SlideShare a Scribd company logo
1 of 12
Ditulis Oleh:
 Rizky Ayu Nabila
 Msy. Mauliddya
 Siti Aisyah Almardiah
 Dita Kusumaningsih
 M. Aditya Ramadhan
 M.Rizki Akbar
Kelas : XII IPA 4
A. PENGERTIAN
Perkahwinan atau nikah menurut bahasa ialah berkumpul dan bercampur.
Adapun nikah menurut syari’at nikah juga berarti akad. Menurut istilah lain juga
dapat berarti Ijab Qobul (akad nikah) yang mengharuskan perhubungan antara
sepasang manusia yang diucapkan oleh kata-kata yang ditujukan untuk melanjutkan
ke pernikahan, sesusai peraturan yang diwajibkan oleh Islam.
B. Hukum Nikah
 Hukum Pernikahan Yang Wajib
Menikah itu wjib hukumnya bagi seorang yang sudah mampu secara finansial
dan juga sangat beresiko jatuh ke dalam perzinaan. Hal itu disebabkan bahwa
menjaga diri dari zina adalah wajib. Maka bila jalan keluarnya hanyalah dengan cara
menikah, tentu saja menikah bagi seseorang yang hampir jatuh ke dalam jurang zina
wajib hukumnya.
Imam Al-qurtubi berkata bahwa para ulama tidak berbeda pendapat tentang wajibnya
seorang untuk menikah bila dia adalah orang yang mampu dan takut tertimpa resiko
zina pada dirinya. Dan bila dia tidak mampu, maka Allah SWT pasti akan
membuatnya cukup dalam masalah rezekinya, sebagaimana firman-Nya:
"Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu, dan orang-orang
yang layak dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu
yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan
kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas lagi Maha Mengetahui."(QS. An-Nur: 32).
 Hukum Pernikahan Yang Sunnah
Sedangkan yang tidak sampai diwajibkan untuk menikah adalah mereka yang
sudah mampu namun masih tidak merasa takut jatuh kepada zina. Barangkali karena
memang usianya yang masih muda atau pun lingkungannya yang cukup baik dan
kondusif.
Orang yang punya kondisi seperti ini hanyalah disunnahkan untuk menikah,
namun tidak sampai wajib. Sebab masih ada jarak tertentu yang menghalanginya
untuk bisa jatuh ke dalam zina yang diharamkan Allah SWT.
Bila dia menikah, tentu dia akan mendapatkan keutamaan yang lebih
dibandingkan dengan dia diam tidak menikahi wanita. Paling tidak, dia telah
melaksanakan anjuran Rasulullah SAW untuk memperbanyak jumlah kuantitas umat
Islam.
Dari Anas bin Malik RA bahwa Rasulullah SAW bersabda,"Nikahilah wanita
yang banyak anak, karena Aku berlomba dengan nabi lain pada hari kiamat." (HR.
Ahmad dan dishahihkan oleh Ibnu Hibbam).
Dari Abi Umamah bahwa Rasulullah SAW bersabda,"Menikahlah, karena aku
berlomba dengan umat lain dalam jumlah umat. Dan janganlah kalian menjadi
seperti para rahib nasrani." (HR. Al-Baihaqi 7/78).
Bahkan Ibnu Abbas ra pernah berkomentar tentang orang yang tidak mau
menikah sebab orang yang tidak sempurna ibadahnya.
 Hukum Pernikahan Yang Haram
Secara normal, ada dua hal utama yang membuat seseorang menjadi haram untuk
menikah. Pertama, tidak mampu memberi nafkah. Kedua, tidak mampu melakukan
hubungan seksual. Kecuali bila dia telah berterus terang sebelumnya dan calon
istrinya itu mengetahui dan menerima keadaannya.
Selain itu juga bila dalam dirinya ada cacat pisik lainnya yang secara umum tidak
akan diterima oleh pasangannya. Maka untuk bisa menjadi halal dan dibolehkan
menikah, haruslah sejak awal dia berterus terang atas kondisinya itu dan harus ada
persetujuan dari calon pasangannya.Seperti orang yang terkena penyakit menular
dimana bila dia menikah dengan seseorng akan beresiko menulari pasangannya itu
dengan penyakit. Maka hukumnya haram baginya untuk menikah kecuali
pasangannya itu tahu kondisinya dan siap menerima resikonya.
Selain dua hal di atas, masih ada lagi sebab-sebab tertentu yang mengharamkan
untuk menikah. Misalnya wanita muslimah yang menikah dengan laki-laki yang
berlainan agama atau atheis. Juga menikahi wanita pezina dan pelacur. Termasuk
menikahi wanita yang haram dinikahi (mahram), wanita yang punya suami, wanita
yang berada dalam masa iddah.
Ada juga pernikahan yang haram dari sisi lain lagi seperti pernikahan yang tidak
memenuhi syarat dan rukun. Seperti menikah tanpa wali atau tanpa saksi. Atau
menikah dengan niat untuk mentalak, sehingga menjadi nikah untuk sementara
waktu yang kita kenal dengan nikah kontrak.
 Hukum Pernikahan Yang Makruh
Orang yang tidak punya penghasilan sama sekali dan tidak sempurna
kemampuan untuk berhubungan seksual, hukumnya makruh bila menikah. Namun
bila calon istrinya rela dan punya harta yang bisa mencukupi hidup mereka, maka
masih dibolehkan bagi mereka untuk menikah meski dengan karahiyah.
Sebab idealnya bukan wanita yang menanggung beban dan nafkah suami,
melainkan menjadi tanggung jawab pihak suami. Maka pernikahan itu makruh
hukumnya sebab berdampak dharar bagi pihak wanita. Apalagi bila kondisi
demikian berpengaruh kepada ketaatan dan ketundukan istri kepada suami, maka
tingkat kemakruhannya menjadi jauh lebih besar.
 Hukum Pernikahan Yang Mubah
Orang yang berada pada posisi tengah-tengah antara hal-hal yang mendorong
keharusannya untuk menikah dengan hal-hal yang mencegahnya untuk menikah,
maka bagi hukum menikah itu menjadi mubah atau boleh. Tidak dianjurkan untuk
segera menikah namun juga tidak ada larangan atau anjuran untuk mengakhirkannya.
Pada kondisi tengah-tengah seperti ini, maka hukum nikah baginya adalah mubah.
Sumber: Ebook Fiqih Nikah Oleh H. Ahmad Sarwat, Lc.
C. Tujuan
1. Untuk Memenuhi Tuntutan Naluri Manusia yang Asasi
Pernikahan adalah fitrah manusia, maka jalan yang sah untuk memenuhi
kebutuhan ini adalah dengan ‘aqad nikah (melalui jenjang pernikahan), bukan
dengan cara yang amat kotor dan menjijikkan, seperti cara-cara orang sekarang ini;
dengan berpacaran, kumpul kebo, melacur, berzina, lesbi, homo, dan lain sebagainya
yang telah menyimpang dan diharamkan oleh Islam.
2. Untuk Membentengi Akhlaq yang Luhur dan untuk Menundukkan
Pandangan.
Sasaran utama dari disyari’atkannya pernikahan dalam Islam di antaranya
adalah untuk membentengi martabat manusia dari perbuatan kotor dan keji, yang
dapat merendahkan dan merusak martabat manusia yang luhur. Islam memandang
pernikahan dan pem-bentukan keluarga sebagai sarana efektif untuk me-melihara
pemuda dan pemudi dari kerusakan, dan melindungi masyarakat dari kekacauan.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ْ‫ر‬َ‫ف‬ْ‫ل‬ِ‫ل‬ ُ‫ن‬َ‫ص‬ْ‫ح‬َ‫أ‬ َ‫و‬ ِ‫ر‬َ‫ص‬َ‫ب‬ْ‫ل‬ِ‫ل‬ ُّ‫َض‬‫غ‬َ‫أ‬ ُ‫ه‬َّ‫ن‬ِ‫إ‬َ‫ف‬ ،ْ‫ج‬ َّ‫و‬َ‫ز‬َ‫ت‬َ‫ي‬ْ‫ل‬َ‫ف‬َ‫ة‬َ‫ء‬‫ا‬َ‫ب‬ْ‫ل‬‫ا‬ ُ‫م‬ُ‫ك‬ْ‫ن‬ِ‫م‬ َ‫ع‬‫ا‬َ‫ط‬َ‫ت‬ْ‫س‬‫ا‬ ِ‫ن‬َ‫م‬ ِ‫ب‬‫ا‬َ‫ب‬َّ‫ش‬‫ال‬ َ‫َر‬‫ش‬ْ‫ع‬َ‫م‬ ‫ا‬َ‫ي‬ْ‫س‬َ‫ي‬ ْ‫م‬َ‫ل‬ ْ‫ن‬َ‫م‬ َ‫و‬ ،ِ‫ج‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬َ‫ف‬ ِْْ‫ط‬َ‫ت‬ِ‫ه‬
‫اء‬َ‫ج‬ِ‫و‬ ُ‫ه‬َ‫ل‬ ُ‫ه‬َّ‫ن‬ِ‫إ‬َ‫ف‬ ِ‫م‬ ْ‫و‬َّ‫ص‬‫ال‬ِ‫ب‬.
“Wahai para pemuda! Barangsiapa di antara kalian berkemampuan untuk menikah,
maka menikahlah, karena nikah itu lebih menundukkan pandangan, dan lebih
membentengi farji (kemaluan). Dan barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah
ia shaum (puasa), karena shaum itu dapat membentengi dirinya.”[1]
3. Untuk Memperoleh Keturunan Yang Shalih
Tujuan pernikahan di antaranya adalah untuk memperoleh keturunan yang
shalih, untuk melestarikan dan mengembangkan bani Adam, sebagaimana firman
Allah ‘Azza wa Jalla:
َ‫ب‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ ِ‫اج‬ َ‫و‬ْ‫ز‬َ‫أ‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ل‬ َ‫ل‬َ‫ع‬َ‫ج‬ َ‫و‬ ‫ا‬ً‫ج‬‫ا‬ َ‫و‬ْ‫ز‬َ‫أ‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ِ‫س‬ُ‫ف‬ْ‫ن‬َ‫أ‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ل‬ َ‫ل‬َ‫ع‬َ‫ج‬ ُ َّ‫اَّلل‬ َ‫و‬ِ‫ل‬ِ‫اط‬َ‫ب‬ْ‫ل‬‫ا‬ِ‫ب‬َ‫ف‬َ‫أ‬ ۚ ِ‫ت‬‫ا‬َ‫ب‬ِ‫ي‬َّ‫ط‬‫ال‬ َ‫ن‬ِ‫م‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ق‬َ‫ز‬َ‫ر‬ َ‫و‬ ً‫ة‬َ‫د‬َ‫ف‬َ‫ح‬ َ‫و‬ َ‫ين‬ِ‫ن‬ََ ‫و‬ُ‫ن‬ِ‫م‬ُْْ‫ي‬
ََ ‫و‬ُ‫ر‬ُ‫ف‬ْ‫ك‬َ‫ي‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ ِ َّ‫اَّلل‬ ِ‫ت‬َ‫م‬ْ‫ع‬ِ‫ن‬ِ‫ب‬ َ‫و‬
“Dan Allah menjadikan bagimu pasangan (suami atau isteri) dari jenis kamu sendiri
dan menjadikan anak dan cucu bagimu dari pasanganmu, serta memberimu rizki dari
yang baik. Mengapa mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat
Allah?” [An-Nahl : 72]
D. Rukun Nikah
1. Pengantin lelaki (Suami)
2. Pengantin perempuan (Isteri)
3. Wali
4. Dua orang saksi lelaki
5. Ijab dan kabul (akad nikah)
E. Syarat Sah Pernikahan
1. Syarat untuk pengantin lelaki
a) Beragama Islam
b) Bukan lelaki yang mahram bagi calon istri
c) Lelaki tertentu
d) Mengetahui wali nikah bagi akad nikah
e) Tidak sedang melaksanakan ihram maupun haji
f) Tidak memiliki paksaan serta berasal dari kerelaan sendiri
g) Bujangan, atau tidak memiliki empat orang istri sah pada saat yang
bersamaan
h) Mengetahui bahwa calon mempelai perempuan adalah sah untuk dinikahi
2. Syarat sah untuk pengantin perempuan
a) Beragama Islam
b) Perempuan tertentu
c) Bukan perempuan mahram bagi calon suami
d) Tidaklah seorang khunsa
e) Tidak sedang melaksanakan ihram maupun haji
f) Tidak sedang berada dalam masa iddah
g) Bukan merupakan istri dari orang lain
Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam pun menganjurkan memilih istri yang
baik agamanya,
‫يداك‬ ‫تربت‬ ‫الدين‬ ‫بذات‬ ‫فاظفر‬ ،‫ولدينها‬ ‫وجمالها‬ ‫ولحسبها‬ ‫لمالها‬ :ْ‫ألرب‬ ‫المرأة‬ ‫تنكح‬
“Wanita biasanya dinikahi karena empat hal: karena hartanya, karena
kedudukannya, karena parasnya dan karena agamanya. Maka hendaklah kamu pilih
wanita yang bagus agamanya (keislamannya). Kalau tidak demikian, niscaya kamu
akan merugi.” (HR. Bukhari-Muslim)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
‫كبير‬ ‫وفساد‬ ‫األرض‬ ‫في‬ ‫فتنة‬ ‫تكن‬ ‫تفعلوه‬ ‫إال‬ ‫فزوجوه‬ ‫وخلقه‬ ‫دينه‬ َ ‫ترضو‬ ‫من‬ ‫جاءكم‬ ‫إذا‬
“Jika datang kepada kalian seorang lelaki yang kalian ridhai agama dan akhlaknya,
maka nikahkanlah ia. Jika tidak, maka akan terjadi fitnah di muka bumi dan
kerusakan yang besar.” (HR. Tirmidzi. Al Albani berkata dalam Adh
Dho’ifah bahwa hadits ini hasan lighoirihi)
3. Syarat wali
a) Beragama Islam, tidak kafir atau bahkan murtad
b) Lelaki
c) Baligh
d) Tidak dalam paksaan
e) Tidak ihram atau haji
f) Tidak fasik
g) Tidak cacat secara akal pikiran, atau tua dsb
h) Merdeka
i) Tidak ditahan baginya kuasa untuk membelanjakan hartanya
4. Syarat saksi
a) Dua orang
b) Islam
c) Berakal
d) Baligh
e) Laki-laki
f) Paham akan kandungan ijab dan Kabul
g) Mendengar, melihat dan bercakap dengan baik
h) Adil
i) Merdeka
5. Syarat ijab
a) Pernikahan nikah tepat
b) Tidak menggunakan bahasa sindiran
c) Diucapkan oleh wali atau yang mewakilkan
d) Tidak diikatkan dengan tempo waktu seperti nikah mut’ah
e) Tidak secara taklik
6. Syarat Qabul
a) Ucapan sesuai dengan ijab
b) Tidak ada bahasa sindiran
c) Diucapkan oleh calon suami
d) Tidak diikatkan oleh tempo waktu
e) Tidak secara taklik
f) Menyebut nama calon istri
g) Tidak diselingi oleh perkataan lain
F. Kewajiban Suami dan Isteri
Adapun kewajiban istri atas suami diantaranya:
 Taat dan patuh pada suami
 Pandai mengambil hati suami melalui makanan dan minuman
 Mengatur rumah dengan baik
 Menghormati keluarga suami
 Bersikap sopan dan penuh senyum pada suami
 Tidak mempersulit suami dan selalu mendorong suami untuk lebih maju
 Ridho dan syukur terhadap apa yang diberikan suami
 Menjaga harta kekayaan suami saat suami tidak ada di rumah
 Selalu berhemat dan suka menabung atau dapat mengatur kondisi keuangan
keluarga
 Selalu berhias dan bersolek untuk suami
Kewajiban suami atas istri diantaranya yaitu:
 Suami adalah pembimbing terhadap istri dan rumah tangganya, akan tetapi
mengenai hal-hal urusan rumah tangga yang penting-penting diputuskan oleh
suami istri secara bersama-sama.
 Suami wajib melindungi istrinya dan memberikan segala sesuatu keperluan
hidup rumah tangga sesuai dengan kemampuannya .
 Suami wajib memberikan pendidikan agama kepada istrinya dan memberi
kesempatan belajar pengetahuan yang berguna dan bermanfaat bagi agama,
nusa dan bangsa.
 Suami wajib memberikan nafkah pada istri seperti tempat kediaman bagi
istri, biaya rumah tangga, biaya perawatan dan biaya pengobatan bagi istri
dan anak juga biaya pendidikan bagi anak.
 Wajib memuliakan istri. Karena dengan memuliakan istri akan menambah
rizki dan Allah akan mencukupkannya.
G. Muhrim dan Mahrom
1. Muhrim (huruf mim dibaca dhammah dan ra’ dibaca kasrah) artinya orang yang
melakukan ihram. Ketika jamaah haji atau umrah telah memasuki daerah miqat,
kemudian dia mengenakan pakaian ihramnya dan menghindari semua larangan
ihram, orang semacam ini disebut muhrim. Dari kata Ahrama – yuhrimu – ihraaman
– muhrimun.
2. Mahram (huruf mim dan ra’ dibaca fathah) artinya orang yang haram dinikahi
karena sebab tertentu. Mahrom di sini terbagi menjadi dua macam:
[1] Mahrom muabbad, artinya tidak boleh dinikahi selamanya; dan
[2] Mahrom muaqqot, artinya tidak boleh dinikahi pada kondisi tertentu saja dan
jika kondisi ini hilang maka menjadi halal
 Mahrom Muabbad
Mahrom muabbad dibagi menjadi tiga:
[1] Karena nasab,
[2] Karena ikatan perkawinan (mushoharoh),
[3] Karena persusuan (rodho’ah).
Pertama, tujuh wanita yang tidak boleh dinikahi karena hubungan nasab:
[1] Ibu, nenek, buyut perempuan dan seterusnya ke atas.
[2] Anak perempuan, cucu perempuan, dan seterusnya ke bawah.
[3] Saudara perempuan, baik saudari kandung, sebapak, atau seibu.
[4] Keponakan perempuan dari saudara perempuan dan keturunannya ke bawah.
[5] Keponakan perempuan dari saudara laki-laki dan keturunannya ke bawah.
[6] Bibi dari jalur bapak (‘ammaat).
[7] Bibi dari jalur ibu (Khalaat).
Kedua, empat wanita yang tidak boleh dinikahi karena hubungan pernikahan:
[1] Ibu istri (ibu mertua), nenek istri dan seterusnya ke atas, meskipun hanya dengan
akad
[2] Anak perempuan istri (anak tiri), jika si lelaki telah melakukan hubungan dengan
ibunya
[3] Istri bapak (ibu tiri), istri kakek (nenek tiri), dan seterusnya ke atas
[4] Istri anak (menantu perempuan), istri cucu, dan seterusnya kebawah.
Ketiga, sembilanwanita yang tidak dinikahi karena persusuan (rodho’ah):
[1] Wanita yang menyusui dan ibunya.
[2] Anak perempuan dari wanita yang menyusui (saudara persusuan).
[3] Saudara perempuan dari wanita yang menyusui (bibi persusuan).
[4] Anak perempuan dari anak perempuan dari wanita yang menysusui (anak dari
saudara persusuan).
[5] Ibu dari suami dari wanita yang menyusui.
[6] Saudara perempuan dari suami dari wanita yang menyusui.
[7] Anak perempuan dari anak laki-laki dari wanita yang menyusui (anak dari
saudara persusuan).
[8] Anak perempuan dari suami dari wanita yang menyusui.
[9] Istri lain dari suami dari wanita yang menyesui.
 Mahrom Muaqqot
Artinya, mahrom (dilarang dinikahi) yang sifatnya sementara. Wanita yang tidak
boleh dinikahi sementara waktu ada delapan.
[1] Saudara perempuan dari istri (ipar).
[2] Bibi (dari jalur ayah atau ibu) dari istri.
[3] Istri yang telah bersuami dan istri orang kafir jika ia masuk Islam.
[4] Wanita yang telah ditalak tiga, maka ia tidak boleh dinikahi oleh suaminya yang
dulu sampai ia menjadi istri dari laki-laki lain.
[5] Wanita musyrik sampai ia masuk Islam.
[6] Wanita pezina sampai ia bertaubat dan melakukan istibro’ (pembuktian
kosongnya rahim).
[7] Tidak boleh menikahi wanita kelima sedangkan masih memiliki istri yang
keempat.
[8] Wanita yang sedang ihrom sampai ia tahallul.
Referensi: Ringkasan dari Muslim dan konsultasi syariah dari kitab Shahih Fiqh
Sunnah, Syaikh Abu Malik hafizhohullah, 3/76-96, Al Maktabah At Taufiqiyah.
Tambahan:
A. Nikah Siri
Pernikahan siri memang sah di mata agama namun tidak di mata hukum
sehingga dapat mengakibatkan beberapa hal yang tidak diinginkan. Misalnya dalam
perlindungan hukum atas terjadinya suatu pernikahan dalam hal ini adalah
pengakuan atas anak yang dilahirkan. Sehingga, pemerintah tidak dapat melindungi
hak anak tersebut misalnya pada saat pembuatan akta kelahiran atau saat
mendapatkan warisan.
Pernikahan yang dilakukan secara siri tidak dianjurkan karena selain anak
yang tidak terlindungi haknya, negara juga tidak dapat melakukan perlindungan
hukum kepada pelaku pernikahan siri terutama pada wanita misalkan ketika terjadi
KDRT atau pada saat suami tidak memberikan nafkah yang sesuai dengan ketentuan.
Selain itu, jika melakukan pernikahan siri akan ada beberapa masalah mengenai
pengurusan administrasi terutama pada anak.
Hukum syariat menurut Islam mengenai pernikahan siri yaitu:
 Pernikahan tanpa wali. Islam melarang wanita melakukan pernikahan tanpa
adanya tanpa adanya wali. Berdasarkan pada hadits, pernikahan tanpa adanya
wali adalah pernikahan batil, artinya pelakunya telah melakukan perbuatan
maksiat dan berhak untuk mendapatkan sanksi di dunia. Keputusan sanksi
diberikan sepenuhnya kepada seorang hakim dengan menetapkan sanksi
penjara, pengasingan atau yang lainnya ke pelaku pernikahan tanpa wali.
 Nikah tanpa dicatat di KUA dan terdapat 2 hukum berbeda yaitu hukum
pernikahan dan hukum tidak mencatatkan pernikahan di KUA.
B. Masa Iddah
Masa ‘iddah adalah istilah yang diambil dari bahasa Arab dari kata (‫َّة‬‫د‬ِ‫ع‬‫)ال‬
yang bermakna perhitungan ( [)‫اء‬َ‫ص‬ْ‫ح‬ِ‫اإل‬1 ] . Dinamakan demikian karena seorang
menghitung masa suci atau bulan secara umum dalam menentukan selesainya masa
iddah. Menurut istilah para ulama, masa ‘iddah ialah sebutan atau nama suatu masa
di mana seorang wanita menanti atau menangguhkan perkawinan setelah ia
ditinggalkan mati oleh suaminya atau setelah diceraikan baik dengan menunggu
kelahiran bayinya, atau berakhirnya beberapa quru’, atau berakhirnya beberapa bulan
yang sudah ditentukan.
Ada yang menyatakan, masa ‘iddah adalah istilah untuk masa tunggu seorang
wanita untuk memastikan bahwa dia tidak hamil atau karena ta’abbud atau untuk
menghilangkan rasa sedih atas sang suami.
Masa iddah wanita pada umumnya 4 bulan 10 hari sesuai dengan firman
Allah: “Orang-orang yang meninggal dunia di antaramu dengan meninggalkan
isteri-isteri, (hendaklah para isteri itu) menangguhkan dirinya (beriddah) empat
bulan sepuluh hari.” (QS Al-Baqarah [2] : 234)
Ayat ini berlaku umum, yakni untuk setiap wanita yang ditinggal mati
suaminya atau cerai hidup, namun saat wanita itu hamil maka iddahnya adalah
sampai melahirkan.
Hal ini sesuai dengan Firman Allah:“Dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu
iddah mereka itu ialah sampai mereka melahirkan kandungannya.” (QS Ath-Thalaq
[65] : 4)
 HIKMAH ‘IDDAH
Para ulama memberikan keterangan tentang hikmah pensyariatan masa
‘iddah, diantaranya:
1. Untuk memastikan apakah wanita tersebut sedang hamil atau tidak.
2. Syariat Islam telah mensyariatkan masa ‘iddah untuk menghindari ketidakjelasan
garis keturunan yang muncul jika seorang wanita ditekan untuk segera menikah.
3. Masa ‘iddah disyari’atkan untuk menunjukkan betapa agung dan mulianya sebuah
akad pernikahan.
4. Masa ‘iddah disyari’atkan agar kaum pria dan wanita berpikir ulang jika hendak
memutuskan tali kekeluargaan, terutama dalam kasus perceraian.
5. Masa ‘iddah disyari’atkan untuk menjaga hak janin berupa nafkah dan lainnya
apabila wanita yang dicerai sedang hamil.
C. Alasan mengapa dilarang menikah dengan saudara mahram
” Hubungan kekerabatan yang disebabkan persususan haram (untuk dinikahi)
seperti hubungan kekerabatan yang disebabkan karena nasab.” (HR. Bukhari dan
Muslim)
 Hikmah Haramnya Menikahi Saudara Sesusuan (Mahram) :
1. Air susu ibu membentuk struktur tubuh manusia, membuat daging si bayi tumbuh
dan membentuk tulang. Hadits Rasulullah menyatakan hal tersebut: ” Tidak ada
hukum yang berkenaan dengan menyusui kecuali kalau menyusui tersebut
berpengaruh pada pembentukan tulang dan pertumbuhan daging “. (HR. Abu
Daud). Hal ini terjadi apabila si bayi hanya makan dari ASI saja. Dengan demikian
ibu yang menyusuinya menjadi ibu bagi bayi tersebut. Karena si bayi bagian dari
darah daging ibu yang menyusui.
2. Ketika menyusui, faktor-faktor keturunan dan daya imun terbawa pindah dari ibu
yang menyusui ke anak yang disusui. Dalam tubuh si bayi faktor-faktor tersebut
bergabung dengan gen si bayi. Hal ini menyebabkan ada kesamaan gen antara bayi
yang disusui oleh satu ibu. Apabila terjadi pernikahan antara keduanya maka akan
menimbulkan hal-hal yang buruk di keturunannya
Di sisi lain, Dr Jamaluddin Ibrahim, yang saat ini mengunjungi Mesir untuk
mempelajari sistem kekebalan tubuh perempuan, mengungkapkan bahwa ASI terdiri
dari sel-sel induk yang membawa sifat genetik umum untuk ayah dan
ibu. Selanjutnya, sifat-sifat itu berpindah ke anak yang menyusu kepada ibu.
D. Mahar
1. Harta (materi) dengan berbagai bentuknya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
“Dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang bersuami, kecuali budak-
budak yang kamu miliki (Allah Telah menetapkan hukum itu) sebagai ketetapan-Nya
atas kamu. dan dihalalkan bagi kamu selain yang demikian (yaitu) mencari isteri-
isteri dengan hartamu untuk dikawini bukan untuk berzina. Maka isteri-isteri yang
telah kamu nikmati (campuri) di antara mereka, berikanlah kepada mereka
maharnya (dengan sempurna), sebagai suatu kewajiban; dan tiadalah mengapa bagi
kamu terhadap sesuatu yang kamu telah saling merelakannya, sesudah menentukan
mahar itu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (Qs. An-
Nisa’: 24)
2. Sesuatu yang dapat diambil upahnya ( jasa).
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
“Berkatalah dia (Syu’aib), ‘Sesungguhnya Aku bermaksud menikahkan kamu
dengan salah seorang dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja
denganku delapan tahun dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun maka itu adalah
(suatu kebaikan) dari kamu, Maka Aku tidak hendak memberati kamu. dan kamu
insya Allah akan mendapatiku termasuk orang- orang yang baik’.” (Qs. Al-
Qoshosh: 27)
3. Manfaat yang akan kembali kepada sang wanita, seperti:
 Memerdekakan dari perbudakan
 Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata, “Sesungguhnya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerdekakan Shafiyah binti
Huyayin (kemudian menikahinya) dan menjadikan kemerdekaannya sebagai
mahar.” (Atsar riwayat Imam Bukhari: 4696)
 Keislaman seseorang
 Hal tersebut sebagaimana kisah Abu Thalhah yang menikahi Ummu
Sulaim radhiyallahu ‘anhuma dengan mahar keislaman Abu Thalhah. Anas
bin Malik radhiyallahu ‘anhubekata, “Abu Thalhah menikahi Ummu Sulaim.
Maharnya keislaman Abu Thalhah. Ummu Sulaim telah masuk Islam
sebelum Abu Thalhah, maka Abu Thalhah melamarnya. Ummu Sulaim
mengatakan,’Saya telah masuk Islam, jia kamu masuk Islam aku akan
menikah denganmu.’ Abu Thalhah masuk Islam dan menikah dengan Ummu
Sulaim dan keislamannya sebagai maharnya.” (HR. An-Nasa’I : 3288)
 Atau hafalan al-qur’an yang akan diajarkannya. Sebagaimana
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menikahkan salah seorang sahabat
dengan beberapa surat al-qur’an hafalannya (HR. Bukhari dan Muslim)
Mahar merupakan hak penuh mempelai wanita. Tidak boleh hak tersebut diambil
oleh orang tua, keluarga maupun suaminya, kecuali bila wanita tersebut telah
merelakannya. Wahai saudariku, mahar memang merupakan hak wanita. Kita bebas
menentukan bentuk dan jumlah mahar yang kita inginkan karena tidak ada batasan
mahar dalam syari’at Islam. Namun Islam menganjurkan agar meringankan mahar.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sebaik-baik mahar adalah mahar yang paling mudah (ringan).” (HR. al-Hakim
: 2692, beliau mengatakan “Hadits ini shahih berdasarkan syarat Bukhari Muslim.”)
Maka hikmah di balik anjuran untuk meringankan mahar adalah mempermudah
proses pernikahan. Berapa banyak laki-laki yang mundur teratur akibat adanya
permintaan mahar yang tinggi? Bahkan ada sebagian daerah yang mensyaratkan
pemberian mahar yang tergolong tinggi. Menghadapi hal semacam ini, hendaknya
pihak wanita bersikap bijak. Tidak masalah jika pihak laki-laki memiliki
kemampuan untuk membayar mahar tersebut, namun jika ternyata yang datang
adalah laki-laki yang memiliki kemampuan materi yang biasa saja, maka tidaklah
layak menolaknya hanya karena ketidakmampuannya membayar mahar. Terutama
jika yang datang adalah laki-laki yang sudah tidak diragukan lagi keshalihannya.
Dari ‘Uqbah bin ‘Amir radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
“Sebaik-baik pernikahan adalah yang paling mudah.” (HR. Abu Dawud (n.
2117), Ibnu Hibban (no. 1262 dalam al-Mawaarid) dan ath-Thabrani
dalam Mu’jamul Ausath (I/221, no. 724) dshahihkan oleh Syaikh Al-Albani
dalam Shahihihul Jaami’ (no. 3300))
Bahkan seandainya seseorang tidak memiliki harta sedikit pun untuk
dijadikan mahar, maka diperbolehkan membayar mahar dengan mengajarkan al-
Qur’an yang telah dihafalnya kepada wanita yang hendak dinikahi.
Mahar ada beberapa macam yang semuanya diperbolehkan dalam Islam,
yaitu 1) mahar yang disebutkan (ditentukan) ketika akad nikah dan 2) mahar
yang tidak disebutkan ketika akad nikah. Jika mahar tersebut disebutkan dalam
akad nikah, maka wajib bagi suami untuk membayar mahar yang tersebut. Apabila
mahar tidak disebutkan dalam akad nikah namun tidak ada kesepakatan untuk
menggugurkan mahar, maka wajib bagi suami untuk memberikan mahar semisal
mahar kerabat wanita istrinya, seperti ibu atau saudara-saudara perempuannya
(mahar mitsl).
Diperbolehkan bagi laki-laki antara membayar tunai dan atau menghutang
mahar dengan persetujuan si wanita, baik keseluruhan maupun sebagian dari mahar
tersebut. Jika mahar tersebut adalah mahar yang dihutang baik yang telah disebutkan
jenis dan jumlahnya sebelumnya maupun yang tidak, maka harus ada kejelasan
waktu penangguhan atau pencicilannya. Tidak diperbolehkan seorang suami ingkar
terhadap mahar istrinya, karena hal tersebut merupakan khianat.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Syarat yang paling berhak kamu penuhi adalah persyaratan yang
dengannya kalian menghalalkan farji (seorang wanita).” (HR. Bukhari : 2520)
 Jika Suami Istri Berpisah
Jika Allah menakdirkan suami meninggal, baik setelah dukhul (berkumpul)
ataupun belum, maka sang istri tetap berhak atas mahar secara sempurna, baik dalam
mahar yang telah ditentukan sebelumnya maupun dalam mahar mitsl (yang belum
ditentukan). Sebagaimana ini dalam hadits Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu.
Demikian juga halnya jika terjadi perpisahan antara suami istri dan telah
terjadi dukhul, baik pisah dengan thalaq maupun dengan fasakh. Namun jika thalaq
terjadi sebelum dukhul, jika sebelumnya mahar telah ditentukan maka istri berhak
setengah dari milik keseluruhannya, dan jika sebelumnya tidak pernah ditentukan
maka hak istri atas mahar gugur secara keseluruhan, dan hanya berhak mut’ah
(semacam pesangon) dari suami dengan besaran yang disesuaikan dengan tingkat
ekonomi suami (Qs. Al-Baqarah: 236-237).

More Related Content

What's hot

Memilih istri terbaik melalui perencanaan terbaik
Memilih istri terbaik melalui perencanaan terbaikMemilih istri terbaik melalui perencanaan terbaik
Memilih istri terbaik melalui perencanaan terbaikYunus Thariq
 
Fiqih Rangkuman Bab Nikah
Fiqih Rangkuman Bab NikahFiqih Rangkuman Bab Nikah
Fiqih Rangkuman Bab Nikahheckaathaya
 
Andi abdullah pernikahan
Andi abdullah pernikahanAndi abdullah pernikahan
Andi abdullah pernikahanIntanPrawisti
 
Fiqih munakahat dan teknik perkawinan
Fiqih munakahat dan teknik perkawinanFiqih munakahat dan teknik perkawinan
Fiqih munakahat dan teknik perkawinanbudistaiattanwir
 
Pembubaran perkahwinan
Pembubaran perkahwinanPembubaran perkahwinan
Pembubaran perkahwinanADILA NAJIHA
 
Poligami menurut hukum islam dan hukum positif
Poligami menurut hukum islam dan hukum positifPoligami menurut hukum islam dan hukum positif
Poligami menurut hukum islam dan hukum positifRizki Gumilar
 
Munakahat: Pernikahan dalam Islam
Munakahat: Pernikahan dalam IslamMunakahat: Pernikahan dalam Islam
Munakahat: Pernikahan dalam IslamVonita Amelia
 
Presentasi agama "Poligami"
Presentasi agama "Poligami"Presentasi agama "Poligami"
Presentasi agama "Poligami"Akmal
 
Bab 5 Munakahat ( Pernikahan )
Bab 5 Munakahat ( Pernikahan )Bab 5 Munakahat ( Pernikahan )
Bab 5 Munakahat ( Pernikahan )Dian Anisa Putri
 
Perkahwinan dalam islam
Perkahwinan dalam islamPerkahwinan dalam islam
Perkahwinan dalam islamNoor Maisharah
 
Perkahwinan didalam islam
Perkahwinan didalam islamPerkahwinan didalam islam
Perkahwinan didalam islamArra Asri
 

What's hot (20)

9. problematika rt
9. problematika rt9. problematika rt
9. problematika rt
 
Kaifiah perkahwinan
Kaifiah perkahwinanKaifiah perkahwinan
Kaifiah perkahwinan
 
Memilih istri terbaik melalui perencanaan terbaik
Memilih istri terbaik melalui perencanaan terbaikMemilih istri terbaik melalui perencanaan terbaik
Memilih istri terbaik melalui perencanaan terbaik
 
Fiqih Rangkuman Bab Nikah
Fiqih Rangkuman Bab NikahFiqih Rangkuman Bab Nikah
Fiqih Rangkuman Bab Nikah
 
Andi abdullah pernikahan
Andi abdullah pernikahanAndi abdullah pernikahan
Andi abdullah pernikahan
 
Nikah
Nikah Nikah
Nikah
 
Hukum nikah
Hukum nikahHukum nikah
Hukum nikah
 
Fiqih munakahat dan teknik perkawinan
Fiqih munakahat dan teknik perkawinanFiqih munakahat dan teknik perkawinan
Fiqih munakahat dan teknik perkawinan
 
Pembubaran perkahwinan
Pembubaran perkahwinanPembubaran perkahwinan
Pembubaran perkahwinan
 
Poligami menurut hukum islam dan hukum positif
Poligami menurut hukum islam dan hukum positifPoligami menurut hukum islam dan hukum positif
Poligami menurut hukum islam dan hukum positif
 
Munakahat: Pernikahan dalam Islam
Munakahat: Pernikahan dalam IslamMunakahat: Pernikahan dalam Islam
Munakahat: Pernikahan dalam Islam
 
Presentasi agama "Poligami"
Presentasi agama "Poligami"Presentasi agama "Poligami"
Presentasi agama "Poligami"
 
Poligami
PoligamiPoligami
Poligami
 
Bab 5 Munakahat ( Pernikahan )
Bab 5 Munakahat ( Pernikahan )Bab 5 Munakahat ( Pernikahan )
Bab 5 Munakahat ( Pernikahan )
 
Anjuran Menikah
Anjuran Menikah Anjuran Menikah
Anjuran Menikah
 
PPT PERNIKAHAN
PPT PERNIKAHANPPT PERNIKAHAN
PPT PERNIKAHAN
 
Perkahwinan dalam islam
Perkahwinan dalam islamPerkahwinan dalam islam
Perkahwinan dalam islam
 
PPT Nikah 4 Mazhab
PPT Nikah 4 MazhabPPT Nikah 4 Mazhab
PPT Nikah 4 Mazhab
 
Perkahwinan didalam islam
Perkahwinan didalam islamPerkahwinan didalam islam
Perkahwinan didalam islam
 
Pernikahan
PernikahanPernikahan
Pernikahan
 

Viewers also liked

Powerpoint Bahasa Indonesia bab II - Pendidikan
Powerpoint Bahasa Indonesia bab II - PendidikanPowerpoint Bahasa Indonesia bab II - Pendidikan
Powerpoint Bahasa Indonesia bab II - PendidikanRIZKY AYU NABILA
 
Sistem reproduksi manusia
Sistem reproduksi manusiaSistem reproduksi manusia
Sistem reproduksi manusiaJihan Ahmad
 
Soal usm stis 2007 (1)
Soal usm stis 2007 (1)Soal usm stis 2007 (1)
Soal usm stis 2007 (1)Jihan Ahmad
 
Soal try out usm stis 2012 2013
Soal try out usm stis 2012 2013Soal try out usm stis 2012 2013
Soal try out usm stis 2012 2013Jihan Ahmad
 
BIOLOGI KELAS XII SEMESTER I - BAB II ENZIM DAN METABOLISME MAKHLUK HIDUP POW...
BIOLOGI KELAS XII SEMESTER I - BAB II ENZIM DAN METABOLISME MAKHLUK HIDUP POW...BIOLOGI KELAS XII SEMESTER I - BAB II ENZIM DAN METABOLISME MAKHLUK HIDUP POW...
BIOLOGI KELAS XII SEMESTER I - BAB II ENZIM DAN METABOLISME MAKHLUK HIDUP POW...RIZKY AYU NABILA
 
Seni Budaya kelas XII IPA - Aliran Seni Rupa Abstrakionisme Powerpoint
Seni Budaya kelas XII IPA - Aliran Seni Rupa Abstrakionisme PowerpointSeni Budaya kelas XII IPA - Aliran Seni Rupa Abstrakionisme Powerpoint
Seni Budaya kelas XII IPA - Aliran Seni Rupa Abstrakionisme PowerpointRIZKY AYU NABILA
 
Makalah Perkecambahan Biji Kacang Hijau dan Biji Jagung
Makalah Perkecambahan Biji Kacang Hijau dan Biji JagungMakalah Perkecambahan Biji Kacang Hijau dan Biji Jagung
Makalah Perkecambahan Biji Kacang Hijau dan Biji JagungRIZKY AYU NABILA
 
PERANG DUNIA DAN PBB - SEJARAH DUNIA KELAS XII IPA SEMESTER I
PERANG DUNIA DAN PBB - SEJARAH DUNIA KELAS XII IPA SEMESTER IPERANG DUNIA DAN PBB - SEJARAH DUNIA KELAS XII IPA SEMESTER I
PERANG DUNIA DAN PBB - SEJARAH DUNIA KELAS XII IPA SEMESTER IRIZKY AYU NABILA
 
Soal to nasional matematika STIS
Soal to nasional matematika STISSoal to nasional matematika STIS
Soal to nasional matematika STISAdam Chandra
 
Pembahasan soal snmptn 2011 matematika ipa kode 599
Pembahasan soal snmptn 2011 matematika ipa kode 599Pembahasan soal snmptn 2011 matematika ipa kode 599
Pembahasan soal snmptn 2011 matematika ipa kode 599Helma Nadya
 
PKN - SISTEM PEMERINTAHAN DI INDONESIA KELAS XII IPA SMA
PKN - SISTEM PEMERINTAHAN DI INDONESIA KELAS XII IPA SMAPKN - SISTEM PEMERINTAHAN DI INDONESIA KELAS XII IPA SMA
PKN - SISTEM PEMERINTAHAN DI INDONESIA KELAS XII IPA SMARIZKY AYU NABILA
 
2 pernikahan
2   pernikahan2   pernikahan
2 pernikahaniium
 
MAKALAH AGAMA ISLAM KELAS XI SMA - BERPERILAKU TERPUJI (Menghargai Karya Oran...
MAKALAH AGAMA ISLAM KELAS XI SMA - BERPERILAKU TERPUJI (Menghargai Karya Oran...MAKALAH AGAMA ISLAM KELAS XI SMA - BERPERILAKU TERPUJI (Menghargai Karya Oran...
MAKALAH AGAMA ISLAM KELAS XI SMA - BERPERILAKU TERPUJI (Menghargai Karya Oran...RIZKY AYU NABILA
 
MAKALAH BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - PPKN KELAS XI
MAKALAH BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - PPKN KELAS XIMAKALAH BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - PPKN KELAS XI
MAKALAH BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - PPKN KELAS XIRIZKY AYU NABILA
 
SOAL DAN PEMBAHASAN BIOLOGI BAB SISTEM REPRODUKSI
SOAL DAN PEMBAHASAN BIOLOGI BAB SISTEM REPRODUKSISOAL DAN PEMBAHASAN BIOLOGI BAB SISTEM REPRODUKSI
SOAL DAN PEMBAHASAN BIOLOGI BAB SISTEM REPRODUKSIRIZKY AYU NABILA
 
Makalah agama islam
Makalah agama islamMakalah agama islam
Makalah agama islamMJM Networks
 

Viewers also liked (20)

reproduksi
reproduksireproduksi
reproduksi
 
Jendela berdebu
Jendela berdebuJendela berdebu
Jendela berdebu
 
Powerpoint Bahasa Indonesia bab II - Pendidikan
Powerpoint Bahasa Indonesia bab II - PendidikanPowerpoint Bahasa Indonesia bab II - Pendidikan
Powerpoint Bahasa Indonesia bab II - Pendidikan
 
Sistem reproduksi manusia
Sistem reproduksi manusiaSistem reproduksi manusia
Sistem reproduksi manusia
 
PPT Manfaat bawang putih
PPT Manfaat bawang putih PPT Manfaat bawang putih
PPT Manfaat bawang putih
 
Fungsi kuadrat
Fungsi kuadratFungsi kuadrat
Fungsi kuadrat
 
Soal usm stis 2007 (1)
Soal usm stis 2007 (1)Soal usm stis 2007 (1)
Soal usm stis 2007 (1)
 
Soal try out usm stis 2012 2013
Soal try out usm stis 2012 2013Soal try out usm stis 2012 2013
Soal try out usm stis 2012 2013
 
BIOLOGI KELAS XII SEMESTER I - BAB II ENZIM DAN METABOLISME MAKHLUK HIDUP POW...
BIOLOGI KELAS XII SEMESTER I - BAB II ENZIM DAN METABOLISME MAKHLUK HIDUP POW...BIOLOGI KELAS XII SEMESTER I - BAB II ENZIM DAN METABOLISME MAKHLUK HIDUP POW...
BIOLOGI KELAS XII SEMESTER I - BAB II ENZIM DAN METABOLISME MAKHLUK HIDUP POW...
 
