Syar'u man qablana (hukum agama terdahulu) dibagi menjadi tiga kategori dalam Islam: 1) yang telah dinaskhkan, 2) yang diwarisi, dan 3) yang statusnya tidak jelas dalam al-Quran dan hadis. Kategori ketiga ini menimbulkan perbedaan pendapat ulama tentang apakah masuk syariat Islam atau tidak. Sebagian mengatakan masuk, sebagian lagi tidak karena tidak ada dalil tegas. Perbedaan ini menjadi inti
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Dokumen tersebut membahas tentang konsep nasikh dan mansukh dalam ilmu tafsir Al-Quran, termasuk definisi, ruang lingkup, dan dalil-dalil yang mendukungnya.
2) Dibahas pula pendapat berbagai pihak tentang keabsahan konsep nasikh mansukh, serta contoh-contoh nasikh mansukh yang ada dalam Al-Quran.
3) Tujuan dokumen tersebut adalah untuk me
Hadis ini menjelaskan pentingnya shalat berjamaah. Nabi Muhammad saw bersabda bahwa dia ingin memerintahkan seorang laki-laki untuk memotong kayu bakar, kemudian meniupkan azan, lalu memerintahkan orang untuk shalat. Ini untuk menunjukkan bahwa shalat berjamaah lebih utama daripada meninggalkannya hanya karena alasan pribadi.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang pengertian Nasikh dan Mansukh dalam Al-Qur'an menurut para ulama, termasuk syarat-syarat, ruang lingkup, dan contoh-contoh ayat Al-Qur'an yang diyakini mengalami nasikh.
2. Dibahas pula pembagian nasikh menjadi tiga, yaitu antara Al-Qur'an dengan Al-Qur'an, Al-Qur'an dengan sun
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Dokumen tersebut membahas tentang konsep nasikh dan mansukh dalam ilmu tafsir Al-Quran, termasuk definisi, ruang lingkup, dan dalil-dalil yang mendukungnya.
2) Dibahas pula pendapat berbagai pihak tentang keabsahan konsep nasikh mansukh, serta contoh-contoh nasikh mansukh yang ada dalam Al-Quran.
3) Tujuan dokumen tersebut adalah untuk me
Hadis ini menjelaskan pentingnya shalat berjamaah. Nabi Muhammad saw bersabda bahwa dia ingin memerintahkan seorang laki-laki untuk memotong kayu bakar, kemudian meniupkan azan, lalu memerintahkan orang untuk shalat. Ini untuk menunjukkan bahwa shalat berjamaah lebih utama daripada meninggalkannya hanya karena alasan pribadi.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang pengertian Nasikh dan Mansukh dalam Al-Qur'an menurut para ulama, termasuk syarat-syarat, ruang lingkup, dan contoh-contoh ayat Al-Qur'an yang diyakini mengalami nasikh.
2. Dibahas pula pembagian nasikh menjadi tiga, yaitu antara Al-Qur'an dengan Al-Qur'an, Al-Qur'an dengan sun
Dokumen tersebut membahas pandangan Syi'ah yang mengkafirkan umat Islam selain pengikut Syi'ah, berdasarkan pendapat beberapa ulama Syi'ah. Dokumen ini juga menjelaskan pandangan ulama Ahlus Sunnah mengenai hadis Ghadir Khum yang digunakan Syi'ah sebagai dalil pelantikan Ali sebagai khalifah, dan menyimpulkan bahwa hadis tersebut tidak jelas menunjukkan pelantikan kepemimpinan.
Makalah ini membahas tentang Al-Qur'an yang mencakup 3 poin utama:
1. Pengertian Al-Qur'an sebagai kitab suci umat Islam yang diturunkan kepada Nabi Muhammad.
2. Proses turunnya Al-Qur'an secara bertahap kepada Nabi Muhammad melalui malaikat Jibril.
3. Kodifikasi Al-Qur'an yang meliputi penghafalan dan penulisan Al-Qur'an secara keseluruhan.
Dokumen tersebut membahas tentang definisi dan filsafat puasa menurut pandangan Islam, macam-macam puasa menurut madzhab, syarat, rukun dan yang membatalkan puasa menurut madzhab Syafi'i, manfaat dan tujuan puasa, sejarah puasa, dan sejarah diwajibkannya puasa Ramadhan kepada umat Islam.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Hadits merupakan sumber hukum Islam selain Al-Quran. Hadits mencakup perkataan, perbuatan, dan ketetapan Nabi Muhammad SAW. Hadits berperan memperkuat hukum Al-Quran, menjelaskan ayat-ayatnya, dan menetapkan hukum baru yang tidak tercakup dalam Al-Quran. Kedudukan Hadits sangat penting dalam memahami dan menerapkan syariat Islam.
Dokumen tersebut membahas tentang ruang toleransi dalam Islam. Beberapa poin utama yang diangkat antara lain multi interpretasi teks syariat Islam, pertimbangan situasi dan kondisi masa dalam mengeluarkan fatwa, serta karakteristik syariat Islam yang bersumber dari Allah SWT, mencakup segala aspek kehidupan manusia, dan berlaku untuk selamanya.
Dokumen tersebut membahas tentang fungsi Al-Quran dan hadis. Al-Quran berfungsi sebagai petunjuk, pembeda antara yang benar dan salah, obat, dan nasehat. Sedangkan hadis berfungsi sebagai sumber hukum Islam kedua setelah Al-Quran, menguatkan hukum Al-Quran, menjelaskan hukum yang bersifat umum, dan menetapkan hukum baru. Dokumen ini juga menjelaskan pentingnya memahami agama Islam
Teks tersebut membahas tentang sikap toleransi antaragama berdasarkan ayat Al Quran dan hadis Nabi. Ayat Al Quran menganjurkan untuk memelihara kehidupan manusia tanpa memandang agamanya, sedangkan hadis Nabi mengajarkan untuk mencintai dan menghormati tetangga Muslim maupun non-Muslim."
Dokumen tersebut membahas pengertian Al-Quran secara etimologis dan terminologis, serta perbedaannya dengan hadis qudsi. Secara etimologis, Al-Quran berarti bacaan atau yang dibaca, sedangkan secara terminologis para ulama memberikan definisi beragam tentang Al-Quran sebagai kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. Al-Quran berbeda dengan hadis qudsi dalam aspek redaksinya, status kemutawatirannya
Tafsir Al azhar 109 al kaafirun
Tafsir Al azhar 109 al kaafirun
Tafsir Al azhar 109 al kaafirun
Tafsir Al azhar 109 al kaafirun
Tafsir Al azhar 109 al kaafirun
Makalah ini membahas tentang konsep nasikh dan mansukh dalam Al Quran. Nasikh adalah ayat yang menghapus hukum syara' yang sebelumnya, sedangkan mansukh adalah hukum syara' yang dihapus. Terdapat berbagai pendapat ulama tentang cakupan dan syarat nasikh."
Al-Qur'an merupakan kitab suci umat Islam yang berisi petunjuk, berita, hukum, dan ajakan berjuang. Al-Qur'an memiliki berbagai fungsi seperti memberikan petunjuk, berita, hukum syariat, pendidikan, dan ilmu pengetahuan.
Islam adalah pedoman hidup yang mengatur hubungan manusia dengan Allah SWT, diri sendiri, sesama, dan alam sekitar berdasarkan ajaran agama (aqidah), hukum (syariah), dan akhlak yang baik."
Dokumen tersebut membahas pandangan Syi'ah yang mengkafirkan umat Islam selain pengikut Syi'ah, berdasarkan pendapat beberapa ulama Syi'ah. Dokumen ini juga menjelaskan pandangan ulama Ahlus Sunnah mengenai hadis Ghadir Khum yang digunakan Syi'ah sebagai dalil pelantikan Ali sebagai khalifah, dan menyimpulkan bahwa hadis tersebut tidak jelas menunjukkan pelantikan kepemimpinan.
