1. PENGERTIAN SYAR’U MAN QABLANA
Yang dimaksud dengan syar'u man qablanâ adalah hukum-
hukum yang telah disyariatkan untuk umat sebelum umat
Nabi Muhammad Saw yang dibawa oleh para Nabi dan Rasul
terdahulu dan menjadi beban hukum untuk diikuti oleh umat
sebElum adanya syariat Nabi Muhammad Saw.
2. DASAR HUKUM SYAR’U MAN QABLANA
Apabila al-Quran dan sunah yang shahih mengisahkan
suatu hukum yang telah disyariatkan pada umat terdahulu
melalui para Rasul, kemudian nash tersebut diwajibkan
kepada kita sebagaimana diwajibkan kepada mereka,
maka tidak diragukan lagi bahwa syariat tersebut
ditunjukkan kepada kita, dan juga sebaliknya ,jika ada
suatu hukum sudah dihapus untuk kita maka hukum
tersebut tidak di syariatkan pada kita..
3. Macam-Macam , kedudukan dan permasalahannya
Menurut Syekh Wahbah az-Zuhaili, Syar’u Man Qablana atau syariat para nabi
sebelum Nabi Muhammad saw terklasifikasi menjadi dua bagian:
A) Bagian pertama, Syar’u Man Qablana yang tidak disebut dalam Al-Qur’an
dan hadits. Pada bagian pertama ini ulama sepakat bahwa syariat para nabi
sebelum Nabi Muhammad saw tidaklah menjadi syariat baginya dan umatnya.
Contohnya setiap pekerjaan dan ritual yang dilakukan oleh orang-orang ahli
kitab namun tidak diketahui dari mana sumber pekerjaan mereka dan syariat
Nabi Muhammad saw tidak menganjurkannya.
B) Bagian kedua, Syar’u Man Qablana yang disebut dalam Al-Qur’an dan
hadits. ulama mengklasifikasi perihal ini apakah Syar’u Man Qablana menjadi
syariat bagi umat Nabi Muhammad saw atau tidak. Perincian itu terbagi
menjadi 3 bagian, yaitu:
4. a) Syar’u Man Qablana yang dijelaskan dalam Al-Qur’an dan menjadi syariat bagi umat
sebelum Nabi saw, namun dihapus (mansûkh) dari syariat Nabi Muhammad saw.
Contohnya haram mengkonsumsi lemak hewan yang gemuk selain punuk dan perut
besarnya, dan mengharamkan setiap hewan yang mempunyai kuku, seperti burung,
unta, angsa, dan semua jenis hewan yang mempunyai kuku.
b) Syar’u Man Qablana yang dijelaskan dalam Al-Qur’an, menjadi syariat bagi umat
sebelum Nabi saw dan tidak dihapus (mansûkh) dari syariat Nabi Muhammad saw.
Contohnya Allah mewajibkan puasa kepada Nabi Muhammad saw dan umatnya,
sebagaimana diwajibkannya puasa bagi umat sebelumnya.
c) disebutkan dalam Al-Qur’an atau hadits nabi, dijelaskan sebagai syariat umat
sebelum Nabi Muhammad saw, namun secara jelas tidak dinyatakan menjadi syariat
untuk Nabi Muhammad saw dan umatnya.
5. PENGERTIAN SADD DZARIAH
Sadd Al-Dzariah adalah:
"Perbuatan yang dilakukan seseorang yang
sebelumnya mengandung kemaslahatan atau
tidak dilarang, tetapi berakhir atau dapat
mendatangkan kerusakan"
6. DASAR HUKUM SADD DZARIAH
Dasar hukum syariah atau "sad dzariah" dapat merujuk
pada sumber-sumber hukum Islam, yang utamanya terdiri
dari Al-Qur'an, Hadis (tradisi Nabi Muhammad), Ijma
(konsensus para ulama), dan Qiyas (analogi atau deduksi
analogis). Sumber-sumber ini membentuk landasan
hukum dalam konteks syariah Islam.
7. Para ulama membagi Dzariah menjadi dua kategori:
1. Berdasarkan Jenis Mudharat yang ditimbulkan, menurut
Ibnu Qayyim. Perbuatan perantara yang pada dasarnya
membawa kerusakan yang pasti. Contoh: Perbuatan zina
yang dapat membawa pada kerusakan tata nasab keturunan,
meminum minuman keras yang mengakibatkan mabuk.
2.Dzariah dari segi tingkat kemudharatan menurut Asyatibi
Perbuatan yang dilakukan membawa kerusakan secara
pasti,Perbuatan yang boleh dilakukan karena jarang sekali
membawa kepada kerusakan, contoh menggali lobang di
tanah sendiri yang jarang dilalui seseorang.
MACAM-MACAM DAN CONTOH PERMASALAHANNYA
8. KEDUDUKAN SADD DZARIAH
Kedudukan Sadd al Dzari'ah Menurut Para
Ulama.
Ulama Malikiyah, Hambaliah, dan Imam Ahmad,
dan banyak yang lain berpegang pada dzari'ah,
sedangkan ulama Hanafiyah, Syafi'iyah, dan
Syiah dapat menerima sad al dzari'ah namun
dalam masalah-masalah tertentu saja.
9. PENGERTIAN MADZHAB SHAHABI
Mazhab shahabi berarti pendapat seorang
sahabat, dan pendapat itu menyebar ke
sahabat lain tanpa ada sahabat yang
menentangnya. Mazhab shahabi adalah salah
satu dari referensi aturan Islam dari zaman
Tabi'in. Di kalangan ulama ada perbedaan
pendapat mengenai kehujjahan mazhab
shahabi.
10. KEDUDUKAN DAN SUMBER HUKUM
MADZHAB SHAHABI
Kedudukan dan sumber hukum mazhab Shahabi salah
satunya menjadi dalil hukum Islam dalam urutan
sumber ijtihad yang disepakati oleh hampir seluruh
ulama fiqh..
11. MACAM-MACAM MADZHAB SHAHABI
1. Perkataan sahabat terhadap hal-hal yang tidak termasuk objek
ijtihad.
2. Perkataan sahabat yang disepakati oleh sahabat yang lain.
3. Perkataan sahabat yang tersebar di antara para sahabat yang
lainnya dan tidak diketahui ada sahabat yang mengingkarinya atau
menolaknya.
4. Perkataan sahabat yang berasal dari pendapatnya atau ijtihadnya
sendiri.
5. Perkataan Khulafa Ar-Rasyidin dalam sebuah permasalahan.
6. Perkataan seorang sahabat yang berlandaskan pemikirannya dan
ditentang oleh sahabat yang lainnya.
12. Mazhab Sahabi berpendapat tentang suatu kasus di mana
hukumnya tidak di jelaskan secara tegas dalam al-Qur'an dan-
Sunnah Rasulullah.
Mazhab Sahabi berbeda dengan Ijma' Sahabi dalam kedudukanya
sebagai dalil syara', seperti kasus Hukum potong tangan bagi
seorang pembantu. Jumhur ulama’ berpendapat bahwa hukum
bagi seorang pembantu yang mencuri harta tuannya tidak
dipotong, dan Hukum sujud Tilawah termasuk wajib apa sunah.
Permasalahan dan contoh dari madzhab shahabi: