SlideShare a Scribd company logo
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan
Bab II Pembahasan
Pengertian Al-Sunnah
Kehujjahan Sunnah
Macam-Macam Sunnah
Fungsi Sunnah Terhadap Al-Qur’an
Bab III Penutup
Kesimpulan
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam menentukan atau menetapkan hukum-hukum ajaran Islam para
mujtahid telah berpegang teguh kepada sumber-sumber ajaran Islam. Sumber pokok
ajaran Islam adalah Al-Qur’an yang memberi sinar pembentukan hukum Islam
sampai akhir zaman. Disamping itu terdapat as-Sunnah sebagai penjelas Al-Qur’an
terhadap hal-hal yang masih bersifat umum. Selain itu para mujtahidpun
menggunakan Ijma’, Qiyas. Sebagai salah satu acuan dalam menentukan atau
menetapkan suatu hukum. Untuk itu, perlu adanya penjabaran tentang sumber-sumber
ajaran Islam tersebut seperti Al-Qur’an, Hadist, Ijma’, Qiyas, dan Ijtihad. Agar
mengerti serta memahami pengertian serta kedudukannya dalam menentukan suatu
hukum ajaran Islam. Didalam makalah ini akan membahas mengenai sunnah / hadis
secara mendalam sebab pada saat ini untuk sebagian orang yang kurang paham
mengenai islam masih kebingungan tentang kedudukan hadis ataupun bagaimana
fungsi hadis sebenarnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian As-sunnah?
2. Mengapa sunnah sebagai sumber hukum islam?
3. Apa macam-macam sunnah?
4. Bagaimana fungsi sunnah terhadap Al-Qur’an?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian sunnah
2. Untuk mengetahui alasan sunnah menjadi sumber hukum islam
3. Untuk macam-macam sunnah
4. Untuk mengetahui fungsi sunnah terhadap Al-Qur’an
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sunnah
Al-Sunnah secara etimologi berarti: “Jalan yang lurus dan berkesinambungan
yang baik atau yang buruk”. Secara terminologis, para ulama berbeda pendapat
dalam memberikan al-Sunnah sesuai dengan perbedaan dengan keahlian masing-
masing. Para ulama Hadits mengatakan bahwa al-Sunnah adalah:1
Menurut ahli hadis, pengertian hadis ialah:
َّ‫ي‬ِ‫ق‬ْ‫َل‬‫خ‬ ٍ‫ة‬َ‫ف‬ ِ
‫ص‬ ْ‫و‬َ‫أ‬ ٍ
‫ْر‬‫ي‬ ِ
‫ر‬ْ‫ق‬َ‫ت‬ ْ‫و‬َ‫أ‬ ٍ‫ل‬ْ‫ع‬ِ‫ف‬ ْ‫و‬َ‫أ‬ ‫ٍـــ‬‫ل‬ ْ‫و‬َ‫ق‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ َ‫م‬َّ‫ل‬َ‫س‬ َ‫و‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُ‫هللا‬ ‫ى‬ّ‫ل‬َ‫ص‬ ِّ‫ي‬ِ‫ب‬َّ‫ن‬‫ال‬ ِ‫ن‬َ‫ع‬ َ‫ر‬ِ‫ث‬ُ‫أ‬ ‫ا‬َ‫م‬ ُّ‫ل‬ُ‫ك‬
ٍ‫ة‬‫ــ‬
Segala sesuatu yang diberitakan dari Nabi SAW., baik berupa sabda, perbuatan,
taqrir, sifat-sifat maupun hal ihwal Nabi.
Ada juga yang memberikan pengertian lain yaitu:
‫ى‬َ‫ل‬ِ‫إ‬ َ‫ف‬ ِ
‫ض‬ُ‫أ‬ ‫ا‬َ‫م‬
َ ٍ‫ة‬َ‫ف‬ ِ
‫ص‬ ْ‫و‬َ‫أ‬ ٍ‫ْر‬‫ي‬ ِ‫ر‬ْ‫ق‬َ‫ت‬ ْ‫و‬َ‫أ‬ ٍ‫ل‬ْ‫ع‬ِ‫ف‬ ْ‫و‬َ‫أ‬ ‫ٍـــ‬‫ل‬ ْ‫و‬َ‫ق‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ‫م‬َّ‫ل‬َ‫س‬ َ‫و‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُ‫هللا‬ ‫ى‬ّ‫ل‬َ‫ص‬ ِّ‫ي‬ِ‫ب‬َّ‫ن‬‫ال‬
Sesuatu yang diasandarkan kepada Nabi SAW. baik berupa perkataan,
perbuatan, taqrir, maupun sifat beliau.
“Setiap apa yang ditinggalkan (diterima) dari Rasul saw berupa perkataan,
perbuatan, ketetapan, akhlak atau kehidupan, baik sebelum beliau diangkat menjadi
Rasul maupun sesudahnya, seperti tahanuts (berdiam diri) yang dilakukan di gua
Hira atau sesudah kerasulan beliau”
Para ulama Hadits memberikan pengertian yang luas terhadap al-Sunnah
1 Mohammad Daud Ali . 2009. HukumIslam, Pengantar Ilmu Hukum dan Tatahukum Islam
di Indonesia. Jakart . Rajawali Pers. hal 45-88
disebabkan pandangan mereka terhadap Nabi Muhammad saw sebagai contoh yang
baik bagi umat manusia, bukan sebagai sumber hukum. Oleh karena itu, ulama Hadits
menerima dan meriwayatkan al-Sunnah secara utuh atas segala berita yang diterima
tentang diri Nabi saw tanpa membedakan apa-yang diberitakan itu-isinya berkaitan
dengan penetapan hukum syara ataupun tidak, juga menyebutkan bahwa perbuatan
yang dilakukan Nabi sebelum atau sesudah beliau diangkat menjadi Rasul sebagai
Sunnah.
Sedangkan ulama ushul fiqh menjadikan al-Sunnah secara terminology yaitu:
“Setiap yang datang dari Rasul saw selain al-Qur’an, baik berupa perkataan,
perbuatan maupun ketetapan yang dapat dijadikan sebagai dalil dalam menetapkan
hukum syara’”.
Melalui definisi diatas dapat disimpulakn bahwa segala sifat, prilaku, dan
segalanya yang bersumber dari Nabi saw dan tidak ada relevansinya dengan hukum
syara’ tidak dapat dijadikan sebagai al-Sunnah. Karenanya, jumlah al-Sunnah dalam
pandangan ulama ushul sangat terbatas.
Adapu ulama ushul fiqh Syi’ah menganggap bahwa al-Sunnah berarti ucapan,
tindakan, ketatapan Nabi saw dan para imam. Merujuk kepada Hadits versi mereka:
“Aku tinggalkan setelah kepergianku dua hal yang amat berharga kepada kalian untuk
merujuk dan Allah melarangmu jika kalian tidak merujuk kepadanya yaitu Kitab
Allah dan Ahlul baitku”.
Sunnah dikalangan dilakalangan Syi’ah bukan hanya dari Rasul (al-Hadits al-
nabawi) juga berasal dari 12 imam mereka (al-Hadits al malawi). Seperti
diungkapkan oleh imam ke 6 mereka, Ja’far al-Shadiq:
“Hadistku adalah Hadits ayahku (Muhammad bin al-Baqir) dan Hadits
ayahku adalah Hadits kakekku (Ali ibn Husein ibn Ali ibn Abi Thalib), dan Hadits
kakekku adalah Hadits Husein (Husein ibn Ali ibn Abi Thalib) dan Hadits Husein
adalah Hadits Hasan (Hasan ibn Abi Thalib) dan Hadits Hasan adalah Hadits
Amirul Mukminin (Ali ibn Abi Thalib) dan Hadits Amirul Mukminin adalah Hadits
rasulullah saw, dan Hadits Rasuullah saw pada hakikatnya berasal dari Allah swt”.
B. Kehujjahan Sunnah
Allah menurunkan wahyu Nya melalui dua bentuk, yaitu Al-Qur’an dan hadis
Nabi yang menjadi pelengkap kesempurnaan ajaran Islam. Adapun mengenai
kedudukan hadis sebagai sumber hukum, maka terdapat dua argumen yang
membuktikan keabsahannya, yaitu argumen naqli dan argumen aqli.2
1. Argumen Naqli
a. Dalil Al-Qur,an Al-Qur‟an menerangkan bahwa kewajiban mentaati
Allah menyebabkan kewajiban mentaati Rasul-Nya, dan kewajiban
mentaati Rasul-Nya menyebabkan kewajiban mentaati risalah dan apa
yang diajarkannya. Misalnya firman Allah dalam surat al-Nisa ayat
136:
Artinya : Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan
rasul-Nya dan kepada Kitab yang Allah turunkan kepada rasul-Nya
serta Kitab yang Allah turunkan sebelumnya. barangsiapa yang kafir
2 Dr. H. Sulaiman Abdullah. 2004. Sumber Hukum Islam. Jakarta. Sinar Grafika. cetakan
kedua hal 34-65
kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-
Nya, dan hari Kemudian, Maka Sesungguhnya orang itu Telah sesat
sejauh-jauhnya
Ayat tersebut menyerukan kepada kaum mukminin untuk beriman
kepada Allah dan Rasul-Nya, juga kitab-kitab yang diturunkan kepada
Rasul-Nya, serta ancaman bagi orang-orang yang
mengingkarinya.Selain itu, Allah juga memerintahkan untuk mentaati
segala bentuk ajaran, baik berupa perundang-undangan maupun
peraaturan lain yang dibawa oleh RasulNya, baik larangan maupun
perintah. Misalnya dalam surat al-Hasyr ayat 7 berikut:
Artinya : Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada Rasul-
Nya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota maka
adalah untuk Allah, untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim,
orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya
harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara
kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan
apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan
bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras
hukumannya.
Pada setiap ayat di atas, perintah mentaati Allah selalu disertai dengan
perintah mentaati Rasul-Nya, hal ini menunjukkan betapa ketaatan
kepada Allah tidak mungkin tercapai tanpa disertai dengan ketaatan
kepada Rasul-Nya. Dan ketaatan kepada Rasul harus dibuktikan dengan
mematuhi sabda-sabdanya serta mengamalkan ajaran-ajarannya, baik
perintah maupun larangan.
b. Dalil Hadis
Selain kewajibantaat kepada Rasul serta menjadikan ajarannya sebagai
pedoman hidup dijelaskan di dalam al-Qur‟an, hal itu dijelaskan pula di
dalam beberapa riwayat hadis. Misalnya sabda beliau:
‫ه‬ٍ‫ب‬َ ‫ت‬ُ‫س‬‫و‬ ‫هللا‬ ‫كتاب‬ ‫ا‬ً‫ه‬‫ب‬ ‫سكتى‬ً‫ت‬ ‫يا‬ ‫تضهىا‬ ٍ‫ن‬ ٍٍ ٌ‫أيش‬ ‫ٍكى‬‫ف‬ ‫تشكت‬
“Aku tinggalkan dua pusaka untuk kalian, yang kalian tidak akan
tersesat jika berpegang teguh pada keduanya, yaitu Kitabullah dan
Sunnah Rasul-Nya.
2. Argumen Aqli
Jumhur ulama menyatakan bahwa as-sunnah memiliki kedudukan kedua
setelahal-Qur‟an. Dalam hal ini Al-Suyuti dan Al-Qasimi memberikan sebuah
pemikiran yang rasional dan tekstual. Adapun argumen tersebut ialah:
a. Al-Qur‟an memiliki sifat qath’i al-wurud, sedang as-sunnah bersifat
zhanni al-Wurud Oleh sebab itu yang bersifat qath’i harus
didahulukan.
b. As-sunnah memiliki peransebagai penjabaran al-Qur‟an. Ini harus
dipahami bahwa yang menjelaskan (as-sunnah) berkedudukan
setingkat di bawah yang menjelaskan(al-Qur‟an).
c. Adanya beberapa hadis dan atsar yang memberikan keterangan tentang
urutan dan kedudukan as-sunnah setelah al-Qur‟an. Hal ini bisa dilihat
dari dialog diantara Nabi
3. Kesepakatan Ulama (Ijma’)
Umat Islam telah sepakat menjadikan hadits menjadi sumber hukum