Makalah ini membahas tentang Al-Qur'an yang mencakup 3 poin utama:
1. Pengertian Al-Qur'an sebagai kitab suci umat Islam yang diturunkan kepada Nabi Muhammad.
2. Proses turunnya Al-Qur'an secara bertahap kepada Nabi Muhammad melalui malaikat Jibril.
3. Kodifikasi Al-Qur'an yang meliputi penghafalan dan penulisan Al-Qur'an secara keseluruhan.
Dokumen tersebut membahas tentang definisi dan filsafat puasa menurut pandangan Islam, macam-macam puasa menurut madzhab, syarat, rukun dan yang membatalkan puasa menurut madzhab Syafi'i, manfaat dan tujuan puasa, sejarah puasa, dan sejarah diwajibkannya puasa Ramadhan kepada umat Islam.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Hadits merupakan sumber hukum Islam selain Al-Quran. Hadits mencakup perkataan, perbuatan, dan ketetapan Nabi Muhammad SAW. Hadits berperan memperkuat hukum Al-Quran, menjelaskan ayat-ayatnya, dan menetapkan hukum baru yang tidak tercakup dalam Al-Quran. Kedudukan Hadits sangat penting dalam memahami dan menerapkan syariat Islam.
Dokumen tersebut membahas tentang ruang toleransi dalam Islam. Beberapa poin utama yang diangkat antara lain multi interpretasi teks syariat Islam, pertimbangan situasi dan kondisi masa dalam mengeluarkan fatwa, serta karakteristik syariat Islam yang bersumber dari Allah SWT, mencakup segala aspek kehidupan manusia, dan berlaku untuk selamanya.
Dokumen tersebut membahas tentang fungsi Al-Quran dan hadis. Al-Quran berfungsi sebagai petunjuk, pembeda antara yang benar dan salah, obat, dan nasehat. Sedangkan hadis berfungsi sebagai sumber hukum Islam kedua setelah Al-Quran, menguatkan hukum Al-Quran, menjelaskan hukum yang bersifat umum, dan menetapkan hukum baru. Dokumen ini juga menjelaskan pentingnya memahami agama Islam
Teks tersebut membahas tentang sikap toleransi antaragama berdasarkan ayat Al Quran dan hadis Nabi. Ayat Al Quran menganjurkan untuk memelihara kehidupan manusia tanpa memandang agamanya, sedangkan hadis Nabi mengajarkan untuk mencintai dan menghormati tetangga Muslim maupun non-Muslim."
Dokumen tersebut membahas pengertian Al-Quran secara etimologis dan terminologis, serta perbedaannya dengan hadis qudsi. Secara etimologis, Al-Quran berarti bacaan atau yang dibaca, sedangkan secara terminologis para ulama memberikan definisi beragam tentang Al-Quran sebagai kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. Al-Quran berbeda dengan hadis qudsi dalam aspek redaksinya, status kemutawatirannya
Tafsir Al azhar 109 al kaafirun
Tafsir Al azhar 109 al kaafirun
Tafsir Al azhar 109 al kaafirun
Tafsir Al azhar 109 al kaafirun
Tafsir Al azhar 109 al kaafirun
Makalah ini membahas tentang konsep nasikh dan mansukh dalam Al Quran. Nasikh adalah ayat yang menghapus hukum syara' yang sebelumnya, sedangkan mansukh adalah hukum syara' yang dihapus. Terdapat berbagai pendapat ulama tentang cakupan dan syarat nasikh."
Al-Qur'an merupakan kitab suci umat Islam yang berisi petunjuk, berita, hukum, dan ajakan berjuang. Al-Qur'an memiliki berbagai fungsi seperti memberikan petunjuk, berita, hukum syariat, pendidikan, dan ilmu pengetahuan.
Islam adalah pedoman hidup yang mengatur hubungan manusia dengan Allah SWT, diri sendiri, sesama, dan alam sekitar berdasarkan ajaran agama (aqidah), hukum (syariah), dan akhlak yang baik."
