tunggal dikelilingi oleh protein kapsid tanpa amplop lipid, yang membuat virus
polio tahan terhadap pelarut lemak dan stabil pada pH rendah. Tiga antigen strain berbeda
diketahui, dengan tipe I akuntansi untuk 85% dari kasus penyakit lumpuh. Infeksi dengan
satu jenis tidak melindungi dari jenis lain, namun kekebalan untuk masing-masing 3 strain
adalah seumur hidup.
Enterovirus dari polio menginfeksi saluran usus manusia terutama melalui jalur fecal-oral
(tangan ke mulut). Virus-virus berkembang biak di mukosa saluran pencernaan orofaringeal
dan rendah selama 1-3 minggu pertama masa inkubasi.. Virus dapat dikeluarkan dalam air
liur dan kotoran selama periode ini, menyebabkan sebagian besar host-to-host transmisi.
Setelah fase awal pencernaan, virus mengalir ke kelenjar getah bening leher dan mesenterika
dan kemudian ke dalam aliran darah Hanya 5% dari pasien yang terinfeksi memiliki
keterlibatan sistem saraf selektif setelah viremia. Hal ini diyakini bahwa replikasi di situs
extraneural viremia mempertahankan dan meningkatkan kemungkinan bahwa virus akan
memasuki sistem saraf.
Virus polio memasuki sistem saraf dengan baik melintasi penghalang darah-otak atau dengan
transportasi aksonal dari saraf perifer. Hal ini dapat menyebabkan infeksi sistem saraf dengan
melibatkan gyrus precentral, thalamus, hipothalamus, motor inti batang otak dan sekitarnya
formasi reticular, inti vestibular dan cerebellum, dan neuron dari kolom anterior dan
intermediat sumsum tulang belakang. Sel-sel saraf mengalami khromatolisis pusat bersama
dengan reaksi inflamasi sedangkan perbanyakan virus mendahului timbulnya kelumpuhan.
Karena proses khromatolisis berlangsung lebih lanjut, kelumpuhan otot atau bahkan atropi
muncul bila kurang dari 10% dari neuron bertahan di segmen kabel yang sesuai. Gliosis
terjadi ketika inflamasi menyusup telah mereda, tetapi neuron yang masih hidup yang paling
menunjukkan pemulihan penuh.
6. Komplikasi
Komplikasi yang paling berat adalah kelumpuhan yang menetap. Kelumpuhan terjadi
sebanyak kurang dari 1 dari setiap 100 kasus, tetapi kelemahan satu atau beberapa otot, sering
ditemukan. Kadang bagian dari otak yang berfungsi mengatur pernafasan terserang polio,
sehingga terjadi kelemahan atau kelumpuhan pada otot dada. Beberapa penderita mengalami
komplikasi 20-30 tahun setelah terserang polio. Keadaan ini disebut sindroma post-
poliomielitis, yang terdiri dari kelemahan otot yang progresif, yang seringkali menyebabkan
kelumpuhan. Selain itu ada juga komplikasinya yaitu: Hiperkalsuria, Melena, Pelebaran
lambung akut, Hipertensi ringan, Pneumonia, Ulkus dekubitus dan emboli paru, Psikosis.
8. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan darah
Hitung darah lengkap (CBC), karena leukositosis mungkin ada.
2) Cairan serebrospinal
Cairan cerebrospinal (CSF) tekanan dapat ditingkatkan. Pleositosis (neutrofil dalam beberapa
hari pertama, maka limfosit) dapat dicatat dalam CSF selama periode sebelum timbulnya
kelumpuhan pada polio akut. Kandungan protein CSS mungkin meningkat sedikit dengan
glukosa normal, kecuali pada pasien dengan kelumpuhan berat, yang mungkin menunjukkan
peningkatan protein untuk 100-300 mg / dL selama beberapa minggu.
3) Isolasi virus polio
Melakukan pemulihan virus dari tenggorokan mencuci, budaya tinja, biakan darah, dan
budaya CSF. Serta studi virus dalam spesimen tinja sangat penting untuk diagnosis penyakit
polio. Selain itu, juga dapat dengan cara seperti di bawah ini :
a) Recover virus dari tenggorokan mencuci pada minggu pertama dan budaya tinja dari 2-5
minggu pertama.
b) Dalam kasus yang jarang terjadi, virus dapat diisolasi dari CSF atau serum, berbeda
dengan penyakit lumpuh yang disebabkan oleh enterovirus lainnya.
c) Tes ini memerlukan tambahan demonstrasi kenaikan 4 kali lipat titer antibodi virus untuk
membuat diagnosis spesifik.
b. Pemeriksaan Radiologi
Magnetic Resonance Imaging (MRI) mungkin menunjukkan lokalisasi peradangan pada
tanduk anterior sumsum tulang belakang.
9. Penatalaksanaan
a. Poliomielitis Abortif
1) Diberikan analgetik dan sedatif
2) Diet adekuat
3) Istirahat sampai suhu normal untuk beberapa hari,sebaiknya dicegah aktifitas yang
berlebihan selama 2 bulan kemudian diperiksa neuroskeletal secara teliti.
b. Poliomielitis Non Paralitik
1) Sama seperti abortif
2) Selain diberi analgetik dan sedatif dapat dikombinasikan dengan kompres hangat selama
15–30 menit,setiap 2–4 jam.
c. Poliomielitis Paralitik
1) Perawatan dirumah sakit
2) Istirahat total
3) Selama fase akut kebersihan mulut dijaga
4) Fisioterapi
5) Akupuntur
6) Interferon
Poliomielitis asimtomatis tidak perlu perawatan. Poliomielitis abortif diatasi dengan istirahat
7 hari jika tidak terdapat gejala kelainan aktifitas dapat dimulai lagi. Poliomielitis
paralitik/non paralitik diatasi dengan istirahat mutlak paling sedikit 2 minggu perlu
pemgawasan yang teliti karena setiap saat dapat terjadi paralysis pernapasan. Selain itu,
adapun penatalaksanaan pada fase akut pada pasien dengan poliomyelitis, yaitu sebagai
berikut:
a) Analgetik untuk rasa nyeri otot.
b) Lokal diberi pembalut hangat sebaiknya dipasang footboard (papan penahan pada telapak
kaki) agar kaki terletak pada sudut yang sesuai terhadap tungkai.
c) Pada poliomielitis tipe bulbar kadang-kadang reflek menelan terganggu sehingga dapat
timbul bahaya pneumonia aspirasi dalam hal ini kepala anak harus ditekan lebih rendah dan
dimiringkan kesalah satu sisi.
d) Sesudah fase akut, dapat dilakukan Kontraktur atropi dan attoni otot dikurangi dengan
fisioterapi. Tindakan ini dilakukan setelah 2 hari demam hilang.
10. Pencegahan
Pencegahan bisa dilakukan dengan memberikan imunisasi lengkap di Posyandu, Puskesmas
atau jenis pelayanan kesehatan lainnya. Jenis imunisasi polio diberikan setelah bayi berumur
satu bulan sebanyak empat kali. Imunisasi polio I pada bulan pertama, imunisasi polio II
pada bulan berikutnya, polio III pada bulan ketiga dan terahir polio IV. Biasanya disertai
dengan jenis imunisasi lainnya seperti DPT, Hepatitis B, BCG dan pada usia 9 bulan
dilengkapi dengan imunisasi campak ( morbili).
Pencegahan yang amat penting dengan perbaikan sanitasi, setiap keluarga harus memiliki
sarana air bersih, sarana sanitasi seperti jamban, pembuangan air limbah rumah tangga,
pembuangan sampah yang tertib. Dengan mewujudkan rumah sehat dan lingkungan yang
sehat maka akan dapat mencegah penyakit berbasis lingkungan termasuk polio.
11. Prognosis
Bergantung pada beratnya penyakit. Pada bentuk paralitik sesuai dengan bagian yang mana
yang terkena. Bentuk spinal dengan paralisis pernapasan dapat ditolong dengan bantuan
pernapasan buatan. Tipe bulbar prognosisnya buruk, kematian biasanya karena kegagalan
fungsi pusat pernapasan atau infeksi sekunder pada jalan napas. Otot-otot yang lumpuh dan
tidak pulih kembali menunjukkan paralisis tipe flasid dengan atonia, refleksi dan degenerasi.
Komplikasi residual paralisis tersebut ialah kontraktur terutama sendi subluksasi bila otot
yang terkena sekitar sendi, perubahan trofik oleh sirkulasi yang kurang sempurna hingga
mudah terjadi ulserasi. Pada keadaan ini, diberikan pengobatan secara ortopedik.
B. Konsep Dasar Keperawatan
1. Pengkajian
a. Riwayat kesehatan
Riwayat pengobatan penyakit-penyakit dan riwayat imunitas
b. Pemeriksaan fisik
1) Nyeri kepala
2) Paralisis
3) Refleks tendon berkurang
4) Kaku kuduk
5) Brudzinky
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan paralisis
b. Nyeri berhubungan dengan proses infeksi yang menyerang sistem saraf
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual
muntah
d. Ansietas berhubungan dengan penurunan status kesehatan
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajannya informasi
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa
Keperawatan
NOC NIC
Gang. Mobilitas
fisik b/d paralisis
Setelah dilakukan
asuhan
keperawatan
selama 3x24 jam,
diharapkan klien
mampu melakukan
aktivitas lain
sebagai pengganti
pergerakan,
menjaga kestabilan
postur, dengan
kriteria hasil:
ü Dapat mengikuti
latihan yang
diberikan
ü Dapat
meminimalisir
tremor dalam
melakukan
pergerakan
-
ü Tentukan aktivitas
yang akan diberikan
ü Identifikasi factor-
faktor yang
mempengaruhi
kemampuan untuk
aktif
ü Evaluasi kemampuan
untuk melakukan
mobilisasi
Nyeri b/d proses
infeksi yang
menyerang
sistem saraf
Setelah dilakukan
asuhan
keperawatan
selama 3x24 jam,
diharapkan klien
mampu melakukan
mengontrol nyeri,
dengan kriteria
hasil:
ü Menjelaskan
factor penyebab
nyeri
ü Mengikuti
pengobatan yang
diberikan
ü Mengontrol nyeri
secara mandiri
ü Kaji tanda-tanda
nyeri
ü Kaji factor-faktor
penyebab terjadinya
nyeri
ü Ajarkan tehnik
manajemen nyeri
ü Kolaborasikan dalam
pemberian analgesik
Perubahan
nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
berhubungan
dengan
anoreksia, mual
muntah
Setelah dilakukan
asuhan
keperawatan
selama 3x24 jam,
diharapkan
perubahan nutrisi
membaik, dengan
kriteria hasil:
ü Mual muntah
berkurang
ü Intake output
adekuat
ü Awasi mual dan
muntah
ü Pantau masukan
albumin dan protein
ü Awasi preferensi dan
pilihan makanan
ü Berikan
kondisi/lingkungan
yang nyaman pada saat
makan
ü Catat perubahan
signifikan terhadap
status gizi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Poliomielitis adalah penyakit menular yang akut disebabkan oleh virus dengan predileksi
pada sel anterior massa kelabu sumsum tulang belakang dan inti motorik batang otak, dan
akibat kerusakan bagian susunan syaraf tersebut akan terjadi kelumpuhan serta atropi otot.
Poliomielitis dapat disebabkan oleh beberapa macam tipe virus seperti, Brunhilde, Lansing,
dan Leon. Virus polio hanya menyerang sel-sel dan daerah susunan saraf tertentu. Oleh
karena itu, berdasarkan manifestasi klinisnya, Poliomyelitis dibagi menjadi beberapa tipe.
Selain itu, pada pasien dengan penyakit polio dapat dilakukan berbagai macam pemeriksaan
yaitu pemeriksaan laboratorium dan radiologik. Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada
pasien dengan poliomyelitis sesuai dengan tanda dan gejala yang muncul. Karena penyebaran
penyakit polio yang dapat melalui feses dan makanan, maka kita dapat melakukan
pencegahan pada posyandu dan puskesmas. Selain itu, poliomyelitis juga dapat menyebabkan
berbagai komplikasi penyakit antara lain, melena, hipertensi ringan, pneumonia.
B. Saran
Penulisan makalah ini memuat saran-saran yang ditujukan ke berbagai pihak, antara lain:
1. Bagi pembaca, terutama mahasiswa keperawatan diharapkan dapat menggunakan makalah
ini sebagai referensi untuk menambah pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada
Poliomyelitis.
2. Bagi pembaca agar memperbaiki segala kekurangan yang terdapat pada makalah ini,
sehingga penulis dapat memahami kesalahan yang terdapat dalam makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Doctherman, Joanne McCloskey dan Bulecheck, Gloria N. 2008. Nursing Interventions
Classification (NIC). USA : Mosby
Hasan, Rusepno. DKK. 1985. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : FKUI
Herdman, Heater. 2012. Nanda International : Diagnosis Keperawatan : Definisi dan
Klasifikasi 2012-2014. Jakarta : EGC
Moorhead, Sue. DKK. 2006. Nursing Outcomes Classification (NOC). USA : Mosby
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit Edisi 2. Jakarta : EGC
Ramali, Ahmad dan Pamoentjak. 2005. Kamus Kedokteran. Jakarta : Djambatan
Smeltzer, Suzanne. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah vol 3. Jakarta : EGC
Suyitno, Hariyono. DKK. 2008. Pedoman Imunisasi Di Indonesia Ed 3. Jakarta : Badan
Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia

More Related Content

What's hot

What's hot (19)

223720883 case-pneumonia
223720883 case-pneumonia223720883 case-pneumonia
223720883 case-pneumonia
 
Ensefalitis tb
Ensefalitis tbEnsefalitis tb
Ensefalitis tb
 
Referat Meningitis
Referat MeningitisReferat Meningitis
Referat Meningitis
 
Imaging in lung fungal infection
Imaging in lung fungal infectionImaging in lung fungal infection
Imaging in lung fungal infection
 
Copy of pp kelompok viii bu dewi
Copy of pp kelompok viii bu dewiCopy of pp kelompok viii bu dewi
Copy of pp kelompok viii bu dewi
 
Referat Meningitis Word
Referat Meningitis WordReferat Meningitis Word
Referat Meningitis Word
 
Peyakit yang disebabkan oleh virus
Peyakit yang disebabkan oleh virusPeyakit yang disebabkan oleh virus
Peyakit yang disebabkan oleh virus
 
Askep meningitis
Askep meningitisAskep meningitis
Askep meningitis
 
Power point askep meningitis AKPER PEMKAB MUNA
Power point askep meningitis AKPER PEMKAB MUNAPower point askep meningitis AKPER PEMKAB MUNA
Power point askep meningitis AKPER PEMKAB MUNA
 
Farmakoterapi herpes dan HIV/AIDS
Farmakoterapi herpes dan HIV/AIDSFarmakoterapi herpes dan HIV/AIDS
Farmakoterapi herpes dan HIV/AIDS
 
Asuhan Keperawatan Imunodefisiensi
Asuhan Keperawatan ImunodefisiensiAsuhan Keperawatan Imunodefisiensi
Asuhan Keperawatan Imunodefisiensi
 
Rabies
RabiesRabies
Rabies
 
Virus (Biologi)
Virus (Biologi)Virus (Biologi)
Virus (Biologi)
 
Asuhan keperawatan pada pasien AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan pada pasien  AKPER PEMKAB MUNA Asuhan keperawatan pada pasien  AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan pada pasien AKPER PEMKAB MUNA
 
Pneumonia
PneumoniaPneumonia
Pneumonia
 
Meningitis in paediatrik
Meningitis in paediatrikMeningitis in paediatrik
Meningitis in paediatrik
 
Imunisasi biokimia
Imunisasi biokimiaImunisasi biokimia
Imunisasi biokimia
 
Makalah mikrobiologi virus rubella new
Makalah mikrobiologi virus rubella newMakalah mikrobiologi virus rubella new
Makalah mikrobiologi virus rubella new
 
Meningitis
Meningitis Meningitis
Meningitis
 

Similar to PolioPendahuluan

Virus yang merugikan manusia hewan dan tumbuhan
Virus yang merugikan manusia hewan dan tumbuhanVirus yang merugikan manusia hewan dan tumbuhan
Virus yang merugikan manusia hewan dan tumbuhanIyens Syeikhbu
 
