1. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada hakekatnya umat Islam di dunia ini sama dengan umat agama lain.
Kesamaan yang dimaksud dalam hal ini adalah sama-sama memiliki kitab
sebagai pedomannya. Jika umat kristen memiliki kitab Injil sebagai
pedomannya, umat Hindu memiliki kitab Trimurti, dan umat Budha yang
memiliki kitab Weda sebagai pegangan hidupnya maka umat islam
memilki Kitab Al-Qur’an Al-Karim sebagai pedoman hidupnya. Kitab Al-
Qur’an ini adalah mukjizat yang diberikan Allah SWT kepada Nabi
Muhammad SAW yang di dalamnya terkandung nilai-nilai kebenaran,
ketetapan yang mutlak mengenai agama islam.
Oleh karena hal itu kami akan coba memaparkan dan memberikan
penjelasan tentang apa itu yang dimaksud dengan Al-Hadist, As-Sunnah,
Khabar, Atsar.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Hadist ?
2. Bagaimana yang dimaksud Khobar, Sunnah ?
3. Bagaimana yang dimaksud dengan Atsar ?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetehui Pengertian Hadist.
2. Untuk Mengetahui Khobar, Sunnah.
3. Untuk mengetehui Atsar.
2. 2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hadist
Dalam kamus besar bahasa Arab [al-‘ashri], Kata Al-Hadits berasal dari
bahasa Arab “al-hadist” yang berarti baru, berita. Ditinjau dari segi
bahasa, kata ini memiliki banyak arti, dintaranya:
a. al-jadid (yang baru), lawan dari al-Qadim (yang lama)
b. Dekat (Qarib), tidak lama lagi terjadi, lawan dari jauh (ba’id)
c. Warta berita (khabar), sesuatu yang dipercayakan dan dipindahkan
dari sesorang kepada orang lain.1
Allah juga menggunakan kata hadits dengan arti khabar sebagaimana
tersebut dalam firman-Nya :
Artinya: “Maka hendaklah mereka mendatangkan suatu kabar (kalimat)
yang semisal Al-Qur’an itu, jika mereka orang-orang yang
benar” (QS. At-Thur: 34).
Secara terminologis, hadits ini dirumuskan dalam pengertian yang
berbeda-beda diantara para muhadditsin dan ahli ushul.mereka berbeda-
beda pendapatnya dalam menta’rifkan Al-hadits.
Perbedaan tersebut disebabkan karena terpengaruh oleh terbatas dan
luasnya objek peninjauan mereka masing-masing, yang tentu saja
mengandung kecenderungan pada aliran ilmu yang didalaminya.2
Menurut istilah ahli ushul fiqih, pengertian hadits ialah:
1
Muhammad Ahmad dan M. Mudzakir, Ulumul Hadits, (Bandung: Pustaka Setia, 2004), hlm.
11.
2
Mudasir, Ilmu Hadits, (Bandung: Pustaka Setia, 1999), hlm. 12.
3. 3
صلى النبي عن ماصدر كل
الك غيرالقرأن وسلم عليه هللا
من ريم
شرع لحكم دليال يكون ان يصله مما اوتقرير فعل او قول
“Hadits yaitu segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW selain
Al-Qur’an al-Karim, baik berupa perkataan, perbuatan maupun taqrir
Nabi yang bersangkut paut dengan dengan hukum syara”.
Sedangkan Ulama Hadits mendefinisikan Hadits sebagai berikut:
اوت فعل او قول من وسلم عليه هللا صلى النبي أثرعن ما كل
قرير
خلقية او خلقية اوصفة
“Segala sesuatu yang diberikan dari Nabi SAW baik berupa sabda,
perbuatan, taqrir, sifat-sifat maupun hal ihwal Nabi”.3
Adapun menurut istilah, para ahli berbeda-beda dalam memberikan
definisi sesuai denga latar belakang disiplin keilmuan masing-masing,
sebagaimana perbedaan antara ahi ushul dan ahli hadits dalam
memberikan definisi al-hadits. Antaralain:
a) Ahli Hadits:
َ
لَ
ع هللا لىَ
ص ّ
يِ
بً
نال ُ
لاَ
وْ
قَ
ا
َ
َّ
لَ
ََ
َ ِ
ِْ
ْي
ُ
ُِ
الَ
وْ
حَ
اَ
َ ُ
ُِ
الَ
عْ
فَ
اَ
َ
Segala perkataan Nabi SAW, perbuatan dan hal ihwalnya
َّ
لَ
ص يِ
بَّ
ان ىَ
ِل
ا َ
فْ
ْيِ
ضُ
ا اَ
م
ِ
ِْ
ْيَ
لَ
ع هللا ى
ْ
ََ
ا ً
ِعال
ف ْ
َا ً
الْ
وَ
ق َ
ََّ
لَ
ََ
َ
اً
رْ
يِ
رْ
قَ
ت
ً
ةّ
فَ
ص ْ
ََ
ا
Sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW, baik berupa perkataan,
perbuatan, ketetapan (taqrir) maupun sifat beliau.
3
Endang Soetari, Ulumul Al-Hadits, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), hlm. 60.
4. 4
Dari definisi tersebut dapat dimengerti bahwa hadits meliputi biografi
Nabi SAW, sifat-sifat yang melekat padanya, baik berupa fisik maupun
hal-hal yang terkait dengan masalah psikis dan akhlak keseharian Nabi,
baik sebelum maupun sesudah terutus sebagai Nabi.
b) Ahli Ushul:
َ
ع هللا ىَّ
لَ
ص َ
يِ
بَّ
الن اقوال
ِ
ِْ
ْيَ
ل
ِ
رْ
قَ
تَ
َ ُ
ُِ
الَ
عْ
فاَ
َ َ
ََّ
َلَ
َ
ُ
ُِ
تَ
ا َ
رْ
ي
ِى
تَّ
لَ
ا
َ
ماَ
كَ
ح
َ
اال ُ
تَّ
بَ
ثُ
ت
َ
ااُ
َُّ
رَ
قُ
تَ
َ
Semua perkataan Nabi SAW, perbuatan dan taqrirnya yang berkaitan
dengan hukum-hukum syara' dan ketetapanya.
Dari definisi tersebut dapat dimengerti bahwa hadits adalah segala
sesuatu yang bersumber dari Nabi SAW, baik ucapan, perbuatan, maupun
ketetapan-ketetapan Allah yang disyari’atkan kepada manusia.
Lain halnya dengan ahli fiqih, hadits dipandang sebagai suatu perbuatan
yang harus dilakukan, tetapi tingkatanya tidak sampai wajib, atau fardlu,
sebab hadits masuk kedalam suatu pekerjaan yang setatus hukumnya lebih
utama dikerjakan, artinya suatu amalan apabila dikerjakan mendapatkan
pahala dan apabila ditinggalkan tidak dituntut apa-apa, akan tetapi apabila
ketentuan tersebut dilanggar mendapat dosa.
Dengan demikian, maka hadits memiliki kesamaan arti dengan kata
sunnah, khabar, dan atsar. Ahli hadits dan ahli ushul berbeda pendapat
dalam memeberikan pengertian tentang hadits. Dikalangan umat hadits
sendiri ada beberapa pendapat dalam memberikan pengertian masing-
masing.
Dalam kajian hadits ulama sering mengistilahkan hadits dengan
penisbatan sahabat yang meriwayatkan atau tema hadits atau tema hadits itu
sendiri atau tempat peristiwa dan lainya.
Misalnya penisbatan kepada perawi hadits Abu Hurairah itu lebih kuat
dari pada hadits Wail ibn Hujr, maksudnya adalah hadits yang diriwayatkan
oleh Wail ibn Hujr.
5. 5
Kemudian penisbatan kepada peristiwa hadits al-gharaniq, maksudnya
hadits yang menceritakan kisah al-gharaniq. Misalnya penisbatan kepada
tempat hadits Ghadir Khum maksudnya hadits yang menceritakan kisah
yang terjadi di Ghadir Khum.
c) Contoh dari hadits Nabi Muhammad SAW:
بالنْيات األعمال إنما
“ Segala amal perbuatan dengan niat”. (H.R. Al-Bukhori dan Muslim).
B. As-Sunnah
Menurut bahasa sunnah berarti
كانت محمودة الطريقة
اَمذمونة
“Jalan yang terpuji atau tercela”.6
Adapun menurut istilah, ta’rif Sunnah antara lain sebagaimana
dikemukakan oleh Muhammad ajaj al-khathib:
Menurut istilah as-sunnah adalah pensarah Al-Qur’an, karena
Rasulullah bertugas menyampaikan Al-Qur’an dan menjelaskan
pengertiannya. Maka As-asunnah menerangkan ma’na Al-Qur’an, adalah
dengan cara:
a. Menerangkan apa yang dimaksud dari ayat-ayat mudjmal, seperti
menerangkan waktu-waktu sembayang, bilangan raka’at, kaifiyat
ruku’, kaifiyat sujud, kadar-kadar zakat, waktu-waktu memberikan
zakat, macam-macamnya dan cara-cara mengerjakan haji.
b. Menerangkan hukum-hukum yang tidak ada didalam Al-Qur’an
seperti mengharamkan kita menikahi seseorang wanita bersamaan
6. 6
dengan menikahi saudaranya ayahnya, atau saudara ibunya, seperti
mengharamkan kita makan binatang-binatang yang bertaring.
c. Menerangkan ma’na lafad, seperti mentafsirkan al maghdlubi
‘alaihim dengan orang yahudi dan mantafsirkan adldlallin, dengan
orang nasrani.4
1. Contoh Sunnah
Dan dalam tataran hukum Islam sunnah menempati posisi kedua
setelah Al- Qur’an. Hal ini diterapkan dalam sabda Nabi Muhammad
SAW sebagai berikut:
ما تضلوا لن أمرين َفْيك تركت
كتاب بهما َتماَكت
َنة َ هللا
ِنبْي
“Sesungguhnya telah aku tinggalkan untukmu dua perkara; kamu tidak
akan sesat selama kamu berpegang padakeduanya, yaitu Kitab Allah (Al-
Qur’an) dan Sunnah Rasulnya” (HR.Malik).
الخلفاء َنة َ بسنتي ََعلْيك
بعدي المهديْين الراشدين
“Berpegang tegulah kamu dengan sunnahku dan sunnah Al-Khulafah Ar-
Rasyiddin sesudahku” (HR.Abu Daud dan Turmudzi dan Irbadh bin
Sariyah).
2. Perbedaan Hadits dan Sunah
4
Munzier Suparta, Ilmu Hadits, ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), hlm. 4.
7. 7
Hadits dan Sunnah : Hadits terbatas pada perkataan, perbuatan, taqrir
yang bersumber dari Nabi SAW, sedangkan Sunnah segala yang
bersumber dari Nabi SAW baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir, tabiat,
budi pekerti, atau perjalan hidupnya, baik sebelum diangkat menjadi Rasul
maupun sesudahnya.
Hadits sering disebut juga Assunnah dan juga sebaliknya. Meski secara
istilahi makna hadits dan assunah adalah sama, namun ulama berbeda
pendapat tentang ruang lingkup hadits dan assunah.
Pendapat as suyuti, syaf’i, madzahibul arba’ah serta beberapa ulama
lainnya, seperti yang dikutip albani dalam kitab muqoddimah ulumul
hadits, bahwa hadits itu hakikatnya sama dengan assunah, dalam semua
arti.