Syariat Islam adalah hukum yang diturunkan Allah melalui Muhammad untuk menuntun manusia meraih kebahagiaan dunia akhirat. Syariat diperlukan karena manusia memiliki kebutuhan hidup tetapi lemah menentukan baik buruk, sehingga perlu pedoman tentang status hukum tindakan dan benda. Hanya Allah sebagai pencipta yang berhak menetapkan hukum ini.
tahun ajaran 2013-2014 semester I
kelas XII IPA II | Madrasah Aliyah Negeri 1 Rantau
nama : Risma Amalia dan Muhammad Maulana abdillah
guru pembimbing : Bapak Hilal Najmi
Dokumen tersebut membahas tentang syariat yang ada sebelum syariat Islam. Terdapat beberapa poin penting yang diangkat, yaitu:
1. Pengertian syariat yang ada sebelum syariat Islam (syara' man qablana) dan contoh-contohnya.
2. Pandangan ulama tentang syara' man qablana, apakah masih berlaku atau tidak untuk umat Islam.
3. Kesimpulan bahwa pandangan yang lebih kuat menyatakan bahwa syara' man q
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian sumber hukum Islam, khususnya Al-Quran dan hadis sebagai sumber hukum utama dalam Islam. Al-Quran dijelaskan sebagai wahyu Allah yang merupakan pedoman utama bagi umat Islam, sedangkan hadis merupakan sumber kedua yang menjelaskan lebih lanjut hukum-hukum yang belum dijelaskan secara rinci dalam Al-Quran. Dokumen ini juga menjelaskan ber
Makalah ini membahas tentang fenomena penolakan terhadap sunnah Nabi Muhammad SAW sebagai sumber hukum kedua setelah al-Qur'an. Terdapat tiga kelompok penolak sunnah yaitu yang menolak seluruh hadis, yang hanya menerima hadis yang disebutkan dalam al-Qur'an, dan yang hanya menerima hadis mutawatir. Fenomena ini sudah ada sejak zaman klasik dan berlanjut hingga zaman modern di Mesir, Pakistan, dan Malaysia
Hukum Islam dan kontribusi umat Islam memberikan tiga poin utama:
1. Hukum Islam bersumber dari Al-Quran dan Sunnah Nabi Muhammad SAW serta ijtihad ulama.
2. Hukum Islam berlandaskan prinsip-prinsip seperti persamaan, kemaslahatan, keadilan, dan tidak memberatkan.
3. Umat Islam telah banyak berkontribusi dalam pengembangan sistem hukum di Indonesia, seperti dalam pembentukan KUHP.
Dokumen tersebut membahas tentang sumber hukum Islam yang terdiri dari Al Qur'an, Hadis, dan Ijtihad. Al Qur'an merupakan sumber utama yang berisi ajaran-ajaran Islam, diikuti oleh Hadis sebagai sumber kedua yang memperjelas dan melengkapi Al Qur'an. Ijtihad memungkinkan untuk menetapkan hukum baru berdasarkan prinsip-prinsip Islam ketika Al Qur'an dan Hadis tidak mengatur secara
Dokumen tersebut membahas tentang sumber hukum Islam yang terdiri dari Al Quran, hadis, dan ijtihad. Al Quran dijelaskan sebagai sumber utama yang berisi ajaran-ajaran Islam, diikuti oleh hadis sebagai sumber kedua yang memperjelas dan melengkapi Al Quran. Ijtihad didefinisikan sebagai upaya untuk mengeluarkan hukum-hukum Islam berdasarkan sumber-sumber tersebut dan digunakan untuk masalah-mas
Sumber Dasar Pengaturan Hukum Pidana Islamswirawan
Dokumen tersebut membahas sumber-sumber hukum pidana Islam yang terdiri atas al-Quran, hadis, dan ijtihad. Al-Quran merupakan sumber utama, sedangkan hadis memperjelas dan memperinci hukum yang masih global dalam al-Quran. Ijtihad digunakan untuk menetapkan hukum yang belum diatur secara tegas dalam sumber-sumber sebelumnya dengan menggunakan metode ijma, qiyas, dan lainnya.
Dokumen tersebut membahas tentang sumber hukum Islam yang terdiri dari Al Qur'an, Hadis, dan Ijtihad. Al Qur'an dijelaskan sebagai sumber utama yang berisi ajaran-ajaran Islam, diikuti oleh Hadis sebagai sumber kedua yang memperjelas dan melengkapi Al Qur'an. Ijtihad digunakan untuk menetapkan hukum baru berdasarkan prinsip-prinsip yang terkandung dalam kedua sumber utama terse
Dokumen tersebut membahas tentang sumber hukum Islam yang terdiri dari Al Qur'an, Hadis, dan Ijtihad. Al Qur'an dijelaskan sebagai sumber utama yang berisi ajaran-ajaran Islam, diikuti oleh Hadis sebagai sumber kedua yang memperjelas dan melengkapi Al Qur'an. Ijtihad digunakan untuk menetapkan hukum baru berdasarkan prinsip-prinsip yang terkandung dalam kedua sumber utama terse
Al-Quran memberikan petunjuk dalam persoalan akidah, syariah, dan akhlak. Turunnya Al-Quran dibagi menjadi tiga periode: periode pertama memberikan pendidikan untuk Rasulullah dan pengetahuan dasar tentang Allah, periode kedua menghadapi tantangan dari kaum musyrik, periode ketiga mewujudkan masyarakat Islam di Madinah.
