Dokumen ini membahas pandangan Syi'ah terhadap para sahabat Nabi Muhammad SAW. Terdiri dari 10 majelis yang menjelaskan berbagai tuduhan Syi'ah seperti mengkafirkan dan mencela para sahabat terkemuka seperti Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Aisyah. Dokumen ini mengkritik pandangan tersebut karena bertentangan dengan ajaran Islam dan hadis Nabi yang memerintahkan umat untuk mencintai para sahabat.
1. Sikap Syi’ah Terhadap Para Sahabat
MAJLIS PERTAMA:
Tuduhan Syi’ah Itsna ‘Asyriyah Bahwa Para Sahabat Murtad Sepeninggal Rasululloh Shollallohu
'Alaihi Wa Sallam
MAJLIS KEDUA:
Tuduhan Syi’ah bahwa mayoritas sahabat telah menjadi munafik di zaman Nabi
MAJLIS KETIGA:
Penginkaran Syi’ah Itsna Asyriyah akan sifat ‘adalah para Sahabat.
MAJLIS KEEMPAT:
Sikap Kaum Syi’ah Itsna Asyriyah terhadap Khalifah Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhu
MAJLIS KELIMA:
Sikap Syi’ah Itsna Asyriyah terhadap Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu
MAJLIS KEENAM:
Sikap Syi’ah Itsna Asyriyah terhadap Abu Bakar dan Umar Radiyallahu 'Anhuma.
MAJLIS KETUJUH:
Sikap Syi’ah Itsna Asyriyah terhadap Asy Syahid Dzunnurain, Utsman Bin Affan radhiyallahu
‘anhu
MAJLIS KEDELAPAN:
Sikap kaum Syi’ah Al Itsna Asyriyah terhadap sahabat lain yang mendapat kabar gembira
menjadi Ahli Jannah
MAJLIS KESEMBILAN:
Sikap Syi’ah terhadap Ash Shiddiqah Binti Ash Shiddiq Aisyah Binti Abi Bakr radhiyalaahu
‘anhuma
MAJLIS KESEPULUH:
Beberapa contoh hinaan Syi’ah kepada beberapa sahabat yang lain
PENUTUP
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Segala puji bagi Alloh yang Esa, sholawat semoga tercurah kepada Muhammad, Nabi terakhir,
keluarga dan sahabat-sahabatnya.
Sesungguhnya Alloh Tabaaroka wa ta’ala telah memilih Nabi kita Muhammad Shollallohu 'alaihi
wa sallam dan memilih pula sahabat dan kerabat bagi beliau. Bukan hanya sekali Allah
menyebut dan menyanjung mereka dalam Al Qur’an yang mulia. Alloh juga memuji mereka,
menunjukkan keutamaan mereka dan menjelaskan bahwa mereka adalah sebaik-baik ummat.
Semoga Alloh Ta’ala meridloi mereka.
2. Rasululloh Shollallohu 'alaihi wa sallam juga telah memuji dan menyanjung mereka,
memceritakan keutamaan mereka pada ummat, bahkan menegaskan bahwa mereka adalah
sebaik-baik generasi ummat ini dalam sabdanya, “Sebaik-baik ummatku adalah generasiku.”[1]
Rasululloh juga mewajibkan kita untuk mencintai mereka dan melarang kita dari membenci,
mencela atau menyakiti mereka dengan cara apapun. Beliau Shollallohu 'alaihi wa sallam
bersabda, “Alloh… Alloh… berhati-hatilah kalian berkenaan dengan para sahabatku. Jangan
jadikan mereka sebagai sasaran sesudahku.[2] Barang siapa mencintai mereka maka dengan
kecintaanku aku mencintai mereka. Barangsiapa membenci mereka maka dengan
kebencianku aku membenci mereka. Barangsiapa menyakiti mereka sesungguhnya dia telah
menyakitiku dan barangsiapa menyakitiku sesungguhnya dia telah menyakiti Alloh Tabaaroka
wa Ta'aala dan barangsiapa menyakiti Alloh hampir pasti Alloh akan mengadzabnya.”[3]
Maka hati-hati dan hati-hatilah wahai para pecinta Rasululloh Shollallohu 'alaihi wa sallam:
jangan sampai kamu membenci sahabat-sahabatnya, sebab jika kamu membenci mereka
sungguh kamu tergolong dalam “Barangsiapa yang membenci mereka maka dengan
kebencianku aku membenci mereka”. Artinya kamu membenci Rosulmu. Alangkah ruginya
kamu dan Alangkah buruknya nasibmu jika kamu membenci Nabimu Muhammad Shollallohu
'alaihi wa sallam. Kewajibanmu wahai para pecinta Rasululloh -Shollallohu 'alaihi wa sallam-
adalah mencintai apapun yang dicintai oleh orang yang kamu cintai dan mencintai siapapun
yang Ia perintahkan kamu untuk mencintainya. Beliau -Shollallohu 'alaihi wa sallam- hanya
mencintai yang baik (Thoyyib) dan tidak memerintahkan kecuali untuk mencintai orang-orang
yang baik dan layak untuk dicintai . Semoga sholawat dan salam tercurah kepadanya,
keluarganya dan para sahabat semuanya.
Hendaknya engkau ketahui wahai hamba Alloh bahwa mencela Nabim u Shollallohu 'alaihi wa
sallam lebih besar dosanya daripada sekedar membencinya. Karena orang yang mencela
sekurang-kurangnya telah membenci. Maka dari itu waspadalah akan hal itu, dan engkau
renungkan sabda Nabimu Shollallohu 'alaihi wa sallam “Janganlah kalian mencela sahabat-
sahabatku”[4] niscaya kamu akan mendapati larangan yang tegas dari Nabi agarjangan
sampai ummatnya mencela para sahabat Nabi rodliyallohu ‘anhum.
Kaum Muslimin yang lurus keislamannya meneladani rosul mereka Muhammad Shollallohu 'alaihi
wa sallam dalam berislam dan mencintai sahabat-sahabatnya serta menghormati mereka.
Kaum muslimin juga berijma’ akan tingginya kedudukan mereka, kemuliaan, dan keadilan
mereka. Menurut mereka tiap-tiap sahabat itu adalah seorang yang adil dan imam yang
utama; wajib bagi kaum Muslimin untuk menghormatinya, mencintainya, dan beristighfar
untuknya serta yakin bahwa sebiji kurma yang disedekahkan salah satu sahabat lebih baik
daripada shodaqoh salah seorang dari mereka yang dilakukan seumur hidupnya. Kaum
Muslimin juga menetapkan hukum kafir bagi orang yang mencela sahabat, apabila celaan itu
mengandung unsur pengingkaran terhadap sesuatu yang sudah jelas dari perkara dien ini atau
bertentangan dengan nash yang shorih (jelas)[5]. An-Nuur: 63
Di antaranya sebagai berikut :
1. Kaum muslimin menghukumi kafir terhadap orang yang mengkafirkan dan menganggap
murtad para sahabat dan mengecualikan beberapa gelintir saja. Sebab hal itu
bertentangan dengan nash-nash yang jelas. Alloh Ta'ala menjelaskan bahwa Dia telah
ridlo terhadap para sahabat Nabi dan Rasululloh Shollallohu 'alaihi wa sallam
menceritakan pada kita keutamaan mereka, menyanjung, dan menjelaskan kedudukan
mereka. Orang yang menentang nash-nash ini sama dengan orang yang
mendustakannya.
3. 2. Kaum muslimin menghukumi kafir terhadap orang yang mengkafirkan dua syekh, Abu
Bakar dan ‘Umar rodliyallohu Ta'ala 'anhuma karena dengan demikian ia telah menolak
nash yang tidak sedikit, nash yang menegaskan bahwa keduanya termasuk orang
beriman yang paling utama dan termasuk penghuni surga. (ila huna 12 9)
3. Kaum Muslimin mengkafirkan orang yang menisbatkan perbuatan nista kepada
shiddiqoh yang suci, ‘Aisyah dan atau orang yang mengingkari bahwa ia bersih dari
kenistaan yang dituduhkan oleh gembong orang-orang munafik. Orang ini dipastikan
kekafirannya karena ia tidak percaya kepada vonis bebas yang datang dari atas tujuh
langit dan mendustakan nash yang tegas yang menetapkan kebersihannya. Juga ia telah
menyelisihi firman Alloh Ta'ala surat an-nuur; 17.
4. Semua telah bersepakat (berijma’) dalam hal keutamaan para sahabat Rasululloh
Shollallohu 'alaihi wa sallam, dan tidak ada yang menyelisihi hal itu kecuali Syi’ah Rofidloh;
yang telah mengarahkan anak panah mereka ke arah wajah para sahabat Rasululloh
Shollallohu 'alaihi wa sallam. Mereka ingin mengotori potret indah para sahabat,
mencoret-coret lembaran putih bersih mereka dan menuduh mereka sebagai orang-
orang munafik, para pengkhianat, dan para pendusta serta mengkafirkan mereka.
Termasuk di dalamnya Abu Bakar, ‘Umar, ‘Utsman, dan ke-sepuluh sahabat yang
dikabarkan Rasululloh Shollallohu 'alaihi wa sallam bahwa mereka masuk surga, pun
Rasululloh Shollallohu 'alaihi wa sallam wafat dalam keadaan ridlo terhadap mereka dan
orang-orang selain mereka dari tokoh-tokoh sahabat dan orang-orang pilihan diantara
mereka.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah[6] menyatakan bahwa orang-orang Yahudi dan Nasrani lebih baik
daripada orang-orang Rofidloh dalam dua perkara. Aku peah bertanya kepada orang-orang
Yahudi, “Siapakah orang Yahudi yang terbaik?’ mereka menjawab; para sahabat Musa. Aku
peah bertanya kepada orang-orang Nasrani; ”Siapakah orang nasrani yang paling baik?”
mereka menjawab para,” Hawari ‘Isa. “Aku juga bertanya kepada orang-orang Rofidloh,”
Siapakah manusia yang paling buruk?” mereka menjawab,”Sahabat Muhammad -Shollallohu
'alaihi wa sallam-. Begitulah mereka diperintahkan agar beristighfar untuk mereka, tetapi justru
mencela mereka… ”.[7]
Orang-orang Syi’ah membuat peyataan mereka ini tanpa dasar dari Kitab Alloh ataupun
sunnah Rasululloh Shollallohu 'alaihi wa sallam. Hanyasanya teladan mereka dalam hal itu
adalah “si anak hitam” ‘Abdulloh bin Saba’ Al Yahudy, orang yang pertama kali mencela para
sahabat rodliyallohu 'anhum dan mengkafirkan mereka. ‘Abdullah bin Saba’ pulalah yang
pertama kali menyatakan berlepas diri dari sahabat seraya mengakui kesyi’ahannya [8].
‘Abdulloh bin Saba’ adalah orang yang pertama kali menebar benih-benih Rofidloh [9]; yang
menyatakan vonis kafir bagi para sahabat dan celaan atas mereka. Dialah yang
mengokohkan pondasi rofidloh dan darinya pula orang-orang syi’ah mengambil ‘Aqidah yang
bathil ini berikut ‘aqidah-‘aqidah sesat lainnya yang menyelisihi Kitab Alloh dan sunnah Nabi-
Nya Shollallohu 'alaihi wa sallam.
Orang-orang Syi’ah tidak mencukupkan diri untuk berpegang kepada madzhab rofidloh yang
berisi celaan terhadap para sahabat saja, akan tetapi mereka pun menyerukan dan
mendakwahkannya. Mereka menempuh jalan itu dengan berbagai macam cara dan
berbagai macam washilah. Semuanya demi memasukkan orang-orang Islam yang lalai
sebanyak-banyaknya ke dalam madzhab yang rusak. Tentu saja dengan berbagai macam
kedok diantaranya dengan alasan kecintaan atas ahlul bait dan sangkaan bahwa para
4. sahabat tidak memberikan hak mereka yang semestinya, bahkan merebutnya dari mereka lalu
mereka bersepakat untuk mendholimi mereka dan masih banyak lagi sangkaan
mereka terhadap para sahabat, bagi orang yang berakal semua itu dusta, dan tidak dapat
diterima.
Dan tidak diragukan lagi bahwa ahlulbait yang suci bari’ (tidak terkait sama sekali) dengan
semua aqidah yang disifatkan oleh orang-orang Syi’ah dan dinisbatkan kepada mereka,
khususnya aqidah Rofidloh. Ahlul bait mencintai para sahabat, memuliakan mereka,
menghormati mereka, dan mendudukkan mereka sesuai dengan hak mereka.
Di zaman ketika Daulah Rofidloh tegak seperti sekarang ini, bahaya Syi’ah semakin bertambah
dan merajalela. Kejahatan mereka semakin ganas di saat ahlussunnah lalai dan tidak
mewaspadai gelombang pemikiran yang sangat buruk ini. Gelombang pemikiran yang hendak
memburu tidak sedikit dari ahlussunnah dan menyeret mereka kepada aqidah Rofidloh.
Gelombang yang akan selalu berusaha untuk menanamkan kebencian kepada para sahabat
di lubuk hati. Semua itu dilakukan dengan cara yang tidak jujur, penuh jebakan dan berbagai
macam syubhat, sehingga seorang yang jahil tidak akan dapat melepaskan diri darinya,
kecuali yang dilindungi oleh Alloh.
Bahaya ini semakin bertambah seiring dengan semakin meluasnya kebodohan di kalangan
ahlussunnah tentang ‘Aqidah Syi’ah. Mereka juga menyangka bahwasanya perbedaan yang
terjadi antara Ahlussunnah dengan Syi’ah seperti halnya perbedaan di antara para pengikut
madzhab-madzhab fiqh atau perbedaan dalam masalah furu’ saja.
Oleh sebab itu saya ingin menjelaskan kepada saudara-saudaraku kaum Muslimin satu aqidah
dari sekian aqidah Syi’ah yang sangat bertentangan dengan aqidah Ahlussunnah. Yaitu
aqidah mereka tentang kafir dan murtadnya para sahabat rodliyallohu 'anhum , serta
perkataan mereka tentang wajibnya mencela dan membenci mereka. Hal ini saya jelaskan
agar kaum Muslimin berhati-hati terhadap syubhat-syubhat yang mereka hembuskan, dan tidak
‘membicarakan’, mencela, atau menyakiti para sahabat Nabi mereka. Semoga dengan itu
‘shubuh’ terlihat oleh mata, semua hakekat jelas bagi orang-orang yang punya akal. Supaya
orang-orang yang lalai sadar akan kelalaiannya. Supaya mereka mengerti aqidah Syi’ah
tentang generasi terbaik yang peah dikenal oleh manusia, generasi sahabat, dan aqidah
mereka tentang manusia terbaik setelah para Nabi dan para Rosul, yaitu sahabat -sahabat.
Semoga sholawat dan salam tercurah kepada Rasululloh, keluarganya yang suci, sahabat -
sahabatnya, dan para tabi’in, serta siapa saja yang mengikuti mereka sampai hari kiamat.
Indah sekali peyataan penyair berikut ini:
Jangan sedikitpun anda berpaling kepada Rofidloh
Sungguh mereka telah mencela para sahabat tanpa dalil
Mereka melaknat juga membenci sahabat Ahmad (Muhammad)
Padahal mencintai mereka wajib bagi setiap insan
Mencintai sahabat dan kerabat (nabi) adalah sunnah
Itulahlah yang diperintahkan oleh Robbku saat Dia menghidupkanku
Waspadailah hukuman dari Alloh dan mengharaplah pada pahala-Nya
Hingga dirimu bagai seorang yang memiliki dua hati.
Bertolak dari sinilah kitab ini hendak menjelaskan secara ringkas aqidah Syi’ah tentang para
sahabat langsung dari literatur mereka. Diharapkan ini menjadi hujjah yang tegak atas mereka
dan menjadi penegas bahwa seperti inilah isi buku-buku yang mereka puji isinya, mereka
sanjung dan mereka yakini keistiqomahan dan lurusnya aqidah para penulisnya.
5. Kitab ini terbagi menjadi beberapa majlis, semuanya menyoroti aqidah Syi’ah Itsna ‘Asyriyah
tentang para sahabat secara ringkas.
Majlis Pertama
Tuduhan Syi’ah Itsna ‘Asyriyah Bahwa Para Sahabat Murtad Sepeninggal Rasululloh Shollallohu
'Alaihi Wa Sallam
Seorang Muslim yang benar keislamannya tidak ragu dalam berpendapat tentang kedudukan
para sahabat, keutamaan, dan ketinggian derajat mereka. Mereka adalah segolongan kaum
yang telah dipilih oleh Alloh Tabaroka wa Ta'ala untuk menemani utusan-Nya yang paling
utama, Muhammad Shollallohu 'alaihi wa sallam. Mereka telah membenarkan, mendukung,
menolong serta mengikuti cahaya yang dibawanya. Mereka telah mereguk sejuk segar dan
mengenyam nikmat lezat lentera kenabian. Mereka telah mengikhlaskan diennya untuk Alloh.
Dan di jalan-Nya mereka korbankan darah, nyawa, harta-benda, dan anak-anak mereka.
Mereka telah mengokohkan bangunan, memperluas halaman, dan menaklukkan berbagai
negeri di sekitaya. Mereka pun telah menebarkan hidayah kepada sekalian hamba (Alloh).
Maka, dengan itu semua mereka pantas untuk mendapatkan anugerah dari Alloh, cinta,
rahmat, dan surga-Nya. Merekalah sebaik-baik umat yang dikeluarkan bagi manusia dan
merekalah generasi terbaik.
Sedangkan Syi’ah Itsna ‘Asyriyah setelah mereka mengerti keutamaan para sahabat yang
mulia, utama, dan suci tersebut, mereka justru menuduh para sahabat rodliyallohu 'anhum yang
mulia telah murtad semurtad-murtadnya seluruhnya kecuali segelintir saja. Dan menurut mereka
sahabat yang tidak murtad hanya tiga sahabat saja, yaitu; Salman, Abu Dzar, dan Miqdad.
Salah seorang tokoh besar mereka, At-Tusturiy berkata, “Sebagaimana Musa telah datang
untuk memberi petunjuk dan berhasil memberi petunjuk kepada banyak orang dari kalangan
Bani Israil dan selain mereka, lalu mereka murtad di saat Musa masih hidup dan hanya Nabi
Harun as saja yang bertahan di atas keimanannya, demikian pula Muhammad Shollallohu
'alaihi wa sallam telah datang dan memberi petunjuk kepada banyak orang, akan tetapi
mereka murtad sepeninggal beliau.”[10]
Jika anda bertanya kepada orang-orang Syi’ah tentang dalil yang menjadi sandaran
pendapat mereka ini, mereka akan menyebutkan perkataan-perkataan ~yang tentu saja berisi
kebohongan dan kedustaan~ dari imam-imam mereka (padahal orang-orang ini belum tentu
sepakat dengan mereka), seperti; Ali bin Abu Tholib, Muhammad bin ‘Ali Baqir, Ja’far bin
Muhammad ash-Shodiq, dan Musa bin Ja’far al-Kazhim serta yang lain.
· Salah satu perkataan yang dinisbatkan kepada 'Ali bin Abu Tholib rodliyallohu 'anhu,
“Semua orang murtad sepeninggal Rasululloh Shollallohu 'alaihi wa sallam kecuali empat
orang saja.”[11] Mereka menambahkan ‘Ammar bin Yasir rodliyallohu 'anhu.
· Sedangkan perkataan yang dinisbatkan kepada Muhammad bin ‘Ali al-
Baqirrohimahullohu adalah, “Semua orang adalah ahlu riddah sepeninggal nabi kecuali
tiga orang saja.”[12] dan “Seluruh manusia telah murtad kecuali tiga orang.”[13]
Orang Syi’ah telah menyifati sanad dari riwayat-riwayat ini mu’tabar.[14]
6. Ada juga riwayat-riwayat bohong lain, yang dicantumkan oleh orang-orang Syi’ah dalam kitab-
kitab mereka dan mereka nisbatkan ~dengan penuh kebohongan dan kekejian~ kepada
sebagian imam mereka.[15]
Tidak diragukan lagi bahwa para imam yang suci tersebut terlepas dari penisbatan-penisbatan
yang didakwakan Syi’ah kepada mereka. Penisbatan tersebut mui fitnah, dan yang benar,
mereka berdusta terhadap imam-imam kalangan ahlu bait Nabi Muhammad Shollallohu 'alaihi
wa sallam lebih banyak dibanding kedustaan mereka atas yang lain. Hal ini telah dikeluhkan
oleh para imam tersebut ~dimotori oleh Ja’far ash-Shodiq~.
Imam Ja’far bin Muhammad ash-Shodiq rohimahullohu ~imam Syi’ah keenam~ menjelaskan,
“Kami ahlul bait adalah orang-orang yang jujur. Namun kami tidak peah sepi dari kedustaan
orang-orang yang berdusta atas kami dan orang-orang yang menjatuhkan kejujuran kami di
hadapan manusia.”[16]
Saya tambahakan, ada kontradiksi yang sngat kentara antara tuduhan Syi’ah ini dengan
beberapa ayat-ayat dalam Al Qur’an yang justru menyatakan bahwa Alllah ridho terhadap
para sahabat bahkan menyuruh manusia beristighfar untuk mereka. Seorang mukmin yang taat
dan selalu mematuhi perintah tidak akan berbuat sebagaimana yang diperbuat orang Syi’ah
terhadap para sahabat, disuruh beristighfar malah menghina. Tidak hanya beristighfar kita juga
harus ridho dan meyakini bahwa nikmat yang kita kecap hari ini adalah buah dari kesungguhan
mereka, jihad mereka dan amalan baik mereka yang penuh berkah, juga dari apa yang telah
mereka korbankan berupa harta bahkan anak sendiri demi menolong dienullah dan
menyebarkannya serta menegakkan kalimatullah sehingga tidak ada yang disembah
selainNya.
Allah mengkhabarkan bahwa Ia ridho kepada para sahabat yang berbaiat di bawah pohon
dalam firmanNya :
Sesungguhnya Allah telah ridho terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berbaiat
kepadamu di bawah pohon. Maka Allah mengetahui apa yang ada dihati mereka dan l alu
menurunkan ketenangn atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan
kemenagan yang dekat (waktunya) (Al Fath 18)
Jumlah mereka ada 1300 sahabat -ini menurut pengakuan Syi’ah sendiri-[17] dan tak seorang
pun dari mereka murtad. Maka mustahil Allah meridhoi dan memuji suatu kaum sedang Ia
mengetahui bahwa mereka akan murtad setelah Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam wafat –
seperti penuturan Syi’ah-.Lalu bagaimana bisa setelah mendengar hal ini mereka baru
mengatakan “ yang murtad hanya segelintir saja”?! kecuali mereka berkeyakinan bahwa Allah
tidak mengetahui hal itu kecuali setelah terjadi. Jika benar mereka mengatakan hal demikian
maka sungguh mereka telah menantang perkataan Imam mereka yang mereka anggap
maksum – Ja’far Ash Shadiq- yang melaknat orang yang mengatakan,” Sesungguhnya Allah
tidak mengetahui sesuatu sampai ia terjadi”[18] beliau juga mendoakan kehinaan atas
pengucapnya ,” Barangsiapa yang mengucapkan ini ia akan dihinakan Allah”.[19]
Ayat tersebut mencakup makna ridho kepada seluruh peserta baiat di bawah pohon . Kata-
kata “Idz” dalam “ Idz Yubayi’unaka” adalah Dzarf , bisa bermakna sekedar dzarf saja atau
bermakna ta’lil. Yang jelas kata ini menjelaskan bahwa keridhoan didapatkan oleh semua
pembaiat sehingga mereka semua adalah orang yang diridhoi.
7. Khulasah : Dakwaan Syi’ah akan murtadnya para sahabat hanyalah tuduhan yang
dilandaskan nafsu semata, tidak ada dalil naqli yang sahih maupun dalil Aqli yang jelas yang
bisa menguatkan tuduhan berbahaya ini.
Ya Allah jagalah diri kami dengan takwa dan jagalah cinta kami pada para sahabat NabiMu
sebagamana engkau telah ridho pada mereka Ya Rabbal ‘alamin… ...
','',''),(463,444,2,'','
Majlis Kedua
Tuduhan Syi’ah bahwa mayoritas sahabat telah menjadi munafik di zaman Nabi.
Merasa tidak cukup dengan ‘hanya’ menuduh para sahabat telah murtad, mereka
mengatakan mayoritas sahabat Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam menampakkan
keislaman tapi memendam kekufuran di hati saat Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam masih
hidup.
At Tusturiy berkata -Ia seorang ulama Syi’ah-, “ Mereka sebenaya tidak memeluk Islam tapi
hanya menginginkan kedudukan Nabi… .. selalunya mereka menyandang kenifakan dan
mengalirkan perselisihan”.[20]
Orang yang memperhatikan omongan ini akan tertawa melihat betapa bodoh dan jeleknya
pendapat orang Syi’ah ini, harta seberapa atau jabatan apa dan kesenangan dunia yang
bagaimana yang ada pada diri Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam?! . Sedangkan kaumnya
sendiri seakan ‘memanahnya’ dengan satu busur dan bersekongkol untuk membuuh beliau
juga orang yang bersamanya. Menimpakan berbagai macam siksaan tak terperi dan musibah
tiada henti, Allah yang Maha Tahu. Kesengsaraan yang seorang lelaki gagah pun tak sanggup
menahannya, tapi meski demikian para sahabat tetap tabah dan teguh dalam keislaman dan
menggenggam erat dien mereka. Kalau saja mereka mau meninggalkan Muhammad –
Shollalahu ‘alahi wasallam – dan agama yang Ia bawa niscaya orang-orang musyrik akan
memuliakan mereka dan memberikan harta duniawi berlimpah, namun pandangan mereka
tak tertuju pada semua yang fana ini tapi kepada apa yang Allah janjikan di balik kehidupan ini
berupa janji Allah yang tak peah sedikitpun dilihat mata, didengar telinga, bahkan belum peah
terbersit dalam pikiran manusia.
Salah seorang dari mereka di panggang diatas terik matahari kota Makkah pada siang hari
yang sangat panas lalu diletakkan diatasnya batu-batu besar agar ia mau kembali pada
agama semula, tetapi hal itu justru tidak menambahkan pada dirinya selain keteguhan
pada perintah Allah dan terus berjalan diatas al haq. Pada saat itu lisannya malah berucap
pada para pembesar musyrikin,” Lakukanlah semau kalian, karena ini hanya didunia..!”.Andai
saja ia mau mengucapkan satu kata yang mereka rasakan ia akan kembali pada kesyirikan
tentu mereka akan melepaskannya dan membebaskannya, tapi itulah keimanan yang jika
telah menyentuh lembutnya kalbu akan melekat selekat-lekatnya tak akan terurai kecuali oleh
Yang membolak-balikkan hati.
Jika demikian, katakan padaku apakah yang seperti itu adalah sifat kemunafikan dan mereka,
orang-orang terbaik adalah para munafik seperti angapan Syi’ah?!!
As Syairazi –seorang Syi’ah mu’ashir- menegaskan kenifakan sahabat dan menjelaskan sebab
diterimanya mereka oleh Nabi Shollalahu ‘alahi wasallam masuk dalam barisan kaum muslimin,”
Seorang Nabi yang bijak ketika matahari Islam baru saja terbit tidak mungkin hanya menerima
orang yang ikhlas saja dan menolak orang munafik, tapi hendaklah ia menyerap seluruh unsur
kekuatan jahiliyah dengan membentengi Islam dari kekuatan lokal maupun inteasional yang
8. mulai menentangnya, beliau berseru,” katakanlah Lailaha ilallah kalian akan
beruntung..”… .sampai perkataannya,” Nabi tidak bisa menolak mereka karena jika ditolak
yang tinggal hanyalah dirinya bersama Ali, Salman, Abu Dzar dan sebagian kecil golongan
yang selamat.”.[21]
Hasan Asy Syairazi menjelaskan ,” Akan tetapi kian hari mereka semakin bertambah yang
karenanya para dedengkot munafik bisa menyusup ke markas komando kemudian
menghantam Islam dengan pukulan keras hingga hampir saja memecah belah barisan, kalau
saja tidak diketahui oleh Sang pahlawan agung Ali bin Thalib Alaihi As Salam… .”[22]. Yang Ia
maksudkan dengan dedengkot munafik adalah: Abu Bakar, Umar dan Utsman merekalah yang
dimaksud kaum Syi’ah ,” sehingga dedengkot munafik bisa… .”.
Di dalam dakwaan ini jelas sekali mereka telah menghina Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam,
beliau tidak memperhatikan “ bagaimana” tapi hanya “berapa”, menurut mereka manusia
berkumpul begitu saja tanpa beliau pedulikan keselamatan aqidahnya dan kecintaan mereka,
yang penting bisa diajak memerangi kekuatan musuh inteal dan inteasional. Seakan orang
Syi’ah tidak tahu bahwa musuh dalam selimut yang paling membahayakan dien dan
pemeluknya yang selalu mencari-cari kelemahan mereka adalah munafikin. Juga bahwa
Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam diperintahkan memerangi kaum munafik dalam ayat:
Hai Nabi, perangilah orang-orang kafir dan orang-orang munafik dan bersikap keraslah
terhadap mereka.( At Tahrim .9)
Al Maqamani berkata,” Telah diketahui dengan pasti dari ayat-ayat Al Qur’an akan eksistensi
kaum munafik dan fasik di kalangan sahabat yang menampakkan kefasikan bahkan
kemurtadan mereka ada baik semasa Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam hidup
maupun sesudah wafat”.[23]
Perkataan Al Maqamani berkaitan dengan adanya orang munafik dibarisan sahabat adalah
benar, tapi anggapan jumlah mereka yang banyak sama sekali tidak benar, karena jika jumlah
mereka banyak seperti anggapan Syi’ah dan pendahulunya tentu mereka akan mengepung
Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam dan sahabatnya kemudian mendirikan negara munafik
ketika Islam mulai nampak hingga tidak Islam tidak bisa tegak. Akan tetapi mereka sangat
sedikit dan hanya segelintir kecil, tidak memiliki daya dan kekuatan sedangkan kokohnya iman
para sahabat tegak menjadi benteng penghalang strategi mereka dan pagar tinggi yang
menghalangi mereka dari merealisasikan keinginan. Oleh itu hanya ada sedikit sekali
perkataan mereka yang menyiratkan isi hati mereka dan rasa kedengkian dalam jiwa terhadap
agama, Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam dan sahabatnya.
