Dokumen tersebut membahas berbagai kelainan yang disebabkan oleh defisiensi hara pada tanaman kelapa sawit, termasuk gejala, penyebab, pencegahan, dan perlakuan untuk setiap kelainan. Kelainan-kelainan yang dijelaskan antara lain white stripe, orange frond, peat yellows, defisiensi tembaga, boron, dan kelainan genetik. Dokumen ini sangat berguna untuk mengenali gejala defisiensi hara pada kelapa sawit dan tindak
2. 5. White Stripe (ketidak seimbangan N/K)
Gejala
1. Garis-garis warna putih memanjang sepanjang helaian
daun, terjadi di kedua sisi tulang daun.
2. White stripe terjadi di bagian tengah dan atas tajuk
tanaman sawit
3. Lebar garis-garis meningkat dengan semakin jeleknya
kondisi
4. Pelepah yang menderita white stripe berat, bentuknya
meruncing mulai dari pangkal menuju ujung
5. Daun muda berdiri tegak sedangkan daun tua terkulai ke
bawah sehingga terlihat seperti huruf X
6. Produktifitas kelapa sawit menderita white stripe
menurun hingga 40%
4. Penyebab
1. Rasio N: K di daun > 2,5 (misal N > 2,5 %; K < 1,0%)
2. Terjadi defisiensi B
3. Pemupukan N berlebihan
4. Terjadi mineralisasi N dalam jumlah banyak, terutama
dijumpai di tanah mineral. Penyebab, leguminose LCC
mati akibat tajuk sawit sudah saling menutup kemudian
terdekomposisi
5. Persediaan N yang cukup banyak, terutama pada tanah
gambut dengan sistem drainase baik
Pencegahan
1. Analisis daun perlu dilakukan secara rutin untuk
mengetahui rasio N: K daun
5. Perlakuan
1. Pemupukan K dengan dosis 2,5 -4,5 kg KCl/ph/th yang
disertai penghentian pemupukan N
2. Jika dijumpai gejala white stripe pada tanaman muda
maka harus dilakukan pengaturan kembali program
pemupukan untuk periode berikutnya, yaitu dengan
meningkatkan dosis K dan menurunkan dosis N
3. Pada tanaman sudah menghasilkan, koreksi rasio N:K
yang tidak seimbang kerap kali memerlukan penambahan
pupuk B dengan dosis 50-100 g sodium borate/ph/th
6. 6. Orange Frond (defisiensi Mg)
Gejala Khas
Jika tanaman menderita defisiensi Mg maka daun-daun
yang terkena langsung sinar matahari warnanya berubah
menjadi kuning tetapi daun-daun yang ternaungi tetap
berwarna hijau
ipni.net
7. Deskripsi
1. Orange frond dijumpai pada daun pelepah tua. Mg dapat
bergerak dari daun tua ke daun muda
2. Gejala awal adalah timbulnya warna hijau kekuningan
yang berubah menjadi warna pucat kekuningan di bagian
ujung lembaran daun yang berumur lebih tua, terutama
yang langsung terkena cahaya matahari
3. Pada kondisi semakin berat, warna daun berubah menjadi
coklat kekuningan sampai kuning cerah dan akhirnya
mengering
4. Bagian-bagian daun yang menunjukkan gejala klorosis
pada tahap berikutnya mungkin akan diinvasi oleh
cendawan sekunder (misal Pestalotiopsis gracilis) yang
menimbulkan warna ungu pada pinggiran dan ujung
lembaran daun.
8. Penyebab
1. Kadar Mg tertukarkan dalam tanah sangat rendah (<0,2
cmol/kg)
2. Kelapa sawit ditanam pada tanah bertekstur ringan yang
lapisan tanah atasnya sudah tererosi
3. Pemupukan Mg tidak menukupi untuk mendukung
produktivitas tanaman yang tinggi atau tanaman tumbuh
pada tanah dengan kandungan Mg yang sangat rendah
Pencegahan
Pengambilan contoh daun secara rutin dan menganalisa di
lab untuk mengetahui rendahnya kadar Mg daun (< 0,18%)
dan ketidakseimbangan antara Mg dan K.
Ketidakseimbangan tsb terjadi pada kelapa sawit yang
tumbuh di tanah vulkanis dengan kadar Ca tertukarkan
tinggi
9. Perlakuan
1. Untuk kelapa sawit produktivitas tinggi, pemupukan
dosis 0,5 – 1 kg kieserite/ph/th
2. Untuk tanah masam, dolomit dapat digunakan untuk
pupuk Mg secara rutin
3. Jika defisiensi Mg sangat berat maka diberikan dosis 2-3
kg kieserite/ph/th
4. Respon kelapa sawit terhadap pupuk Mg dapat
ditingkatkan jika tanaman diberikan tandan kosong
terutama jika tanah lapisan atas sudah tererosi.