Virus yang merugikan manusia hewan dan tumbuhan 2
Virus yang merugikan manusia hewan dan tumbuhan 2Virus yang merugikan manusia hewan dan tumbuhan 2
Virus yang merugikan manusia hewan dan tumbuhan 2Iyens Syeikhbu
 
askep-poliomyelitis_compress.pptxgahshshjd
askep-poliomyelitis_compress.pptxgahshshjdaskep-poliomyelitis_compress.pptxgahshshjd
askep-poliomyelitis_compress.pptxgahshshjdAiniAzahraErinatasya
 
file_2013-03-18_101726_suharyo_skm_m.kes__7086929585.ppt
file_2013-03-18_101726_suharyo_skm_m.kes__7086929585.pptfile_2013-03-18_101726_suharyo_skm_m.kes__7086929585.ppt
file_2013-03-18_101726_suharyo_skm_m.kes__7086929585.pptzenithameida
 
Bedah iskandar japardi46
Bedah iskandar japardi46Bedah iskandar japardi46
Bedah iskandar japardi46Luhu Tapiheru
 
Sindrom Guillain Bare
Sindrom Guillain BareSindrom Guillain Bare
Sindrom Guillain BarePhil Adit R
 
Hazardous ! Polio !!!
Hazardous ! Polio !!!Hazardous ! Polio !!!
Hazardous ! Polio !!!Soya Odut
 
Iris Zahra VirusVirusVirusVirusVirus.pptx
Iris Zahra VirusVirusVirusVirusVirus.pptxIris Zahra VirusVirusVirusVirusVirus.pptx
Iris Zahra VirusVirusVirusVirusVirus.pptxakivamartino
 
virus polio.pdf
virus polio.pdfvirus polio.pdf
virus polio.pdfNOVAcica
 
virus polio.pdf
virus polio.pdfvirus polio.pdf
virus polio.pdfNOVAcica
 

Similar to PolioPendahuluan (20)

Poliomielitis
PoliomielitisPoliomielitis
Poliomielitis
 
Virus yang merugikan manusia hewan dan tumbuhan
Virus yang merugikan manusia hewan dan tumbuhanVirus yang merugikan manusia hewan dan tumbuhan
Virus yang merugikan manusia hewan dan tumbuhan
 
Virus yang merugikan manusia hewan dan tumbuhan 2
Virus yang merugikan manusia hewan dan tumbuhan 2Virus yang merugikan manusia hewan dan tumbuhan 2
Virus yang merugikan manusia hewan dan tumbuhan 2
 
Leaflet Polio
Leaflet PolioLeaflet Polio
Leaflet Polio
 
polio_ppt.ppt
polio_ppt.pptpolio_ppt.ppt
polio_ppt.ppt
 
askep-poliomyelitis_compress.pptxgahshshjd
askep-poliomyelitis_compress.pptxgahshshjdaskep-poliomyelitis_compress.pptxgahshshjd
askep-poliomyelitis_compress.pptxgahshshjd
 
Lp campak
Lp campakLp campak
Lp campak
 
file_2013-03-18_101726_suharyo_skm_m.kes__7086929585.ppt
file_2013-03-18_101726_suharyo_skm_m.kes__7086929585.pptfile_2013-03-18_101726_suharyo_skm_m.kes__7086929585.ppt
file_2013-03-18_101726_suharyo_skm_m.kes__7086929585.ppt
 
Konsep medis kasus morbili AKPER PEMKAB MUNA
Konsep medis kasus morbili  AKPER PEMKAB MUNA Konsep medis kasus morbili  AKPER PEMKAB MUNA
Konsep medis kasus morbili AKPER PEMKAB MUNA
 
Bedah iskandar japardi46
Bedah iskandar japardi46Bedah iskandar japardi46
Bedah iskandar japardi46
 
Sindrom Guillain Bare
Sindrom Guillain BareSindrom Guillain Bare
Sindrom Guillain Bare
 
TUGAS POWERPOINT.pptx
TUGAS POWERPOINT.pptxTUGAS POWERPOINT.pptx
TUGAS POWERPOINT.pptx
 
Hazardous ! Polio !!!
Hazardous ! Polio !!!Hazardous ! Polio !!!
Hazardous ! Polio !!!
 
Makalah imunologi
Makalah imunologiMakalah imunologi
Makalah imunologi
 
Iris Zahra VirusVirusVirusVirusVirus.pptx
Iris Zahra VirusVirusVirusVirusVirus.pptxIris Zahra VirusVirusVirusVirusVirus.pptx
Iris Zahra VirusVirusVirusVirusVirus.pptx
 
