Dokumen tersebut membahas tentang pengertian dan hakikat kejujuran menurut Islam. Kejujuran dijelaskan sebagai sifat mulia yang dianjurkan untuk dimiliki umat Islam sesuai dengan ayat Al-Quran. Kejujuran dalam memelihara amanah dianggap sebagai perintah Allah. Orang yang jujur akan dihormati karena dipercaya untuk mengerjakan tugas penting. Contoh teladan kejujuran adalah Rasulullah.
1. Nama: Annisa Gustiani Yanto
Kelas : VII.3
Pengertian dan Hakikat Jujur Menurut Islam
Jujur dapat pula diartikan kehati-hatian diri seseorang dalam memegang amanah yang telah
dipercayakan oleh orang lain kepada dirinya. Karena salah satu sifat terpenting yang harus
dimiliki bagi orang yang akan diberi amanah adalah orang-orang yang memiliki kejujuran.
Karena kejujuran merupakan sifat luhur yang harus dimiliki manusia. Orang yang memiliki
kepribadian yang jujur, masuk dalam kategori orang yang pantas diberi amanah karena orang
semacam ini memegang teguh terhadap setiap apa yang ia yakini dan menjalankan segala
sesuatu dengan sungguh-sungguh dan penuh tanggung jawab.
Karena orang yang jujur umumnya akan bertanggung jawab penuh akan segala yang
diberikan atau dibebankan kepadanya maka pasti ia akan berusaha sekuat tenaga untuk
menjalankan kewajibannya tersebut dengan sungguh-sungguh. Selain itu orang yang dalam
lubuk hatinya mengalir darah kejujuran maka ia tidak akan sanggup menyakiti atau melukai
perasaan orang lain. Dan karena itulah orang semacam ini pantas diberi amanah, dengan
kejujurannya ia tidak akan sanggup mengecewakan orang yang telah memberinya amanah
tentukan bukan amanah yang menyesatkan.
Kejujuran adalah perhiasan orang berbudi mulia dan orang yang berilmu. Oleh sebab itu,
sifat jujur sangat dianjurkan untuk dimiliki setiap umat Rasulullah saw. Hal ini sesuai dengan
firman Allah:
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yang berhak
menerimanya.” (Q.S. an-Nisa: 58).
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghianati Allah dan Rasul-Nya dan
janganlah kamu menghianati amanah-amanah yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu
mengetahui.” (Q.S. al-Anfal: 27).
Dari dua ayat tersebut didapat pemahaman bahwa manusia, selain dapat berlaku tidak jujur
terhadap dirinya dan orang lain, adakalanya berlaku tidak jujur juga kepada Allah dan Rasul-
Nya. Maksud dari ketidakjujuran kepada Allah dan Rasul-Nya adalah tidak memenuhi
perintah mereka. Dengan demikian, sudah jelas bahwa kejujuran dalam memelihara amanah
merupakan salah satu perintah Allah dan dipandang sebagai salah satu kebajikan bagi orang
yang beriman. Orang yang mempunyai sifat jujur akan dikagumi dan dihormati banyak
orang. Karena orang yang jujur selalu dipercaya orang untuk mengerjakan suatu yang
penting. Hal ini disebabkan orang yang memberi kepercayaan tersebut akan merasa aman dan
tenang.
Jujur adalah sikap yang tidak mudah untuk dilakukan jika hati tidak benar-benar bersih.
Namun sayangnya sifat yang luhur ini belakangan sangat jarang kita temui, kejujuran
sekarang ini menjadi barang langka. Saat ini kita membutuhkan teladan yang jujur, teladan
yang bisa diberi amanah umat dan menjalankan amanah yang diberikan dengan jujur dan
sebaik-baiknya. Dan teladan yang paling baik, yang patut dicontoh kejujurannya adalah
manusia paling utama yaitu Rasulullah saw. Kejujuran adalah perhiasan Rasulullah saw. dan
orang-orang yang berilmu
2. Pengertian Istiqomah
Istiqomah adalah berpegang teguh dengan agama dan kokoh (tegar dan tidak goyah) di
atasnya.
Ibnu Rajab al-Hanbali di dalam bukunya “Jami’ul Ulum wal Hikam” mengatakan:”Istiqomah
adalah penempuhan jalan yang lurus, yaitu agama yang lurus, tanpa adanya pembengkokan
ke kanan maupun ke kiri. Dan hal itu mencakup ketaatan secara keseluruhan, baik lahir
maupun bathin, serta meninggalkan segala bentuk larangan.
Hukum Istiqomah
Allah Subhanahu wa Ta'ala memerintahkan Nabi-Nya (Muhammad) shallallahu 'alaihi
wasallam dan para pengikut beliau untuk beristiqomah baik dalam aqidah, syari’at, pedoman
hidup, maupun dalam manhaj. Dan supaya mereka menjauhi sikap berlebih-lebihan dan
supaya mereka menghindari hawa nafsu para wali-wali syaitan. Allah Subhanahu wa Ta'ala
berfirman:
{ . [فَصا سْمَهههتَصقِيرمْمَ كَصمَصههها أُونمِيرهههرْمَتَص وَصمَصهههن تَصههها بَص مَصعَصهههكَص وَصلاَص تَصطْمَغَصهههوْمَاْمَ إِيرنَّهُ ههههُون بِيرمَصههها تَصعْمَمَصلُونهههونَص بَصصِيرهههيررٌ } [ سهههورة ههههود : 112
”Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan
(juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampui batas.
Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. Huud:112)
Ibnu Katsir rahimahullah berkata:Allah Subhanahu wa Ta'ala memerintahkan rasul-Nya dan
hamba-hamba-Nya yang beriman untuk kokoh dan senantiasa istiqomah, dan itu termasuk
cara terbesar untuk mendapatkan kemenangan atas musuh-musuh mereka dan untuk
menyelisihi lawan-lawan mereka. Dan Dia melarang mereka dari perbuatan ghuluw yaitu
perbuatan melampui batas, karena sesungguhnya hal itu (ghuluw) adalah kematian/musibah
sekalipun (perbuatan ghuluw) itu terhadap orang musyrik.Dan Dia Subhanahu wa Ta'ala
menjelaskan bahwa Dia Maha Melihat amalan hamba-hamba-Nya, Dia tidak lalai dari
sesuatu sekecil apapun dan tidak ada yang tersembunyi dari-Nya hal sekecil apapun.”
3. Nama: Az Ghina Fadhilah
Kelas : VII.3
ARTI SEBUAH KEJUJURAN
Didalam Islam, akhlaq tidak boleh dilepaskan dari aqidah dan Ibadah. Kalau kita ambil
contoh buah, tentu buah ada bijinya, dan biji itulah inti, inti itulah yang disebut aqidah,
dimana segala asal yang terjadi didalam kehidupan seorang muslim adalah karena aqidah
(karena beriman kepada Allah). Aqidah hanya akan menjadi omong kosong jika tidak diikuti
dengan ibadah sehingga jika ada 0rang mengakui iman sementara tidak ibadah, maka iman
orang itu akan dikalahkan oleh syetan, karena masalahnya bukan hanya sekedar mengakui
adanya Allah, karena syetan pun mengakui adanya Allah. Syetan mengakuinya bahwa dia
diciptakan oleh Allah dari api, itu artinya syetan mengakui bahwa yang menciptakan dia
adalah Allah. Maka intinya aqidah diproses oleh ibadah. Jika kita mengakui beriman, cinta
kepada Allah, cinta kepada rasul sementara tidak mau beribadah, itu adalah pengakuan yang
kosong.
Indikasi benarnya dalam aqidah adalah dilihat dari kulitnya (akhlaqnya) . kulit atau tampilan
luar adalah akhlaq. Kalau kulitnya (akhlaqnya) tidak baik maka itu pertanda isinya
(aqidahnya) tidak baik. Datang seorang wanita kepada rasuluullah, lalu mengatakan : dia
punya teman seorang perempuan yang shalatnya hebat, puasanya kuat, tapi kekurangannya ya
Rasulullah, apabila mulutnya terbuka, maka akan lebih ganas dibanding harimau. Ketika
mulutnya terbuka selalu ada yang disakiti, menyinggung dan menyakiti perasaan orang.
Kesimpulan yang diungkapkan oleh Rasulullah adalah hubungannya antara akhlaq dengan
ibadah. Kesimpulan itu adalah “ dia didalam api neraka “. Ini artinya, kalau akhlaqnya tidak
benar, maka tidak ada artinya ibadah seorang perempuan tersebut, karena ibadah yang benar
akan melahirkan akhlaq yang benar.
Jadi akhlaq bukan masalah boleh-boleh saja, ini maslah serius yang menyangkut ibadah dan
aqidah. Rasulullah pernah mengungkapkan tiga kali berturut-turut kata-kata “ Laa yu’min “
(tidak beriman). Para sahabat tercengang dan bertanya kepada Rasulullah : ”siapakah itu ya
Rasulullah?” . Rasulullah menjawab “ Barang siapa tetangganya tidak merasa aman dari
sikap dan prilakunya “. Pembahasan ini bukan pembahasan yang sederhana tapi menyangkut
keimanan dan ibadah.
Kalau membahas masalah akhlaq, maka tidak boleh terlepas hubungannya dengan aqidah dan
ibadah. Semua tujuan manusia di dunai selain mencari pahala dari Allah tentunya adalah
untuk beribadah dan membentuk Akhlaq. Contohnya adalah shalat. Tujuan shalat adalah
untuk mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Kalau orang terus melakukan shalat
sementara tidak lepas dari perbuatan keji dan mungkar, sama seperti pedagang yang terus
berdagang tetapi tidak mendapatkan keuntungan sesuai tujuan (tidak mencapai tujuan).
Begitupun dengan puasa, zakat haji dan ibadah-ibadah yang lainnya. Jadi , semua aktivitas
harus bernilai ibadah harus ada unsur akhlaq dari setiap aktivitas ibadah yang dilakukan oleh
manusia itu.
4. Pengertian Istiqomah
Istiqomah adalah sikap hidup seorang muslim di dalam menjalani kehidupan ini. Ia berjalan
lurus ke depan menuju keridhoan Allah. Sufyan bin Abdullah Ats Tsaqafy r.a. pernah
meminta mutiara nasihat kepada Rasulullah saw. untuk memandu jalan hidupnya. Ia
mengatakan: “Wahai Rasulullah, ajarkanlah kepada saya suatu kalimat yang menyimpulkan
pengertian Islam, sehingga saya tidak perlu bertanya kepada yang lain”. Nabi Muhammad
saw. menjawab: “Katakanlah aku percaya kepada Allah, kemudian tetaplah lurus (tetap
konsekuen) dengan pengakuan itu” (HR. Muslim).
Imam Nawawi dalam kitab Riyadhus Shalihin menerangkan maksud kalimat Rasulullah saw.
itu adalah : Perbaharuilah imanmu dengan penuh kesadaran, dengan bentuk ucapan yang
disertai pengertian dan tanggung jawab atas pengakuan ucapan tersebut. Sikap istiqomah itu
itu merupakan perintah Allah kepada Rasul-Nya. Dia SWT berfirman:
“Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan
(juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas.
Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. Huud 112)
Menurut Imam Al Qurthubi dalam tafsirnya: istiqomah adalah terus-menerus di suatu arah
tanpa menoleh ke kanan dan ke kiri; maka tetap istiqomahlah dalam mentaati perintah Allah.
5. Nama: Fauziah Thabitha Wandari
Kelas : VII.3
PENGERTIAN DAN HAKIKAT JUJUR MENURUT ISLAM
Kejujuran adalah perhiasan orang berbudi mulia dan orang yang berilmu. Oleh sebab itu, sifat jujur
sangat dianjurkan untuk dimiliki setiap umat Rasulullah saw. Hal ini sesuai dengan firman Allah :
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya.”
(Q.S. an-Nisa: 58).
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghianati Allah dan Rasul-Nya dan janganlah
kamu menghianati amanah-amanah yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.” (Q.S.
al-Anfal: 27).
Dari dua ayat tersebut didapat pemahaman bahwa manusia, selain dapat berlaku tidak jujur terhadap
dirinya dan orang lain, adakalanya berlaku tidak jujur juga kepada Allah dan Rasul-Nya. Maksud dari
ketidakjujuran kepada Allah dan Rasul-Nya adalah tidak memenuhi perintah mereka. Dengan
demikian, sudah jelas bahwa kejujuran dalam memelihara amanah merupakan salah satu perintah
Allah dan dipandang sebagai salah satu kebajikan bagi orang yang beriman.
Orang yang mempunyai sifat jujur akan dikagumi dan dihormati banyak orang. Karena orang yang
jujur selalu dipercaya orang untuk mengerjakan suatu yang penting. Hal ini disebabkan orang yang
memberi kepercayaan tersebut akan merasa aman dan tenang.