Ada banyak ucapan kaum Syi’ah yang bertujuan melekatkan sifat munafik pada sahabat
yang suci dan sangat jauh dari sifat buruk ini.[24] Saya sendiri tidak tahu bagaimana bisa kata-
kata ini ada dalam kitab mereka dan mereka nisbatkan pada para Imam bersamaan dengan
perkataan Imam-Imam itu yang justru memuji dan mensifati mereka bukan dengan sifat kaum
munafik, diantaranya:
1. Perkataan Ali Bin Abi Thalib ketika berkhotbah kepada tentaranya menceritakan saudara-
saudaranya para sahabat lain,” Sungguh aku telah melihat sahabat Muhammad Shollalahu
‘alahi wasallam dan tidak kutemui salah satu diantara kalian yang meniru dengan mereka,
ketika subuh mereka dalam keadaan lusuh berdebu karena malamnya selalu qiyam dan sujud,
seakan mereka berdiri diatas bara api jika mengingat tempat kembali. Antara dua matanya
seperti ada tumpukan tanah keras karena panjangnya sujud. Jika mereka mengingat Allah
airmata mereka bercucuran sampai-sampai kelopak mata mereka rusak dan tubuh bergetar
9. laksana sepohon kayu yang tertiup badai kencang karena takut akan iqab dan mengarap
pahala”.[25]
Adakah ini adalah sifat munafik yang Allah sifatkan pada munafik yang; sedikit berdzikir, malas-
malasan dalam shalat dan menipu Allah, Rasul dan kaum mukminin dalam firmannya :
Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah dan Allah akan membalas tipuan mereka.
Dan apabila mereka berdiri untuk sholat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya’
( dengan shalat) dihadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit. (An
Nisa’: 142) Allahuma, tidak!.
2. Perhatika juga qaul Ja’far Ash Shadiq berikut ini,” Sahabat Rasul Shollalahu ‘alahi
wasallam ada 12 000 orang, 8000 dari Madinah dan 1000 dari Makkah dan 2000 dari
Thulaqa.Tidak terlihat diantara mereka orang Qadariyah, Haruriyah, Mu’tazilah ataupun
penyembah akal, mereka menangis siang dan malam dan berkata ,” Ambilah nyawa kami
sebelum kami memakan roti beragi”.[26] Inikah sifat orang munafik?!! Allahuma… tidak!.
Tetapi orang-orang Syi’ah berpaling dari perkataan Imam mereka dan lebih mengikuti hawa
nafsu serta apa yang dibisikkan aqidah mereka yang rusak lalu mengganti ucapan yang tidak
diucapkan pada mereka. Ringkasnya, Para sahabat itu adalah manusia yang paling jauh dari
sifat munafik bahkan mereka berlari menjauhi sifat nifak baik perkataan maupun perbuatan,
mereka mengetahui bahwa masuk zona nifak berarti menanggalkan Islam dan gelar “sahabat”
yang mulia yang mereka sandang.
Majlis Ketiga
Penginkaran Syi’ah Itsna Asyriyah akan sifat ‘adalah para Sahabat.
Seorang muslim tidak akan ragu bahwa para sahabat adalah kepercayan umat ini, pembawa
panji syari’at dan mewariskannya pada orang-orang terpercaya sesudah mereka. Tak
diperlukan lagi ta’dil (klarifikasi atas sifat adil) atau pun tautsiq (klarifikasi atas sifat terpercaya).
Untuk apa?! Sedangkan Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah memuji mereka dengan pujian yang
secara qath’i menetapkan sifat ‘adalah (adil, diterima periwayatannya) dan witsaqah dalam
beberapa ayat Al Qur’an. Diantaranya:
Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia , menyuruh kepada yang ma’ruf dan
mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. (Ali Imran :110)
Dan demikian (pula) kami tela menjadikan kamu umat yang adil dan pilihan agar kamu
menjadi saksi atas (perbuatan) manusia lain. Al Baqarah 143.
Sahabatlah yang pantas menyandang sifat wasath dan ‘adil dalam kandungan ayat diatas.
Masih banyak lagi ayat lain yang didalamnya menyebutkan pujian Allah atas para sahabat
Rasulullah dan menjelaskan keutamaan mereka dan mengkhabarkan keridhoan Allah atas
mereka,demikian pula penetapan sifat-sifat baik dari Rasul serta larangan mencela mereka –
sedang telah menjadi ma’lum mengingkari ‘adalah mereka berarti mencela mereka-,
pemberitaan akan keutamaan serta kisah perjalan mereka yang semua itu menuntut adanya
sifat ‘adalah mereka tanpa perlu diperdebatkan lagi.
Muhammad bin Ahmad Al Hanbali yang masyhur dengan Ibnu Najar berkata:”Orang yang
telah dipuji Allah dengan pujian ini bagaimana tidak bisa disebut adil? Jika ta’dil ( penetapan
10. sifat adil ) bisa ditetapkan dengan hanya dua orang manusia, mengapa tidak bisa dengan
pujian agung dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan Rasulnya ini?”[27]
Al-Khathib Al-Baghdadi Rahimahullah berkata -setelah menyebutkan beberapa keutamaan
sahabat- ,” Semua itu sesuai dengan apa yang dinashkan dalam Al Qur’an dan berkonsekwensi
pada sifat suci para sahabat dan ‘adalah mereka secara qoth’i, maka dengan adanya ta’dil
dari Allah tak perlu lagi seorang makhluq meneliti lebih jauh batin mereka… . . kalaupun ta’dil
dari Allah, sebagaimana yang kami sebutkan tadi tidak ada sama sekali, maka amalan mereka
berupa hijrah, jihad dan kemenangan yang diraih, pengorbanan harta dan jiwa, rela
membunuh ayah atau anak kandung sendiri juga sikap saling menasehati dalam dien dan
kekuatan iman serta keyakinan mereka sudah cukup menjadi bukti ‘adalah mereka. Meyakini
kesucian mereka dan bahwa mereka adalah manusia yang paling utama dari seluruh makhluq
sesudah mereka untuk selamanya adalah aqidah seluruh ulama.[28]
Hukum penetapan sifat ‘adalah para sahabat didasarkan pada ketetapan dari Allah dan
RasulNya maka kita tak memerlukan lagi ta’dil dari siapapun.
Meskipun ada keterangan yang jelas dari Allah dan RasulNya dalam masalah ini, Syi’ah Itsna
Asyriyah tetap mengingkari ‘adalah para sahabat secara global maupun rinci dan
menganggap bahwa menghukumi para sahabat adalah sama sebagaimana menghukumi
selain mereka, tidak ada keistimewaan, apa yang berlaku bagi manusia berlaku pula atas
mereka.
Al Majlisi – seorang pembesar Sufi dan referensi Syi’ah mode- menerangkan perihal ‘adalah
para sahabat setelah menyebutkan pendapat ahlu Sunnah berkata,” Agama Imamiyah
berpendapat bahwa mereka –para sahabat- adalah sebagaimana manusia lainnya, diantara
mereka ada yang adil, munafik dan fasiq yang sesat bahkan mayoritas mereka seperti itu”[29].
Artinya –menurut mereka-sebagian besar para sahabat munafik, fasik dan sesat.
Asy Syairazi – orang Syi’ah – berkata,” Hukum para sahabat dalam hal ’adalah seperti hukum
manusia lainnya. Ketetapan iman dan ‘adalah tidak bisa ditetapkan dengan hanya menjadi
sahabat Nabi Shollalahu ‘alahi wasallam, pula hal itu tidak bisa menyelamatkan dari siksa
neraka dan azab Al Jabbar kecual dengan keyakinan iman dan keikhlasan hati. Maka
barangsiapa yang kami ketahui ‘adalahnya, keimanannya dan penjagaannya atas wasiyat
Rasulullah Shollalahu ‘alahi wasallam tentang Ahli Baitnya dan mati didalamnya, seperti Salman
Al Farisi, Abi Dzar dan Ammar, maka kami akan mencintai dan bertaqarrub kepada Allah untuk
mereka. Dan barangsiapa yang kami ketahui membelot dan menampakkan permusuhan
pada Ahli Bait kami akan memusuhinya dan berlepas diri darinya”.[30]
At Tusturiy Asy Asyi’i berkata,” Seorang sahabat sama dengan manusia lain, tidak ditetapkan
’adalahnya kecuali berdasarkan hujjah”.[31]Ditempat lain ia berkata,” Tidak semua sahabat
adil dan bisa diterima”.[32]
Al Kasyani –seorang mufasir Syi’ah- dalam muqadimah tafsiya tentang orang-orang yang
mengambil tafsir ayat dari sahabat ia berkata,” Orang-orang itu tidak memiliki ma’rifah
(pengetahuan) tentang hakekat kondisi mereka –para sahabat- karena sudah menjadi
ketetapan mereka bahwa semua sahabat adil dan tak seorangpun dari mereka yang
menyeleweng dari al haq. Mereka tidak tahu bahwa mayoritas mereka -para sahabat-
menyimpan nifak dalam batinnya, berani pada Allah dan berdusta atas Rasulullah dengan
penuh bangga dan keinginan untuk memecah belah.[33]
11. Az Zanjani –seorang Syi’ah mode- menjelaskan sikap Syi’ah tentang ‘adalah para sahabat,”
Pendapat Syi’ah atas para sahabat adalah; mereka sama sebagaimana yang lainnya, ada
yang adil dan ada yang fasiq… .”.[34]
Seorang ulama Rijal kaum Syi’ah, Al Maqamani menukil ijma’ agama Imamiyah tentang hal ini,”
Para sahabat kami dari golongan Imamiyah sepakat bahwa menjadi sahabat Nabi saja tidak
menjadikan seseorang adil tidak pula menunjukkan baiknya kondisinya, stastus sahabat
sebagaimana status orang yang tidak menjadi sahabat Nabi Shollalahu ‘alahi wasallam dalam
hal diterima tidaknya periwayatanya berdasarkan ‘adalah, witsaqah dan baiknya kondisi
dirinya juga pujian yang disandangkan serta imannya”.[35]
Di antara yang menukil ijma’ Syi’ah Imamiyah tentang pengingkaran mereka akan ‘adalah
para sahabat : Muhammad Jawad Mughniyah –seorang Syi’ah Mode- ketika mengatakan,”
Imamiyah mengatakan,” Para sahabat itu layaknya manusia lain ada yang baik dan ada yang
buruk, ada yang adil dan ada yang fasiq”.[36]
Dan beberapa aqwal lainnya yang berisi keingkaran Syi’ah akan ‘adalah para sahabat Ra.
Ringkasnya: Syi’ah Itsna Asyriyah sepakat mengingkari sifat ‘adalah para sahabat dan tak
seorangpun mereka yang menyanggahnya.
Padahal sudah menjadi kepastian bahwa mengingkari ‘adalah para sahabat dianggap
menyelisihi apa yang terdapat dalam Kitab dan Sunnah yang menetapkan sifat ini atas
mereka.
Diantaranya: Sabda Nabi Shollalahu ‘alahi wasallam ,”
“Sebaik-baik umatku adalah periodeku kemudian setelahnya dan setelahnya”[37]
Nabi telah menetapkan bagi sahabatnya sifat baik dan keutamaan secara mutlak atas seluruh
umatnya, mereka adalah umat terbaik dan menunjukkan bahwa para sahabat adalah yang
terbaik diantara yang terbaik.
Dengan demikian pengikaran Syi’ah ini berimplikasi pada sesuatau yang sangat berbahaya
yaitu menolak periwayatan dari sahabat berupa nukilan tentang masalah-masalah diniyah
secara global ataupun terperinci, kemudian menganggap batil Al Kitab dan As Sunnah, hal ini
bagi yang membaca kitab mereka akan nampak jelas.Dan inilah yang membuat Ulama Ahli
Sunnah sangat enggan dan berhati-hati menerima riwayat ahli bid’ah terkhusus mereka yang
mencela sahabat Rasul Shollalahu ‘alahi wasallam .
Imam Abu Zur’ah Ar Razi Rahimahullah berkata ,” Jika kamu melihat seseorang mencela
sahabat Nabi maka ketahuilah bahwa ia adalah orang zindiq, karena menurut kami Rasulullah
adalah haq dan Al Quran haq, sedang yang menyampaikan Al Qur’an serta AS Sunnah adalah
sahabat Rasul Shollalahu ‘alahi wasallam, mereka itu ingin menjarh ( menyebut cela agar
periwayatan tidak diterima) syahid ( saksi) kami demi membatalkan Al Qur’an AS Sunnah, Dan
jarh atas mereka lebih pantas dan mereka adalah orang zindiq.”[38]
Yahya Bin Mu’in berkata tentang Talid bin Sulaiman Al Muharibi Al Kufi,” Ia seorang pendusta, Ia
mencela Utsman dan siapa saja yang mencela Utsman atau Talhah atau salah seorang dari
sahabat Rasulullah adalah seorang Dajjal, tidak ditulis periwayatan darinya dan atasnya la’nat
Allah, malaikat, dan manusia seluruhnya,”[39]
12. Abu Ahmad Al Hakam Al Karabisi ( th 378 H) berkata tentang Yunus bin Khabab Al Usaidi bekas
budak Abu Hamzah Al Kufi yang mencela Utsman RA :” Yahya[40] dan Abdurrahman[41]
meniggalkannya dan keduanya telah berbuat kebajikan, karena ia telah mencela Utsman,
barangsiapa yang mencela salah seorang sahabat maka tidak boleh meriwayatkan
darinya”.[42]
Pada dasaya manusia akan heran manakala melihat orang Syi’ah yang menganggap orang
yang bisa melihat Imam ke-dua belas[43] memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari dari
kedudukan ‘adalah, tapi meniadakan martabat ini dari para sahabat. Padahal para sahabat
adalah orang yang berjumpa dengan Nabi, menolong, mengobarkan jiwa dan harta dan
menjual murah nyawa mereka demi da’wah untuk menegakkan kalimat Allah semata-mata
dan mengharap ridho dan Jannah-Nya.
Al Maqamani – seorang Ulama Jarh wa Ta’dil kaum Syi’ah- berkata dalam penjelasannya
tentang perkara-perkara yang seorang Syi’ah bisa diketahui ‘adalahnya ,” Diantaranya,
seseorang dimuliakan jika ia melihat “Al Hujjah Al Muntadzar” - semoga Allah mempercepat
pembebasannya dan menjadikan setiap musibah yang menimpa kita sebagai tebusannya-
setelah Ia menghilang[44],dan kami bersaksi dengan hal itu bahwa ia memiliki martabat yang
lebih tinggi dari ‘adalah.”[45]Dan kemampuan itu tidak bisa dicapai kecuali dengan pensucian
jiwa dan mengosongkan hati dari hal-hal rendah serta membersihkan pikiran dari perkara buruk.
Tuan kami Al Askari mengisyaratkan ma’na ini dalam nasehatnya bagi orang yang ingin
melihat Al Hujjah – nyawaku sebagai tebusannya- :” Seandainya bukan karena kemuliaan
dirimu kepada Allah tak akan kuperlihatkan anakku ini padamu… ..”[46].