virus polio.pdf
virus polio.pdfvirus polio.pdf
virus polio.pdf
 
virus polio.pdf
virus polio.pdfvirus polio.pdf
virus polio.pdf
 
POLIOMIELITIS_PP.ppt
POLIOMIELITIS_PP.pptPOLIOMIELITIS_PP.ppt
POLIOMIELITIS_PP.ppt
 
POLIOMIELITIS_PP.ppt
POLIOMIELITIS_PP.pptPOLIOMIELITIS_PP.ppt
POLIOMIELITIS_PP.ppt
 
POLIOMIELITIS_PP (1).ppt
POLIOMIELITIS_PP (1).pptPOLIOMIELITIS_PP (1).ppt
POLIOMIELITIS_PP (1).ppt
 

More from Operator Warnet Vast Raha

Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiOperator Warnet Vast Raha
 

More from Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

PolioPendahuluan

  • 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tahun 1840 Heine untuk pertama kali mengumpulkan beberapa kasus poliomielitis di Jerman. Tahun 1890 Medin di Stockholm mengemukakan gambaran epidemi poliomielitis. Atas jasa- jasa penemuan kedua sarjana ini, maka penyakit tersebut juga disebut Heine – Medin. Paul (1955) mengemukakan bahwa 40-50 tahun yang lalu di Eropa Utara terdapat penderita poliomyelitis terbanyak pada umur 0-4 tahun, kemudian berubah menjadi 5-9 tahun dan kini di Swedia pada umur 7-15 tahun, bahkan akhir-akhir ini pada usia 15-25 tahun. Goar (1955) dalam uraiannya tentang poliomyelitis di negeri yang baru berkembang dengan sanitasi yang buruk berkesimpulan bahwa didaerah-daerah tersebut pada epidemi poliomyelitis ditemukan 90% pada anak dibawah umur 5 tahun ini disebabkan penduduk telah mendapatkan infeksi atau imunitas pada masa anak. Di Indonesia penyakit poliomyelitis pada orang dewasa jarang terjadi. Di bagian Ilmu Kesehatan Anak RSCM-FKUI Jakarta antara tahun 1953-1957 terdapat 21 pasien yang dirawat , 2/3 diantaranya berumur 1-5 tahun. Keinginan melaksanakan eradikasi polio secara global dimulai saat pertemuan WHO pada tahun 1988 yang mencanangkan bebas penyakit polio tahun 2000, dalam program ERAPO (Eradikasi Polio) ini, pemerintah Indonesia membuat kebijaksanaan dengan mengambil strategi: ü Meningkatkan cakupan imunisasi OPV secara rutin ü Melaksanakan pecan imunisasi nasional (PIN) ü Melakukan moving up didaerah-daerah yang masih dijumpai transmisi virus volio liar (wild virus) ü Melaksanakan surveilans AFP (Accute Flacid Paralysis) B. Tujuan 1. Tujuan Umum Adapun tujuan penulisan dari penyusunan makalah ini secara umum untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Poliomielitis 2. Tujuan Khusus Adapun tujuan penulisan dari penyusunan makalah ini secara khusus adalah sebagai berikut: a. Untuk mengetahui tentang konsep dasar medis mengenai poliomyelitis.
  • 2. b. Untuk mengetahui konsep dasar keperawatan mengenai poliomyelitis. BAB II PEMBAHASAN A. Konsep Dasar Medis 1. Definisi Poliomyelitis adalah radang akut pada sumsum tulang belakang karena virus, dengan gejala demam, sakit leher, sakit kepala, muntah, kaku tengkuk dan punggung, sering kali menyerang tanduk depan zat kelabu sumsum belakang. Poliomielitis adalah penyakit yang akut disebabkan oleh virus dengan predileksi pada sel anterior massa kelabu sumsum tulang belakang dan inti motorik batang otak, dan akibat kerusakan bagian susunan saraf tersebut akan terjadi kelumpuhan serta atropi otot. Poliomielitis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus polio dan biasanya menyerang anak-anak dengan gejala lumpuh layuh akut (AFP=Acute Flaccid Paralysis). Poliomielitis atau polio, adalah penyakit paralysis atau lumpuh yang disebabkan oleh virus. Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan poliovirus (PV), masuk ketubuh melalui mulut, menginfeksi saluran usus. Virus ini dapat memasuki aliran darah dan mengalir ke sistem saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan kadang kelumpuhan (paralysis). 2. Klasifikasi Berlainan dengan virus-virus lain yang menyerang susunan saraf, maka neuropatologi poliomyelitis biasanya patognomomik. Virus hanya menyerang sel-sel dan daerah tertentu pada susunan saraf. Tidak semua neuron yang terkena mengalami kerusakan yang sama dan bila ringan sekali, dapat terjadi penyembuhan fungsi neuron dalam 3-4 minggu sesudah timbul gejala. Daerah yang biasa terkena poliomyelitis ialah: 1. Medulla spinalis terutama kornu anterior
  • 3. 2. Batang otak pada nucleus vestibularis dan inti-inti saraf kranial serta formasio retikularis yang mengandung pusat vital 3. Serebelum terutama inti-inti pada vermis 4. Midbrain terutama masa kelabu, substansia nigra dan kadang-kadang nucleus rubra 5. Thalamus dan Hipotalamus 6. Palidum 7. Korteks serebri, hanya daerah motorik Klasifikasi poliomyelitis dapat berupa asimtomatis, poliomyelitis abortif, poliomyelitis non paralitik, poliomyelitis paralitik. 