Kieserite: MgSO4.H2O
sumber hara Mg dan S
bagi tanaman
Dolomit: CaMg(CO3)2
10. 7. Peat Yellows (Defisiensi Cu dan K Tanah Gambut)
Deskripsi
Kelainan peat yellow dijumpai pada tanah gambut di
Indonesia dan Malaysia sebagai akibat defisiensi Cu dan
ketidakseimbangan hara lain.
Gejala awal ditandai dengan adanya perubahan warna
hijau pucat ke kuning keputihan pada daun muda yang
sudah terbuka penuh.
Gejala berlanjut menyebabkan daun klorosis, dari ujung
daun hingga 5-8 cm.
Tulang daun pada lembaran daun terlihat sangat kontras
terhadap garis-garis klorosis yang disebabkan oleh
pembentukan klorofil yang lebih banyak pada jaringan
daun dekat ke tulang daun
Pelepah daun memendek, warna daun menjadi oranye
pucat, dan akhirnya mati
12. Penyebab
1. Kadar K tanah rendah (< 0,15 cmol/kg)
2. Kadar Cu tanah rendah (< 5 mg/kg)
3. Pemupukan Mg diberikan dalam dosis yang cukup tinggi
4. Pelepasan N yang cukup tinggi akibat mineralisasi bahan
organik pada tanah gambut dengan membaiknya sistem
drainase
5. Pemupukan N dengan dosis cukup tinggi
6. Pemupukan P cukup tinggi tanpa pemberian K yang
mencukupi
13. Pencegahan
Analisis daun dapat membantu identifikasi terjadinya kelainan
sedini mungkin sehingga segara diberi pemupukan yang
tepat.
Perlakuan
1. Karena penyebab peat yellow belum diketahui dengan
pasti, maka hanya rekomendasi sementara saja yang
dapat diberikan
2. Koreksi defisiensi dengan cara pemupukan K dan Cu pada
tanah gambut dapat menurunkan terjadinya peat yellows.
3. Hara Cu diberikan dengan dosis 25-50 g CuSO4/ph/th dan
juga perlu pemberian pupuk KCl sebagai pupuk ekstra
yang telah terbukti dapat memperbaiki serapan Cu.
14. 8. Defisiensi Cu Tanah Berpasir
• Tanaman menderita defisiensi Cu di pembibitan, terlihat
sangat kerdil
• Gejala awal adalah terjadinya klorosis pada daun muda
yang sudah terbuka
• Gejala lanjut adalah warna anak daun berubah menjadi
kuning dimulai dari ujung daun dan diikuti dengan gejala
nekrosis dan akhirnya kering
Defisiensi Cu: ujung anak daun nekrosis
Foto PPKS 1997
15. Penyebab
Defisiensi Cu umumnya terjadi di tanah berpasir dan tanah
gambut
Defisiensi Cu terjadi jika kadar Cu daun < 3µg/g. Daun-
daun sehat berkadar Cu sekitar 5-8 µg/g
Pencegahan
1. Analisis tanah dan klasifikasi tanah dapat membantu
melengkapi indikasi terjadinya defisiensi Cu dengan
mengetahui kadar Cu dalam tanah dan jenis tanahnya.
2. Perlu dilakukan analisis daun dan inspeksi lapangan secara
rutin
3. Pemupukan N dan P berlebihan akan memperberat
terjadinya defisiensi Cu, tetapi KCl dapat memperbaiki
serapan Cu
16. Perlakuan
1. Bibitan kelapa sawit yang menderita gejala defisiensi Cu
akan efektif jika disemprot dengan cairan 200 µg Cu/ml
yang dibuat dengan cara melarutkan 100 g CuSO4 dalam
200 l air.
2. Pada tanah mineral defisiensi Cu dapat dikoreksi dengan
penambahan 40 g CuSO4/tanaman
3. Pada tanah gambut, penyerapan Cu melalui akar tidak
efisien karena Cu dalam bentuk CuSO4 akan segera
mengalami proses immobilisasi dalam tanah. Salah satu
cara yang mungkin dapat dilaksankan adalah pemupukan
dengan 20-25 g CuSO4/pohon yang dimasukkan ke dalam
bola-bola tanah lumpur (mud balls) yang dapat dengan
mudah dibuat dan murah. Cu akan dilepas ke tanah secara
pelan-pelan selama bertahun-tahun
17. Sumber agris.upm.edu
Copper (Cu) dificiency and its correction in commercial oil
palm plantation:
Using mudball consisting of 1 kg clay and 100 g CuSO4
18. 8. Defisiensi B-boron
Gejala Khas
1. Crinkle leaf
2. Hook leaf
Deskripsi
1. Gejala awal defisiensi B adalah pemendekan ukuran daun
muda yang menunjukkan kondisi khas yakni flat top (rata
bagian atas).
