Dokumen tersebut membahas tentang trauma muskoloskeletal yang meliputi definisi, etiologi, klasifikasi, patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan, dan tinjauan asuhan keperawatan pada pasien dengan trauma tersebut.
1. TRAUMA MUSKOLOSKETAL
Aisa T Hasan (201901042)
Ni Nyoman Tina Dwi Susanti (201901062)
Eka Putri Wardini (201901050)
Nur Aziza (201901067)
M.Syahril (201901056)
2. Definisi
• Sistem musculoskeletal merupakan sistem yang terdiri dari otot, tulang, tendon, ligament kartilago, facia
dan brusae serta persendian. Trauma ini sering terjadi pada pasien yang dating ke unit gawat daruratan
dengan berbagai keluhan dan merasa sakit, dalam pemeriksaan terdapat memiliki ketegangan pada tendon
ataukesleo (ligament), fraktur, cidera muskulo lainnya dan dislokasi. (Alsheihly and Alsheikhly).
Etiologi
Faktur dapat terjadi karena beberapa penyebab antara lain adalah :
a. Fraktur akibat peristiwa traumatic
Disebabkan trauma yang tiba-tiba mengenai tulang yang sangar keras
a. Fakturpatologis
Disebabkan adanya kelainan tulang keliana, patologis di dalam tulang
a. Fraktur stress
Disebabkan oleh trauma yang terus menerus
3. Klasifikasi
Klasifikasi trauma muskoloskeletal dibagi menjadi 3 yaitu :
a. Trauma jaringan lunak
b. Fraktur
c. Dislokasi
Patofisiologi
Fraktur terjadi ketika interupsi dari kontinuitas tulang, biasanya disertai cidera jaringan sekitar ligament,
otot, tendon, pembuluh darah, dan persyarafan. Tulang yang sudah rusak mengakibatkan periosteum
pembuluh darah pada korteks dan sumsum tulang, proses penyembuhan untuk memperbaiki cidera dan
tahap awal pembentukan tulang. Berbeda dengan jaringan lainnya, tulang mengalami regenerasi tanpa
menimbukan bekas luka.
4. Manifestasi Klinis
a. a.Fraktur
1) Deformitas
2) Nyeri
3) Pembengkakan atau edema
4) Hematom atau memar
b. Strain
1) Nyeri
2) Kelemahan otot
3) Pada sprain parah
5. Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul dari trauma musculoskeletal adalah sindrom kompartemen
akut yaitu peningkatan tekanan jaringan intrastitial yang berkepanjangan menyebabkan
gangguan perfusi dan kerusakan jaringan. Terkait dengan peningkatan premeabilitas
pembuluh darah dan kebocoran plasma ke ruangan itraseluler menyebabkan tekanan lebih
lanjut pada otot dan saraf.
Pemeriksaan Penunjang
a. X-ray menentukan lokasi atau luasnya fraktur
b. Scan tulang : mempelihatkan fraktur lebih jelas, mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak
c. Arteriogram : dilakukan untuk memastikan ada tidaknya kerusakan vaskuler pada perdarahan; penigkatan lekosit
sebagai respon terhadap peradangan
d. Kretinin : trauma otot menigkatkan beban kretinin untuk kliens ginjal
e. Profil koagulas : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfusi darah atau cedera.
6. Penatalaksanaan
a. Fraktur
1) Imobilisasi
2) Reduksi
3) Traksi
b.Strain
1) Istirahan, kompres dengan air dingin dan elevasi (RICE) untuk 24-48 jam pertama
2) Perbaikan bedah mungkin diperlukan jika robekan terjadi pada hubungan tendon-tulang
3) Pemasangan balut tekan
4) Selama penyembuhan (4-6 minggu) gerakan dari cedera harus diminimalkan.
c.Sprain
1) Istirahat akan mencegah cedera tambahan dan mempercepat penyembuhan
2) Meninggikan bagian yang sakit akan mengontrol pembengkakan
3) Kompres air dingin,
7. A. Tinjauan Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
b. Keluhan utama
c. Riwayat kesehatan
d. Riwayat penyakit sekarang
e. Riwayat penyakit dahulu
f. Riwayat penyakit keluarga
g. Pemeriksaan fisik
h. Pemeriksaan penunjang
8. 2. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen-agen yang menyebabkan cedera fisik
(Cedera jaringan lunak).
b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler dan
muskuloskeletal, nyeri post operasi.
c. Kerusakan intergritas kulit berhubungan dengan imobilisasi fisik, medikasi,
bedah perbaikan, perubahan pigmentasi, dan perubahan sensasi.
9. 3. intervensi
a. Nyeri akut b.d agen cedera fisik (mis. Amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik
berlebihan).
Tujuan : pain level, pain control and comfort level
Kriteria hasil :
Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri dan
mencari bantuan)
Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
Intervensi
Pain management
• Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termaksud lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
presipitas
• Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
• Gunakan tehnik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
10. b. Gangguan mobilitas fisik b.d kerusakan integritas struktur tulang, penurunan kekuatan otot, gangguan
muskuloskeletal dan nyeri
1) Tujuan : Joint movement (active), mobility level, self care (Adls)
2) Kriteria hasil :
Klien meningkatkan dalam aktivitas fisik
Mengerti tujuan dan peningkatan mobilitas
Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan kemampuan berpindah
Memperagakan penggunaan alat
3) Intervensi
Monitoring vital sign sebelum atau sesudah latihan dan lihat respon pasie saat latihan
Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan
Bantu pasien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan cegah terhadap cedera
11. c. Kerusakan integritas kulit b.d tekanan pada tulang, gangguan turgor kulit dan fraktur terbuka
Tujuan : Tissue integrity (skin and mucous), membranes and hemodyalis akses
Kriteria hasil
Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur, hidrasi dan pigmentasi)
tidak ada luka atau lesi pada kulit dan perfusi jaringan baik
Menunjukan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya cedera berulang
Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembapan kulit dan perawatan alami
Intervensi :
• Pressure management
• Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar
• Hindari kerutan pada tempat tidur
• Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering