4. 2. Heuristik : Berasal dari bahasa Yunani,yaitu
Heuriskein yang berarti menemukan. Dalam
kegiatan penelitian sejarah, heuristik berarti
mencari dan mengumpulkan sumber-sumber
sejarah.
3. Kritik atau Verifikasi Sumber Sejarah : Kritik
sumber dilakukan untuk mencari kebenaran
melalui kesahihan sumber tersebut. Ada dua hal
dalam melakukan kritik sumber :
a. Kritik ekstern : Kritik ekstern
mempersoalkan sumber itu asli atau palsu
berdasarkan tampilan fisiknya, seperti :
Sumber dokumen (jenis kertas, warna kertas,
umur kertas, tulisan, huruf, tinta, gaya
tulisannya, bahasanya,dan lainnya)
b. Kritik Intern : Lebih menekankan
kepada aspek isi dari sumber, apakah bisa
dipercaya atau tidak.
4
5. 4. Interpretasi : Upaya menafsirkan fakta sejarah dan
merangkai fakta tersebut menjadi satu kesatuan yang
harmonis dan masuk akal. Ada dua hal dalam
interpretasi
a. Analisis : Menguraikan Menjawab
pertanyaan – pertanyaan penelitian
b. Sintesis : Menyatukan
5. Historiografi (Penulisan Sejarah) : Setelah melalui
beberapa tahapan dalam penelitian, langkah akhir yang
harus dilakukan adalah historiografi atau penulisan
sejarah. Pada tahap ini penulis menyusun hasil
interpretasi fakta-fakta sejarah untuk kemudian ditulis
menjadi sebuah kisah yang selaras dan dapat
dipertanggungjawabkan dan dituangkan dalam buku
5
6. Historiografi (Penulisan Sejarah)
Hal yang menjadi perhatian penting peneliti dalam penulisan sejarah adalah aspek kronologi
(urutan – urutan waktunya) dan prinsip kausalitas (hubungan sebab akibat). Dan peneliti sejarah harus
sadar bahwa tulisan itu bukan hanya untuk dirinya sendiri, melainkan untuk dibaca pula oleh orang lain.
Penyajian penelitian sejarah dalam bentuk tulisan mempunyai tiga bagian , yaitu pendahuluan,
pembahasan, dan penutup.
6
PENDAHULUAN
• Latar Belakang
• Rumusan Masalah
• Tujuan
• Metode dan Sumber
• Sistematika Penulisan
• Tinjauan Pustaka
PEMBAHASAN
• Hasil Penelitian yang
telah dilakukan
PENUTUP
• Kesimpulan hasil
penelitian
9. Historiografi menurut Prof. A. Daliman, M.Pd ialah Penulisan sejarah
(historiografi) menjadi sarana mengkomunikasikan hasil – hasil penelitian yang
diungkapkan, diuji (verifikasi), dan diinterpretasi
Historiografi menurut Louis Gottschalk (seorang sejarawan Amerika Serikat)
merupakan suatu bentuk publikasi, baik itu dalam bentuk lisan maupun juga
tulisan mengenai peristiwa kejadian atau kombinasi peristiwa – peristiwa di masa
lampau.
Karya Prof. A. Daliman, M. Pd. Karya Louis Gottschalk
9
10. • Historiografi Tradisional : Karya tulis sejarah yang dibuat pada masa
Hindu-Buddha dan Islam. Tulisan sejarah ini dibuat oleh para
pujangga kerajaan. Dalam historiografi tradisional, tercipta unsur –
unsur sastra sebagai karya mitologi dan imajinatif. Karya sejarah
yang termasuk Historiografi Tradisional : babad, hikayat, dan tambo
Ciri – ciri Historiografi Tradisional :
1. Istanasentris, kisah dalam karya historiografi tradisional ini
terpusat pada kehidupan raja atau keluarga raja (keluarga istana),
sementara rakyat hampir bisa dikatakan tidak memiliki tempat di
dalamnya.