Semua ini menunjukkan bahwa bahwa akal dan hati mereka ‘terbalik’. Na’udzubillah min dzalik.
Majlis Keempat
Sikap Kaum Syi’ah Itsna Asyriyah terhadap Khalifah Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhu
Tapi sepenuh hati aku cinta
Dan tahu bahwa itu benar adanya
Pada Rasul dan Ash Shidiq ku mencinta
Demi balasan yang baik keesokannya
Demi Allah, seseorang akan merasa tak berdaya dan lemah, tak tahu dari mana harus memulai
dan sampai dimana mengakhiri, ketika ia akan menulis kisah perjalanan seorang yang bumi
tak peah memberi tumpuan dan langit tak peah memberi naungan pada seorang lelaki yang
lebih mulia darinya setelah para Nabi dan Rasul. Lelaki yang Allah himpun padanya segala
keutamaan dan segala keistemawaan makhluq hingga keseluruhan pribadinya berupa
kebaikan.
Ialah Ash Shidiq, sahabat yang pertama kali masuk Islam, orang khusus disisi Nabi Shollalahu
‘alahi wasallam dan mutlak menjadi sahabat yang paling utama. Ia membenarkan Rasul
tatkala manusia mendustakannya, tak sedikitpun ragu dalam menerima dakwah beliau ketika
saudara dekat beliau sendiri ragu bahkan enggan. Ia berkorban untuk Rasul dengan jiwa dan
hartanya, hingga Rasul bersabda,” Sesungguhnya Allah mengutusku kepada kalian dan kalian
katakan bahwa aku berdusta sedang Abu Bakar berkata,” Ia benar”, dan ia berkorban unt ukku
dengan jiwa dan hartanya.[47]
13. Berapa banyak sahabat lain yang memeluk Islam lewat tangan beliau RA, dan berapa banyak
budak yang telah ia bebaskan dengan hartanya hingga Rasul menjulukinya Ash Shiddiq (yang
membenarkan) dan menjadikanya saudara seiman, Rasul menghadap Rabnya dan ridha
pada beliau, semoga Allah meridhoi Abu Bakar.
Tetapi kaum Syi’ah Itsna Asyriyah enggan melihat keutamaan dan kedekatan beliau dengan
Rasul, hingga mereka melemparinya dengan kotoran aib dan cacat serta tuduhan miring akan
keislaman juga akhlaq, menodai kehormatan dan melecehkan sifat amanah beliau,
menusuknya dengan lisan yang amat tajam. Akan saya sebutkan secara ringkas beberapa
tuduhan menyakitkan dari kelompok ini yang hamba Allah yang paling baik sekalipun tidak
selamat dari hantamannya.
','',''),(464,444,3,'','
Di antaranya:
1. Celaan Syi’ah akan kesungguhan Iman Abu Bakar.
Mereka mencela iman Abu Bakar dan mensifatinya dengan ‘lelaki jahat’ [48] yang melewatkan
umuya dengan kekafiran, menjadi hamba berhala[49] dan penyembah patung[50] hingga
tanduknya beruban dan bulu di belakang telinganya memutih.[51]
Tak hanya ini, mereka bahkan menganggap iman beliau seperti iman seorang Yahudi dan
Nasrani karena beliau tidak mengikuti Muhammad dengan keyakinan bahwa beliau seorang
Nabi melainkan seorang Malaikat.[52] Oleh itu imannya tidak bisa dibenarkan. Ia juga terus
menerus menyembah berhala sampai-sampai ia shalat dibelakang Nabi Shollalahu ‘alahi
wasallam sedang dileheya ia gantungkan patung dan bersujud padanya”.[53]Ia juga
membatalkan puasa dengan sengaja di siang hari bulan Ramadhan, minum khamr (arak) dan
mengejek Nabi shollalahu ‘alahi wasallam”.[54]
At Thusyi Asy Syi’i berkata ,” Diantara manusia ada yang meragukan keimanannya karena umat
ada yang mengatakan ,” Ia tidak mengenal Allah sama sekali”.[55] Adapun Ibnu Tawus Asy Syi’i
telah menetapkan bahwa Abu Bakar diragukan hidayah nya.[56]Demikian pula Al Majlisi.[57]
Soal batin beliau mereka mengklaim telah meneliti dan menurut analisa ini telah jelas bahwa ia
kafir[58], mereka menyelewengkan sabda Rasul ,” Abu Bakar tak sedikitpun menggangguku”
dengan anggapan batil mereka dan berkata,” Ini ungkapan lampau artinya kekufuran Abu
Bakar tak mempengaruhi Rasulullah shollalahu ‘alahi wasallam [59]
Anggapan Syi’ah ini semuanya dusta semata, tak berhakekat dan tak berdalil, hanya menuruti
rasa dengki atas Abu Bakar RA dan para sahabat Nabi yang lain. Ash Shidiq adalah Sahabat
Rasulullah shollalahu ‘alahi wasallam sejak beliau diutus hingga wafat.
Kaum Muslimin sepakat bahwa beliau adalah lelaki yang pertama kali masuk Islam, sedang Ali
RA adalah anak kecil yang pertama kali berislam, wanita pertama adalah Khadijah dan Zaid
bin Haritsah adalah bekas budak yang pertama kali masuk Islam.[60]Ibnu Abbas ditanya,”
Siapa yang pertama kali beriman ?” Beliau berkata,” Abu Bakar As Shidiq, tidakkah kau
mendengar kata Hasan:
Jika engkau sedih mengingat saudaraku seiman
Maka ingatlah saudaramu Abu Bakar
Makhluk paling baik,sempua dan adil setelah Nabi
Yang pertama kali menerima da’wahnya
Orang kedua yang gigih dijalanNya
14. Dan manusia pertama yang membenarkan Rasul
Ketika Rasulullah shollalahu ‘alahi wasallam memaparkan Islam padanya, tak sedikitpun beliau
ragu, beliau menerimanya dengan lapang dada. Rasulullah mengkisahkannya dalam sabda
beliau, “Tidaklah aku menerangkan Islam pada seseorang melainkan ia enggan, kecuali Abu
Bakar.”
Syi’ah sendiri meriwayatkan kisah Islamnya Ali RA, bahwa beliau ragu dan berpikir ulang serta
meminta Rasulullah agar perlahan dalam menyampaikan, beliau berkata pada Rasul,”
Sesungguhnya agama ini menyelisihi agama bapakku, saya akan melihat dahulu”.-ini menurut
Syi’ah.
Adapun dakwaan mereka mengenai Abu Bakar yang tidak beriman secara hakiki dan bahwa
ia hidup terombang-ambing dalam keraguan dari hidayah adalah kedustaan menurut ijma’
kaum Muslimin. Tak ditemukan satu dalilpun yang bisa menguatkan tuduhan batil ini. Kalau
hanya tuduhan buta semata, sangat mungkin bagi orang membenci Amirul mukminin untuk
berbuat hal serupa atas diri beliau. Akan tetapi beliau dan Abu Bakar sangatlah tidak pantas
dinisbatkan pada tuduhan keji semacam itu. Keduanya adalah Sahabat mulia, penghulunya
para wali Allah, dan manusia termulia setelah para Nabi dan Rasul…
Yang menjadi bukti ketidakbenaran dari tuduhan bahwa iman As Shidiq tidak bisa dipercaya
adalah riwayat mutawatir tentang pengkhususan Nabi atas beliau, kedekatannya yang sangat
serta rasa cintanya pada beliau Shollalahu ‘alahi wasallam , sedang Nabi tidak mencintai
kecuali yang baik: Bukhari dan selainya mentakhrij hadits dari Amru bin Al Ash bahwa ia
bertanya pada Rasulullah ,” Siapakah orang yang paling anda cintai?”. Beliau menjawab,”
Aisyah”. “ Dari kaum lelaki?”. “ Bapak Aisyah”, jawab beliau.
Sebelum hijrah dan sebelum Rasulullah mempersunting Aisyah pun para sahabat telah
mengetahui bahwa Abu Bakar adalah orang yang paling Rasul cintai. Tatkala Khadijah
meninggal dunia , Khaulah binti Hakim bin Umayah Al Auqas istri dari Utsman bin Madz’un – saat
itu di Makkah - berkata,” Wahai Rasulullah, tidakkah engkau ingin menikah?”. “Dengan siapa?”
kata Rasulullah Shollalahu ‘alahi wasallam .” Ia berkata,” Anda ingin gadis atau janda?”. “ Jika
janda siapa dan jika gadis siapa?” lanjut Rasulullah. “ Ia berkata,” Jika gadis ia adalah anak
orang paling engkau cintai, Aisyah Binti Abi Bakar Ash Shiddiq...”.
Al Faruq Umar bin Khatab berkata,” Abu Bakar adalah penghulu kami, orang terbaik dan yang
paling dicintai Rasulullah Shollalahu ‘alahi wasallam diantara kami,”[61]
Jika kaum Syi’ah tidak merasa berdosa menusukkan tuduhan-tuduhan ini pada sahabat yang
paling pertama masuk Islam dan paling dicintai Rasulullah shollalahu ‘alahi wasallam maka
kepada sahabat lain yang martabatnya lebih rendah dari beliau mereka lebih berani lagi.
Maka hati-hatilah wahai para hamba Allah… jangan terpedaya dengan perkataan mereka,
ataupun ada perasaan yang mengusik hatimu, karena demi Allah semua itu hanya dusta
belaka, tak ada dalil yang menguatkan sama sekali. Yang ada hanya rasa dengki pada diri
beliau dan saudara-saudaranya para sahabat lain yang Allah pilih dari sekian banyak manusia
sebagai sahabat Rasul Allah yang paling mulia . Jika mereka membenci Abu Bakar, berarti
mereka telah membenci orang yang paling dicintai Nabi dan Rasulmu, jika memang engkau
mencintai Nabi Shollalahu ‘alahi wasallam niscaya engkau akan mencintai orang yang Beliau
cintai, karena tanda dari cinta adalah engkau mencintai apa yang dicintai kekasihmu.
2. Klaim Syi’ah bahwa Abu Bakar meyakini Muhamad adalah seorang penyihir bukan Rasul.
15. As Shofar, Al Qummiy dan Al Mufid meriwayatkan dari Kholid bin Nujaih[62]-orang Syi’ah- ia
berkata,” Aku berkata pada Bapakku, Abdullah Ja’far As Shadiq ,” Demi diriku menjadi
tebusanmu! Adakah Rasul dan keluarganya menyebut Abu Bakar dengan ‘Ash Shidiq’?”. Ia
Menjawab ,” Ya”. “ Bagaimana bisa?”. Ia berkata,” Ketika Rasul bersamanya didalam gua
Rasulullah Shollalahu ‘alahi wasallam berkata,” Sungguh aku melihat kapal Ja’far bin Abi Talib
dihantam badai dan tersesat”. Ia berkata,” Ya Rasulullah Shollalahu ‘alahi wa alihi wasallam !
Benarkah engkau melihatnya?”. “ Benar,” jawab Rasulullah Shollalahu ‘alahi wasallam”.
“Dapatkah engkau memperlihatkannya padaku?”tanyanya. “ Mendekatlah padaku,”kata
Rasul. Kemudian ia mendekat dan Rasul mengusap kedua matanya lalu berkata,” Lihatlah!”.
Lalu Ia pun membuka matanya dan melihat sebuah kapal yang terombang-ambing di laut lalu
ia melihat istana Madinah dan berkata pada dirinya sendiri,” Sekarang aku percaya bahwa
engkau adalah seorang penyihir” . Rasul berkata,”Kamu adalah Ash Shidiq”[63].
Mereka juga menisbatkan riwayat dusta ini pada Abu Ja’far Al Baqir.[64] Sulaim bin Qais dalam
kitabnya As Saqifah juga mengklaim ia mendengar kisah serupa dari Ali Bin Abi Thalib[65]. Inilah
yang menjadi sebab Rasul memberi julukan “Ash Shidiq” pada Abu Bakar -menurut anggapan
Syi’ah-.
Orangpun akan terheran-heran melihat akal mereka yang demikian lemah, buruknya tingkat
pemahaman mereka serta perilaku mereka yang mudah membuat cerita palsu lagi batil demi
mendukung aqidah mereka. Dalam cerita tersebut banyak sekali ditemukan hal-hal yang
kontradiktif dari segi tempat ataupun waktu. Bagi yang memperhatikan akan sangat jelas
kedustaan tersebut, bahkan orang yang minim pengetahuan dalam bidang Sirah Rasul dan
para sahabat sekalipun akan mengetahuinya. Ditambah lagi isi cerita tersebut yang sangat
membingungkan dan penuh ketololan serta kesamaran yang justru menunjukkan sifat dasar
pembuatnya. Berbicara mengenai cerita dusta Kaum Syi’ah yang dinisbahkan pada para
Imam yang suci ini ada dua sisi pandang:
Yang pertama, Memperlihatkan dengan jelas kedunguan kaum Syi’ah serta ketidaktahuan
mereka akan sebab yang hakiki mengapa Abu Bakar disebut Ash Shidiq dan yang kedua
menjelaskan kesamaran mereka dalam beristidlal dan adanya kontradiksi yang dalam cerita
tersebut.
Maka tidaklah benar apa yang disangkakan orang Syi’ah bahwa sebab Abu Bakar dijuluki Ash
Shidiq adalah sebagaimana yang mereka klaim melainkan beliau digelari demikian karena
beliau bersegera membenarkan Nabi Shollalahu ‘alahi wasallam dan mendahului yang lainnya.
Al Hafidz Ibnu Hajar berkata,” Dijuluki Ash Shidiq karena beliau bersegera membenarkan Nabi
Shollalahu ‘alahi wasallam. Dikatakan pula awal mula beliau digelari demikian ketika pagi hari
dari malam terjadinya peristiwa Isra’. Hal ini sebagaimana terkandung dalam hadits riwayat
Imam Bukhari dengan sanadnya dari Abu Darda’ dikabarkan dari Rasulullah Shollalahu ‘alahi
wasallam bahwa beliau berkata,” Sesungguhnya Allah mengutusku kepada kalian dan kal ian
berkata “ kamu berdusta!” sedang Abu Bakar berkata,” Ia benar”. Dalam hadits ini
terisyaratkan makna bahwa keislaman Abu Bakar mendahului semua sahabat Nabi Shollalahu
‘alahi wasallam .
Demikian pula yang diriwayatkan Al Hakim dalam Mustadrak, beliau berkata, “sanadnya sahih”,
dari Aisyah Ra berkata,” Tatkala Nabi Shollalahu ‘alahi wasallam diisra’kan menuju Masjidul
Aqsha orang-orang saling membicarakannya, dari mereka yang sebelumnya beriman dan
membenarkanya ada yang ragu, lalu mereka mendatangi Abu Bakar dan berkata,” Apakah
kamu tahu sahabatmu mengatakan bahwa Ia di Isra’kan semalam menuju Masjidul Aqsha?”
16. Abu Bakar berkata,” Benarkah ia mengatakan demikian?”. Mereka menjawab,” Ya”. “ Jika Ia
berkata demikian maka ia benar” jawabnya. Mereka berkata,” Apakah anda percaya
padanya bahwa ia pergi ke Masjidul Aqsha hanya semalam dan kembali sebelum subuh?”. “
Ya, bahkan aku akan percaya pada yang lebih dari itu. Aku membenarkannya perihal kabar
dari langit baik pagi ataupun sore”. Oleh itu dia di juluki Ash Shidiq.