kedua setelah Al-Qur’an. Kesepakatan umat muslimin dalam mempercayai,
menerima, dan mengamalkan segala ketentuan yang terkandung di dalam
hadits telah dilakukan sejak jaman Rasulullah, sepeninggal beliau, masa
khulafaurrosyidin hingga masa-masa selanjutnya dan tidak ada yang
mengingkarinya.Banyak peristiwa menunjukkan adanya kesepakatan
menggunakan hadits sebagai sumber hukum Islam, antara lain adalah
peristiwa dibawah ini:
a. Ketika Abu Bakar dibaiat menjadi khalifah, ia pernah berkata, “saya tidak
meninggalkan sedikitpun sesuatu yang diamalkan oleh Rasulullah,
sesungguhnya saya takut tersesat bila meninggalkan perintahnya.
b. Saat Umar berada di depan Hajar Aswad ia berkata, “saya tahu bahwa
engkau adalah batu. Seandainya saya tidak melihat Rasulullah
menciummu, saya tidak akan menciummu.”
c. Pernah ditanyakan kepad Abdullah bin Umar tentang ketentuan sholat
safar dalam Al-Qur’an. Ibnu Umar menjawab, “Allah Swt telah mengutus
Nabi Muhammad Saw kepada kita dan kita tidak mengetahui sesuatu,
maka sesugguhnya kami berbuat sebagaimana kami melihat Rasulullah
berbuat.”
Masih banyak lagi contoh-contoh yang menunjukkan bahwa yang
diperintahkan, dilakukan, dan diserukan oleh Rasulullah Saw, selalu diikuti
oleh umatnya, dan apa yang dilarang selalu ditinggalkan oleh umatnya.
4. Sesuai dengan Petunjuk Akal (Ijtihad)
Kerasulan Muhammad Saw, telah diakui dan dibenarkan oleh umat Islam.
Di dalam mengemban misinya itu kadangkala beliau menyampaikan apa yang
datang dari Allah Swt, baik isi maupun formulasinya dan kadangkala atas
inisiatif sendiri dengan bimbingan wahyu dari Tuhan. Namun juga tidak
jarang beliau menawarkan hasil ijtihad semata-mata mengenai suatu masalah
yang tidak dibimbing oleh wahyu. Hasil ijtihad ini tetap berlaku hingga
akhirnya ada nash yang menasakhnya.Dari uraian di atas dapat diketahui
bahwa hadits merupakan salah satu sumber hukum dan sumber ajaran Islam
yang menduduki urutan kedua setelah Al-Qur’an. Sedangkan bila dilihat dari
segi kehujjahannya, hadits melahirkan hukum dzonni, kecuali hadits
mutawatir.
C. Macam-Macam As-Sunnah
Ditinjau dari segi maddah (bahan) atau urgensinya as sunnah terbagi
menjadi 3 macam:3
1. Sunnah Qauliyyah, ialah sunnah di mana Rasulullah saw. sendiri menganjur-
kan atau mensarankan suatu amalan, tetapi belum tentu kita mendapatkan
dalil bahwa Rasulllah saw. pernah mengerjakannya secara langsung. Jadi
sunnah Qauliyyah ini adalah sunnah Rasulullah saw. yang dalilnya/riwayat-
nya sampai kepada kita bukan dengan cara dicontohkan, melainkan dengan
diucapkan saja oleh beliau saw. Di mana ucapan itu tidak selalu berbentuk fi’il
amr (kata perintah), tetapi bisa saja dalam bentuk anjuran, janji pahala dan
sebagainya. Contoh sunnah qauliyyah yang mudah saja: Ada hadits
Rasulullah saw. yang menganjurkan orang untuk belajar berenang, tetapi kita
3 Mohammad Daud Ali.1990. ASAS-ASAS HUKUM ISLAM. Jakarta. Rajawali pers. cetakan
pertama hal 23-39
belum pernah mendengar bahwa Rasulullah saw. atau para sahabat telah
belajar atau kursus berenang.
2. Sunnah Fi’liyah ialah sunnah yang ada dalilnya juga dan pernah dilakukan
langsung oleh Rasulullah saw. Misalnya ibadah shalat sunnah seperti shalat
istisqa’, puasa sunnah Senin Kamis, makan dengan tangan kanan dan lain
sebagainya. Para shahabat melihat langsung beliau saw. melakukannya,
kemudian meriwayatkannya kepada kita.
3. Sunnah Taqriyyah ialah sunnah di mana Rasulullah saw. tidak melakukannya
langsung, juga tidak pernah memerintahkannya dengan lisannya, namun
hanya mendiamkannya saja. Sunnah yang terakhir ini seringkali disebut
dengan sunnah taqriyyah. Contohnya ialah beberapa amalan para sahabat
yang telah kami kemukakan sebelumnya.
Ditinjau dari kuantitas periwayatannya, as sunnah menurut hanafiyyin
terbagi menjadi 3 macam
1. Mutawatir secara harfiah adalah Tatabu’ yaitu berurut, sedangkan secara
istilah dalam Ilmu Hadis adalah berita yang diriwayatkan oleh orang
banyak pada setiap tingkat mukharrij, yang menurut ukuran rasio dan
kebiasaan mustahil (tidak mungkin) para periwayat yang jumlahnya
banyak tersebut bersepakat terlebih dahulu untuk berdusta. Apabila
dilihat dari defenisi di atas, dapat dikatakan bahwa para Sahabat yang
menjadi rawi pertama suatu Hadis jumlahnya banyak, kemudian rawi
kedua pada tingkat Tabi’in juga banyak, dan pada tingkat Tabi’ Tabi’in
yang menjadi rawi ketiga juga tetap banyak jumlah periwayatnya,
ataupun mungkin bertambah banyak dari yang lebih dahulu menerima
Hadis tersebut dari sumbernya. Dengan jumlah periwayat Hadis yang
banyak tersebut, menurut akal manusia, tidak mungkin orang yang
banyak berkumpul bersepakat untuk bersama-sama membuat suatu
kebohongan (dusta) untuk disampaikan kepada orang lain.
2. Ahad, Secara bahasa perkataan ahad sama dengan wahid yang artinya
adalah satu. Dengan demikian khabar ahad atau khabar wahid adalah
suatu berita yang disampaikan oleh satu orang. Hadis ahad adalah Hadis
yang jumlah perawinya tidak mencapai jumlah perawi yang terdapat pada
Hadis mutawatir dan masyhur. Bagi kalangan ulama yang membagi
Hadis kepada tiga bahagian, yaitu Hadis mutawatir, Hadis masyhur dan
Hadis ahad. Namun banyak para ulama yang membagi Hadis yang
berdasarkan kuantitas perawi hanya kepada dua bahagian yaitu Hadis
mutawatir dan Hadis ahad, sedangkan Hadis masyhur termasuk ke dalam
Hadis ahad. Jadi Hadis ahad adalah Hadis yang diriwayatkan oleh rawi-
rawi yang jumlahnya dalam thabaqat (lapisan) pertama, kedua atau ketiga
dan seterusnya pada Hadis ahad itu, mungkin terdiri dari tiga orang atau
lebih, dua atau seorang saja sehingga tidak mencukupi syarat untuk
mencapai Hadis mutawatir.
3. Masyhur, Perkataan masyhur, secara bahasa adalah isim maf’ul dari
syahara, yang artinya nyata. Sedangkan pengertian Hadis masyhur
menurut istilah Ilmu Hadis adalah :
ُ‫ر‬َ‫ث‬ْ‫ك‬َ‫أ‬َ‫ف‬ ٌ‫ة‬َ‫ث‬َ‫ال‬َ‫ث‬ ُ‫ه‬‫ا‬ َ‫و‬َ‫ار‬َ‫م‬
-
ٍ‫ة‬َ‫ق‬َ‫ب‬َ‫ط‬ ِّ‫ل‬ُ‫ك‬ ‫ى‬ِ‫ف‬
–
. ِ
‫ر‬ُ‫ت‬‫ا‬ َ‫و‬َّ‫ت‬‫ال‬ َّ‫د‬َ‫ح‬ ْ‫غ‬ُ‫ل‬ْ‫ب‬َ‫ي‬ ْ‫م‬َ‫ل‬‫ا‬َ‫م‬
Hadis yang diriwayatkan oleh tiga orang perawi atau lebih, pada setiap
tingkatan sanad, selama tidak sampai kepada tingkat mutawatir.
Berdasarkan defenisi di atas, dapat dipahami bahwa Hadis masyhur
adalah Hadis yang memiliki perawi sekurang-kurangnya tiga orang, dari
jumlah tersebut harus terdapat pada setiap tingkatan sanad.
Menurut ulama Fiqh, Hadis masyhur itu adalah sama pengertiannya
dengan Al mustafidh, sedangkan ulama yang lain membedakannya, yakni
suatu Hadis dikatakan mustafidh bila jumlah rawi-rawinya tiga orang atau
lebih sedikit, sejak dari thabaqat pertama sampai dengan thabaqat terakhir.
Sedangkan Hadis masyhur lebih umum dari Hadis mustafidh, yakni yang
jumlah rawi-rawinya dalam tiap-tiap tabaqat tidak harus selalu sama
banyaknya, atau seimbang. Karena itu, dalam Hadis masyhur bisa terjadi
jumlah rawi-rawinya dalam tabaqat pertama (sahabat), tabaqat kedua (tabi’in),
tabaqat ketiga (tabi’ tabi’in) dan tingkat keempat (orang-orang setelah tabi’
tabi’in) dari seorang saja, baru kemudian jumlah rawi-rawinya dalam tabaqat
kelima dan seterusnya banyak.
Ditinjau dari segi kualitas haditsnya, as-sunnah terbagi menjadi 3 macam :
1. Hadits Shohih, adalah hadits yang diriwayatkan oleh Rawi yang adil,
sempurna ingatan, sanadnya bersambung, tidak ber illat, dan tidak janggal.
Illat hadits yang dimaksud adalah suatu penyakit yang samar-samar yang
dapat menodai keshohehan suatu hadits
2. Hadits Hasan, adalah hadits yang diriwayatkan oleh rawi yang adil, tapi tidak
begitu kuat ingatannya (hafalannya), bersambung sanadnya, dan tidak terdapat
illat dan kejanggalan pada matannya. Hadits Hasan termasuk hadits yang
makbul biasanya dibuat hujjah untuk sesuatu hal yang tidak terlalu berat atau
tidak terlalu penting
3. Hadits Dhoif, adalah hadits yang kehilangan satu syarat atau lebih syarat-
syarat hadits shohih atau hadits hasan. Hadits dhoif banyak macam ragamnya
dan mempunyai perbedaan derajat satu sama lain, disebabkan banyak atau
sedikitnya syarat-syarat hadits shohih atau hasan yang tidak dipenuhi
Ditinjau dari segi redaksinya, terbagi menjadi 2 jenis :
1. Qudsi adalah firman atau perkataan Allah SWT, namun jenis firman Allah
SWT yang tidak termasuk Al-Quran. Hadits qudsi tetap sebuah hadits, hanya
saja Nabi Muhammad SAW menyandarkan hadits qudsi kepada Allah SWT.
Maksudnya, perkataan Allah SWT itu diriwayatkan oleh Nabi Muhammad
SAW dengan redaksi dari diri beliau sendiri. Bila seseorang meriwayatkan
hadis qudsi, maka dia meriwayatkannya dari Rasulullah SAW dengan
disandarkan kepada Allah, dengan mengatakan:
Rasulullah SAW mengatakan mengenai apa yang diriwayatkannya dari
Tuhannya`,
atau ia mengatakan:
Rasulullah SAW mengatakan: Allah Ta`ala telah berfirman atau berfirman
Allah Ta`ala.`
b. Nabawi adalah segala yang disandarkan kepada nabi Muhammad SAW, baik
berupa perkataan, perbuatan, taqrir atau sifat, yang berupa perkataan seperti
perkataan Nabi SAW:
Sesungguhnya sahnya amal itu disertai dengan niat. Dan setiap orang
