Pneumonia adalah radang paru yang disebabkan oleh berbagai mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit yang menyebabkan peradangan dan penumpukan cairan di alveoli paru. Gejala umumnya berupa demam, batuk, dan sesak nafas. Diagnosis didukung dengan pemeriksaan sinar X, kultur sputum, dan tes serologi. Pengobatan disesuaikan dengan etiologi penyebabnya.
1. A.LAPORAN PENDAHULUAN
PNEUMONIA
1. DEFINISI
I. KONSEP DASAR
A. DEFINISI
Pneumonia Virus adalah infeksi paru-paru yang disebabkan oleh virus. Pneumonia
adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru atau alveoli. Terjadinya
pneumonia, khususnya pada anak, seringkali bersamaan dengan proses infeksi akut
pada bronkus, sehingga biasa disebut dengan bronchopneumonia. Gejala penyakit
tersebut adalah nafas yang cepat dan sesak karena paru-paru meradang secara
mendadak. http://www.info-sehat.com/content.php?s_sid=797
Pneumonia merupakan radang paru yang disebabkan mikroorganisme (bakteri, virus,
jamur, dan parasit).http://www.medistra.com/Artikel_Kesehatan/Pneumonia.html
Pneumonia adalah penyakit inflamasi pada paru yang dicirikan dengan adanya
konsolidasi akibat eksudat yang masuk dalam area alveoli. (Axton & Fugate, 1993)
http://asuhan-keperawatan.blogspot.com/2006/05/pneumionia.html
Penumonia adalah inflasi parenkim paru, biasanya berhubungan dengan pengisian
cairan di dalam alveoli. Hal ini terjadi ini terjadi akibat adanya invaksi agen atau
infeksius adalah adanya kondisi yang mengganggu tahanan saluran. Trakhabrnkialis,
adalah pun beberapa keadaan yang mengganggu mekanisme pertahanan sehingga
timbul infeksi paru misalnya, kesadaran menurun, umur tua, trakheastomi, pipa
endotrakheal, dan lain-lain. Dengan demikian flora endogen yang menjadi patogen
ketika memasuki saluran pernafasa. ( Ngasriyal, Perawatan Anak Sakit, 1997}
Pneumonia adalah sebuah penyakit pada paru-paru di mana pulmonary alveolus
(alveoli) yang bertanggung jawab menyerap oksigen dari atmosfer menjadi
"inflame" dan terisi oleh cairan. Pneumonia dapat disebabkan oleh beberapa
penyebab, termasuk infeksi oleh bakteria, virus, jamur, atau parasit. Pneumonia
dapat juga disebabkan oleh iritasi kimia atau fisik dari paru-paru atau sebagai akibat
dari penyakit lainnya, seperti kanker paru-paru atau terlalu banyak minum
alkohol. http://id.wikipedia.org/wiki/Pneumonia
Pneumonia adalah suatu peradangan atau inflamasi pada parenkim paru yang
umumnya disebabkan oleh agent infeksi
2. ETIOLOGI
Sebagian besar pneumonia disebabkan oleh bakteri, yang timbul secara primer atau
sekunder setelah infeksi virus. Penyebab tersering pneumonia bakterialis adalah bakteri
positif-gram, Streptococus pneumoniae yang menyebabkan pneumonia streptokokus. Bakteri
Staphylococcus aureus dan streptokokus beta-hemolitikus grup A juga sering menyebabkan
pneumonia, demikian juga Pseudomonas aeruginosa. Pneumonia lainnya disebabkan oleh
virus, misalnya influenza. Pneumonia mikoplasma, suatu pneumonia yang relatif sering
dijumpai, disebabkan oleh suatu mikroorganisme yang berdasarkan beberapoa aspeknya,
berada di antara bakteri dan virus. Individu yang mengidap acquired immunodeficiency
syndrome, (AIDS) sering mengalami pneumonia yang pada orang normal sangat jarang
terjadi yaitu pneumocystis carinii. Individu yang terpajan ke aerosol dari air yang lama
1
2. tergenang, misalnya dari unit pendingin ruangan (AC) atau alat pelembab yang kotor, dapat
mengidap pneumonia Legionella. Individu yang mengalami aspirasi isi lambung karena
muntah atau air akibat tenggelam dapat mengidap pneumonia asporasi. Bagi individu
tersebut, bahan yang teraspirasi itu sendiri yang biasanya menyebabkan pneumonia, bukan
mikro-organisme, denmgan mencetuskan suatu reaksi peradangan..