Rasulullah berulangkali menyebut gelar ini dan menerangkan bahwa yang dimaksudkan Ash
Shiddiq adalah orang senantiasa membenarkan dan membenarkan dan membiasakan diri
dengan sifat Sidq. Syaikhani – Bukhari dan Muslim- mentakhrij sebuah riwayat dari Abdullah bin
Mas’ud Ra dan memarfu’kannya kepada Rasulullah Shollalahu ‘alahi wasallam ,” Hendaklah
kalian bersifat sidq karena sidq itu menunjukan kalian pada kebaikan dan kebaikan
menunjukkan jalan menuju Jannah, dan tidaklah seseorang bersikap sidq membiasakan diri
bersifat sidq melainkan akan ditulis disisi Allah sebagai orang yang Siddiq”.[66]
Keutamaan Abu Bakar bukan hanya terletak pada sikapnya yang selalu membenarkan Nabi
tapi beliau mengtahui apa yang dikabarkan Nabi secara global maupun terperinci untuk
kemudian beliau membenarkanya dan mempercayainya. Dengan begitu anggapan Syi’ah
bahwa Abu Bakar dijuluki Ash Shiddiq adalah karena beliau – tatkala di gua- membatin bahwa
rasulullah adalah seorang penyihir adalah sama sekali batil dengan dalil :
1. Definisi As Sidq secara etimologi : Orang yang selalu membenarkan dan
membuktikan perkataannya dengan amalan, batinnya sesuai dengan dzahiya, serta selalu jujur
dan sifat ini mendominasi dirinya … … .[67].
Definisi ini ada pada riwayat dari Ibnu Mas’ud yang marfu’ yaitu tentang orang yang selalu
bersikap sidq. Sedangkan orang Syi’ah mengklaimnya telah mengatakan bahwa rasul adalah
tukang sihir. Mereka mendasarkan tuduhan ini dengan ketiadaan iman beliau dan sikap dzahir
beliau yang menyelisihi batinnya, dan menurut mereka Rasulullah mengetahui kejahatan
hatinya dan menghadiahinya gelar yang agung ini yang tidak diberikan selain pada orang
yang memang selalu bersikap sidq dan mengetahuinya… .
Maka bagaimana bisa hal ini terjadi, sedangkan seorang pembohong bukanlah As Shiddiq
sebagaimana diriwayatkan dalam kitab mereka?! Pengarang Kitab Al Asy Atsiyat dengan
sanadnya dari Ali bin Abi Talib, yang marfu’: “ Pendusta itu tidak bisa jujur dan menjadi
saksi”.[68]
2. Hijrah ke Habasyah terjadi beberapa tahun sebelum Nabi Hijrah ke Madinah seperti yang
diceritakan para ahli sejarah[69], maka bagaimana mungkin Rasulullah melihat kapal Ja’far
terombang-ambing dilaut dan memperlihatkannya pada Abu Bakar?! Padahal antara dua
peristiwa itu ada rentang waktu yang sangat lama?! Sebab hijrah ke Habasyah terjadi
beberapa tahun sebelum hijrah Rasul ke Madinah seperti yang kami sebutkan.
3. Sebab penamaan Abu Bakar dengan gelar ini terdapat dalam sejumlah riwayat sahih
yang mustafidz menurut ahli sunnah dan menjadi hujjah atas argumen ini dan
membatalkannya. Telah kami sebutkan beberapa diantaranya.
Dengan sanggahan singkat ini jelaslah bahwa ash Shiddiq mendapat gelar ini karena beliau
membenarkan Rasulullah Shollalahu ‘alahi wasallam dalam setiap apa yang beliau kabarkan
dengan keyakinan yang sempua secara ilmu, keinginan, perkataan dan perbuatan. Dua
tuduhan ini hanya sebagian kecil dari segepok tuduhan lain yang mereka hunjamkan atas diri
Abu Bakar. Keduanya ibarat busa dalam banjir badang dari apa yang mereka tulis dalam kitab
mereka.
17. Majlis Kelima
Sikap Syi’ah Itsna Asyriyah terhadap Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu
Di masa Jahiliyah maupun Islam
Semua memuji kewibawaannya
Dibalik sikap kerasnya
Ada rahmat bagi semesta
Antara bidang dadanya
dan sikap keberaniannya
ada hati selembut hati ibu
yang menimang anaknya
sesungguhnya yang bara’ dari Al Faruq
Allah mensucikannya dari cacat
dan aib yang dituduhkan
Ia tercipta dari tanah Firdaus
Allah letakkan di hatinya
Sesuatu yang mensucikannya
Tiada kesombongan di hati
Atau kezhaliman mengikuti
Atau dengki menyelimuti
Dan sikap rakus yang memperdaya[70]
Itulah Al faruq Umar bin Khaththab bin Nufail Al ‘Adawi sahabat utama setelah As Shiddiq Abu
Bakar radhiyallahu ‘anhu.
Masuk Islamnya beliau menjadi kekuatan bagi kaum muslimin lagi kemenangan yang nyata.
Segera setelah itu mereka mengikrarkan keislaman setelah sekian lama dipendam. Beliaulah
ikon pemisah antara kebenaran dan kebatilan hingga Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam
menjulukinya pada hari tersebut dengan “ Al Faruq” ( Sang Pembeda).[71]
Beliau sangat kuat memegang agama, keras dalam hal kebenaran, tidak peduli celaan demi
perintah Allah, cerdas pikirannya, tajam akalnya dan terang mata hatinya. Allah menjadikan
kebenaran ada lisan dan hatinya.
Umar Bin Khattab menjabat Khalifah setelah Ash Shiddiq. Masa pemerintahannya menjadi kunci
pembuka kemenangan Islam dan penyangga perjuangan ditandai dengan
jatuhnya singgasana Kisra ( Raja Persi) dan Qaisar (Raja Romawi), Raja dua negeri besar pada
saat itu.
Sifat adilnya telah terdengar di segala penjuru dunia hingga menjadi satu adagium
(permisalan). Rakyat yang jauh maupun yang dekat mencintai beliau sampai-sampai mereka
berangan andaikan Allah mengambil sebagian umur mereka untuk diberikan padanya supaya
pemerintahannya yang aman dan adil terus langgeng, terus menjaga Izzatul Islam dan
mengayomi kaum muslimin. Namun para pengkhianat dan pendengki menjulurkan tangan-
tangannya menghentikan langkah pemimpin agung ini. Adalah Abu Lu’lu’ah seorang majusi
yang bengis telah menikamkan sebilah pisau bermata dua yang telah diasah dan dilumuri
racun ke lambung dan pundak beliau saat beliau shalat shubuh. Hal itu ia lakukan demi
18. membalaskan dendam kaumnya para Majusi yang telah beliau musnahkan dan demi api
sesembahan yang beliau padamkan. Semua telah menjadi takdir Allah yang mesti berlaku.
Semoga Allah meridhoi Umar, sungguh keislamannya telah menjayakan Islam, kekhilafahnnya
menjadi kunci kemenangan dan kematiannya merupakan kesedihan mendalam bagi Umat
Muhammad Shollalahu ‘alahi wasallam.
Kaum Muslimin senantiasa mengenangnya seiring masa berlalu, mengenang keutamaan beliau
dan profilnya yang mulia, menyanjung keadilannya hingga dijadikan suatu permisalan.
Terkecuali Orang Syi’ah, meski demikian mulia dan dekatnya beliau dengan Rasulullah
Shallallahu alaihi wasallam tapi tetap saja mereka sakiti beliau dengan lisan mereka yang
setajam pisau, mereka lempari beliau dengan cercaan dan celaan juga tuduhan yang keji.
Berikut saya sebutkan diantaranya :
1. Tuduhan Syi’ah bahwa Umar radhiyallahu ‘anhu terkena penyakit yang obatnya kencing
laki-laki.
Mereka menghina Umar dengan mengatakan beliau terkena penyakit di –maaf- dubur beliau
yang tidak bisa diobati kecuali dengan kencing orang lelaki.[72] Merasa tidak cukup dengan
hanya ‘menyindir’ seperti ini mereka menghina beliau terang-terangan dengan mengatakan
Umar telah di sodomi : Diriwayatkan oleh Al Ayashi –orang Syi’ah- ,” Orang yang pertama kali
disebut Amirul Mukminin peah disodomi”.[73] Dan telah menjadi maklum bahwa Umarlah yang
pertama kali disebut sebagai Amirul Mukminin.[74]
Tuduhan ini mereka arahkan ke wajah orang yang Imam Pertama mereka, Ali Bin Thalib suka
andaikata beliau menghadap Allah dengan amalan seperti amalannya[75] dan menikahkan
putrinya, Ummu Kultsum dengan orang ini[76]. Adakah Imam yang menurut mereka maksum
senang ketika menghadap Rabnya amalannya serupa dengan amalan orang disodomi ?!!
Bagaimana bisa seorang Imam Maksum menikahkan putrinya dengan orang yang peah
disodomi ?!! jawabnya kita serahkan pada mereka.
2. Tuduhan Syi’ah akan kekafiran dan kemunafikan Umar radhiyallahu ‘anhu
Mereka mngatakan beliau telah kafir tapi menampakkan keislaman dan menyembunyikan
kekufurannya.[77] Taraf kekafirannya seperti kafiya Iblis bahkan mungkin melebihi.[78] Mereka
juga melaknat orang yang masih ragu akan kafiya Umar karena orang yang berakal tidak akan
ragu lagi akan hal ini :
Al Majlisi berkata,: Tak ada alasan bagi orang yang berakal untuk ragu akan kufuya Umar.
Laknat Allah dan Rasulnya atasnya juga atas orang yang masih menganggapnya muslim dan
orang yang tidak mau melaknatnya”.[79]
Anehnya lagi tuduhan ini mengarah kepada sahabat yang Rasulullah Shallallahu alaihi
wasallam telah bersaksi akan keimanannya kepada perkara ghaib dalam sabdanya pada
para sahabat, saat itu Umar tidak ada,” Ketika seorang penggembala menjaga kambingnya,
seekor serigala meloncat memangsa seekor kambing, Si penggembala pun merebutnya
kembali. Serigala itu lalu menoleh kepadanya dan berkata,” Kapankah hari Kiamat tiba[80],
hari dimana tak ada penggembala selain diriku?”. Dan tatkala seorang lelaki menggiring seekor
kerbau untuk menyerang serigala itu, kerbau menoleh pada lelaki tadi dan berkata,” Aku tidak
dicipta untuk hal ini, tapi aku diciptakan untuk membajak sawah”. Ketika sahabat mendengar
hal tersebut mereka berkata, “Subhanallah”. Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda, “
Aku percaya, begitu juga Abu Bakar dan Umar”.[81]
19. Rasul shollalahu ‘alahi wasallam juga memuji Umar dalam sabdanya,” Dalam tidurku akau
melihat manusia dihadapkan kepadaku dan mereka mengenakan pakaian, di antara mereka
ada yang hanya mengenakan pakaian sampai dadanya dan ada yang lebih rendah dari itu,
Lalu Umar lewat sedang pakaiannya menutupi seluruh tubuhnya”. Para sahabat bertanya,”
Apa ta’wilan anda Ya Rasulullah?”. Beliau menjawab,” Ad Dien”.[82] Beliau juga menyebutkan
bahwa setan lari jika bertemu Umar di tengah jalan[83]. Semua itu tidak lain karena kuatnya
iman dan keyakinannya .
Jika sahabat nomer dua setelah Abu Bakar yang telah Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam
sifati memiliki kekuatan iman serta keyakinan kuat saja dianggap kafir menurut Syi’ah maka
bagaimana nasib sahabat yang lebih rendah keimanannya dari dirinya?!!
','',''),(465,444,4,'','
2. Kegembiraan Syi’ah akan matinya ( baca: syahidnya) Umar RA dan menjadikan hari
terbunuhnya beliau sebagai hari raya mereka.
Orang Syi’ah sangat senang dan gembira pada hari dimana Umar terbunuh,mereka
menjadikan hari tersebut sebagai hari besar mereka dan mentahbiskan pembunuhnya, Abu
Lu’lu’ah orang majusi sebagai muslim terbaik :
Muhammad bin Rustum At Thabari meriwayatkan dari Al Hasan bin Al Hasan As Samiri bahwa ia
berkata,” Aku dan Yahya bin Ahmad bin Juraij Al Baghdadi pergi menuju rumah Abu Ahmad
bin Ishaq Al Baghdadi[84] sahabat Imam Al Askari Alais salam di kota Qum. Lalu kami mengetuk
pintu. Dari dalam rumah keluar seorang anak perempuan Irak. Kami pun menanyakan beliau
padanya. Anak itu berkata,” Beliau dan keluarganya sedang sibuk karena hari ini adalah hari
raya”. Kami berkata,” Subhanallah! Hari raya kami hanya ada empat: Iedul Fitri, Iedun Nahr, Al
Ghadir[85] dan Jum’at?!. Ia berkata,” Tuanku Ahmad bin Ishaq meriwayatkan dari tuannya Al
Askari dari ayahnya Ali bin Muhammad Alaihissalam bahwa hari ini adalah hari raya, hari raya
terbaik menurut ahli bait dan para walinya… -ia bercerita tentang keluaya Ahmad bin Ishaq
kepada mereka dan riwayat dari Al Askari dari bapaknya dari Hudzaifah bin Al Yaman bahwa
beliau menemui Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam pada hari ke-9 Rab’ul Awal dan
menyebut-nyebut keutamaan hari itu pada beliau dan aib orang yang terbunuh dihari itu.