3. Etiologi Penyebab poliomyelitis Family Pecornavirus dan Genus virus, dibagi tiga yaitu : a. Brunhilde (virus Tipe 1) b. Lansing (virus Tipe 2) c. Leon (virus Tipe 3) Virus poliomyelitis tergolong dalam enterovirus yang filtrabel, infeksi dapat terjadi oleh satu atau lebih tipe tersebut yang dapat dibuktikan dengan ditemukan 3 macam zat anti dalam serum seorang pasien. Epidemik yang luas dan ganas biasanya disebabkan oleh virus tipe 1, epidemik yang ringan oleh tipe 3, kadang-kadang menyebabkan kasus yang sporadik. Virus ini dapat hidup dalam air untuk berbulan-bulan dan bertahun-tahun dalam deep freezer. Dapat tahan terhadap banyak bahan kimia termasuk sulfonamida, antibiotika, eter, fenol, dan gliserin. Virus dapat dimusnahkan dengan cara pengeringan atau dengan pemberian zat oksidator yang kuat seperti peroksida atau kalium permanganat. Reservoir alamiah satu- satunya ialah manusia walaupun virus juga terdapat pada sampah atau lalat. Masa inkubasi biasanya antara 7-10 hari, tetapi kadang terdapat kasus dengan masa inkubasi 3-35 hari. 4. Manifestasi Klinis Manifestasi klinis dari poliomyelitis dapat berupa asimtomatis (silent infection), poliomyelitis abortif, poliomyelitis non paralitik, dan poliomyelitis paralitik, Poliomielitis yang terbagi menjadi empat bagian tersebut : a. Poliomielitis Asimtomatis
  • 4. Setelah masa inkubasi 7-10 hari, tidak terdapat gejala karena daya tahan tubuh cukup baik, maka tidak terdapat gejala klinik sama sekali. b. Poliomielitis Abortif Timbul mendadak langsung beberapa jam sampai beberapa hari. Gejala berupa infeksi virus seperti malaise, anoreksia, nausea, muntah, nyeri kepala, nyeri tenggorokan, konstipasi dan nyeri abdomen. c. Poliomielitis Non Paralitik Gejala klinik hampir sama dengan poliomyelitis abortif , hanya nyeri kepala, nausea dan muntah lebih hebat. Gejala ini timbul 1-2 hari kadang-kadang diikuti penyembuhan sementara untuk kemudian remisi demam atau masuk kedalam fase ke-2 dengan nyeri otot. Khas untuk penyakit ini dengan hipertonia, mungkin disebabkan oleh lesi pada batang otak, ganglion spinal dan kolumna posterior. d. Poliomielitis Paralitik Gejala sama pada poliomyelitis non paralitik disertai kelemahan satu atau lebih kumpulan otot skelet atau kranial. Timbul paralysis akut pada bayi ditemukan paralysis fesika urinaria dan antonia usus. Adapun bentuk-bentuk gejalanya antara lain : 1) Bentuk spinal Gejala kelemahan/paralysis atau paresis otot leher, abdomen, tubuh, diafragma, thorak dan terbanyak ekstremitas. 2) Bentuk bulbar Gangguan motorik satu atau lebih syaraf otak dengan atau tanpa gangguan pusat vital yakni pernapasan dan sirkulasi. 3) Bentuk bulbospinal Didapatkan gejala campuran antara bentuk spinal dan bentuk bulbar. 4) Kadang ensepalitik Dapat disertai gejala delirium, kesadaran menurun, tremor dan kadang kejang. Masa inkubasi poliomyelitis umumnya berlangsung selama 6-20 hari dengan kisaran 3-35 hari. Respon terhadap infeksi virus polio sangat bervariasi dan tingkatannya tergantung pada bentuk manifestasi klinisnya. Sekitar 95% dari semua infeksi polio termasuk sub-klinis tanpa gejala atau asimtomatis.
  • 5. 5. Patofisiologi Virus hanya menyerang sel-sel dan daerah susunan saraf tertentu. Tidak semua neuron yang terkena mengalami kerusakan yang sama dan bila ringan sekali dapat terjadi penyembuhan fungsi neuron dalam 3-4 minggu sesudah timbul gejala. Polio akut disebabkan oleh asam ribonukleat kecil (RNA) virus dari kelompok enterovirus dari keluarga picornavirus. Inti RNA beruntai tunggal dikelilingi oleh protein kapsid tanpa amplop lipid, yang membuat virus polio tahan terhadap pelarut lemak dan stabil pada pH rendah. Tiga antigen strain berbeda diketahui, dengan tipe I akuntansi untuk 85% dari kasus penyakit lumpuh. Infeksi dengan satu jenis tidak melindungi dari jenis lain, namun kekebalan untuk masing-masing 3 strain adalah seumur hidup. Enterovirus dari polio menginfeksi saluran usus manusia terutama melalui jalur fecal-oral (tangan ke mulut). Virus-virus berkembang biak di mukosa saluran pencernaan orofaringeal dan rendah selama 1-3 minggu pertama masa inkubasi.. Virus dapat dikeluarkan dalam air liur dan kotoran selama periode ini, menyebabkan sebagian besar host-to-host transmisi. Setelah fase awal pencernaan, virus mengalir ke kelenjar getah bening leher dan mesenterika dan kemudian ke dalam aliran darah Hanya 5% dari pasien yang terinfeksi memiliki keterlibatan sistem saraf selektif setelah viremia. Hal ini diyakini bahwa replikasi di situs extraneural viremia mempertahankan dan meningkatkan kemungkinan bahwa virus akan memasuki sistem saraf. Virus polio memasuki sistem saraf dengan baik melintasi penghalang darah-otak atau dengan transportasi aksonal dari saraf perifer. Hal ini dapat menyebabkan infeksi sistem saraf dengan melibatkan gyrus precentral, thalamus, hipothalamus, motor inti batang otak dan sekitarnya formasi reticular, inti vestibular dan cerebellum, dan neuron dari kolom anterior dan intermediat sumsum tulang belakang. Sel-sel saraf mengalami khromatolisis pusat bersama dengan reaksi inflamasi sedangkan perbanyakan virus mendahului timbulnya kelumpuhan. Karena proses khromatolisis berlangsung lebih lanjut, kelumpuhan otot atau bahkan atropi muncul bila kurang dari 10% dari neuron bertahan di segmen kabel yang sesuai. Gliosis terjadi ketika inflamasi menyusup telah mereda, tetapi neuron yang masih hidup yang paling menunjukkan pemulihan penuh. 6. Komplikasi Komplikasi yang paling berat adalah kelumpuhan yang menetap. Kelumpuhan terjadi sebanyak kurang dari 1 dari setiap 100 kasus, tetapi kelemahan satu atau beberapa otot, sering ditemukan. Kadang bagian dari otak yang berfungsi mengatur pernafasan terserang polio,