Pneumonia dapat disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti:
1. Bakteri: stapilokokus, streplokokus, aeruginosa, eneterobacter
2. Virus: virus influenza, adenovirus
3. Micoplasma pneumonia
4. Jamur: candida albicans
Faktor-faktor yang meningkatkan resiko kematian akibat Pnemonia
- Umur dibawah 2 bulan
- Tingkat sosio ekonomi rendah
- Gizi kurang
- Berat badan lahir rendah
- Tingkat pendidikan ibu rendah
- Tingkat pelayanan (jangkauan) pelayanan kesehatan rendah
- Kepadatan tempat tinggal
- Imunisasi yang tidak memadai
- Menderita penyakit kronis
.
3.PATOFISIOLOGI
Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel infektif. Ada beberapa
mekanisma yang pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi. Partikel infeksius
difiltrasi di hidung, atau terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia di
saluran napas. Bila suatu partikel dapat mencapai paru-paru, partikel tersebut akan
berhadapan dengan makrofag alveoler, dan juga dengan mekanisme imun sistemik, dan
humoral. Bayi pada bulan-bulan pertama kehidupan juga memiliki antibodi maternal yang
didapat secara pasif yang dapat melindunginya dari pneumokokus dan organisme-organisme
infeksius lainnya. Perubahan pada mekanisme protektif ini dapat menyebabkan anak mudah
mengalami pneumonia misalnya pada kelainan anatomis kongenital, defisiensi imun didapat
atau kongenital, atau kelainan neurologis yang memudahkan anak mengalami aspirasi dan
perubahan kualitas sekresi mukus atau epitel saluran napas. Pada anak tanpa faktor-faktor
predisposisi tersebut, partikel infeksius dapat mencapai paru melalui perubahan pada
pertahanan anatomis dan fisiologis yang normal. Ini paling sering terjadi akibat virus pada
saluran napas bagian atas. Virus tersebut dapat menyebar ke saluran napas bagian bawah dan
menyebabkan
pneumonia
virus.2
Kemungkinan lain, kerusakan yang disebabkan virus terhadap mekanisme pertahan yang
normal dapat menyebabkan bakteri patogen menginfeksi saluran napas bagian bawah. Bakteri
ini dapat merupakan organisme yang pada keadaan normal berkolonisasi di saluran napas atas
atau bakteri yang ditransmisikan dari satu orang ke orang lain melalui penyebaran droplet di
udara. Kadang-kadang pneumonia bakterialis dan virus ( contoh: varisella, campak, rubella,
CMV, virus Epstein-Barr, virus herpes simpleks ) dapat terjadi melalui penyebaran
hematogen baik dari sumber terlokalisir atau bakteremia/viremia generalisata.2
Setelah mencapai parenkim paru, bakteri menyebabkan respons inflamasi akut yang meliputi
eksudasi cairan, deposit fibrin, dan infiltrasi leukosit polimorfonuklear di alveoli yang diikuti
infitrasi makrofag. Cairan eksudatif di alveoli menyebabkan konsolidasi lobaris yang khas
pada foto toraks. Virus, mikoplasma, dan klamidia menyebabkan inflamasi dengan dominasi
infiltrat mononuklear pada struktur submukosa dan interstisial. Hal ini menyebabkan lepasnya
sel-sel epitel ke dalam saluran napas, seperti yang terjadi pada bronkiolitis.
2
3. KLASIFIKASI
Menurut buku Pneumonia Komuniti, Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia
yang dikeluarkan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003 menyebutkan tiga klasifikasi
pneumonia.
Berdasarkan klinis dan epidemiologis:
o Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia).
o Pneumonia nosokomial, (hospital-acquired pneumonia/nosocomial pneumonia).
o Pneumonia aspirasi.
o Pneumonia pada penderita immunocompromised.
Berdasarkan bakteri penyebab:
Berdasarkan bakteri penyebab:
Pneumonia bakteri/tipikal.
Dapat terjadi pada semua usia. Pneumonia bakterial sering diistilahkan dengan
pneumonia akibat kuman. Pneumonia jenis itu bisa menyerang siapa saja, dari bayi
hingga mereka yang telah lanjut usia. Para peminum alkohol, pasien yang
terkebelakang mental, pasien pascaoperasi, orang yang menderita penyakit
pernapasan lain atau infeksi virus adalah yang mempunyai sistem kekebalan tubuh
rendah dan menjadi sangat rentan terhadap penyakit itu. Pada saat pertahanan tubuh
menurun, misalnya karena penyakit, usia lanjut, dan malnutrisi, bakteri pneumonia
akan
dengan
cepat
berkembang
biak
dan
merusak
paru-paru.