bergantung pada niatnya.
Sedangkan yang berupa perbuatan ialah seperti ajaranya pada sahabat
mengenai bagaimana caranya mengerjakan shalat, kemudian ia mengatakan:
Shalatlah seperti kamu melihat aku melakukan shalat.
D. Fungsi Sunnah Terhadap Al-Qur’an
Ditinjau dari segi fungsinya, sunnah mempunyai hubungan yang sangat
kuat dan erat sekali dengan al-Qur’an. Sunnah al-Nabawiyah mempunyaifungsi
sebagai sebagai penafsir al-Qur’an dan menjelaskan kehendak-kehendak Allah
swt. Dalam perintah dan hukum-hukum-Nya. Dan dika ditinjau dari segi dilalah-
nya (indeksial)nya terhadap hukum-hukum yang dikandunng al-Qur’an, baik
secara global maupun rinci, status sunnah dapat diklasifikasikan menjadi empat
macam, yaitu :4
1. Sebagai pengukuh (ta’kid) terhadap ayat-ayat al-Qur’an
Sunnah dikaitkan sebagai pengukuh ayat-ayat al-Qur’an apabila makna yang
terkandung di dalamnya cocok dengan dengan makna yang terkandung di
dalam ayat-ayat al-Qur’an. Nabi saw. bersabda :
َ‫ف‬ ،ِ‫م‬ِ‫ل‬‫ا‬َّ‫ظ‬‫ل‬ِ‫ل‬ ‫ي‬ِ‫ل‬ْ‫م‬ُ‫ي‬ َ َّ
‫َّللا‬ َّ‫ن‬ِ‫إ‬
‫ه‬ْ‫ت‬ِ‫ل‬ْ‫ف‬ُ‫ي‬ ْ‫م‬َ‫ل‬ ،ُ‫ه‬َ‫ذ‬َ‫خ‬َ‫أ‬ ‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫إ‬
[1]
“Sesungguhnya Allah swt. memanjangkan kesempatan kepada orang-
orang zalim, apabila Allah menghukumnya maka Allah tidak akan
melepaskannya.”
Hadist tersebut cocok dengan firman Allah swt. :
َ‫ش‬ ٌ‫م‬‫ي‬ِ‫ل‬َ‫أ‬ ُ‫ه‬َ‫ذ‬ْ‫خ‬َ‫أ‬ َّ‫ن‬ِ‫إ‬ ٌ‫ة‬َ‫م‬ِ‫ل‬‫ا‬َ‫ظ‬ َ‫ي‬ِ‫ه‬ َ‫و‬ ‫ى‬َ‫ر‬ُ‫ق‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫ذ‬َ‫خ‬َ‫أ‬ ‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫إ‬ َ‫ك‬ِ‫ب‬َ‫ر‬ ُ‫ذ‬ْ‫خ‬َ‫أ‬ َ‫ك‬ِ‫ل‬َ‫ذ‬َ‫ك‬َ‫و‬
ٌ‫د‬‫ِي‬‫د‬
ٌ‫د‬‫ِي‬‫د‬َ‫ش‬ ٌ‫م‬‫ي‬ِ‫ل‬َ‫أ‬ ُ‫ه‬َ‫ذ‬ْ‫خ‬َ‫أ‬ َّ‫ن‬ِ‫إ‬ ٌ‫ة‬َ‫م‬ِ‫ل‬‫ا‬َ‫ظ‬ َ‫ي‬ِ‫ه‬
[2]
“dan Begitulah azab Tuhanmu, apabila Dia mengazab penduduk negeri-
negeri yang berbuat zalim. Sesungguhnya azab-Nya itu adalah sangat
pedih lagi keras.”
Hadis yang berfungsi sebagai pengukuh (penta’kid) ayat-ayat al-Qur’an
jumlahnya banyak sekali, sperti hadis-hadis yang menunjukkan atas wajibnya
shalat, zakat, haji, amal, berbuat baik, member maaf, dan sebagainya.
2. Sebagai penjelas terhadap maksud ayat-ayat al-Qur’an
Hadist dalam fungsi ini terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu :
4 Amir Syarifuddin. 1990. Pembaharuan Pemikiran Dalam Hukum Islam. Padang. Angkasa
Raya Padang. cetakan pertama hal 25-79
a. Menjelaskan ayat-ayat mujmal
Hadist dalam fungsi ini diantaranya ialah hadist yang menjelaskan sesuatu
yang berhubungan dengan ibadah dan hukum-hukumnya, dari segi praktiknya,
syarat, waktu, dan tatacaranya, seperti masalah salat dimana di dalam al-
Qur’an tidak disebutkan secara rinci tentang bilangan rakaat, waktu, rukun,
syarat, dan sebagainya. Tetapi semua itu dijelaskan oleh sunnah.
b. Membatasi lafaz yang masih muthlaq dari ayat-ayat al-Qur’an
Hadist yang membatasi kemutlakan lafaz dari ayat al-Qur’an ini ialah
seperti hadis-hadis yang menjelaskan tentang lafaz al-Yad (tangan) yang
terdapat dalam ayat al-Qur’an :
ً
‫َال‬‫ك‬َ‫ن‬ ‫ا‬َ‫ب‬َ‫س‬َ‫ك‬ ‫ا‬َ‫م‬ِ‫ب‬ ً‫ء‬‫ا‬َ‫َز‬‫ج‬ ‫ا‬َ‫م‬ُ‫ه‬َ‫ي‬ِ‫د‬ْ‫ي‬َ‫أ‬ ‫وا‬ُ‫ع‬َ‫ط‬ْ‫ق‬‫ا‬َ‫ف‬ ُ‫ة‬َ‫ق‬ ِ
‫ار‬َّ‫س‬‫ال‬ َ‫و‬ ُ‫ق‬ ِ
‫ار‬َّ‫س‬‫ال‬ َ‫و‬
ٌ‫م‬‫ي‬ِ‫ك‬ََ ٌ‫يز‬ ِ
‫َز‬َ ُ َّ
‫َّللا‬َ‫و‬ ِ َّ
‫َّللا‬ ََِِ
"laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan
keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai
siksaan dari Allah. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana."
Bahwa yang dimaksud memotong tangan dalam ayat tersebut adalah
tangan kanan dan pemotongannya adalah sampai pergelangan tangan, tidak
sampai siku.
c. Mengkhususkan ayat-ayat al-Qur’an yang bersifat umum
Hadis dalam kategori ini ialah seperti hadis yang mengkhususkan makna
zalim dalam firman Allah swt. :
َ‫ون‬ُ‫د‬َ‫ت‬ْ‫ه‬ُِ ْ‫م‬ُ‫ه‬ َ‫و‬ ََُِْ ْ
‫اْل‬ ُ‫م‬ُ‫ه‬َ‫ل‬ َ‫ك‬ِ‫ئ‬َ‫ل‬‫و‬ُ‫أ‬ ٍ‫م‬ْ‫ل‬ُ‫ظ‬ِ‫ب‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬َ‫ن‬‫ا‬َ‫م‬‫ي‬ِ‫إ‬ ‫وا‬ُ‫س‬ِ‫ب‬ْ‫ل‬َ‫ي‬ ْ‫م‬َ‫ل‬َ‫و‬ ‫وا‬ُ‫ن‬َِ‫آ‬ ََ‫ي‬ِ‫ذ‬َّ‫ل‬‫ا‬
[3]
“ orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka
dengan kezaliman (syirik), mereka Itulah yang mendapat keamanan dan
mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.”
Bahwa yang dimaksud zalim pada ayat tersebut adalah menyekutukan
Allah. Peristiwanya ialah sewaktu ayat tersebut turun, sebagian sahabat
mengira bahwa yang dimaksud zalim pada ayat tersebut ialah zalim dalam arti
umum, sehingga dia berucap, “Siapakah diantara kita yang tidak pernah
berbuat zalim?” kemudian Nabi saw. menjawab, “Bukan itu yang dimaksud,
tetapi yang dimaksud zalim pada ayat itu ialah menyekutukan Tuhan
(syirik).”
d. Menjelaskan makna lafaz yang masih kabur
Diantaranya ialah seperti hadis yang menjelaskan makna dua lafaz “al-
Khaithu” dalam firman Allah swt. :
ُ‫ه‬َ‫ل‬ ٌ‫اس‬َ‫ب‬ِ‫ل‬ ْ‫م‬ُ‫ت‬ْ‫ن‬َ‫أ‬ َ‫و‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ل‬ ٌ‫اس‬َ‫ب‬ِ‫ل‬ ََُّ‫ه‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ِ‫ئ‬‫ا‬َ‫س‬ِ‫ن‬ ‫ى‬َ‫ل‬ِ‫إ‬ ُ‫ث‬َ‫ف‬َّ‫الر‬ ِ‫ام‬َ‫ي‬ ِ
‫الص‬ َ‫ة‬َ‫ل‬ْ‫ي‬َ‫ل‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ل‬ َّ‫ل‬ َُِ‫أ‬
ََّ
َ‫ن‬ ْ
‫اْل‬َ‫ف‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ْ‫ن‬ََ ‫ا‬َ‫ف‬ََ َ‫و‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ْ‫ي‬َ‫ل‬ََ َ‫اب‬َ‫ت‬َ‫ف‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫س‬ُ‫ف‬ْ‫ن‬َ‫أ‬ َ‫ون‬ُ‫ن‬‫ا‬َ‫ت‬ْ‫خ‬َ‫ت‬ ْ‫م‬ُ‫ت‬ْ‫ن‬ُ‫ك‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َّ‫ن‬َ‫أ‬ ُ َّ
‫َّللا‬ َ‫م‬ِ‫ل‬ََ
ُ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ل‬ َََّ‫ي‬َ‫ب‬َ‫ت‬َ‫ي‬ ‫ى‬َّ‫ت‬ََ ‫وا‬ُ‫ب‬َ‫ْر‬‫ش‬‫ا‬ َ‫و‬ ‫وا‬ُ‫ل‬ُ‫ك‬َ‫و‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ل‬ ُ َّ
‫َّللا‬ َ‫ب‬َ‫ت‬َ‫ك‬ ‫ا‬َِ ‫وا‬ُ‫غ‬َ‫ت‬ْ‫ب‬‫ا‬ َ‫و‬ ََُّ‫ه‬‫و‬ُ‫ر‬ِ‫ش‬‫ا‬َ‫ب‬
ُ‫ط‬ْ‫ي‬َ‫خ‬ْ‫ل‬‫ا‬
ََِِ ُ‫ض‬َ‫ي‬ْ‫ب‬َ ْ
‫اْل‬
ِ‫ْط‬‫ي‬َ‫خ‬ْ‫ل‬‫ا‬
َ‫و‬ْ‫س‬َ ْ
‫اْل‬
َ
‫ل‬َ‫و‬ ِ‫ل‬ْ‫ي‬َّ‫ل‬‫ال‬ ‫ى‬َ‫ل‬ِ‫إ‬ َ‫م‬‫ا‬َ‫ي‬ ِ
‫الص‬ ‫وا‬ُّ‫م‬ِ‫ت‬َ‫أ‬ َّ‫م‬ُ‫ث‬ ِ
‫ر‬ْ‫ج‬َ‫ف‬ْ‫ل‬‫ا‬ ََِِ ِ‫د‬
َ‫ك‬ِ‫ل‬َ‫ذ‬َ‫ك‬ ‫ا‬َ‫ه‬‫و‬ُ‫ب‬َ‫ر‬ْ‫ق‬َ‫ت‬ َ
‫َل‬َ‫ف‬ ِ َّ
‫َّللا‬ ُ‫د‬‫ُو‬‫د‬َُ َ‫ك‬ْ‫ل‬ِ‫ت‬ ِ‫د‬ ِ‫اج‬َ‫س‬َ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ َ‫ون‬ُ‫ف‬ِ‫ك‬‫َا‬َ ْ‫م‬ُ‫ت‬ْ‫ن‬َ‫أ‬ َ‫و‬ ََُّ‫ه‬‫و‬ُ‫ر‬ِ‫ش‬‫ا‬َ‫ب‬ُ‫ت‬
َ‫ون‬ُ‫ق‬َّ‫ت‬َ‫ي‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬َّ‫ل‬َ‫ع‬َ‫ل‬ ِ
‫اس‬َّ‫ن‬‫ل‬ِ‫ل‬ ِ‫ه‬ِ‫ت‬‫ا‬َ‫ي‬‫آ‬ ُ َّ
‫َّللا‬ َُِ‫ي‬َ‫ب‬ُ‫ي‬
"Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur
dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan
kamupun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya
kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni
kamu dan memberi ma'af kepadamu. Maka sekarang campurilah
mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan
Makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang
hitam, Yaitu fajar. kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai
(datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang
kamu beri'tikaf dalam mesjid. Itulah larangan Allah, Maka janganlah
kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya
kepada manusia, supaya mereka bertakwa."
Peristiwanya ialah sebagian sahabat ada yang mengira bahwa yang
dimaksud dengan benang dalam ayat itu ialah tali yang berwarna hitam
dan putih. Kemudian Nabi saw. bersabda, bahwa yang dimaksud ialah
terangnya siang dan gelapnya malam.
3. Menetapkan hukum yang tidak disebutkan dalam al-Qur’an
Contoh sunnah semacam ini banyak sekali, seperti hadis-hadis yang
menetapkan hukum haram mengawini (poligami) seorang perempuan beserta
bibinya, riba fadhl, dan makandaging himar piaraan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
As-sunnah adalah segala sesuatu yang diberitakan dari Nabi SAW., baik
berupa sabda, perbuatan, taqrir, sifat-sifat maupun hal ihwal Nabi.
As-Sunnah atau Al-Hadis adalah sumber hukum Islam kedua setelah
Alquran, berupa perkataan (sunnah qauliyah), perbuatan (sunnah fi’liyah) dan
sikap diam (sunnah taqririyah atau sunnah sukutiyah) Rasulullah yang tercatat
(sekarang) dalam kitab-kitab hadis. Ia merupakan penafsiran serta penjelasan
otentik tentang Alquran. Melalui kitab-kitab hadis, seorang Muslim mengenal
nabi dan isi Alquran. Tanpa As-Sunnah sebagian besar isi Alquran akan
tersembunyi dari mata manusia. Seorang Muslim yang baik akan selalu
mempergunakan Alquran dan As-Sunnah atu Al-Hadis sebagai pegangan
hidupnya, mengikuti pesan nabi pada waktu melakukan haji perpisahan sebelum
beliau wafat.
Fungsi As-sunnah dapat diklasifikasikan menjadi empat macam, yaitu
sebagai pengukuh (ta’kid) terhadap ayat-ayat al-Qur’an, sebagai penjelas terhadap
maksud ayat-ayat al-Qur’an, dan menetapkan hukum yang tidak disebutkan dalam
al-Qur’an
DAFTAR PUSTAKA
Amir Syarifuddin. 1990. Pembaharuan Pemikiran Dalam Hukum Islam. Padang.
Angkasa Raya Padang.
Dr. H. Sulaiman Abdullah. 2004. Sumber Hukum Islam. Jakarta. Sinar Grafika.
Mohammad Daud Ali.1990. ASAS-ASAS HUKUM ISLAM. Jakarta. Rajawali pers.
Mohammad Daud Ali . 2009. HukumIslam, Pengantar Ilmu Hukum dan Tatahukum
Islam di Indonesia. Jakart . Rajawali Pers.