Terjadinya perbedaan istilah, itu hanya menunjukan sifat cakupannya
dapat dikatakan perbedaan alhadits dan assunah hanya pada karakternya
semata, dimana bahwa hadits lebih luas dari Assunnah.
Hadits itu bisa shohih, do’if atau maudhu’, dan memungkinkan untuk
tertolak sedang Assunah adalah hadits yang istidlal (dijadikan rujukan
dalil) oleh ulama menjadi ketetapan atau hukum. Demikian dikatakan
alauza’i, ibnu sirrin, dan albani sendiri. Tapi mereka sepakat, di antara
keduanya terdapat jalinan yang erat.
C. Khabar
Secara etimologis khabar berasal dari kata :khabar, yang berarti
‘berita’.Adapun secara terminologis, para ulama Hadits tidak sepakat
dalam menyikapi lafadz tersebut.sebagaimana mereka berpendapat adalah
sinonim dari kata hadits dan sebagian lagi tidak demikian. Karena Khabar
adalah berita, baik berita dari Nabi SAW, maupun dari sahabat atau berita
dari tabi’in. 5
5
Hasbi Ash Shiddieqy, Ilmu-ilmu Al-Qur’an, (Jakarta: Bulan Bintang, 1972), hlm. 221-222.
8. 8
al-khabar (ُ
رَ
بَ
خْ
لَ
ا) dalam bahasa artinya warta atau berita,
maksudnya sesuatu yang diberitakandan dipindahkan dari seseorang
kepada orang lain atau sesuatu yang disandarkan kepada nabi dan para
sahabat, dilihat dari sudut pendekatan bahasa ini kata khabar sama artinya
dengan hadits. Jadi setiap hadits termasuk khabar, tetapi tidak setiap
khabar adalah hadits.
Menurut pengertian istilah, para ahli berbeda-beda dalam memberikan
definisi sesuai dengan latar belakang dan disiplin keilmuan masing-
masing, diantaranya adalah:
a) sebagian ulama mengatakan bahwa khabar ialah sesuatu yang datangnya
selain dari nabi SAW, sedangkan yang dari nabi SAW disebut hadits.
b) ulama lain mengatakan bahwa hadits lebih luas dari pada khabar, sebab
setiap hadits dikatakan khabar dan tidak dikatakan bahwa setiap khabar
adalah hadits.
c) ahli hadits memberikan definisi sama antara hadits dengan khabar, yaitu
segala sesuatu yang datangnya dari nabi SAW, sahabat, dan tabi’in,
baik perkataan, perbuatan maupun ketetapanya.
Ulama lain berpendapat bahwa khabar hanya dimaksudkan sebagai
berita yang diterima dari selain Nabi Muhammad SAW. Orang yang
meriwayatkan sejarahdisebut khabary atau disebut muhaddisy.
Disamping itu pula yang berpendapat bahwa khabary itu sama dengan
hadits, keduanya dari Nabi SAW. Sedangkan atsar dari sahabat.
Karenanya, maka timbul hadits marfu’, mauquf atau maqtu’.
هللا صلى النبي الى اضْيف ما
غْيره َا ََل َ ِعلْي
“Segala sesuatu yang disandarkan atau berasal dari Nabi atau yang
selain dari Nabi”.
Contoh Ali bin Abi Thalib ra. Berkata:
9. 9
تحت الكف َضع السنة من
الصلغاة في السرة
“Sunnah ialah meletakkan tangan di bawah pusar”.