Jika terjadi infeksi, sebagian jaringan dari lobus paru-paru, atau pun seluruh lobus,
bahkan sebagian besar dari lima lobus paru-paru (tiga di paru-paru kanan, dan dua di
paru-paru kiri) menjadi terisi cairan. Dari jaringan paru-paru, infeksi dengan cepat
menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah. Bakteri Pneumokokus adalah
kuman yang paling umum sebagai penyebab pneumonia bakteri tersebut.
Gejalanya
Biasanya pneumonia bakteri itu didahului dengan infeksi saluran napas yang ringan
satu minggu sebelumnya. Misalnya, karena infeksi virus (flu). Infeksi virus pada
saluran pernapasan dapat mengakibatkan pneumonia disebabkan mukus
(cairan/lendir) yang mengandung pneumokokus dapat terisap masuk ke dalam paruparu. Beberapa bakteri mempunyai tendensi menyerang seseorang yang peka,
misalnya klebsiella pada penderita alkoholik, staphyllococcus pada penderita pasca
infeksi influenza. Pneumonia Atipikal. Disebabkan mycoplasma, legionella, dan
chalamydia.
Pneumonia Akibat virus.
Penyebab utama pneumonia virus adalah virus influenza (bedakan dengan bakteri
hemofilus influenza yang bukan penyebab penyakit influenza, tetapi bisa
menyebabkan pneumonia juga).
Gejalanya
Gejala awal dari pneumonia akibat virus sama seperti gejala influenza, yaitu
demam, batuk kering, sakit kepala, nyeri otot, dan kelemahan. Dalam 12 hingga
36 jam penderita menjadi sesak, batuk lebih parah, dan berlendir sedikit. Terdapat
panas tinggi disertai membirunya bibir. Tipe pneumonia itu bisa ditumpangi
dengan infeksi pneumonia karena bakteri. Hal itu yang disebut dengan
3
4. superinfeksi bakterial. Salah satu tanda terjadi superinfeksi bakterial adalah
keluarnya lendir yang kental dan berwarna hijau atau merah tua.
Pneumonia jamur, sering merupakan infeksi sekunder. Predileksi terutama pada
penderita
dengan
daya
tahan
lemah
(immunocompromised).
Berdasarkan predileksi infeksi:
Pneumonia lobaris, pneumonia yang terjadi pada satu lobus (percabangan besar
dari pohon bronkus) baik kanan maupun kiri.
Pneumonia bronkopneumonia, pneumonia yang ditandai bercak-bercak infeksi
pada berbagai tempat di paru. Bisa kanan maupun kiri yang disebabkan virus atau
bakteri dan sering terjadi pada bayi atau orang tua. Pada penderita pneumonia,
kantong udara paru-paru penuh dengan nanah dan cairan yang lain. Dengan
demikian, fungsi paru-paru, yaitu menyerap udara bersih (oksigen) dan
mengeluarkan udara kotor menjadi terganggu. Akibatnya, tubuh menderita
kekurangan oksigen dengan segala konsekuensinya, misalnya menjadi lebih
mudah terinfeksi oleh bakteri lain (super infeksi) dan sebagainya. Jika demikian
keadaannya, tentu tambah sukar penyembuhannya. Penyebab penyakit pada
kondisi demikian sudah beraneka
4. MANIFESTASI KLINIK
Secara khas diawali dengan awitan menggigil, demam yang timbul dengan cepat (39,5 ºC
sampai 40,5 ºC).
Nyeri dada yang ditusuk-tusuk yang dicetuskan oleh bernafas dan batuk.
Takipnea (25 – 45 kali/menit) disertai dengan pernafasan mendengur, pernafasan cuping
hidung,
Nadi cepat
Bibir dan kuku sianosis
Sesak nafas
5. KOMPLIKASI
Efusi pleura
Hipoksemia
Pneumonia kronik
Bronkaltasis
Atelektasis (pengembangan paru yang tidak sempurna/bagian paru-paru yang diserang
tidak mengandung udara dan kolaps).
Komplikasi sistemik (meningitis)
4
5. 6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Sinar X: mengidentifikasikan distribusi struktural (misal: lobar, bronchial); dapat juga
menyatakan abses) pada penyakit pneumonia
b. Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat mengidentifikasi semua
organisme yang ada.
c. Pemeriksaan serologi: membantu dalam membedakan diagnosis organisme khusus.
d. Pemeriksaan fungsi paru: untuk mengetahui paru-paru, menetapkan luas berat
penyakit dan membantu diagnosis keadaan.
e. Biopsi paru: untuk menetapkan diagnosis
f.
