SlideShare a Scribd company logo
1 of 41
Download to read offline
Seffope 2016
1 ETABS – Fernao Soares Reis
BAB 1
STRUKTUR GEDUNG BERATURAN
Contoh Perhitungan
Struktur Gedung Beraturan
Pada pembahasan ini akan diberikan contoh perhitungan struktur gedung beraturan. Untuk
kesederhanaan perhitungan, denah balok, Pelat, kolom dan pondasi serta ukuran dimensi diangap
tipikal. Bangunan diasumsikan berlokasi di Dili, yang termasuk wilayah gempa 5 berdasar SNI
03.1726-2003. Gambar 1, dan berada pada lapisan tanah lunak.
Denah lantai dan elevasi lantai bisa dilihat pada gambar 1.1. jenis struktur ini adalah struktur
gedung beraturan karena telah memenuhi syarat-syarat SNI 03.1726-2003 pasal 4.2.1.
Kolom – kolom paling bawah dijepit penuh. Untuk menumpu beban dari kolom tersebut
digunakan pondasi Footplat.
Gedung ini terdiri dari 4 Lantai. Selangjutnya bangunan direncakan sebagai sistem pemikul
momen menengah (SRPMM). Artinya Gedung ini harus memnuhi SNI 03-2847-2002.pasal 3
sampai dengan 20, pasal 23.2.2.3, dan pasal 23.10.
Data- data desain
- Mutu Bahan :
fc’ = 25 Mpa
fy = 400 Mpa (Tulangan Lentur)Ø< 12
fy = 240 Mpa (Tulangan Geser) D > 13
Ec = 23500 Mpa
- Lokasi Bangunan : Dili
- Jenis Tanah : Lunak
- Kategori Gedung : Perkantoran
- Tinggi tiap lantai : 3 m
- Beban Beban lainnya : (PPIUG 1983 Tabel 1)
 Beban Hidup (LL) :
Seffope 2016
2 ETABS – Fernao Soares Reis
Lantai 1-3 (Perkantoran) : 250 kg/m2
Lantai 4 (Atap) : 100 kg/m2
 Beban Mati :
Berat sendiri komponen struktur (DL) sudah dihitung secara otomastis oleh ETABS
berdasarkan input data dimensi dan karateristik material yang direncanakan.
 Beban Mati tambahan (DL), antara lain sebagai berikut:
Dinding Bata = 250 kg/m2
Keramik = 24 kg/m2
Plesteran (2,5 cm) = 53 kg/m2
Beban M/E = 25 kg/m2
Beban Plafond = 18 kg/m2
Sehinga beban – beban gravitasi tersebut dapat dirangkum untuk masing – masing lantai berikut :
Lantai 1- 3 :
Beban Hidup = 250 kg/m2 (Perkantoran)
Beban mati tambahan
Plesteran (2,5 cm) = 53 kg/m2
Keramik = 24 kg/m2
M/E = 25 kg/m2
Plafond = 18 kg/m2
Total = 120 kg/m2
Lantai 4 :
Beban Hidup = 100 kg/m2 (Atap)
Beban Mati Tambahan :
Plesteran (2,5 cm) = 53 kg/m2
M/E = 25 kg/m2
Plafond = 18 kg/m2
Total = 96 kg/m2
Seffope 2016
3 ETABS – Fernao Soares Reis
Dimensi :
Tebal Pelat Lantai = 120 mm
Balok = 300x500 mm
Kolom = 500x500 mm
Gambar 2.1. Denah dan Elevasi Rencana Gedung
Seffope 2016
4 ETABS – Fernao Soares Reis
BAB 2
PEMODELAN STRUKTUR
2.1. PEMBUATAN MODEL
Buka Program ETBAS, sebagai langkah awal sebaiknya pilih dulu jenis satuan yang akan
dipergunakan. Hal ini hanya untuk kemudahan saja, walaupun nanti tetap dapat berubah sewaktu-
waktu. Namun satuan ini akan menjadi standart (Default) bagi ETBAS untuk melakukan analisis.
Untuk pembuatan model saat ini gunakan satuan kg.cm (Untuk Kemudahan), Satuan yang
digunakan dapat dirubah setiap saat.
Pilih new model, kemudian akan muncul pop up (New model Initalization), pilih option No untuk
membuat model baru tampa mengambil dari file ETBAS yang sudah ada pada komputer.
Gambar 2.2. Permulaan Permbuatan Model Baru
Akan Muncul form seperti gambar 2.2. form tersebut adalah untuk menentukan denah awal,
ukuran – ukuran as bangunan, jumlah bentang tinggi tiap lantai, dll. Isi form tersebut sesuai
dengan rencana bangunan.
Seffope 2016
5 ETABS – Fernao Soares Reis
Untuk mengatur ukuran as bangunan, jarak bentang, pilih coustom Grid Spacing. Atur Grid ID,
Ordinate, sesuai dengan denah struktur yang akan dihitung (seperti pada gambar 2.1)
Line Type Visibilty, Buble Loc dan Grid Color dapat diatur sesuai dengan keinginan. Setelah
pengaturan Grid Data selesai, tekan OK unutk kembali pada Building Plan Grid System and
StoryData Definition. Kemudian Tekan OK untuk menentukan data yang lainnya.
Gambar 2.3. Pengaturan Grid Bangunan
Gambar 2.3. Input Grid Bangunan
Seffope 2016
6 ETABS – Fernao Soares Reis
Pada Simple Story Data isi jumlah lantai dan ketingiannya. Pilih Custom Story Data untuk
mengetahui elevasi lantai, menentukan nama lantai pada struktur, atau untuk menentukan apakah
suatu lantai typical atau sama dengan lantai yang lain, kemudian tekan OK untuk menutup form.
2.2. INPUT DATA MATERIAL.
Langkah selangjutnya adalah menentukan material properties, seperti yang telah disebutkan pada
data – data desain. Sebelumnya ganti satuan pada layar ujung kanan bawah menjadi N.mm
Pilih menu Defaine , material properties. Unutk memasukan data data dari beton, pilih CONC,
Mofify/Show material. Masukan data data beton sesuai dengan desain.
Untuk mass per unit volume dan weight per unit volume biasanya defaultnya sudah sesuai.
Berat = 9,81 (Percepatan gravitasi ) x Massa Beton ( 2400 kg/m3)