This document discusses several key aspects of second language learning. It states that language learning is an active process that requires learners to use knowledge, not just possess it. It also involves psycho-motor and language processing activities. Language learning is a decision-making process where learners must determine what is new, relevant information. It is not just a matter of linguistic knowledge, but also involves matching conceptual abilities to the language. Learning a second language can be challenging when one's subject knowledge is high but linguistic knowledge is low, as in ESP.
This document discusses the use of instructional media in teaching and learning. It explains that media should be used with guiding principles about how learners will process the experiences contained in the media. Without a theoretical rationale, using specific materials may become mechanical. The document also discusses developing conceptual bases for choosing media and materials based on understanding how media relates to the learning process, the attributes of different media, and communication models. Finally, it notes that learning effectiveness depends not only on the selected media but also how the learner processes the information presented.
Dokumen tersebut merangkum desain silabus, rencana pelajaran, dan bahan ajar untuk mata pelajaran bahasa Inggris. Terdapat standar kompetensi, indikator pencapaian, alokasi waktu, dan referensi yang disediakan. Rencana pembelajaran mencakup kegiatan membaca teks, fokus kosa kata, latihan kosa kata, pembentukan kalimat, komunikasi lisan, dan tulisan. Beberapa teknik yang disebutkan
To evaluate materials effectively, one must first define evaluation criteria based on the needs of the course. Both subjective and objective analysis should then be used to analyze how well materials meet the criteria. This involves subjectively determining desired criteria fulfillment and objectively analyzing how the materials realize the criteria. Finally, materials are matched to needs by assessing how closely the materials fulfill the defined criteria.
The document discusses the evolution of ESP (English for Specific Purposes) as an approach to language teaching. It notes there have been shifts in ESP theory and practice over time, with different stages focusing on linguistic aspects, but all taking an essentially language-centered approach. ESP is defined as not a product or variety of English, but rather an approach where all decisions around content and method are based on meeting the specific needs of learners. The document outlines various branches of ESP including English for academic, occupational, and vocational purposes.
This document discusses different approaches to language description and analysis throughout history. It begins by explaining that language description breaks down a language system to describe grammar and generate sentences. Next, it outlines some traditional and modern approaches, including structural linguistics, transformational generative grammar, and language variation analysis. Finally, it discusses how language variation analysis led to the development of English for Specific Purposes based on identifying language features associated with specific contexts.
The document discusses the evolution of English for Specific Purposes (ESP) through three main phases: 1) expanding demand for English to suit particular needs, 2) developments in linguistics, and 3) educational psychology. It describes approaches such as register analysis, discourse analysis, target situation analysis, and a learning-centered approach that place learner needs at the center of course design. ESP analysis and teaching materials have shifted focus from sentence-level grammar to discourse patterns and organizational structures in texts.
This document discusses different approaches to course design for teaching English for specific purposes. It describes language-centered course design, which directly connects the analysis of students' target language situations to course content. It also covers skills-centered design, which focuses on the underlying skills and strategies students use to communicate. Additionally, it mentions learning-centered design, which views learning as determined by students and how they make sense of new information. The key aspects of effective course design involve understanding students' language needs and situations, selecting an appropriate theoretical approach, and creating a syllabus, materials, and evaluations.
This document discusses different approaches to language description and analysis throughout history. It begins by explaining that language description breaks down a language system to describe grammar and generate sentences. Next, it outlines some traditional and modern approaches, including structural linguistics, transformational generative grammar, and language variation analysis. Finally, it discusses how language variation analysis led to the development of English for Specific Purposes based on identifying language features of different contexts.