Hudzaifah berkata,” Wahai Rasulullah, adakah umatmu yang merusak kehormatan ini?”. Beliau
bersabda,” Aku telah mengebiri seorang munafik yang menzalimi ahli baitku, ia memberlakukan
riba pada umatku, menyeru mereka pada dirinya, menjadi sombong atas umat sepeninggalku,
menyesatkan manusia, merubah kitab dan sunnah… .dan seterusnya hingga sampai pada
perkataan..,” kemudian Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam masuk rumah Ummu Salamah
dan akupun pulang tanpa menyisakan keraguan soal perkara syaikh kedua – yang dimaksud
adalah Umar RA[86]- hingga aku melihatnya sepeninggal beliau Shollalahu ‘alahi wasallam
membuka lebar pintu kejahatan, kembali pada kekufuran dan murtad serta mendistorsi Al
Qur’an, lalu Allah mengabulkan do’a tuanku Fatimah atas munafik ini dan ia terbunuh di
tangan Sang Pembunuh… ”. Ia juga menyebutkan cerita bahwa dirinya masuk rumah Ali RA
dan mengucapkan selamat atas terbunuhnya Umar RA, dan pengkhabaran Ali bahwa hari
raya ini memiliki 72 nama, diantaranya “Hari hilangnya bencana”, “Hari Huru-hara” dan “ Hari
penyesalan si zalim” serta “ Hari kegembiraan Syi’ah”.[87]
Orang Syi’ah sangat menyayangi Abu Lu’lu’ah Al Majusi ini, mereka menganggapnya orang
muslim yang mulia dan mengatakan bahwa ia membunuh Umar sebagai hukuman atas
kezaliman dan penghinaan yang Umar lakukan terhadapnya.[88] Mereka menggelari Abu
lu’lu’ah dengan “Baab Syujja’u Ad Dien” (Pintu keberanian bagi agama).[89]
20. Syi’ah Itsna Asyriyah menampakkan kegembiraan yang sangat dihari terbunuhnya Umar
dengan menyanyikan lagu-lagu tentang kematian beliau radhiyallahu ‘anhu ditangan
pembunuhnya. Pengarang Kitab “ Uqadu Ad Durur fie Baqri Batni Umar” dalam satu bab ia
berkata,” Pasal ke-empat, bab tentang wajibnya merayakan hari bahagia ini, hari ini adalah
hari yang paling menggembirakan bagi orang Syi’ah yang ikhlas.- lalu ia menyebutkan syair
yang dinyanyikan pada hari ini-:
Sekelumit kata yang jeih
dan lafal kalimat yang menggelora
ketika kesejahteraan
muncul di ufuk angan
desau angin silih berganti
dari pagi hingga sore hari
di hari terbunuhnya Umar Si Fajir
yang tak beriman pada Allah dan Hari akhir
penyulut bencana penebar kerusakan
hingga hari manusia dikumpulkan
keceriaan mengisi gelas-gelas kaca
dengan arak dari hulu sukma
di campur lembutnya rasa gembira [90]
Kemudian ia melanjutkan dengan Syair panjang yang mengungkapkan rasa gembira di hari
terbunuhnya Umar.[91]
Dari keyakinan Syi’ah ini tercium aroma busuk rasa dengki dan ta’ashub pada golongan Majusi
. Sedang Abu Lu’lu’ah adalah orang majusi yang kafir, ia membunuh Umar karena ingin
membalas dendam agama dan negerinya karena Umarlah yang menjadi penyebab matinya
api majusi dan runtuhnya kerajaan mereka. Ia terpanggil rasa dengki pribadi – jika tidak boleh
dikatakan ia disuruh seseorang- lalu membunuh Umar serta beberapa belas sahabat lainnya.
Jadi pembelaan Syi’ah ini adalah bentuk pembelaan atas orang kafir : Ibnu Taimiyah
menceritakan perihal kaum Syi’ah,” Oleh itu engkau lihat orang Syi’ah membela Abu Lu’lu’ah Si
Majusi kafir, diantara mereka ada yang berkata,” Ya Allah ridhoilah Abu Lu’lu’ah dan
himpunlah aku bersamanya”. Yang lain mengatakan,” Perbuatan Abu Lu’lu’ah setara dengan
tindak kriminal yang telah dilakukan Umar. Abu Lu’lu’ah kafir menurut kesepakatan Ahli Islam. Ia
orang majusi penyembah Api… , Ia membunuh Umar karena benci terhadap Islam dan
pemeluknya demi membela agama Majusinya dan balas dendam terhadap Umar karena
telah` menaklukkan negerinya, membunuh pembesaya dan membagi-bagi harta mereka”.[92]
Apa yang saya sebutkan ini hanya sekelumit dari selaksa tuduhan yang ada dalam buku-buku
mereka yang mengarah kepada sahabat mulia, sahabat yang paling dicintai Rasulullah
Shallallahu alaihi wasallam setelah Abu Bakar dan putrinya.[93]
Majlis Keenam
Sikap Syi’ah Itsna Asyriyah terhadap Abu Bakar dan Umar Radiyallahu 'Anhuma.
Ketiganya menyerbu dengan penuh ketangkasan
Rabb mereka senang jika mereka berpencaran
Hidup mereka tiada terpisahkan
Mati pun berkumpul tatkala dikuburkan
Tak seorang muslimpun yang memiliki mata pengelihatan
21. Mengingkari yang ada pada mereka berupa keutamaan
Tahukah kalian siapakah yang dimaksud oleh Hasan Bin Tsabit Radiyallahu 'Anhu “ ketiganya
menyerbu”?
Sungguh mereka adalah Rasul Shalallohu Alaihi Wasalam dan dua sahabatnya, kekasihnya, ,
wazir beliau dari penduduk dunia, Abu Bakar dan Umar Radiyallahu 'Anhuma.
Saya telah kemukakan contoh-contoh cercaan kaum Syi’ah yang ditujukan pada masing-
masing sahabat ini. Kaum Syi’ah masih memiliki ‘stok’ hinaan yang siap ditikamkan kepada
kedua sahabat ini secara bersamaan. Saya akan sebutkan beberapa diantaranya”
1. Keyakinan mereka akan wajibnya melaknat keduanya.
Syi’ah Itsna Asyriyah mewajibkan golongannya melaknat Syaikhoni,Abu Bakar dan Umar
Radiyallahu 'Anhuma dan menyatakan bahwa sebagian Imam merekapun telah
melaknatnya.
Kepada Ali mereka nisbahkan suatu kebohongan, tatkala ada seseorang yang ingin
membaiatnya atas apa yang telah dilakukan Abu Bakar ia membentangkan kedua tanganya
dan berkata,” Bertepuklah, Allah telah melaknat dua orang”. [94]
Sulaim Bin Qois mengatakan Ali senantiasa melaknat syaikhoni[95]. Demikian pula- menurut
anggapan mereka- Imam Ja’far Ash Shadiq melaknat keduanya setiap selesai shalat wajib.[96]
Kaum Syi’ah juga kreatif mengarang banyak do’a guna melaknat Syaikhani dalam kitab-kitab
mereka. Memalsukan hadits tentang keutamaan do’a tersebut agar orang syi’ah bersemangat
dalam membaca, mengulang-ulang dan berdo’a dengannya. Diantaranya satu do’a yang
berjudul “ Do’a untuk dua berhala quraisy”. Do’a ini merupakan do’a khusus bagi kaum Syi’ah
dalam melaknat Syaikhoni dan dua putrinya yang menjadi isteri Rasul Shalallohu Alaihi
Wasalam. Menurut mereka Ali Bin Abi Thalib Radiyallahu 'Anhu juga berqunut dengan do’a ini
dalam shalat witiya[97]. Ia berkata,” Sesungguhnya orang yang berdo’a dengannya laiknya
orang yang melempar panah bersama Nabi dalam Perang Badar Dan Hunain”. “ Do’a ini
merupakan rahasia yang samar dan dzikir yang mulia”[98]. Dan beliau rajin membacanya
pada siang, malam maupun diwaktu sahur –menurut anggapan mereka-.[99]
Kepada Imam Ahli Bait mereka menisbahkan keutamaan hadits ini- yang semuanya adalah
dusta- bahwa barang siapa yang membaca do’a ini sekali Allah akan menulis baginya 70.000
kebaikan, menghapus 70.000 keburukan dan mengangkat 70.000 derajat serta memenuhi
puluhan ribu kebutuhannya.[100] Dan Barangsiapa melaknat Abu Bakar dan Umar -Radiyallahu
'Anhuma- pada pagi hari, takkan ditulis baginya satu kejelakan pun hingga sore, dan
barangsiapa melaknat keduanya pada sore hari, takkan ditulis baginya satu kejelakn pun
hingga pagi tiba.[101]
Kaum Syi’ah sangatlah memperhatikan do’a ini, mereka menganggapnya termasuk do’a yang
masyru’[102]. Mereka pun mengarang syarhnya yang jumlahnya lebih dari sepuluh
syarh(penjelasan).[103]
Para penulis Syi’ah banyak yang menyebutkan do’a ini, sebagian atau kesuluruhan. Diantara
yang menyebutkan secara keseluruhan adalah Al Kaf’amy[104], Al Ka syany[105], An Nury At
Tabrasy[106], Asadullah At Tahrany Al Ha’iry[107], Sayyid Murtadzo Husein[108], MandzurBin
Husein[109] dan lainnya. Dan yang hanya menyebutkan petikannya saja diantaranya Al Kurky
22. dalam” Tufahat Al Lahutu fie la’ni Al Jibti wa At Thaghut”[110] dan AL Kasyany dalam “Kurratu Al
Ain”[111]. Ad Damadi Al Huseini dalam” Syir’atu At Tasmiyah Fie Az Zamani Al Ghibah[112]’, Al
Majlisi dalam “ Mir’atu Al ‘Uqul”[113], At Tusturi dalam “ Ihqaqu Al Haq”[114], Abu Hasan Al
‘Amily dalam Muqadimah tafsir Al Burhannya[115], Al Ha’iry dalam “Ilzami An Nashib”[116], An
Nury At Tabrasy dalam “ Fashlu AL Khitab”[117], Abdullah Sybr dalam “ Haq Al Yaqin”[118] dan
lainnya.
Disebut do’ a untuk dua berhala Quraisy karena awalnya berbunyi,” Ya Allah berikanlah salam
sejahtera Atas Muhammad dan keluarganya dan laknatlah dua berhala Quraisy, dua
jabatihima, dua thagutnya dan kedustaannya dan dua putrinya....dst.
Maksud dari dua berhala Quraisy adalah Abu Bakar dan Umar Radiyallahu 'Anhuma – semoga
Allah meridhai keduanya dan mengadili orang yang membencinnya- sebagaimana banyak
diterangkan orang syi’ah dalam banyak literatur mereka. Diantaranya: Al Kaf’amy dalam syarh
do’a ini[119], Al Kurky dalam” Tufahat Al Lahat”[120], Al Majlisy[121], Ad Damadi Al Huseini[122],
At Tusturi dalam “ Ihqaqu Al Haq[123], Al Ha’iry dalam “Ilzami An Nashib”[124] An Nury At
Tabrasy dalam “ Fashlu Al Khitab”.[125]
Sebagian kaum syi’ah tidak secara jelas menyatakan makna kedua berhala itu adalah Abu
Bakar dan Umar- ini adalah taktik taqiyah yang mereka gunakan untuk bermuamalah dengan
Ahli sunnah tapi hanya menyebutkan isyarat berupa gelar yang dengannya sesama orang
Syi’ah akan tahu maksud dari gelar tersebut. Al Kasyani menyebutkan :” Maksud dua berhala
itu adalah Fir’aun dan Haman”. Ia juga berkata,” Makhluq paling rendah adalah dua berhala
Quraisy laknatullah alaih, keduannya adalah Fir’aun dan Haman “[126]. Sedang Fir’aun dan
Haman adalah gelar yang mereka sandangkan untuk syaikhoni – Abu Bakar dan Umar
Radiyallahu 'Anhuma-.
Abu Al Hasan Al Amily mengisyaratkan makna dua berhala Quraisy dengan “Fulan dan Fulan
atau Jibt dan Thaghut “[127] yang maksudnya adalah syaikhoni.
Do’a yang oleh kaum Syi’ah dinamakan” Do’a Dua Berhala Quraisy “ ini sangat sarat dengan
laknat, umpatan,hinaan dan do’a demi kecelakaan untuk syaikhoni[128]. Pula penuh dengan
kisah-kisah palsu dan tuduhan keji tak berdasar yang kentara sekali kebohongannya. Semua
tuduhan itu mereka hunjamkan pada diri orang yang paling mulia setelah Nabi Shalallohu Alaihi
Wasalam. Sebagai contoh : Dakwaan mereka bahwa keduanya mengingkari wahyu, merubah
Al Qur’an, menyelisihi Syar’i, menghapus hukum, membakar negeri, merusak para hamba,
merobohkan rumah Nabi Shalallohu Alaihi Wasalam dan banyak lagi kedustaan lainnya yang
kesemuanya tidak dilandasi petunjuk atau diperkuat dalil dan hujjah. Sehingga apa yang ada
dalam diri Kaum Syi’ah yang sebenaya tersingkap jelas, yaitu kedengkian yang mendalam serta
rasa benci yang tak terkira pada para sahabat Rasul Shalallohu Alaihi Wasalam, bahkan pada
yang paling afdhol dari mereka semua, yang Rasul memerintahkan kita beriqtida’(mencontoh)
pada mereka sepeninggal beliau.
Adapun Aqidah Syi’ah dalam hal bara’ kepada Syaikhoni sebagaiman berikut:
Dalam aqidah mereka, berlepas diri dari keduanya juga dari Utsman dan Muawiyah dianggap
sebagai dharuriyat mazhab mereka. Barangsiapa tidak berlepas diri dari mereka ia bukan
termasuk golongan mereka.
Al Majlisi –referensi Syi’ah Muashir- berkata :” Termasuk dari dharuriyat agama Imamiyah adalah
bara’ (berlepas diri) dari Abu bakar, Umar, Utsman dan Muawiyah........”[129]
23. Bahkan bara’ terhadap mereka dipercaya menjadi sebab hilangnya penyakit dan obat bagi
tubuh,[130] barangsiapa yang telah berlepas diri dari mereka kemudian mati pada malam
harinya ia akan masuk jannah. Diriwayatkan Al Kulainy dalam Kitabnya “ Al Kafy” –termasuk
salah satu dari empat ushul yang terkenal di kalangan Syi’ah- dengan sanad dari
keduanya[131] ia berkata,” Barangsiapa berdo’a” Ya Allah aku bersaksi kepadamu dan
bersaksi pada malaikat-malaikat Al Muqarrabien, para pembawa Arsy yang terpilih bahwa
engkaulah Allah yang tiada ilah selain engkau. Maha pengasih lagi Maha Penyayang dan
bahwa Muhammad adalah hamba dan RasulMu dan Fulan adalah Imam dan Waliku[132],dan
bahwa ayahnya Rasulullah Shalallohu Alaihi Wasalam, juga Ali bin Abi Talib, Al Hasan dan Al
Husein, fulan, fulan –dan seterusnya hingga berakhir padanya-[133] adalah waliku. Untuk itu aku
hidup dan mati serta dibangkitkan dihari Kiamat Aku berlepas diri dari fulan, fulan dan fulan.
Jika ia mati pada malam harinya ia akan masuk surga”[134]
Yang dimaksud Fulan, Fulan dan Fulan adalah Abu Bakar Umar dan Utsman.
Menurut mereka tidak hanya kaum Syi’ah saja yang melaknat dan belepas diri dari Abu Bakar
Umar dan Utsman, tapi ada suatu golongan yang Allah ciptakan khusus untuk melaknat
mereka.
Kaum Syi’ah menisbatkan riwayat dusta pada Ja’far Ash Shadiq bahwa ia berkata :”
Sesungguhnya di balik matahari kalian ini ada empat puluh planet yang didalamnya terdapat
makhluk yang banyak. Dan di balik bulan kalian ini ada empat puluh bulan yang didalamnya
juga terdapat makhluk yang banyak jumlahnya. Mereka tidak tahu apakah Allah mencipta
atau tidak, hanya mereka dilhami satu ilham berupa laknat atas Fulan dan fulan....”.
Dalam riwayat Al Kulainy pengarang Al Kafy :” Mereka tidak bermaksiat kepada Allah sekejap
matapun dan berlepas diri dari Abu Bakar dan Umar”[135].Al Majlisi mengkaitkan perkataan ini
dengan perkataanya “ Fulan dan Fulan” maksudnya Abu Bakar dan Umar Radiyallahu 'Anhuma
Ringkasnya :
Syi’ah Itsna Asyriyah sepakat untuk melaknat Abu Bakar dan Umar Radiyallahu 'Anhuma,
berlepas diri dari mereka dan mewajibkannya kepada para pemeluknya.
Dan tentu saja, apa yang diyakini Imam-imam mereka menyelisihi apa yang mereka katakan
berkenaan dengan syaikhani khususnya dan para sahabat pada umumnya. Akan kami
ketengahkan sebagian perkataan para Imam itu. Dan semua yang mereka nisbahkan pada
mereka tidak lain hanyalah kedustaan yang mereka karang. Peyataan Imam tersebut
diantaranya:
Adalah Amirul Mu’minin Radiyallahu 'Anhu melarang sebagian tentaranya mencela Muawiyah
Radiyallahu 'Anhu –padahal dibanding Syaikhani keutamaan beliau lebih rendah sebagaimana
diakui kaum Syi’ah sendiri- dan berkata pada mereka,” Tentang apa yang dinisbahkan kaum
Syi’ah dalam kitab-kitab mereka aku tidak menyukainya dan melarang kalian menjadi para
pencela dan pelaknat”[137]. Dan menurut pandangan mereka apa yang Ia benci dari
kaumnya ia membenci pula hal itu atas dirinya.
Pada dasaya Amirul Mu’minin tidak saja membenci bahkan menyuruh untuk membunuh orang
yang berani melaknat Abu Bakar dan Umar Radiyallahu 'Anhu
Imam Ahmad dan At Tabrani[138] meriwayatkan dengan sanad hasan dari Amirul Mukninin Ali
Bin Abi Talib Radiyallahu 'Anhu bahwa ia berkata,” Akan datang suatu kaum setelah kita yang
24. mengaku dari golongan kita tapi sebenaya bukan golongan kita, mereka memiliki An Nibz[139]
atau gelar-gelar dan tanda untuk mencela Abu Bakar dan Umar Radiyallahu 'Anhuma. Jika
kalian menemui mereka maka bunuhlah karena mereka adalah orang musyrik”.[140]
Tatkala dikabarkan pada beliau bahwa ada orang yang mencela Syaikhani, beliau
mengancamnya dengan had (hukuman) seorang Muftary (pembuat dusta besar) yaitu 80 kali
jilid. Diriwayatkan Syaikh Muhammad bin Abdil Wahid Al Maqdisy dengan sanadnya dari Amirul
Mukminin bahwa telah sampai kabar padanya bahwa ada beberapa orang yang mencela
Abu Bakar dan Umar Radiyallahu 'Anhuma, maka beliau berkata “ Semoga Allah melaknat
orang yang dihatinya terdapat perasaan tentang keduanya selain dari yang baik. Lalu beliau
naik mimbar dan berkhotbah dihadapan mausia dengan khutbah yang sangat menyentuh
dihati :” Apa urusan orang-orang itu menyebut-nyebut dua penghulu Quraisy, dua bapak kaum
muslimin?! Saya berlepas diri dari apa yang mereka katakan, dan atas perkataan mereka akan
ada balasan. Ketahuilah ...demi yang membelah biji dan Yang menghembuskan angin,
tidaklah mencintai keduanya selain seorang mukmin yang bertakwa dan tidaklah seseorang
membencinya selain pendosa yang rendah”.
Kemudaian beliau terus menerus menyebutkan keutamaan keduanya Radiyallahu 'Anhuma.
Dari keredhoan Nabi ketika wafat, kerelaan manusia membaiatnya, kisah-kisah keduanya
dalam kekhalifahan hingga sampai pada perkataannya,” Ketahuilah, barangsiapa yang
mencintaiku maka cintailah keduanya, dan barang siapa tidak mencintai keduanya maka ia
telah membenciku dan aku berlepas diri darinya. Ketahuliah siapa saja yang pada saat aku
mendatanginya mengatakan hal ini- celaan pada Syaikhani- maka baginya hukuman seorang
muftary. Ketahuilah orang terbaik setelah Nabi Adalah Abu bakar dan Umar jika aku mau
niscaya aku sebutkan yang ketiga. Aku memohon ampun kepada Allah bagiku dan kalian
semua”.[141]
Sangat urgen bagi Kaum Syi’ah untuk memperhatikan ucapan agung dari Imam yang mulia ini .
Sungguh beliau tidak hanya melarang dari mencela dan membenci dua sahabat tersebut
beliau bahkan menjadikan kecintaan terhadap mereka sebagai tanda kecintaan terhadap
dirinya yang mulia, mengutamakan keduanya atas dirinya sendiri dengan menjadikan
keduanya orang terbaik setelah Nabi Shalallohu Alaihi Wasalam.
Dan bahwa dalam mengutamakan keduanya terdapat riwayat yang mutawatir dari beliau
dengan berbagai bentuk, suatu ketika beliau naik mimbar Kufah dan seluruh yang hadir pun
mendengaya, lalu berkata :” Sebaik-baik umat setelah Nabinya adalah Abu Bakar dan
Umar!”[142]
Al Bukhary dalam shahihnya meriwayatkan dari Muhammad bin Al Hanafiyah – beliau putra Ali
dari isterinya yang berasal dari kabilah Hanafiyah- ia berkata,” Aku berkata pada bapakku,”
Siapakah manuisa terbaik setelah Nabi ?” Beliau menjawab,” Abu Bakar”. “ Lalu ?” lanjutku.”
Kemudian Umar”.[143]
Dan ketika Ibnu Saba’ terang-terangan menghina Abu Bakar, Ali Bin Abi Thalib menyuruh untuk
membunuhnya tapi sebagian orang memintakan ampunan atasnya maka dibatalkanlah
hukuman bunuh ,kemudian dia di asingkan ke Mada’in –sebagaimana diakui oleh sebagian
Syi’ah-.[144]
Semoga Allah meridhai Amirul Mu’minin dan membalasnya dengan kebaikan atas
kebajikannya yang telah menempatkan hak keduanya sesuai proporsinya dan mengakui
keutamaan pada yang memilikinya. Hanyasanya yang mengakui keutaman dari pemilik
keutamaan adalah orang yang memiliki keutamaan pula.
25. Keyakinan beliau tentang Syaikhani sebgaimana keyakinan Syi’ah di zaman dahulu. Mereka
tidak menghujat Abu Bakar dan Umar. Inilah peyataan ulama besar Syi’ah, Abu Al Qasim
menuturkan bahwa ada seorang bertanya kepada Syuraik bin Abdillah bin Abi Numair –
termasuk kibaru sahabat Ali Radiyallahu 'Anhu - ,” Siapa yang lebih utama, Abu Bakar atau Ali
?” Syuraik menjawab,” Abu Bakar”. “ Apakah engkau mengatakan hal ini sedang engkau
berasal dari golongan kami?”. Lanjutnya.” Ya”, jawab Syuraik” .”Yang disebut orang Syi’ah
adalah orang yang mengatakan hal seperti ini. Demi Allah Ali RA telah menaiki kaki-kaki mimbar
ini – yang dimaksud adalah mimbar Kufah- dan berkata,” Ketahuilah, umat terbaik setelah
Nabinya adalah Abu Bakar dan Umar”. Apakah kita menyanggah perkataan beliau? Atau
mendustakannya? Demi Allah beliau tidaklah berbohong.!”[145]
Imam Ali Bin Muhammad, Abu Ja’far Al Baqir mutlak melarang laknat dan celaan juga
memberitahukan bahwa Allah membenci hal itu, beliau berkata,” Sesungguhnya Allah
membenci orang yang suka melaknat, mencela, mencerca,dan suka berbuat fahisah (zina)”.
Ini pengakuan salah seorang Syi’ah sendiri[146], maka apakah Imam yang maksum –menurut
mereka – melakukan hal yang dibenci Allah?!
Beliau juga berwala’ pada Abu Bakar dan Umar RA dan mengkhabarkan bahwa tak seorang
Ahli Bait pun yang mencela keduanya. Ketika Jabir Al Ja’fi bertanya kepadanya tentang
Syakhani “Adakah diantara kalian, ahli bait yang yang menghina Abu Bakar dan Umar?”,
beliau jawab,” Tidak. Dan aku mencintai keduanya, berwala’ dan memohonkan ampun untuk
mereka,”[147]
','',''),(466,444,5,'','
AdapunImam Ja’far Ash Shadiq – Imam Kaum yang keenam- beliau bahkan tidak
hanyaberwala’ saja tapi juga menyuruh para pengikutnya untuk memberikan wala’nyapada
kedua sahabat ini. Al Kulaini meriwayatkan dalam Kitab Al Kafi – Kitab inimenurut Syi’ah setara
dengan Sahih Bukhari – dengan sanadnya dari Ash Shadiqbahwa ia berkata pada seorang
wanita Syi’ah yang bertanya kepadanya tentang Abu Bakar,haruskah aku memberikan wala’
pada keduanya?”. “Berwla’lah pada keduanya!”jawab beliau.” “Kemudian jika aku bertemu
Rabku aku katakan pada Nya bahwa engkaulah yang menyuruhku?”.Beliau menjawab ,”
Ya”.[148]
Zaid BinAli bin Abi Thalib menceritakan bahwa beliau belum peah mendengar daribapak -
bapaknya seorangpun yang berlepasdiri terhadap Abu Bakar dan Umar Radiyallahu 'Anhuma
–seperti di nukilkan kaumSyi’ah-[149]. Diantara mereka adalah: Zainul Abidin, Ali Bin Al Husein,
AlHasan Bin Ali, dan Ali bin Abi Talib.
Tidakkahkaum Syi’ah bisa berlapang dada sebagaimana Imam mereka dari berwala’
kepadaSyaikhani dan ridha terhadap mereka, tidak bara’ ataupun melaknat keduanya?!
Tak hanyaitu, Zaid Bin Ali bahkan mengaplikasikan wala’nya dengan perbuatan, yaitutatkala
datang padanya satu kaum yang menyatakan diri bergabung dengan Syi’ahdan mencintai
Ahli Bait memintanya agar berlepas diri dari dua syaikh tersebutuntuk kemudian mereka akan
berbaiat kepadanya –terjadi ketika beliau keluarmemerangi Umawiyun-.maka beliau
mengucapkan kalimat yang membuat mulut-mulutmereka bungkam. Dan beliau menerangkan
pada mereka makna tasyayu’ yang benar :”Aku berlepas diri dari orang yang berlepas diri dari
keduanya[150], bara’ahdari Abu Bakar dan Umar berarti bara’ah dariku”[151]. Lalu mereka
berkata,”Jika demikian kami menolakmu”.[152]
Demikianlahucapan orang-orang yang dianggap Syi’ah sebagai Imam. Beginilah sikap
mereka,berwala’ kepada Abu Bakar dan Umar juga seluruh sahabat. Mengasihi dan
26. tidakberlepas diri serta menghasung manusia agar memberikan wala’nya pada mereka
danmencintai mereka, mewanti-wanti mereka agar jangan membenci ataupun
mencelamereka. Maka bagaimana mungkin mereka mengklaim berintisab pada para
Imamtersebut sedangkan bara’ah dari syaikhani dan para sahabat menurut Syi’ah adalah
wajib. Sebuah pertanyaan yang jawabanya kita serahkan padamereka.
2.Anggapankaum Syi’ah perihal akan dikembalikannya Abu Bakar dan Umar Radiyallahu
'Anhumakedunia sebelum hari Kiamat untuk diqishas dan diazab dengan keras.
Syi’ahItsna Asyriyah meyakini, Abu Bakar dan Umar akan dikembalikan kedunia sebelumKiamat
untuk diqishah dengan tangan SangPembangkit Ahli Bait – Mahdi Kaum Syi’ah yang ditunggu-
tunggu- . Menurut merekaAl Qur’an Al Kariem memberitahukan akan kembalinya mereka dan
akan diazabdengan berbagai macam sikasaan. Mereka mengambil dalil dari AlQuran
tentangkisah kaum Musa AS dan peristiwa yang menimpa Fir’aun dan tentaranya.
Dan kamihendak memberi karunia kepada oran-orang yang tertindas di bumi (Mesir) itu
danhendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-rang yangmewarisi
(bumi)
Dan akankami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi dan akan kami perlihatkan
kepadaFir’aun dan haman beserta tentaranya apa yang selalu mereka khawatirkan
darimereka itu. ( Al Qosos Ayat5-6)
Maksuddari Firaun dan Haman disitu adalah Abu Bakar dan Umar – sungguh keduanya jauhdari
apa yang mereka tuduhkan-. Mereka di bangkitkan oleh Al Qo’im ( Sangpembangkit) di hari
Kiamat sebagai obat penawar bagi orang-orang Syi’ah.
MuhammadBin Al Hasan Asy Syaibani dalam kitabnya “ Kasyfi Nahji AL Haq”
menyandarkanriwayat pada Muhammad bin Ali Al Baqir dan Ja’far Ash Shadiq
Rahimahumallah –keduanya berlepas diri dari tuduhan ini- perkataan keduanya tentang tafsir
ayatini:” Sesungguhnya Firaun dan Haman disini adalah dua orang dari Jabarah( pembesar)
nya[153] Quraisy yangAllah ta’ala hidupkan tatkala bangkitnya Al Qoim dari keluarga
Muhammad diakhir zaman untuk kemudian membalas keduanya atas apa yang telah
merekakerjakan di masa lampau”.[154]
SebagianUlama Syi’ah malah terang-terangan mengatakan bahwa maksud dari Fir’aun
danHaman disini adalah Abu Bakar dan Umar. Lalu Ia akan menyalib keduanya dibatang
kurma dan membunuhnya setiap hari seribu kali kematian sebagai balasanatas kezaliman yang
mereka lakukan serta permusuhan terhadap Ahli Bait.
Diantaraulama’ tersebut adalah: Al Bayadhi[155], Hasan Bi nSulaiman Al Ahly[156], AtAyasy an
Najsy[157], Al Bahrani[158], Al Jaza’iry[159], Ahmad Al Ahsa’i[160],Ali Al Ha’iry[161], Abdullah
Syibr[162] dan lainya.[163]
AlMajlisy menta’liq riwayat Al Kulainiyang diisnadkan pada Ja’far Ash Shadiq satu perkataan
yang dinisbahkan kepadaAmirul Mu’minin Ali Radiyallahu 'Anhu ,” Allah telah membunuh
Pembesar Quraisydalam kondisi yang paling baik....membunuh Haman dan membinasakan
Fir’aun”dengan perkataanya :” Membunuh Haman maksudnya Umar dan
membinasakanFir’aun[164] maksudnya Abu Bakar bisa juga sebaliknya yang jelas
maksudnyaadalah dua pendosa ini”.[165]
27. Abu AlHasan Al Amili[166] mengutarakan hal senada. Al Kasyani menjulukinya ‘Duaberhala
Quraisy’[167].
