Modul ini membahas konsep dan langkah-langkah inventarisasi alat kesehatan dan suku cadang yang dibutuhkan di fasilitas pelayanan kesehatan. Inventarisasi alat kesehatan bertujuan untuk mengumpulkan data rinci mengenai alat kesehatan seperti jenis, jumlah, kondisi, dan spesifikasi untuk keperluan pengelolaan aset kesehatan. Langkah-langkah inventarisasi meliputi klasifikasi alat berdasarkan fungsi
1. MODUL 1 – 3
INVENTARISASI ALAT KESEHATAN DAN SUKU CADANG YANG
DIBUTUHKAN DI FASILITAS KESEHATAN
I. DESKRIPSI SINGKAT
Teknologi alat kesehatan telah menjadi komponen penting dari
perawatan kesehatan, karena memungkinkan penyedia layanan
kesehatan untuk mendiagnosa, mengobati, memantau dan
memberikan terapi untuk pasien dalam lingkungan yang tepat
perawatan. Manajemen mutu peralatan kesehatan membantu
memastikan bahwa layanan ini disediakan dalam cara yang aman dan
efektif.
Langkah pertama dalam mengelola peralatan kesehatan adalah untuk
menentukan apa yang harus dikelola dan membuat data persediaan
peralatan kesehatan beserta suku cadang pendukungnya.
Inventarisasi adalah pekerjaan mendokumentasi yang secara teratur
memeriksa dan diperbarui secara akurat untuk mencerminkan status
aset peralatan kesehatan.Ketika digunakan secara tepat, persediaan
berfungsi sebagai alat yang penting dan kuat untuk memperbaiki
berbagai aspek pengelolaan peralatan kesehatan.
Berdasarkan data inventarisasi selanjutnya dapat dihasilkan berbagai
keputusan yang bermanfaat bagi peningkatan pelayanan suatu
fasilitas kesehatan.
Dalam modul ini akan dibahas tentang konsep inventarisasi alat
kesehatan dan suku cadang yang dibutuhkan di fasilitas kesehatan,
menjelaskan langkah langkah inventarisasi dan melakukan
inventarisasi alat kesehatan dan suku cadang. Semoga dengan
mempelajari modul ini peserta dapat melakukan inventarisasi alat
kesehatan dan suku cadang.
2. II. TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan
inventarisasi alat kesehatan dan suku cadang yang dibutuhkan
difasilitas pelayanan kesehatan.
B. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah selesai pelatihan, peserta mampu:
1. Menjelaskan konsep inventarisasi alat kesehatan dan suku
cadang.
2. Menjelaskan langkah-langkah inventarisasi alat kesehatan
dan suku cadang.
3. Melakukan inventarisasi alat kesehatan dan suku cadang.
III. POKOK BAHASAN
Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan-pokok bahasan
sebagai berikut yaitu :
Pokok Bahasan dan sub pokok bahasan:
1. Konsep inventarisasi alat kesehatan dan suku cadang:
a. Klasifikasi alat kesehatan berdasarkan fungsi.
b. Suku cadang alat kesehatan dan kebutuhan penggunaannya.
c. Spesifikasi alat kesehatan berdasarkan data fisik.
2. Langkah-langkah inventarisasi alat kesehatan.
3. Inventarisasi alat kesehatan dan suku cadang.
IV. BAHAN BELAJAR
1. Modul Inventarisasi alat kesehatan dan suku cadang yang
dibutuhkan di fasilitas kesehatan.
2. Petunjuk diskusi kelompok.
3. V. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Jumlah jam yang digunakan dalam modul ini adalah sebanyak 4 jam
pelajaran (T= 2 jpl, P= 2 jpl, PL= 0 jpl) @45 menit. Untuk
mempermudah proses pembelajaran dan meningkatkan partisipasi
seluruh perserta, maka perlu disusun langkah-langkah kegiatan
sebagai berikut :
Langkah 1. Penyiapan proses pembelajaran
1. Kegiatan Fasilitator
a. Fasilitator memulai kegiatan dengan melakukan bina suasana
dikelas
b. Fasilitator menyampaikan salam dengan menyapa peserta
dengan ramah dan hangat.
c. Apabila belum pernah menyampaikan sesi di kelas mulailah
dengan memperkenalkan diri, Perkenalkan diri dengan
menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja, materi
yang akan disampaikan.
d. Menggali pendapat pembelajar (apersepsi) tentang Inventarisasi
Alat Kesehatan dan Suku cadang yang dibutuhkan di fasilitas
pelayanan kesehatan dengan metode curah pendapat
(brainstorming).
e. Menyampaikan ruang lingkup bahasan dan tujuan pembelajaran
tentang materi Inventarisasi Alat Kesehatan dan Suku cadang
yang dibutuhkan di fasilitas pelayanan kesehatan yang
disampaikan dengan menggunakan bahan tayang (slide power
point).
2. Kegiatan Peserta
a. Mempersiapkan diri dan alat tulis yang diperlukan.
b. Mengemukakan pendapat atas pertanyaan fasilitator.
c. Mendengar dan mencatat hal-hal yang dianggap penting.
d. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator bila ada hal-hal yang
belum jelas dan perlu diklarifikasi.
4. Langkah 2 : Review pokok bahasan
1. Kegiatan Fasilitator
a. Menyampaikan Pokok Bahasan dan sub pokok bahasan dari
materi awal sampai dengan materi terakhir secara garis besar
dalam waktu yang singkat
b. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan
hal- hal yang masih belum jelas.
c. Memberikan jawaban jika ada pertanyaan yang diajukan oleh
peserta
2. Kegiatan Peserta
a. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang dianggap
penting.
b. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator sesuai
dengan kesempatan yang diberikan.
c. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan fasilitator.
Langkah 3 : Pendalaman pokok bahasan.
1. Kegiatan Fasilitator
a. Memberikan bahan diskusi tentang permasalahan Inventarisasi
Alat Kesehatan dan Suku cadang yang dibutuhkan di fasilitas
pelayanan kesehatan.
b. Menugaskan peserta untuk berdiskusi membahas masalah yang
diberikan.
c. Meminta peserta untuk menuliskan hasil dikusi untuk
dipresentasikan.
d. Mengamati peserta dan memberikan bimbingan pada proses
diskusi.
2. Kegiatan Peserta
a. Mendengar, mencatat dan bertanya terhadap hal-hal yang
kurang jelas kepada fasilitator.
5. b. Melakukan proses diskusi sesuai dengan pokok bahasan / sub
pokok bahasan yang ditugaskan fasilitator dan menuliskan hasil
dikusi pada kertas flipchart untuk dipresentasikan.
Langkah 4 : Penyajian dan pembahasan hasil pendalaman pokok
bahasan
1. Kegiatan Fasilitator
a. Dari masing-masing peserta diminta untuk melakukan
presentasi dari hasil diskusi yang telah dilakukan sebelumnya.
b. Memimpin proses tanggapan (tanya jawab).
c. Memberikan masukan-masukan dari hasil diskusi.
d. Memberikan klarifikasi dari pertanyaan-pertanyaan yang belum
dimengerti jawabannya.
e. Merangkum hasil diskusi.
2. Kegiatan Peserta
a. Mengikuti proses penyajian kelas
b. Berperan aktif dalam proses tanya jawab yang dipimpin oleh
fasilitator.
c. Bersama dengan fasilitator merangkum hasil presentasi dari
masing–masing pokok bahasan yang telah dipresentasikan
dengan baik.
Langkah 5 : Rangkuman dan evaluasi hasil belajar
1. Kegiatan Fasilitator
a. Mengadakan evaluasi dengan melemparkan 3 pertanyaan
sesuai topik pokok bahasan secara acak kepada peserta.
b. Memperjelas jawaban peserta terhadap masing – masing
pertanyaan yang telah diajukan sebelumnya.
c. Bersama peserta merangkum poin-poin penting dari hasil proses
pembelajaran tentang Inventarisasi alat kesehatan dan suku
cadang yang dibutuhkan di fasilitas kesehatan.
6. d. Membuat kesimpulan dapat dilakukan sendiri oleh fasilitator atau
secara bersama-sama dengan mengajak peserta untuk
menyimpulkan.
2. Kegiatan Peserta
a. Menjawab pertanyaan yang diajukan fasilitator.
b. Bersama fasilitator merangkum hasil proses pembelajaran
Inventarisasi alat kesehatan dan suku cadang yang dibutuhkan
di fasilitas kesehatan.
VI. URAIAN MATERI
A. Konsep inventarisasi alat kesehatan dan suku cadang
Alat Kesehatan dapat berupa instrument, mesin dan atau implant
yang tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah,
mendiagnosa, menyembuhkan dan meringankan penyakit,
merawat orang sakit, memulihkan kesehatan pada manusia, dan
atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh.
Suku cadang merupakan komponen komponen yang
direkomendasikan oleh pabrik dan harus disediakan sebagai
pengganti bagian alat yang mengalami kerusakan atau usia
pakainya telah habis.
Inventarisasi alat kesehatan merupakan kegiatan mengumpulkan
data rinci tentang alat kesehatan yang berkaitan dengan aspek
teknis maupun administrasi untuk setiap tipe/mode alat kesehatan.
Data hasil inventarisasi harus selalu dikelola/update sehingga data
yang terdapat dalam inventaris merupakan kondisi terkini.
Pada suatu fasilitas kesehatan yang pelayanannya sudah
berlangsung kegiatan inventarisasi menjadi kegiatan yang harus
dilakukan pertama kali sebelum melakukan berbagai kegiatan lain
yang berhubungan dengan alat kesehatan seperti perencanaan
7. anggaran, pengadaan, pemeliharaan, perbaikan dan lain lain.
Melalui kegiatan inventarisasi dapat diperoleh informasi sebagai
berikut:
1. Technical assessment, merek dan tipe peralatan beserta jumlah
dan status kondisi peralatan.
2. Memberikan informasi dasar untuk pengelolaan aset, termasuk
membantu penjadwalan pemeliharaan preventif, penelusuran
pemeliharaan, perbaikan, dan penarikan kembali/recall.
3. Memberikan informasi keuangan guna mendukungan penilaian
anggaran dan nilai ekonomi alat kesehatan.
Untuk pengelolaan peralatan kesehatan tidaklah harus semua
peralatan kesehatan dimasukan kedalam inventarisasi, tetapi
sebaiknya dilakukan pembatasan/prioritas jenis jenis alat
kesehatan yang akan dilakukan inventarisasi. Prioritas tersebut
dapat dilakukan dengan cara berdasarkan nilai investasi peralatan
kesehatan, usia teknis, berdasarkan risiko atau kombinasi dari
kriteria tersebut.
1. Nilai investasi peralatan medis
Prioritas ini memperhitungkan peralatan medis yang akan
dilakukan inventarisasi berdasarkan harga pada saat
pembeliaan yaitu peralatan medis dengan harga diatas nominal
harga tertentu.
2. Usia teknis
Inventori pada prinsipnya adalah menginventarisasi data
peralatan untuk digunakan dalam jangka waktu yang supplier
lama, sehingga peralatan suplier/peralatan dengan usia teknis
sangat singkat (kurang dari satu tahun) sebaiknya tidak perlu
dilakukan inventarisasi.
3. Berdasarkan risiko
8. Peralatan medis dalam hal penggunaanya dapat dikelompokan
berdasarkan risiko yang dapat ditimbulkan yaitu risiko
tinggi/high risk, resiko sedang/medium risk dan risiko rendah/low
risk. Inventarisasi dapat dilakukan dengan memprioritaskan
minimal peralatan yang memiliki risiko sedang dan tinggi.
1. Klasifikasi alat kesehatan berdasarkan fungsi.
Alat kesehatan yang digunakan di suatu fasilitas kesehatan
diharapkan dapat menunjang pelayanan kesehatan agar
menjadi lebih optimal. Alat kesehatan yang tidak berfungsi
dengan baik tidak terjamin keamanannya sehingga dapat
membahayakan pasien maupun penggunanya.
Berdasarkan lampiran PMK Nomor:
1191/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Penyaluran Alat
kesehatan, klasifikasi alat kesehatan digolongkan menjadi :
a. Kelas I
Alat kesehatan yang kegagalan atau salah penggunaannya
tidak rnenyebabkan akibat yang berarti. Penilaian untuk alat
kesehatan ini dititikberatkan hanya pada mutu dan produk.
b. Kelas IIa
Alat kesehatan yang kegagalannya atau salah
penggunaannya dapat memberikan akibat yang berarti
kepada pasien tetapi tidak menyebabkan kecelakaan yang
serius. Alat kesehatan ini sebelum beredar perlu mengisi dan
memenuhi persyaratan yang cukup lengkap untuk dinilai
tetapi tidak memerlukan uji klinis.
c. Kelas IIb
Alat kesehatan yang kegagalannya atau salah
penggunaannya dapat memberikan akibat yang sangat berarti
kepada pasien tetapi tidak menyebabkan kecelakaan yang
serius. Alat kesehatan ini sebelum beredar perlu mengisi dan
9. memenuhi persyaratan yang lengkap termasuk analisa resiko
dan bukti keamanannya untuk dinilai tetapi tidak memerlukan
uji klinis.
d. Kelas III
Alat kesehatan yang kegagalan atau salah penggunaannya
dapat memberikan akibat yang serius kepada pasien atau
perawat/operator. Alat kesehatan ini sebelum beredar perlu
mengisi formulir dan memenuhi persyaratan yang lengkap
termasuk analisa resiko dan bukti keamanannya untuk dinilai
serta memerlukan uji klinis.
Selanjutnya alat kesehatan tersebut di kategorikan berdasarkan
fungsi layanannya menjadi:
a. Peralatan Kimia Klinik dan Toksikologi Klinik
b. Peralatan Hematologi dan Patologi
c. Peralatan Imunologi dan Mikrobiologi
d. Peralatan Anastesi
e. Peralatan Kardiologi
f. Peralatan Gigi
g. Peralatan Telinga , Hidung dan Tenggorokan (THT)
h. Peralatan Gastroenterologi-Urologi (GU)
i. Peralatan Rumah Sakit Umum dan Perorangan (RSU & P)
j. Peralatan Neurologi
k. Peralatan Obstetrik dan Ginekologi (OG)
l. Peralatan Mata
m.Peralatan Ortopedi
n. Peralatan Kesehatan Fisik
o. Peralatan Radiologi
p. Peralatan Bedah Umum dan Bedah Plastik.
10. 2. Suku cadang alat kesehatan dan kebutuhan
penggunaannya
Suku cadang atau sering disebut sparepart alat kesehatan dari
suatu alat kesehatan yang harus diganti pada suatu periode
tertentu agar alat dapat berkerja secara optimal. Kegiataan
penggantian suku cadang dilaksanakan pada kegiatan
pemeliharaan dan perbaikan alat kesehatan. Selain suku
cadang, terdapat juga bahan habis pakai yang dibutuhkan oleh
alat sebagai penunjang kerja. Jika suku cadang memiliki
periode penggantian, maka bahan habis pakai memiliki batas
jumlah pemakaian.
Berikut ini adalah contoh beberapa alat kesehatan beserta suku
cadang.
Tabel 1.1 Daftar Suku Cadang Alat Kesehatan
NO NAMA ALAT SUKU CADANG
1 Ambu Bag
Selang corrugated, balon
pompa,
2 Bed Side Monitor
Kabel pasien, elektroda, baterai,
kertas
3 Blood Gas Analyzer Elektroda, reagen, kontrol
4 Blood Pressure Monitor Manset, selang dan baterai
5 Centrifuge Sikat arang, fuse
6 Defibrillator with ECG
Kabel ECG, kertas ECG,
Elektroda sekali pakai
7 Dental Unit
Selang, filter, scaller, lampu
halogen, handpiece
8 ECG Recorder Kabel ECG, Elektroda, Kertas
9 ENT Diagnostik
Filter bakteri, lampu, selang,
botol
12. 30 USG Kertas print, jelly,
31 X Ray Unit Lampu kolimator,
3. Spesifikasi alat kesehatan berdasarkan data fisik.
Pemeriksaan fisik alat kesehatan untuk keperluan inventarisasi
dilakukan apabila data data tentang alat tidak tersedia.
Mengingat sebelumnya tidak pernah dilakukan inventarisasi alat
kesehatan pada fasilitas tersebut.
Ketersediaan dokumen pembelian alat yang dapat berupa
kontrak, sertifikat garansi, buku petunjuk penggunaan dan
pemeliharaan akan sangat membantu berlangsungnya kegiatan
inventarisasi.
Pemeriksaaan fisik dilakukan dengan mengamati tanda tanda
dan keterangan yang terdapat pada alat untuk dicocokkan
dengan kontrak dan brosur yang meliputi keterangan Merk,
tipe/model dan jumlah alat.
Dokumen teknis yang terdiri dari : Certificate of Origin, Tes
Penerimaan (COMMISIONING), Functional Test Certificate,
Manual (operation, service, installation, wiring/schematic
diagram), Izin Edar. Dokumen dokumen tersebut dapat
membantu penyusunan spesifikasi alat yang dibutuhkan sebagai
data inventarisasi dan penyusunan kebutuhan suku cadang dan
bahan habis pakai.
13. B. Langkah-langkah inventarisasi alat kesehatan
Setiap fasilitas pelayanan kesehatan mungkin memiliki kebutuhan
inventarisasi yang berbeda-beda. Tabel 1.2 berikut ini menjelaskan
minimum data yang perlu dimasukan dalam menginventarisasi
peralatan medis.
Inventarisasi dapat terdiri dari beberapa berkas dokumen yang
berupa :
1. Daftar data peralatan medis
2. Daftar pabrikan, supplier atau penyedia
3. Daftar bahan habis pakai dan suku cadang
Inventarisasi dari data tersebut bersifat relasional antar data/form
sehingga lebih mudah dalam melakukan penelusuran data.
Tabel 1.2 Data inventarisasi alat kesehatan
No Item Keterangan
1 Kode
Nomor kode alat, dapat menggunakan kode
inventaris, tetapi disarankan memiliki kode
tersendiri agar lebih memudahkan dalam
inventarisasi
2 Merek/Tipe Merek dan tipe dari peralatan medis
3 Pabrikan/Distributor
Nama Pabrikan atau distributor yang
mengageni peralatan tersebut, termasuk
alamat, email dan kontak person
4 Nomor Seri alat
Kode unik setiap item peralatan (dikeluarkan
oleh pabrikan), pada umumnya tertera pada
peralatan
5 Lokasi
Tempat peralatan tersebut digunakan di
pelayanan (Departmen/bagian/ruangan)
6 Kondisi
Kondisi peralatan (Baik, rusak ringan, rusak
berat)
7
Kebutuhan
Tegangan dan Daya
listrik
Kebutuhan akan sumber listrik berupa
tegangan (220V, 110V) atau konsumsi daya
listrik (watt)
14. 8
Pemutakhiran data
inventaris
Tanggal terkait pemutakhiran data
9 Harga pembelian Nila rupiah peralatan pada saat pembelian
10 Tanggal pengadaan Tanggal (bulan/tahun) pengadaan
11 Masa Garansi Tanggal berakhirnya waktu garansi
12 Tanggal penerimaan
Tanggal dilakukanya penerimaan alat
(instalasi, uji Fungsi dan uji coba)
13 Usia teknis
Batas usia yang diharapkan dapat digunakan
di pelayanan (tahun/jam/paparan)
C. Inventarisasi alat kesehatan dan suku cadang
Saat melakukan kegiatan inventarisasi, untuk mempermudah
pekerjaan pengumpulan dan pemutakhiran data, seorang
elektromedis perlu membuat berbagai bentuk form tabel yang
memuat data data alat kesehatan. Berikut ini beberapa contoh
bentuk tabel inventarisasi alat kesehatan dan suku cadang.
Bentuk dan data yang diisikan pada form disesuaikan dengan
kebutuhan. Jika fasilitas kesehatan tersebut milik pemerintah,
dapat disesuaikan dengan tata cara inventarisasi Barang Milik
Negara (BMN) yang sudah dibuat baku dengan kode kode tertentu.
Tabel 1.3 Inventarisasi data peralatan medis
Kode
Nama
Alat
Jenis
Merk
/ tipe
S/N Pabrikan
Tanggal
Penerimaan
Lokasi Kondisi
15. Tabel 1.4 Data Suku cadang dan Bahan Pemeliharaan
No Item Katalog
Number
Jumlah Distributor/
suplier
Harga
VII. RANGKUMAN
Setiap pengelolaan alat kesehatan memerlukan data data untuk
menjamin kesiapan kerja alat. Kegiatan inventarisasi merupakan
kegiatan mengumpulkan data rinci tentang alat kesehatan yang
berkaitan dengan aspek teknis maupun administratif yang
berlangsung terus menerus dan selalu dimutakhirkan datanya.
Data Inventarisasi dijadikan acuan pengelolaan alat yaitu
perencanaan anggaran, pengadaan, jadwal pemeliharaan, kalibrasi
dam lain-lain.
Dokumen administratif pembelian alat kesehatan dan suku cadang
serta dokumen teknis alat dapat menjadi sumber penyusunan data
inventarisasi pada suatu fasilitas kesehatan yang belum memilikinya.
VIII. PENUGASAN (LATIHAN SOAL)
1. Jelaskan manfaat dari inventarisasi alat kesehatan.
2. Jelaskan empat klasifikasi alat kesehatan
3. Jelaskan data-data yang dibutuhkan saat inventarisasi alat
kesehatan.
4. Buatlah rekap daftar inventarisasi peralatan kesehatan yang ada di
Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah dan Madinah serta
Pos Kesehatan Madinatul Hujjaj di Jeddah.
16. IX. DAFTAR PUSTAKA :
1. Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana
Kesehatan, Pedoman Pengelolaan Peralatan Kesehatan di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan, 2015.
2. Kemenkes, Permenkes Nomor 1190/MENKES/PER/VIII/2010
Tentang Penyaluran Alat Kesehatan, 2010
3. WHO, Core Medical Equipment, 2011
4. WHO Medical device technical series, Introduction to medical
Equipment inventory management, 2011.
X. LAMPIRAN :
1. Panduan diskusi
Seluruh peserta mendiskusikan hal-hal sebagai berikut :
a. Bagaimana pendapat masing masing peserta tentang data yang
di tampilkan pada tabel 1.5 Daftar Alat Kesehatan di KKHI
Mekkah tahun 2019?
b. Apa yang harus dilakukan oleh peserta untuk meyempurnakan
data inventaris tersebut?
c. Suku cadang apa saja yang harus dipersiapkan agar kegiatan
pemeliharaan dan perbaikan dapat terlaksana?
d. Bagaimana cara mempersiapkan ketersediaan suku cadang?
e. Bagaimana prosedur inventarisasi alat yang dapat dilakukan
saat tiba di KKHI?
17. Tabel 1.5 Daftar Alat Kesehatan Di KKHI Makkah Tahun 2019
No. Nama Alat Total
1 Auto Processing film 1
2 Autoclave 2
3 Bed Side Monitor / Pasien Monitor 21
4 Blood Gases Analyzer 1
5 Centrifuge 1
6 Defibrillator 4
7 Digital thermometer 18
8 ECG 18
9 Electrolite Analyzer 1
10 Glucose meter 46
11 Hematology Analyzer 1
12 Infrared Lamp 2
13 Infus Pump 31
14 Lamp for Minor Surgery 3
15 Nebulizer 44
16 Photometer 2
17 Portable suction pump 56
18 Pulse Oximetry 45
19 Timbangan badan 3
20 Timbangan badan digital 5
18. 21 Sterilization 1
22 Syringe Pump 27
23 Tensimeter Mercury 1
24 Tensimeter Anaeroid 23
25 Tensimeter Digital 57
26 Thermometer non contact 14
27 USG 3
28 Ventilator 4
29 X-ray (Rontgen Unit portable) 1
30 Defibrillator automatic/AED 6
31 Oksigen Konsentrator 68
32 Dental Unit 1
33 Urine analyzer 1
34
Multi mon.sys. 3 in 1 (
glu,UA,Chol)
4
35 Laringoskop 7
36 Meja X-Ray 1
37 Bucky Stand Mobile 1
38 Vien Finder 5
39 Troponin Analyzer 1
40 Diagnostik Set THT 1
TOTAL 532
19. MODUL 4 - 6
PEMERIKSAAN KONDISI FISIK, UJI FUNGSI, DAN KALIBRASI ALAT
KESEHATAN DI FASILITAS YANKES HAJI
I. DESKRIPSI SINGKAT
Pemeriksaan kondisi fisik, uji fungsi, dan kalibrasi alat kesehatan perlu
dilakukan agar alat kesehatan yang digunakan dijamin keamanannya.
Tidak membahayakan bagi pasien, pengguna alat maupun orang di
sekitarnya. Pada fasilitas pelayanan kesehatan haji, peralatan
kesehatan tersimpan selama satu tahun setelah masa kegiatan haji
berakhir. Maka sebelum digunakan kembali harus dipastikan alat
kesehatan tersebut dalam kondisi baik dan dapat berfungsi sesuai
spesifikasinya.
Diperlukan pengetahuan tentang prosedur pemeriksaan, prosedur uji
fungsi, nilai nilai batas untuk menentukan suatu alat dikategorikan
kondisi laik pakai atau tidak laik pakai. Pengetahuan tentang prosedur
penggunaan alat turut menjadi faktor penentu pelaksanaan uji fungsi
alat kesehatan.
Dalam modul ini akan dibahas mengenai konsepsi dasar pemeriksaan
kondisi fisik, uji fungsi, dan kalibrasi alat kesehatan di fasilitas yankes
haji pada pelatihan petugas PPIH tenaga elektromedis. Semoga
dengan mempelajari modul ini para pembaca/ peserta pelatihan
mampu meningkatkan wawasan dan ketrampilannya saat melakukan
pemeriksaan dan uji fungsi alat kesehatan di fasilitas yankes haji
nantinya.
20. II. TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan
pemeriksaan kondisi fisik, uji fungsi, dan kalibrasi alat kesehatan
difasilitas pelayanan kesehatan haji.
B. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah selesai pelatihan, peserta mampu:
1. Menjelaskan konsep pemeriksaan kondisi fisik, uji fungsi, dan
kalibrasi alat kesehatan.
2. Menjelaskan langkah-langkah pemeriksaan kondisi fisik, uji
fungsi, dan kalibrasi alat kesehatan.
3. Melakukan pemeriksaan kondisi fisik, uji fungsi, dan kalibrasi
alat kesehatan.
III. POKOK BAHASAN
Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan-pokok bahasan
sebagai berikut yaitu :
Pokok Bahasan dan sub pokok bahasan:
1. Konsep pemeriksaan fisik alat kesehatan, uji fungsi alat
kesehatan dan kalibrasi alat kesehatan.
2. Langkah langkah pemeriksaan kondisi fisik, uji fungsi, dan
kalibrasi alat kesehatan:
a. Prosedur pemeriksaan kondisi fisik alat.
b. Prosedur penggunaan alat kesehatan.
c. Prosedur uji fungsi alat kesehatan.
d. Prosedur kalibrasi alat kesehatan.
3. Pemeriksaan kondisi fisik, uji fungsi, dan kalibrasi alat
kesehatan:
21. IV. BAHAN BELAJAR
1. Modul Pemeriksaan kondisi fisik, uji fungsi, dan kalibrasi alat
kesehatan di fasilitas yankes haji.
2. Petunjuk diskusi kelompok.
V. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Jumlah jam yang digunakan dalam modul ini adalah sebanyak 4 jam
pelajaran (T=2 jpl, P=2 jpl, PL= 0 jpl) @45 menit. Untuk
mempermudah proses pembelajaran dan meningkatkan partisipasi
seluruh perserta, maka perlu disusun langkah-langkah kegiatan
sebagai berikut :
Langkah 1. Penyiapan proses pembelajaran
1. Kegiatan Fasilitator
a. Fasilitator memulai kegiatan dengan melakukan bina suasana
dikelas.
b. Fasilitator menyampaikan salam dengan menyapa peserta
dengan ramah dan hangat.
c. Apabila belum pernah menyampaikan sesi di kelas mulailah
dengan memperkenalkan diri, Perkenalkan diri dengan
menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja, materi
yang akan disampaikan.
d. Menggali pendapat pembelajar (apersepsi) tentang kegiatan
pemeriksaan kondisi fisik, uji fungsi, dan kalibrasi alat kesehatan
pada fasilitan yankes haji dengan metode curah pendapat
(brainstorming).
e. Menyampaikan ruang lingkup bahasan dan tujuan pembelajaran
tentang materi konsepsi dasar pemeriksaan fisik dan uji fungsi
alat kesehatan, langkah langkah uji fungsi, prosedur
penggunaan alat kesehatan yang disampaikan dengan
menggunakan bahan tayang (slide power point).
22. 2. Kegiatan Peserta
a. Mempersiapkan diri dan alat tulis yang diperlukan.
b. Mengemukakan pendapat atas pertanyaan fasilitator.
c. Mendengar dan mencatat hal-hal yang dianggap penting.
d. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator bila ada hal-hal yang
belum jelas dan perlu diklarifikasi.
Langkah 2 : Review pokok bahasan
1. Kegiatan Fasilitator
a. Menyampaikan Pokok Bahasan dan sub pokok bahasan dari
materi awal sampai dengan materi terakhir secara garis besar
dalam waktu yang singkat.
b. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan
hal-hal yang masih belum jelas.
c. Memberikan jawaban jika ada pertanyaan yang diajukan oleh
peserta.
2. Kegiatan Peserta
a. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang dianggap
penting.
b. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator sesuai dengan
kesempatan yang diberikan.
c. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan fasilitator.
Langkah 3 : Pendalaman pokok bahasan.
1. Kegiatan Fasilitator
a. Memberikan bahan diskusi tentang permasalahan pemeriksaan
fisik dan uji fungsi alat kesehatan di fasilitas yankes haji.
b. Menugaskan peserta untuk berdiskusi membahas masalah
yang diberikan
c. Meminta peserta untuk menuliskan hasil dikusi untuk
dipresentasikan.
23. d. Mengamati peserta dan memberikan bimbingan pada proses
diskusi.
2. Kegiatan Peserta
a. Mendengar, mencatat dan bertanya terhadap hal-hal yang
kurang jelas kepada fasilitator.
b. Melakukan proses diskusi sesuai dengan pokok bahasan/sub
pokok bahasan yang ditugaskan fasilitator dan menuliskan hasil
dikusi pada kertas flipchart untuk dipresentasikan.
Langkah 4 : Penyajian dan pembahasan hasil pendalaman pokok
bahasan
1. Kegiatan Fasilitator
a. Dari masing-masing peserta diminta untuk melakukan presentasi
dari hasil diskusi yang telah dilakukan sebelumnya.
b. Memimpin proses tanggapan (tanya jawab)
c. Memberikan masukan-masukan dari hasil diskusi.
d. Memberikan klarifikasi dari pertanyaan-pertanyaan yang belum
dimengerti jawabannya.
e. Merangkum hasil diskusi
2. Kegiatan Peserta
a. Mengikuti proses penyajian kelas
b. Berperan aktif dalam proses tanya jawab yang dipimpin oleh
fasilitator
c. Bersama dengan fasilitator merangkum hasil presentasi dari
masing – masing pokok bahasan yang telah dipresentasikan
dengan baik.
Langkah 5: Rangkuman dan evaluasi hasil belajar
1. Kegiatan Fasilitator
a. Mengadakan evaluasi dengan melemparkan 3 pertanyaan
sesuai topik pokok bahasan secara acak kepada peserta.
24. b. Memperjelas jawaban peserta terhadap masing – masing
pertanyaan yang telah diajukan sebelumnya.
c. Bersama peserta merangkum poin-poin penting dari hasil proses
pembelajaran tentang pemeriksaan kondisi fisik, uji fungsi, dan
kalibrasi alat kesehatan di fasilitas yankes haji.
d. Membuat kesimpulan dapat dilakukan sendiri oleh fasilitator atau
secara bersama-sama dengan mengajak peserta untuk
menyimpulkan.
2. Kegiatan Peserta
a. Menjawab pertanyaan yang diajukan fasilitator.
b. Bersama fasilitator merangkum hasil proses pembelajaran
pemeriksaan kondisi fisik, uji fungsi, dan kalibrasi alat kesehatan
di fasilitas yankes haji.
VI. URAIAN MATERI
1. Konsep pemeriksaan fisik alat kesehatan, uji fungsi alat
kesehatan, dan kalibrasi alat kesehatan.
Pemeriksaan pada alat kesehatan dilakukan untuk mengetahui
adanya kondisi yang tidak diharapkan atau untuk melakukan
perencanaan pemeliharaan alat kesehatan. Pemeriksaan kondisi
fisik, uji fungsi, dan kalibrasi alat kesehatan merupakan bagian
dari upaya menjamin keselamatan penggunaan alat kesehatan
sehingga menjamin keselamatan pasien sebagai obyek
pemeriksaan maupun pengguna alat tersebut.
Tenaga Elektromedis memiliki kewenangan untuk melakukan
pemeriksaan fisik dan uji fungsi alat kesehatan yang digunakan di
sebuah fasilitas kesehatan saat alat baru diterima, setelah
dilakukan perbaikan maupun pada kegiatan pemeliharaan rutin.
Pemeriksaan kondisi fisik alat kesehatan meliputi kegiatan
memeriksa, mengecek ada atau tidaknya kerusakan pada bagian
fisik alat yang dapat secara langsung terlihat. Kerusakan dapat
25. berupa badan alat yang terkelupas catnya, penyok, bagian alat
patah atau rusak, kabel terkelupas atau putus, atau bagian alat
tidak pada tempat yang seharusnya.
Uji fungsi merupakan suatu kegiatan pengujian yang dilakukan
tanpa memberikan beban pada alat dengan cara mengaktifkan
alat dan mengecek fungsi fungsi yang terdapat pada alat tersebut
apakah dapat bekerja sesuai spesifikasinya atau tidak. Misalnya,
saat melakukan uji fungsi pada alat sterilisator maka tanpa
memasukkan benda yang akan disteril cukup mengecek apakah
lampu catu daya menyala, lampu indikator pemanas menyala, dan
timer berputar. Untuk dapat melakukan uji fungsi seorang tenaga
Elektromedis harus memiliki kemampuan memasang bagian
bagian alat secara benar dan paham prosedur penggunaan alat
yang akan diperiksa.
Kalibrasi sendiri adalah proses pengecekan dan pengaturan
akurasi dari alat kesehatan dengan cara membandingkan dengan
standar atau tolak ukur. Kalibrasi diperlukan untuk memastikan
hasil pengukuran atau pemeriksaan yang dilakukan alat
kesehatan tersebut akurat dan konsiten dengan instrumen
lainnya. Kalibrasi alat kesehatan dibagi menjadi 2 jenis kalibrasi
antara lain :
1. Kalibrasi Legal, adalah kalibrasi alat kesehatan yang dilakukan
untuk keperluan legalitas perijinan dan akreditasi dan dilakukan
minimal setahun 1 kali oleh institusi penguji kalibrasi terakreditasi
KAN (diakui secara nasional)
2. Kalibrasi Internal, adalah kalibrasi alat kesehatan yang dilakukan
secara berkala atau sewaktu-waktu dengan tujuan uji fungsi
performance alat, quality control dan verifikasi hasil pengukuran.
Yang dilakukan oleh teknisi vendor alat bersangkutan yang
bersertifikat ataupun teknisi elektromedis rumah sakit yang
bersertifikat.
26. 2. Langkah langkah pemeriksaan kondisi fisik, uji fungsi, dan
kalibrasi alat kesehatan.
a. Prosedur pemeriksaan kondisi fisik alat.
Berikut ini adalah prosedur pemeriksaan kondisi alat yang
harus dilakukan untuk menjamin alat laik pakai.
Prosedur Pemeriksaan Alat Kesehatan
Lulus Tidak
Lulus
keterangan
Kondisi Fisik Alat
Alat dalam kondisi bersih dan tidak
terkontaminasi.
Tidak ada kerusakan pada badan alat,
display, sambungan sambungan, roda
dan bagian lain.
Saklar dan tombol dapat digunakan dan
terhubung dengan benar.
Intensitas displai terang sesuai kondisi
ruangan.
Terdapat tanda penomoran, label dan
peringatan tentang alat.
Saluran masukan (inlet) dan selang
selang.
Kabel power, kabel asesoris dan charger.
Filter dan ventilasi udara bersih.
27. 1) Alat dalam kondisi bersih dan tidak terkontaminasi
Pastikan alat telah bersih sebelum digunakan oleh pasien,
periksa kembali kebersihan bagian luar alat. Jika terlihat
kotoran seperti bekas darah atau cairan lain, maka alat harus
dibersihkan sesuai petunjuk pabrik atau kebijakan rumah
sakit.
2) Tidak ada kerusakan pada badan alat, display, sambungan
sambungan,roda dan bagian lainnya.
Periksa seluruh kondisi fisik alat. Pastikan bagian luar alat
yang terbuat dari plastik terhubung dengan kuat dengan
komponen- komponen di dalamnya. Pegang bagian luar alat
dan pastikan tidak ada bagian yang retak atau terlepas.
Periksa laci laci dan tempat gantungan (bracket) dalam
posisi kuat. Periksa roda roda dan pastikan dapat berputar
dan bergerak sebagaimana seharusnya. Periksa fungsi rem
pada roda.
3) Saklar dan tombol dapat digunakan dan terhubung dengan
benar.
Pastikan seluruh saklar, tombol dan pengendali lain dapat
bekerja. Pastikan setiap tombol benar benar menunjukkan
kerja yang sesuai dengan penandaan pada panel kontrol.
4) Intensitas displai terang sesuai kondisi ruangan.
Pastikan seluruh lampu, LED dan display dapat terlihat
dengan pencahayaan di sekitar alat. Displai harus mudah
terbaca dalam kondisi pengoperasian normal.
5) Terdapat tanda penomoran, label dan peringatan tentang
alat.
Pastikan seluruh nomor kontrol, pelabelan alat, label
peringatan atau label lainnya dapat terbaca dengan mudah.
Pastikan stiker nomor kontrol dan pemeriksaan tidak
28. menutupi label peringatan atau pemberi tanda bahaya atau
informasi penting yang lainnya.
6) Saluran masukan (inlet) dan selang selang.
Periksa kondisi seluruh saluran dan selang selang. Pastikan
tidak ada bagian yang retak atau tertekuk. Periksa kondisi
keseluruhan sambungan sambungan. Cari kemungkinan
terjadinya kerusakan kerusakan seperti selang saling
menempel atau terlilit. Pastikan kembali seluruh sambungan
(konektor) terhubung dengan kuat.
7) Kabel power, kabel asesoris dan charger.
Periksa kondisi fisik kabel power. Lihat adanya kemungkinan
sayatan pada kabel, kabel terurai dan insulasi yang minim.
Periksa kondisi fisik steker, apakah tusuknya bengkok atau
hilang. Pastikan strain relief (pengaman kabel dari gaya tarik)
benar benar kontak dengan steker. Periksa kondisi fisik
kabel, cari kemungkinan terjadinya kabel terurai, lepas dan
tertekuk. Pastikan sambungan kabel benar benar bersih dan
bebas karat. Perhatikan juga jika ada asesoris sekali pakai
maka harus dibawah masa kadaluarsanya.
8) Filter dan ventilasi udara bersih.
Pastikan filter- filter telah terpasang. Perhatikan khusus pada
kipas pendingin. Bersihkan atau ganti filter jika diperlukan.
b. Prosedur penggunaan alat kesehatan.
Prosedur penggunaan alat tentu saja berbeda beda untuk setiap
jenis alat kesehatan yang akan digunakan. Prosedur
penggunaan atau pengoperasian alat tercantum pada setiap
buku petunjuk alat tersebut masing-masing. Bahkan meski untuk
jenis alat yang sama, namun berbeda tipe, prosedur
penggunaannya dapat saja berbeda. Namun secara garis besar
dapat dibuat prosedur sebagai berikut:
29. 1) Periksa penggunaan catu daya alat. Menggunakan batere
atau listrik jala jala.
2) Hubungkan kabel catu daya ke kotak kontak Jika dipilih
menggunakan listrik jala jala.
3) Pasang semua semua bagian alat beserta asesoris standar
nya.
4) Posisikan saklar utama pada posisi ON
5) Tentukan nilai semua setting alat yang diperlukan. Dimulai
dari nilai terkecil.
6) Lakukan pengoperasian susuai buku petunjuk masing
masing alat.
7) Setelah penggunaan selesai kembalikan saklar utama ke
posisi OFF
8) Lepaskan seluruh asesoris atau bagian alat yang tidak
perlu selalu terhubung dengan alat.
9) Lepaskan kembali kabel catudaya dari kotak kontak.
c. Prosedur uji fungsi alat kesehatan.
Prosedur uji fungsi secara umum dapat dilihat pada tabel di
bawah ini. Namun pada dasarnya prosedur uji fungsi alat harus
mengacu pada buku petunjuk penggunaan masing masing alat.
Prosedur Pemeriksaan Alat Kesehatan
Lulus Tidak
Lulus
keterangan
Uji Fungsi
Alat berfungsi sesuai spesifikasi pabrik
Alat dioperasikan menggunakan
catudaya baterai
Alarm audio berbunyi
30. Alarm visual memberikan tanda
Alarm Jarak memberikan tanda
Pengujian fungsi secara lengkap sesuai
dengan model alat
Prosedur Uji fungsi yang lengkap dilakukan berdasarkan buku
manual pengoperasian alat masing masing. Dalam buku
tersebut terdapat fungsi fungsi khusus bagian tertentu yang
harus bekerja secara spesifik. Penting sekali untuk
mengembalikan kondisi alat siap pakai: Setelah pengujian
selesai, semua kontrol harus dikembalikan pada kondisi seting
klinis semula. Kembalikan juga seluruh batas kerja alarm ke nilai
seting klinis yang telah ditetapkan semula. Atur volume suara
alarm hingga dapat terdengar jelas dalam kondisi lingkungan
kerja normal. Jika alat tidak dapat langsung segera kembali ke
kondisi awal, pastikan kabel power terhubung dengan jala jala
untuk memastikan baterai dalam kondisi pengisian (charge) dan
alat siap untuk digunakan.
d. Prosedur kalibrasi alat kesehatan.
1) Pelaksanaan Kalibrasi Alat Kesehatan
Dalam pelaksanaannya, kalibrasi dapat dilakukan dengan
cara membandingkan nilai terukur dengan nilai yang
diabadikan pada alat kesehatan. Kegiatan yang dilaksanakan
dalam kalibrasi alat kesehatan yaitu:
a) Pengukuran kondisi lingkungan.
b) Pemeriksaan kondisi fisik dan fungsi komponen alat
kesehatan.
c) Pengukuran keselamatan kerja.
31. d) Pengukuran kinerja sebelum dan setelah penyetelan atau
pemberian faktor kalibrasi sehingga nilai yang terukur
sesuai dengan nilai yang diabadikan pada bahan ukur.
2) Kriteria Alat Kesehatan Lulus Kalibrasi
Selain kriteria wajib kalibrasi, terdapat pula kriteria alat
kesehatan yang dinyatakan lulus kalibrasi sehingga layak
untuk digunakan. Kriteria tersebut adalah:
a) Penyimpangan hasil pengukuran dibandingkan dengan
nilai yang diabadikan pada alat kesehatan tersebut tidak
melebihi penyimpangan yang diijinkan.
b) Nilai hasil pengukuran keselamatan kerja berada dalam
nilai ambang batas yang diinjinkan.
3. Pemeriksaan kondisi fisik, uji fungsi, dan kalibrasi alat
kesehatan:
Berikut ini ada beberapa prosedur pemeriksaan alat kesehatan
yang terdapat dalam data yang dibuat PPIH elektromedis tahun
2015. Untuk melakukan uji fungsi dibutuhkan beberapa alat ukur
yang disesuaikan dengan jenis alat yang diperiksa. Contohnya uji
fungsi ECG memerlukan ECG analyzer, Defibrillator membutuhkan
Defibrillator analyzer, dll. Juga dibutuhkan alat ukur kelistrikan dan
keamanan listrik yang dapat berupa AVO meter, Ground tester,
Electrical Safety Analyzer.
32. a. Electrocardiograph
Prosedur Pemeriksaan Alat Kesehatan
Electrocardiograph
Lulus Tidak
Lulus
keterangan
Uji Fungsi
Pastikan alat bekerja menggunakan
baterai
Akurasi Detak jantung ± 5 %
Akurasi Amplitudo ± 5 %
Kecepatan perekaman ± 4 %
Isyarat Kertas (habis atau gangguan)
Fungsi alarm
b. Defibrillator
Prosedur Pemeriksaan Alat Kesehatan Defibrillator
Lulus Tidak
Lulus
keterangan
Uji Fungsi
Pastikan alat bekerja menggunakan
baterai
Kontinuitas Paddle ≤ 0.15 %
Akurasi Detak jantung ± 5 %
Kecepatan perekaman ± 4 %
Pastikan Alarm bekerja
Akurasi keluaran ± 5 %
Energi keluaran pada maksimum setting
untuk siklus 10 kali charge ± 5 %
Lama waktu Charge setelah siklus 10 kali
discharge kapasitor ≤15 detik
Energi setelah 60 detik fullcharge ≥ 85 %
Fungsi Internaal Discharge
Operasi Synchronizer ≤ 60 msec
33. Akurasi keluaran Pacer ± 10 %
Akurasi Laju Pacer ± 5 %
Sensitivitas mode Demand
Uji fungsi fungsi spesifik disesuaikan
dengan model alat
c. Syringe Pump
Prosedur Pemeriksaan Alat Kesehatan Syringe Pump
Lulus Tidak
Lulus
keterangan
Uji Fungsi
Pastikan alat bekerja menggunakan
baterai
Pole Clamp Berfungsi
Akurasi Flow rate ± 10 %
Akurasi Volume ± 10 %
Alarm KVO/ Infus selesai
Tekanan deteksi oklusi ± 1 psi
Piggyback Infus
Fungsi alarm
Uji fungsi lengkap spesifik sesuai model
alat
d. Infusion Pump
Prosedur Pemeriksaan Alat Kesehatan Infusion Pump
Lulus Tidak
Lulus
keterangan
Uji Fungsi
Pastikan alat bekerja menggunakan
baterai
Pole Clamp Berfungsi
Akurasi Flow rate ± 10 %
Akurasi Volume ± 10 %
Alarm KVO/ Infus selesai
Tekanan deteksi oklusi ± 1 psi
Piggyback Infus
Fungsi alarm
34. Uji fungsi lengkap spesifik sesuai model
alat
e. Vital Sign Monitor
Prosedur Pemeriksaan Alat Kesehatan Vital Sign Monitor
Lulus Tidak
Lulus
keterangan
Uji Fungsi
Pastikan alat bekerja menggunakan
baterai
Akurasi Heart rate ± 5 %
Akurasi Amplitude ± 5 %
Kecepatan perekaman ± 4 %
Akurasi Laju pernafasan ± 5 %
Uji kebocoran mmHg/min ≤ 15
Akurasi tekanan static ± 3 mmHg
Uji Pressure relief 330 mmHg
Akurasi Dynamic pressure 10mmHg
Auto interval time ± 10 %
Stop/Cancel/Deflate ≤ 10 sec
Akurasi SpO2 ± 3 %
Akurasi Invasive pressure ± 5 %
Akurasi Suhu Temperature ± 0.3 C
Fungsi alarm
Uji fungsi lengkap spesifik sesuai model
alat
f. Pulse Oximeter
Prosedur Pemeriksaan Alat Kesehatan Pulse Oximeter
Lulus Tidak
Lulus
keterangan
Uji Fungsi
Pastikan alat bekerja menggunakan
baterai
Akurasi Heart rate ± 5 %
Akurasi Volume ± 3 %
Pengoperasian perekaman
Fungsi alarm
Uji fungsi lengkap spesifik sesuai model
alat
35. g. Sphymomanometer
Prosedur Pemeriksaan Alat Kesehatan Sphygmomanometer
Lulus Tidak
Lulus
keterangan
Uji Fungsi
Gauge zero ± 1 mmHg
Uji kebocoran ≤ 15 mmHg/min
Akurasi Tekanan ± 3 mmHg
Uji fungsi lengkap spesifik sesuai model
alat
VII. RANGKUMAN
Pemeriksaan dan pengujian pada alat kesehatan sangat diperlukan
sebelum alat tersebut digunakan ke pasien. Tujuannya menjamin alat
bekerja dengan baik dan keselamatan bagi pasien, pengguna serta
orang di sekitarnya.
Prosedur pemeriksaan kondisi fisik alat kesehatan dapat digunakan
untuk semua jenis alat. Namun prosedur penggunaan dan uji fungsi
perlu mengacu pada buku petunjuk penggunaan pada masing masing
alat. Meski jenis alat namun berbeda tipe akan berbeda pula
pengujiannya.
VIII. LATIHAN SOAL
1. Jelaskan pengertian uji fungsi alat kesehatan.
2. Jelaskan prosedur pemeriksaan fisik alat kesehatan secara umum.
3. Jelaskan prosedur uji fungsi alat secara umum.
4. Jelaskan prosedur uji fungsi alat ECG rekorder.
5. Jelaskan alat ukur apa saja yang harus dipersiapkan untuk dapat
melakukan pemeriksaan fisik dan uji fungsi alat kesehatan?
36. IX. DAFTAR PUSTAKA :
1. ANSI/ AAMI, EQ89:2015 Guidance for the use of medicalequipment
maintenance strategies and procedures, 2015
2. Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana
Kesehatan, Pedoman Pengelolaan Peralatan Kesehatan di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan, 2015.
3. J. Tobey Clark,Medical Equipment Quality Assurance: Inspection
Program Development and Procedures, University Of Vermont,
USA, 2009.
X. LAMPIRAN :
Panduan diskusi
Seluruh peserta mendiskusikan hal-hal sebagai berikut :
1. Bagaimana pendapat masing masing peserta tentang alat yang ada
dalam tabel 2.1 Daftar alat kesehatan di KKHI Madinah tahun2019?
2. Apakah ada alat kesehatan yang terdapat di tabel 2.1 yang sulit
dilakukan uji fungsinya. Apa penyebabnya?
3. Apa yang harus dipersiapkan oleh peserta agar pengecekan fisik
dan uji fungsi dapat dilaksanakan untuk seluruh alat yang ada di
tabel 2.1?
4. Bagaimana seharusnya format formulir pengujian fisik dan uji fungsi
alat kesehatan?
Tabel 2.1 Daftar Alat Kesehatan Di KKHI Makkah Tahun 2019
No. Nama Alat Total
1 Auto Processing film 1
2 Autoclave 2
37. 3 Bed Side Monitor / Pasien Monitor 21
4 Blood Gases Analyzer 1
5 Centrifuge 1
6 Defibrillator 4
7 Digital thermometer 18
8 ECG 18
9 Electrolite Analyzer 1
10 Glucose meter 46
11 Hematology Analyzer 1
12 Infrared Lamp 2
13 Infus Pump 31
14 Lamp for Minor Surgery 3
15 Nebulizer 44
16 Photometer 2
17 Portable suction pump 56
18 Pulse Oximetry 45
19 Timbangan badan 3
20 Timbangan badan digital 5
21 Sterilization 1
22 Syringe Pump 27
23 Tensimeter Mercury 1
24 Tensimeter Anaeroid 23
25 Tensimeter Digital 57
26 Thermometer non contact 14
27 USG 3
38. 28 Ventilator 4
29 X-ray (Rontgen Unit portable) 1
30 Defibrillator automatic/AED 6
31 Oksigen Konsentrator 68
32 Dental Unit 1
33 Urine analyzer 1
34
Multi mon.sys. 3 in 1 (
glu,UA,Chol)
4
35 Laringoskop 7
36 Meja X-Ray 1
37 Bucky Stand Mobile 1
38 Vien Finder 5
39 Troponin Analyzer 1
40 Diagnostik Set THT 1
TOTAL 532
39. MODUL 7 – 8
PERBAIKAN DAN PEMELIHARAAN ALAT KESEHATAN DI FASILITAS
PELAYANAN KESEHATAN HAJI
I. DESKRIPSI SINGKAT
Peralatan kesehatan berfungsi amat penting sebagai penunjang
layanan kesehatan saat penyelenggaraan ibadah haji. Karenanya
setiap alat dituntut untuk dapat bekerja dengan baik. Meski kegagalan
kerja alat dapat saja terjadi kapan pun karena alat kesehatan yang
tersedia bukan alat yang berusia muda yang secara rutin digunakan
dan dipelihara.
Penggunaan alat kesehatan hanya di musim ibadah haji tentu
memberikan peluang terjadinya kegagalan kerja. Perbaikan alat
merupakan kegiatan yang harus dilakukan meski dengan segala
keterbatasan. Baik berupa alat kerja maupun suku cadang yang
dipersiapkan dari tanah air.
Dalam modul ini akan dibahas mengenai konsepsi dasar perbaikan
alat kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan haji. Semoga dengan
mempelajari modul ini para pembaca / peserta pelatihan mampu
meningkatkan wawasan dan ketrampilannya dalam perbaikan alat
kesehatan.
II. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan perbaikan
alat kesehatan di fasilitas kesehatan haji.
2. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah selesai pelatihan, peserta mampu:
1. Menjelaskan konsep perbaikan alat kesehatan.
2. Menjelaskan langkah-langkah perbaikan alat kesehatan.
40. 3. Melakukan perbaikan alat kesehatan.
III. POKOK BAHASAN
Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan-pokok bahasan
sebagai berikut yaitu :
Pokok Bahasan dan sub pokok bahasan:
1. Konsep perbaikan alat kesehatan di fasilitas kesehatan haji
a. Penggunaan alat ukur
b. Penggunaan alat bantu
c. Penggantian suku cadang.
2. Langkah langkah perbaikan alat kesehatan
3. Melakukan perbaikan alat kesehatan.
IV. BAHAN BELAJAR
1. Modul kerja sama tim.
2. Petunjuk diskusi kelompok.
V. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Jumlah jam yang digunakan dalam modul ini adalah sebanyak 3 jam
pelajaran (T= 1 jpl, P= 2 jpl, PL= 0 jpl) @45 menit. Untuk
mempermudah proses pembelajaran dan meningkatkan partisipasi
seluruh perserta, maka perlu disusun langkah-langkah kegiatan
sebagai berikut :
Langkah 1. Penyiapan proses pembelajaran
1. Kegiatan Fasilitator
a. Fasilitator memulai kegiatan dengan melakukan bina suasana
dikelas
b. Fasilitator menyampaikan salam dengan menyapa peserta
dengan ramah dan hangat.
c. Apabila belum pernah menyampaikan sesi di kelas mulailah
dengan memperkenalkan diri, Perkenalkan diri dengan
41. menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja, materi
yang akan disampaikan.
d. Menggali pendapat pembelajar (apersepsi) tentang Perbaikan
Alat kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan haji dengan
metode curah pendapat (brainstorming).
e. Menyampaikan ruang lingkup bahasan dan tujuan pembelajaran
tentang materi konsepsi dasar perbaikan alat kesehatan di
fasilitas kesehatan haji yang disampaikan dengan menggunakan
bahan tayang (slide power point).
2. Kegiatan Peserta
a. Mempersiapkan diri dan alat tulis yang diperlukan.
b. Mengemukakan pendapat atas pertanyaan fasilitator.
c. Mendengar dan mencatat hal-hal yang dianggap penting.
d. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator bila ada hal-hal yang
belum jelas dan perlu diklarifikasi.
Langkah 2 : Review pokok bahasan
1. Kegiatan Fasilitator
a. Menyampaikan Pokok Bahasan dan sub pokok bahasan dari
materi awal sampai dengan materi terakhir secara garis besar
dalam waktu yang singkat
b. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan
hal-hal yang masih belum jelas.
c. Memberikan jawaban jika ada pertanyaan yang diajukan oleh
peserta
2. Kegiatan Peserta
a. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang dianggap
penting.
b. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator sesuai dengan
kesempatan yang diberikan.
c. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan fasilitator.
42. Langkah 3 : Pendalaman pokok bahasan.
1. Kegiatan Fasilitator
a. Memberikan bahan diskusi tentang permasalahan perbaikan
alat kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan.
b. Menugaskan peserta untuk berdiskusi membahas masalah
yang diberikan.
c. Meminta peserta untuk menuliskan hasil dikusi untuk
dipresentasikan.
d. Mengamati peserta dan memberikan bimbingan pada proses
diskusi.
2. Kegiatan Peserta
a. Mendengar, mencatat dan bertanya terhadap hal-hal yang
kurang jelas kepada fasilitator.
b. Melakukan proses diskusi sesuai dengan pokok bahasan / sub
pokok bahasan yang ditugaskan fasilitator dan menuliskan hasil
dikusi pada kertas flipchart untuk dipresentasikan.
Langkah 4 : Penyajian dan pembahasan hasil pendalaman pokok
bahasan
1. Kegiatan Fasilitator
a. Dari masing-masing peserta diminta untuk melakukan presentasi
dari hasil diskusi yang telah dilakukan sebelumnya.
b. Memimpin proses tanggapan (tanyajawab).
c. Memberikan masukan-masukan dari hasil diskusi.
d. Memberikan klarifikasi dari pertanyaan-pertanyaan yang belum
dimengerti jawabannya.
e. Merangkum hasil diskusi.
2. Kegiatan Peserta
a. Mengikuti proses penyajian kelas
43. b. Berperan aktif dalam proses tanya jawab yang dipimpin oleh
fasilitator.
c. Bersama dengan fasilitator merangkum hasil presentasi dari
masing-masing pokok bahasan yang telah dipresentasikan
dengan baik.
Langkah 5 : Rangkuman dan evaluasi hasil belajar
1. Kegiatan Fasilitator
a. Mengadakan evaluasi dengan melemparkan 3 pertanyaan
sesuai topik pokok bahasan secara acak kepada peserta.
b. Memperjelas jawaban peserta terhadap masing – masing
pertanyaan yang telah diajukan sebelumnya.
c. Bersama peserta merangkum poin-poin penting dari hasil proses
pembelajaran tentang perbaikan alat kesehatan di fasilitas
pelayanan kesehatan haji.
d. Membuat kesimpulan dapat dilakukan sendiri oleh fasilitator atau
secara bersama-sama dengan mengajak peserta untuk
menyimpulkan.
2. Kegiatan Peserta
a. Menjawab pertanyaan yang diajukan fasilitator.
b. Bersama fasilitator merangkum hasil proses pembelajaran
perbaikan alat kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan haji.
VI. URAIAN MATERI
1. Konsep perbaikan alat kesehatan di fasilitas kesehatan haji
Perbaikan alat kesehatan di fasilitas kesehatan haji sering kali
harus dilakukan dengan segala keterbatasan karena kurangnya
persiapan dan data inventaris alat. Perbaikan adalah upaya untuk
mengembalikan fungsi kerja alat agar kembali optimal sesuai
spesifikasinya.
44. Berdasarkan tingkat kesulitan pengerjaannya perbaikan dapat
dikategorikan sebagai :
a. Perbaikan sederhana (trouble shooting)
Perbaikan yang berupa penggantian suku cadang sederhana
dengan di dahului pemeriksaan sederhana seperti masalah catu
daya, mampat atau bocornya saluran atau selang. Tindakan
perbaikan sederhana ini dapat dilakukan oleh penggguna alat
dan tenaga elektromedis.
b. Perbaikan sedang
Perbaikan sedang dilakukan oleh elektromedis atau teknisi alat
tersebut yang sudah dilatih oleh pabrik pembuatnya karena
membutuhkan pengetahuan khusus terhadap fungsi dan kerja
bagian bagian alat.
c. Perbaikan besar
Dapat berupa overhaul yaitu alat dibongkar secara
keseluruhan dan diganti bagian bagian nya. Tindakan ini
umumnya dilakukan oleh teknisi alat tersebut.
Perbaikan alat sering kali membutuhkan penggunaan alat ukur, alat
bantu dan suku cadang.
a. Penggunaan alat ukur.
Alat ukur biasa digunakan saat perbaikan alat untuk
mengetahui atau mengukur kondisi alat pada saat itu dan besar
penyimpangan yang terjadi. Alat ukur yang biasa digunakan
saat perbaikan adalah :
1) AVO meter
2) Electrical Safety Analyzer
3) Pressure meter
4) Thermohumidifier
5) Clamp Amperemeter
45. b. Penggunaan alat bantu.
Alat bantu yang digunakan pada kegiatan perbaikan alat
kesehatan dapat berupa apapun misalnya
1) Cairan deterjen
2) Kain lap
3) Tangga
4) Berbagai jenis tools seperti obeng, tang, gunting dll
5) Kawat dan lain-lain
c. Penggantian suku cadang.
Penggantian suku cadang seringkali dilakukan karena usia
komponen yang terbatas maupun kualitas komponen tersebut
rendah. Suku cadang yang direkomendasikan oleh pabrik
memiliki usia pakai tertentu yang terukur sehingga dapat
digunakan untuk merencanakan pemeliharaan rutin agar tidak
terjadi kegagalan kerja alat secara mendadak.
2. Langkah langkah perbaikan alat kesehatan.
Perbaikan dilakukan saat adanya laporan tentang kegagalan kerja
alat adapun langkah langkah perbaikan adalah sebagai berikut:
a. Kenali kegagalan kerja alat yang terjadi
b. Cari dan perhatikan bagian yang dicurigai rusak.
c. Gunakan alat ukur untuk mengetahui penyimpangan yang
terjadi.
d. Lakukan tindakan agar kerusakan alat tidak bertambah parah.
e. Ganti bagian yang rusak dengan suku cadang yang tersedia.
f. Apabila masih belum berfungsi dengan baik periksa kembali
dengan petunjuk buku pemeliharaan alat atau hubungi teknisi
alat.
46. 3. Melakukan perbaikan alat kesehatan
Berikut ini adalah beberapa tindakan perbaikan sederhana yang
dilakukan oleh tenaga elektromedis pada beberapa alat kesehatan
diantaranya adalah:
a. Autoclave dan sterilisator
Kegagalan
kerja/kerusakan
Kemungkinan
Penyebab
Tindakan yang dilakukan
1. Alat tidak panas Tidak ada daya
listrik pada
kabel power
Kerusakan Kabel
Listrik.
Elemen Pemanas
rusak
Periksa dan posisikan saklar
pada kondisi ON.
Ganti sekring alat dengan nilai
tegangan dan arus yang sesuai
jika putus atau terbakar.
Periksa tegangan masukan ke
alat. Sesuaikan dengan
tegangan yang dibutuhkan alat.
Hubungi pengelola gedung jika
Catudaya listrik tidak ada.
Periksa menggunakan Ohm
meter untuk mengecek adanya
kabel yang putus. Ganti jika
benar benar putus.
Ganti bila terjadi kerusakan.
2. Tekanan meningkat
diatas nilai yang
ditentukan
Katup tersumbat Bersihkan katup pengatur
tekanan, katup pengaman.
Saluran tekanan terisi me-
lampaui batas.
Lakukan pengujian autoclave
yang diisi hanya air saja.
3. Uap keluar terus
menerus.
Karet Seal
sudah lemah
Bersihkan katup dan lubang,
ganti jika sudah tidak baik
kondisinya.
Bersihkan seal atau gasket
yang bocor. Ganti jika rusak
4. Sengatan Listrik Kabel terkelupas Periksa pengkabelan pada alat.
Lakukan pemberian isolasi jika
terdapat bagian
terkelupas.
47. b. Elektrocardiograph
Kegagalan
kerja/kerusakan
Kemungkinan
Penyebab
Tindakan yang dilakukan
1.Terdapat artefak atau
gangguan pada gambar
ECG yang tercetak
Grounding tidak
sesuai
Lakukan pengujian
menggunakan catudaya
batere saja. Jika terdapat
perbaikan hasil berarti
masalah terdapat pada
system grounding. Ukur
Grounding ko-tak kontak.
Pindahkan catudaya alat ke
kotak kontak lain yang
memiliki nilai grounding yang
disyaratkan.
2. Terdapat artefak hanya
pada beberapa lead
perekaman saja
Kabel ECG tidak
terhubung dengan
baik ke elektroda
pada pasien
Periksa kabel pasien tersam-
bung dengan baik
menggunakan Ohm meter.
Ganti kabel jika ditemukan
ada bagian yang putus.
Periksa tanggal kadaluarsa
elektroda disposable yang
di- gunakan.
Periksa pemasangan
elektroda. Beri tambahan
jelly jika kulit pasien kering.
Periksa adanya kerusakan
pada elektroda di kaki,
tangan dan dada. Ganti jika
ada kerusakan.
3. Kertas tidak keluar Kesalahan
pemasangan
kertas
Baca kembali petunjuk
pemasangan kertas.
4. Hasil cetakan kotor dan
tidak seragam
Head printing
bermasalah
Atur kembali posisi atau
suhu head printing.
Bersihkan head printing
meng-gunakan head
cleaner. Jika tidak ada
perbaikan, ganti head
printing.
Periksa penggulung (roller)
ker-tas dan ganti jika sudah
tidak halus.
48. 5. Alat mati beberapa saat
jika menggunakan
catudaya batere
Masalah pada
batere atau
rangkaian
pengisian batere
Isi ulang batere selama se
malam.
Jika tidak ada perubahan,
ganti batere.
c. Lampu
Kegagalan
kerja/kerusakan
Kemungkinan
Penyebab
Tindakan yang dilakukan
1. Tidak terlihat cahaya
atau keadaan catu daya
ON
Tidak ada daya
pada soket
utama
Periksa posisi saklar catu
daya pada posisi ON.
Ganti fuse dengan nilai
tegangan dan arus yang
sesuai jika putus.
Batere mati
Lampu putus
Batere bocor
Kerusakan pada
kabel
Isi kembali atau ganti batere.
Ganti lampu dengan
tegangan (Volt) dan daya
(Watt) yang sesuai.
Lepaskan batere, bersihkan
terminal batere dang anti
dengan batere baru.
Cobakan kabel pada alat
yang lain.
2. Sekering/lampu selalu
meledak
Sekering
lampu
ukuran
atau
salah
Ganti dengan ukuran yang
sesuai.
3. Cahaya tidak terlalu
terang
Kotor pada
lensa atau bola
lampu.
Catu daya
lemah
Ukuran lampu
salah
Pengaturan lampu
tidak berfungsi
Bersihkan dengan kapas
bersih dan kering.
Periksa hubungan catudaya
atau ganti batere.
Periksa kesuaian ukuran
lampu.
Periksa komponen
pengendali cahaya lampu
4. Sengatan Listrik Kerusakan pada
kabel
Hubungi teknisi alat
49. d. Nebulizer
Kegagalan
kerja/kerusakan
Kemungkinan
Penyebab
Tindakan yang dilakukan
1. Alat tidak bekerja Tidak ada daya
listrik pada soket
utama
Kerusakan pada
kabel listrik
Periksa saklar catu daya pada
posisi ON
Ganti sekering dengan ukuran
tegangan dan arus yang sesuai
jika putus.
Cobakan kabel pada alat lain. Jika
tidak juga berfungsi,
ganti kabel.
2. Alat bekerja
namun tidak ada aliran
atau aliran kecil
Filter tersumbat
Selang tertekuk
atau chamber
nebulizer/mouth-
piece tersumbat
Selang pompa
tampak lusuh
Kompressor
(sumber udara)
bocor atau rusak
Bersihkan filter
Sambungkan selang dengan
benar, bersihkan chamber/
mouthpiece
Ganti selang
Ganti bahan yang
menghalangikeluarnya
udara.
3. Jumlah kabut
sedikit
Pengaturan
keluaran tidak
bekerja baik.
Atur keluaran seperti yang diminta
oleh buku manual pengguna.
Mouthpiece rusak Ganti mouthpiece
4. Sengatan listrik
atau sekring
sering putus
Kesalahan
pengkabelan
Dirujuk pada teknisi alat
50. e. Oksigen Konsentrator
Kegagalan
kerja/kerusakan
Kemungkinan
Penyebab
Tindakan yang dilakukan
1. Alat tidak
bekerja, suara
alarm “tidak ada
catu daya”
berbunyi.