More Related Content

Similar to SUNNAH SEBAGAI SUMBER HUKUM ISLAM.docxmn

Makalah hukum islam, hukum taklifi dan hukum wadi
Makalah hukum islam, hukum taklifi dan hukum wadiMakalah hukum islam, hukum taklifi dan hukum wadi
Makalah hukum islam, hukum taklifi dan hukum wadi
Photo Setudio Planet solo grand mall
 
hukum islam (kel.1)
hukum islam (kel.1)hukum islam (kel.1)
hukum islam (kel.1)
Syarif fuddin
 
Pertemuan 4-SHI - Alquran dan Sunnah.pptx
Pertemuan 4-SHI - Alquran dan Sunnah.pptxPertemuan 4-SHI - Alquran dan Sunnah.pptx
Pertemuan 4-SHI - Alquran dan Sunnah.pptx
FauziahNurHutauruk
 
Ruang lingkup agama
Ruang lingkup agamaRuang lingkup agama
Ruang lingkup agama
Yunus Moershal
 
Contoh modul pai, sk,kd,id dan lks
Contoh modul pai, sk,kd,id dan lksContoh modul pai, sk,kd,id dan lks
Contoh modul pai, sk,kd,id dan lks
Akram Atjeh
 
Memahami Islam Secara Komprehensif
Memahami Islam Secara KomprehensifMemahami Islam Secara Komprehensif
Memahami Islam Secara Komprehensif
Ria Widia
 
11. Wahyu dan Kenabian.pptx
11. Wahyu dan Kenabian.pptx11. Wahyu dan Kenabian.pptx
11. Wahyu dan Kenabian.pptx
MuhammadSyauqi66
 
HADIST ATAU SUNNAH SEBAGI HUKUM ISLAM KEDUA.pptx
HADIST ATAU SUNNAH SEBAGI HUKUM ISLAM KEDUA.pptxHADIST ATAU SUNNAH SEBAGI HUKUM ISLAM KEDUA.pptx
HADIST ATAU SUNNAH SEBAGI HUKUM ISLAM KEDUA.pptx
Fachrum1
 
Ulumul_Hadits_Bag_1_pptx.pptx
Ulumul_Hadits_Bag_1_pptx.pptxUlumul_Hadits_Bag_1_pptx.pptx
Ulumul_Hadits_Bag_1_pptx.pptx
fiqihazhari
 
Pengertian aswaja
Pengertian aswajaPengertian aswaja
Pengertian aswaja
Samudra Minang
 
PPT FIQIH.pdf
PPT FIQIH.pdfPPT FIQIH.pdf
PPT FIQIH.pdf
sepatubaru424
 
Dokumen.pdf
Dokumen.pdfDokumen.pdf
Dokumen.pdf
CiciParamida4
 
Aplikasi asas syariah
Aplikasi asas syariahAplikasi asas syariah
Aplikasi asas syariah
SharifahNurAbu
 
Pengertian as sunnah menurut syari’at
Pengertian as sunnah menurut syari’atPengertian as sunnah menurut syari’at
Pengertian as sunnah menurut syari’at
Varli Arsol
 
Makalah Ushul Fiqh As-Sunnah
Makalah Ushul Fiqh As-SunnahMakalah Ushul Fiqh As-Sunnah
Makalah Ushul Fiqh As-Sunnah
indah pertiwi
 
Ahli sunnah waljamaah
Ahli sunnah waljamaah Ahli sunnah waljamaah
Ahli sunnah waljamaah Cahaya Hidupku
 
Fungsi hadits dalam ajaran islam
Fungsi hadits dalam ajaran islamFungsi hadits dalam ajaran islam
Fungsi hadits dalam ajaran islam
Sri Wiji Lestari
 

Similar to SUNNAH SEBAGAI SUMBER HUKUM ISLAM.docxmn (20)

Makalah hukum islam, hukum taklifi dan hukum wadi
Makalah hukum islam, hukum taklifi dan hukum wadiMakalah hukum islam, hukum taklifi dan hukum wadi
Makalah hukum islam, hukum taklifi dan hukum wadi
 
hukum islam (kel.1)
hukum islam (kel.1)hukum islam (kel.1)
hukum islam (kel.1)
 
Al qur'an
Al qur'anAl qur'an
Al qur'an
 
Pertemuan 4-SHI - Alquran dan Sunnah.pptx
Pertemuan 4-SHI - Alquran dan Sunnah.pptxPertemuan 4-SHI - Alquran dan Sunnah.pptx
Pertemuan 4-SHI - Alquran dan Sunnah.pptx
 