Modulus elastisitas beton dapat dihitung berdasarkan rumus beton Normal yaitu = 4700 (fc’)^0,5
dengan , 4700x(25(^0,5 = 23500 Mpa= N.mm
Selangjutnya untuk nilai fy dan fys masing-masing adalah 400 Mpa dan 240 Mpa yang telah
direncanakan.
Kemudian tekan OK dua kali unutk keluar.
Gambar 2.4 Input Data Material.
Seffope 2016
7 ETABS – Fernao Soares Reis
2.3. Imput Data Dimensi Balok dan Kolom
Langkah pertama sebelum memasukan data dimensi balok dan kolom tentu saja adalah
menentukan rencana dimensi balok dan kolom. Hal ini dapat ditentukan pada penjelasan berikut.
Dimensi Balok
Perencanaan pada balok yang dicetak menjadi satu kesatuan monolit dengan pelat lantai atau
atap, didasarkan pada angapan antara pelat dengan balok terjadi interkasi saat menahan momen
lentur positif yang bekerja pada balok oleh karena itu balok dinamakan balok T.
Langkah selanjutnya adalah memasukan data dimensi balok tersebut pada ETBAS. Caranya
adalah pilih menu define, frame section. Untuk imput data balok T., Pada pilihan Add /I Wide
Flange pilih add tee untuk memasukan ukuran balok T. seperti pada gambar 2.6. Input data
Balok dan Kolom.
Gambar 2.6. Input Data Balok Dan Kolom
HT = 120 mm
BW = 300 mm
mm
HW = 380 mm
mm
Be = 1060 mm
mm
Gambar 2.5 Ukuran Balok T
Seffope 2016
8 ETABS – Fernao Soares Reis
Pada Imput data Balok T, setelah klik tee akan keluar form seperti pada gambar 2.7. sebagai
berikut.
Hatama Gambar2.7. Input Data Balok T
Masukan Data ukuran balok T seperti pada gambar 2.5. diatas pada ETBAS.
Outside Stem (t3) sebagai Ukuran tinggi balok T (Ht+Hw)
Outside Flange (t2) sebagai lebar efektif balok (Be)]
Flange thikness (st) Sebagai tebal pelat (Ht)
Stem Thikness (tw) Sebagai Lebar Balok (Bw)
Beri nama komponen struktur yang akan didifinisikan, rubah jenis material yang dipakai untuk
balok menjadi concrete.
Seffope 2016
9 ETABS – Fernao Soares Reis
Dimensi Kolom
Untuk input data kolom, setelah Klik Add Rectangular, maka muncul form seperti pada
gambar2.8.
Hatama Gambar 2.8. Input Data Kolom
Beri nama komponen struktur yang akan didifinisikan, rubah jenis material yang dipakai untuk
balok menjadi concrete. Masukan ukuran kolom b = t2= 500 mm dan h = t3 = 500 mm.
Untuk menentukan jenis frame sebagai balok atau kolom, klil pada reinfordement, kemudian
pilih type sebagai balok atau kolom, seperti pada gambar 2.9.
Gambar 2.9. Input Data data Tulangan Balok
Seffope 2016
10 ETABS – Fernao Soares Reis
Selimut beton di tentukan 50 mm dengan menganti ukuran Cover to Rebar Center/Concrete
Cover to Rebar Center. Apabila frame yang akan dimasukan datanya adalah kolom maka, Frame
yang akan muncul adalah seperti pada gambar 2.10
Gambar 2.10. Input Data data Tulangan Kolom
Khusus pada input data kolom, pilih jenis tulangan yang akan dipakai (Spiral atau tulangan
Tegak). Isi selimut beton 50 mm pada rectangular Reinforcement, Cover to Rebar Center, pada
pada bagian paling bawah pilih reinforcement to be Designed agar ETBAS memberikan nilai luas
tulangan yang nanti diperlukan. Klik OK dan kembali ke Add Rectangular lagi untuk memasukan
data frame yang lain, Seperti cara sebelumnya.
Langkah selanjutnya adalah memasukan nilai faktor retak sepanjang bentangan komponen
struktur dan pengaruh durasi beban, Masih pada menu define frame property pada langkah yang
di jelaskan diatas, seperti yang tampak pada gambar 2.8. di bawah property modifier. Maka akan
muncul pop up seperti pada gambar 2.11
Seffope 2016
11 ETABS – Fernao Soares Reis
Gambar 2. 11. Input Set modifier balok T dan kolom
Pada property modifier, masukan data momen of inertia about 2 axis dan momen of inertia about
3 axis. Untuk data balok dan kolom angka 0.7 pada dua item tersebut. Hal ini karena balok
diasumsikan sebagai balok T. Sehinga momen inersia balok T dua kali lipat momen inersia balok
persegi.
Notes : Bila sudah selesai langkah ini, ada baiknya prpoerti lain yang tidak dibutuhkan dihapus,
Bila tidak maka property tersebut akan ikut tercetak pada input data kolom dan balok.
2.3. INPUT DATA PELAT
Untuk mendifinisikan ukuran pelat pada ETBAS, pilih menu define, Wall/Slab/Deck section,
akan muncul form seperti pada gambar 2.11.
Hatama Gambar 2.11. input data Pelat.
Seffope 2016
12 ETABS – Fernao Soares Reis
Klik pada Add New Deck, dan pilih Add New Slab untuk input data pelat yang baru. Akan muncul
form seperti pada gambar. 2.12.
Hatama 2.12 Gambar Input Property Pelat.
Beri nama pelat yang akan dipakai, ganti ganti material yang akan dipakai pelat. Dengan
Concrete dan ganti ukuran pelat sesuai dengan perencanaan.
Seperti pada balok dan kolom Pelat juga harus memenuhi SNI 03-2847-2002 pasal 12.11.1.Untuk