Seni Budaya kelas XII IPA - Aliran Seni Rupa Abstrakionisme Powerpoint
Seni Budaya kelas XII IPA - Aliran Seni Rupa Abstrakionisme PowerpointSeni Budaya kelas XII IPA - Aliran Seni Rupa Abstrakionisme Powerpoint
Seni Budaya kelas XII IPA - Aliran Seni Rupa Abstrakionisme Powerpoint
 
Makalah Perkecambahan Biji Kacang Hijau dan Biji Jagung
Makalah Perkecambahan Biji Kacang Hijau dan Biji JagungMakalah Perkecambahan Biji Kacang Hijau dan Biji Jagung
Makalah Perkecambahan Biji Kacang Hijau dan Biji Jagung
 
PERANG DUNIA DAN PBB - SEJARAH DUNIA KELAS XII IPA SEMESTER I
PERANG DUNIA DAN PBB - SEJARAH DUNIA KELAS XII IPA SEMESTER IPERANG DUNIA DAN PBB - SEJARAH DUNIA KELAS XII IPA SEMESTER I
PERANG DUNIA DAN PBB - SEJARAH DUNIA KELAS XII IPA SEMESTER I
 
Soal to nasional matematika STIS
Soal to nasional matematika STISSoal to nasional matematika STIS
Soal to nasional matematika STIS
 
Pembahasan soal snmptn 2011 matematika ipa kode 599
Pembahasan soal snmptn 2011 matematika ipa kode 599Pembahasan soal snmptn 2011 matematika ipa kode 599
Pembahasan soal snmptn 2011 matematika ipa kode 599
 
PKN - SISTEM PEMERINTAHAN DI INDONESIA KELAS XII IPA SMA
PKN - SISTEM PEMERINTAHAN DI INDONESIA KELAS XII IPA SMAPKN - SISTEM PEMERINTAHAN DI INDONESIA KELAS XII IPA SMA
PKN - SISTEM PEMERINTAHAN DI INDONESIA KELAS XII IPA SMA
 
2 pernikahan
2   pernikahan2   pernikahan
2 pernikahan
 
MAKALAH AGAMA ISLAM KELAS XI SMA - BERPERILAKU TERPUJI (Menghargai Karya Oran...
MAKALAH AGAMA ISLAM KELAS XI SMA - BERPERILAKU TERPUJI (Menghargai Karya Oran...MAKALAH AGAMA ISLAM KELAS XI SMA - BERPERILAKU TERPUJI (Menghargai Karya Oran...
MAKALAH AGAMA ISLAM KELAS XI SMA - BERPERILAKU TERPUJI (Menghargai Karya Oran...
 
MAKALAH BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - PPKN KELAS XI
MAKALAH BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - PPKN KELAS XIMAKALAH BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - PPKN KELAS XI
MAKALAH BUDAYA POLITIK DI INDONESIA - PPKN KELAS XI
 
SOAL DAN PEMBAHASAN BIOLOGI BAB SISTEM REPRODUKSI
SOAL DAN PEMBAHASAN BIOLOGI BAB SISTEM REPRODUKSISOAL DAN PEMBAHASAN BIOLOGI BAB SISTEM REPRODUKSI
SOAL DAN PEMBAHASAN BIOLOGI BAB SISTEM REPRODUKSI
 
Makalah agama islam
Makalah agama islamMakalah agama islam
Makalah agama islam
 

Similar to HUKUM NIKAH

Similar to HUKUM NIKAH (20)

PPT Pernikahan Fahmy.pptx
PPT Pernikahan Fahmy.pptxPPT Pernikahan Fahmy.pptx
PPT Pernikahan Fahmy.pptx
 
MATERI PAI MUNAKAHAT.pptx
MATERI PAI MUNAKAHAT.pptxMATERI PAI MUNAKAHAT.pptx
MATERI PAI MUNAKAHAT.pptx
 
Modul 4 xii
Modul 4 xiiModul 4 xii
Modul 4 xii
 
Nikah & Hukumny-WPS Office.pptx
Nikah & Hukumny-WPS Office.pptxNikah & Hukumny-WPS Office.pptx
Nikah & Hukumny-WPS Office.pptx
 
Agama
AgamaAgama
Agama
 
Power Point Pernikahan dalam Islam.ppt
Power Point Pernikahan dalam Islam.pptPower Point Pernikahan dalam Islam.ppt
Power Point Pernikahan dalam Islam.ppt
 
Presentasi Fiqh Poligami
Presentasi Fiqh PoligamiPresentasi Fiqh Poligami
Presentasi Fiqh Poligami
 
Pernikahan menurut Islam
Pernikahan menurut IslamPernikahan menurut Islam
Pernikahan menurut Islam
 
Munakahat kelompok 7
Munakahat   kelompok 7Munakahat   kelompok 7
Munakahat kelompok 7
 
B12 Pelajaran 12 Perkahwinan.docx
B12 Pelajaran 12 Perkahwinan.docxB12 Pelajaran 12 Perkahwinan.docx
B12 Pelajaran 12 Perkahwinan.docx
 
7. fiqh munakahat
7. fiqh munakahat7. fiqh munakahat
7. fiqh munakahat
 
pernikahan dalam islam
pernikahan dalam islampernikahan dalam islam
pernikahan dalam islam
 
Agama islam
Agama islamAgama islam
Agama islam
 
Perkawinan part 1
Perkawinan part 1Perkawinan part 1
Perkawinan part 1
 
Bekal pernikahan
Bekal pernikahanBekal pernikahan
Bekal pernikahan
 
Poligami
PoligamiPoligami
Poligami
 
Pernikahan Dalam Islam.pptx
Pernikahan Dalam Islam.pptxPernikahan Dalam Islam.pptx
Pernikahan Dalam Islam.pptx
 
makalah pernikahan.docx
makalah pernikahan.docxmakalah pernikahan.docx
makalah pernikahan.docx
 
PPT PERNIKAHAN LINTAS AGAMA.pptx
PPT PERNIKAHAN LINTAS AGAMA.pptxPPT PERNIKAHAN LINTAS AGAMA.pptx
PPT PERNIKAHAN LINTAS AGAMA.pptx
 
Poligami
PoligamiPoligami
Poligami
 

More from RIZKY AYU NABILA

SOAL LATIHAN TKPA SBMPTN 2016 KODE 337
SOAL LATIHAN TKPA SBMPTN 2016 KODE 337 SOAL LATIHAN TKPA SBMPTN 2016 KODE 337
SOAL LATIHAN TKPA SBMPTN 2016 KODE 337 RIZKY AYU NABILA
 
SOAL SBMPTN 2016 TKPA 2016 KODE 322
SOAL SBMPTN 2016 TKPA 2016 KODE 322 SOAL SBMPTN 2016 TKPA 2016 KODE 322
SOAL SBMPTN 2016 TKPA 2016 KODE 322 RIZKY AYU NABILA
 
SOAL SBMPTN 2016 TKD SAINTEK KODE 226
SOAL SBMPTN 2016 TKD SAINTEK KODE 226SOAL SBMPTN 2016 TKD SAINTEK KODE 226
SOAL SBMPTN 2016 TKD SAINTEK KODE 226RIZKY AYU NABILA
 
SOAL TKPA SBMPTN 2016 [ SELEKSI BERSAMA MASUK PERGURUAN TINGGI NEGERI ] KODE 321
SOAL TKPA SBMPTN 2016 [ SELEKSI BERSAMA MASUK PERGURUAN TINGGI NEGERI ] KODE 321SOAL TKPA SBMPTN 2016 [ SELEKSI BERSAMA MASUK PERGURUAN TINGGI NEGERI ] KODE 321
SOAL TKPA SBMPTN 2016 [ SELEKSI BERSAMA MASUK PERGURUAN TINGGI NEGERI ] KODE 321RIZKY AYU NABILA
 

More from RIZKY AYU NABILA (6)

List of-irregular-verbs
List of-irregular-verbsList of-irregular-verbs
List of-irregular-verbs
 
SOAL LATIHAN TKPA SBMPTN 2016 KODE 337
SOAL LATIHAN TKPA SBMPTN 2016 KODE 337 SOAL LATIHAN TKPA SBMPTN 2016 KODE 337
SOAL LATIHAN TKPA SBMPTN 2016 KODE 337
 
Alice's in wonderful
Alice's in wonderfulAlice's in wonderful
Alice's in wonderful
 
SOAL SBMPTN 2016 TKPA 2016 KODE 322
SOAL SBMPTN 2016 TKPA 2016 KODE 322 SOAL SBMPTN 2016 TKPA 2016 KODE 322
SOAL SBMPTN 2016 TKPA 2016 KODE 322
 
SOAL SBMPTN 2016 TKD SAINTEK KODE 226
SOAL SBMPTN 2016 TKD SAINTEK KODE 226SOAL SBMPTN 2016 TKD SAINTEK KODE 226
SOAL SBMPTN 2016 TKD SAINTEK KODE 226
 
SOAL TKPA SBMPTN 2016 [ SELEKSI BERSAMA MASUK PERGURUAN TINGGI NEGERI ] KODE 321
SOAL TKPA SBMPTN 2016 [ SELEKSI BERSAMA MASUK PERGURUAN TINGGI NEGERI ] KODE 321SOAL TKPA SBMPTN 2016 [ SELEKSI BERSAMA MASUK PERGURUAN TINGGI NEGERI ] KODE 321
SOAL TKPA SBMPTN 2016 [ SELEKSI BERSAMA MASUK PERGURUAN TINGGI NEGERI ] KODE 321
 

Recently uploaded

MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxc9fhbm7gzj
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfmaulanayazid
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anakbekamalayniasinta
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023DodiSetiawan46
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).pptModul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).pptYanseBetnaArte
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfChrodtianTian
 

Recently uploaded (20)

MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).pptModul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
 

HUKUM NIKAH

  • 1. Ditulis Oleh:  Rizky Ayu Nabila  Msy. Mauliddya  Siti Aisyah Almardiah  Dita Kusumaningsih  M. Aditya Ramadhan  M.Rizki Akbar Kelas : XII IPA 4
  • 2. A. PENGERTIAN Perkahwinan atau nikah menurut bahasa ialah berkumpul dan bercampur. Adapun nikah menurut syari’at nikah juga berarti akad. Menurut istilah lain juga dapat berarti Ijab Qobul (akad nikah) yang mengharuskan perhubungan antara sepasang manusia yang diucapkan oleh kata-kata yang ditujukan untuk melanjutkan ke pernikahan, sesusai peraturan yang diwajibkan oleh Islam. B. Hukum Nikah  Hukum Pernikahan Yang Wajib Menikah itu wjib hukumnya bagi seorang yang sudah mampu secara finansial dan juga sangat beresiko jatuh ke dalam perzinaan. Hal itu disebabkan bahwa menjaga diri dari zina adalah wajib. Maka bila jalan keluarnya hanyalah dengan cara menikah, tentu saja menikah bagi seseorang yang hampir jatuh ke dalam jurang zina wajib hukumnya. Imam Al-qurtubi berkata bahwa para ulama tidak berbeda pendapat tentang wajibnya seorang untuk menikah bila dia adalah orang yang mampu dan takut tertimpa resiko zina pada dirinya. Dan bila dia tidak mampu, maka Allah SWT pasti akan membuatnya cukup dalam masalah rezekinya, sebagaimana firman-Nya: "Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas lagi Maha Mengetahui."(QS. An-Nur: 32).  Hukum Pernikahan Yang Sunnah Sedangkan yang tidak sampai diwajibkan untuk menikah adalah mereka yang sudah mampu namun masih tidak merasa takut jatuh kepada zina. Barangkali karena memang usianya yang masih muda atau pun lingkungannya yang cukup baik dan kondusif. Orang yang punya kondisi seperti ini hanyalah disunnahkan untuk menikah, namun tidak sampai wajib. Sebab masih ada jarak tertentu yang menghalanginya untuk bisa jatuh ke dalam zina yang diharamkan Allah SWT. Bila dia menikah, tentu dia akan mendapatkan keutamaan yang lebih dibandingkan dengan dia diam tidak menikahi wanita. Paling tidak, dia telah melaksanakan anjuran Rasulullah SAW untuk memperbanyak jumlah kuantitas umat Islam. Dari Anas bin Malik RA bahwa Rasulullah SAW bersabda,"Nikahilah wanita yang banyak anak, karena Aku berlomba dengan nabi lain pada hari kiamat." (HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Ibnu Hibbam). Dari Abi Umamah bahwa Rasulullah SAW bersabda,"Menikahlah, karena aku berlomba dengan umat lain dalam jumlah umat. Dan janganlah kalian menjadi seperti para rahib nasrani." (HR. Al-Baihaqi 7/78). Bahkan Ibnu Abbas ra pernah berkomentar tentang orang yang tidak mau menikah sebab orang yang tidak sempurna ibadahnya.
  • 3.  Hukum Pernikahan Yang Haram Secara normal, ada dua hal utama yang membuat seseorang menjadi haram untuk menikah. Pertama, tidak mampu memberi nafkah. Kedua, tidak mampu melakukan hubungan seksual. Kecuali bila dia telah berterus terang sebelumnya dan calon istrinya itu mengetahui dan menerima keadaannya. Selain itu juga bila dalam dirinya ada cacat pisik lainnya yang secara umum tidak akan diterima oleh pasangannya. Maka untuk bisa menjadi halal dan dibolehkan menikah, haruslah sejak awal dia berterus terang atas kondisinya itu dan harus ada persetujuan dari calon pasangannya.Seperti orang yang terkena penyakit menular dimana bila dia menikah dengan seseorng akan beresiko menulari pasangannya itu dengan penyakit. Maka hukumnya haram baginya untuk menikah kecuali pasangannya itu tahu kondisinya dan siap menerima resikonya. Selain dua hal di atas, masih ada lagi sebab-sebab tertentu yang mengharamkan untuk menikah. Misalnya wanita muslimah yang menikah dengan laki-laki yang berlainan agama atau atheis. Juga menikahi wanita pezina dan pelacur. Termasuk menikahi wanita yang haram dinikahi (mahram), wanita yang punya suami, wanita yang berada dalam masa iddah. Ada juga pernikahan yang haram dari sisi lain lagi seperti pernikahan yang tidak memenuhi syarat dan rukun. Seperti menikah tanpa wali atau tanpa saksi. Atau menikah dengan niat untuk mentalak, sehingga menjadi nikah untuk sementara waktu yang kita kenal dengan nikah kontrak.  Hukum Pernikahan Yang Makruh Orang yang tidak punya penghasilan sama sekali dan tidak sempurna kemampuan untuk berhubungan seksual, hukumnya makruh bila menikah. Namun bila calon istrinya rela dan punya harta yang bisa mencukupi hidup mereka, maka masih dibolehkan bagi mereka untuk menikah meski dengan karahiyah. Sebab idealnya bukan wanita yang menanggung beban dan nafkah suami, melainkan menjadi tanggung jawab pihak suami. Maka pernikahan itu makruh hukumnya sebab berdampak dharar bagi pihak wanita. Apalagi bila kondisi demikian berpengaruh kepada ketaatan dan ketundukan istri kepada suami, maka tingkat kemakruhannya menjadi jauh lebih besar.  Hukum Pernikahan Yang Mubah Orang yang berada pada posisi tengah-tengah antara hal-hal yang mendorong keharusannya untuk menikah dengan hal-hal yang mencegahnya untuk menikah, maka bagi hukum menikah itu menjadi mubah atau boleh. Tidak dianjurkan untuk segera menikah namun juga tidak ada larangan atau anjuran untuk mengakhirkannya. Pada kondisi tengah-tengah seperti ini, maka hukum nikah baginya adalah mubah. Sumber: Ebook Fiqih Nikah Oleh H. Ahmad Sarwat, Lc. C. Tujuan 1. Untuk Memenuhi Tuntutan Naluri Manusia yang Asasi Pernikahan adalah fitrah manusia, maka jalan yang sah untuk memenuhi kebutuhan ini adalah dengan ‘aqad nikah (melalui jenjang pernikahan), bukan dengan cara yang amat kotor dan menjijikkan, seperti cara-cara orang sekarang ini; dengan berpacaran, kumpul kebo, melacur, berzina, lesbi, homo, dan lain sebagainya yang telah menyimpang dan diharamkan oleh Islam.
  • 4. 2. Untuk Membentengi Akhlaq yang Luhur dan untuk Menundukkan Pandangan. Sasaran utama dari disyari’atkannya pernikahan dalam Islam di antaranya adalah untuk membentengi martabat manusia dari perbuatan kotor dan keji, yang dapat merendahkan dan merusak martabat manusia yang luhur. Islam memandang pernikahan dan pem-bentukan keluarga sebagai sarana efektif untuk me-melihara pemuda dan pemudi dari kerusakan, dan melindungi masyarakat dari kekacauan. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ْ‫ر‬َ‫ف‬ْ‫ل‬ِ‫ل‬ ُ‫ن‬َ‫ص‬ْ‫ح‬َ‫أ‬ َ‫و‬ ِ‫ر‬َ‫ص‬َ‫ب‬ْ‫ل‬ِ‫ل‬ ُّ‫َض‬‫غ‬َ‫أ‬ ُ‫ه‬َّ‫ن‬ِ‫إ‬َ‫ف‬ ،ْ‫ج‬ َّ‫و‬َ‫ز‬َ‫ت‬َ‫ي‬ْ‫ل‬َ‫ف‬َ‫ة‬َ‫ء‬‫ا‬َ‫ب‬ْ‫ل‬‫ا‬ ُ‫م‬ُ‫ك‬ْ‫ن‬ِ‫م‬ َ‫ع‬‫ا‬َ‫ط‬َ‫ت‬ْ‫س‬‫ا‬ ِ‫ن‬َ‫م‬ ِ‫ب‬‫ا‬َ‫ب‬َّ‫ش‬‫ال‬ َ‫َر‬‫ش‬ْ‫ع‬َ‫م‬ ‫ا‬َ‫ي‬ْ‫س‬َ‫ي‬ ْ‫م‬َ‫ل‬ ْ‫ن‬َ‫م‬ َ‫و‬ ،ِ‫ج‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬َ‫ف‬ ِْْ‫ط‬َ‫ت‬ِ‫ه‬ ‫اء‬َ‫ج‬ِ‫و‬ ُ‫ه‬َ‫ل‬ ُ‫ه‬َّ‫ن‬ِ‫إ‬َ‫ف‬ ِ‫م‬ ْ‫و‬َّ‫ص‬‫ال‬ِ‫ب‬. “Wahai para pemuda! Barangsiapa di antara kalian berkemampuan untuk menikah, maka menikahlah, karena nikah itu lebih menundukkan pandangan, dan lebih membentengi farji (kemaluan). Dan barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah ia shaum (puasa), karena shaum itu dapat membentengi dirinya.”[1] 3. Untuk Memperoleh Keturunan Yang Shalih Tujuan pernikahan di antaranya adalah untuk memperoleh keturunan yang shalih, untuk melestarikan dan mengembangkan bani Adam, sebagaimana firman Allah ‘Azza wa Jalla: َ‫ب‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ ِ‫اج‬ َ‫و‬ْ‫ز‬َ‫أ‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ل‬ َ‫ل‬َ‫ع‬َ‫ج‬ َ‫و‬ ‫ا‬ً‫ج‬‫ا‬ َ‫و‬ْ‫ز‬َ‫أ‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ِ‫س‬ُ‫ف‬ْ‫ن‬َ‫أ‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ل‬ َ‫ل‬َ‫ع‬َ‫ج‬ ُ َّ‫اَّلل‬ َ‫و‬ِ‫ل‬ِ‫اط‬َ‫ب‬ْ‫ل‬‫ا‬ِ‫ب‬َ‫ف‬َ‫أ‬ ۚ ِ‫ت‬‫ا‬َ‫ب‬ِ‫ي‬َّ‫ط‬‫ال‬ َ‫ن‬ِ‫م‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ق‬َ‫ز‬َ‫ر‬ َ‫و‬ ً‫ة‬َ‫د‬َ‫ف‬َ‫ح‬ َ‫و‬ َ‫ين‬ِ‫ن‬ََ ‫و‬ُ‫ن‬ِ‫م‬ُْْ‫ي‬ ََ ‫و‬ُ‫ر‬ُ‫ف‬ْ‫ك‬َ‫ي‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ ِ َّ‫اَّلل‬ ِ‫ت‬َ‫م‬ْ‫ع‬ِ‫ن‬ِ‫ب‬ َ‫و‬ “Dan Allah menjadikan bagimu pasangan (suami atau isteri) dari jenis kamu sendiri dan menjadikan anak dan cucu bagimu dari pasanganmu, serta memberimu rizki dari yang baik. Mengapa mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah?” [An-Nahl : 72] D. Rukun Nikah 1. Pengantin lelaki (Suami) 2. Pengantin perempuan (Isteri) 3. Wali 4. Dua orang saksi lelaki 5. Ijab dan kabul (akad nikah) E. Syarat Sah Pernikahan 1. Syarat untuk pengantin lelaki a) Beragama Islam b) Bukan lelaki yang mahram bagi calon istri c) Lelaki tertentu d) Mengetahui wali nikah bagi akad nikah
  • 5. e) Tidak sedang melaksanakan ihram maupun haji f) Tidak memiliki paksaan serta berasal dari kerelaan sendiri g) Bujangan, atau tidak memiliki empat orang istri sah pada saat yang bersamaan h) Mengetahui bahwa calon mempelai perempuan adalah sah untuk dinikahi 2. Syarat sah untuk pengantin perempuan a) Beragama Islam b) Perempuan tertentu c) Bukan perempuan mahram bagi calon suami d) Tidaklah seorang khunsa e) Tidak sedang melaksanakan ihram maupun haji f) Tidak sedang berada dalam masa iddah g) Bukan merupakan istri dari orang lain Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam pun menganjurkan memilih istri yang baik agamanya, ‫يداك‬ ‫تربت‬ ‫الدين‬ ‫بذات‬ ‫فاظفر‬ ،‫ولدينها‬ ‫وجمالها‬ ‫ولحسبها‬ ‫لمالها‬ :ْ‫ألرب‬ ‫المرأة‬ ‫تنكح‬ “Wanita biasanya dinikahi karena empat hal: karena hartanya, karena kedudukannya, karena parasnya dan karena agamanya. Maka hendaklah kamu pilih wanita yang bagus agamanya (keislamannya). Kalau tidak demikian, niscaya kamu akan merugi.” (HR. Bukhari-Muslim) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, ‫كبير‬ ‫وفساد‬ ‫األرض‬ ‫في‬ ‫فتنة‬ ‫تكن‬ ‫تفعلوه‬ ‫إال‬ ‫فزوجوه‬ ‫وخلقه‬ ‫دينه‬ َ ‫ترضو‬ ‫من‬ ‫جاءكم‬ ‫إذا‬ “Jika datang kepada kalian seorang lelaki yang kalian ridhai agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah ia. Jika tidak, maka akan terjadi fitnah di muka bumi dan kerusakan yang besar.” (HR. Tirmidzi. Al Albani berkata dalam Adh Dho’ifah bahwa hadits ini hasan lighoirihi) 3. Syarat wali a) Beragama Islam, tidak kafir atau bahkan murtad b) Lelaki c) Baligh d) Tidak dalam paksaan e) Tidak ihram atau haji f) Tidak fasik g) Tidak cacat secara akal pikiran, atau tua dsb h) Merdeka i) Tidak ditahan baginya kuasa untuk membelanjakan hartanya 4. Syarat saksi a) Dua orang b) Islam c) Berakal d) Baligh e) Laki-laki f) Paham akan kandungan ijab dan Kabul g) Mendengar, melihat dan bercakap dengan baik h) Adil i) Merdeka 5. Syarat ijab
  • 6. a) Pernikahan nikah tepat b) Tidak menggunakan bahasa sindiran c) Diucapkan oleh wali atau yang mewakilkan d) Tidak diikatkan dengan tempo waktu seperti nikah mut’ah e) Tidak secara taklik 6. Syarat Qabul a) Ucapan sesuai dengan ijab b) Tidak ada bahasa sindiran c) Diucapkan oleh calon suami d) Tidak diikatkan oleh tempo waktu e) Tidak secara taklik f) Menyebut nama calon istri g) Tidak diselingi oleh perkataan lain F. Kewajiban Suami dan Isteri Adapun kewajiban istri atas suami diantaranya:  Taat dan patuh pada suami  Pandai mengambil hati suami melalui makanan dan minuman  Mengatur rumah dengan baik  Menghormati keluarga suami  Bersikap sopan dan penuh senyum pada suami  Tidak mempersulit suami dan selalu mendorong suami untuk lebih maju  Ridho dan syukur terhadap apa yang diberikan suami  Menjaga harta kekayaan suami saat suami tidak ada di rumah  Selalu berhemat dan suka menabung atau dapat mengatur kondisi keuangan keluarga  Selalu berhias dan bersolek untuk suami Kewajiban suami atas istri diantaranya yaitu:  Suami adalah pembimbing terhadap istri dan rumah tangganya, akan tetapi mengenai hal-hal urusan rumah tangga yang penting-penting diputuskan oleh suami istri secara bersama-sama.  Suami wajib melindungi istrinya dan memberikan segala sesuatu keperluan hidup rumah tangga sesuai dengan kemampuannya .  Suami wajib memberikan pendidikan agama kepada istrinya dan memberi kesempatan belajar pengetahuan yang berguna dan bermanfaat bagi agama, nusa dan bangsa.  Suami wajib memberikan nafkah pada istri seperti tempat kediaman bagi istri, biaya rumah tangga, biaya perawatan dan biaya pengobatan bagi istri dan anak juga biaya pendidikan bagi anak.  Wajib memuliakan istri. Karena dengan memuliakan istri akan menambah rizki dan Allah akan mencukupkannya. G. Muhrim dan Mahrom 1. Muhrim (huruf mim dibaca dhammah dan ra’ dibaca kasrah) artinya orang yang melakukan ihram. Ketika jamaah haji atau umrah telah memasuki daerah miqat, kemudian dia mengenakan pakaian ihramnya dan menghindari semua larangan
  • 7. ihram, orang semacam ini disebut muhrim. Dari kata Ahrama – yuhrimu – ihraaman – muhrimun. 2. Mahram (huruf mim dan ra’ dibaca fathah) artinya orang yang haram dinikahi karena sebab tertentu. Mahrom di sini terbagi menjadi dua macam: [1] Mahrom muabbad, artinya tidak boleh dinikahi selamanya; dan [2] Mahrom muaqqot, artinya tidak boleh dinikahi pada kondisi tertentu saja dan jika kondisi ini hilang maka menjadi halal  Mahrom Muabbad Mahrom muabbad dibagi menjadi tiga: [1] Karena nasab, [2] Karena ikatan perkawinan (mushoharoh), [3] Karena persusuan (rodho’ah). Pertama, tujuh wanita yang tidak boleh dinikahi karena hubungan nasab: [1] Ibu, nenek, buyut perempuan dan seterusnya ke atas. [2] Anak perempuan, cucu perempuan, dan seterusnya ke bawah. [3] Saudara perempuan, baik saudari kandung, sebapak, atau seibu. [4] Keponakan perempuan dari saudara perempuan dan keturunannya ke bawah. [5] Keponakan perempuan dari saudara laki-laki dan keturunannya ke bawah. [6] Bibi dari jalur bapak (‘ammaat). [7] Bibi dari jalur ibu (Khalaat). Kedua, empat wanita yang tidak boleh dinikahi karena hubungan pernikahan: [1] Ibu istri (ibu mertua), nenek istri dan seterusnya ke atas, meskipun hanya dengan akad [2] Anak perempuan istri (anak tiri), jika si lelaki telah melakukan hubungan dengan ibunya [3] Istri bapak (ibu tiri), istri kakek (nenek tiri), dan seterusnya ke atas [4] Istri anak (menantu perempuan), istri cucu, dan seterusnya kebawah. Ketiga, sembilanwanita yang tidak dinikahi karena persusuan (rodho’ah): [1] Wanita yang menyusui dan ibunya. [2] Anak perempuan dari wanita yang menyusui (saudara persusuan). [3] Saudara perempuan dari wanita yang menyusui (bibi persusuan). [4] Anak perempuan dari anak perempuan dari wanita yang menysusui (anak dari saudara persusuan). [5] Ibu dari suami dari wanita yang menyusui. [6] Saudara perempuan dari suami dari wanita yang menyusui. [7] Anak perempuan dari anak laki-laki dari wanita yang menyusui (anak dari saudara persusuan). [8] Anak perempuan dari suami dari wanita yang menyusui.
  • 8. [9] Istri lain dari suami dari wanita yang menyesui.  Mahrom Muaqqot Artinya, mahrom (dilarang dinikahi) yang sifatnya sementara. Wanita yang tidak boleh dinikahi sementara waktu ada delapan. [1] Saudara perempuan dari istri (ipar). [2] Bibi (dari jalur ayah atau ibu) dari istri. [3] Istri yang telah bersuami dan istri orang kafir jika ia masuk Islam. [4] Wanita yang telah ditalak tiga, maka ia tidak boleh dinikahi oleh suaminya yang dulu sampai ia menjadi istri dari laki-laki lain. [5] Wanita musyrik sampai ia masuk Islam. [6] Wanita pezina sampai ia bertaubat dan melakukan istibro’ (pembuktian kosongnya rahim). [7] Tidak boleh menikahi wanita kelima sedangkan masih memiliki istri yang keempat. [8] Wanita yang sedang ihrom sampai ia tahallul. Referensi: Ringkasan dari Muslim dan konsultasi syariah dari kitab Shahih Fiqh Sunnah, Syaikh Abu Malik hafizhohullah, 3/76-96, Al Maktabah At Taufiqiyah. Tambahan: A. Nikah Siri Pernikahan siri memang sah di mata agama namun tidak di mata hukum sehingga dapat mengakibatkan beberapa hal yang tidak diinginkan. Misalnya dalam perlindungan hukum atas terjadinya suatu pernikahan dalam hal ini adalah pengakuan atas anak yang dilahirkan. Sehingga, pemerintah tidak dapat melindungi hak anak tersebut misalnya pada saat pembuatan akta kelahiran atau saat mendapatkan warisan. Pernikahan yang dilakukan secara siri tidak dianjurkan karena selain anak yang tidak terlindungi haknya, negara juga tidak dapat melakukan perlindungan hukum kepada pelaku pernikahan siri terutama pada wanita misalkan ketika terjadi KDRT atau pada saat suami tidak memberikan nafkah yang sesuai dengan ketentuan. Selain itu, jika melakukan pernikahan siri akan ada beberapa masalah mengenai pengurusan administrasi terutama pada anak. Hukum syariat menurut Islam mengenai pernikahan siri yaitu:  Pernikahan tanpa wali. Islam melarang wanita melakukan pernikahan tanpa adanya tanpa adanya wali. Berdasarkan pada hadits, pernikahan tanpa adanya wali adalah pernikahan batil, artinya pelakunya telah melakukan perbuatan maksiat dan berhak untuk mendapatkan sanksi di dunia. Keputusan sanksi diberikan sepenuhnya kepada seorang hakim dengan menetapkan sanksi penjara, pengasingan atau yang lainnya ke pelaku pernikahan tanpa wali.  Nikah tanpa dicatat di KUA dan terdapat 2 hukum berbeda yaitu hukum pernikahan dan hukum tidak mencatatkan pernikahan di KUA.
  • 9. B. Masa Iddah Masa ‘iddah adalah istilah yang diambil dari bahasa Arab dari kata (‫َّة‬‫د‬ِ‫ع‬‫)ال‬ yang bermakna perhitungan ( [)‫اء‬َ‫ص‬ْ‫ح‬ِ‫اإل‬1 ] . Dinamakan demikian karena seorang menghitung masa suci atau bulan secara umum dalam menentukan selesainya masa iddah. Menurut istilah para ulama, masa ‘iddah ialah sebutan atau nama suatu masa di mana seorang wanita menanti atau menangguhkan perkawinan setelah ia ditinggalkan mati oleh suaminya atau setelah diceraikan baik dengan menunggu kelahiran bayinya, atau berakhirnya beberapa quru’, atau berakhirnya beberapa bulan yang sudah ditentukan. Ada yang menyatakan, masa ‘iddah adalah istilah untuk masa tunggu seorang wanita untuk memastikan bahwa dia tidak hamil atau karena ta’abbud atau untuk menghilangkan rasa sedih atas sang suami. Masa iddah wanita pada umumnya 4 bulan 10 hari sesuai dengan firman Allah: “Orang-orang yang meninggal dunia di antaramu dengan meninggalkan isteri-isteri, (hendaklah para isteri itu) menangguhkan dirinya (beriddah) empat bulan sepuluh hari.” (QS Al-Baqarah [2] : 234) Ayat ini berlaku umum, yakni untuk setiap wanita yang ditinggal mati suaminya atau cerai hidup, namun saat wanita itu hamil maka iddahnya adalah sampai melahirkan. Hal ini sesuai dengan Firman Allah:“Dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah mereka itu ialah sampai mereka melahirkan kandungannya.” (QS Ath-Thalaq [65] : 4)  HIKMAH ‘IDDAH Para ulama memberikan keterangan tentang hikmah pensyariatan masa ‘iddah, diantaranya: 1. Untuk memastikan apakah wanita tersebut sedang hamil atau tidak. 2. Syariat Islam telah mensyariatkan masa ‘iddah untuk menghindari ketidakjelasan garis keturunan yang muncul jika seorang wanita ditekan untuk segera menikah. 3. Masa ‘iddah disyari’atkan untuk menunjukkan betapa agung dan mulianya sebuah akad pernikahan. 4. Masa ‘iddah disyari’atkan agar kaum pria dan wanita berpikir ulang jika hendak memutuskan tali kekeluargaan, terutama dalam kasus perceraian. 5. Masa ‘iddah disyari’atkan untuk menjaga hak janin berupa nafkah dan lainnya apabila wanita yang dicerai sedang hamil. C. Alasan mengapa dilarang menikah dengan saudara mahram ” Hubungan kekerabatan yang disebabkan persususan haram (untuk dinikahi) seperti hubungan kekerabatan yang disebabkan karena nasab.” (HR. Bukhari dan Muslim)
  • 10.  Hikmah Haramnya Menikahi Saudara Sesusuan (Mahram) : 1. Air susu ibu membentuk struktur tubuh manusia, membuat daging si bayi tumbuh dan membentuk tulang. Hadits Rasulullah menyatakan hal tersebut: ” Tidak ada hukum yang berkenaan dengan menyusui kecuali kalau menyusui tersebut berpengaruh pada pembentukan tulang dan pertumbuhan daging “. (HR. Abu Daud). Hal ini terjadi apabila si bayi hanya makan dari ASI saja. Dengan demikian ibu yang menyusuinya menjadi ibu bagi bayi tersebut. Karena si bayi bagian dari darah daging ibu yang menyusui. 2. Ketika menyusui, faktor-faktor keturunan dan daya imun terbawa pindah dari ibu yang menyusui ke anak yang disusui. Dalam tubuh si bayi faktor-faktor tersebut bergabung dengan gen si bayi. Hal ini menyebabkan ada kesamaan gen antara bayi yang disusui oleh satu ibu. Apabila terjadi pernikahan antara keduanya maka akan menimbulkan hal-hal yang buruk di keturunannya Di sisi lain, Dr Jamaluddin Ibrahim, yang saat ini mengunjungi Mesir untuk mempelajari sistem kekebalan tubuh perempuan, mengungkapkan bahwa ASI terdiri dari sel-sel induk yang membawa sifat genetik umum untuk ayah dan ibu. Selanjutnya, sifat-sifat itu berpindah ke anak yang menyusu kepada ibu. D. Mahar 1. Harta (materi) dengan berbagai bentuknya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang bersuami, kecuali budak- budak yang kamu miliki (Allah Telah menetapkan hukum itu) sebagai ketetapan-Nya atas kamu. dan dihalalkan bagi kamu selain yang demikian (yaitu) mencari isteri- isteri dengan hartamu untuk dikawini bukan untuk berzina. Maka isteri-isteri yang telah kamu nikmati (campuri) di antara mereka, berikanlah kepada mereka maharnya (dengan sempurna), sebagai suatu kewajiban; dan tiadalah mengapa bagi kamu terhadap sesuatu yang kamu telah saling merelakannya, sesudah menentukan mahar itu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (Qs. An- Nisa’: 24) 2. Sesuatu yang dapat diambil upahnya ( jasa). Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Berkatalah dia (Syu’aib), ‘Sesungguhnya Aku bermaksud menikahkan kamu dengan salah seorang dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja denganku delapan tahun dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun maka itu adalah (suatu kebaikan) dari kamu, Maka Aku tidak hendak memberati kamu. dan kamu insya Allah akan mendapatiku termasuk orang- orang yang baik’.” (Qs. Al- Qoshosh: 27) 3. Manfaat yang akan kembali kepada sang wanita, seperti:
  • 11.  Memerdekakan dari perbudakan  Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata, “Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerdekakan Shafiyah binti Huyayin (kemudian menikahinya) dan menjadikan kemerdekaannya sebagai mahar.” (Atsar riwayat Imam Bukhari: 4696)  Keislaman seseorang  Hal tersebut sebagaimana kisah Abu Thalhah yang menikahi Ummu Sulaim radhiyallahu ‘anhuma dengan mahar keislaman Abu Thalhah. Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhubekata, “Abu Thalhah menikahi Ummu Sulaim. Maharnya keislaman Abu Thalhah. Ummu Sulaim telah masuk Islam sebelum Abu Thalhah, maka Abu Thalhah melamarnya. Ummu Sulaim mengatakan,’Saya telah masuk Islam, jia kamu masuk Islam aku akan menikah denganmu.’ Abu Thalhah masuk Islam dan menikah dengan Ummu Sulaim dan keislamannya sebagai maharnya.” (HR. An-Nasa’I : 3288)  Atau hafalan al-qur’an yang akan diajarkannya. Sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menikahkan salah seorang sahabat dengan beberapa surat al-qur’an hafalannya (HR. Bukhari dan Muslim) Mahar merupakan hak penuh mempelai wanita. Tidak boleh hak tersebut diambil oleh orang tua, keluarga maupun suaminya, kecuali bila wanita tersebut telah merelakannya. Wahai saudariku, mahar memang merupakan hak wanita. Kita bebas menentukan bentuk dan jumlah mahar yang kita inginkan karena tidak ada batasan mahar dalam syari’at Islam. Namun Islam menganjurkan agar meringankan mahar. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sebaik-baik mahar adalah mahar yang paling mudah (ringan).” (HR. al-Hakim : 2692, beliau mengatakan “Hadits ini shahih berdasarkan syarat Bukhari Muslim.”) Maka hikmah di balik anjuran untuk meringankan mahar adalah mempermudah proses pernikahan. Berapa banyak laki-laki yang mundur teratur akibat adanya permintaan mahar yang tinggi? Bahkan ada sebagian daerah yang mensyaratkan pemberian mahar yang tergolong tinggi. Menghadapi hal semacam ini, hendaknya pihak wanita bersikap bijak. Tidak masalah jika pihak laki-laki memiliki kemampuan untuk membayar mahar tersebut, namun jika ternyata yang datang adalah laki-laki yang memiliki kemampuan materi yang biasa saja, maka tidaklah layak menolaknya hanya karena ketidakmampuannya membayar mahar. Terutama jika yang datang adalah laki-laki yang sudah tidak diragukan lagi keshalihannya. Dari ‘Uqbah bin ‘Amir radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sebaik-baik pernikahan adalah yang paling mudah.” (HR. Abu Dawud (n. 2117), Ibnu Hibban (no. 1262 dalam al-Mawaarid) dan ath-Thabrani
  • 12. dalam Mu’jamul Ausath (I/221, no. 724) dshahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahihihul Jaami’ (no. 3300)) Bahkan seandainya seseorang tidak memiliki harta sedikit pun untuk dijadikan mahar, maka diperbolehkan membayar mahar dengan mengajarkan al- Qur’an yang telah dihafalnya kepada wanita yang hendak dinikahi. Mahar ada beberapa macam yang semuanya diperbolehkan dalam Islam, yaitu 1) mahar yang disebutkan (ditentukan) ketika akad nikah dan 2) mahar yang tidak disebutkan ketika akad nikah. Jika mahar tersebut disebutkan dalam akad nikah, maka wajib bagi suami untuk membayar mahar yang tersebut. Apabila mahar tidak disebutkan dalam akad nikah namun tidak ada kesepakatan untuk menggugurkan mahar, maka wajib bagi suami untuk memberikan mahar semisal mahar kerabat wanita istrinya, seperti ibu atau saudara-saudara perempuannya (mahar mitsl). Diperbolehkan bagi laki-laki antara membayar tunai dan atau menghutang mahar dengan persetujuan si wanita, baik keseluruhan maupun sebagian dari mahar tersebut. Jika mahar tersebut adalah mahar yang dihutang baik yang telah disebutkan jenis dan jumlahnya sebelumnya maupun yang tidak, maka harus ada kejelasan waktu penangguhan atau pencicilannya. Tidak diperbolehkan seorang suami ingkar terhadap mahar istrinya, karena hal tersebut merupakan khianat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Syarat yang paling berhak kamu penuhi adalah persyaratan yang dengannya kalian menghalalkan farji (seorang wanita).” (HR. Bukhari : 2520)  Jika Suami Istri Berpisah Jika Allah menakdirkan suami meninggal, baik setelah dukhul (berkumpul) ataupun belum, maka sang istri tetap berhak atas mahar secara sempurna, baik dalam mahar yang telah ditentukan sebelumnya maupun dalam mahar mitsl (yang belum ditentukan). Sebagaimana ini dalam hadits Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu. Demikian juga halnya jika terjadi perpisahan antara suami istri dan telah terjadi dukhul, baik pisah dengan thalaq maupun dengan fasakh. Namun jika thalaq terjadi sebelum dukhul, jika sebelumnya mahar telah ditentukan maka istri berhak setengah dari milik keseluruhannya, dan jika sebelumnya tidak pernah ditentukan maka hak istri atas mahar gugur secara keseluruhan, dan hanya berhak mut’ah (semacam pesangon) dari suami dengan besaran yang disesuaikan dengan tingkat ekonomi suami (Qs. Al-Baqarah: 236-237).