Ruang lingkup agama
Ruang lingkup agamaRuang lingkup agama
Ruang lingkup agama
 
Ruang Lingkup Agama
Ruang Lingkup AgamaRuang Lingkup Agama
Ruang Lingkup Agama
 
Contoh modul pai, sk,kd,id dan lks
Contoh modul pai, sk,kd,id dan lksContoh modul pai, sk,kd,id dan lks
Contoh modul pai, sk,kd,id dan lks
 
Bab 4
Bab 4Bab 4
Bab 4
 
Memahami Islam Secara Komprehensif
Memahami Islam Secara KomprehensifMemahami Islam Secara Komprehensif
Memahami Islam Secara Komprehensif
 
11. Wahyu dan Kenabian.pptx
11. Wahyu dan Kenabian.pptx11. Wahyu dan Kenabian.pptx
11. Wahyu dan Kenabian.pptx
 
HADIST ATAU SUNNAH SEBAGI HUKUM ISLAM KEDUA.pptx
HADIST ATAU SUNNAH SEBAGI HUKUM ISLAM KEDUA.pptxHADIST ATAU SUNNAH SEBAGI HUKUM ISLAM KEDUA.pptx
HADIST ATAU SUNNAH SEBAGI HUKUM ISLAM KEDUA.pptx
 
Ulumul_Hadits_Bag_1_pptx.pptx
Ulumul_Hadits_Bag_1_pptx.pptxUlumul_Hadits_Bag_1_pptx.pptx
Ulumul_Hadits_Bag_1_pptx.pptx
 
Pengertian aswaja
Pengertian aswajaPengertian aswaja
Pengertian aswaja
 
PPT FIQIH.pdf
PPT FIQIH.pdfPPT FIQIH.pdf
PPT FIQIH.pdf
 
Dokumen.pdf
Dokumen.pdfDokumen.pdf
Dokumen.pdf
 
Aplikasi asas syariah
Aplikasi asas syariahAplikasi asas syariah
Aplikasi asas syariah
 
Pengertian as sunnah menurut syari’at
Pengertian as sunnah menurut syari’atPengertian as sunnah menurut syari’at
Pengertian as sunnah menurut syari’at
 
Makalah Ushul Fiqh As-Sunnah
Makalah Ushul Fiqh As-SunnahMakalah Ushul Fiqh As-Sunnah
Makalah Ushul Fiqh As-Sunnah
 
Ahli sunnah waljamaah
Ahli sunnah waljamaah Ahli sunnah waljamaah
Ahli sunnah waljamaah
 
Fungsi hadits dalam ajaran islam
Fungsi hadits dalam ajaran islamFungsi hadits dalam ajaran islam
Fungsi hadits dalam ajaran islam
 

Recently uploaded

Juknis penggunaan aplikasi ecoklit pilkada 2024
Juknis penggunaan  aplikasi ecoklit pilkada 2024Juknis penggunaan  aplikasi ecoklit pilkada 2024
Juknis penggunaan aplikasi ecoklit pilkada 2024
abdinahyan
 
2. PEMBELAJARAN YANG MENGUATKAN TRANSISI PAUD-SD Merancang Instrumen Asesmen ...
2. PEMBELAJARAN YANG MENGUATKAN TRANSISI PAUD-SD Merancang Instrumen Asesmen ...2. PEMBELAJARAN YANG MENGUATKAN TRANSISI PAUD-SD Merancang Instrumen Asesmen ...
2. PEMBELAJARAN YANG MENGUATKAN TRANSISI PAUD-SD Merancang Instrumen Asesmen ...
PikeKusumaSantoso
 
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptx
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptxPemaparan budaya positif di sekolah.pptx
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptx
maulatamah
 
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdfPanduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
MildayantiMildayanti
 
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata anginMedia Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
margagurifma2023
 
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdfPpt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
fadlurrahman260903
 
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdekaKKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
irvansupriadi44
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx
1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx
1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx
asepridwan50
 
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F  kelasModul Ajar Statistika Data Fase F  kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
ananda238570
 
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
nasrudienaulia
 
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdfMODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
sitispd78
 
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptxFORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
NavaldiMalau
 
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdfKelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
JALANJALANKENYANG
 
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Fathan Emran
 
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakatPPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
jodikurniawan341
 
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs KonsekuensiAksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
sabir51
 
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARUAKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
junaedikuluri1
 
ANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPAL
ANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPALANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPAL
ANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPAL
Annisa Syahfitri
 

Recently uploaded (20)

Juknis penggunaan aplikasi ecoklit pilkada 2024
Juknis penggunaan  aplikasi ecoklit pilkada 2024Juknis penggunaan  aplikasi ecoklit pilkada 2024
Juknis penggunaan aplikasi ecoklit pilkada 2024
 
2. PEMBELAJARAN YANG MENGUATKAN TRANSISI PAUD-SD Merancang Instrumen Asesmen ...
2. PEMBELAJARAN YANG MENGUATKAN TRANSISI PAUD-SD Merancang Instrumen Asesmen ...2. PEMBELAJARAN YANG MENGUATKAN TRANSISI PAUD-SD Merancang Instrumen Asesmen ...
2. PEMBELAJARAN YANG MENGUATKAN TRANSISI PAUD-SD Merancang Instrumen Asesmen ...
 
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptx
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptxPemaparan budaya positif di sekolah.pptx
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptx
 
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdfPanduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
 
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata anginMedia Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
 
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdfPpt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
 
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdekaKKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
 
1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx
1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx
1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx
 
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F  kelasModul Ajar Statistika Data Fase F  kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
 
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
 
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdfMODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
 
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptxFORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
 
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdfKelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
 
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
 
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakatPPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
 
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
 
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs KonsekuensiAksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
 
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARUAKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
 
ANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPAL
ANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPALANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPAL
ANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPAL
 

