SlideShare a Scribd company logo
1 of 26
Penyakit Non Infeksius 2:
Defisiensi Hara
Sat Rahayuwati
5. White Stripe (ketidak seimbangan N/K)
Gejala
1. Garis-garis warna putih memanjang sepanjang helaian
daun, terjadi di kedua sisi tulang daun.
2. White stripe terjadi di bagian tengah dan atas tajuk
tanaman sawit
3. Lebar garis-garis meningkat dengan semakin jeleknya
kondisi
4. Pelepah yang menderita white stripe berat, bentuknya
meruncing mulai dari pangkal menuju ujung
5. Daun muda berdiri tegak sedangkan daun tua terkulai ke
bawah sehingga terlihat seperti huruf X
6. Produktifitas kelapa sawit menderita white stripe
menurun hingga 40%
Foto Thomas Fairhurst
White Stripe
Penyebab
1. Rasio N: K di daun > 2,5 (misal N > 2,5 %; K < 1,0%)
2. Terjadi defisiensi B
3. Pemupukan N berlebihan
4. Terjadi mineralisasi N dalam jumlah banyak, terutama
dijumpai di tanah mineral. Penyebab, leguminose LCC
mati akibat tajuk sawit sudah saling menutup kemudian
terdekomposisi
5. Persediaan N yang cukup banyak, terutama pada tanah
gambut dengan sistem drainase baik
Pencegahan
1. Analisis daun perlu dilakukan secara rutin untuk
mengetahui rasio N: K daun
Perlakuan
1. Pemupukan K dengan dosis 2,5 -4,5 kg KCl/ph/th yang
disertai penghentian pemupukan N
2. Jika dijumpai gejala white stripe pada tanaman muda
maka harus dilakukan pengaturan kembali program
pemupukan untuk periode berikutnya, yaitu dengan
meningkatkan dosis K dan menurunkan dosis N
3. Pada tanaman sudah menghasilkan, koreksi rasio N:K
yang tidak seimbang kerap kali memerlukan penambahan
pupuk B dengan dosis 50-100 g sodium borate/ph/th
6. Orange Frond (defisiensi Mg)
Gejala Khas
Jika tanaman menderita defisiensi Mg maka daun-daun
yang terkena langsung sinar matahari warnanya berubah
menjadi kuning tetapi daun-daun yang ternaungi tetap
berwarna hijau
ipni.net
Deskripsi
1. Orange frond dijumpai pada daun pelepah tua. Mg dapat
bergerak dari daun tua ke daun muda
2. Gejala awal adalah timbulnya warna hijau kekuningan
yang berubah menjadi warna pucat kekuningan di bagian
ujung lembaran daun yang berumur lebih tua, terutama
yang langsung terkena cahaya matahari
3. Pada kondisi semakin berat, warna daun berubah menjadi
coklat kekuningan sampai kuning cerah dan akhirnya
mengering
4. Bagian-bagian daun yang menunjukkan gejala klorosis
pada tahap berikutnya mungkin akan diinvasi oleh
cendawan sekunder (misal Pestalotiopsis gracilis) yang
menimbulkan warna ungu pada pinggiran dan ujung
lembaran daun.
Penyebab
1. Kadar Mg tertukarkan dalam tanah sangat rendah (<0,2
cmol/kg)
2. Kelapa sawit ditanam pada tanah bertekstur ringan yang
lapisan tanah atasnya sudah tererosi
3. Pemupukan Mg tidak menukupi untuk mendukung
produktivitas tanaman yang tinggi atau tanaman tumbuh
pada tanah dengan kandungan Mg yang sangat rendah
Pencegahan
Pengambilan contoh daun secara rutin dan menganalisa di
lab untuk mengetahui rendahnya kadar Mg daun (< 0,18%)
dan ketidakseimbangan antara Mg dan K.
Ketidakseimbangan tsb terjadi pada kelapa sawit yang
tumbuh di tanah vulkanis dengan kadar Ca tertukarkan
tinggi
Perlakuan
1. Untuk kelapa sawit produktivitas tinggi, pemupukan
dosis 0,5 – 1 kg kieserite/ph/th
2. Untuk tanah masam, dolomit dapat digunakan untuk
pupuk Mg secara rutin
3. Jika defisiensi Mg sangat berat maka diberikan dosis 2-3
kg kieserite/ph/th
4. Respon kelapa sawit terhadap pupuk Mg dapat
ditingkatkan jika tanaman diberikan tandan kosong
terutama jika tanah lapisan atas sudah tererosi.
Kieserite: MgSO4.H2O
sumber hara Mg dan S
bagi tanaman
Dolomit: CaMg(CO3)2
7. Peat Yellows (Defisiensi Cu dan K Tanah Gambut)
Deskripsi
 Kelainan peat yellow dijumpai pada tanah gambut di
Indonesia dan Malaysia sebagai akibat defisiensi Cu dan
ketidakseimbangan hara lain.
 Gejala awal ditandai dengan adanya perubahan warna
hijau pucat ke kuning keputihan pada daun muda yang
sudah terbuka penuh.
 Gejala berlanjut menyebabkan daun klorosis, dari ujung
daun hingga 5-8 cm.
 Tulang daun pada lembaran daun terlihat sangat kontras
terhadap garis-garis klorosis yang disebabkan oleh
pembentukan klorofil yang lebih banyak pada jaringan
daun dekat ke tulang daun
 Pelepah daun memendek, warna daun menjadi oranye
pucat, dan akhirnya mati
Gejala Peat yellow (defisiensi Cu dan K)
Foto PPKS 1997
Penyebab
1. Kadar K tanah rendah (< 0,15 cmol/kg)
2. Kadar Cu tanah rendah (< 5 mg/kg)
3. Pemupukan Mg diberikan dalam dosis yang cukup tinggi
4. Pelepasan N yang cukup tinggi akibat mineralisasi bahan
organik pada tanah gambut dengan membaiknya sistem
drainase
5. Pemupukan N dengan dosis cukup tinggi
6. Pemupukan P cukup tinggi tanpa pemberian K yang
mencukupi
Pencegahan
Analisis daun dapat membantu identifikasi terjadinya kelainan
sedini mungkin sehingga segara diberi pemupukan yang
tepat.
Perlakuan
1. Karena penyebab peat yellow belum diketahui dengan
pasti, maka hanya rekomendasi sementara saja yang
dapat diberikan
2. Koreksi defisiensi dengan cara pemupukan K dan Cu pada
tanah gambut dapat menurunkan terjadinya peat yellows.
3. Hara Cu diberikan dengan dosis 25-50 g CuSO4/ph/th dan
juga perlu pemberian pupuk KCl sebagai pupuk ekstra
yang telah terbukti dapat memperbaiki serapan Cu.
8. Defisiensi Cu Tanah Berpasir
• Tanaman menderita defisiensi Cu di pembibitan, terlihat
sangat kerdil
