WA 0821-2636-0569, Sekolah Pra Nikah Muslim Sunnah Di Padang
Muskuloskeletal fisioterapi treatmen PT IV.pptx
1. Kondisi Muskuloskeletal
A. Arthritis
1. Degerative Joint Desease (DJD)/Degenerative
Osteoarthritis/Osteoarthrosis
a. Proses degenerasi dg etiologi : perubahan mekanikal, penyakit dan
atau trauma sendi
b. Tanda : degenerasi kartilago (rawan) sendi dg hipertropi tulang
subcondral dan kapsul sendi, terutama yg menumpu berat
c. Medikasi : Kortikosteroid, NSAIDs, injeksi Glucocorticoid, nyeri
ringan Acetamenophen
d. Rontgen : penyempitan ruang sendi, penurunan ketebalan kartilago,
osteofit. Laboratorium perlu
e. Pemeriksaan klinis membantu penentuan diagnosis
f. FT : - strategi proteksi sendi
- menjaga/memperbaiki mekanika sendi dan fungsi jar ikat
- latihan aerobic capacity/endurance condition seperti lat di air
3. 2. Rheumatoid
a. Ankylosing Spondylitis (Marie-Strumple, Bechterew, Rhematoid Spondylitis)
1). Penyakit inflamasi bersifat progresif penyebab belum diketahui yang mengena pd
vertebra
2). Didahului adanya LBP 3 bulan atau lebih, sebelum dekade 4 ( 40 an )
3). Tanda utama : LBP, Morning Stifness, Sacroiliitis
4). Kecacatan kiposis servikalis dan thorakalis, menurunnya lordosis lumbal
5). Stadium lanjut ; degenerasi sendi perifer dan costovertebra
6). Laki 3 kali lebih banyak dibanding wanita
7). Medikasi : NSAIDs aspirin : mengurangi nyeri & radang
8). Lab : Human Leucocyt Antigen ( HLA-B27)
9). Pemeriksaan klinis membantu penentuan diagnosis
10). FT : a). Fleksibilitas exercise untuk trunk menjaga/memperbaiki gerak sendi yang
normal dan panjang otot semua arah gerakan terutama ekstensi
b). Latihan aerobik/endurance conditioning and reconditioning such as aquatic program
c). Relaksasi menjaga/memperbaiki fungsi respirasi
4.
5. b. Gout
1). Kelainan genetik metabolisme purin yang ditandai dengan
peningkatan serum asam urat (hiperuricemia). Asam urat
berupa kristal dan mengendap disendi perifer dan jaringan
lain ( Ginjal )
2). Sering pada lutut dan ibu jari kaki
3). Medikasi : NSAIDs Indomethacin, cox-2 inhibitor
4). Lab : kristal monosodium urat monohidrat pada cairan
sinovial dan jaringan ikat
5). Pemeriksaan klinis membantu penentuan diagnosis
6). FT : a). Pendidikan pasien untuk menjaga sendi dari
benturan
b). identifikasi awal kondisi dengan implementasi
intervensi yang cepat sangat penting
7. c. Psoriatic Arthritis
1). Kelainan inflamasi erosif yang bersifat kronis, penyebab belum
diketahui sering bersamaan dengan psoriasis pd kulit
(autoimun)
2). Degenerasi erosif biasanya terjadi pada sendi jari serta vertebra
3). Laki dan wanita sama
4). Medikasi : Acetaminophen nyeri, NSAIDs,Corticosteroid,
disease-modifying anti rheumatic drugs (DMARDs)
memperlambat progresivitas psoriatic arthritis
5). Pemeriksaan klinis membantu penentuan diagnosis
6). FT : - strategi proteksi sendi
- menjaga/memperbaiki mekanika sendi dan fungsi jar
ikat
- latihan aerobic capacity/endurance condition seperti lat
di air
9. d. Rheumatoid Arthritis ( RA )
1. Penyakit sistemik yang bersifat kronis, penyebab belum diketahui biasanya
melibatkan pola simetris disfungsi jaringan sinovial dan rawan sendi pada
sendi tangan, wrist, elbow, shoulder,knee,ankle, feet
2. MCP dan PIP biasanya terkena dengan terbentuknya pannus ( peradangan
jaringan granulasi yang membungkus permukaan sendi ), swan neck
3. Wanita > laki, 2 / 3 kali
4. Juvenile RA terjadi pada usia sebelum 16 tahun
5. Medikasi : DMARDs, NSAIDs
6. Foto diperlukan sama perlunya dg tes laboratorium. Peningkatan sel darah
putih dan endapan eritrosit. Hb menunjukkan anemia dan Rheumatoid
fakor ditemukan
7. Pemeriksaan klinis membantu penentuan diagnosis
8. Ft : - strategi proteksi sendi
- menjaga/memperbaiki mekanika sendi dan fungsi jar ikat
- latihan aerobic capacity/endurance condition seperti lat di air
10.
11. B. KONDISI SKELETAL DAN
JARINGAN LUNAK
1. Osteoporosis
a. Penyakit metabolik dg gangguan penyerapan mineral pada tulang yang
membuat kerapuhan, tulang gampang fraktur
b. Wanita > laki, 10 kali
c. Fraktur yang umum : thorak dan lumbal spine, collum femoral, humerus
proksimal, tibial proksimal, pelvis, distal radius
d. Osteoporosis postmenaupose menurunnya produksi estrogen
e. Senile osteoporosis terjadi penurunan aktivitas sel tulang secara genetis
f. Medikasi : calcium, Vit D, estrogen, calcitonia, biophosphonates
g. CT Scan membantu melihat kepadatan tulang
h. Pemeriksaan klinis membantu penentuan diagnosis
i. Ft : - strategi proteksi sendi/tulang
- menjaga/memperbaiki mekanika sendi dan fungsi jar ikat
- latihan aerobic capacity/endurance condition seperti lat di air
13. 2. Osteomalacia
a. Decalsifikasi tulang sebagai akibat defisiensi vit D
b. Gejala : nyeri berat, fraktur, kelemahan dsan kecacatan
c. Medikasi : calcium, vit D, vit D injeksi
d. Rontgen, lab, bone scan, bone biopsi
e. Pemeriksaan klinis membantu penentuan diagnosis
f. Ft : - strategi proteksi sendi/tulang
- menjaga/memperbaiki mekanika sendi dan fungsi
jar ikat
- latihan aerobic capacity/endurance condition
seperti lat di air
14.
15. 3. Osteomyelitis
a. Inflamasi dalam tulang yang disebabkan oleh infeksi
b. Staphylococcus aureus, dpt juga organisme lain
c. Lebih sering pada anak-anak, laki lebih banyak dari
wanita
d. Medikasi : antibiotik, pembedahan jika infeksi menyebar
ke sendi
e. Lab : infeksi, biopsi tulang
f. Pemeriksaan klinis membantu penentuan diagnosis
1. FT : - strategi proteksi sendi/tulang seperti gips, brace
- menjaga/memperbaiki mekanika sendi dan fungsi
jar ikat
16.
17. 4. Arthrogryposis Multiplex
Congenita
a. kelainan bawaan dari tulang dan jaringan lunak yang ditandai
dengan keterbatasan gerak sendi dan pada tungkai terlihat seperti
sosis
b. Intellegence berkembang secara normal
c. komunikasi terus menerus dengan keluarga dan sekolah penting
dalam terapi
d. Rontgen dapat dimanfaatkan
e. Pemeriksaan klinis membantu penentuan diagnosis
f. FT : - strategi proteksi sendi/tulang
- menjaga/memperbaiki mekanika sendi dan fungsi jar ikat
- latihan aerobic capacity/endurance condition seperti lat di air
- penggunaan alat adaptif, alat bantu,orthotic dan support
- flexibility exercise
18.
19. 5. Osteogenesis Imperfecta
a. kelainan bawaan ditularkan oleh gen dominan autosomal
b. ditandai dengan sintesis kolagen yang abnormal yang mengarah ke
ketidakseimbangan antara deposisi tulang dan reabsorbsi
c. Tulang menjadi tipis dan mudah fraktur serta cacat pada tulang yg
menumpu
d. Medikasi : calcium, vit D, estrogen, calcitonin, biophpsphonates
e. Bone scan & Ro” membantu diagnosis terutama bila terjadi
fraktur/kecacatan, serologi juga perlu
f. Pemeriksaan klinis membantu penentuan diagnosis
g. FT : - strategi proteksi sendi/tulang
- menjaga/memperbaiki mekanika sendi dan fungsi jar ikat
- latihan aerobic capacity/endurance condition seperti lat di air
20.
21. 6. Osteochondritis Dissecans
a. Terlepasnya kartilago sendi dari batas tulang (
osteochondral fracture ) umumnya terjadi pd condilus
medialis femur dekat fosa intercondyloidea dan jarang
pada caput femur serta talus
b. Pembedahan bila ada indikasi fraktur
c. Ro “ dan CT Scan
d. Pemeriksaan klinis membantu penentuan diagnosis
e. FT : - strategi proteksi sendi/tulang
- menjaga/memperbaiki mekanika sendi dan fungsi
jar ikat
- latihan aerobic capacity/endurance condition
- latihan penguatan dan daya tahan
23. 7. Myofascial Pain Syndrome
a. Dalam klinis dikenal sebagai “ trigger point “ yang merupakan titik fokus adanya
iritasi dalam otot. Trigger point dapat diidentifikasi sebagai titik tegang pada otot
b. Trigger point dapat aktif atau laten ( tersembunyi ). Aktif trigger point lembut saat
dipalpasi dan memiliki pola nyeri rujukan yang khas saat diprovokasi dan yg laten
tidak lembut saat dipalpasi
c. Hipotesis : overload, overstretching, aktivitas otot yang berulang
d. Medikasi : cortikosteroid
e. Diagnosis berdasarkan pemeriksaan klinis dan tidak ada tes diagnosis yang dapat
dipakai sebagai acuan
f. FT : - flexibility exercise untuk menjaga/memperbaiki gerak sendi yg normal dan
panjang otot
- manual terapi untuk menjaga mekanika sendi yg normal dg soft tissue/massage
techniques dan joint oscillation untuk mengurangi nyeri, kesalahan biomechanical
disebabkan oleh pembatasan sendi harus diperbaiki dengan mobilisasi sendi, stretch
technique, cryotherapi, us, hidrotherapi,TENS dan manual pressure untuk
desensitisasi (tindakan yang berlawanan)
- latihan penguatan dan daya tahan dengan active assistive, free, resisted
24.
25. 8. Tendonitis
a. Peradangan pada tendon akibat mikrotrauma overuse, pukulan langsung
dan/atau kekuatan tarikan yg berlebihan
b. Medikasi : acetaminophen, NSAIDs, steroid
c. MRI
d. Pemeriksaan klinis membantu penentuan diagnosis
e. FT : - flexibility exercise untuk menjaga/memperbaiki gerak sendi yg normal
dan panjang otot
- manual terapi untuk menjaga mekanika sendi yg normal dg soft
tissue/massage techniques dan joint oscillation untuk mengurangi nyeri,
kesalahan biomechanical disebabkan oleh pembatasan sendi harus
diperbaiki dengan mobilisasi sendi
- latihan aerobic capacity/endurance condition
- penggunaan termal agent untuk mengurangi nyeri, oedema dg
cryotherapi, hydrotherapi, US
- patient/client education and training/retraining for instrumental
activities of daily living ( IADL ) seperti pekerjaan rumah tangga
26.
27. 9. Tendonosis
a. Dysfungsi tendon kronis, penyebab dan patogenesisnya belum diketahui
b. Mengena pada semua tendo di tubuh seperti supraspinatus, ekstensor elbow, patella,
achilles
c. Histologi : hipercell, hipervascular, tdk terdapat infiltrat radang, jaringan collagen
longgar
d. Medikasi : acetaminophen, NSAIDs, steroid
e. MRI
f. Pemeriksaan klinis membantu penentuan diagnosis
g. FT : - flexibility exercise untuk menjaga/memperbaiki gerak sendi yg normal dan
panjang otot
- manual terapi untuk menjaga mekanika sendi yg normal dg soft tissue/massage
techniques dan joint oscillation untuk mengurangi nyeri, kesalahan biomechanical
disebabkan oleh pembatasan sendi harus diperbaiki dengan mobilisasi sendi
- latihan aerobic capacity/endurance condition
- penggunaan termal agent untuk mengurangi nyeri, oedema dg cryotherapi,
hydrotherapi, US
- patient/client education and training/retraining for instrumental activities of daily
living ( IADL ) seperti pekerjaan rumah tangga
28. 10. Bursitis
a. Peradangan bursa krn overuse, trauma, gout, infeksi
b. Tanda : nyeri saat istirahat, keterbatasan PROM/AROM karena nyeri
c. Medikasi : acetaminophen, NSAIDs, steroid
d. Pemeriksaan klinis membantu penentuan diagnosis
e. FT : - flexibility exercise untuk menjaga/memperbaiki gerak sendi yg normal
dan panjang otot
- manual terapi untuk menjaga mekanika sendi yg normal dg soft
tissue/massage techniques dan joint oscillation untuk mengurangi nyeri,
kesalahan biomechanical disebabkan oleh pembatasan sendi harus
diperbaiki dengan mobilisasi sendi
- latihan aerobic capacity/endurance condition
- penggunaan termal agent untuk mengurangi nyeri, oedema dg
cryotherapi, hydrotherapi, US
- patient/client education and training/retraining for instrumental
activities of daily living ( IADL ) seperti pekerjaan rumah tangga
29.
30. 11. Muscle Strains
a. Peradangan yang terjadi setelah otot mengalami trauma disebabkan
mikrotearing serabut musculotendon
b. Nyeri dan nyeri tekan
c. Bisa mengena otot seluruh tubuh
d. Medikasi : acetaminophen, NSAIDs
e. Pemeriksaan klinis membantu penentuan diagnosis
f. FT : - flexibility exercise untuk menjaga/memperbaiki gerak sendi yg normal
dan panjang otot
- manual terapi untuk menjaga mekanika sendi yg normal dg soft
tissue/massage techniques dan joint oscillation untuk mengurangi nyeri,
kesalahan biomechanical disebabkan oleh pembatasan sendi harus
diperbaiki dengan mobilisasi sendi
- latihan aerobic capacity/endurance condition
- penggunaan termal agent untuk mengurangi nyeri, oedema dg
cryotherapi, hydrotherapi, US
- patient/client education and training/retraining for instrumental
activities of daily living ( IADL ) seperti pekerjaan rumah tangga
32. 12. Myositis Ossificans
a. Nyeri akibat pembentukan penulangan/ kalsifikasi pada otot
b. Akibat trauma langsung yg mengakibatkan perdarahan dan kalsifikasi pada otot
c. Dpt jg akibat immobilisasi dan penguluran dari FT yang agresif setelah trauma otot
d. Paling sering pada quadriceps, brachialis, biceps
e. Medikasi : acetaminophen, NSAIDs
f. Pembedahan dianjurkan pada pasien non herediter myositis ossificans, menimbulkan
gangguan gerak dan menekan saraf
g. Ro”, CT Scan, MRI
h. Pemeriksaan klinis membantu penentuan diagnosis
i. FT : - flexibility exercise untuk menjaga/memperbaiki gerak sendi yg normal dan
panjang otot, hindari latihan yg terlalu agresif
- manual terapi untuk menjaga mekanika sendi yg normal dg soft tissue/massage
techniques dan joint oscillation untuk mengurangi nyeri, kesalahan biomechanical
disebabkan oleh pembatasan sendi harus diperbaiki dengan mobilisasi sendi
- latihan aerobic capacity/endurance condition
34. 13. Complex Regional Pain
Syndrome ( CRPS )
a. sebelumnya disebut sebagai refleks simpatis distrofi ( RSD )
b. Etiologi belum diketahui tetapi diduga ada kaitan dg trauma, dpt terjadi pada upper
extremity, lower ext, trunk, head, neck
c. Disfungsi saraf simpatis berupa nyeri,ggn sirkulasi dan ggn vasomotor
d. CRPS type I dipicu cidera jaringan dg gejala diatas tanpa cedera saraf yang mendasari,
CRPS II dijumpai cidera saraf
e. Medikal intervensi untuk blokade saraf simpatis, surgical sympathectomy, spinal cord
stimulation
f. Medikasi : topical analgesic drugs, antiseizure drugs, anidepressants, cortcosteroids,
opioids
g. Dalam jangka panjang dapat terjadi tropic change pd kulit, penurunan densitas
tulang, penurunan propriospsi, kehilangan kekuatan otot dan kontraktur sendi
h. Pemeriksaan klinis membantu penentuan diagnosis
i. FT : - mencegah trauma, pasien perlu diajari
- flexibility exercise untuk menjaga/memperbaiki gerak sendi yg normal dan
panjang otot
- TENS untuk mengurangi nyeri
35.
36. 14. Paget’s Disease ( Osteitis
Deformans )
a. Etiologi belum diketahui, diduga terkait dengan infeksi virus
b. Dianggap sebagai penyakit tulang metabolik yg
mengakibatkan aktivitas osteoclast dan osteoblast abnormal
c. Menyebabkan spinal stenosis, facet arthropathy, mungkin
fraktur spinal
d. Medikasi : acetaminophen untuk kontrol nyeri, calcitonin dan
etidronate disodium untuk membatasi aktivitas osteoclast
e. Lab : untuk melihat peningkatan serum alkaline phosphatase
dan urinary hydroxyproline
f. Pemeriksaan klinis membantu penentuan diagnosis
g. FT : - strategi proteksi sendi/tulang
- menjaga/memperbaiki mekanika sendi dan fungsi jar
ikat
- latihan aerobic capacity/endurance condition
38. 15. Idiopathic Scoliosis
a. Dua tipe, strukturan dan non struktural, etiologi tidak diketahui
b. Struktural skoliosis kurve lateral tdk dapat diubah dengan
komponen rotasi
c. Nonstruktural curve lateral dapat berubah tanpa komponen rotasi
d. Intervensi struktural skoliosis berupa bracing dan mungkin
pembedahan dengan dipasang Harrington rod. Bila bengkoknya
kurang dari 25 derajat dpt di FT, antara 25 – 45 spinal orthoses,diatas
45 pembedahan
e. Ro “, CT Scan, MRI
f. Pemeriksaan klinis membantu penentuan diagnosis
g. FT : - flexibility exercise untuk menjaga/memperbaiki gerak sendi yg
normal dan panjang otot pada trunk dan pelvis
- latihan penguatan dan daya tahan
- elektrical stimulation memperbaiki tampilan otot
- mengajari pasien menggunakan orthosis
39.
40. 16. Torticolis
a. Spasme / pemendekan otot sternocleidomastoideus
b. Kepala membengkok kesamping dan rotasi pada sisi yg
terkena
c. Medikasi : acetamenophen, muscle relaxant, NSAIDs
d. FT : - flexibility exercise untuk menjaga/memperbaiki
gerak sendi yg normal dan panjang otot
- manual terapi untuk menjaga mekanika sendi yg
normal dg soft tissue/massage techniques dan joint
oscillation untuk mengurangi nyeri, kesalahan
bionechanical disebabkan oleh pembatasan sendi harus
diperbaiki dengan mobilisasi sendi untuk pembatasan
tertentu yang diidentifikasi selama pemeriksaan
41.
42. Intervensi pada kondisi
musculosceletal
A. Kondisi akut
1. Fase akut
a. Immobilisasi : 1 – 2 hari, dapat bedrest, brace, sling, corset, collar, taping,
alat bantu lain
b. Kontrol peradangan ( RICE ) :
1). Ice dan electrical stimulation
2). Kompresi dan elevasi untuk mengurangi dan mencegah efusi dan
pembengkaan
3). NSAIDs
4). Rest/relaxation
5). Soft tissue/massage technique, jika perlu
c. Assisted movement
d. Joint oscillation ( grade I dan II ) mengurangi nyeri
e. Exercise
f. Strategi proteksi sendi
43. 2. Fase Subakut
a. Hindari iritasi dan trauma berulang :
1). Modifikasi aktivitas rumah/kerja/rekreasi
2). Modifikasi alat kerja
3). Koreksi kesalahan biomekanik
b. Joint mobilization
c. Exercise terapi : flexibility/endurance/coordination
d. Postural reeducatinal
e. Biomechanical education
3. Fase Restorasi Fungsi
a. menjaga/mengembalikan fungsi gerak optimum
b. Menormalkan fleksibilitas sendi
c. Mengembalikan kapasitas beban jaringan ikat ke kekuatan yg normal
d. Functional strengthening
e. Functional stabilization of joint/region
44. B. Kondisi Kronis
1. Menentukan kemungkinan faktor penyebab :
a. Abnormal remodeling of injured tissue
b. Inflamasi kronis grade rendah karena stres berulang pada jaringan
2. Mengurangi tekanan pada jaringan :
a. kurangi/hilangkan gaya beban
b. Hilangkan arah gaya
c. Hilangkan kerugian biomekanik yang menghambat penyembuhan
d. Didik pasien untuk proteksi sendi dan jaringan lunak
3. Mengembalikan integritas struktural :
a. Memperbaiki fleksibilitas
b. Postural reeducation
c. Menambah kapasitas jaringan dalam menahan beban
d. Latihan penguatan/daya tahan/ koordinasi
4. Menyimpulkan kemampuan fungsional pasien dan mencegah kejadian ulang :
a. Pendidikan pasien tentang tentang penyebab gangguan
b. Kondisi kerja
45. c. Intervensi khusus
1. Soft tissue/ myofascial techniques
a. Mereduksi sisa metabolis otot, mengaktifkan kembali otot setelah mengalai
ischemia
b. Otonom : stimulasi kulit fscia superficial untuk mengurangi ketegangan
otot
c. Mekanikal : gerakan kulit, fascia, dan otot menyebabkan perubahan
mekanis dan histologis sehingga terjadi perbaikan mobilitas dan fungsi
jaringan lunak
d. Tujuan : mengurangi nyeri, bengkak, spasme otot, menambah metabolisme
dan suhu, memperbiki sirkulasi, menguatkan otot yang lemah dan
mobilisasi sendi yang terbatas
e. Indikasi : pasien dengan restriksi sendi dan jaringan lunak yg
mengakibatkan nyeri dan keterbatasan ADL
f. Kontra indikasi :
- Absolut : jaringan lunak yg robek, infeksi, peradangan, neoplasm
- Relatif : hipermobil, hipersensitif
46. g. Traditional massage technique :
- effleurage, petrisage
h. Functional massage :
1. Tiga teknik untuk mengembalikan kemampuan otot dan menambah
sirkulasi otot :
- Soft tissue without motion : tradisional teknik dimana tangan tidak
bergeser terhadap kulit, tapi bersama tangan dan kulit bergerak
tanpa gerakan otot, arah searah serabut otot dan dilakukan 5 -7 detik
- Soft tissue with passive pumping : letakkan otot pada posisi
terpendek dan dengan satu tangan letakkan pada ujung otot, tangan
yang lain mengulur secara pasif mengurangi keteganagan otot
- Soft tissue with active pumping : letakkan otot pada posisi
terpanjang, dengan satu tangan diletakkan pada otot yg tegang,
tangan yang lain mengarahkan lengan pasien untuk mengkerutkan
otot secara aktif, bersamaan dg pemendekan otot keseluruhan
tangan tetap kontak dengan otot untuk mengurangi ketegangan
47. i. Transverse friction massage
1. Digunakan untuk menimbulkan peradangan akut pada
jaringan yang terjadi stasis metabolisme seperti pada
tendonosis
2. Diberikan 5 – 10 menit dan menimbulkan
ketidaknyamanan pada pasien
j. Partisipasi aktif dari pasien untuk melakukan gerakan saat
pengobatan :
1. Feldenkrais
- Memfasilitasi perkembangan pola gerak yang normal
- Terapis menggunakan seluruh kemampuannya,
supportive, menggunakan tanggannya untuk memberi
kenyamanan pasien, mengarahkan gerakan baru yang
memungkinkan dimulai dari yg mudah dan ringan
48. 2. Muscle energy technique
- Kontraksi sesuai arahan, menggunakan gaya yg
berlawanan untuk klinis
- Dimaksudkan untuk mengembalikan gerakan yang
terbatas akibat perlengketan sistem neuromuskular
- Modifikasi dari teknik PNF
3. PNF hold relax-contract technique
49. 2. Articulatory technique
a. Joint oscillation
- Menghambat nyeri dan memperbaiki otot
- lubrikasi permukaan sendi
- Menyediakan nutrisi untuk struktur sendi
- Grade of movement :
= grade I : amplitudo kecil pada awal ROM
= grade II : amplitudo besar pada pertengahan ROM
= grade III : amplitudo besar pada akhir ROM
= grade IV : amplitudo kecil pada akhir ROM
= grade V : manipulasi dg high velocity dan low amplitudo pada akhir ROM ( keterbatasan
tinggal sedikit )
- Indikasi : grade I & II untuk memperbaiki lubrikasi/nutrisi , mengurangi nyeri, grade
III & IV untuk mengulur ketegangan otot, kapsul dan ligamen, grade V untuk
mengembalikan kenormalan mekanika sendi, juda mengurangi nyeri
- Kontra indikasi : absolute joint anylosing, malignan bone,, penyakit integritas
ligamen seperti RA, Down Syndrome, arteri insufisiensi, peradangan aktif, infeksi.
Relatif : DJD, metabolic bone disease osteoporosis, paget’s, TB, hypermobile, total
joint replacement, pregnancy, spondylolisthesis. Pemakai steroiddan radicular system
50. b. Joint mobilization
a. mengulur,/memperpanjang /membentuk kolagen pada struktur sendi
arthrokinematik yang normal
b. Grade ( Kaltenborn ) :
- Grade I : loosening translatory glide, gerakan dengan amplitudo sangat kecil,
posisi traksi, digunakan untuk mengurangi nyeri
- Grade II : tightening translatory glide, gerakan membuat slack jaringan
sekitar sendi, untuk mengurangi nyeri, membantu joint play
- Grade III : stretching translatory glide, mengulur jaringan yg membentang
pd sendi, membantu mengembalikan end feel dan menambah gerakan
- Traction : manual, self/ autotraction
- Kontra indikasi : absolute joint anylosing, malignan bone,, penyakit
integritas ligamen seperti RA, Down Syndrome, arteri insufisiensi,
peradangan aktif, infeksi. Relatif : DJD, metabolic bone disease
osteoporosis, paget’s, TB, hypermobile, total joint replacement, pregnancy,
spondylolisthesis. Pemakai steroiddan radicular system
51. c. Manipulation
1. Menghambat nyeri dan menjada fisiologis otot
2. Memperbaiki roll glide sendi pada sendi yg mengalami
keterbatasan
3. Type : umum meliputi banyak bagian seperti vertebra,
banyak digunakan dalam praktek chiropractic. Khusus
beberapa segmen, menggunakan tenaga minimal dan lever
pendek, banyak digunakan oleh FT. Mid-range very gentle,
short lever arm, banyak digunakan oleh osteopatic
4. Kontra indikasi : absolute joint anylosing, malignan bone,,
penyakit integritas ligamen seperti RA, Down Syndrome, arteri
insufisiensi, peradangan aktif, infeksi. Relatif : DJD, metabolic
bone disease osteoporosis, paget’s, TB, hypermobile, total
joint replacement, pregnancy, spondylolisthesis. Pemakai
steroiddan radicular system
52. 3. Neural Tissue Mobilization
a. Menggerakkan struktur saraf
b. Tension test :
- Gerakan jaringan lunak pada perlengketan struktus
saraf seperti melengketnya saraf radial akibat fraktur
humerus
- Postural reeducation : membuka foramen
intervertebralis, mengurangi ketegangan jaringan
- Kontra indikasi : nyeri yg ekstrem, menambah sakit
53. 4. Exercise
a. Indikasi : mengurangi nyeri, menjaga fisiologis otot,
menambah vascularisasi jaringan, mempercepat
regenerasi jaringan ikat seprti kartilago, tendon,
ligamen,kapsul, diskus, menambah fleksibilitas,
daya tahan otot, menambah koordinasi otot,
kekuatan otot, stabilitas dan dan fungsional gerakan
yg optimal
b. Program latihan di rumah