itu klik pada set modifier seperti pada gambar 2.12 dan ganti ke enam data dengan nilai 0.25
seperti pada gambar 2.13.
Hatama Gambar 2.13. Input Set Modifier Pelat
Seffope 2016
13 ETABS – Fernao Soares Reis
2.4. DENAH BALOK, KOLOM DAN PELAT
Setelah semua data material yang dipakai sudah didefinisikan, langkah selanjutnya adalah
mengambarkan letak balok, koom dan Pelat sesuai dengan denah yang diberikan .
Mengambar Kolom
Untuk memulai mengambar kolom dilakukan dengan cara pilih menu Draw, Draw Line Objects,
Great Columns in Region or at Click akan muncul seperti yang terlihat pada gambar 2.14.
Gambar 2. 14. Pilihan Jenis Properti
Klik satu kali pada letak titik kolom sesuai dengan gambar denah rencana, setelah menyelesaikan
gambar kolom , Klik Toolbar untuk keluar.
Mengambar Balok
Untuk mengambar balok dilakukan dengan cara pilih menu Draw, Draw Line Objects, Draw
Lines. akan muncul seperti yang terlihat pada gambar 2.15.
Gambar 2.15. Property Of Object
Klik satu kali pada letak titik ujung awal balok dan klik lagi ujung akhir balok. Lakukan sesuai
dengan gambar denah rencana, setelah menyelesaikan gambar kolom , Klik Toolbar untuk
keluar.
Mengambar Pelat
Mengambar pelat dilakukan dengan cara pilih menu Draw, Draw Area Object. Properties of
object seperti pada gambar 2.16. akan muncul untuk memberikan pilihan nama pelat yang akan
digambar pada baris Property.
Seffope 2016
14 ETABS – Fernao Soares Reis
Hatama Gambar 2.16. Pilihan Jenis Properti Pelat
Setelah selesai mengamabr Klik Toolbar untuk keluar.
2.5.JENIS PERLETAN/RESTRAINT/SUPPORT
Restraint/Support untuk menentukan kenis perletakan pada bagian struktur. Pada contoh
perhitungan ini kolom pada bagian bawah terjepit penuh. Hal ini tergantung dari asumsi masing
masing perencana. Prinsipnya, bila kolom ditentukan terjepit maka pada kolom bawah akan
menhasilkan momen akibat gaya– gaya yang bekerja. Konsekuensinya adalah harus
memperhitungkan struktur bawah dalam hal ini adalah Pondasi Foot Plat yang harus dapat
menahan beban momen tersebut.
Paka lantai Base klik semua ujung bawah kolom, klik menu assign, Joint/Point,
Restraints/Support, Pilih Jenis Support Jepit seperti pada gambar 2.17. (Bisa menahan translasi
dan rotasi pada semua arah). Klik OK untuk Keluar.
Hatama Gambar 2.17. Jenis Support.
Seffope 2016
15 ETABS – Fernao Soares Reis
2.6. INPUT BEBAN MATI DAN BEBAN HIDUP PADA PELAT DAN BALOK
Untuk menentukan beban – beban yang bekerja yang bekerja pada pelat (Beban hidup dan beban
mati tambahan), pilih keseluruhan pelat pada lantai yang mempunya beban yang sama.
Pada contoh kali ini lantai 1-3 mempunya beban Hidup dan beban mati tambahan yang sama,
Klik semua pelat pada lantai 1 – 3 kemudia pilih menu Assign, Shel/Area Loads, Uniform. Pilih
Loads Case Name, Dead, Satuan difganti dengan kg.m. isi Uniform Load dengan 120 (Beban
mati tambahan DL = 120 Kg/m2). Pilih arah beban sesuai gaya gravitasi. Klik OK untuk keluar.
Untuk memasukan beban Hidup LL maka langkah langkah sama dengan memasukan beban mati,
hanya diganti Live pada Load Case Name.Seperti pada gambar 2.18.
Untuk memasukan beban pada lantai 4 (Atap) sama dengan langkah – langkah memasukan beban
pada lantai 1-3.
Gambar 2.18. Menentukan beban pelat lantai
Untuk menentukan beban-beban yang bekerja pada balok(Beban dinding bata diasumsikan hanya
terdapat pada balok di tepi bangunan dan bekerja pada balok), Pilih semua balok tepi dari lantai
1-3. Pilih menu Assign, Frame/Line Loads, Distributed, Maka akan muncul Pop up Seperti pada
gamabar 2.19. Pilih Load Case Name dengan Dead, Satuan diganti dengan kg.m. isi Uniform
Load Pada Ujung kiri bawah dengan 625. Klik OK untuk keluar.
Keterangan :
Tinggi Antara Kolom = 3 m
Tinggi Balok = 0.5 m Beban dinding = (3-0.5) . 250 = 625 kg/m’
Seffope 2016
16 ETABS – Fernao Soares Reis
Gambar 2.19. Menentukan Beban Balok
2.7. INPUT BEBAN GEMPA RENCANA
2.7.1. Reduksi beban hidup
PPIUG 1983 pasal 3.5.1
Peluang untuk tercapainya suatu prosentase tertentu dari bahan hidup yang membebani
stuktur pemikul suatu gedung selama umur gedung tersebut bergantung pada bagian atau unsur
struktur yang titinjau dan bergantung pula pada pengunaan pada gedung itu dan untuk apa beban
tersebut ditinjau.
Berhubung peluan untuk terjanya beban penuh yang membebani semua bagian dan semua
unsur struktur pemikul secara serempak selama umur gedung tersebut adalah sangat kecil, maka
bebang hidup tersebut dapat dianggap tidak efektif sepenunya sehinga beban hidup terbagi rata
dapat dikalikan dengan suatu koefisien reduksi.
Tabel 3.3 menentukan koefisien reduksi beban hidup untuk peninjauan gempa, dimana
fungsi gedung adalah untuk perkantoran adalah sebesar 0,30.
Untuk memasukan fator 0,3 tersebut pilih menu define, mass source, pada bagian mass
definition pilih from loads.
Pada bagian di bawah pilih beban dead dan isi nilai multiplier 1. Sedankan untuk beban
live 0.3. Klik Ok.
Seffope 2016
17 ETABS – Fernao Soares Reis
Gambar2.20. Imput Faktor Reduksi Beban Hidup Untuk Gempa.
PPIUG 1983 pasal 3.5.4
Pada perencanaan unsur-unsur vertikal seperti kolom yang memikul beberapa lantai
tingkat, maka untuk perhitungan gaya normal (gaya aksial) di dalam unsur-unsur struktur verikal
seperti kolom, jumlah komulatif beban hidup terbagi rata dapat dibadikan dengan suatu
koefisienn reduksi yang nilainya tergantung dengan suatu koefisien reduksi yang nilainya
tergantung pada jumlah lantai yang dilikul.
Pada perencanaan kolom dengan beban hidup penuh tampa dilakukan dengan koefisien
reduksi harus tetap ditinjau pada lantai dengan ruang yang memikul beban berat (rung arsip,
ruang penympanan, gedung, dll).
Karena fungsi gedung yang direncanakan adalah perkantoran, maka reduksi beban hidup
untuk perencanaan kolom harus tetap diperhitungkan.
Seffope 2016
18 ETABS – Fernao Soares Reis
Koefisien reduksi beban kumulatif untuk perencanaan kolom harus sesuai dengan table 3,4.
Jumlah lantai yang
dipikul
Koefisien reduksi yang dikalikan kepada
Jumlah lantai beban hidup kumulatif
1
2
3
4
5
6
7
8 dan lebih
1.0
1.0
0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
Untuk memasukan faktor reduksi beban hidup kumulatif di atas, klik menu Options,
preferences, live load reduction.
Pada form live load reduction factor seperti pada gambar 4-28, pilih user defined by
stories supported. Klik define di bawahnya.
Gambar imput 2.21. faktor reduksi beban hidup untuk perencanaan kolom
Masukan koefisien reduksi dan jumlah lantai sesuai table 3.4 PPIUG 1983 (lihat gambar
2.22). Klik Ok untuk menutup.
Seffope 2016
19 ETABS – Fernao Soares Reis
Gambar 2.22 imput faktor reduksi beban hidup kumulatif
2.21. Berat Bangunan
Berdasarkan SNI 03-1762-2002 pasal 5.3 lantai tingkat, atap beton dan system lantai
dengan ikatan suatu struktur gedung dapat dianggap sangat kaku dalam bidangnya dan karenanya
dapat dianggap sebagai diafragma terhadap beban gempa horizontal.
Untuk memodelkan pelat sebagai diafragma dan ETABS dapat dengan cepat dan akurat
menentukan berat bangunan, pilih semua pelat lantai pada model. Pelat dapat dipilih dengan cara
klik satu persatu, tetapi cara ini akan memakan waktu yang lebih lama. Atau dengan cara cepat
dengan cara pilih menu select, by wall/ Sla / Deck sections. Pilih slab 120 (gambar 2.23). Maka
semua slab 120 setiap lantai akan terpilih.
Gambar 2.23. Memilih Semua Pelat Dengan Ukuran Yang Sama
Seffope 2016
20 ETABS – Fernao Soares Reis
Setelah semua pelat terpilih, pilih menu assing, sbell/ area, rigitd diapbragm. Pilih D1
dan klik OK (gambar 2.24)
Gambar 2.24. menentukan diafraghma lantai
Setelah diafragma ditentukan, pada semua lantai akan muncul gambar seperti jaringan
laba-laba, menandakan bawah pelat lantai sudah ditentukan sebagai diafragma. Lihat gambar
2.25.
Gambar 2.25.Diafragma lantai
Seffope 2016
21 ETABS – Fernao Soares Reis
Hal ini untuk merintahkan ETABS agar memperlakukan pelat yang di modelkan sabagai
lantai diafragma yang kaku. Sehinga ETABS akan dapat melakukan perhitungan berat bangunan
keseluruhan dari pelat dan beban yang bekerja padanya.
Selanjunya jalankan pilih menu analyze, set analysis options. Maka akan muncul pop up
seperti pada gambar 2.26.
Kilk gambar di bawa tulisan fuul 3D. kosongkan semua pilihan dynamic analysis, include
P-delta, save access DB file. Klik OK.
Gambar 2.26. Pilihan Untuk Analisis Program
Pili lagi menu analyze, run analtsis. Program ETABS akan melakukan analisis seperti
pada gambar. 2.27.
Seffope 2016
22 ETABS – Fernao Soares Reis
Gambar 2.27. analisis struktur
Untuk dapat melihat hasil yang diinginkan, yaitu berat total bangunan. Langkah
selanjutnya adalah merubah unit satuan menjadi kg-m. pilih menu file, print tables, analysis,
output. Maka akan muncul pop up seperti pada gambar 2.28.
Gambar 2.28. pilihan output untuk mendapatkan berat bangunan
Seffope 2016
23 ETABS – Fernao Soares Reis
Kosongkan semua pilihan, kecuali hanya building output dan print to file, tekan select
loads untuk menentukan beban yang diinginkan. Pilih beban dead dan live. Artinya beban mati
struktur dan beban hidup saja yang diperhitungkan.
Untuk menimpan file output dalam bentuk file txt, klik tulisan print to file, kemudian klik
browse untuk memberi nama dan lokasi file output. Sebagai contoh file dinamai berat.txt untuk
kemudahan. Kilk save. Klik OK.
Kemudian pilih menu file, display input/output text files, pilih file berat.txt. maka file
berat.txt akan terbuka. Pada file ini ditunjuukan nama file, satuan yang digunakan (perhatikan
pada file ini satuan yang digunakan sudah dalam unit satuan kg-m), tanggal dan waktu output
dibuat, dan data output yang dihasilkan.
Building output, terdiri dari, Centres Of Comulative Mass And Centres Of Rigidity, Story
Forces Dan Tributary Area And Reduced Live Load Factore.
Pada output centers of comulative mass and centers of rigidity, bagian kolom MASS
terhadap nilai massa bangunan. Untuk mencari berat, adalah dengan mengalikan massa lantai
dengan satuan gravitasi yaitu 9,81 m/det2
.
Yang harus diingat nilai-nilai tersebut adalah nilai kumulatif. Sehingga untuk mencari
berat tiap lantai adalah dengan cara mengurangi nilai massa lantai yang diinginkan dengan massa
lantai di atasnya, kemudian dikalikan dengan 9,81.
Contoh :
Untuk menghitunG berat lantai 4
Massa = massa lantai 4-0 =
Berat lantai 4 = massa x 9,81
= .........kg
Untuk menhitungkan berat lantai 4
Massa = massa lantai 3 - massa lantai 4
= ...........
Berat lantai = massa x 9,81
= ............. kg
Seffope 2016
24 ETABS – Fernao Soares Reis
Dan seterusnya.
Berat tiap lantai dapat dirangkup dalam table berikut ini :
Lantai Berat (kg)
STORY 5
STORY 4
STORY 3
STORY 2
STORY 1
total
Waktu geta alami
Sesuai seperti yang disebutkan pada (**) pasal 5.6, gedung harus dibatasi agar tidak
terlalu fleksibel. Hal in I untuk mencegah kerusakan komponen struktur gedung serta
menyediakan kenyamanan bagi pengguna gedung. Apabilah suatu gedung menerima beban
gempa besar, tetapi tidak ada batasan waktu getaralaminya; maka pengguna gedung dan seisinya
bisa dibaratkan seperti dadu yang dikocok dalam suatu kotak.
Dengan rumus empiris method A dari UBC Section 1630.2,2, waktu getar alami gedung adalah :
Tempiris = Ct hn
¾
= satuan detik
Dimana :
Ct adalah koefisien untuk bangunan beton bertulang
Hn adalah tinggi gedung dalam m, diukur dari taraf penjepitan
Menurut (**) pasal 5.6 tabel 8, untuk wilayah gempa 3, pembatasan waktu getar alami adalha :
T = ς,n = satuan deitk
Seffope 2016
25 ETABS – Fernao Soares Reis
Dimana : ς adalha koefisien yang tergantung wilaya gempa
N adalah jumlah tinkat gedung yang ditinjau.
T emperis < T = detik. OK.
Gaya Geser Dasar Nominal
Langka selanjutnya menentukan gaya geser dasar nominal yang terjadi pada tinkat dasar gedung,
yang diperhitunkan akibat berat gedung, dan wilaya gempa dimana gedung tersebut akan di
bangun.
Rumusnya adalah :
V =
C1 IW1
𝑅
Dimana : C1 =adalah nilai faktor respon gempa sesuai 03-1762-2003 gambar 2
I = adalah keutaman gedung sesuai 03-1762-2003 tabel 1
Wt = adalah berat total bangunan
R = adalah faktor reduksi gempa sesuai 03-1762-2003 tabel 3
Ditribuisi gaya geser horizontal gempa
Setelah mengetahui gaya dasar nominal yang akan terjadi di dasar gedung ketika gempa
berlansung, selanjunya hitun distribuisi gaya geser horizontal gempa sepanjang tingi gedung dan
beban gempa rencana yang akan ditanggunh oleh keseluruhan komponen struktur gedung dapat
mulai ndimodelkan.
Prinsinya seluru gaya geser dasar nominal tersebut ahan dibagi ke setiap lantai gedung dengan
cara mendistribusikan gaya tersebut berdasartkan porsi berat lantai dan ketingginnya. Beban-
beban yang didistribusikan bekerja pada pusat massa lantai.
Seffope 2016
26 ETABS – Fernao Soares Reis
Untuk itu rumus yang digunakan adalah :
𝐹𝑖 =
𝑊𝑖. 𝑧𝑖
∑ 𝑊𝑖. 𝑧𝑖𝑛
𝑖=1
𝑉
Dimana : Fi adalah gaya geser horizontal akibat gempa pada lantai ke-i
Zi adalah ketiggian lantai pada tingkat ke-i
Wi adlah berat lantai tingkat ke-I termasuk beban hidup
V adalah gaya geser dasar nominal
Tabel 4,2 merangkum hasil perhitungan yang akan menghasilkan nilai Fi dalam arah x dan y.
Tabel 4.2 distribuisi gaya geser dasar akibat gempa sepanjang tinggi gedung.
lantai Zi (m) Wi (kg) Wi.zi Fix,y (kg)
STORY 5
STORY 4
STORY 3
STORY 2
STORY 1
∑
Fi adalah gaya horisontal akibat distribusi gaya geser dasar yang bekerja pada pusat massa tiap
lantai gedung.
Dengan fasilitas yang telah diberikan oleh ETABS, beban gempa dapat lebih mudah dimodelkan.
Pilihan menu define,static load case. Maka akan muncul pop up seperti pada gambar 4-37.
Tambakan jenis beban FX dan FY, pilih quake (gempa) sebagai type beban, masukan self weigbt
multiplier 0 dan pilih user loads seperti tampak pada gambar 4-37
Seffope 2016
27 ETABS – Fernao Soares Reis
Gambar 2.29.Penentuan Jenis Beban Statis
FX adalah bebam gempa yang bekerja searah sumbu X, sedangkan
FY adalah beban gempah yang bekerja searah sumbu Y. Setelah itu pada masing-masing FX dan
FY, klik modify lateral load. Maka akan muncul lagi pop up seperti pada gambar 2.30.
Isikan nilai pada kolom FX dengan nilai yang didapat pada table 4-2. Pada kolom FY tidak diisi
angka apapun (tetap 0). Sebaliknya ,untukmengisi beban FY, pada kolom FX tidak diisi dengan
angka apapun (tetap 0).
Pengisian kolom X dan Y akan dijelaskan pada topic selanjutnya.
Gambar 2.30. Distribusi gaya geser pada tiap lantai
Keterangan:
Perlu diingat langkah perhitungan gempa ini hanya untuk pembebanan gempa pada struktur
gedung beraturan. Untuk struktur gedung yang tidak beraturan adaperbedaan pada langkah
perhitungan.
Seffope 2016
28 ETABS – Fernao Soares Reis
6.1. KOMBINASI BEBAN
Menurut SNI 03-2847-2002 pasal 11.1 :
Struktur dan komponen struktur harus direncanakan hingga semua penampang mempunyai kuat
rencana minimum sama denga kuat perlu yang dihitung berdasarkan kombinasi beban dan gaya
terfaktor yang sesuai dengan ketentuan tata cara ini.
Komponen struktur juga harus memenuhi ketentuan lain yang tercantum dalam tata cara ini untuk
menjamin tercapainya perilaku struktur yang baik pada tingkat beban kerja.
Kuat perlu adalah kekuatan suatu kompone struktur atau penampang yang diperlukan untuk
menahan beban terfaktor atau momen dan gaya dalam yang berkaitan dengan beban tersebut
dalam suatu kombinasi.
Kombinasi pembebanan untuk gedung sudah ditetapkan berdasarkan SNI 03-2847-2002 pasal
11.2
Kombinasi pembebanan pada perhitungan struktur gedung dapat dirangkum sebagai berikut :
1. 1,4 DL
2. 1,2 DL + 1,6 LL
3. 0,9 DL + 1,0 E
4. 1,2 DL + 1,0 LL + 1,0 E
Dimana : DL adalah beban mati
LL adalah beban hidup
E adalah beban gempa
Beban gempa (E) diangap bekerja 100% pada arat sumbu utama bersamaan dengan 30% pada
arah tegak lurus sumbu utama.
Dalam contoh kasus ini tidak diperhitunkan beban angin, karena dianggap beban angin kurang
menentikan (tidak terlalu tinggi dan tidak langsing)
Beban atap dan beban hujan seperti pada SNI 03-2847-2002 pasal 11.2.1 dan 11.2.2 juga tidak
diperhitungkan.
Seffope 2016
29 ETABS – Fernao Soares Reis
Maka kombinasi beban yang dimasukkan dalam ETABS adalah :
1. 1,4 DL
2. 1,2 DL +1,6 LL
3. 1,2 DL + LL + Fx + 0,3 Fy
4. 1,2 DL + LL + Fx - 0,3 Fy
5. 1,2 DL + LL – Fx + 0,3 Fy
6. 1,2 DL + LL – Fx – 0,3 Fy
7. 0,9 DL + Fx + 0,3 Fy
8. 0,9 DL + Fx – 0,3 Fy
9. 0,9 DL – Fx + 0,3 Fy
10. 0,9 DL – Fx – 0,3 Fy
11. 1,2 DL + LL + 0,3 Fx + Fy
12. 1,2 DL + LL + 0,3 Fx – Fy
13. 1,2 DL + LL – 0,3 Fx + Fy
14. 1,2 DL + LL – 0,3 Fx – Fy
15. 0,9 DL + 0,3 Fx +Fy
16. 0,9 DL + 0,3 Fx – Fy
17. 0,9 DL – 0,3 Fx + Fy
18. 0,9 DL – 0,3 Fx – Fy
Dimana : FX = beban gempa arah X
FY = beban gempa arah Y
Untuk mengaplikasikan kombinasi pembebanan ke dalam ETABS, pilih menu define,
load combination, maka akan muncul pop up seperti pada gambar 2.31.
Gambar 2.31. Jenis kombinasi pembebanan
Untuk memasukkan kombinasi beban yang baru, pilihan Add New Combo. Berikan nama
kombinasi beban sebagai COMBO1. Pada load combination type pilih Add. Pada case
name pilih beban DEAD static load dan isikan kolom scale factor dengan nilai 1,4. Tekan
Seffope 2016
30 ETABS – Fernao Soares Reis
OK. Ulangi seluruh langkah tersebut di atas untuk membuat semua tipe kombinasi seperti
pada gambar 2.32.
Gamar 2.32. Input kombinasi pembebanan
6.2 FAKTOR REDUKSI KEKUATAN
Sesuai SNI 03-2847-2002 pasal 11.3 tentang kuat rencana suatu komponen struktur,
sambungannya dengan komponen struktur lain, dan penampangnya, sehubungan dengan
perilaku lentur, beban normal, geser, dan torsi, harus diambil sebagai hasil kalih kuat
nominal, yang dihitung berdasarkan ketentuan dan asumsi dari tata cara ini,dengan suatu
factor reduksi kekuatan.ø
Faktor reduksi kekuatan ø ditentukan sebagai berikut :
Lentur 0.80
Aksial - Tarik 0.80
Aksial Tekan – Ties 0.65
Aksial Tekan – Spiral 0.70
Geser 0.75
Torsi 0.75
Bearing 0.95
Mengenai hal ini, diberikan sedikit penjelasan mengenai definisi kekuatan. Seperti
disebutkan dalam SNI 03-2847-2002 pasal 3.
Kuat nominal, kn adalah kekuatan suatu komponen struktur atau penampang yang
dihitung berdasarkan ketentuan dan asumsi metode perencanaan.
Seffope 2016
31 ETABS – Fernao Soares Reis
Kuat perlu, kp adalah kekuatan suatu komponen struktur atau penampang yang
diperlukan untuk menahan beban terfaktor yang tercankup dalam kombinasi beban.
Kuat rencana adalah kuat nominal dikalikan dengan suatu factor reduksi.
Dalam setiap perencanaan, kuat rencana haruslah selalu lebih besar dari kuat perlu atau
dapat dibuat hubungan matematisnya sebagai berikut :
Ø kn > kp
Software ETABS melakukan perhitungan struktur beton dengan berdasar pada peraturan
ACI 318-99 dan tidak memiliki peraturan SNI. Oleh sebab itu perlu dilakukan
penyesuaian pada factor reduksi kekuatan yang digunakan pada SNI.
Untuk mengaplikasikan faktoe reduksi kekuatan ø tersebut kedalam ETABS, maka dapat
dilakukan dengan cara pilih menu options,preferences,concrete frame design (untuk
merencanakan komponen beton bertulan)
Maka akan muncul pop up seperti pada gambar 2.33. kemudian isikan nilai-nilai ø pada
tempat yang sesuai.
Phi (Bending- Tension) = 0,8
Phi (Compression Tied) = 0.65
Phi (Compressio Spiral) = 0.7
Phi (Shear) = 0.75
Gambar 2.33. reduksi Kekuatan
Seffope 2016
32 ETABS – Fernao Soares Reis
BAB 3
DESAIN PELAT Refrensi Buku Ali Asroni
Seffope 2016
33 ETABS – Fernao Soares Reis
BAB 4
DESAIN BALOK
4.1.OUTPUT GAYA – GAYA DALAM
Untuk desain tulangan balok, jalangkan lagi file ETABS dengan klik Run/Analysis. Setelah
proses running file ETABS selesai maka dapat dilihat hasil output yang dibutuhkan. Salah
satunya adalah untuk mengetahui gaya – gaya dalam. Dipilih Gaya – gaya yang memiliki nilai
Maximal untuk mendesain Tulangn Lentur, Tulangan Geser dan lainnya.
Diagram gaya-gaya dalam dapat dilihat langsung melalui cara pilih menu display, show member
forces, frame/pier/spandrel forces.Akan muncul seperti 4.1. Pada form seperti pada gambar 4.1
bisa dipilih jenis gaya dalam yang akan dimunculkan dan jenis beban yang diinginkan.
Gambar 4.1. Jenis Gaya-gaya Dalam
Seffope 2016
34 ETABS – Fernao Soares Reis
4.2. Diagram gaya-gaya dalam balok dengan angka(Momen 3-3-)
Untuk mengetahui secara detail besaran gaya-gaya dalam dan lendutan pada titik tertentu pada
suatu balok, klik kanan pada balok yang akan dilihat gaya-gaya dalam dan lendutan akan
ditampilkan seperti gambar 4.3.
Gambar 4.3. Tampila detail gaya-gaya Dalam Balok
Seffope 2016
35 ETABS – Fernao Soares Reis
Untuk mendapatkan Output gaya-gaya dalam pada balok (Momen, Geser Aksil dan lainnya)
dalam bentuk file text txt, klik menu file, print table, analysis output, Akan keluar print Output
Tables seperti ada pada gambar 4.4.
4.5. Pilihan output untuk mendapatkan gaya-gaya dalam
Seffope 2016
36 ETABS – Fernao Soares Reis
4.2.DESAIN TULANGAN LENTUR.
ØMn = Ø.As.fy.(d-0,5.a)
𝑎 =
As. fy
0,85. 𝑓𝑐′. 𝑏
𝐴𝑠, 𝑢 =
Mu
Ø. 𝑓𝑦. 𝑑
Asmin =
1,4. b. d
𝑓𝑦
ØMn > Mu
Dimana :
Mn = Momen Nominal (N.mm)
a = Tinggi Blok tegangan beton persegi equifalen (mm)
Mu = Momen Ultimate N.mm
As,u = Luas tulangan Perlu (mm2
)
As = Luas tulangan terpasang (mm2
)
fy = tegangan leleh baja (Mpa)
f’c = Kuat tekan beton (Mpa)
Tabel 4.1.
Lokasi
Mu As Perlu As terpasang ØMn Keterangan
As,u<AsKg.cm cm2
cm2
Kg.cm
Ujung Kiri
Tarik
Tekan
Tengah
Tarik
Tekan
UjungKanan
Tarik
Tekan
Seffope 2016
37 ETABS – Fernao Soares Reis
4.3.DESAIN TULANGAN GESER
SNI 03-2847-2002 Pasal 13.3.2.1.
ØVn >Vu
Vn = Vc+ Vs
Ø(Vc+Vs)>Vu
Vc =
1
6
√𝑓′ 𝑐. 𝑏. 𝑑
𝑉𝑠 =
Vu−ØVc
Ø
<
2
3
√f′c b. d jika Tidak maka balok diperbesar
𝑠 =
𝐴𝑣.𝑓𝑦..𝑑
𝑉𝑠
= satuan mm<d/2(Untuk tengah bentangan) <d/4 (Untuk Ujung Bentangan)SNI 03-
2847-2002. Pasal 23.10.4.2.
Dimana :
ØVn = faktor reduksi kuat geser senilai 0,75
Vu = gaya geser terfakor (kN)
Vc = Kuat geser nominal yang disumbangkan beton (N)
Vs = kuat geser nominal yang disumbangkan tulangan geser (N)
s = Jarak tulangan geser (mm)
d = Tinggi efektif balok (mm)
Av,u = Luas Tulangan Perlu (mm2
)
Av = Luas Tulangan Terpasang (mm2
)
Seffope 2016
38 ETABS – Fernao Soares Reis
BAB 5
DESAIN KOLOM
5.1. DESAIN TULANGAN LENTUR
Sesuia SNI 03-2847-2003 Kuat tekan rencana kolom tidak boleh diambil lebih besar dari ØPnmax
ØPnmax= 0,80.Ø.(0,85.f’c.(Ag-Ast)+Ast.fy)> 0,1.f’c.Ag
ØPnmax= 0,80.Ø.(0,85.f’c.(Ag-Ast)+Ast.fy)> Pu (Pumaks dari Output ETABS)
Ast = Hasil Output dari ETBAS
5.2. DESAIN TULANGAN GESER
SNI 03-2847-2002 Pasal 13.3.2.1.
ØVn > Vu
Vn = Vc+ Vs
Ø(Vc+Vs)>Vu
Vc = [1 +
𝑁𝑢
14.𝐴𝑔
] . [
√𝑓′𝑐
6
] 𝑏. 𝑑
𝑉𝑠 =
Vu−ØVc
Ø
<
2
3
√f′c b. d jika Tidak maka balok diperbesar = Ø = 0,75
𝑠 =
𝐴𝑣.𝑓𝑦..𝑑
𝑉𝑠
= satuan mm <d/2 (Untuk tengah bentangan) SNI 03-2847-2002. Pasal 23.10.4.2.
Seffope 2016
39 ETABS – Fernao Soares Reis
Dimana :
ØVn = faktor reduksi kuat geser senilai 0,75
Vu = gaya geser terfakor (kN = Hasil Output dari ETBAS)
Vc = Kuat geser nominal yang disumbangkan beton (N)
Vs = kuat geser nominal yang disumbangkan tulangan geser (N)
s = Jarak tulangan geser (mm)
d = Tinggi efektif balok (mm)
Av,u = Luas Tulangan Perlu (mm2
)
Av = Luas Tulangan Terpasang (mm2
)
Seffope 2016
40 ETABS – Fernao Soares Reis
BAB 6
DESAIN PONDASI
Seffope 2016
41 ETABS – Fernao Soares Reis
Daftar Pustaka
SNI 03-2847-2002, Tata Cara perhitungan struktur Beton Untuk Bangunan Gedung, Bandung
Desember 2002 (Beta Version)
SNI 03-1726-2003, Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung,
Bandung Juli 2003 (Beta Version)
Anugrah Pamunkas & Erny Harianti, Gedung Beton Bertulang Tahan Gempa, ITSPress, Surabya
2009