Adapunanggapan mereka tentang bangkitnya Al Qo’im kemudian menghidupkan Abu Bakar
danUmar dan menyalibnya serta tuduhanbohong lain banyak terdapat dalam kitab-kitab
mereka. Tak sedikit pun merekamenjaga diri dari berdusta atas namaAllah Azza Wa Jalla yang
berfirman :
Artinya “Siapakah yang lebih zalim dari orang yang mengada-adakan kedustaan atas
Allah..”[168]
Danterhadap Rasul Yang bersabda dalam hadits mutawatir :
Ù… Ù† كذب علي Ù… تعم دا Ùليتبوأ Ù… قعده Ù… نالنار[169]
Anda akanmelihat mereka berdusta dengan mengatakan bahwa Allah mengkabarkan pada
Nabinyaperistiwa tersebut pada malam Isra’ :
AshShaduq menyandarkan pada Ja’far Ash Shadiq kisah tentang Isra’ dan Mi’raj,bahwa Nabi
melihat cahaya Imam-imam yang dua belas yang ditengah merekaMuhammad bin Al Hasan
Sang Pembangkit, lalu beliau bertanya pada Rabbnya,”Wahai Rabb siapakah mereka..?” Allah
berfirman,” Para Imam dan ini adalah SangPembangkit yang menghalalkan apa yang aku
halakan dan mengharamkan apa yang akuharamkan serta membalas musuh-musuhku,dialah
rahah para waliku. Dia penawar luka pengikutmu dari kejahatanorang-orang zalim, para
penentang serta orang kafir. Mengeluarkan Lata dan Uzzalalu membakar keduanya, pada hari
itu fitnah keduanya lebih dasyat dari fitnahSapi dan Samiri.[170]
Maksuddari” Lata dan Uzza” menurut kaum Syi’ah adalah Abu Bakar dan Umar.
Didukungdengan periwayatan salah satu Ulama Syi’ah Syaikh Ad Damadi Al Huseinikatanya,”
Perhatikanlah, hendaklah basirahmu tak tertutup demi melihat bahwaLata dan Uzza adalah
dua berhala Quraisy yang Amirul Mu’minin mendo’akankeduanya dalam do’anya dan
keduanya dikubur di rumah Rasulullah ShalallohuAlaihi Wasalam di area makam beliau tanpa
seijin ahli baitnya yang suci yangsenantiasa melaksanakan perintahNya”.[171]
KaumSyi’ah mengatakan Ali telah mendengar hal itu dari pengkhabaran Rasulullah kemudian
beliauberitahukan pada Umar Radiyallahu 'Anhu : Ibnu Rustum At Thabary
mengisnadkankepada Abi Tufail Amir bi Watsilah[172] bahwa dia berkata – dan tidaklah
beliaumengatakan hal dusta ini- ,” Aku melihat Amirul Mukminin berjalansendirian di sudut kota
madinah , laluaku mengikuti beliau hingga sampai di rumah Ats Tsani,[173] lalu beliau
memintaijin dan dijinkan masuk, akupun ikut masuk. Setelah mengucapkan salam kepadaAts
Tsani –Umar Radiyallahu 'Anhu– yang pada waktu itu menjabat khalifah,beliau duduk seraya
berkata,” Siapakah yang mengajarimu kebodohan ini hai orangyang tertipu?! Demi Allah jika
saja engkau mengendarai Alqafra dan memakai Syirakan lebih baik bagimu dari pada duduk
di sini....”sampai pada perkataan,” DemiAllah seakan aku meliahat diriku telah mengeluarkan
dirimu dan sahabatmu –AbuBakar- Toriyaini( kalau tidak salah dalam keadan buta) untuk
disalib di Al Baida’...hingga Umarberkata,” Wahai Abu Al Hasan sungguh aku mengetahui yang
engkau katakan adalahkebenaran, dengan nama Allah aku bertanya padamu, apakah
Rasulullah menyebutdiriku dan Sahabatku ?”. Beliau berkata,” Demi Allah, Rasulullah
menyebutdirimu dan sahabatmu...dst”.[174]
Kitab-kitabkaum Syi’ah sarat dengan riwayat yang secara dusta mereka nisbahkan
kepadasejumlah Imam yang berisi tentang keyakinan mereka bahwa syaikhani
28. akandibangkitkan dari kubur dan di salib sebelum kiamat tiba serta diazab denganazab yang
sangat pedih......seperti riwayat dusta yang dinisbahkan kepada Abu Ja’far Al Baqir :mereka
menganggap beliau meriwayatkannya dari beberpa perawi Syi’ah semisal AbuBashir[175], Al
Mufdhil Bin Umar[176], Salam bin Al Mustanir[177], Abdul A’laAl Ahlaby[178] dan lainnya. Semua
riwayat palsu yang mengada-ada ini berisiseputar kisah dibangkitkannya Syaikhani dari kubuya
Ghodhiyani thoriyani laludisalib. Hari itu manusia terfitnah karena keduanya.
Riwayatdusta yang disandarkan pada Abi Abdullah Ash Shadiq mereka yakini jugadiriwayatkan
beberapa perawi Syi’ah lainnya seperti Abu Al Jarud[179], AlMufdhil Bin Umar[180], Basyir An
Nubal [181]serta Ishaq bin Amar dan lainnya.Demikian pula Abdul Adhim Bin Abdullah Al Hasani
meriwayatkan kisah serupa dariMuhammad bin Ali Al Jawad yang terkenal dengan sebutan Abi
Ja’far AtsTsani.[182]
DariMuhammad Bin Al Hasan Al Askari – Diaadalah Al Qoim yang nantinya menyalib Syaikhani,
pada dasaya beliau bukananak Al Hasan Al Askari karena ia mandul-, yang meriwayatkan
darinya adalah AliBin Abi Ibrahim Bin Mahziar. Riwayat iniberisi kisah panjang yang didalamnya
mereka menyebutkan perkataan Muhammad BinAl Hasan Al Mahdi Al Maz’um : Aku datang ke
Yatsrib untuk menghancurkan Batuberikut dua orang didalamnya toriyani ghodiyani . lalu
kuperintahkan keduanyamenuju Baqi’ untuk disalib di dua batang kayu, keduanya tawarraqa ,
makamanusia saat itu terfitnah oleh keduanya dengan fitnah yang lebih dasyat darifitnah
pertama...dst.”[183]
Suatukeyakinan kotor yang menyelisihi Kitab, Sunnah dan Ijma' kaum Muslimin ini dikalangan
Syi’ah disebut dengan Roj'ah, mereka menganggap hari itu adalah haridikumpulkannya jasad
dan arwah atau serupa dengan Yaumul Hasr pada hari Kiamat.Roj'ah termasuk asas aqidah
Syi’ah, mereka mendasarkan aqidah ini pada lebihdari seratus ayat dari Kitab yang mereka
takwilkan tanpa dalil yang mendukungatau hujjah yang menguatkan. Bagi Syi’ah, orang yang
tidak meyikini roj'ah makaia tidak disebut Imam atau golongan mereka sama sekali. Oleh itu
, Abu Bakar dan Umar RA bukanlah orang yangmemiliki keimanan, tapi keduanya adalah fariq
(sempalan) yang lain dengandalil: Ijma' kaum Syi’ah seperti yang terdapat dalam kitab-kitab
mereka bahwakeduanya akan dibangkitkan dan merasakan berbagai macam siksa di tangan
SangPembangkit yang diutus untuk membalas dendam atas keduanya, menyalib,
memukulmereka dengan cemeti dari neraka, membunuh keduanya seribu kali setiap hari
danmenenggelamkan keduanya di laut seperti yang dilakukan Musa terhadap patungsapi
lalu membakaya, bahkan Ia juga membunuh orang-orang yangmencintai keduanya.
Orangyang membaca buku-buku do'a kaum Syi’ah akan mendapati buku-buku
tersebutdipenuhi do'a-do’a kepada Sang Pembangkit agar mengeluarkan Syaikhani
danmembalaskan dendam Ahli Bait Rasul SAW. Kebanyakan doa tersebut berbentuksya'ir
seperti :
Wahai Hujjatullah,wahai makhlukterbaik
wahai cahaya di kegelapan,
wahai putra bintang kejora
Aku berharap pada rabku
tuk bisa melihat dua terlaknat
dibangkitkan dari lahat
dengan mata telanjangku
Seperti sabda Nabiku
Tanpa keraguan ataupun syubhat
Tuk disalib didua batang pohon
Dan dibakar
29. Saat itu....
Hati manusia kan sembuh dari dendam
Yang sekian lama mendekam
Dan kesedihan berganti kegembiraan
MenurutSyi’ah, masa penyaliban Abu Bakar dan Umar ini tidak hanya pada saat Raj’ahyaitu
saat keduanya dibangkitkan di hari Kiamat saja melainkan keduanya disalib setiap tahun sesuai
dengan riwayat dari As Sofar dan Al Mufid dengansanad yang bersambung dengan para
pendusta dari Isa Bin Abdillah Bin Abi TohirAl Alwi meriwayatkan dari bapaknya dari kakeknya Ia
menceritakan Bahwa saat itu Ia bersama Abu Ja’far Bin Ali Al Baqir diMina untuk melempar
Jumrah, lalu Abu Ja’far melemparkan beberapa batu, manakalatersisa lima batu beliau
melemparkan tiga batu ke satu penjuru dan dua batu kepenjuru lainnya, maka kakekku
bertanya,” Demi diriku menjadi tebusanmu, Sungguhengkau telah melakukan sesuatu
yangbelum peah dilakukan seorangpun. Aku melihatmu melemparkan beberapa jumrah,lalu
engkau melempar lima sisanya, tiga ke satu penjuru dan dua ke yang lain?”.Beliau berkata,”
Benar. Pada satiap musim dua orang fasiq yang telah merampashak dibangkitkan, lalu
keduanya dipisah di tempat ini. Tiada yang melihatnyaselain Imam yang adil. Karena itu aku
melempar yang pertama – Abu Bakar- dengandua kerikil dan yang kedua – Umar- dengan tiga
kerikil karena yang terakhirlebih buruk dari yang pertama”.
Beginilah,kaum Syi’ah seakan tak merasa berdosa setiap kali mehujamkan berbagai
tuduhankepada dua orang yang paling utama setelah para Nabi dan Rasul, Abu Bakr
danUmar. Dua wazir Nabi SAW yang telah diakui kedudukannya. Amirul Mukminin Alibin Talib
pun telah bersaksi akan halitu :
Dari IbnuAbbas berkata,” Jasad Umar diletakkan diatas ranjang, maka manusia
punmengelilinginya sebelum diangkat untukdimakamkan,waktu itu tak satupun orang yang
memperhatikanku, tiba-tiba seoranglelaki memegang pundakku yang teyata beliau adalah Ali
Bin Abi Talib, beliaumendoakan kerahmatan atas Umar dan berkata,” Sepeninggalmu tak
seorang pun yanglebih aku sukai agar amalku serupa dengan amalnya ketika berjumpa
dengan Allah selain dirimu, demi Allah aku kiraAllah akan mempertemukanmu dengan dua
sahabatmu, aku telah banyak mendengarNabi bersabda ,” Aku pergi bersama Abu Bakar dan
Umar, Aku masuk bersama AbuBakar dan Umar, aku keluar bersama Abu Bakar dan Umar” aku
yakin AllAh akanmenempatkanmu bersama keduanya”.[184]
AqidahRaj’ah yang diyakini kaum Syi’ah ini sangatlah bertentangan dengan nash-nashKitab
maupun sunnah :
Terdapatbeberapa ayat yang dengan jelas membatilkan keyakinan ini :
(Demikianlahkeadaan orang-orang kafir itu ), sehingga datang kematian kepada seseorang
darimereka dia berkata,” Ya tuhanku kembalikanlah (aku kedunia)
agar akuberbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali
tidaksesungguhnya itu hanyalah perkatan yang diucapkan saja . dan dihadapan merekaada
sampai mereka dibangkitkan .(Al Mukminun 99-100)
Tinggaldi alam barzakh hingga kiamat tiba adalah hal yang telah disepakati. Dan ayatini telah
memutus angan-angan untuk kembali kedunia, entah itu supaya bisaberamal baik atau
sebaliknya.
30. RabbTabaraka wata’ala telah menjelaskan akan mustahilnya seseorang kembali
keduniadikarenakan adanya barzakh yang tak seorangpun bisa menembusnya, suatu
batasdiantara maut dan dan kebangkitan juga dunia dan Akhirat.
Adabeberapa hadits yang yang secara sharih menafikan raj’ah sebelum hariKebangkitan akan
tetapi terlalu panjang untuk mencantumkannya.
Akantetapi karena ayat Qur’an ataupun hadits tak sedikitpun memberi pengaruh bagiorang
Syi’ah, akan saya kumpulkan aqwal beberapa orang yang mereka anggapsebagai Imam
tentang batilnya aqidah raj’ah, agar tampak kedustaan yang merekanisbahkan pada mereka:
1. Diantaranya: Amirul Mukminin Ali Bin Abi Talib yang dalam beberapa
riwayat mengkhabarkan akan mustahilnya seseorangkembali kedunia setelah mati. Seperti
perkataan yang mereka nisbahkan pada beliau dalam Kitab Syi’ah “Tihajul Balaghah” :”
Segeralah beramal, Dan takutlah akan ajal yangsekonyong-konyong. Karena kembalinya umur
tak bisa diharapkan sepertikembalinya rizki”. Juga,” Diantara kalian dan surga tak ada sesuatu
selain mautyang akan menjemput”,
Majlis Ke Tujuh
SikapSyi’ah Itsna Asyriyah terhadap Asy Syahid Dzunnurain, Utsman Bin Affanradhiyallahu ‘anhu
UtsmanBin Affan termasuk sahabat angkatan pertama, orang ketiga setelah Umar dan
AbuBakar radhiyallahu ‘anhu. Nabi Shollalahu ‘alahi wasallam menikahkannya dengandua
putri beliau secara berturut yang dengannya Utsman mendapatkan hubunganbesan yang
sangat mulia dengan Rasulullah Shollalahu ‘alahi wasallam hinggabeliau menujulukinya dzu
nurain ( yang memiliki dua cahaya). Seorang sahabatyang sangat pemalu, memiliki moral dan
budi tinggi, lembut wataknya, halus budibahasanya, legawa jiwanya, halus tabiatnya, suka
berbuat kebaikan dan sangatpengsih, seorang Quraisy yang paling bijak dan memiliki
pandangan yang sangatmulia.
Kaumnyamencintainya karena akhlaknya yang mulia dan perilakunya yang terpuji
sehinggakecintaan mereka menjadi satu permisalan, ada seorang wanita
quraisy yangmenimang anaknya sambil berkata :
Aku mencintaimu juga Ar Rohman
Seperti cinta Qurisy pada Utsman
Beliau masuk Islam dan menjadi orang yangpaling bertakwa, wara’ ( menjaga diri dari yang
haram bahkan makruh) dermawan dan murah hati, turut berperangbersama Rasulullah dalam
berbagai peperangan. Menjabat khalifah setelah AbuBakar dan Umar lalu mengajak manusia
mengikuti sirah Nabinya Shollalahu ‘alahi wasallam dan duasahabatnya serta menauladani
mereka sehingga umat bisa bersatu bersamanya.
Meluasnyadaerah yang bisa dibuka dan ditaklukkan dimasa pemerintahannya serta
intervensiberbagai kelompok dalam kedaulatan Negeri Islam menjadi sebab juga
konsekwensidari masuknya para pendengki yang memusuhi Islam yang kemudian
membentukkomplotan. Pembesar komplotan ini adalah seorang Yahudi beama Abdullah
binSaba’. Ia memprovokasi manusia dengan mengatakan Utsman telah merubah
sunnahRasululah Shollalahu ‘alahi wasallam dan dua sahabatnya, maka
berkumpulahdisekitaya para pembeo dan kaki tangan setan, mereka mendatangi Madinah