To evaluate materials effectively, one must first define evaluation criteria based on the needs of the course. Both subjective and objective analysis should then be used to analyze how well materials meet the criteria. This involves subjectively determining desired criteria fulfillment and objectively analyzing how the materials realize the criteria. Finally, materials are matched to needs by assessing how closely the materials fulfill the defined criteria.
The document discusses the evolution of ESP (English for Specific Purposes) as an approach to language teaching. It notes there have been shifts in ESP theory and practice over time, with different stages focusing on linguistic aspects, but all taking an essentially language-centered approach. ESP is defined as not a product or variety of English, but an approach where all decisions around content and method are based on meeting the specific needs of learners. The document outlines various branches of ESP including English for academic, occupational, and vocational purposes.
This document discusses different approaches to language description and analysis throughout history. It describes traditional grammar, structural linguistics, transformational generative grammar, and language variation and register analysis. Transformational generative grammar argued that structural descriptions were too superficial because they only described surface structure and not deeper relationships of meaning. The concept of language variation led to the development of English for Specific Purposes, which analyzed registers of language associated with specific contexts such as fields of knowledge.
The document discusses the history and development of drama across different cultures and time periods. It begins with an overview of Greek drama and its origins in dithyrambs honoring Dionysus. It then covers the developments of tragedy, comedy, and satire in ancient Greece. Next it discusses the traditions of drama in Rome, the Middle Ages focusing on religious plays, and the Renaissance with a focus on developments in Italy, France, Spain, and England. It concludes with an overview of 18th century sentimental comedy and the rise of realism and melodrama in the 19th century.
This document discusses different approaches to course design for teaching English for specific purposes. It describes language-centered course design, which directly connects the analysis of students' target language situations to course content. It also covers skills-centered design, which focuses on the underlying skills and strategies students use to communicate. Additionally, it mentions learning-centered design, which views learning as determined by students and how they make sense of new information. The key aspects of effective course design involve understanding students' language needs and situations, selecting an appropriate theoretical approach, and creating a syllabus, materials, and evaluations.
1. C. KEHUJJAHAN SYAR”U MAN QABLANA ( (حجية شرع من قبلنا في الشريعةالإسلامية
Pembagian syar’u Man Qablana dan contohnya :
Syar’u Man Qablana dibagi menjadi dua bagian. Pertama, setiap hukum syariat dari
umat terdahulu namun tidak disebutkan dalam al-Qur’an dan al-Sunnah. Ulama’
sepakat bahwa macam pertama ini jelas tidak termasuk syariat Islam.Kedua, setiap
hukum syariat dari umat terdahulu namun disebutkan dalam al-Qur’an dan al-Sunnah.
Pembagian kedua ini diklasifikasi menjadi tiga :
a. Ajaran agama terdahulu yang telah dihapuskan oleh syariat Islam(dimansukh).
Ajaran agama terdahulu tersebut tidak termasuk syariat agama Islam menurut
kesepakatan semua ulama.
Misalnya Q.S. al-An’am ayat 146 yang artinya sebagai berikut :
“Dan kepada orang-orang Yahudi, Kami haramkan segala binatang yang berkuku. Sedangkan
dari sapi dan domba, Kami haramkan atas mereka lemak dari kedua binatang itu, selain lemak
yang melekat di punggung keduanya atau yang di perut besar dan usus atau yang bercampur
dengan tulang. Demikianlah Kami hukum mereka disebabkan kedurhakaan mereka, dan
sesungguhnya Kami adalah Maha Benar”.
Berdasarkan pesan dalam ayat di atas, umat Muhammad yang ingin menebus
dosa cukup berhenti melakukan perbuatan yang dipandang memiliki konsekuensi
dosa dan menyesali perbuatan yang telah dilakukan dengan dibuktikan secara nyata
adanya tekad yang terealisasi secara empiris bahwa perbuatan dosa tersebut tidak
diulangi lagi. Begitu juga dengan kotoran yang dipandang najis apabila mengenai
salah satu pakaian. Dalam syari’at terdahulu pakaian tersebut harus dipotong sesuai
dengan bagian pakaian yang kena najis. Namun setelah Islam lahir, kewajiban seperti
ini tidak ditetapkan kepada Nabi Muhammad dan umatnya. Kenyataan ini dapat
dilihat pada Q.S. 74: 4 (yang artinnya: Dan pakaianmu bersihkanlah).
Berdasarkan ayat-ayat Alqur’an di atas, para ahli usul al-fiqh dapat menentukan
dengan mudah bahwa syar’u man Qablana semacam itu sudah tidak berlaku lagi
karena telah dibatalkan atau diganti (mansukh) oleh ayat Alqur’an sendiri yang nota
bene merupakan syari’at Nabi Muhammad
b. Ajaran yang ditetapkan diwarisi oleh syariat islam. Dianggap
syariat Islammelalui al-Qur’an dan al-Sunnah.
Contohnya perintah menjalankan puasa. Pada bentuk kedua ini justru Nabi
Muhammad dan umatnya mewarisi dan melanjutkan apa yang telah ditetapkan oleh
umat terdahulu. Di antara warisan hukum itu dapat dilihat pada Q.S. 2: 183 yang
terjemahnya sebagai berikut:
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas
orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”.
2. Warisan lain yang ditetapkan untuk umat Nabi Muhammad adalah perintah
berkurban yang sebelumnya pernah diwajibkan kepada Nabi Ibrahim. Ketentuan itu
tetap diberlakukan untuk Muhammad dan umatnya berdasarkan pernyataan Nabi
Muhammad sendiri melalui sabdanya:
“Berkurbanlah karena yang demikian itu adalah sunnah bapakmu, yaitu Ibrahim”.
c. Ajaran yang tidak ditetapkan oleh Syari’at islam.
a) Yang diberitakan kepada Islam baik melalui al-Qur'an atau as-Sunnah, tetapi tidak tegas
diwajibkan kepada Islam sebagaimana diwajibkan kepada umat sebelum Islam.
Tidak ada penegasan dari syariat Islam apakah dinaskh atau dianggap sebagai syariat
Islam. Pembagian ketiga inilah yang menjadi inti pokok pembahasan dalil syara’
ini(Syar’u Man Qablana) :
Misalnya Q.S.5:32 yang menyebutkan:
Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa barang siapa yang
membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain atau bukan
karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia
seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah
dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Sesungguhnya telah datang kepada
mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian
banyak di antara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat
kerusakan di muka bumi.
Begitu juga pada Q.S. 5: 45 yang artinya sebagai berikut:
Dan Kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (Taurat) bahwasanya jiwa (dibalas)
dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan
gigi, dan luka-luka (pun) ada kisasnya. Barang siapa yang melepaskan (hak kisas)-nya, maka
melepaskan hak itu (menjadi) penebus dosa baginya. Barangsiapa tidak memutuskan perkara
menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim.
Pada kedua ayat di atas terlihat dengan jelas bahwa Tuhan menceritakan adanya
kewajiban kepada Bani Israil hukum yang tercatat dalam Taurat. Namun tidak
menjelaskan apakah ketentuan itu berlaku juga terhadap umat Islam atau tidak. Tidak
adanya kejelasan pada ayat itu menimbulkan berbagai pertanyaan di kalangan para
ahli usul al-fiqh, apakah hal tersebut diberlakukan juga untuk umat Islam atau tidak
mengingat ketentuan itu terdapat di dalam Alqur’an yang nota bene merupakan
Islamb suci umat Islam.
Berkaitan dengan masalah tersebut, Bazdawi (t.t.: 232) mengatakan bahwa
syari’at terdahulu yang tidak ditemukan ketegasan pengamalannya bagi umat Islam
adalah tidak berlaku bagi umat Islam sampai ditemukannya dalil yang
mewajibkannya. Namun yang populer dari pendapat Bazdawi adalah tentang
anggapannya yang menyatakan bahwa ketentuan itu merupakan syari’at karena ia
dituliskan kembali dalam Alqur’an, sehingga ia telah menjadi syari’at Muhammad.
Hal ini ditanggapi berbeda oleh Hazm (1404, V: 149) yang mengatakan bahwa bentuk
syari’at seperti itu hanya merupakan nass atau teks semata yang tidak perlu
diamalkan.