Jujur adalah sikap yang tidak mudah untuk dilakukan jika hati tidak benar-benar bersih. Namun
sayangnya sifat yang luhur ini belakangan sangat jarang kita temui, kejujuran sekarang ini menjadi
barang langka. Saat ini kita membutuhkan teladan yang jujur, teladan yang bisa diberi amanah umat
dan menjalankan amanah yang diberikan dengan jujur dan sebaik-baiknya. Dan teladan yang paling
baik, yang patut dicontoh kejujurannya adalah manusia paling utama yaitu Rasulullah saw. Kejujuran
adalah perhiasan Rasulullah saw. dan orang-orang yang berilmu
Dalil Kejujuran Dalam Islam
“Hendaklah kamu selalu berbuat jujur, sebab kejujuran membimbing ke arah kebajikan, dan kebajikan
membimbing ke arah surga. Tiada henti-hentinya seseorang berbuat jujur dan bersungguh-sungguh
dalam melakukan kejujuran sehingga dia ditulis di sisi Allah sebagai orang jujur. Dan hindarilah
perbuatan dusta. Sebab dusta membimbing ke arah kejelekan. Dan kejelekan membimbing ke arah
neraka. Tiada henti-hentinya seseorang berbuat dusta dan bersungguh-sungguh dalam melakukan
dusta sehingga dia ditulis di sisi Allah sebagai pendusta.” (H.R. Bukhari dan Muslim)
Dalam hadits lain, Ali bin Abi Thalib berkata bahwa Rasulullah Saw bersabda : “Sesungguhnya di
surga ada kamar-kamar yang terlihat bagian luarnya dari dalamnya, dan bagian dalamnya dari
luarnya.” Kemudian seorang dusun berdiri dan berkata, “Ya Rasulallah, bagi siapakah kamar-kamar
itu?” Rasulullah Saw. menjawab: “Bagi orang yang baik tutur katanya dan suka memberi makan
kepada orang lain, terus berpuasa serta shalat di waktu malam ketika orang-orang sedang tidur.” (H.R.
Tirmidzi)
6. Pengertian Istiqomah
Istiqamah menurut bahasa artinya : lurus, lempang dan tidak berbelok-belok. Umar bin
Khathab menjelaskan bahwa : Istiqamah itu tetap mengikuti perintah dan ( menjauhi )
larangan serta tidak menyimpang dari padanya.” Abu Bakar menambahkan, bahwa yang
dimaksud dengan perkataan “ Istiqamu “ ialah ( sesudah beriman ) tidak mempersekutukan
Allah dengan suatu apapun.
Menurut ahli ma’rifat Istiqamah ialah, pertama Iman kepada Allah dan dua mengikuti ajaran
Rasulullah baik secara lahir maupun bathin. Allah berfirman : “ Dan tetaplah ( Istiqamah )
sebagaimana diperintahkan kepadamu dan janganlah mengikuti hawa nafsu mereka.” ( QS.
Asy-Syura : 15 ).
Dengan pengertian tersebut diatas maka Istiqamah harus menjadi karakter dan kepribadian
orang-orang beriman. Seperti apa yang menjadi motto dan garis hidup orang-orang beriman
bahwa, hidup ialah pengabdian, perjuangan dan pengorbanan. Tanpa iman dan pendirian
yang teguh ( Istiqamah ) tidak mungkin dapat mempertahankan eksistensi dirinya sebagai
orang beriman. Kemungkinan jika ia berhasil dalam karir, tapi goyah pendiriannya dan luntur
kepribadiannya, bisa-bisa iman dan Agamanya pun tergadaikan. Sebaliknya bila gagal dalam
hidup ia akan putus asa dan tegoncang jiwanya. Dua kerugiannya secara fisisk ia gagal dan
rendah nilai pribadinya.
Istiqamah adalah Jiwa Besar yang dimiliki oleh para Nabi.
7. Pengertian Istiqomah
Istiqamah menurut bahasa artinya : lurus, lempang dan tidak berbelok-belok. Umar bin
Khathab menjelaskan bahwa : Istiqamah itu tetap mengikuti perintah dan ( menjauhi )
larangan serta tidak menyimpang dari padanya.” Abu Bakar menambahkan, bahwa yang
dimaksud dengan perkataan “ Istiqamu “ ialah ( sesudah beriman ) tidak mempersekutukan
Allah dengan suatu apapun.
Menurut ahli ma’rifat Istiqamah ialah, pertama Iman kepada Allah dan dua mengikuti ajaran
Rasulullah baik secara lahir maupun bathin. Allah berfirman : “ Dan tetaplah ( Istiqamah )
sebagaimana diperintahkan kepadamu dan janganlah mengikuti hawa nafsu mereka.” ( QS.
Asy-Syura : 15 ).
Dengan pengertian tersebut diatas maka Istiqamah harus menjadi karakter dan kepribadian
orang-orang beriman. Seperti apa yang menjadi motto dan garis hidup orang-orang beriman
bahwa, hidup ialah pengabdian, perjuangan dan pengorbanan. Tanpa iman dan pendirian
yang teguh ( Istiqamah ) tidak mungkin dapat mempertahankan eksistensi dirinya sebagai
orang beriman. Kemungkinan jika ia berhasil dalam karir, tapi goyah pendiriannya dan luntur
kepribadiannya, bisa-bisa iman dan Agamanya pun tergadaikan. Sebaliknya bila gagal dalam
hidup ia akan putus asa dan tegoncang jiwanya. Dua kerugiannya secara fisisk ia gagal dan
rendah nilai pribadinya.
Istiqamah adalah Jiwa Besar yang dimiliki oleh para Nabi.