  • 6. sehingga terjadi kelemahan atau kelumpuhan pada otot dada. Beberapa penderita mengalami komplikasi 20-30 tahun setelah terserang polio. Keadaan ini disebut sindroma post- poliomielitis, yang terdiri dari kelemahan otot yang progresif, yang seringkali menyebabkan kelumpuhan. Selain itu ada juga komplikasinya yaitu: Hiperkalsuria, Melena, Pelebaran lambung akut, Hipertensi ringan, Pneumonia, Ulkus dekubitus dan emboli paru, Psikosis. 8. Pemeriksaan Diagnostik a. Pemeriksaan Laboratorium 1) Pemeriksaan darah Hitung darah lengkap (CBC), karena leukositosis mungkin ada. 2) Cairan serebrospinal Cairan cerebrospinal (CSF) tekanan dapat ditingkatkan. Pleositosis (neutrofil dalam beberapa hari pertama, maka limfosit) dapat dicatat dalam CSF selama periode sebelum timbulnya kelumpuhan pada polio akut. Kandungan protein CSS mungkin meningkat sedikit dengan glukosa normal, kecuali pada pasien dengan kelumpuhan berat, yang mungkin menunjukkan peningkatan protein untuk 100-300 mg / dL selama beberapa minggu. 3) Isolasi virus polio Melakukan pemulihan virus dari tenggorokan mencuci, budaya tinja, biakan darah, dan budaya CSF. Serta studi virus dalam spesimen tinja sangat penting untuk diagnosis penyakit polio. Selain itu, juga dapat dengan cara seperti di bawah ini : a) Recover virus dari tenggorokan mencuci pada minggu pertama dan budaya tinja dari 2-5 minggu pertama. b) Dalam kasus yang jarang terjadi, virus dapat diisolasi dari CSF atau serum, berbeda dengan penyakit lumpuh yang disebabkan oleh enterovirus lainnya. c) Tes ini memerlukan tambahan demonstrasi kenaikan 4 kali lipat titer antibodi virus untuk membuat diagnosis spesifik. b. Pemeriksaan Radiologi Magnetic Resonance Imaging (MRI) mungkin menunjukkan lokalisasi peradangan pada tanduk anterior sumsum tulang belakang. 9. Penatalaksanaan
  • 7. a. Poliomielitis Abortif 1) Diberikan analgetik dan sedatif 2) Diet adekuat 3) Istirahat sampai suhu normal untuk beberapa hari,sebaiknya dicegah aktifitas yang berlebihan selama 2 bulan kemudian diperiksa neuroskeletal secara teliti. b. Poliomielitis Non Paralitik 1) Sama seperti abortif 2) Selain diberi analgetik dan sedatif dapat dikombinasikan dengan kompres hangat selama 15–30 menit,setiap 2–4 jam. c. Poliomielitis Paralitik 1) Perawatan dirumah sakit 2) Istirahat total 3) Selama fase akut kebersihan mulut dijaga 4) Fisioterapi 5) Akupuntur 6) Interferon Poliomielitis asimtomatis tidak perlu perawatan. Poliomielitis abortif diatasi dengan istirahat 7 hari jika tidak terdapat gejala kelainan aktifitas dapat dimulai lagi. Poliomielitis paralitik/non paralitik diatasi dengan istirahat mutlak paling sedikit 2 minggu perlu pemgawasan yang teliti karena setiap saat dapat terjadi paralysis pernapasan. Selain itu, adapun penatalaksanaan pada fase akut pada pasien dengan poliomyelitis, yaitu sebagai berikut: a) Analgetik untuk rasa nyeri otot. b) Lokal diberi pembalut hangat sebaiknya dipasang footboard (papan penahan pada telapak kaki) agar kaki terletak pada sudut yang sesuai terhadap tungkai. c) Pada poliomielitis tipe bulbar kadang-kadang reflek menelan terganggu sehingga dapat timbul bahaya pneumonia aspirasi dalam hal ini kepala anak harus ditekan lebih rendah dan dimiringkan kesalah satu sisi. d) Sesudah fase akut, dapat dilakukan Kontraktur atropi dan attoni otot dikurangi dengan fisioterapi. Tindakan ini dilakukan setelah 2 hari demam hilang. 10. Pencegahan Pencegahan bisa dilakukan dengan memberikan imunisasi lengkap di Posyandu, Puskesmas atau jenis pelayanan kesehatan lainnya. Jenis imunisasi polio diberikan setelah bayi berumur satu bulan sebanyak empat kali. Imunisasi polio I pada bulan pertama, imunisasi polio II
  • 8. pada bulan berikutnya, polio III pada bulan ketiga dan terahir polio IV. Biasanya disertai dengan jenis imunisasi lainnya seperti DPT, Hepatitis B, BCG dan pada usia 9 bulan dilengkapi dengan imunisasi campak ( morbili). Pencegahan yang amat penting dengan perbaikan sanitasi, setiap keluarga harus memiliki sarana air bersih, sarana sanitasi seperti jamban, pembuangan air limbah rumah tangga, pembuangan sampah yang tertib. Dengan mewujudkan rumah sehat dan lingkungan yang sehat maka akan dapat mencegah penyakit berbasis lingkungan termasuk polio. 11. Prognosis Bergantung pada beratnya penyakit. Pada bentuk paralitik sesuai dengan bagian yang mana yang terkena. Bentuk spinal dengan paralisis pernapasan dapat ditolong dengan bantuan pernapasan buatan. Tipe bulbar prognosisnya buruk, kematian biasanya karena kegagalan fungsi pusat pernapasan atau infeksi sekunder pada jalan napas. Otot-otot yang lumpuh dan tidak pulih kembali menunjukkan paralisis tipe flasid dengan atonia, refleksi dan degenerasi. Komplikasi residual paralisis tersebut ialah kontraktur terutama sendi subluksasi bila otot yang terkena sekitar sendi, perubahan trofik oleh sirkulasi yang kurang sempurna hingga mudah terjadi ulserasi. Pada keadaan ini, diberikan pengobatan secara ortopedik. B. Konsep Dasar Keperawatan 1. Pengkajian a. Riwayat kesehatan Riwayat pengobatan penyakit-penyakit dan riwayat imunitas b. Pemeriksaan fisik 1) Nyeri kepala 2) Paralisis 3) Refleks tendon berkurang 4) Kaku kuduk 5) Brudzinky 2. Diagnosa Keperawatan a. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan paralisis b. Nyeri berhubungan dengan proses infeksi yang menyerang sistem saraf
  • 9. c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual muntah d. Ansietas berhubungan dengan penurunan status kesehatan e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajannya informasi 3. Intervensi Keperawatan Diagnosa Keperawatan NOC NIC Gang. Mobilitas fisik b/d paralisis Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan klien mampu melakukan aktivitas lain sebagai pengganti pergerakan, menjaga kestabilan postur, dengan kriteria hasil: ü Dapat mengikuti latihan yang diberikan ü Dapat meminimalisir tremor dalam melakukan pergerakan - ü Tentukan aktivitas yang akan diberikan ü Identifikasi factor- faktor yang mempengaruhi kemampuan untuk aktif ü Evaluasi kemampuan untuk melakukan mobilisasi
  • 10. Nyeri b/d proses infeksi yang menyerang sistem saraf Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan klien mampu melakukan mengontrol nyeri, dengan kriteria hasil: ü Menjelaskan factor penyebab nyeri ü Mengikuti pengobatan yang diberikan ü Mengontrol nyeri secara mandiri ü Kaji tanda-tanda nyeri ü Kaji factor-faktor penyebab terjadinya nyeri ü Ajarkan tehnik manajemen nyeri ü Kolaborasikan dalam pemberian analgesik Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual muntah Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan perubahan nutrisi membaik, dengan kriteria hasil: ü Mual muntah berkurang ü Intake output adekuat ü Awasi mual dan muntah ü Pantau masukan albumin dan protein ü Awasi preferensi dan pilihan makanan ü Berikan kondisi/lingkungan yang nyaman pada saat makan ü Catat perubahan signifikan terhadap status gizi
  • 11. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Poliomielitis adalah penyakit menular yang akut disebabkan oleh virus dengan predileksi pada sel anterior massa kelabu sumsum tulang belakang dan inti motorik batang otak, dan akibat kerusakan bagian susunan syaraf tersebut akan terjadi kelumpuhan serta atropi otot. Poliomielitis dapat disebabkan oleh beberapa macam tipe virus seperti, Brunhilde, Lansing, dan Leon. Virus polio hanya menyerang sel-sel dan daerah susunan saraf tertentu. Oleh karena itu, berdasarkan manifestasi klinisnya, Poliomyelitis dibagi menjadi beberapa tipe. Selain itu, pada pasien dengan penyakit polio dapat dilakukan berbagai macam pemeriksaan yaitu pemeriksaan laboratorium dan radiologik. Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada pasien dengan poliomyelitis sesuai dengan tanda dan gejala yang muncul. Karena penyebaran penyakit polio yang dapat melalui feses dan makanan, maka kita dapat melakukan pencegahan pada posyandu dan puskesmas. Selain itu, poliomyelitis juga dapat menyebabkan berbagai komplikasi penyakit antara lain, melena, hipertensi ringan, pneumonia. B. Saran Penulisan makalah ini memuat saran-saran yang ditujukan ke berbagai pihak, antara lain: 1. Bagi pembaca, terutama mahasiswa keperawatan diharapkan dapat menggunakan makalah ini sebagai referensi untuk menambah pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada Poliomyelitis. 2. Bagi pembaca agar memperbaiki segala kekurangan yang terdapat pada makalah ini, sehingga penulis dapat memahami kesalahan yang terdapat dalam makalah ini.
  • 12. DAFTAR PUSTAKA Doctherman, Joanne McCloskey dan Bulecheck, Gloria N. 2008. Nursing Interventions Classification (NIC). USA : Mosby Hasan, Rusepno. DKK. 1985. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : FKUI Herdman, Heater. 2012. Nanda International : Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta : EGC Moorhead, Sue. DKK. 2006. Nursing Outcomes Classification (NOC). USA : Mosby Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit Edisi 2. Jakarta : EGC Ramali, Ahmad dan Pamoentjak. 2005. Kamus Kedokteran. Jakarta : Djambatan Smeltzer, Suzanne. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah vol 3. Jakarta : EGC Suyitno, Hariyono. DKK. 2008. Pedoman Imunisasi Di Indonesia Ed 3. Jakarta : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia