2. TUJUAN PEMBELAJARAN
Mengetahui pengertian pernikahan
dalam islam
Mengetahui hikmah pernikahan dan
tujuannya
Mengetahui hukum, rukun dan syarat
nikah
Memahami muhrim dan perwalian
Mengetahui hak dan kewajiban suami
istri.
3. POKOK BAHASAN
MAKNA NIKAH
TUJUAN PERNIKAHAN
HUKUM PERNIKAHAN
KRITERIA MEMILIH JODOH
PACARAN
RUKUN DAN SYARAT PERNIKAHAN
MAHRAM
4. MAKNA PERNIKAHAN
Menurut Undang-Undang Perkawinan
No. 1 tahun 1974 pasal 1:
“Perkawinan ialah ikatan lahir bathin
antara seorang pria dengan seorang
wanita sebagai suami isteri dengan
tujuan membentuk keluarga (rumah
tangga) yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha
esa.”
5. Menurut Hukum Islam
Perkawinan menurut hukum Islam adalah
“Akad yang sangat kuat atau mitsaqan
ghaliiza untuk mentaati perintah Allah dan
melaksanakannya merupakan ibadah.
Firman Allah:
َْفيَك َو
ُضْعَب ىَضْفَأ ْدَق َو ُهَنوُذُخْأَت
ِم َنْذَخَأ َو ٍ
ضْعَب ىَلِإ ْمُك
اًقاَثيِم ْمُكْن
اًظيِلَغ
Bagaimana kamu akan mengambilnya
kembali, padahal sebagian kamu telah
bergaul (bercampur) dengan yang lain
sebagai suami-isteri. Dan mereka (isteri-
isterimu) telah mengambil dari kamu
perjanjian yang kuat. (QS. An Nisa:21)
6. Maksud Penikahan Sebagai “Miittsaqan
Ghaliiza” (Ikatan Yang Agung)
Ikatan perjanjian pernikahan yang
agung antara lelaki dan perempuan
yang sudah dihalalkan Allah,
didalamnya ada hak dan kewajiban
sebagai suami istri,
7. TUJUAN PERNIKAHAN
Mendapatkan ketenangan dan ridha
Allah
Mengikuti sunnah Rasulullah
Mewujudkan keluarga yang sakinah,
mawadah wa rahmah
Mendapatkan keturunan
Menyambung silaturahim
Memperbaiki kualitas hidup
8. Mendapatkan Ketenangan dan
Ridha Allah
َ
و
ْنِم
ُفنَأ ْنِِّم مُكَل َقَلَخ ْنَأ ٓۦ
ِهِتََٰياَء
ٓوُنُكْسَتِِّل ا ًۭ
ًج ََٰو ْزَأ ْمُكِس
اَهْيَلِإ ۟ا
َّنِإ ۚ ًةَمْحَر َو ًًۭةَّد َوَّم مُكَنْيَب َلَعَج َو
َ ِِّل ٍۢ ََٰياَءَء َ ِلََٰٰ ىِف
َونُرَّكَفَتَي ٍم ْو
“Dan diantara tanda-tanda
kekuasaanNya ialah Dia menciptakan
untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri,
supaya kamu cenderung dan merasa
tenteram kepadanya, dan dijadikanNya
diantaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda bagi
kaum yang berpikir.” [QS. Ar. Ruum
9. Mengikuti Sunnah ( ajaran )
Rasululullah
َ
َعبِغَر ْنمىَفِتَّنُسَُحاكِِّنلأ
َ
ِِّنَِمْسيلىَفِتَّنُسَْن
َى
(
َرواه
البخارىَوَمسلم
(
"Nikah itu adalah sunahku,
barang siapa tidak senang dengan
sunahku, bukanlah golonganku". (HR.
Bukhori dan Muslim)
11. WAJIB
Apabila seorang yang sudah mampu
secara finansial dan juga sangat
beresiko jatuh ke dalam perzinaan,
karena zina merupakan dosa besar.
Imam Al-Qurtubi berkata bahwa para
ulama tidak berbeda pendapat tentang
wajibnya seorang untuk menikah bila
dia adalah orang yang mampu dan
takut tertimpa resiko zina.
12. SUNNAH
Apabila orang yang sudah mampu
namun masih tidak merasa takut jatuh
kepada zina, disebabkan karena
memang usianya yang masih muda atau
pun lingkungannya yang cukup baik dan
kondusif.
Orang yang punya kondisi seperti ini
hanyalah disunnahkan untuk menikah,
namun tidak sampai wajib.
Bila dia menikah, tentu dia akan
mendapatkan keutamaan yang lebih
dibandingkan dengan tidak menikah
13. Dari Abi Umamah bahwa Rasulullah
SAW bersabda,”Menikahlah, karena
aku bangga berlomba dengan umat
lain dalam jumlah umat. Dan
janganlah kalian menjadi seperti para
rahib nasrani. (HR. Al-Baihaqi 7/78)
14. Ibnu Abbas berkata ,“Orang yang tidak
mau menikah tidak sempurna
ibadahnya.
15. HARAM, Jika:
Bertujuan untuk menguasai harta atau
menyakiti calon pasangannya
Tidak lengkap syarat sahnya dan
rukunnya, seperti tidak ada wali dan
saksi
Tidak mampu memberi nafkah
16. MAKRUH
Jika lelaki tidak sanggup menafkahi,
lahir bathin, Belum mampu dan belum
cukup usianya.
17. MUBAH
Orang yang berada pada posisi
tengah-tengah antara hal-hal yang
mendorong keharusannya untuk
menikah dengan hal-hal yang
mencegahnya untuk menikah.
Tidak dianjurkan untuk segera
menikah namun juga tidak ada
larangan atau anjuran untuk
mengakhirkannya
18. KRITERIA MEMILIH JODOH
تنكحَالمرأةَألربع
:
َ،لمالهاَولحسبهاَوجمالهاَولدينها
فاظفرَبذاتَالدينَتربتَيداك
“Wanita biasanya dinikahi karena
empat hal: karena hartanya, karena
kedudukannya, karena parasnya dan
karena agamanya. Maka hendaklah
kamu pilih wanita yang bagus
agamanya (keislamannya). Kalau
tidak demikian, niscaya kamu akan
merugi.” (HR. Bukhari-Muslim)
19. KRITERIA JODOH
HARTA
KETURUNAN
WAJAH
AGAMANYA, { pilihlah jodoh atas
dasar agama yg utama, kau akan
beruntung }
20. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam juga bersabda,
َإذاَجاءكمَمنَترضونَدينهَوخلقهَفزوجوهَإالَتفعلوه
تكنَفتنةَفيَاألرضَوفسادَكبير
“Jika datang kepada kalian seorang
lelaki yang kalian ridhai agama dan
akhlaknya, maka nikahkanlah ia. Jika
tidak, maka akan terjadi fitnah di muka
bumi dan kerusakan yang besar.” HR.
Tirmidzi.
21. JODOH
Rahasia Allah
Setiap manusia sudah ada jodohnya,
namun tidak mutlak satu banding satu.
Jika didunia tidak ditemukan, sangat
mungkin di akherat, jangan berburuk
sangka kepada Allah.
Berusaha maksimal dan berdoa serta
memperbaiki diri
Jangan terlalu berlebihan selektif dalam
menentukan kriteria ideal jodoh, karena
faktor agama yang paling utama.
22. TAHAPAN PERNIKAHAN
TA’ARUF ( mengenal calon pasangan,
dengan syarat sudah siap baik
jasmani, rohani maupun finansial,
bukan untuk berpacaran )
◦ Bisa melalui keluarga atau sahabat
◦ Bisa melalui orang yang dipercaya ( guru
)
KONSULTASI, kepada orang yang
sudah berpengalaman dalam hidup
ISTIKHARAH, shalat memohon
ditetapkan pilihan hati dan jodoh kita.
23. Nikah Resmi : nikah yang tercatat pada Kantor
Urusan Agama (KUA). Setelah akad nikah
dilanjutkan dengan walimah kemudian keduanya
berumah tangga. Hukumnya halal
Nikah mut’ah (nikah kontrak), ialah menikah
dengan batas waktu tertentu misalnya untuk
selama 3 bulan, 3 tahun, tujuannya hanya
memperturutkan hawa nafsu, biasa dilakukan
oleh golongan Syiah. Hukumnya haram.
Nikah Sirri : Syarat dan rukunnya dipenuhi tetapi
pelaksanaan akad nikahnya di bawah tangan,
tidak dibukukan oleh KUA atau catatan sipil serta
tidak dipublikasikan secara luas. Dampak
negatifnya lebih besar, dan lebih baik dihindari.