Spirometrik static: untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi
g. Bronkostopi: untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing
7. PENATALAKSANAAN
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi
itu perlu waktu dan pasien pneumonia diberikan terapi secepatnya:
tapi
karena
•
•
Penicillin G: untuk infeksi pneumonia staphylococcus.
Amantadine, rimantadine: untuk infeksi pneumonia virus
•
Eritromisin, tetrasiklin, derivat tetrasiklin: untuk infeksi pneumonia mikroplasma.
•
Menganjurkan untuk tirah baring sampai infeksi menunjukkan tanda-tanda
•
Pemberian oksigen jika terjadi hipoksemia.
•
Bila terjadi gagal nafas, diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup.
B.KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Data dasar pengkajian pasien:
•
Aktivitas/istirahat
•
•
•
Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia
Tanda : letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.
Sirkulasi
•
Gejala : riwayat adanya
•
Tanda : takikardia, penampilan kemerahan, atau pucat
5
hal
6. •
•
Gejala : kehilangan nafsu makan, mual, muntah
•
•
Makanan/cairan
Tanda : sistensi abdomen, kulit kering dengan turgor buruk, penampilan
kakeksia (malnutrisi)
Neurosensori
•
•
•
Gejala
:
sakit
kepala
Tanda : perusakan mental (bingung)
Nyeri/kenyamanan
Gejala : sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk), imralgia, artralgia.
Tanda : melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk
membatasi gerakan)
daerah
frontal
(influenza)
Pernafasan
•
Gejala : adanya riwayat ISK kronis, takipnea (sesak nafas), dispnea.
•
Tanda : - sputum: merah muda, berkarat
-
premikus: taksil dan vocal bertahap meningkat dengan konsolidasi
-
Bunyi nafas menurun
•
perpusi: pekak datar area yang konsolidasi
Warna: pucat/sianosis bibir dan kuku
Keamanan
•
•
•
Gejala : riwayat gangguan sistem imun misal: AIDS, penggunaan steroid,
demam.
Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar
Penyuluhan/pembelajaran
•
Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis
•
Tanda : DRG menunjukkan rerata lama dirawat 6 – 8 hari
Rencana pemulangan: bantuan dengan perawatan diri, tugas pemeliharaan
rumah
9. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan inflamasi trachea bronchial,
pembentukan edema, peningkatan produksi sputum.
6
7. 2) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan kapasitas pembawa oksigen
darah.
3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen.
4) Nyeri (akut) berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, batuk menetap.
10. RENCANA KEPERAWATAN
Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan inflamasi trachea bronchial,
peningkatan produksi sputum ditandai dengan:
- Perubahan frekuensi, kedalaman pernafasan
- Bunyi nafas tak normal
- Dispnea, sianosis
- Batuk efektif atau tidak efektif dengan/tanpa produksi sputum.
- Jalan nafas efektif dengan kriteria:
Batuk efektif
Nafas normal
Bunyi nafas bersih
Sianosis
Intervensi:
a. Kaji frekuensi/kedalaman pernafasan dan gerakan dada
Rasional : takipnea, pernafasan dangkal dan gerakan dada tak simetris sering terjadi
karena ketidaknyamanan.
b. Auskultasi area paru, catat area penurunan 1 kali ada aliran udara dan bunyi nafas
Rasional: penurunan aliran darah terjadi pada area konsolidasi dengan cairan.
Biarkan
teknik
batuk
efektif
Rasional : batuk adalah mekanisme pembersihan jalan nafas alami untuk mempertahankan
jalan
nafas
paten.
Penghisapan
sesuai
indikasi
Rasional: merangsang batuk atau pembersihan jalan nafas suara mekanik pada faktor yang
tidak mampu melakukan karena batuk efektif atau penurunan tingkat kesadaran.
Berikan
cairan
sedikitnya
Rasional: cairan (khususnya yang hangat) memobilisasi dan mengeluarkan sekret
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat sesuai indikasi: mukolitik, eks.
Rasional: alat untuk menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi sekret, analgetik
diberikan untuk memperbaiki batuk dengan menurunkan ketidaknyamanan tetapi harus
digunakan secara hati-hati, karena dapat menurunkan upaya batuk/menekan pernafasan.
7
8. 2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan pembawa oksigen darah,
gangguan
pengiriman
oksigen
ditandai
dengan:
Dispnea,
sianosis
Takikardia
Gelisah/perubahan
mental
- Hipoksia
Gangguan
gas
teratasi
dengan:
Sianosis
Nafas
normal
Sesak
Hipoksia
Gelisah
Intervensi:
Kaji
frekuensi/kedalaman
dan
kemudahan
bernafas
Rasional: manifestasi distress pernafasan tergantung pada indikasi derajat keterlibatan
paru
dan
status
kesehatan
umum.