SUNNAH SEBAGAI SUMBER HUKUM ISLAM.docxmn

  • 1. DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Bab I Pendahuluan Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Bab II Pembahasan Pengertian Al-Sunnah Kehujjahan Sunnah Macam-Macam Sunnah Fungsi Sunnah Terhadap Al-Qur’an Bab III Penutup Kesimpulan Daftar Pustaka
  • 2. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam menentukan atau menetapkan hukum-hukum ajaran Islam para mujtahid telah berpegang teguh kepada sumber-sumber ajaran Islam. Sumber pokok ajaran Islam adalah Al-Qur’an yang memberi sinar pembentukan hukum Islam sampai akhir zaman. Disamping itu terdapat as-Sunnah sebagai penjelas Al-Qur’an terhadap hal-hal yang masih bersifat umum. Selain itu para mujtahidpun menggunakan Ijma’, Qiyas. Sebagai salah satu acuan dalam menentukan atau menetapkan suatu hukum. Untuk itu, perlu adanya penjabaran tentang sumber-sumber ajaran Islam tersebut seperti Al-Qur’an, Hadist, Ijma’, Qiyas, dan Ijtihad. Agar mengerti serta memahami pengertian serta kedudukannya dalam menentukan suatu hukum ajaran Islam. Didalam makalah ini akan membahas mengenai sunnah / hadis secara mendalam sebab pada saat ini untuk sebagian orang yang kurang paham mengenai islam masih kebingungan tentang kedudukan hadis ataupun bagaimana fungsi hadis sebenarnya. B. Rumusan Masalah 1. Apakah pengertian As-sunnah? 2. Mengapa sunnah sebagai sumber hukum islam? 3. Apa macam-macam sunnah? 4. Bagaimana fungsi sunnah terhadap Al-Qur’an? C. Tujuan 1. Untuk mengetahui pengertian sunnah 2. Untuk mengetahui alasan sunnah menjadi sumber hukum islam 3. Untuk macam-macam sunnah 4. Untuk mengetahui fungsi sunnah terhadap Al-Qur’an
  • 3. BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Sunnah Al-Sunnah secara etimologi berarti: “Jalan yang lurus dan berkesinambungan yang baik atau yang buruk”. Secara terminologis, para ulama berbeda pendapat dalam memberikan al-Sunnah sesuai dengan perbedaan dengan keahlian masing- masing. Para ulama Hadits mengatakan bahwa al-Sunnah adalah:1 Menurut ahli hadis, pengertian hadis ialah: َّ‫ي‬ِ‫ق‬ْ‫َل‬‫خ‬ ٍ‫ة‬َ‫ف‬ ِ ‫ص‬ ْ‫و‬َ‫أ‬ ٍ ‫ْر‬‫ي‬ ِ ‫ر‬ْ‫ق‬َ‫ت‬ ْ‫و‬َ‫أ‬ ٍ‫ل‬ْ‫ع‬ِ‫ف‬ ْ‫و‬َ‫أ‬ ‫ٍـــ‬‫ل‬ ْ‫و‬َ‫ق‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ َ‫م‬َّ‫ل‬َ‫س‬ َ‫و‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُ‫هللا‬ ‫ى‬ّ‫ل‬َ‫ص‬ ِّ‫ي‬ِ‫ب‬َّ‫ن‬‫ال‬ ِ‫ن‬َ‫ع‬ َ‫ر‬ِ‫ث‬ُ‫أ‬ ‫ا‬َ‫م‬ ُّ‫ل‬ُ‫ك‬ ٍ‫ة‬‫ــ‬ Segala sesuatu yang diberitakan dari Nabi SAW., baik berupa sabda, perbuatan, taqrir, sifat-sifat maupun hal ihwal Nabi. Ada juga yang memberikan pengertian lain yaitu: ‫ى‬َ‫ل‬ِ‫إ‬ َ‫ف‬ ِ ‫ض‬ُ‫أ‬ ‫ا‬َ‫م‬ َ ٍ‫ة‬َ‫ف‬ ِ ‫ص‬ ْ‫و‬َ‫أ‬ ٍ‫ْر‬‫ي‬ ِ‫ر‬ْ‫ق‬َ‫ت‬ ْ‫و‬َ‫أ‬ ٍ‫ل‬ْ‫ع‬ِ‫ف‬ ْ‫و‬َ‫أ‬ ‫ٍـــ‬‫ل‬ ْ‫و‬َ‫ق‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ‫م‬َّ‫ل‬َ‫س‬ َ‫و‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُ‫هللا‬ ‫ى‬ّ‫ل‬َ‫ص‬ ِّ‫ي‬ِ‫ب‬َّ‫ن‬‫ال‬ Sesuatu yang diasandarkan kepada Nabi SAW. baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir, maupun sifat beliau. “Setiap apa yang ditinggalkan (diterima) dari Rasul saw berupa perkataan, perbuatan, ketetapan, akhlak atau kehidupan, baik sebelum beliau diangkat menjadi Rasul maupun sesudahnya, seperti tahanuts (berdiam diri) yang dilakukan di gua Hira atau sesudah kerasulan beliau” Para ulama Hadits memberikan pengertian yang luas terhadap al-Sunnah 1 Mohammad Daud Ali . 2009. HukumIslam, Pengantar Ilmu Hukum dan Tatahukum Islam di Indonesia. Jakart . Rajawali Pers. hal 45-88
  • 4. disebabkan pandangan mereka terhadap Nabi Muhammad saw sebagai contoh yang baik bagi umat manusia, bukan sebagai sumber hukum. Oleh karena itu, ulama Hadits menerima dan meriwayatkan al-Sunnah secara utuh atas segala berita yang diterima tentang diri Nabi saw tanpa membedakan apa-yang diberitakan itu-isinya berkaitan dengan penetapan hukum syara ataupun tidak, juga menyebutkan bahwa perbuatan yang dilakukan Nabi sebelum atau sesudah beliau diangkat menjadi Rasul sebagai Sunnah. Sedangkan ulama ushul fiqh menjadikan al-Sunnah secara terminology yaitu: “Setiap yang datang dari Rasul saw selain al-Qur’an, baik berupa perkataan, perbuatan maupun ketetapan yang dapat dijadikan sebagai dalil dalam menetapkan hukum syara’”. Melalui definisi diatas dapat disimpulakn bahwa segala sifat, prilaku, dan segalanya yang bersumber dari Nabi saw dan tidak ada relevansinya dengan hukum syara’ tidak dapat dijadikan sebagai al-Sunnah. Karenanya, jumlah al-Sunnah dalam pandangan ulama ushul sangat terbatas. Adapu ulama ushul fiqh Syi’ah menganggap bahwa al-Sunnah berarti ucapan, tindakan, ketatapan Nabi saw dan para imam. Merujuk kepada Hadits versi mereka: “Aku tinggalkan setelah kepergianku dua hal yang amat berharga kepada kalian untuk merujuk dan Allah melarangmu jika kalian tidak merujuk kepadanya yaitu Kitab Allah dan Ahlul baitku”. Sunnah dikalangan dilakalangan Syi’ah bukan hanya dari Rasul (al-Hadits al- nabawi) juga berasal dari 12 imam mereka (al-Hadits al malawi). Seperti diungkapkan oleh imam ke 6 mereka, Ja’far al-Shadiq: “Hadistku adalah Hadits ayahku (Muhammad bin al-Baqir) dan Hadits ayahku adalah Hadits kakekku (Ali ibn Husein ibn Ali ibn Abi Thalib), dan Hadits kakekku adalah Hadits Husein (Husein ibn Ali ibn Abi Thalib) dan Hadits Husein
  • 5. adalah Hadits Hasan (Hasan ibn Abi Thalib) dan Hadits Hasan adalah Hadits Amirul Mukminin (Ali ibn Abi Thalib) dan Hadits Amirul Mukminin adalah Hadits rasulullah saw, dan Hadits Rasuullah saw pada hakikatnya berasal dari Allah swt”. B. Kehujjahan Sunnah Allah menurunkan wahyu Nya melalui dua bentuk, yaitu Al-Qur’an dan hadis Nabi yang menjadi pelengkap kesempurnaan ajaran Islam. Adapun mengenai kedudukan hadis sebagai sumber hukum, maka terdapat dua argumen yang membuktikan keabsahannya, yaitu argumen naqli dan argumen aqli.2 1. Argumen Naqli a. Dalil Al-Qur,an Al-Qur‟an menerangkan bahwa kewajiban mentaati Allah menyebabkan kewajiban mentaati Rasul-Nya, dan kewajiban mentaati Rasul-Nya menyebabkan kewajiban mentaati risalah dan apa yang diajarkannya. Misalnya firman Allah dalam surat al-Nisa ayat 136: Artinya : Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan rasul-Nya dan kepada Kitab yang Allah turunkan kepada rasul-Nya serta Kitab yang Allah turunkan sebelumnya. barangsiapa yang kafir 2 Dr. H. Sulaiman Abdullah. 2004. Sumber Hukum Islam. Jakarta. Sinar Grafika. cetakan kedua hal 34-65
  • 6. kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul- Nya, dan hari Kemudian, Maka Sesungguhnya orang itu Telah sesat sejauh-jauhnya Ayat tersebut menyerukan kepada kaum mukminin untuk beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, juga kitab-kitab yang diturunkan kepada Rasul-Nya, serta ancaman bagi orang-orang yang mengingkarinya.Selain itu, Allah juga memerintahkan untuk mentaati segala bentuk ajaran, baik berupa perundang-undangan maupun peraaturan lain yang dibawa oleh RasulNya, baik larangan maupun perintah. Misalnya dalam surat al-Hasyr ayat 7 berikut: Artinya : Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada Rasul- Nya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.
  • 7. Pada setiap ayat di atas, perintah mentaati Allah selalu disertai dengan perintah mentaati Rasul-Nya, hal ini menunjukkan betapa ketaatan kepada Allah tidak mungkin tercapai tanpa disertai dengan ketaatan kepada Rasul-Nya. Dan ketaatan kepada Rasul harus dibuktikan dengan mematuhi sabda-sabdanya serta mengamalkan ajaran-ajarannya, baik perintah maupun larangan. b. Dalil Hadis Selain kewajibantaat kepada Rasul serta menjadikan ajarannya sebagai pedoman hidup dijelaskan di dalam al-Qur‟an, hal itu dijelaskan pula di dalam beberapa riwayat hadis. Misalnya sabda beliau: ‫ه‬ٍ‫ب‬َ ‫ت‬ُ‫س‬‫و‬ ‫هللا‬ ‫كتاب‬ ‫ا‬ً‫ه‬‫ب‬ ‫سكتى‬ً‫ت‬ ‫يا‬ ‫تضهىا‬ ٍ‫ن‬ ٍٍ ٌ‫أيش‬ ‫ٍكى‬‫ف‬ ‫تشكت‬ “Aku tinggalkan dua pusaka untuk kalian, yang kalian tidak akan tersesat jika berpegang teguh pada keduanya, yaitu Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya. 2. Argumen Aqli Jumhur ulama menyatakan bahwa as-sunnah memiliki kedudukan kedua setelahal-Qur‟an. Dalam hal ini Al-Suyuti dan Al-Qasimi memberikan sebuah pemikiran yang rasional dan tekstual. Adapun argumen tersebut ialah: a. Al-Qur‟an memiliki sifat qath’i al-wurud, sedang as-sunnah bersifat zhanni al-Wurud Oleh sebab itu yang bersifat qath’i harus didahulukan. b. As-sunnah memiliki peransebagai penjabaran al-Qur‟an. Ini harus dipahami bahwa yang menjelaskan (as-sunnah) berkedudukan setingkat di bawah yang menjelaskan(al-Qur‟an).
  • 8. c. Adanya beberapa hadis dan atsar yang memberikan keterangan tentang urutan dan kedudukan as-sunnah setelah al-Qur‟an. Hal ini bisa dilihat dari dialog diantara Nabi 3. Kesepakatan Ulama (Ijma’) Umat Islam telah sepakat menjadikan hadits menjadi sumber hukum kedua setelah Al-Qur’an. Kesepakatan umat muslimin dalam mempercayai, menerima, dan mengamalkan segala ketentuan yang terkandung di dalam hadits telah dilakukan sejak jaman Rasulullah, sepeninggal beliau, masa khulafaurrosyidin hingga masa-masa selanjutnya dan tidak ada yang mengingkarinya.Banyak peristiwa menunjukkan adanya kesepakatan menggunakan hadits sebagai sumber hukum Islam, antara lain adalah peristiwa dibawah ini: a. Ketika Abu Bakar dibaiat menjadi khalifah, ia pernah berkata, “saya tidak meninggalkan sedikitpun sesuatu yang diamalkan oleh Rasulullah, sesungguhnya saya takut tersesat bila meninggalkan perintahnya. b. Saat Umar berada di depan Hajar Aswad ia berkata, “saya tahu bahwa engkau adalah batu. Seandainya saya tidak melihat Rasulullah menciummu, saya tidak akan menciummu.” c. Pernah ditanyakan kepad Abdullah bin Umar tentang ketentuan sholat safar dalam Al-Qur’an. Ibnu Umar menjawab, “Allah Swt telah mengutus Nabi Muhammad Saw kepada kita dan kita tidak mengetahui sesuatu, maka sesugguhnya kami berbuat sebagaimana kami melihat Rasulullah berbuat.” Masih banyak lagi contoh-contoh yang menunjukkan bahwa yang diperintahkan, dilakukan, dan diserukan oleh Rasulullah Saw, selalu diikuti oleh umatnya, dan apa yang dilarang selalu ditinggalkan oleh umatnya. 4. Sesuai dengan Petunjuk Akal (Ijtihad)
  • 9. Kerasulan Muhammad Saw, telah diakui dan dibenarkan oleh umat Islam. Di dalam mengemban misinya itu kadangkala beliau menyampaikan apa yang datang dari Allah Swt, baik isi maupun formulasinya dan kadangkala atas inisiatif sendiri dengan bimbingan wahyu dari Tuhan. Namun juga tidak jarang beliau menawarkan hasil ijtihad semata-mata mengenai suatu masalah yang tidak dibimbing oleh wahyu. Hasil ijtihad ini tetap berlaku hingga akhirnya ada nash yang menasakhnya.Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa hadits merupakan salah satu sumber hukum dan sumber ajaran Islam yang menduduki urutan kedua setelah Al-Qur’an. Sedangkan bila dilihat dari segi kehujjahannya, hadits melahirkan hukum dzonni, kecuali hadits mutawatir. C. Macam-Macam As-Sunnah Ditinjau dari segi maddah (bahan) atau urgensinya as sunnah terbagi menjadi 3 macam:3 1. Sunnah Qauliyyah, ialah sunnah di mana Rasulullah saw. sendiri menganjur- kan atau mensarankan suatu amalan, tetapi belum tentu kita mendapatkan dalil bahwa Rasulllah saw. pernah mengerjakannya secara langsung. Jadi sunnah Qauliyyah ini adalah sunnah Rasulullah saw. yang dalilnya/riwayat- nya sampai kepada kita bukan dengan cara dicontohkan, melainkan dengan diucapkan saja oleh beliau saw. Di mana ucapan itu tidak selalu berbentuk fi’il amr (kata perintah), tetapi bisa saja dalam bentuk anjuran, janji pahala dan sebagainya. Contoh sunnah qauliyyah yang mudah saja: Ada hadits Rasulullah saw. yang menganjurkan orang untuk belajar berenang, tetapi kita 3 Mohammad Daud Ali.1990. ASAS-ASAS HUKUM ISLAM. Jakarta. Rajawali pers. cetakan pertama hal 23-39
  • 10. belum pernah mendengar bahwa Rasulullah saw. atau para sahabat telah belajar atau kursus berenang. 2. Sunnah Fi’liyah ialah sunnah yang ada dalilnya juga dan pernah dilakukan langsung oleh Rasulullah saw. Misalnya ibadah shalat sunnah seperti shalat istisqa’, puasa sunnah Senin Kamis, makan dengan tangan kanan dan lain sebagainya. Para shahabat melihat langsung beliau saw. melakukannya, kemudian meriwayatkannya kepada kita. 3. Sunnah Taqriyyah ialah sunnah di mana Rasulullah saw. tidak melakukannya langsung, juga tidak pernah memerintahkannya dengan lisannya, namun hanya mendiamkannya saja. Sunnah yang terakhir ini seringkali disebut dengan sunnah taqriyyah. Contohnya ialah beberapa amalan para sahabat yang telah kami kemukakan sebelumnya. Ditinjau dari kuantitas periwayatannya, as sunnah menurut hanafiyyin terbagi menjadi 3 macam 1. Mutawatir secara harfiah adalah Tatabu’ yaitu berurut, sedangkan secara istilah dalam Ilmu Hadis adalah berita yang diriwayatkan oleh orang banyak pada setiap tingkat mukharrij, yang menurut ukuran rasio dan kebiasaan mustahil (tidak mungkin) para periwayat yang jumlahnya banyak tersebut bersepakat terlebih dahulu untuk berdusta. Apabila dilihat dari defenisi di atas, dapat dikatakan bahwa para Sahabat yang menjadi rawi pertama suatu Hadis jumlahnya banyak, kemudian rawi kedua pada tingkat Tabi’in juga banyak, dan pada tingkat Tabi’ Tabi’in yang menjadi rawi ketiga juga tetap banyak jumlah periwayatnya, ataupun mungkin bertambah banyak dari yang lebih dahulu menerima Hadis tersebut dari sumbernya. Dengan jumlah periwayat Hadis yang banyak tersebut, menurut akal manusia, tidak mungkin orang yang
  • 11. banyak berkumpul bersepakat untuk bersama-sama membuat suatu kebohongan (dusta) untuk disampaikan kepada orang lain. 2. Ahad, Secara bahasa perkataan ahad sama dengan wahid yang artinya adalah satu. Dengan demikian khabar ahad atau khabar wahid adalah suatu berita yang disampaikan oleh satu orang. Hadis ahad adalah Hadis yang jumlah perawinya tidak mencapai jumlah perawi yang terdapat pada Hadis mutawatir dan masyhur. Bagi kalangan ulama yang membagi Hadis kepada tiga bahagian, yaitu Hadis mutawatir, Hadis masyhur dan Hadis ahad. Namun banyak para ulama yang membagi Hadis yang berdasarkan kuantitas perawi hanya kepada dua bahagian yaitu Hadis mutawatir dan Hadis ahad, sedangkan Hadis masyhur termasuk ke dalam Hadis ahad. Jadi Hadis ahad adalah Hadis yang diriwayatkan oleh rawi- rawi yang jumlahnya dalam thabaqat (lapisan) pertama, kedua atau ketiga dan seterusnya pada Hadis ahad itu, mungkin terdiri dari tiga orang atau lebih, dua atau seorang saja sehingga tidak mencukupi syarat untuk mencapai Hadis mutawatir. 3. Masyhur, Perkataan masyhur, secara bahasa adalah isim maf’ul dari syahara, yang artinya nyata. Sedangkan pengertian Hadis masyhur menurut istilah Ilmu Hadis adalah : ُ‫ر‬َ‫ث‬ْ‫ك‬َ‫أ‬َ‫ف‬ ٌ‫ة‬َ‫ث‬َ‫ال‬َ‫ث‬ ُ‫ه‬‫ا‬ َ‫و‬َ‫ار‬َ‫م‬ - ٍ‫ة‬َ‫ق‬َ‫ب‬َ‫ط‬ ِّ‫ل‬ُ‫ك‬ ‫ى‬ِ‫ف‬ – . ِ ‫ر‬ُ‫ت‬‫ا‬ َ‫و‬َّ‫ت‬‫ال‬ َّ‫د‬َ‫ح‬ ْ‫غ‬ُ‫ل‬ْ‫ب‬َ‫ي‬ ْ‫م‬َ‫ل‬‫ا‬َ‫م‬ Hadis yang diriwayatkan oleh tiga orang perawi atau lebih, pada setiap tingkatan sanad, selama tidak sampai kepada tingkat mutawatir. Berdasarkan defenisi di atas, dapat dipahami bahwa Hadis masyhur adalah Hadis yang memiliki perawi sekurang-kurangnya tiga orang, dari jumlah tersebut harus terdapat pada setiap tingkatan sanad. Menurut ulama Fiqh, Hadis masyhur itu adalah sama pengertiannya dengan Al mustafidh, sedangkan ulama yang lain membedakannya, yakni suatu Hadis dikatakan mustafidh bila jumlah rawi-rawinya tiga orang atau
  • 12. lebih sedikit, sejak dari thabaqat pertama sampai dengan thabaqat terakhir. Sedangkan Hadis masyhur lebih umum dari Hadis mustafidh, yakni yang jumlah rawi-rawinya dalam tiap-tiap tabaqat tidak harus selalu sama banyaknya, atau seimbang. Karena itu, dalam Hadis masyhur bisa terjadi jumlah rawi-rawinya dalam tabaqat pertama (sahabat), tabaqat kedua (tabi’in), tabaqat ketiga (tabi’ tabi’in) dan tingkat keempat (orang-orang setelah tabi’ tabi’in) dari seorang saja, baru kemudian jumlah rawi-rawinya dalam tabaqat kelima dan seterusnya banyak. Ditinjau dari segi kualitas haditsnya, as-sunnah terbagi menjadi 3 macam : 1. Hadits Shohih, adalah hadits yang diriwayatkan oleh Rawi yang adil, sempurna ingatan, sanadnya bersambung, tidak ber illat, dan tidak janggal. Illat hadits yang dimaksud adalah suatu penyakit yang samar-samar yang dapat menodai keshohehan suatu hadits 2. Hadits Hasan, adalah hadits yang diriwayatkan oleh rawi yang adil, tapi tidak begitu kuat ingatannya (hafalannya), bersambung sanadnya, dan tidak terdapat illat dan kejanggalan pada matannya. Hadits Hasan termasuk hadits yang makbul biasanya dibuat hujjah untuk sesuatu hal yang tidak terlalu berat atau tidak terlalu penting 3. Hadits Dhoif, adalah hadits yang kehilangan satu syarat atau lebih syarat- syarat hadits shohih atau hadits hasan. Hadits dhoif banyak macam ragamnya dan mempunyai perbedaan derajat satu sama lain, disebabkan banyak atau sedikitnya syarat-syarat hadits shohih atau hasan yang tidak dipenuhi Ditinjau dari segi redaksinya, terbagi menjadi 2 jenis : 1. Qudsi adalah firman atau perkataan Allah SWT, namun jenis firman Allah SWT yang tidak termasuk Al-Quran. Hadits qudsi tetap sebuah hadits, hanya saja Nabi Muhammad SAW menyandarkan hadits qudsi kepada Allah SWT.
