Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Psikologi pendidikan membahas sejarah, pengertian, ruang lingkup, dan hubungan antara IQ, EQ, dan SQ. Sejarah psikologi pendidikan dimulai dari pemikiran filsafat Aristoteles hingga pengembangan tes inteligensi oleh Binet dan Simon. Psikologi pendidikan mempelajari proses belajar manusia dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. IQ, EQ, dan SQ merupakan
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Psikologi Pendidikan
1. RINGKASAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Oleh: Risa Santhica Ashali (4G)
A. Sejarah Ringkasan Psikologi pendidikan
Seperti telah diketahui sebelumnya, psikologi pendidikan adalah cabang psikologi.
Karena psikolgi sebagai ilmu pengetahuan masih muda usianya, maka psikologi pendidikan
sebagai cabangnya lebih-lebih masih muda usianya. Berhubung dengan itu, ia masih dalam
proses perkembangan; di sana sini masih banyak problem yang masih memerlukan
pemecahannya; masih banyak hal-hal yang masih perlu pengembangannya. Akan tetapi,
walaupun ditinjau dari segi ilmu pengetahuan usianya masih sangat muda, akan tetapi
pemikirannya (dalam arti yang menyangkut pendidikan dan problem jiwa) telah dipikirkan
oleh orang sejak dahulu kala.
Demikianlah misalnya, sampai ada yang mengatakan bahwa saat timbulnya yang
mula-mula tentang psikologi pendidikan dapat diikuti jejaknya kembali pada Aristoteles.
Bahwa Aristoteles sebagai seorang filsuf telah menyusun periode-periode perkembangan
anak, sifat-sifat anak menurut periode dan bentuk pendidikan yang perlu diselenggarakan
sesuai dengan periode-periode itu. Walaupun demikian, tentu saja pemikirannya baru
merupakan pemikiran secar filsafat, belum merupakan pemikiran psikologi pendidikan.
Upaya-upaya yang bersifat semi ilmiah dipelopori oleh para pendidik, seperti
Pestalozzi, Herbart, Frobel dan sebagainya. Mereka itu sering dikatakan sebagai pendidik
yang mempsikologikan pendidikan, yaitu dalam wujud upaya memperbaharui pendidikan
dengan melalui bahan-bahan yang sesuai dengan tingkat usia, metode yang sesuai dengan
bahan yang diajarkan dan sebagainya, dengan mempertimbangkan tingkat-tingkat usia dan
kemampuan anak didik. Pestalozzi misalnya, dengan upayanya itu kemudian sampai pula
pada pola tujuan pendidikannya, yang disusun dengan “bahasa” psikologi pendidikan;
dikatakan olehnya bahwa tujuan pendidikan adalah tercapainya perkembangan anak yang
serasi mengenai tenaga dan daya-daya jiwa.
Adapun Frobel Menyatakan bahwa tujuan pendidikan adalah terwujudnya kepribadian
melalui perkembangan sendiri, akativitas dan kerja sama social dengan semboyan “belajar
sambil bekerja”. Herbart bahkan telah menyusun pola rangkaian cara menyampaikan bahan
pelajaran, berturut-turut: persiapan, penyajian, asosiasi, generalisasi dan aplikasi. Tentu saja
2. sifat dan luasnya usaha yang mereka hasilkan dan sumbangkan sesuai dengan zamannya,
yaitu bahwa psikologi sebenarnya pada zaman itu belum berdiri sebagai ilmu pengetahuan
yang otonom.
Akhir abad 19 penelitian-penelitian dalam lapangan psikologi pendidikan secara
ilmiah sudah semakin maju. Di Eropa Ebbinghaus mempelajari aspek daya ingatan dalam
hubungannya dengan proses pendidikan. Dengan penelitiannya itu misalnya terkenallah
Kurve Daya Ingatan, yang menggambarkan, bahwa kemampuan mengingat mengenai
sejumlah objek kesan-kesannya semakin lama semakin berkurang (menurun), akan tetapi
tidaklah hilang sama sekali.
Pada awal abad 20 pemerintah Prancis merasa perlu untuk mengetahui prestasi belajar
para pelajar, yang dirasa semakin menurun. Pertanyaannya yang ingin dijawap, apakah
prestasi belajar itu semata-mata hanya tergantung pada soal rajin dan malasnya si pelajar,
ataukah ada factor kejiwaan atau mental yang ikut memegang peranan. Maka untuk
memecahkan problem itu ditunjuklah seorang ahli psikologi yang bernama Alfred Binet,
Dengan bantuan Theodore Simon, mereka menyusun sejumlah tugas yang terbentuk dalam
sebuah tes baku untuk mengetahui inteligensi para pelajar.
Tes ini kemudian dikenal dengan tes Inteligensi. Tes inteligensi Binet-Simon ini
sangat terkenal, yang kemudian banyak dipakai di Amerika Serikat, yang di negri itu
mengalami revisi berkali-kali untuk mendapat tingkat kesesuaiannya dengan masyarakat atau
orang-orang Amerika. Di antara para ahli yang mengambil bagian dalam revisi-revisi itu
misalnya : Stern, Terman, Merril dan sebaagainya.
Perlu juga diketahui, bahwa laboratorium ciptaan Wundt di Leipzig juga tidak hanya
melakukan aktivitas penelitian yang bersifat “psikologi umum”, melainkan juga memegang
peranan dalam psikologi pendidikan. Banyak orang Amerika yang belajar di Leipzig kepada
Wundt. Akibatnya setelah mereka mengembangkan psikologi itu di negaranya, termasuk
psikologi pendidikan. Terkenallah psikologi pendidikan di Amerika misalnya Charles H.
Judd, E.L. Thorndike, B.F. Skinner dan sebagainya. Orang-orang ini sangat besar
pengaruhnya terhadap pendidikan di Amerika Serikat.
Terutama E.L. Thorndike, sehingga ia dipandang sebagai Bapak Psikologi Pendidikan
di Amerika Serikat. Menurut seorang pakar psikiatri dan psikologi Amerika Serikat yang
bernama Perry London, yang telah meneliti tentang penggunaan jasa psikologi di Amerika
Serikat, yang menggunakan jasa psikologi bagi lapangan-lapangan tertentu adalah : 25%
merupakan para pendidik, 25% ahli psikologi klinis dan konsultan, 16% merupakan para
peneliti psikologi sendiri, sedang yang 34% tersebar pada lapangan atau pakar yang lain.
3. Di Indonesia psikologi pada umumnya dan psikologi pendidikan pada khususnya
sedang dalam proses perkembangan yang cepat. Pada mata pelajaran, misalnya di sekolah
calon guru (HK, HIK, Hoofd Acted an sebagainya). Setelah merdeka dan dengan berdirinya
Fakultas Psikologi di beberapa Universitas serta berdirinya FKIP atau IKIP di berbagai kota,
maka psikologi pada umumnya atau psikologi pendidikan khususnya, tidak hanya dipelajari
sebagai mata kuliah, melainkan juga diteliti sebagai ilmu pengetahuan. Hal ini memang amat
perlu, karena psikologi atau psikologi pendidikan yang didasarkan penelitiannya pada orang-
orang barat belum tentu sesuai dengan kondisi masyarakat Indonesia.
B. Pengertian Psikologi Pendidikan
Psikologi Pendidikan adalah ilmu yang mempelajari bagaimana manusia belajar dalam
pendidikan pengaturan, efektivitas intervensi pendidikan, psikologi pengajaran, dan psikologi
sosial dari sekolah sebagai organisasi. Psikologi pendidikan berkaitan dengan bagaimana
siswa belajar dan berkembang, dan sering terfokus pada sub kelompok seperti berbakat anak-
anak dan mereka yang tunduk pada khusus penyandang cacat .
Menurut Muhibin Syah (2002), pengertian psikologi pendidikan adalah sebuah
disiplin psikologi yang menyelidiki masalah psikologis yang terjadi dalam dunia pendidikan.
Sedangkan menurut ensiklopedia amerika, Pengertian psikologi pendidikan adalah ilmu yang
lebih berprinsip dalam proses pengajaran yang terlibat dengan penemuan – penemuan dan
menerapkan prinsip – prinsip dan cara untuk meningkatkan keefisien di dalam pendidikan.
Dari beberapa pendapat tentang psikologi pendidikan, kami mengambil kesimpulan
bahwa Pengertian Psikologi Pendidikan adalah ilmu yang mempelajari tentang perilaku
manusia di dalam dunia pendidikan yang meliputi studi sistematis tentang proses-proses dan
faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan manusia yang tujuannya untuk
mengembangkan dan meningkatkan keefisien di dalam pendidikan.
4. C. Ruang Lingkup Psikologi Pendidikan
Jika kita bertanya mengenai lingkup (scope) psikologi pendidikan, maksudnya
bertanya tentang apa saja yang dibicarakn oleh psikologi pendidikan, maka berdasarkan
berbagai buku psikologi pendidikan akan diperoleh jawaban yang berbeda-beda. Sebagian
buku menunjukan lingkup yang luas, sedangkan buku-buku yang lain menunjukkan ingkup
yang lebih sempit atau terbatas. Buku yang lingkupnya lebih luas biasanya membahas selain
proses belajar juga membahas tentang perkembangan, hereditas dan lingkungan, kesehatan
mental, evaluasi belajar dan sebagainya.