MACAM-MACAM PERNIKAHAN
24. ETIKA TA’ARUF
Tidak boleh berkhalwat ( berdua-dua
an ), harus ditemani keluarga atau
teman.
Tidak bersentuhan
Menahan pandangan mata
Tidak membuat suara mendayu-dayu
sehingga mengundang perhatian
Terus terang tentang niat menikah dna
kondisi pribadi masing-masing.
25. SYARAT PERNIKAHAN
Terbagi 2, yaitu syarat sah dan syarat
kesempurnaan:
SYARAT SAH ADA 2:
◦ Seagama
◦ Saling ridha
SYARAT KESEMPURNAAN ADA 2:
◦ Baligh
◦ Kufu ( Setara )
26.
27. 1. Pengantin : Pengantin pria boleh diwakili. Pengantin
wanita boleh tidak hadir di tempat akad
2. Wali : Ayah, kakak, kakek atau pamannya. Bisa juga
wali hakim (dari negara) atau wali muhakam dari
masyarakat jika wali hakim tidak ada.
dua orang laki-laki
4. Mahar : Besaran mahar merupakan hasil
kesepakatan antara calon mempelai pria dan calon
mempelai wanita.
5. Ijab Qabul : Fungsinya agar kedua belah pihak
sepakat menerima akad pernikahan ini dengan
segala akibatnya. Redaksi ijab qabul sangat fleksibel,
bisa panjang bisa pula singkat, yang penting
essensinya.
28. Syarat-Syarat Saksi
Islam
Baligh (dewasa)
Berakal
Merdeka (bukan hamba sahaya)
Laki-laki
‘Adil (bukan orang yang fasik)
29. Urutan Wali Nikah
1. Ayah
2. Kakek (ayah dari ayah)
3. Saudara laki-laki kandung
4. Saudara laki-laki seayah
5. Anak dari saudara laki-laki kandung
(keponakan)
6. Anak dari saudara laki-laki seayah
(keponakan)
7. Paman (saudara ayah)
8. Anak dari paman (sepupu)
30. Pengertian Rukun
Suatu yang harus ditepati sebelum
mengerjakan sesuatu. Kalau syarat
sesuatu tersebut tidak sempurna,
maka pekerjaan itu tidak sah.
Contoh: Shalat tidak sah jika salah
satu gerakannya ditingalkan dengan
sengaja; meninggalkan rukuk atau
sujud.
31. MAHRAM
Mahram adalah: Wanita yang haram
dinikahi oleh seorang laki-laki karena
sebab-sebab tertentu.
Mahram terbagi dua:
◦ Mahram Muabbad: Tidak boleh dinikahi
selamanya
◦ Muaqqat: Tidak boleh dinikahi sementara
waktu saja karena ada penghalangnya,
jika penghalang tersebut hilang maka
hukumnya menjadi boleh
32. Mahram Muabbad (
selamanya )
Nasab
• (7 org)Ibu, anak perempuan, saudara perempuan,bibi
dari jalur ayah, bibi dari jalur ibu, anak perempuan dari
saudara laki-laki atau saudara perempuan kita.
Perkawinan
• (4 org ) Ibu, ibu mertua, anak perempuan dari istri (
anak tiri ), menantu
Persusuan
• Wanita yang menyusui dan ibunya, anak
perempuannya, saudara perempuannya dan suaminya
34. Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-
anakmu yang perempuan; saudara-saudaramu yang
perempuan, saudara-saudara bapakmu yang
perempuan; saudara-saudara ibumu yang perempuan;
anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang
laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-
saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui
kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu
isterimu (mertua); anak-anak isterimu yang dalam
pemeliharaanmu dari isteri yang telah kamu campuri,
tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu itu (dan
sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu
mengawininya; (dan diharamkan bagimu) isteri-isteri
anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan
(dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara,
kecuali yang telah terjadi pada masa lampau;
sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang (QS. An Nisa: 23)
35. Mahram Muaqqat (
sementara )
Ipar, jika istri atau suami meninggal
maka boleh menikahi ipar
Bibi dari jalur istri, jika istri meninggal
maka boleh menikahi bibi dari istri
Wanita yang musyrik hingga beriman
Wanita yang ditalaq tiga hingga ia
menikah denga laki-laki lain.