Jiwa yang sihat dan tenteram memiliki beberapa ciri utama, yaitu memilih hal-hal yang bermanfaat untuk jiwa, memiliki tujuan akhirat, dan selalu merindukan beribadah kepada Allah seperti zikir dan shalat. Jiwa sehat juga senantiasa menyesali ketika terlewatkan beribadah dan selalu berusaha untuk memperbaiki diri.
Al-Qabdhu dan Al-Basthu adalah salah satu topik yang dibincangkan dalam ilmu tasawuf. Ia adalah tugasan yang diberikan oleh saya di bawah subjek tasawuf perbandingan yang diajar oleh Prof Madya Dr Syed Hadzrullathfi bin Syed Omar.
Assalamu'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.
Presentasi powerpoint ini diresume berdasarkan buku berjudul "Apa Bentuk Komitmen Saya Kepada Islam?" yang ditulis oleh Syaikh Fathi Yakan. Dimohon bagi yang ingin mendownload agar tidak merubah data diri pembuat. Kami membuat ini untuk memudahkan kalian, sehingga tolong hargai apa yang kami buat.
Suyuthi mengatakan, “Di antara tanda keberkahan ilmu dan wujud syukur atas nikmat ilmu adalah menisbatkan ilmu kepada yang mengucapkannya. Abu Abdillah Ash-Shuri mengatakan, Abdul Ghani bin Said bercerita kepadaku, “Ketika buku karyaku sampai ke tangan Abdullah Al-Hakim dia mengucapkan terima kasih atas pemberian buku tersebut dan dia bercerita bahwa dia mendiktekan buku tersebut kepada banyak orang. Di antara isi surat terima kasihnya kepadaku adalah pengakuan bahwa dia mendapatkan banyak tambahan ilmu dengan sebab buku tersebut dan setiap tambahan ilmu yang dia dapatkan dia selalu sampaikan bahwa dia mendapatkannya dariku.”
Terima kasih atas perhatiannya. Jazakumullah khairan.
Akhukum fillah,
Salman Al-Farisi
Wassalamu'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.
Al-Qabdhu dan Al-Basthu adalah salah satu topik yang dibincangkan dalam ilmu tasawuf. Ia adalah tugasan yang diberikan oleh saya di bawah subjek tasawuf perbandingan yang diajar oleh Prof Madya Dr Syed Hadzrullathfi bin Syed Omar.
Assalamu'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.
Presentasi powerpoint ini diresume berdasarkan buku berjudul "Apa Bentuk Komitmen Saya Kepada Islam?" yang ditulis oleh Syaikh Fathi Yakan. Dimohon bagi yang ingin mendownload agar tidak merubah data diri pembuat. Kami membuat ini untuk memudahkan kalian, sehingga tolong hargai apa yang kami buat.
Suyuthi mengatakan, “Di antara tanda keberkahan ilmu dan wujud syukur atas nikmat ilmu adalah menisbatkan ilmu kepada yang mengucapkannya. Abu Abdillah Ash-Shuri mengatakan, Abdul Ghani bin Said bercerita kepadaku, “Ketika buku karyaku sampai ke tangan Abdullah Al-Hakim dia mengucapkan terima kasih atas pemberian buku tersebut dan dia bercerita bahwa dia mendiktekan buku tersebut kepada banyak orang. Di antara isi surat terima kasihnya kepadaku adalah pengakuan bahwa dia mendapatkan banyak tambahan ilmu dengan sebab buku tersebut dan setiap tambahan ilmu yang dia dapatkan dia selalu sampaikan bahwa dia mendapatkannya dariku.”
Terima kasih atas perhatiannya. Jazakumullah khairan.
Akhukum fillah,
Salman Al-Farisi
Wassalamu'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.
Ketahuilah Jiwa yang berada dalam diri manusia merupakan perkara yang agung dan besar. Dan sungguh Allah telah bersumpah dengan beberapa makhluknya yang besar untuk menunjukkan atas keagunganNya, dalam surat As-Syams 1 s/d 10 tentang jiwa yang beruntung dan yang tidak beruntung, Allah berfirman yang artinya :
”Demi matahari dan sinarnya pada pagi hari, Demi bulan apabila mengiringinya, Dmi siang apabila menampakkannya, Demi malam apabila menutupinya, Demi langit serta pembinaannya (yang menakjubkan, Demi bumi serta penghamparannya, Demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan)nya, Maka Dia mengilhamkan kepadanya(jalan) kejahatan dan ketakwaan, Sungguh beruntung orang yang menyucikan (jiwa itu), Dan sungguh merugi orang yang mengotorinya”
Dosa dan maksiat adalah benalu dalam kehidupan manusia. karena dengan dosa dan makasiat, manusia berada sedikit demi sedikit di bawah kendali setan hingga keluar seutuhnya dari bimbingan Tuhan. ketika setan menjadi kiblat manusia, maka segala bentuk prilakunya menjadi salah dan tidak kenal pijakan kebenaran.
Penyakit hati ialah rasa sakit yang menimpa hati, seperti rasa sakit ketika musuh menguasai anda. Sesungguhnya yang demikian mendatangkan rasa panas atau menyayat hati. Penyakit hati juga dikarenakan terjadinya kerusakan, terutama pada persepsi dan keinginan.
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfNur afiyah
Pembelajaran landasan pendidikan yang membahas tentang profesionalisasi pendidikan. Semoga dengan adanya materi ini dapat memudahkan kita untuk memahami dengan baik serta menambah pengetahuan kita tentang profesionalisasi pendidikan.
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
jiwa yang tenteram
1. Jiwa Yang Tenteram
Jiwa yang sihat dan tenteram memiliki beberapa tanda, sebagaimana yang disebutkan oleh
al-Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah di dalam kitab “Ighatsatul Lahfan min Mashayid asy-
Syaithan.¨ Di antara tanda-tanda tersebut adalah mampu memilih segala sesuatu yang
bermanfaat dan memberikan ketenteraman kepada jiwanya. Dia tidak memilih perkara-
perkara yang berbahaya atau yang menjadikan jiwanya sakit atau menderita. Tanda jiwa
yang sakit adalah sebaliknya. Santapan jiwa yang paling bermanfaat adalah keimanan dan
ubat yang paling mujarab adalah al-Quran. Selain itu, jiwa yang sihat memiliki sifat
sebagaimana berikut:
1. Matlamatnya Akhirat
Jiwa yang sihat bergerak dari dunia menuju ke akhirat dan seakan-akan telah sampai di
sana. Sehingga dia merasa seperti telah menjadi penghuni akhirat dan putera-puteri
akhirat. Dia datang dan berada di dunia ini seakan-akan sebagai orang asing, yang
mengambil sekadar keperluannya, untuk segera kembali ke negeri asalnya. Nabi s.a.w
bersabda,
"Jadilah engkau di dunia ini seperti orang asing atau (musafir) yang melalui suatu jalan."
(HR. al-Bukhari)
Bila jiwa seseorang itu sihat, dia akan mengembara menuju akhirat dan menghampirinya,
sehingga seakan-akan dia telah menjadi penghuninya. Sedangkan bila jiwa tersebut sakit,
maka dia akan terlena dengan dunia dan menganggapnya sebagai negerinya yang kekal,
sehingga jadilah dia hamba kepadanya.
2. Keinginan Menuju Allah s.w.t.
Di antara tanda tenteramnya jiwa ialah selalu mendorong seseorang untuk kembali kepada
Allah s.w.t dan tunduk kepada-Nya. Dia bergantung hanya kepada Allah, mencintai-Nya
sebagaimana seseorang mencintai kekasihnya. Tidak ada kehidupan, kebahagiaan,
kenikmatan, kesenangan kecuali hanya dengan redha Allah, merasa dekat dan rasa jinak
terhadap-Nya. Merasa tenang dan tenteram dengan Allah, berlindung kepada-Nya, bahagia
bersama-Nya, bertawakkal hanya kepada-Nya, yakin, berharap dan takut hanya kepada
Allah.