- Observasi warna kulit, membran mukosa dan kuku. Catat adanya sianosis perifer (kuku)
atau
sianosis
sentral.
Rasional: sianosis kuku menunjukkan vasokontriksi respon tubuh terhadap demam/menggigil
namun sianosis pada daun telinga, membran mukosa dan kulit sekitar mulut menunjukkan
hipoksemia
sistemik.
Kaji
status
mental.
Rasional: gelisah mudah terangsang, bingung dan somnolen dapat menunjukkan hipoksia
atau
penurunan
oksigen
serebral.
- Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi, nafas dalam dan batuk efektif.
Rasional: tindakan ini meningkat inspirasi maksimal, meningkat pengeluaran sekret
untuk
memperbaiki
ventilasi
tak
efektif.
Kolaborasi
Berikan terapi oksigen dengan benar misal dengan nasal plong master, master venturi.
Rasional: mempertahankan PaO2 di atas 60 mmHg. O2 diberikan dengan metode yang
memberikan pengiriman tepat dalam toleransi pe. .
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan
kebutuhan
oksigen
ditandai
dengan:
Dispnea
Takikardia
Sianosis
Intoleransi
aktivitas
teratasi
dengan:
Nafas
normal
Sianosis
- Irama jantung
Intervensi
Evaluasi
respon
pasien
terhadap
aktivitas
Rasional: merupakan kemampuan, kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan interan.
- Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai indikasi.
Rasional: menurunkan stress dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat.
- Jelaskan perlunya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya keseimbangan
aktivitas
dan
istirahat.
Bantu
pasien
memilih
posisi
nyaman
untuk
istirahat
atau
tidur.
Rasional: pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi, tidur di kursi.
Bantu
aktivitas
perawatan
diri
yang
diperlukan
8
9. Rasional: meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan
oksigen.
4. Nyeri berhubungan dengan inflamasi parenkim varul, batuk menetap ditandai
dengan:
Nyeri
dada
Sakit
kepala
Gelisah
Nyeri
dapat
teratasi
dengan:
Nyeri
dada
(-)
Sakit
kepala
(-)
Gelisah
(-)
Intervensi:
Tentukan
karakteristik
nyeri,
misal
kejan,
konstan
ditusuk.
Rasional: nyeri dada biasanya ada dalam seberapa derajat pada pneumonia, juga dapat
timbul
karena
pneumonia
seperti
perikarditis
dan
endokarditis.
Pantau
tanda
vital
Rasional: Perubahan FC jantung/TD menu bawa Pc mengalami nyeri, khusus bila alasan
lain
tanda
perubahan
tanda
vital
telah
terlihat.
- Berikan tindakan nyaman pijatan punggung, perubahan posisi, musik tenang /
berbincangan.
Rasional: tindakan non analgesik diberikan dengan sentuhan lembut dapat menghilangkan
ketidaknyamanan
dan
memperbesar
efek
derajat
analgesik.
- Aturkan dan bantu pasien dalam teknik menekan dada selama episode batuk.
Rasional: alat untuk mengontrol ketidaknyamanan dada sementara meningkat keefektifan
upaya
batuk.
Kolaborasi
Berikan
analgesik
dan
antitusik
sesuai
indikasi
Rasional: obat dapat digunakan untuk menekan batuk non produktif atau menurunkan mukosa
berlebihan meningkat kenyamanan istirahat umum.
11.
IMPLEMENTASI
Dilakukan sesuai dengan rencana tindakan menjelaskan setiap tindakan yang akan dilakukan
sesuai dengan pedoman atau prosedur teknik yang telah ditentukan.
12.
Kriteria
Tuliskan
kriteria
keberhasilannya
dan
Tidak
Tuliskan mana yang belum berhasil dan lanjutkan tindakan.
9
tindakan
EVALUASI
keberhasilan:
Berhasil
dihentikan
berhasil
10. 13. DAFTAR PUSTAKA
1. Doenges, Marilynn, E. dkk. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, 2000. EGC, Jakarta.
2. Bare Brenda G, Smeltzer Suzan C. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Vol. 1, EGC,
Jakarta.
3. Price Anderson Sylvia, Milson McCarty Covraine, Patofisiologi, buku-2, Edisi 4, EGC,
Jakarta.
4. Tim Penyusun. Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 3. Volume II, 2001, FKUI.
10