2. Religio-magis, dihubungkan dengan unsur kepercayaan dan hal –
hal yang gaib.
3. Etnosentrisme, penulisan menonjolkan sifat kedaerahan dan
terpaut pada suku bangsa dan budaya dalam negeri kerajaan.
4. Bersifat Psikopolitis-sentrisme, historiografi tradisional ditulis
oleh para pujangga kerajaan dengan muatan psikologis seorang raja,
dijadikan sebagai alat politik dalam mempertahankan kekuasaannya
10
11. HISTORIOGRAFI TRADISIONAL
Perbedaan Babad, Hikayat, dan Tambo
dalam Historiografi Tradisional
Babad : Karya sastra yang berkaitan atau yang
menceritakan hal-hal berhubungan dengan penguasa,
pendiri, pemindahan pusat kerajaan atau
pemerintahan, dan lainnya. Dan biasanya Babad ditulis
dalam bahasa Jawa. Contoh : Babad Tanah Jawi, Babad
Cirebon, Babad Mataram, dan lainnya.
Hikayat : Karya sastra dengan tulisan berupa
prosa atau karangan bebas dan bahasa yang
digunakan ialah bahasa Melayu. Biasanya berisi
kehebatan ataupun kepahlawanan seseorang lengkap
dengan keanehan, kesaktian serta mukjizat tokoh yang
diceritakan (biasanya seorang raja masa kerajaan
Islam) . Contoh : Hikayat Aceh.
Tambo : Karya sastra sejarah yang berisi
mengenai asal – usul sesuatu dan peristiwa di masa
lalu yang berhubungan dengan suatu daerah. Contoh :
Tambo Minangkabau
11
12. Tujuan Historiografi Tradisional : Untuk menghormati dan meninggikan kedudukan raja,
nama raja, serta wibawa raja supaya tetap dihormati, tetapi dipatuhi, tetap dijunjung oleh
masyarakat.
Karya Historiografi Tradisional Terjemahan Tambo
Kitab Negarakertagama
Babad Hikayat Aceh Mpu Prapanca
12
13. Historiografi Kolonial adalah karya tulis sejarah yang
ditulis pada masa pemerintahan kolonial berkuasa di Indonesia,
yaitu sejak zaman VOC (1600) sampai masa pemerintahan Hindia
Belanda berakhir ketika tentara pendudukan Jepang datang ke
Indonesia (1942). Historiografi Kolonial ditulis untuk
kepentingan dan dengan cara pandang kolonial Belanda atau
lebih bersifat Nearlandosentris dan melupakan peranan kaum
bumiputera (orang-orang Indonesia). Contoh : Pangeran
Diponegoro dalam historiografi kolonial disebut sebagai
“pemberontak” karena menentang kebijakan pemerintah
kolonial .
Ciri – Ciri Historiografi Kolonial :
1. Belandasentris atau Nearlandosentris , berisi
mengutamakan kepentingan mereka (Belanda) dan untuk
memperkokoh kekuasaan mereka (Belanda) di Indonesia.
2. Berisi kisah atau petualangan untuk menemukan
daerah- daerah baru untuk dijadikan koloninya dan mengangap
bahwa mereka (Belanda) membawa peradaban yang lebih maju.
13
14. Sumber – sumber yang digunakan dalam penulisan : laporan perdagangan pra VOC, laporan
perdagangan zaman VOC, arsip-arsip, dan laporan pemerintah Hindia Belanda.
Karya Historiografi Kolonial
14
15. Historiografi Modern : Penulisan
sejarah yang mengubah pandangan religio-
magis menjadi pandangan yang bersifat
ilmiah dan menggunakan penulisan sejarah
kritis atau dengan kata lain, historiografi ini
muncul menggantikan historiografi
tradisional. Pada historiografi modern,
penulisan sejarah menggunakan metode
ilmiah, masuk akal, dan menghilangkan hal –
hal yang berbau religio-magis atau hal – hal
ghaib.