Tidak ada catu
daya dari soket
utama
Periksa saklar catu daya pada
posisi ON dan kabel sudah masuk.
Ganti sekering dengan ukuran
tegangan dan arus yang sesuai
jika putus.
Pemutus rang-
kaian (circuit
breaker) di set
OFF
Tekan tombol reset jika ada.
Kerusakan pada
kabel listrik
Cobakan kabel pada alat lain.
Jika tidak juga berfungsi,
ganti kabel.
2. Alat tidak bekerja
tetapi tidak ada
suara alarm
“tidak ada catu
daya”
Batere
mati
alarm Ganti batere dan
pengujian di atas
lakukan
3. Tidak ada aliran
oksigen
Aliran tidak ada
Selang tidak
terhubung kuat.
Air atau bahan
lain terdapat
dalam selang
oksigen.
Flowmeter atau
botol humidifier
tersumbat
Letakkan selang dalam air dan
perhatikan adanya gelembung.
Jika gelembung keluar tetap,
artinya gas benar benar mengalir.
Periksa hubungan selang dan
konektor, pastikan posisinya tepat
dan mengunci kuat.
Lepaskan selang, keluarkan
bahan tersebut, dan
keringkan sebelum dipasang
kembali.
Ganti botol/meter
51. 4. Lampu suhu atau
alarm oksigen rendah
ON
Alat menjadi
panas atau
terhalangi
Hilangkan penyebab yang
menghalangi udara masuk seperti
dinding, sprei, tirai dll. Bersihkan
filter. Matikan alat, gunakan
system oksigen stand by. Aktifkan
alat
kembali setelah 30 menit.
f. Tabung silinder Oksigen dan Flowmeter
Kegagalan
kerja/kerusakan
Kemungkinan
Penyebab
Tindakan yang dilakukan
1. Tidak ada oksigen
mengalir.
Tabung kosong. Ganti dengan tabung baru
Tuas flowmeter
atau katup
tabung di posisi
tertutup.
Buka katup dan periksa flowmeter
mengukur aliran udara yang
keluar.
Regulator rusak Tutup seluruh katup dan ganti
regulator.
2. Kebocoran
diketahui
posisinya.
tidak Kebocoran sangat
kecil untuk terde-
ngar
Berikan cairan deterjen (bukan
sabun yang mengandung minyak)
pada sambungan sambungan.
Gelembung akan
menunjukkan bagian yang
bocor. Bersihkan dari sabun
atau ganti jika perlu dan
kencangkan sambungan tersebut
3. Kebocoran pada
silinder atau flow-
meter
Silinder tidak
tersambung
dengan regulator
tekanan secara
tepat.
Kencangkan semua dudukan
sambungan.
52. 4.Bola Flowmeter
tidak bergerak
tetapi aliran
oksigen ada
Flowmeter rusak Tutup seluruh katup, lepaskan flow
meter dan bersihkan bagian
dalamnya. PAsangkan kembali
dan diujikan. Jika masih
bermasalah, ganti flowmeter.
5. Pressure Gauge
tidak menunjukkan
tekanan meski ada
aliran oksigen.
Pressure gauge
rusak
Diganti.
g. Pulse Oximetri
Kegagalan
kerja/kerusakan
Kemungkinan
Penyebab
Tindakan yang dilakukan
1. Alat tidak bekerja Tidak ada
catudaya pada
soket utama.
Batere (jika ada)
discharge.
Periksa saklar catu daya pada
posisi ON dan kabel sudah masuk.
Ganti sekring dengan ukuran
tegangan dan arus yang sesuai
jika putus.
Recharge atau ganti batere
2.SpO2
atau
Pulse rate tidak
terdisplai atau tidak
stabil
Probe tidak
terpasang dengan
baik
Probe tidak dapat
membaca karena
kotoran atau cat
kutek dll
SpO2 pasien
terlalu rendah
terukur
Pasangkan probe
ke kabelnya dengan tepat.
Hilangkan kotoran, cat kutek,
minyak dll lalu bersihkan probe.
Ganti posisi penematan
probe.Perlu pemeriksaan klinis
lebih lanjut terhadap
pasien.
3. Pada display
tampil “Probe Off”.
Probe tidak
terpasang dengan
benar.
Tempelkan sensor.
4. Alarm berbunyi
terus berbunyi
Batas alarm diatur
terlalu rendah atau
terlalu tinggi.
Atur batas yang paling
sesuai.
53. Catu daya
terputus
Pasang kembali kabel power
h. Suction Pump dan Aspirator
Kegagalan
kerja/kerusakan
Kemungkinan
Penyebab
Tindakan yang dilakukan
1. Mesin Tidak
bekerja
Tidak ada catu
daya dari soket
utama.
Sekring putus
Periksa saklar catu daya pada
posisi ON dan kabel sudah
masuk. Ganti sekering dengan
ukuran tegangan dan arus yang
sesuai jika putus.
Periksa adanya bocor atau
kawat yang menyebabkan
sekring putus dan perbaiki. Ganti
sekring dengan nilai yang
sesuai. Alat diuji operasikan
kembali.
2. Aliran cairan sangat
kecil, pressure gauge
rendah
Bocor pada
selang/ segel/
botol atau terlepas.
Katup keluaran
udara tersumbat.
Katup pengendali
macet.
Tutup selang lain dengan
ditekuk. Jika nilai tekanan naik
berarti daerah yang bocor sudah
dilewati. Ganti selang atau segel
yang rusak.
Bersihkan katup keluaran.
Gerakkan katup pengendali
hingga jangkauan maksimal. Jika
masih macet diganti.
3. Aliran cairan sangat
kecil, pressure gauge
tinggi.
Filter selang
tersumbat
atau
Lepaskan masing masing selang
sat per satu. Jika aliran udara
berhenti, berarti terdapat
sumbatan. Ganti
filter atau bersihkan selang.
i. Ultrasonography
54. Kegagalan
kerja/kerusakan
Kemungkinan
Penyebab
Tindakan yang dilakukan
1. Alat tidak bekerja. Tidak ada catu
daya dari soket
utama.
Periksa saklar catu daya pada
posisi ON dan kabel sudah masuk.
Ganti sekering dengan ukuran
tegangan dan
arus yang sesuai jika putus.
2.Kepala probe rusak
atau berisik
Kerusakan pada
bagian dalam
probe
Ganti probe.
VII. RANGKUMAN
Perbaikan alat kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan haji tetap
dilakukan dengan mematuhi prosedur perbaikan alat kesehatan. Saat
melakukan perbaikan sering dibutuhkan juga alat ukur, alat bantu dan
suku cadang. Perbaikan sederhana dapat dilakukan tanpa bantuan
teknisi alat. Namun kerusakan yang rumit membutuhkan keahlian
khusus dari teknisi terlatih perusahaan penjual alat tersebut.
VIII. LATIHAN SOAL
1. Jelaskan jenis-jenis perbaikan berdasarkan tingkat kesulitan
pengerjaannya.
2. Jelaskan macam macam perbaikan yang dapat dilakukan pada alat
suction pump.
3. Sebutkan beberapa contoh alat bantu perbaikan.
4. Jelaskan macam macam perbaikan yang dapat dilakukan pada
lampu pemeriksaan.
5. Jelaskan prosedur perbaikan alat kesehatan.
55. IX. DAFTAR PUSTAKA :
1. Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana
Kesehatan, Pedoman PengelolaanPeralatan Kesehatan di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan, 2015.
2. Kemenkes, Permenkes Nomor 1190/MENKES/PER/VIII/2010
Tentang Penyaluran Alat Kesehatan, 2010
3. WHO, Core Medical Equipment, 2011.
4. WHO Medical device technical series, Introduction to medical
Equipment inventory management, 2011
X. LAMPIRAN :
1. Panduan diskusi kelompok
Seluruh peserta mendiskusikan hal-hal sebagai berikut :
a. Bagaimana pendapat masing masing peserta tentang data yang
di tampilkan pada tabel 5.1 Daftar Alat Kesehatan di KKHI
Mekkah tahun 2019 jika dikaitkan dengan perbaikan alat
kesehatan?
b. Apa yang harus dilakukan oleh peserta agar dapat
melaksanakan kegiatan perbaikan ?
c. Suku cadang apa saja yang harus dipersiapkan agar kegiatan
perbaikan dapat terlaksana?
Tabel 5.1 Daftar Alat Kesehatan Di KKHI Makkah Tahun 2019
No. Nama Alat Total
1 Auto Processing film 1
56. 2 Autoclave 2
3 Bed Side Monitor / Pasien Monitor 21
4 Blood Gases Analyzer 1
5 Centrifuge 1
6 Defibrillator 4
7 Digital thermometer 18
8 ECG 18
9 Electrolite Analyzer 1
10 Glucose meter 46
11 Hematology Analyzer 1
12 Infrared Lamp 2
13 Infus Pump 31
14 Lamp for Minor Surgery 3
15 Nebulizer 44
16 Photometer 2
17 Portable suction pump 56
18 Pulse Oximetry 45
19 Timbangan badan 3
20 Timbangan badan digital 5
21 Sterilization 1
22 Syringe Pump 27
23 Tensimeter Mercury 1
24 Tensimeter Anaeroid 23
25 Tensimeter Digital 57
26 Thermometer non contact 14
57. 27 USG 3
28 Ventilator 4
29 X-ray (Rontgen Unit portable) 1
30 Defibrillator automatic/AED 6
31 Oksigen Konsentrator 68
32 Dental Unit 1
33 Urine analyzer 1
34
Multi mon.sys. 3 in 1 (
glu,UA,Chol)
4
35 Laringoskop 7
36 Meja X-Ray 1
37 Bucky Stand Mobile 1
38 Vien Finder 5
39 Troponin Analyzer 1
40 Diagnostik Set THT 1
TOTAL 532