• Gejala awal adalah terjadinya klorosis pada daun muda
yang sudah terbuka
• Gejala lanjut adalah warna anak daun berubah menjadi
kuning dimulai dari ujung daun dan diikuti dengan gejala
nekrosis dan akhirnya kering
Defisiensi Cu: ujung anak daun nekrosis
Foto PPKS 1997
Penyebab
 Defisiensi Cu umumnya terjadi di tanah berpasir dan tanah
gambut
 Defisiensi Cu terjadi jika kadar Cu daun < 3µg/g. Daun-
daun sehat berkadar Cu sekitar 5-8 µg/g
Pencegahan
1. Analisis tanah dan klasifikasi tanah dapat membantu
melengkapi indikasi terjadinya defisiensi Cu dengan
mengetahui kadar Cu dalam tanah dan jenis tanahnya.
2. Perlu dilakukan analisis daun dan inspeksi lapangan secara
rutin
3. Pemupukan N dan P berlebihan akan memperberat
terjadinya defisiensi Cu, tetapi KCl dapat memperbaiki
serapan Cu
Perlakuan
1. Bibitan kelapa sawit yang menderita gejala defisiensi Cu
akan efektif jika disemprot dengan cairan 200 µg Cu/ml
yang dibuat dengan cara melarutkan 100 g CuSO4 dalam
200 l air.
2. Pada tanah mineral defisiensi Cu dapat dikoreksi dengan
penambahan 40 g CuSO4/tanaman
3. Pada tanah gambut, penyerapan Cu melalui akar tidak
efisien karena Cu dalam bentuk CuSO4 akan segera
mengalami proses immobilisasi dalam tanah. Salah satu
cara yang mungkin dapat dilaksankan adalah pemupukan
dengan 20-25 g CuSO4/pohon yang dimasukkan ke dalam
bola-bola tanah lumpur (mud balls) yang dapat dengan
mudah dibuat dan murah. Cu akan dilepas ke tanah secara
pelan-pelan selama bertahun-tahun
Sumber agris.upm.edu
Copper (Cu) dificiency and its correction in commercial oil
palm plantation:
 Using mudball consisting of 1 kg clay and 100 g CuSO4
8. Defisiensi B-boron
Gejala Khas
1. Crinkle leaf
2. Hook leaf
Deskripsi
1. Gejala awal defisiensi B adalah pemendekan ukuran daun
muda yang menunjukkan kondisi khas yakni flat top (rata
bagian atas).
2. Daun berwarna hijau gelap, rapuh, berbentuk aneh:
bergelombang, seperti kait sehingga mudah diidentifikasi
Penyebab
1. Kelapa sawit dipupuk dengan N, K, Ca dalam dosis
berlebihan
2. Kadar B tersedia dalam tanah sangat rendah terutama
pada tanah berpasir dan tanah gambut
3. Keasaman (pH) tanah < 4,5 atau > 7,5
4. Peningkatan pengambilan B dalam tandan sawit
disebabkan perbaikan penyerbukan oleh Elaedobius
kamerunicus yang tidak diimbangi pemupukan B
5. Dosis pemupukan B yang tidak mencukupi untuk
mendukung peningkatan produktivitas yang tinggi
kelapa sawit
Pencegahan
 Kadar B daun optimum adalah 12-25µg/g.
 Kelapa sawit yang dipupuk B dalam jumlah cukup kadang-
kadang berkadar B daun diluar selang angka ini
 Sodium borate (Na2B4O7.10H2O) merupakan pupuk B
yang sangat umum digunakan dengan dosis 100-200 g
sodium borate/ph/th
Perlakuan
1. Kelapa sawit menderita defisiensi B berat perlu dipupuk
200 g sodium borate/ph/th.
2. Pupuk B ditabur di piringan dekat pangkal batang
Boron Deficiency
Hooked leaf
Crinkleleaf
Early symptoms
Foto IPNI
9. Kelainan-Kelainan Lain
Orange spotting
caused by genetic
disorder
Kelapa sawit
pisifera steril
karena kelainan
genetik
Daun kecil diduga
disebabkan oleh
patogen
All sympton depent on right analysis
Foto PPKS 1997
Deskripsi
 Kebun yang menanam bibit tidak terseleksi dengan baik
akan banyak dijumpai tanaman abnormal dan kerdil
 Tanaman-tanaman kelapa sawit ini mungkin menunjukkan
gejala menyerupai defisiensi hara tetapi sebenarnya
disebabkan oleh sifat gentis tanaman.
 Misalnya orange spotting terlihat seperti kekurangan hara
(Cu) tetapi sebenarnya karena kelainan genetik
 Daun kecil terlihat seperti kekurangan hara tetapi
sebenarnya disebabkan oleh patogen
Penyebab
Banyaknya tanaman tidak produktif seolah-olah menunjukkan
gejala defisiensi adalah disebabkan tidak dilakukan seleksi
dengan cermat selama di pembibitan
Pencegahan
 Tanaman tidak produktif di lapangan dapat dihilangkan
dengan cara seleksi ketat dan hati-hati selama di
pembibitan awal, pembibitan utama (2 x sensus) dan di
lapangan (2 x sensus pada tahun pertama setelah tanam)
 Tanaman-tanaman kerdil di lapangan pada 2 tahun
pertama setelah tanam harus diganti dengan bibit yang
sehat sehingga kerapatan tanaman sesuai standar
Perlakuan
1. Kelapa sawit yang menunjukkann gejala defisiensi, kerap
kali kerdil dan tidak peroduktif, harus dimonitor secara
hati-hati sampai jelas diketahui bahwa tanaman-tanaman
tersebut benar-benar tidak menghasilkan tandan secara
ekonomis menguntungkan (> 30 kg tandan buah segar per
tahaman)
2. Tanaman tersebut harus diracun dan ditebang sehingga 6
tanaman di sekitarnya tumbuh lebih baik
3. Hal penting: perlunya sensus tanaman secara rutin untuk
menyeleksi tanaman-tanaman abnormal dan
menunjukkan gejala defisiensi
4. “Pupuk terbaik adalah sepatu petani” adalah ungkapan
umum dunia pertanian yang menekankan pentingnya
pemeriksaan rutin semua tingkat staf kebun di lapangan
Daftar Pustaka
Fairhurst TH. 1997. Gejala Defisiensi Hara dan Kelainan pada
Tanaman Kelapa Sawit, alih bahasa Taryo Adiwiganda. Pusat
Penelitian Kelapa Sawit: Medan
Fairhurst TH. 2002. Nutrient Management. International Plant
Nutrition Institut (IPNI): Gerogia USA.
www.ipni.net/ppiweb/gseasia.nsf
Purba RY. 2009. Penyakit-Penyakit Kelapa Sawit (Elaeis
guineensis Jacq.) di Indonesia. Pusat Penelitian Kelapa Sawit:
Medan.
Uexkuell HR. Fairhurst TH. 1999. Some Nutritional Disorders in
Oil Palm. Better Crops International Vol 13 No 1.

More Related Content

What's hot

290158421 budidaya-tanaman-hortikultura
290158421 budidaya-tanaman-hortikultura290158421 budidaya-tanaman-hortikultura
290158421 budidaya-tanaman-hortikulturaAndrew Hutabarat
 
Cekaman pada tumbuhan
Cekaman pada tumbuhanCekaman pada tumbuhan
Cekaman pada tumbuhanSitha98
 
Penyakit Pada Tanaman Karet dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Karet dan Teknik PengendaliannyaPenyakit Pada Tanaman Karet dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Karet dan Teknik PengendaliannyaAnkardiansyah Pandu Pradana
 
Hama dan penyakit karet
Hama dan penyakit karetHama dan penyakit karet
Hama dan penyakit karetIlham Johari
 
Hama dan Penyakit Tanaman Kacang Panjang
Hama dan Penyakit Tanaman Kacang PanjangHama dan Penyakit Tanaman Kacang Panjang
Hama dan Penyakit Tanaman Kacang PanjangIda Haerani
 
Formulasi pestisida comp
Formulasi pestisida compFormulasi pestisida comp
Formulasi pestisida compdjojosumarto
 
Dasar ilmu tanaman
Dasar ilmu tanamanDasar ilmu tanaman
Dasar ilmu tanamanMr.Mahmud
 
Pengendalian hayati (ppt)
Pengendalian hayati (ppt)Pengendalian hayati (ppt)
Pengendalian hayati (ppt)tochi run
 
Gejala defisiensi unsur hara pada tanaman tomat
Gejala defisiensi unsur hara pada tanaman tomatGejala defisiensi unsur hara pada tanaman tomat
Gejala defisiensi unsur hara pada tanaman tomatUniversity of Lampung
 
RDG (Resistensi Difusi Gas)
RDG (Resistensi Difusi Gas)RDG (Resistensi Difusi Gas)
RDG (Resistensi Difusi Gas)Novia Dwi
 
Manfaat biokimia dlm pertanian
Manfaat biokimia dlm pertanianManfaat biokimia dlm pertanian
Manfaat biokimia dlm pertanianperdos5 cuy
 
Diagnosis Laboratorium: Hama
Diagnosis Laboratorium: HamaDiagnosis Laboratorium: Hama
Diagnosis Laboratorium: HamaNurma Fauzaniar
 
Teknologi budidaya padi gogo varietas jati luhur
Teknologi budidaya padi gogo varietas jati luhurTeknologi budidaya padi gogo varietas jati luhur
Teknologi budidaya padi gogo varietas jati luhurpandirambo900
 
Proposal penelitian pengaruh pupuk urea terhadap tanaman kacang hijau
Proposal penelitian  pengaruh pupuk urea terhadap tanaman kacang hijauProposal penelitian  pengaruh pupuk urea terhadap tanaman kacang hijau
Proposal penelitian pengaruh pupuk urea terhadap tanaman kacang hijauOperator Warnet Vast Raha
 
Pengendalian OPT secara kimiawi
Pengendalian OPT secara kimiawiPengendalian OPT secara kimiawi
Pengendalian OPT secara kimiawiPy Bayu
 

What's hot (20)

290158421 budidaya-tanaman-hortikultura
290158421 budidaya-tanaman-hortikultura290158421 budidaya-tanaman-hortikultura
290158421 budidaya-tanaman-hortikultura
 
Seleksi Bibit Kelapa Sawit dembibitan
Seleksi Bibit Kelapa Sawit dembibitanSeleksi Bibit Kelapa Sawit dembibitan
Seleksi Bibit Kelapa Sawit dembibitan
 
Cekaman pada tumbuhan
Cekaman pada tumbuhanCekaman pada tumbuhan
Cekaman pada tumbuhan
 
Kultur teknis
Kultur teknisKultur teknis
Kultur teknis
 
Penyakit Pada Tanaman Karet dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Karet dan Teknik PengendaliannyaPenyakit Pada Tanaman Karet dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Karet dan Teknik Pengendaliannya
 
Hama dan penyakit karet
Hama dan penyakit karetHama dan penyakit karet
Hama dan penyakit karet
 
Hama dan Penyakit Tanaman Kacang Panjang
Hama dan Penyakit Tanaman Kacang PanjangHama dan Penyakit Tanaman Kacang Panjang
Hama dan Penyakit Tanaman Kacang Panjang
 
Formulasi pestisida comp
Formulasi pestisida compFormulasi pestisida comp
Formulasi pestisida comp
 
Dasar ilmu tanaman
Dasar ilmu tanamanDasar ilmu tanaman
Dasar ilmu tanaman
 
Pengendalian hayati (ppt)
Pengendalian hayati (ppt)Pengendalian hayati (ppt)
Pengendalian hayati (ppt)
 
Budidaya jagung
Budidaya jagungBudidaya jagung
Budidaya jagung
 
Gejala defisiensi unsur hara pada tanaman tomat
Gejala defisiensi unsur hara pada tanaman tomatGejala defisiensi unsur hara pada tanaman tomat
Gejala defisiensi unsur hara pada tanaman tomat
 
RDG (Resistensi Difusi Gas)
RDG (Resistensi Difusi Gas)RDG (Resistensi Difusi Gas)
RDG (Resistensi Difusi Gas)
 
Budidaya ubi jalar
Budidaya ubi jalarBudidaya ubi jalar
Budidaya ubi jalar
 
Manfaat biokimia dlm pertanian
Manfaat biokimia dlm pertanianManfaat biokimia dlm pertanian
Manfaat biokimia dlm pertanian
 
hama dan penyakit
hama dan penyakithama dan penyakit
hama dan penyakit
 
Diagnosis Laboratorium: Hama
Diagnosis Laboratorium: HamaDiagnosis Laboratorium: Hama
Diagnosis Laboratorium: Hama
 
Teknologi budidaya padi gogo varietas jati luhur
Teknologi budidaya padi gogo varietas jati luhurTeknologi budidaya padi gogo varietas jati luhur
Teknologi budidaya padi gogo varietas jati luhur
 
Proposal penelitian pengaruh pupuk urea terhadap tanaman kacang hijau
Proposal penelitian  pengaruh pupuk urea terhadap tanaman kacang hijauProposal penelitian  pengaruh pupuk urea terhadap tanaman kacang hijau
Proposal penelitian pengaruh pupuk urea terhadap tanaman kacang hijau
 
Pengendalian OPT secara kimiawi
Pengendalian OPT secara kimiawiPengendalian OPT secara kimiawi
Pengendalian OPT secara kimiawi
 

Viewers also liked

1. Penyakit Kelapa Sawit_Pendahuluan
1. Penyakit Kelapa Sawit_Pendahuluan1. Penyakit Kelapa Sawit_Pendahuluan
1. Penyakit Kelapa Sawit_Pendahuluansat rahayuwati
 
Penyakit Kelapa Sawit Non Infeksius Karena Faktor Lingkungan
Penyakit Kelapa Sawit Non Infeksius Karena Faktor LingkunganPenyakit Kelapa Sawit Non Infeksius Karena Faktor Lingkungan
Penyakit Kelapa Sawit Non Infeksius Karena Faktor Lingkungansat rahayuwati
 
5. Penyakit Kelapa Sawit Non Infeksius 3 Kelainan Genetik
5. Penyakit Kelapa Sawit Non Infeksius 3 Kelainan Genetik5. Penyakit Kelapa Sawit Non Infeksius 3 Kelainan Genetik
5. Penyakit Kelapa Sawit Non Infeksius 3 Kelainan Genetiksat rahayuwati
 
Kelapa Sawit Timbulkan Busuk Pangkal Batang
Kelapa Sawit Timbulkan Busuk Pangkal BatangKelapa Sawit Timbulkan Busuk Pangkal Batang
Kelapa Sawit Timbulkan Busuk Pangkal BatangRNI Holding
 
6[1].8 importance of healthy ds
6[1].8 importance of healthy ds6[1].8 importance of healthy ds
6[1].8 importance of healthy dscikgushaik
 
form 4 biology chap 4 pt6
form 4 biology chap 4 pt6form 4 biology chap 4 pt6
form 4 biology chap 4 pt6cikgushaik
 
7[1].1 the respiratory process in energy production
7[1].1   the respiratory process in energy production7[1].1   the respiratory process in energy production
7[1].1 the respiratory process in energy productioncikgushaik
 
form 4 biology chap5 pt2
form 4 biology chap5 pt2form 4 biology chap5 pt2
form 4 biology chap5 pt2cikgushaik
 
form 4 Biology chap6 pt7
form 4 Biology chap6 pt7form 4 Biology chap6 pt7
form 4 Biology chap6 pt7cikgushaik
 
form 4 biology chap6 pt4
form 4 biology chap6 pt4form 4 biology chap6 pt4
form 4 biology chap6 pt4cikgushaik
 
form 4 biology chap6 pt1
form 4 biology chap6 pt1form 4 biology chap6 pt1
form 4 biology chap6 pt1cikgushaik
 
3 Penyakit Bibit Kelapa Sawit
3 Penyakit Bibit Kelapa Sawit3 Penyakit Bibit Kelapa Sawit
3 Penyakit Bibit Kelapa Sawitsat rahayuwati
 
2 Penyakit Benih Kelapa Sawit
2 Penyakit Benih Kelapa Sawit2 Penyakit Benih Kelapa Sawit
2 Penyakit Benih Kelapa Sawitsat rahayuwati
 
kelas & cara pengendalian racun perosak
kelas & cara pengendalian racun perosakkelas & cara pengendalian racun perosak
kelas & cara pengendalian racun perosakakma cool gurlz
 

Viewers also liked (20)

Patah pangkal pelepah
Patah pangkal pelepahPatah pangkal pelepah
Patah pangkal pelepah
 
1. Penyakit Kelapa Sawit_Pendahuluan
1. Penyakit Kelapa Sawit_Pendahuluan1. Penyakit Kelapa Sawit_Pendahuluan
1. Penyakit Kelapa Sawit_Pendahuluan
 
Penyakit Kelapa Sawit Non Infeksius Karena Faktor Lingkungan
Penyakit Kelapa Sawit Non Infeksius Karena Faktor LingkunganPenyakit Kelapa Sawit Non Infeksius Karena Faktor Lingkungan
Penyakit Kelapa Sawit Non Infeksius Karena Faktor Lingkungan
 
5. Penyakit Kelapa Sawit Non Infeksius 3 Kelainan Genetik
5. Penyakit Kelapa Sawit Non Infeksius 3 Kelainan Genetik5. Penyakit Kelapa Sawit Non Infeksius 3 Kelainan Genetik
5. Penyakit Kelapa Sawit Non Infeksius 3 Kelainan Genetik
 
Defisiensi pupuk
Defisiensi pupukDefisiensi pupuk
Defisiensi pupuk
 
Kelapa Sawit Timbulkan Busuk Pangkal Batang
Kelapa Sawit Timbulkan Busuk Pangkal BatangKelapa Sawit Timbulkan Busuk Pangkal Batang
Kelapa Sawit Timbulkan Busuk Pangkal Batang
 
A) Variation
A) VariationA) Variation
A) Variation
 
6[1].8 importance of healthy ds
6[1].8 importance of healthy ds6[1].8 importance of healthy ds
6[1].8 importance of healthy ds
 
form 4 biology chap 4 pt6
form 4 biology chap 4 pt6form 4 biology chap 4 pt6
form 4 biology chap 4 pt6
 
7[1].1 the respiratory process in energy production
7[1].1   the respiratory process in energy production7[1].1   the respiratory process in energy production
7[1].1 the respiratory process in energy production
 
form 4 biology chap5 pt2
form 4 biology chap5 pt2form 4 biology chap5 pt2
form 4 biology chap5 pt2
 
form 4 Biology chap6 pt7
form 4 Biology chap6 pt7form 4 Biology chap6 pt7
form 4 Biology chap6 pt7
 
form 4 biology chap6 pt4
form 4 biology chap6 pt4form 4 biology chap6 pt4
form 4 biology chap6 pt4
 
form 4 biology chap6 pt1
form 4 biology chap6 pt1form 4 biology chap6 pt1
form 4 biology chap6 pt1
 
budidaya kelapa sawit
budidaya kelapa sawitbudidaya kelapa sawit
budidaya kelapa sawit
 
3 Penyakit Bibit Kelapa Sawit
3 Penyakit Bibit Kelapa Sawit3 Penyakit Bibit Kelapa Sawit
3 Penyakit Bibit Kelapa Sawit
 
2 Penyakit Benih Kelapa Sawit
2 Penyakit Benih Kelapa Sawit2 Penyakit Benih Kelapa Sawit
2 Penyakit Benih Kelapa Sawit
 
Mortalitas dan Morbiditas
Mortalitas dan MorbiditasMortalitas dan Morbiditas
Mortalitas dan Morbiditas
 
kelas & cara pengendalian racun perosak
kelas & cara pengendalian racun perosakkelas & cara pengendalian racun perosak
kelas & cara pengendalian racun perosak
 
7.1
7.17.1
7.1
 

Similar to 5 penyakit non infeksius 2 defisiensi hara

Tugas Mulok XII IPA 1 SMAN 1 Kalukku
Tugas Mulok XII IPA 1 SMAN 1 KalukkuTugas Mulok XII IPA 1 SMAN 1 Kalukku
Tugas Mulok XII IPA 1 SMAN 1 KalukkuMeganekko Weaboo
 
PPT KUBIS.pptx
PPT KUBIS.pptxPPT KUBIS.pptx
PPT KUBIS.pptxhappy911
 
Persentase unsur hara tanaman tembaga (cu)
Persentase unsur hara tanaman tembaga (cu)Persentase unsur hara tanaman tembaga (cu)
Persentase unsur hara tanaman tembaga (cu)Husna Muslimah
 
61121-UNSUR-HARA-MIKRO.pdf
61121-UNSUR-HARA-MIKRO.pdf61121-UNSUR-HARA-MIKRO.pdf
61121-UNSUR-HARA-MIKRO.pdfMapriRudiansyah
 
61121-UNSUR-HARA-MIKRO.pdf
61121-UNSUR-HARA-MIKRO.pdf61121-UNSUR-HARA-MIKRO.pdf
61121-UNSUR-HARA-MIKRO.pdfMapriRudiansyah
 
penyakit abiotik.ppt
penyakit abiotik.pptpenyakit abiotik.ppt
penyakit abiotik.pptSiskaGiasi
 
Bab iii metode pengelolaan tanah
Bab iii metode pengelolaan tanahBab iii metode pengelolaan tanah
Bab iii metode pengelolaan tanahAndrew Hutabarat
 
Kondisi tanaman
Kondisi tanamanKondisi tanaman
Kondisi tanamanzuanazwan
 
Teknis budidaya mentimun
Teknis budidaya mentimunTeknis budidaya mentimun
Teknis budidaya mentimunsujononasa
 
3. teknik pemanfaatan unsur hara
3. teknik pemanfaatan unsur hara3. teknik pemanfaatan unsur hara
3. teknik pemanfaatan unsur harapucukcemara
 
Pentingnya Hara-dan-Pupuk-untuk-Rendemen-Tebu
Pentingnya Hara-dan-Pupuk-untuk-Rendemen-TebuPentingnya Hara-dan-Pupuk-untuk-Rendemen-Tebu
Pentingnya Hara-dan-Pupuk-untuk-Rendemen-TebuIr. Zakaria, M.M
 
5. KEGUNAAN DAN GEJALA KEKURANGAN HARA.pdf
5. KEGUNAAN DAN GEJALA KEKURANGAN HARA.pdf5. KEGUNAAN DAN GEJALA KEKURANGAN HARA.pdf
5. KEGUNAAN DAN GEJALA KEKURANGAN HARA.pdfWan Na
 

Similar to 5 penyakit non infeksius 2 defisiensi hara (20)

Fungsi unsur hara
Fungsi unsur hara Fungsi unsur hara
Fungsi unsur hara
 
Tugas Mulok XII IPA 1 SMAN 1 Kalukku
Tugas Mulok XII IPA 1 SMAN 1 KalukkuTugas Mulok XII IPA 1 SMAN 1 Kalukku
Tugas Mulok XII IPA 1 SMAN 1 Kalukku
 
Bab ii (individu)
Bab ii (individu)Bab ii (individu)
Bab ii (individu)
 
Bab ii (individu)
Bab ii (individu)Bab ii (individu)
Bab ii (individu)
 
PPT KUBIS.pptx
PPT KUBIS.pptxPPT KUBIS.pptx
PPT KUBIS.pptx
 
Persentase unsur hara tanaman tembaga (cu)
Persentase unsur hara tanaman tembaga (cu)Persentase unsur hara tanaman tembaga (cu)
Persentase unsur hara tanaman tembaga (cu)
 
61121-UNSUR-HARA-MIKRO.pdf
61121-UNSUR-HARA-MIKRO.pdf61121-UNSUR-HARA-MIKRO.pdf
61121-UNSUR-HARA-MIKRO.pdf
 
61121-UNSUR-HARA-MIKRO.pdf
61121-UNSUR-HARA-MIKRO.pdf61121-UNSUR-HARA-MIKRO.pdf
61121-UNSUR-HARA-MIKRO.pdf
 
penyakit abiotik.ppt
penyakit abiotik.pptpenyakit abiotik.ppt
penyakit abiotik.ppt
 
Bab iii metode pengelolaan tanah
Bab iii metode pengelolaan tanahBab iii metode pengelolaan tanah
Bab iii metode pengelolaan tanah
 
Kondisi tanaman
Kondisi tanamanKondisi tanaman
Kondisi tanaman
 
Teknis budidaya mentimun
Teknis budidaya mentimunTeknis budidaya mentimun
Teknis budidaya mentimun
 
3. teknik pemanfaatan unsur hara
3. teknik pemanfaatan unsur hara3. teknik pemanfaatan unsur hara
3. teknik pemanfaatan unsur hara
 
Unsur hara dan mekanisme
Unsur hara dan mekanismeUnsur hara dan mekanisme
Unsur hara dan mekanisme
 
Pentingnya Hara-dan-Pupuk-untuk-Rendemen-Tebu
Pentingnya Hara-dan-Pupuk-untuk-Rendemen-TebuPentingnya Hara-dan-Pupuk-untuk-Rendemen-Tebu
Pentingnya Hara-dan-Pupuk-untuk-Rendemen-Tebu
 
Unsur hara mikro
Unsur hara mikroUnsur hara mikro
Unsur hara mikro
 
Unsur hara tanaman
Unsur hara tanaman Unsur hara tanaman
Unsur hara tanaman
 
5. KEGUNAAN DAN GEJALA KEKURANGAN HARA.pdf
5. KEGUNAAN DAN GEJALA KEKURANGAN HARA.pdf5. KEGUNAAN DAN GEJALA KEKURANGAN HARA.pdf
5. KEGUNAAN DAN GEJALA KEKURANGAN HARA.pdf
 
Budidaya tomat kuliah
Budidaya tomat kuliahBudidaya tomat kuliah
Budidaya tomat kuliah
 
BAB 2.2 T5 NUTRIEN TUMBUHAN.pdf
BAB 2.2 T5 NUTRIEN TUMBUHAN.pdfBAB 2.2 T5 NUTRIEN TUMBUHAN.pdf
BAB 2.2 T5 NUTRIEN TUMBUHAN.pdf
 

5 penyakit non infeksius 2 defisiensi hara

  • 1. Penyakit Non Infeksius 2: Defisiensi Hara Sat Rahayuwati
  • 2. 5. White Stripe (ketidak seimbangan N/K) Gejala 1. Garis-garis warna putih memanjang sepanjang helaian daun, terjadi di kedua sisi tulang daun. 2. White stripe terjadi di bagian tengah dan atas tajuk tanaman sawit 3. Lebar garis-garis meningkat dengan semakin jeleknya kondisi 4. Pelepah yang menderita white stripe berat, bentuknya meruncing mulai dari pangkal menuju ujung 5. Daun muda berdiri tegak sedangkan daun tua terkulai ke bawah sehingga terlihat seperti huruf X 6. Produktifitas kelapa sawit menderita white stripe menurun hingga 40%
  • 4. Penyebab 1. Rasio N: K di daun > 2,5 (misal N > 2,5 %; K < 1,0%) 2. Terjadi defisiensi B 3. Pemupukan N berlebihan 4. Terjadi mineralisasi N dalam jumlah banyak, terutama dijumpai di tanah mineral. Penyebab, leguminose LCC mati akibat tajuk sawit sudah saling menutup kemudian terdekomposisi 5. Persediaan N yang cukup banyak, terutama pada tanah gambut dengan sistem drainase baik Pencegahan 1. Analisis daun perlu dilakukan secara rutin untuk mengetahui rasio N: K daun
  • 5. Perlakuan 1. Pemupukan K dengan dosis 2,5 -4,5 kg KCl/ph/th yang disertai penghentian pemupukan N 2. Jika dijumpai gejala white stripe pada tanaman muda maka harus dilakukan pengaturan kembali program pemupukan untuk periode berikutnya, yaitu dengan meningkatkan dosis K dan menurunkan dosis N 3. Pada tanaman sudah menghasilkan, koreksi rasio N:K yang tidak seimbang kerap kali memerlukan penambahan pupuk B dengan dosis 50-100 g sodium borate/ph/th
  • 6. 6. Orange Frond (defisiensi Mg) Gejala Khas Jika tanaman menderita defisiensi Mg maka daun-daun yang terkena langsung sinar matahari warnanya berubah menjadi kuning tetapi daun-daun yang ternaungi tetap berwarna hijau ipni.net
  • 7. Deskripsi 1. Orange frond dijumpai pada daun pelepah tua. Mg dapat bergerak dari daun tua ke daun muda 2. Gejala awal adalah timbulnya warna hijau kekuningan yang berubah menjadi warna pucat kekuningan di bagian ujung lembaran daun yang berumur lebih tua, terutama yang langsung terkena cahaya matahari 3. Pada kondisi semakin berat, warna daun berubah menjadi coklat kekuningan sampai kuning cerah dan akhirnya mengering 4. Bagian-bagian daun yang menunjukkan gejala klorosis pada tahap berikutnya mungkin akan diinvasi oleh cendawan sekunder (misal Pestalotiopsis gracilis) yang menimbulkan warna ungu pada pinggiran dan ujung lembaran daun.
  • 8. Penyebab 1. Kadar Mg tertukarkan dalam tanah sangat rendah (<0,2 cmol/kg) 2. Kelapa sawit ditanam pada tanah bertekstur ringan yang lapisan tanah atasnya sudah tererosi 3. Pemupukan Mg tidak menukupi untuk mendukung produktivitas tanaman yang tinggi atau tanaman tumbuh pada tanah dengan kandungan Mg yang sangat rendah Pencegahan Pengambilan contoh daun secara rutin dan menganalisa di lab untuk mengetahui rendahnya kadar Mg daun (< 0,18%) dan ketidakseimbangan antara Mg dan K. Ketidakseimbangan tsb terjadi pada kelapa sawit yang tumbuh di tanah vulkanis dengan kadar Ca tertukarkan tinggi
  • 9. Perlakuan 1. Untuk kelapa sawit produktivitas tinggi, pemupukan dosis 0,5 – 1 kg kieserite/ph/th 2. Untuk tanah masam, dolomit dapat digunakan untuk pupuk Mg secara rutin 3. Jika defisiensi Mg sangat berat maka diberikan dosis 2-3 kg kieserite/ph/th 4. Respon kelapa sawit terhadap pupuk Mg dapat ditingkatkan jika tanaman diberikan tandan kosong terutama jika tanah lapisan atas sudah tererosi. Kieserite: MgSO4.H2O sumber hara Mg dan S bagi tanaman Dolomit: CaMg(CO3)2
  • 10. 7. Peat Yellows (Defisiensi Cu dan K Tanah Gambut) Deskripsi  Kelainan peat yellow dijumpai pada tanah gambut di Indonesia dan Malaysia sebagai akibat defisiensi Cu dan ketidakseimbangan hara lain.  Gejala awal ditandai dengan adanya perubahan warna hijau pucat ke kuning keputihan pada daun muda yang sudah terbuka penuh.  Gejala berlanjut menyebabkan daun klorosis, dari ujung daun hingga 5-8 cm.  Tulang daun pada lembaran daun terlihat sangat kontras terhadap garis-garis klorosis yang disebabkan oleh pembentukan klorofil yang lebih banyak pada jaringan daun dekat ke tulang daun  Pelepah daun memendek, warna daun menjadi oranye pucat, dan akhirnya mati
  • 11. Gejala Peat yellow (defisiensi Cu dan K) Foto PPKS 1997
  • 12. Penyebab 1. Kadar K tanah rendah (< 0,15 cmol/kg) 2. Kadar Cu tanah rendah (< 5 mg/kg) 3. Pemupukan Mg diberikan dalam dosis yang cukup tinggi 4. Pelepasan N yang cukup tinggi akibat mineralisasi bahan organik pada tanah gambut dengan membaiknya sistem drainase 5. Pemupukan N dengan dosis cukup tinggi 6. Pemupukan P cukup tinggi tanpa pemberian K yang mencukupi
  • 13. Pencegahan Analisis daun dapat membantu identifikasi terjadinya kelainan sedini mungkin sehingga segara diberi pemupukan yang tepat. Perlakuan 1. Karena penyebab peat yellow belum diketahui dengan pasti, maka hanya rekomendasi sementara saja yang dapat diberikan 2. Koreksi defisiensi dengan cara pemupukan K dan Cu pada tanah gambut dapat menurunkan terjadinya peat yellows. 3. Hara Cu diberikan dengan dosis 25-50 g CuSO4/ph/th dan juga perlu pemberian pupuk KCl sebagai pupuk ekstra yang telah terbukti dapat memperbaiki serapan Cu.
