3. Metode Penelitian Sejarah
Dalam pemilihan topik didasarkan atas 3 hal :
a. Kedekatan Emosional : Keterkaitan peneliti dengan tema yang menjadi objek
penelitian. Kedekatan emosional membantu peneliti untuk mencari jawaban terhadap
pertanyaan 5W 1H
b. Kedekatan Intelektual : Memungkinkan bagi seorang peneliti sejarah untuk dapat
memetakan berbagai permasalahan yang terkait dengtan tema atau objek penelitian
yang dipilih
c. Rencana Penelitian : Permasalahan, penulisan sejarah,sumber sejarah, dan
garis besar penelitian
3
1. Pemilihan Topik
4. 2. Heuristik : Berasal dari bahasa Yunani,yaitu Heuriskein yang berarti menemukan.
Dalam kegiatan penelitian sejarah, heuristik berarti mencari dan mengumpulkan sumber-
sumber sejarah.
3. Kritik atau Verifikasi Sumber Sejarah : Kritik sumber dilakukan untuk mencari
kebenaran melalui kesahihan sumber tersebut. Ada dua hal dalam melakukan kritik
sumber :
a. Kritik ekstern : Kritik ekstern mempersoalkan sumber itu asli atau palsu
berdasarkan tampilan fisiknya, seperti : Sumber dokumen (jenis kertas, warna
kertas, umur kertas, tulisan, huruf, tinta, gaya tulisannya, bahasanya,dan lainnya)
b. Kritik Intern : Lebih menekankan kepada aspek isi dari sumber, apakah
bisa dipercaya atau tidak.
4
Metode Penelitian Sejarah
5. Lanjutan Metode Penelitian Sejarah
4. Interpretasi : Upaya menafsirkan fakta sejarah dan merangkai fakta tersebut
menjadi satu kesatuan yang harmonis dan masuk akal. Ada dua hal dalam
interpretasi
a. Analisis : Menguraikan Menjawab pertanyaan – pertanyaan penelitian
b. Sintesis : Menyatukan
5. Historiografi (Penulisan Sejarah) : Setelah melalui beberapa tahapan dalam
penelitian, langkah akhir yang harus dilakukan adalah historiografi atau penulisan
sejarah. Pada tahap ini penulis menyusun hasil interpretasi fakta-fakta sejarah untuk
kemudian ditulis menjadi sebuah kisah yang selaras dan dapat
dipertanggungjawabkan dan dituangkan dalam buku
5
6. Lanjutan Metode Penelitian Sejarah
Historiografi (Penulisan Sejarah)
Hal yang menjadi perhatian penting peneliti dalam penulisan sejarah adalah aspek kronologi (urutan
– urutan waktunya) dan prinsip kausalitas (hubungan sebab akibat). Dan peneliti sejarah harus sadar
bahwa tulisan itu bukan hanya untuk dirinya sendiri, melainkan untuk dibaca pula oleh orang lain.
Penyajian penelitian sejarah dalam bentuk tulisan mempunyai tiga bagian , yaitu pendahuluan,
pembahasan, dan penutup.
6
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan
Metode dan Sumber
Sistematika Penulisan
Tinjauan Pustaka
PEMBAHASAN
Hasil Penelitian yang
telah dilakukan
PENUTUP
Kesimpulan hasil
penelitian
9. Pengertian Historiografi
Historiografi menurut Prof. A. Daliman, M.Pd ialah Penulisan sejarah
(historiografi) menjadi sarana mengkomunikasikan hasil – hasil penelitian yang
diungkapkan, diuji (verifikasi), dan diinterpretasi
Historiografi menurut Louis Gottschalk (seorang sejarawan Amerika Serikat)
merupakan suatu bentuk publikasi, baik itu dalam bentuk lisan maupun juga
tulisan mengenai peristiwa kejadian atau kombinasi peristiwa – peristiwa di masa
lampau.
Karya Prof. A. Daliman, M. Pd. Karya Louis Gottschalk
9
10. HISTORIOGRAFI TRADISIONAL
• Historiografi Tradisional : Karya tulis sejarah yang dibuat pada masa Hindu-Buddha dan Islam.