Ciri – ciri Historiografi Modern
:
1. Bersifat Metodologis, artinya
penulisan sejarah menggunakan
pendekatan ilmiah berdasarkan teknik
penulisan ilmiah
2. Bersifat Kritis Historis , yang
berarti substansi penulisan sejarah secara
15
16. Penulisan Sejarah Modern Pada Masa
Kemerdekaan
Pada masa historiografi modern terdapat suatu terobosan
baru yaitu munculnya peranan – peranan rakyat kecil (wong cilik)
sebagai pelaku sejarah. Hal ini dipelopori oleh sejarawan Indonesia,
Prof. Sartono Kartodirjo dengan bukunya yang berjudul
“Pemberontakan Petani Banten 1888”.
Dalam buku tersebut, menunjukkan beberapa hal
penting :
• Peran aktif bumiputra, baik para pembesarnya maupun rakyat
kebanyakan (petani, guru ngaji, dan santri
tarekat). Karena selama ini penulisan sejarah
didominasi oleh tokoh – tokoh besar seperti pahlawan
kemerdekaan maupun tokoh politik yang berpengaruh.
• Memperkenalkan pendekatan baru dalam penelitian sejarah,
yakni pendekatan multidimensional atau dengan
menggunakan pendekatan ilmu – ilmu sosial.
• Dengan menggunakan pendekatan multidimensional, sejarah
bukan hanya bersifat deskriptif-naratif, tetapi
lebih bersifat deskriptif-analitis yaitu menganalisis
16
17. Historiografi Nasional ialah penulisan sejarah yang
bertujuan untuk kepentingan nasional. Munculnya historiografi
nasional karena adanya kesadaran untuk menentukan nasib
bangsanya sendiri tanpa campur tangan dari negara lain.
Ciri – ciri Historiografi Nasional ialah membangkitkan rasa
nasionalisme. Setiap negara memiliki historiografi nasional,
begitupun Indonesia. Setiap historiografi nasional disusun
berdasarkan perspektifnya masing-masing negara yang berkaitan
langsung dengan kepentingan mempertahankan bangsa dan
negara. Pemerintah Indonesia menyusun historiografi Nasional
berdasarkan perspektif Indonesiasentris. Artinya historiografi
yang disusun berdasarkan perspektif bangsa Indonesia sebagai
pusat sejarahnya.
• Selain itu, dasar penyusunan historiografi nasional berpusat
pada cita-cita suatu bangsa dalam arti yang luas.
• Historiografi nasional menekankan peran kaum intelektual
dalam mengubah perspektif pandangan suatu negara.
17
18. Perjalanan panjang menuju Historiografi
Nasional
1. Tonggak historiografi nasional dimulai pada
tahun 1957 dengan diadakannya Seminar Sejarah
Nasional I di Yogyakarta yang berlangsung pada tanggal
14 – 18 Desember 1957. Hasil dari seminar tersebut ialah
membuat sejarah yang bersifat Indonesiasentris.
2. Seminar Sejarah Nasional II di Yogyakarta pada
tahun 1970, panitia berhasil menyusun buku teks
Sejarah Nasional sebanyak enam Jilid.
3. Seminar Sejarah Nasional III di Jakarta pada
tanggal 10 – 15 November 1981, Seminar Sejarah
Nasional IV di Yogyakarta pada tanggal 16 – 19
Desember 1985 dan Kongres Nasional Sejarah di Jakarta
pada tanggal 14-17 November 2006 yang kesemua itu
bertujuan untuk menemukan kembali penulisan –
penulisan sejarah Indonesia, baik dari aspek sumber
maupun metodologi.
18
20. “ Orang tidak akan belajar sejarah kalau
tidak ada gunanya. Kenyataannya bahwa
sejarah terus ditulis orang, di semua peradaban
dan sepanjang waktu, sebenarnya cukup
menjadikan bukti bahwa sejarah itu perlu “
(Kuntowijoyo).
20