Ikterus pada bayi baru lahir dapat bersifat fisiologis maupun patologis. Ikterus fisiologis umumnya muncul pada hari ke-2 sampai ke-4 setelah lahir dengan kadar bilirubin 5-6 mg/dL dan menurun sampai hari ke-5 sampai ke-7, sedangkan ikterus patologis dapat disebabkan oleh berbagai kondisi seperti timbul dalam 24 jam pertama, kenaikan bilirubin lebih dari 5 mg/dL/24
1. Ikterusadalahgambaranklinisberupapewarnaankuningpada kulit dan mukosa karena adanya
deposisi produkakhirkatabolisme heme yaitu bilirubin. Jaringan permukaan yang kaya elastin, seperti
skleradanpermukaanbawahlidah,biasanyaadalahbagianyang pertama kali mengalami kuning. Pada
neonatus atau bayi baru lahir, baru tampak apabila serum bilirubin sudah > 5 mg/dL (> 86 μmol/L).
Pada keadaannormal, kadar bilirubin indirek bayi baru lahir adalah 1-3 mg/dl dan naik dengan
kecepatan< 5 mg/dl/24jam,dengandemikianikterusfisiologisdapatterlihatpada hari ke-2 sampai ke-
3, berpuncak pada hari ke-2 dan ke-4 dengan kadar berkisar 5-6 mg/dL (86-103 μmol/L), dan menurun
sampai di bawah 2 mg/dl antara umur hari ke-5 dan ke-7.
Ikterus pada neonatus tidaklah selamanya patologis (red: penanda adanya sebuah penyakit).
Pada neonatus dapat pula terjadi ikterus fisiologis yang dapat merupakan fenomena dari keadaan
berikut, yaitu:
1. Peningkatan penghancuran eritrosit janin karena pendeknya usia eritrosit.
2. Rendahnya ekskresi hepar dan rendahnya kadar glukoronil transferase pada neonatus.
3. Gerakan usus yang lambat akibat belum ada intake.
Suatu ikterus pada neonatus dikatakan fisiologis jika ditemukan keadaan berikut, yaitu:
1. Pertama kali muncul pada usia 24-72 jam setelah lahir.
2. Terjadi selama 4-5 hari pada bayi normal dan 7 hari pada bayi prematur.
3. Kadar bilirubin tidak melebihi 15 mg/dl
4. Tidakterdeteksi secaraklinissetelah14hari.Atau dengan katalaintidakditemukandasarpatologis.
Peningkatan level bilirubin indirek yang lebih tinggi lagi dapat digolongkan sebagai keadaan
patologis yang dapat disebabkan oleh berbagai keadaan. Beberapa keadaan berikut tergolong dalam
ikterus patologis, antara lain:
1. Timbul dalam 24 jam pertama kehidupan.
2. Bilirubin total/indirek untuk bayi cukup bulan > 13 mg/dL atau bayi kurang bulan >10 mg/dL.
3. Peningkatan bilirubin > 5 mg/dL/24 jam.
4. Kadar bilirubin direk > 2 mg/dL.
5. Ikterus yang disertai proses hemolisis (inkompatabilitas darah, defisiensi G6PD, atau sepsis)
6. Ikterus yang disertai oleh: Berat lahir <2000 gram="gram" span="span">, Masa gestasi 36
minggu, Asfiksia, hipoksia, sindrom gawat napas pada neonatus, Infeksi, Trauma lahir pada
kepala, Hipoglikemia
7. Ikterus klinis yang menetap setelah bayi berusia >8 hari (pada aterm) atau >14 hari (pada
prematur)
Untuk menilai kadar bilirubin secara klinis, Kramer memperkenalkan penilaian klinis derajat
ikterus neonatal. Penilaian tersebut adalah sebagai berikut:
1. Kramer I : Daerah kepala (Bilirubin total ± 5 – 7 mg)
2. Kramer II : Daerah dada – pusat (Bilirubin total ± 7 – 10 mg%)
3. Kramer III : Perut dibawah pusat - lutut (Bilirubin total ± 10 – 13 mg)
4. Kramer IV : Lengan sampai pergelangan tangan, tungkai bawah sampai pergelangan kaki
(Bilirubin total ± 13 – 17 mg%)
5. Kramer V : hingga telapak tangan dan telapak kaki (Bilirubin total >17 mg%)
Penatalaksanaan:(diambil dari StandarPenatalaksanaanIKA FKUNSRI)
1. Fototerapi jika terdapat indikasi menurut grafik Cockington
2. 2. Fototerapi dihentikanjikakadarbilirubin tidak meningkat lagi dan kadarnya separuh dari kadar
indikasi transfusi tukar bila kada bilirubin sebelumnya < 13 mg/dl.
3. Transfusi tukardilakukanbilaHbtali pusat< 10 ; kadar bilirubintali pusat>5 g/dl;bilirubintotal
meningkat>5 g/dl;bayi menunjukkantandabilirubinensefalopati( hipotoni, kaki melengkung,
retrocolis,panas,panas tinggi); anemia dengan early jaundice dengan Hb 10-13 dan kecepatan
peningkatan 0,5 mg%/jam; anemia dengan bilirubin > umur bayi (jam) setelah usia 24 jam
pertama; bilirubin total > 25 mg/dl; anemia progresif saat pengobatan hiperbilirubinemia.
4. Taransfusi tukar ulang jika: bilirubin meningkat lagi > 1 mg%/jam setelah transfusi tukar,
bilirubin meningkat lagi > 25 mg%/dl, dan persisten hemolitik anemia.
SedangkanmenurutIDAIsendiriadalahsebagai berikut:
“The American Academy of Pediatrics (AAP) telah membuat parameter praktis untuk tata
laksana hiperbilirubinemia pada bayi cukup bulan yang sehat dan pedoman terapi sinar pada bayi usia
gestasi≥ 35 minggu.Pedoman tersebutjuga berlaku pada bayicukup bulan yang sehat dengan BFJ dan
BMJ. AAP tidak menganjurkan penghentian ASI dan telah merekomendasikan pemberian ASI terus
menerus (minimal 8-10 kali dalam 24 jam). Penggantian ASI dengan pemberian air putih, air gula atau
susu formula tidakakan menurunkan kadarbilirubin pada BFJmaupun BMJyang terjadipada bayicukup
bulan sehat.
Gartner dan Auerbach mempunyai pendapat lain mengenai pemberian ASI pada bayi dengan
BMJ.Pada sebagian kasusBMJ,dilakukan penghentian ASI sementara. Penghentian ASI akan memberi
kesempatan hati mengkonjungasi bilirubin indirek yang berlebihan. Apabila kadar bilirubin tidak turun
maka penghentian ASIdilanjutkan sampai18–24 jamdan dilakukan pengukuran kadar bilirubin setiap 6
jam. Apabila kadar bilirubin tetap meningkat setelah penghentian ASI selama 24 jam, maka jelas
penyebabnya bukan karena ASI, ASI boleh diberikan kembali sambil mencari penyebab
hiperbilirubinemia yang lain. Jadi penghentian ASI untuk sementara adalah untuk menegakkan
diagnosis.
Persamaannya dengan AAPyaitu bayidengan BFJtetap mendapatkan ASI selama dalam proses
terapi. Tata laksana yang dilakukan pada BFJ meliputi (1) pemantauan jumlah ASI yang diberikan
apakah sudah mencukupi atau belum, (2) pemberian ASI sejak lahir dan secara teratur minimal 8 kali
sehari, (3) pemberian air putih, air gula dan formula pengganti tidak diperlukan, (4) pemantauan
kenaikan berat badan serta frekuensi BAB dan BAK, (5) jika kadar bilirubin mencapai 15 mg/dL, perlu
melakukan penambahan volume cairan dan stimulasi produksi ASI dengan melakukan pemerasan
payudara,(6) jika kadarbilirubin mencapaikadar20 mg/dL,perlu melakukan terapi sinar jika terapi lain
tidakberhasil,dan (7) pemeriksaan komponen ASIdilakukan jika hiperbilirubinemia menetap lebih dari 6
hari, kadar bilirubin meningkat melebihi 20 mg/dL, atau riwayat terjadi BFJ pada anak sebelumnya.
Yang dimaksud dengan fototerapi intensif adalah radiasi dalam spektrum biru-hijau (panjang
gelombang antara 430-490 nm),setidaknya 30 μW/cm2 per nm (diukur pada kulit bayi secara langsung
di bawah pertengahan unit fototerapi) dan diarahkan ke permukaan kulit bayi seluas-luasnya.
Pengukuran harus dilakukan dengan radiometer spesifik dari manufaktur unit fototerapi tersebut.
Selanjutnya pertanyaan yang sering timbuladalah kapanterapi sinar harus dihentikan. Sampai
saat ini belum ada standar pasti untuk menghentikan terapi sinar, akan tetapi terapi sinar dapat
dihentikan bila kadarBSTsudah berada dibawah nilai cut off pointdarisetiap kategori.Untukbayiyang
dirawatdi rumah sakitpertama kali setelah lahir (umumnya dengan kadar BST > 18 mg/dL (308 μmol/L)
maka terapi sinar dapat dihentikan bila BST turun sampai di bawah 13 – 14 mg/dL (239 μmol/L). Untuk
bayi dengan penyakit hemolitik atau dengan keadaan lain yang diterapi sinar di usia dini dan
dipulangkan sebelumbayiberusia 3–4 hari, direkomendasikan untukpemeriksaan ulang bilirubin 24 jam
setelah dipulangkan.Bayi yang dirawat di rumah sakit untuk kedua kali dengan hiperbilirubinemia dan
kemudian dipulangkan,jarang terjadikekambuhan yang signifikan sehingga pemeriksaan ulang bilirubin
dilakukan berdasarkan indikasi klinis.
3. Sebagian besarunitneonataldiIndonesia masih memberikan terapi sinar pada setiap bayi baru
lahir cukup bulan dengan BST ≥ 12 mg/dL atau bayi prematur dengan BST ≥ 10 mg/dL tanpa melihat
usia.Diharapkan agar penggunaan terapi sinar atau transfusi tukar disesuaikan dengan anjuran AAP.
Gartner dan Auerbach merekomendasikan jika kadar bilirubin > 20 mg/dL pada bayi cukup bulan, maka
penting untukmenurunkan kadar bilirubin secepatnya. Terapi sinar harus segera dilakukan bersamaan
dengan pemeriksaan laboratorium darah untuk penegakan diagnosis BFJ dan BMJ. Pada beberapa
kasus, pemberian cairan intra vena dapat dipertimbangkan misalnya ada dehidrasi atau sepsis.
Terapi sinardapatdilakukan bila ada riwayatpada saudara sebelumnya mengalami BMJ. Batas
kadar bilirubin untuk melakukan terapi sinar biasanya lebih rendah pada kasus tersebut (< 12 mg/dL).
Pemantauan lanjutsaatbayi sudah di rumah juga penting dilakukan. Pemantauan dapat berlangsung
selama kurang lebih 14 hari. Pemantauan dilakukan terutama jika kadar bilirubin mencapai > 12
mg/dL.”
Kuning pada bayi dapat juga berhubungan dengan pemberian ASI. Breastmilk jaundice
mempunyai karakteristikkadarbilirubinindirekyangmasihmeningkatsetelah4-7hari pertama. Kondisi
ini berlangsung lebih lama daripada hiperbilirubinemia fisiologis dan dapat berlangsung 3-12 minggu
tanpa ditemukanpenyebabhiperbilirubinemialainnya. Penyebabnya berhubungan dengan pemberian
ASI dari seorang ibu tertentu dan biasanya akan timbul pada setiap bayi yang disusukannya. Semua
bergantungpadakemampuanbayi tersebutdalammengkonjugasi bilirubinindirek (bayi prematur akan
lebih berat ikterusnya). Pada bayi yang mendapat ASI terdapat dua bentuk ikterus, yaitu:
1. Early onsetbreastfeedingjaundice (Onsetbeberapahari pertamakehidupan)
Penurunanvolume danfrekuensi makandapatmenyebabkandehidrasi sedangdanpengeluaran
mekoniumterlambat.Dibandingkandenganbayi yangmendapatsusuformula,bayi yang mendapat ASI
lebih sering 3-6 kali mengalami ikterus. Pada bayi dengan early onset hiperbilirubinemia, frekuensi
pemberian Asi harus ditingkatkan menjadi lebih dari 10 kali perhari. Jika BB bayi tidak naik, BAB
terlambat,dandan mengalami kekuranganintake kalori,suplemen formula perlu diberikan. Tetapi ASI
harus tetapdiberikanuntuk meningkatkan produksi. Tetapi, suplemen seperti dekstrosa dan air harus
dihindari. tidak terdapat bukti jika bentuk ini berhubungan dengan abnormalitas ASI sehingga
penghentianASIhanyadilakukanjikaikterus menetap lebih dari 6 hari, bilirubin meningkat >20 mg/dl,
atau ibu memiliki riwayat bayi kuning pada bayi sebelumnya.
2. Late onsetbreastfeedingjaundice ( Onset6 – 14 hari kehidupan)
Bentuk yang kedua ini terjadi dengan peningkatan bilirubin dengan puncvak di hari ke 6-14
kehidupan.Tetapi keadaanini tidakmengindikasikanbahwaikterusdenganbentukini adalah patologis.
Penyebabutamaterjadinya kuning belum dimengerti dengan baik. Diperkirakian bahwa substansi ASI
seperti β-glucuronidases, dan nonesterified fatty acids daqpat menghambat metabolisme bilirubin
normal.Bilirubindapatturunsecaraperlahansetelahbayi berusia2 minggu tetapi dapat juga bertahan
sampai usia2-3 bulan.JikaikteruskarenaASImasihdiragukanataunilai bilirubinsemakin naik,makaASI
dapat dihentikan.Jikadenganpenghentiankadarbilirubinturun(rata-rata3 mg/dl/hari),makadiagnosa
dapat ditegakkan yaitu ikterus karena ASI sehingga ASI dapat kembali diteruskan.
"Menyusui dengan frekuensi sering walau singkat lebih baik daripada pemberian jarang dan lama".