Tulisan sejarah ini dibuat oleh para pujangga kerajaan. Dalam historiografi tradisional, tercipta
unsur – unsur sastra sebagai karya mitologi dan imajinatif. Karya sejarah yang termasuk
Historiografi Tradisional : babad, hikayat, dan tambo
Ciri – ciri Historiografi Tradisional :
1. Istanasentris, kisah dalam karya historiografi tradisional ini terpusat pada kehidupan raja atau
keluarga raja (keluarga istana), sementara rakyat hampir bisa dikatakan tidak memiliki tempat di
dalamnya.
2. Religio-magis, dihubungkan dengan unsur kepercayaan dan hal – hal yang gaib.
3. Etnosentrisme, penulisan menonjolkan sifat kedaerahan dan terpaut pada suku bangsa dan
budaya dalam negeri kerajaan.
4. Bersifat Psikopolitis-sentrisme, historiografi tradisional ditulis oleh para pujangga kerajaan
dengan muatan psikologis seorang raja, dijadikan sebagai alat politik dalam mempertahankan
kekuasaannya
10
11. HISTORIOGRAFI TRADISIONAL
Perbedaan Babad, Hikayat, dan Tambo dalam Historiografi Tradisional
Babad : Karya sastra yang berkaitan atau yang menceritakan hal-hal berhubungan dengan
penguasa, pendiri, pemindahan pusat kerajaan atau pemerintahan, dan lainnya. Dan biasanya
Babad ditulis dalam bahasa Jawa. Contoh : Babad Tanah Jawi, Babad Cirebon, Babad Mataram,
dan lainnya.
Hikayat : Karya sastra dengan tulisan berupa prosa atau karangan bebas dan bahasa yang
digunakan ialah bahasa Melayu. Biasanya berisi kehebatan ataupun kepahlawanan seseorang
lengkap dengan keanehan, kesaktian serta mukjizat tokoh yang diceritakan (biasanya seorang raja
masa kerajaan Islam) . Contoh : Hikayat Aceh.
Tambo : Karya sastra sejarah yang berisi mengenai asal – usul sesuatu dan peristiwa di masa lalu
yang berhubungan dengan suatu daerah. Contoh : Tambo Minangkabau
11
12. HISTORIOGRAFI TRADISIONAL
Tujuan Historiografi Tradisional : Untuk menghormati dan meninggikan kedudukan raja,
nama raja, serta wibawa raja supaya tetap dihormati, tetapi dipatuhi, tetap dijunjung oleh
masyarakat.
Karya Historiografi Tradisional Terjemahan Tambo
Kitab Negarakertagama
Babad Hikayat Aceh Mpu Prapanca
12
13. HISTORIOGRAFI KOLONIAL
Historiografi Kolonial adalah karya tulis sejarah yang ditulis pada masa pemerintahan kolonial
berkuasa di Indonesia, yaitu sejak zaman VOC (1600) sampai masa pemerintahan Hindia Belanda
berakhir ketika tentara pendudukan Jepang datang ke Indonesia (1942). Historiografi Kolonial
ditulis untuk kepentingan dan dengan cara pandang kolonial Belanda atau lebih bersifat
Nearlandosentris dan melupakan peranan kaum bumiputera (orang-orang Indonesia). Contoh :
Pangeran Diponegoro dalam historiografi kolonial disebut sebagai “pemberontak” karena
menentang kebijakan pemerintah kolonial .
Ciri – Ciri Historiografi Kolonial :
1. Belandasentris atau Nearlandosentris , berisi mengutamakan kepentingan mereka (Belanda)
dan untuk memperkokoh kekuasaan mereka (Belanda) di Indonesia.
2. Berisi kisah atau petualangan untuk menemukan daerah- daerah baru untuk dijadikan
koloninya dan mengangap bahwa mereka (Belanda) membawa peradaban yang lebih maju.
13
14. HISTORIOGRAFI KOLONIAL
Sumber – sumber yang digunakan dalam penulisan : laporan perdagangan pra VOC, laporan perdagangan
zaman VOC, arsip-arsip, dan laporan pemerintah Hindia Belanda.
Karya Historiografi Kolonial
14
15. HISTORIOGRAFI MODERN
Historiografi Modern : Penulisan sejarah yang mengubah pandangan religio-magis menjadi
pandangan yang bersifat ilmiah dan menggunakan penulisan sejarah kritis atau dengan kata lain,
historiografi ini muncul menggantikan historiografi tradisional. Pada historiografi modern,
penulisan sejarah menggunakan metode ilmiah, masuk akal, dan menghilangkan hal – hal yang
berbau religio-magis atau hal – hal ghaib.
Ciri – ciri Historiografi Modern :
1. Bersifat Metodologis, artinya penulisan sejarah menggunakan pendekatan ilmiah berdasarkan
teknik penulisan ilmiah
2. Bersifat Kritis Historis , yang berarti substansi penulisan sejarah secara ilmiah dapat
dipertanggungjawabkan
15
16. HISTORIOGRAFI MODERN
Penulisan Sejarah Modern Pada Masa Kemerdekaan
Pada masa historiografi modern terdapat suatu terobosan baru yaitu munculnya peranan – peranan rakyat
kecil (wong cilik) sebagai pelaku sejarah. Hal ini dipelopori oleh sejarawan Indonesia, Prof. Sartono Kartodirjo
dengan bukunya yang berjudul “Pemberontakan Petani Banten 1888”.
Dalam buku tersebut, menunjukkan beberapa hal penting :
1. Peran aktif bumiputra, baik para pembesarnya maupun rakyat
kebanyakan (petani, guru ngaji, dan santri tarekat). Karena selama ini
penulisan sejarah didominasi oleh tokoh – tokoh besar seperti pahlawan
kemerdekaan maupun tokoh politik yang berpengaruh.
2. Memperkenalkan pendekatan baru dalam penelitian sejarah, yakni pendekatan
multidimensional atau dengan menggunakan pendekatan ilmu – ilmu sosial.
3. Dengan menggunakan pendekatan multidimensional, sejarah bukan hanya
bersifat deskriptif-naratif, tetapi lebih bersifat deskriptif-analitis yaitu menganalisis
16
17. HISTORIOGRAFI NASIONAL
Historiografi Nasional ialah penulisan sejarah yang bertujuan untuk kepentingan nasional.
Munculnya historiografi nasional karena adanya kesadaran untuk menentukan nasib bangsanya
sendiri tanpa campur tangan dari negara lain.
Ciri – ciri Historiografi Nasional ialah membangkitkan rasa nasionalisme. Setiap negara memiliki
historiografi nasional, begitupun Indonesia. Setiap historiografi nasional disusun berdasarkan
perspektifnya masing-masing negara yang berkaitan langsung dengan kepentingan
mempertahankan bangsa dan negara. Pemerintah Indonesia menyusun historiografi Nasional
berdasarkan perspektif Indonesiasentris. Artinya historiografi yang disusun berdasarkan
perspektif bangsa Indonesia sebagai pusat sejarahnya.
Selain itu, dasar penyusunan historiografi nasional berpusat pada cita-cita suatu bangsa
dalam arti yang luas.
Historiografi nasional menekankan peran kaum intelektual dalam mengubah perspektif
pandangan suatu negara.
17
18. HISTORIOGRAFI NASIONAL
Perjalanan panjang menuju Historiografi Nasional
1. Tonggak historiografi nasional dimulai pada tahun 1957 dengan diadakannya Seminar Sejarah Nasional
I di Yogyakarta yang berlangsung pada tanggal 14 – 18 Desember 1957. Hasil dari seminar tersebut ialah
membuat sejarah yang bersifat Indonesiasentris.
2. Seminar Sejarah Nasional II di Yogyakarta pada tahun 1970, panitia berhasil menyusun buku teks
Sejarah Nasional sebanyak enam Jilid.
3. Seminar Sejarah Nasional III di Jakarta pada tanggal 10 – 15 November 1981, Seminar Sejarah Nasional
IV di Yogyakarta pada tanggal 16 – 19 Desember 1985 dan Kongres Nasional Sejarah di Jakarta pada
tanggal 14-17 November 2006 yang kesemua itu bertujuan untuk menemukan kembali penulisan –
penulisan sejarah Indonesia, baik dari aspek sumber maupun metodologi.
18
20. SEJARAH KELAS X
“ Orang tidak akan belajar sejarah kalau tidak ada gunanya. Kenyataannya
bahwa sejarah terus ditulis orang, di semua peradaban dan sepanjang waktu,
sebenarnya cukup menjadikan bukti bahwa sejarah itu perlu “ (Kuntowijoyo).
20