Sedangkan Syairazi (1985: 34) mengatakan bahwa perbedaan tersebut tampak
semakin berkembang dengan adanya 3 kelompok yang berkiprah memberikan
3. pendapat yakni: 1) bukan sebagai syari’at umat Islam, 2) sebagai syari’at Islam,
kecuali adanya dalil yang membatalkannya, 3) semua syari’at terdahulu, baik syari’at
Ibrahim, syari’at Musa (kecuali yang telah di-naskholeh syari’at Isa), dan syari’at Isa
sendiri adalah syari’at Islam.
Pendapat Mazhab-mazhab terhadap permasalahan yang ke tiga ini :
a. Juhmuru al-Hanafiyah, Malikiyah dan sebagian kalangan Syafi’iyah mengatakan bahwa
hukum-hukum syariat umat sebelum Islam bilasoheh maka menjadi syariat bagi Islam,
tapi tinjauannya tetap melaluiWahyu dari Rasul bukan Islamb-Islamb mereka.
b. Asya’irah Mu’tazilah, Si’ah dan yang Rajih dari kalangan Syafi’ie mengatakan bahwa
syariat umat sebelumnya apabila tidak ditegaskan oleh syariat Islam, maka tidak
termasuk syariat Islam. Pendapat mereka ini diambil juga oleh al-Ghazali, al-Amudi,
al-Razi, Ibnu Hazm dankebanyakan para ulama’.
Ada empat dalil yang dibuat tendensi mereka, para ulama’ yang menganggap bahwa
syariat umat sebelum Islam adalah syariat Islam :
1. Syariat umat sebelum Islam adalah syariat Allah yang tidak ditegaskan kalausanya telah
dinasakh, karena itu Islam dituntut mengikutinya serta mengamalkan berdasarkan
firman Allah dalam surat al-An’am, ayat, 90, al-Nahl,ayat, 123 dan surat al-Syura, ayat,
13. Disebutkan juga bahwa Ibnu Abbas pernah melakukan Sujud Tilawah ketika
membaca salah satu ayat al-Quran dalam surat shod( ص) ayat 24.
2. kewajiban menqadho’i shalat Fardhu berdasarkan hadis nabi”Barangsiapa yang tertidur
atau lupa melakukan shalat maka Qadho’ilah kalau nanti sudah ingat” dan
ayat”Kerjakanlah shalat untuk mengingatku” yang disebutkan oleh Nabi secara
berurutan dengan hadis di atas. Ayat ini ditujukan pada Nabi Musa AS, karena itu
seandainya Nabi tidak dituntut untuk mengikuti syariat nabi sebelumnya niscaya
penyebutan ayat di atas tidak dapat memberikan faidah.
3. Ayat kelima dalam surat al-Ma’idah yang menyebutkan permasalahan Qishas. Ayat ini
dibuat tendensi oleh para ulama’ akan kewajibannya Qishas dalam syariat Islam.
4. Nabi itu senang untuk mencocoki Ahli al-Qitab dalam permasalahan yang belum
ditetapkan keberadaannya oleh Wahyu.
Ada empat dalil yang juga dipakai oleh mereka yang mengingkari syariat umat
sebelum Islam sebagai syariat Islam, yaitu :
1. Ketika Nabi mengutus Muadz Bin Jabal ke Yaman beliau menanyainya tentang apa
yang akan Muadz jadikan dalil ketika mau menghukumi suatu masalah. Sahabat
Muadz menjawab “aku akan memakai al-Quran dan hadis dan bila aku dalam
keduanya tidak mendapatkan jawaban permasalahan tersebut maka aku akan
berijtihad.
2. Firman Allah yang menunjukkan bahwa Allah telah menciptakan syariat dalam
masing-masing umat, baik umat Nabi Muhammad atau umat Nabi terdahulu.
3. Seandainya Nabi, umatnya wajib mengikuti syariat umat terdahulu, niscaya beliau
wajib mempelajari syariat tersebut.
4. 4. Syariat terdahulu adalah husus bagi umat tertentu, sementara syariat islam adalah
syariat umum yang menasakh syariat-syraiat terdahulu.
b) Yang tidak disebut-sebut (diceritakan) oleh syari'at Islam.