D. Atsar
Al-atsar dalam bahasa artinya adalah sisa ( ُ
ةّ
ْيِ
قَ
ب
ئَّ
الش), sedangkan menurut pengertian istilah, para ahli berbeda-beda
sesuai dengan latar belakang disiplin ilmu mereka masing-masing,
diantaranya adalah:
a) Jumhur berpendapat bahwa atsar sama dengan khabar, yaitu sesuatu
yang disandarkan kepada Nabi SAW, sahabat, dan tabi’in.
b) menurut ulama lain, seperti ulama Kharasan atsar untuk hadits mauquf
dan khabar untuk hadits marfu.
c) ahli hadits lain mengatakan tidak sama, yaitu khabar, berasal dari nabi,
sedangkan atsar sesuatu yang di sandarkan hanya kepada sahabat dan
tabi’in, baik perbuatan maupun perkataan.
Empat pengertian tentang hadits, sunnah, khabar, dan atsar
sebagaimana diuraikan di atas, menurut Jumhur ulama hadits juga
dapat dipergunakan untuk maksud yng sama, yaitu bahwa hadits
disebut juga dengan sunnah, khabar atau atsar. Begitu juga sunnah
bisa disebut dengan hadits, khabar, atsar. Maka hadits mutawatir
disebut juga sunnah mutawatir, begitu juga hadits shahih dapat juga
disebut dengan sunnah shahih, khabar shahih dan atsar shahih.
E. Perbedaan Hadits dengan Sunnah, Khabar dan Atsar
Dari keempat tema tersebut dapat ditarik bahwa tema tersebut sangat
berguna sebagai ilmu tambahan bagi masyarakat Islam untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan dan menentukan kulitas dan
10. 10
kuwantitas Hadits, sunnah, Khabar dan Atsar. Para ulama juga
membedakan antara hadits, sunnah, khabar dan atsar sebagai berikut:
a) Hadits dan sunnah:
Hadits terbatas pada perkataan, perbuatan, takrir yang bersumber
pada Nabi SAW, sedangkan sunnah segala yang bersumber dari Nabi
SAW baik berupa perkataan, perbuatan, takrir, tabiat, budi pekerti atau
perjalanan hidupnya, baik sebelum di angkat menjadi rasulmaupun
sesudahnya.
b) Hadits dan khabar:
Sebagian ulama hadits berpendapat bahwa khabar sebagai suatu yang
berasal atau disandarkan kepada selain nabi SAW., hadits sebagai
sesuatu yang berasal atau disandarkan pada Nabi SAW.
c) Hadits dan atsar:
Jumhur ulama berpendapat bahwa atsar sama artinya dengan khabar
dan hadits. Ada juga ulama yang berpendapat bahwa atsar sama
dengan khabar, yaitu sesuatu yang disandarkan pada Nabi SAW,
sahabat dan tabiin.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kata "Hadits" atau al-hadits menurut bahasa berarti al-jadid (sesuatu
yang baru), lawan kata dari al-qadim (sesuatu yang lama). Kata hadits juga
berarti al-khabar (berita), yaitu sesuatu yang dipercakapkan dan
dipindahkan dari seseorang kepada orang lain
11. 11
Sunnah menurut bahasa berarti : "Jalan dan kebiasaan yang baik atau
yang jelak". Menurut M.T.Hasbi Ash Shiddieqy, pengertian sunnah
ditinjau dari sudut bahasa (lughat) bermakna jalan yang dijalani, terpuji,
atau tidak. Sesuai tradisi yang sudah dibiasakan, dinamai sunnah,
walaupun tidak baik.
Khabar Menurut bahasa berarti an-Naba’ (berita-berita), sedang jama’nya
adalah Akhbar Khabar adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada
nabi dan para sahabat, jadi setiap hadits termasuk khabar tetapi tidak
setiap khabar adalah hadits.
Atsar menurut lughat/etimologi ialah bekasan sesuatu, atau sisa sesuatu,
atau berarti sisa reruntuhan rumah dan sebagainya. dan berarti nukilan
(yang dinukilkan).
B. Saran
Dalam makalah ini tentunya ada banyak sekali koreksi dari para pembaca,
karena kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Maka dari itu
kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
yang dengan itu semua kami harapkan makalah ini akan menjadi lebih baik
lagi.