  • 13. Maksudnya, perkataan Allah SWT itu diriwayatkan oleh Nabi Muhammad SAW dengan redaksi dari diri beliau sendiri. Bila seseorang meriwayatkan hadis qudsi, maka dia meriwayatkannya dari Rasulullah SAW dengan disandarkan kepada Allah, dengan mengatakan: Rasulullah SAW mengatakan mengenai apa yang diriwayatkannya dari Tuhannya`, atau ia mengatakan: Rasulullah SAW mengatakan: Allah Ta`ala telah berfirman atau berfirman Allah Ta`ala.` b. Nabawi adalah segala yang disandarkan kepada nabi Muhammad SAW, baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir atau sifat, yang berupa perkataan seperti perkataan Nabi SAW: Sesungguhnya sahnya amal itu disertai dengan niat. Dan setiap orang bergantung pada niatnya. Sedangkan yang berupa perbuatan ialah seperti ajaranya pada sahabat mengenai bagaimana caranya mengerjakan shalat, kemudian ia mengatakan: Shalatlah seperti kamu melihat aku melakukan shalat. D. Fungsi Sunnah Terhadap Al-Qur’an Ditinjau dari segi fungsinya, sunnah mempunyai hubungan yang sangat kuat dan erat sekali dengan al-Qur’an. Sunnah al-Nabawiyah mempunyaifungsi sebagai sebagai penafsir al-Qur’an dan menjelaskan kehendak-kehendak Allah swt. Dalam perintah dan hukum-hukum-Nya. Dan dika ditinjau dari segi dilalah- nya (indeksial)nya terhadap hukum-hukum yang dikandunng al-Qur’an, baik
  • 14. secara global maupun rinci, status sunnah dapat diklasifikasikan menjadi empat macam, yaitu :4 1. Sebagai pengukuh (ta’kid) terhadap ayat-ayat al-Qur’an Sunnah dikaitkan sebagai pengukuh ayat-ayat al-Qur’an apabila makna yang terkandung di dalamnya cocok dengan dengan makna yang terkandung di dalam ayat-ayat al-Qur’an. Nabi saw. bersabda : َ‫ف‬ ،ِ‫م‬ِ‫ل‬‫ا‬َّ‫ظ‬‫ل‬ِ‫ل‬ ‫ي‬ِ‫ل‬ْ‫م‬ُ‫ي‬ َ َّ ‫َّللا‬ َّ‫ن‬ِ‫إ‬ ‫ه‬ْ‫ت‬ِ‫ل‬ْ‫ف‬ُ‫ي‬ ْ‫م‬َ‫ل‬ ،ُ‫ه‬َ‫ذ‬َ‫خ‬َ‫أ‬ ‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫إ‬ [1] “Sesungguhnya Allah swt. memanjangkan kesempatan kepada orang- orang zalim, apabila Allah menghukumnya maka Allah tidak akan melepaskannya.” Hadist tersebut cocok dengan firman Allah swt. : َ‫ش‬ ٌ‫م‬‫ي‬ِ‫ل‬َ‫أ‬ ُ‫ه‬َ‫ذ‬ْ‫خ‬َ‫أ‬ َّ‫ن‬ِ‫إ‬ ٌ‫ة‬َ‫م‬ِ‫ل‬‫ا‬َ‫ظ‬ َ‫ي‬ِ‫ه‬ َ‫و‬ ‫ى‬َ‫ر‬ُ‫ق‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫ذ‬َ‫خ‬َ‫أ‬ ‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫إ‬ َ‫ك‬ِ‫ب‬َ‫ر‬ ُ‫ذ‬ْ‫خ‬َ‫أ‬ َ‫ك‬ِ‫ل‬َ‫ذ‬َ‫ك‬َ‫و‬ ٌ‫د‬‫ِي‬‫د‬ ٌ‫د‬‫ِي‬‫د‬َ‫ش‬ ٌ‫م‬‫ي‬ِ‫ل‬َ‫أ‬ ُ‫ه‬َ‫ذ‬ْ‫خ‬َ‫أ‬ َّ‫ن‬ِ‫إ‬ ٌ‫ة‬َ‫م‬ِ‫ل‬‫ا‬َ‫ظ‬ َ‫ي‬ِ‫ه‬ [2] “dan Begitulah azab Tuhanmu, apabila Dia mengazab penduduk negeri- negeri yang berbuat zalim. Sesungguhnya azab-Nya itu adalah sangat pedih lagi keras.” Hadis yang berfungsi sebagai pengukuh (penta’kid) ayat-ayat al-Qur’an jumlahnya banyak sekali, sperti hadis-hadis yang menunjukkan atas wajibnya shalat, zakat, haji, amal, berbuat baik, member maaf, dan sebagainya. 2. Sebagai penjelas terhadap maksud ayat-ayat al-Qur’an Hadist dalam fungsi ini terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu : 4 Amir Syarifuddin. 1990. Pembaharuan Pemikiran Dalam Hukum Islam. Padang. Angkasa Raya Padang. cetakan pertama hal 25-79
  • 15. a. Menjelaskan ayat-ayat mujmal Hadist dalam fungsi ini diantaranya ialah hadist yang menjelaskan sesuatu yang berhubungan dengan ibadah dan hukum-hukumnya, dari segi praktiknya, syarat, waktu, dan tatacaranya, seperti masalah salat dimana di dalam al- Qur’an tidak disebutkan secara rinci tentang bilangan rakaat, waktu, rukun, syarat, dan sebagainya. Tetapi semua itu dijelaskan oleh sunnah. b. Membatasi lafaz yang masih muthlaq dari ayat-ayat al-Qur’an Hadist yang membatasi kemutlakan lafaz dari ayat al-Qur’an ini ialah seperti hadis-hadis yang menjelaskan tentang lafaz al-Yad (tangan) yang terdapat dalam ayat al-Qur’an : ً ‫َال‬‫ك‬َ‫ن‬ ‫ا‬َ‫ب‬َ‫س‬َ‫ك‬ ‫ا‬َ‫م‬ِ‫ب‬ ً‫ء‬‫ا‬َ‫َز‬‫ج‬ ‫ا‬َ‫م‬ُ‫ه‬َ‫ي‬ِ‫د‬ْ‫ي‬َ‫أ‬ ‫وا‬ُ‫ع‬َ‫ط‬ْ‫ق‬‫ا‬َ‫ف‬ ُ‫ة‬َ‫ق‬ ِ ‫ار‬َّ‫س‬‫ال‬ َ‫و‬ ُ‫ق‬ ِ ‫ار‬َّ‫س‬‫ال‬ َ‫و‬ ٌ‫م‬‫ي‬ِ‫ك‬ََ ٌ‫يز‬ ِ ‫َز‬َ ُ َّ ‫َّللا‬َ‫و‬ ِ َّ ‫َّللا‬ ََِِ "laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." Bahwa yang dimaksud memotong tangan dalam ayat tersebut adalah tangan kanan dan pemotongannya adalah sampai pergelangan tangan, tidak sampai siku. c. Mengkhususkan ayat-ayat al-Qur’an yang bersifat umum Hadis dalam kategori ini ialah seperti hadis yang mengkhususkan makna zalim dalam firman Allah swt. : َ‫ون‬ُ‫د‬َ‫ت‬ْ‫ه‬ُِ ْ‫م‬ُ‫ه‬ َ‫و‬ ََُِْ ْ ‫اْل‬ ُ‫م‬ُ‫ه‬َ‫ل‬ َ‫ك‬ِ‫ئ‬َ‫ل‬‫و‬ُ‫أ‬ ٍ‫م‬ْ‫ل‬ُ‫ظ‬ِ‫ب‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬َ‫ن‬‫ا‬َ‫م‬‫ي‬ِ‫إ‬ ‫وا‬ُ‫س‬ِ‫ب‬ْ‫ل‬َ‫ي‬ ْ‫م‬َ‫ل‬َ‫و‬ ‫وا‬ُ‫ن‬َِ‫آ‬ ََ‫ي‬ِ‫ذ‬َّ‫ل‬‫ا‬ [3] “ orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka Itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.”
  • 16. Bahwa yang dimaksud zalim pada ayat tersebut adalah menyekutukan Allah. Peristiwanya ialah sewaktu ayat tersebut turun, sebagian sahabat mengira bahwa yang dimaksud zalim pada ayat tersebut ialah zalim dalam arti umum, sehingga dia berucap, “Siapakah diantara kita yang tidak pernah berbuat zalim?” kemudian Nabi saw. menjawab, “Bukan itu yang dimaksud, tetapi yang dimaksud zalim pada ayat itu ialah menyekutukan Tuhan (syirik).” d. Menjelaskan makna lafaz yang masih kabur Diantaranya ialah seperti hadis yang menjelaskan makna dua lafaz “al- Khaithu” dalam firman Allah swt. : ُ‫ه‬َ‫ل‬ ٌ‫اس‬َ‫ب‬ِ‫ل‬ ْ‫م‬ُ‫ت‬ْ‫ن‬َ‫أ‬ َ‫و‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ل‬ ٌ‫اس‬َ‫ب‬ِ‫ل‬ ََُّ‫ه‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ِ‫ئ‬‫ا‬َ‫س‬ِ‫ن‬ ‫ى‬َ‫ل‬ِ‫إ‬ ُ‫ث‬َ‫ف‬َّ‫الر‬ ِ‫ام‬َ‫ي‬ ِ ‫الص‬ َ‫ة‬َ‫ل‬ْ‫ي‬َ‫ل‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ل‬ َّ‫ل‬ َُِ‫أ‬ ََّ َ‫ن‬ ْ ‫اْل‬َ‫ف‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ْ‫ن‬ََ ‫ا‬َ‫ف‬ََ َ‫و‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ْ‫ي‬َ‫ل‬ََ َ‫اب‬َ‫ت‬َ‫ف‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫س‬ُ‫ف‬ْ‫ن‬َ‫أ‬ َ‫ون‬ُ‫ن‬‫ا‬َ‫ت‬ْ‫خ‬َ‫ت‬ ْ‫م‬ُ‫ت‬ْ‫ن‬ُ‫ك‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َّ‫ن‬َ‫أ‬ ُ َّ ‫َّللا‬ َ‫م‬ِ‫ل‬ََ ُ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ل‬ َََّ‫ي‬َ‫ب‬َ‫ت‬َ‫ي‬ ‫ى‬َّ‫ت‬ََ ‫وا‬ُ‫ب‬َ‫ْر‬‫ش‬‫ا‬ َ‫و‬ ‫وا‬ُ‫ل‬ُ‫ك‬َ‫و‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ل‬ ُ َّ ‫َّللا‬ َ‫ب‬َ‫ت‬َ‫ك‬ ‫ا‬َِ ‫وا‬ُ‫غ‬َ‫ت‬ْ‫ب‬‫ا‬ َ‫و‬ ََُّ‫ه‬‫و‬ُ‫ر‬ِ‫ش‬‫ا‬َ‫ب‬ ُ‫ط‬ْ‫ي‬َ‫خ‬ْ‫ل‬‫ا‬ ََِِ ُ‫ض‬َ‫ي‬ْ‫ب‬َ ْ ‫اْل‬ ِ‫ْط‬‫ي‬َ‫خ‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫و‬ْ‫س‬َ ْ ‫اْل‬ َ ‫ل‬َ‫و‬ ِ‫ل‬ْ‫ي‬َّ‫ل‬‫ال‬ ‫ى‬َ‫ل‬ِ‫إ‬ َ‫م‬‫ا‬َ‫ي‬ ِ ‫الص‬ ‫وا‬ُّ‫م‬ِ‫ت‬َ‫أ‬ َّ‫م‬ُ‫ث‬ ِ ‫ر‬ْ‫ج‬َ‫ف‬ْ‫ل‬‫ا‬ ََِِ ِ‫د‬ َ‫ك‬ِ‫ل‬َ‫ذ‬َ‫ك‬ ‫ا‬َ‫ه‬‫و‬ُ‫ب‬َ‫ر‬ْ‫ق‬َ‫ت‬ َ ‫َل‬َ‫ف‬ ِ َّ ‫َّللا‬ ُ‫د‬‫ُو‬‫د‬َُ َ‫ك‬ْ‫ل‬ِ‫ت‬ ِ‫د‬ ِ‫اج‬َ‫س‬َ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ َ‫ون‬ُ‫ف‬ِ‫ك‬‫َا‬َ ْ‫م‬ُ‫ت‬ْ‫ن‬َ‫أ‬ َ‫و‬ ََُّ‫ه‬‫و‬ُ‫ر‬ِ‫ش‬‫ا‬َ‫ب‬ُ‫ت‬ َ‫ون‬ُ‫ق‬َّ‫ت‬َ‫ي‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬َّ‫ل‬َ‫ع‬َ‫ل‬ ِ ‫اس‬َّ‫ن‬‫ل‬ِ‫ل‬ ِ‫ه‬ِ‫ت‬‫ا‬َ‫ي‬‫آ‬ ُ َّ ‫َّللا‬ َُِ‫ي‬َ‫ب‬ُ‫ي‬ "Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi ma'af kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan Makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, Yaitu fajar. kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf dalam mesjid. Itulah larangan Allah, Maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa."
  • 17. Peristiwanya ialah sebagian sahabat ada yang mengira bahwa yang dimaksud dengan benang dalam ayat itu ialah tali yang berwarna hitam dan putih. Kemudian Nabi saw. bersabda, bahwa yang dimaksud ialah terangnya siang dan gelapnya malam. 3. Menetapkan hukum yang tidak disebutkan dalam al-Qur’an Contoh sunnah semacam ini banyak sekali, seperti hadis-hadis yang menetapkan hukum haram mengawini (poligami) seorang perempuan beserta bibinya, riba fadhl, dan makandaging himar piaraan.
  • 18. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan As-sunnah adalah segala sesuatu yang diberitakan dari Nabi SAW., baik berupa sabda, perbuatan, taqrir, sifat-sifat maupun hal ihwal Nabi. As-Sunnah atau Al-Hadis adalah sumber hukum Islam kedua setelah Alquran, berupa perkataan (sunnah qauliyah), perbuatan (sunnah fi’liyah) dan sikap diam (sunnah taqririyah atau sunnah sukutiyah) Rasulullah yang tercatat (sekarang) dalam kitab-kitab hadis. Ia merupakan penafsiran serta penjelasan otentik tentang Alquran. Melalui kitab-kitab hadis, seorang Muslim mengenal nabi dan isi Alquran. Tanpa As-Sunnah sebagian besar isi Alquran akan tersembunyi dari mata manusia. Seorang Muslim yang baik akan selalu mempergunakan Alquran dan As-Sunnah atu Al-Hadis sebagai pegangan hidupnya, mengikuti pesan nabi pada waktu melakukan haji perpisahan sebelum beliau wafat. Fungsi As-sunnah dapat diklasifikasikan menjadi empat macam, yaitu sebagai pengukuh (ta’kid) terhadap ayat-ayat al-Qur’an, sebagai penjelas terhadap maksud ayat-ayat al-Qur’an, dan menetapkan hukum yang tidak disebutkan dalam al-Qur’an
  • 19. DAFTAR PUSTAKA Amir Syarifuddin. 1990. Pembaharuan Pemikiran Dalam Hukum Islam. Padang. Angkasa Raya Padang. Dr. H. Sulaiman Abdullah. 2004. Sumber Hukum Islam. Jakarta. Sinar Grafika. Mohammad Daud Ali.1990. ASAS-ASAS HUKUM ISLAM. Jakarta. Rajawali pers. Mohammad Daud Ali . 2009. HukumIslam, Pengantar Ilmu Hukum dan Tatahukum Islam di Indonesia. Jakart . Rajawali Pers.