Maka jiwa tersebut akan selalu mengajak dan mendorong pemiliknya untuk mecari
ketenangan dan ketenteraman bersama Ilah sembahannya. Tatkala itulah ruh benar-benar
merasa kehidupan dan kenikmatan dan menjadikan hidupnya lain daripada yang lain, bukan
kehidupan yang penuh dengan kelalaian dan berpaling dari tujuan penciptaan manusia.
Untuk tujuan menghamba kepada Allah s.w.t inilah syurga dan neraka diciptakan, para
rasul diutus dan kitab-kitab diturunkan.
Abul Husain al-Warraq berkata, "Hidupnya jiwa adalah dengan mengingat Zat Yang Maha
Hidup dan Tidak Pernah Mati, dan kehidupan yang nikmat adalah kehidupan bersama Allah,
bukan selain-Nya."
2. Oleh kerana itu terputusnya hubungan seseorang dengan Allah s.w.t adalah lebih dahsyat
kepada orang-orang arif yang mengenal Allah daripada kematian, kerana terputus dari Allah
adalah terputus dari al-Haq, sedang kematian adalah terputus dari sesama manusia.
3. Tidak Bosan Berzikir
Di antara tanda sihatnya jiwa adalah tidak pernah bosan untuk berzikir mengingat Allah
s.w.t. Tidak pernah merasa jemu untuk mengabdi kepada-Nya, tidak terlena dan asyik
dengan selain dari Nya, kecuali kepada orang yang menunjukkan jalan kepada Nya, orang
yang mengingatkan dia kepada Allah s.w.t. atau saling mengingatkan dalam kerangka
berzikir kepada-Nya.
4. Menyesal jika Tertinggal dari Berzikir
Jiwa yang sihat akan rasa menyesal, merasa sedih dan sakit melebihi sedihnya seorang
bakhil yang kehilangan hartanya jika tertinggal atau terlupa berzikir.
5. Rindu Untuk Beribadah
Jiwa yang sihat selalu rindu untuk menghamba dan mengabdi kepada Allah s.w.t.,
sebagaimana rindunya seorang yang lapar terhadap makanan dan minuman.
6.Khusyu' Dalam Shalat
Jiwa yang sihat akan meninggalkan segala keinginan dan sesuatu yang bersifat keduniaan
ketika sedang menunaikan solat. Sangat berhati-hati dalam masalah solat dan bersegera
melakukannya, serta memperolehi ketenangan dan kenikmatan di dalam solat tersebut.
Baginya solat merupakan kebahagiaan dan penyejuk hati dan jiwa.
7.Keinginannya Hanya kepada Allah
Jiwa yang sihat, keinginannya hanya satu, iaitu kepada segala sesuatu yang diridhai Allah
s.w.t.
8. Menjaga Waktu
Di antara tanda sihatnya jiwa adalah merasa sayang jika waktunya hilang dengan sia-sia,
melebihi sayang seorang yang kikir terhadap hartanya.
9. Muhasabah dan Memperbaiki Diri
Jiwa yang sihat senantiasa memberi perhatian untuk terus memperbaiki amal, melebihi
perhatian terhadap amal itu sendiri. Dia terus bersemangat untuk meningkatkan keikhlasan
dalam beramal, mengharap nasihat, mutaba'ah dan ihsan (seakan-akan melihat Allah s.w.t.
dalam beribadah, atau selalu merasa dilihat Allah). Di samping itu dia selalu memperhatikan
pemberian dan nikmat dari Allah s.w.t. serta kekurangan dirinya di dalam memenuhi hak-
hak-Nya.
Demikian di antara beberapa fenomena dan karakteristik yang menunjukkan sihatnya jiwa
seseorang.
Dapat disimpulkan bahwa jiwa yang sihat dan tenteram adalah qalbu yang himmah
(keinginannya) kepada sesuatu yang menuju Allah s.w.t, mencintai-Nya dengan
3. sepenuhnya, menjadikan-Nya sebagai matlamat. Jiwa raganya untuk Allah, amalan, tidur,
bangun dan bicaranya hanyalah untuk-Nya. Dan ucapan tentang segala yang diredhai Allah
lebih dia sukai daripada segala pembicaraan yang lain, fikirannya selalu tertuju kepada apa
sahaja yang diridhai dan dicintai-Nya.
Berkhalwah (menyendiri) untuk mengingat Allah s.w.t lebih dia sukai daripada bergaul
dengan orang, kecuali dalam pergaulan yang dicintai dan diridhai-Nya. Kebahagiaan dan
ketenangannya adalah bersama Allah, dan ketika dia mendapati dirinya berpaling kepada
selain Allah, maka dia segera mengingat firman-Nya,
”Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Rabbmu dengan hati yang puas lagi diridhai-
Nya.” (QS. 89:27-28)
Dia selalu mengulang-ulang ayat tersebut, dengan harapan dia akan mendengarnya nanti
pada hari Kiamat dari Rabbnya. Maka akhirnya jiwa tersebut di hadapan Ilah dan
Sesembahannya yang Haq akan terwarna dengan sibghah (celupan) sifat kehambaan.
Sehingga jadilah dia abdi sejati sebagai di segi sifat dan karakternya, ibadah adalah nikmat
bukannya beban yang memberatkan. Dia melakukan ibadah dengan rasa gembira, cinta dan
rasa dekat kepada Rabbnya.
Ketika diajukan kepadanya perintah atau larangan dari Rabbnya, maka hatinya berkata ,
"Aku sambut panggilan-Mu, aku penuhi dengan suka cita, sesungguhnya aku mendengar,
taat dan akan melaksanakannya. Engkau berhak dan layak mendapat semua itu, dan segala
puji kembali hanya kepada-Mu. ¨
Apabila ada takdir menimpanya maka dia mengatakan, " Ya Allah, aku adalah hamba-Mu,
miskin dan memerlukan-Mu, aku hamba-Mu yang fakir, lemah tidak berdaya. Engkau
adalah Rabbku yang Maha Mulia dan Maha Penyayang. Aku tidak mampu untuk bersabar
jika Engkau tidak menolongku untuk bersabar, tidak ada kekuatan bagiku jika Engkau tidak
membantuku dan memberiku kekuatan. Tidak ada tempat bersandar bagiku kecuali hanya
kepada-Mu, tidak ada yang dapat memberikan pertolongan kepadaku kecuali hanya
Engkau. Tidak ada tempat berpaling bagikudari pintu-Mu, dan tidak ada tempat untuk lari
dari-Mu”.
Dia mempersembahkan segalanya hanya untuk Allah s.w.t, dan dia hanya bersandar
kepada-Nya. Apabila ditimpa sesuatu yang tidak disukai maka dia berkata, "Rahmat telah
dihadiahkan untukku, ubat yang sangat bermanfaat dari Zat Pemberi Kesembuhan yang
mengasihiku." Jika dia kehilangan sesuatuy ang dia sukai, maka dia berkata, "Telah
disingkirkan keburukan dari sisiku."
Semoga Allah s.w.t memperbaiki jiwa kita semua, dan menjaganya dari penyakit-penyakit
yang merosak dan membinasakan, Amin.
Sumber Asal : Mawaridul Aman al Muntaqa min Ighatsatil Lahfan fi Mashayid asy-Syaithan,
penyusun Syaikh Ali bin Hasan bin Ali al-Halabi.
Adaptasi dari artikel yang disiarkan oleh www.alsofwah.or.id