  • 14. 8. Defisiensi Cu Tanah Berpasir • Tanaman menderita defisiensi Cu di pembibitan, terlihat sangat kerdil • Gejala awal adalah terjadinya klorosis pada daun muda yang sudah terbuka • Gejala lanjut adalah warna anak daun berubah menjadi kuning dimulai dari ujung daun dan diikuti dengan gejala nekrosis dan akhirnya kering Defisiensi Cu: ujung anak daun nekrosis Foto PPKS 1997
  • 15. Penyebab  Defisiensi Cu umumnya terjadi di tanah berpasir dan tanah gambut  Defisiensi Cu terjadi jika kadar Cu daun < 3µg/g. Daun- daun sehat berkadar Cu sekitar 5-8 µg/g Pencegahan 1. Analisis tanah dan klasifikasi tanah dapat membantu melengkapi indikasi terjadinya defisiensi Cu dengan mengetahui kadar Cu dalam tanah dan jenis tanahnya. 2. Perlu dilakukan analisis daun dan inspeksi lapangan secara rutin 3. Pemupukan N dan P berlebihan akan memperberat terjadinya defisiensi Cu, tetapi KCl dapat memperbaiki serapan Cu
  • 16. Perlakuan 1. Bibitan kelapa sawit yang menderita gejala defisiensi Cu akan efektif jika disemprot dengan cairan 200 µg Cu/ml yang dibuat dengan cara melarutkan 100 g CuSO4 dalam 200 l air. 2. Pada tanah mineral defisiensi Cu dapat dikoreksi dengan penambahan 40 g CuSO4/tanaman 3. Pada tanah gambut, penyerapan Cu melalui akar tidak efisien karena Cu dalam bentuk CuSO4 akan segera mengalami proses immobilisasi dalam tanah. Salah satu cara yang mungkin dapat dilaksankan adalah pemupukan dengan 20-25 g CuSO4/pohon yang dimasukkan ke dalam bola-bola tanah lumpur (mud balls) yang dapat dengan mudah dibuat dan murah. Cu akan dilepas ke tanah secara pelan-pelan selama bertahun-tahun
  • 17. Sumber agris.upm.edu Copper (Cu) dificiency and its correction in commercial oil palm plantation:  Using mudball consisting of 1 kg clay and 100 g CuSO4
  • 18. 8. Defisiensi B-boron Gejala Khas 1. Crinkle leaf 2. Hook leaf Deskripsi 1. Gejala awal defisiensi B adalah pemendekan ukuran daun muda yang menunjukkan kondisi khas yakni flat top (rata bagian atas). 2. Daun berwarna hijau gelap, rapuh, berbentuk aneh: bergelombang, seperti kait sehingga mudah diidentifikasi
  • 19. Penyebab 1. Kelapa sawit dipupuk dengan N, K, Ca dalam dosis berlebihan 2. Kadar B tersedia dalam tanah sangat rendah terutama pada tanah berpasir dan tanah gambut 3. Keasaman (pH) tanah < 4,5 atau > 7,5 4. Peningkatan pengambilan B dalam tandan sawit disebabkan perbaikan penyerbukan oleh Elaedobius kamerunicus yang tidak diimbangi pemupukan B 5. Dosis pemupukan B yang tidak mencukupi untuk mendukung peningkatan produktivitas yang tinggi kelapa sawit
  • 20. Pencegahan  Kadar B daun optimum adalah 12-25µg/g.  Kelapa sawit yang dipupuk B dalam jumlah cukup kadang- kadang berkadar B daun diluar selang angka ini  Sodium borate (Na2B4O7.10H2O) merupakan pupuk B yang sangat umum digunakan dengan dosis 100-200 g sodium borate/ph/th Perlakuan 1. Kelapa sawit menderita defisiensi B berat perlu dipupuk 200 g sodium borate/ph/th. 2. Pupuk B ditabur di piringan dekat pangkal batang
  • 22. 9. Kelainan-Kelainan Lain Orange spotting caused by genetic disorder Kelapa sawit pisifera steril karena kelainan genetik Daun kecil diduga disebabkan oleh patogen All sympton depent on right analysis Foto PPKS 1997
  • 23. Deskripsi  Kebun yang menanam bibit tidak terseleksi dengan baik akan banyak dijumpai tanaman abnormal dan kerdil  Tanaman-tanaman kelapa sawit ini mungkin menunjukkan gejala menyerupai defisiensi hara tetapi sebenarnya disebabkan oleh sifat gentis tanaman.  Misalnya orange spotting terlihat seperti kekurangan hara (Cu) tetapi sebenarnya karena kelainan genetik  Daun kecil terlihat seperti kekurangan hara tetapi sebenarnya disebabkan oleh patogen
  • 24. Penyebab Banyaknya tanaman tidak produktif seolah-olah menunjukkan gejala defisiensi adalah disebabkan tidak dilakukan seleksi dengan cermat selama di pembibitan Pencegahan  Tanaman tidak produktif di lapangan dapat dihilangkan dengan cara seleksi ketat dan hati-hati selama di pembibitan awal, pembibitan utama (2 x sensus) dan di lapangan (2 x sensus pada tahun pertama setelah tanam)  Tanaman-tanaman kerdil di lapangan pada 2 tahun pertama setelah tanam harus diganti dengan bibit yang sehat sehingga kerapatan tanaman sesuai standar
  • 25. Perlakuan 1. Kelapa sawit yang menunjukkann gejala defisiensi, kerap kali kerdil dan tidak peroduktif, harus dimonitor secara hati-hati sampai jelas diketahui bahwa tanaman-tanaman tersebut benar-benar tidak menghasilkan tandan secara ekonomis menguntungkan (> 30 kg tandan buah segar per tahaman) 2. Tanaman tersebut harus diracun dan ditebang sehingga 6 tanaman di sekitarnya tumbuh lebih baik 3. Hal penting: perlunya sensus tanaman secara rutin untuk menyeleksi tanaman-tanaman abnormal dan menunjukkan gejala defisiensi 4. “Pupuk terbaik adalah sepatu petani” adalah ungkapan umum dunia pertanian yang menekankan pentingnya pemeriksaan rutin semua tingkat staf kebun di lapangan
  • 26. Daftar Pustaka Fairhurst TH. 1997. Gejala Defisiensi Hara dan Kelainan pada Tanaman Kelapa Sawit, alih bahasa Taryo Adiwiganda. Pusat Penelitian Kelapa Sawit: Medan Fairhurst TH. 2002. Nutrient Management. International Plant Nutrition Institut (IPNI): Gerogia USA. www.ipni.net/ppiweb/gseasia.nsf Purba RY. 2009. Penyakit-Penyakit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia. Pusat Penelitian Kelapa Sawit: Medan. Uexkuell HR. Fairhurst TH. 1999. Some Nutritional Disorders in Oil Palm. Better Crops International Vol 13 No 1.