2. Daun berwarna hijau gelap, rapuh, berbentuk aneh:
bergelombang, seperti kait sehingga mudah diidentifikasi
19. Penyebab
1. Kelapa sawit dipupuk dengan N, K, Ca dalam dosis
berlebihan
2. Kadar B tersedia dalam tanah sangat rendah terutama
pada tanah berpasir dan tanah gambut
3. Keasaman (pH) tanah < 4,5 atau > 7,5
4. Peningkatan pengambilan B dalam tandan sawit
disebabkan perbaikan penyerbukan oleh Elaedobius
kamerunicus yang tidak diimbangi pemupukan B
5. Dosis pemupukan B yang tidak mencukupi untuk
mendukung peningkatan produktivitas yang tinggi
kelapa sawit
20. Pencegahan
Kadar B daun optimum adalah 12-25µg/g.
Kelapa sawit yang dipupuk B dalam jumlah cukup kadang-
kadang berkadar B daun diluar selang angka ini
Sodium borate (Na2B4O7.10H2O) merupakan pupuk B
yang sangat umum digunakan dengan dosis 100-200 g
sodium borate/ph/th
Perlakuan
1. Kelapa sawit menderita defisiensi B berat perlu dipupuk
200 g sodium borate/ph/th.
2. Pupuk B ditabur di piringan dekat pangkal batang
22. 9. Kelainan-Kelainan Lain
Orange spotting
caused by genetic
disorder
Kelapa sawit
pisifera steril
karena kelainan
genetik
Daun kecil diduga
disebabkan oleh
patogen
All sympton depent on right analysis
Foto PPKS 1997
23. Deskripsi
Kebun yang menanam bibit tidak terseleksi dengan baik
akan banyak dijumpai tanaman abnormal dan kerdil
Tanaman-tanaman kelapa sawit ini mungkin menunjukkan
gejala menyerupai defisiensi hara tetapi sebenarnya
disebabkan oleh sifat gentis tanaman.
Misalnya orange spotting terlihat seperti kekurangan hara
(Cu) tetapi sebenarnya karena kelainan genetik
Daun kecil terlihat seperti kekurangan hara tetapi
sebenarnya disebabkan oleh patogen
24. Penyebab
Banyaknya tanaman tidak produktif seolah-olah menunjukkan
gejala defisiensi adalah disebabkan tidak dilakukan seleksi
dengan cermat selama di pembibitan
Pencegahan
Tanaman tidak produktif di lapangan dapat dihilangkan
dengan cara seleksi ketat dan hati-hati selama di
pembibitan awal, pembibitan utama (2 x sensus) dan di
lapangan (2 x sensus pada tahun pertama setelah tanam)
Tanaman-tanaman kerdil di lapangan pada 2 tahun
pertama setelah tanam harus diganti dengan bibit yang
sehat sehingga kerapatan tanaman sesuai standar
25. Perlakuan
1. Kelapa sawit yang menunjukkann gejala defisiensi, kerap
kali kerdil dan tidak peroduktif, harus dimonitor secara
hati-hati sampai jelas diketahui bahwa tanaman-tanaman
tersebut benar-benar tidak menghasilkan tandan secara
ekonomis menguntungkan (> 30 kg tandan buah segar per
tahaman)
2. Tanaman tersebut harus diracun dan ditebang sehingga 6
tanaman di sekitarnya tumbuh lebih baik
3. Hal penting: perlunya sensus tanaman secara rutin untuk
menyeleksi tanaman-tanaman abnormal dan
menunjukkan gejala defisiensi
4. “Pupuk terbaik adalah sepatu petani” adalah ungkapan
umum dunia pertanian yang menekankan pentingnya
pemeriksaan rutin semua tingkat staf kebun di lapangan
26. Daftar Pustaka
Fairhurst TH. 1997. Gejala Defisiensi Hara dan Kelainan pada
Tanaman Kelapa Sawit, alih bahasa Taryo Adiwiganda. Pusat
Penelitian Kelapa Sawit: Medan
Fairhurst TH. 2002. Nutrient Management. International Plant
Nutrition Institut (IPNI): Gerogia USA.
www.ipni.net/ppiweb/gseasia.nsf
Purba RY. 2009. Penyakit-Penyakit Kelapa Sawit (Elaeis
guineensis Jacq.) di Indonesia. Pusat Penelitian Kelapa Sawit:
Medan.
Uexkuell HR. Fairhurst TH. 1999. Some Nutritional Disorders in
Oil Palm. Better Crops International Vol 13 No 1.