Sedangkan buku yang lingkupnya lebih sempit biasanya berkisar pada soal proses
belajar mengajar saja. Perbedaan ini sangat dipengaruhi oleh maksud penulis dalam menulis
buku itu. Ada yang bermaksud hanya memberikan pengantar saja, sehingga pembahasanya
mengenai lingkup itu cukup luas, akan tetapi kurang mendalam. Sebaliknya ada yang lingkup
pembahasannya tidak luas, yaitu berkisar pada proses beljar, akan tetapi pembahasannya
cukup mendalam. Jadi, beleh dikatakan bahwa tidak ada dua buku psikologi pendidikan yang
menunjukkan ruang lingkup materi yang sama benar. Walaupun demikian, pada dasarnya
psikologi pendidikan membahas hal-hal sebagai berikut :
Hereditas dan Lingkungan
Pertumbuhan dan Perkembangan
Potensial dan Karakteristik Tingkah laku
Hasil Proses Pendidikan dan Pengaruhnya Terhadap Individu yang Bersifat Personal
dan Sosial
Higiene Mental dan Pendidikan dan
Evaluasi Hasil Pendidikan
5. D. Pengertian IQ, EQ, & SQ
1. IQ (Intelligence Quotients)
Ialah istilah kecerdasan manusia dalam kemampuan untuk menalar, perencanaan
sesuatu, kemampuan memecahkan masalah, belajar, memahaman gagasan, berfikir,
penggunaan bahasa dan lainnya. Anggapan awal bahwa IQ adalah kemampuan bawaan lahir
yang mutlak dan tak dapat berubah adalah salah, karena penelitian modern membuktikan
bahwa kemampuan IQ dapat meningkat dari proses belajar. Kecerdasan ini pun tidaklah baku
untuk satu hal saja, tetapi untuk banyak hal, contohnya ; seseorang dengan kemampuan mahir
dalam bermusik, dan yang lainnya dalam hal olahraga. Jadi kecerdasan ini dari tiap - tiap
orang tidaklah sama, tetapi berbeda satu sama lainnya.
2. EQ (Emotional Quotients)
Kecerdasan emosional adalah kemampuan pengendalian diri sendiri,semangat,
dan ketekunan, serta kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi
frustrasi, kesanggupan untuk mengendalikan dorongan hati dan emosi, tidak melebih-lebihkan
kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stress tidak melumpuhkan
kemampuan berpikir, untuk membaca perasaan terdalam orang lain (empati) dan berdoa,
untuk memelihara hubungan dengan sebaik-baiknya, kemampuan untuk menyelesaikan
konflik, serta untuk memimpin diri dan lingkungan sekitarnya.
3. SQ (Spiritual Quotients)
Perlu dipahami bahwa SQ tidak mesti berhubungan dengan agama, Kecerdasan
spiritual (SQ) adalah kecerdasan jiwa yang dapat membantu seseorang membangun dirinya
secara utuh. SQ tidak bergantung pada budaya atau nilai. Tidak mengikuti nilai-nilai yang
ada, tetapi menciptakan kemungkinan untuk memiliki nilai-nilai itu sendiri. kecerdasan
spiritual adalah kecerdasan yang berasal dari dalam hati, menjadikan kita kreatif ketika kita
dihadapkan pada masalah pribadi, dan mencoba melihat makna yang terkandung di dalamnya,
serta menyelesaikannya dengan baik agar memperoleh ketenangan dan kedamaian hati.
Kecerdasan spiritual membuat individu mampu memaknai setiap kegiatannya sebagai ibadah,
demi kepentingan umat manusia dan Tuhan yang sangat dicintainya.
6. 4. ESQ (Emotional and Spiritual Quotient)
ESQ merupakan sebuah singkatan dari Emotional Spiritual Quotient yang
merupakan gabungan EQ dan SQ, yaitu Penggabungan antara pengendalian kecerdasan emosi
dan spiritual. Manfaat yang bisa di dapat adalah tercapai nya keseimabangan antara hubungan
Horizontal (manusia dengan manusia) dan Vertikal (manusia dan Tuhan). ESQ juga dapat
membuat kita lebih percaya diri dalam melakukan tindakan.
Keterkaitan IQ,SQ, dan EQ
Seseorang yang mempunyai kebermaknaan (SQ) yang tinggi mampu menyandarkan
jiwa sepenuhnya berdasarkan makna yang diperoleh sehingga ketenangan hati akan muncul.
jika hati telah tenang (EQ) akan memberikan sinyal untuk menurunkan kerja simpatis menjadi
para simpatis. jika seorang sudah tenang karena aliran darah sudah teratur, maka seseorang
akan dapat berpikir secara optimal (IQ) sehingga lebih tepat mengambil keputusan.
menegemen diri untuk mengolah hati tidak cukup dengan IQ dan EQ saja, tetapi SQ juga
sanagat berperan dalam diri manusia sebagai pembimbing kecerdasan lain. Orang sukses tidak
hanya cukup dengan kecerdasan intelektual teteapi juga perlu kecerdasan emosional agar
merasa gembira, dapat bekerja dengan orang lain, punya motivasi kerja, dan bertanggung
jawab. selain itu kecerdasan spiritual juga diperlukan agar merasa bertaqwa, berbakti, dan
mengabdi secara tulus, luhur dan tanpa pamrih.