More Related Content

What's hot

Bab iii analisis geser
Bab iii analisis geserBab iii analisis geser
Bab iii analisis geserKetut Swandana
 
10 penyaluran-tulangan-beton
10 penyaluran-tulangan-beton10 penyaluran-tulangan-beton
10 penyaluran-tulangan-betonRais Fadli
 
TUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYATUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYAAristo Amir
 
Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)
Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)
Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)andribacotid
 
Menghitung Respon Spektrum Gempa
Menghitung Respon Spektrum GempaMenghitung Respon Spektrum Gempa
Menghitung Respon Spektrum GempaRafi Perdana Setyo
 
Struktur baja-5 lentur-balok
Struktur baja-5 lentur-balokStruktur baja-5 lentur-balok
Struktur baja-5 lentur-balokLeticia Freidac
 
Alinemen vertikal-teks1
Alinemen vertikal-teks1Alinemen vertikal-teks1
Alinemen vertikal-teks1WSKT
 
Jurnal jembatan rangka baja
Jurnal jembatan rangka bajaJurnal jembatan rangka baja
Jurnal jembatan rangka bajaE Sanjani
 
Bahan Perkerasan Jalan.ppt
Bahan Perkerasan Jalan.pptBahan Perkerasan Jalan.ppt
Bahan Perkerasan Jalan.pptdpibskanida
 
SNI 2847-2013 Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung
SNI 2847-2013 Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan GedungSNI 2847-2013 Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung
SNI 2847-2013 Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan GedungMira Pemayun
 
perhitungan jembatan
perhitungan jembatanperhitungan jembatan
perhitungan jembatanFarid Thahura
 
contoh soal menghitung momen ultimate pada balok
contoh soal menghitung momen ultimate pada balokcontoh soal menghitung momen ultimate pada balok
contoh soal menghitung momen ultimate pada balokShaleh Afif Hasibuan
 
Belajar sendiri-sap2000-versi-10
Belajar sendiri-sap2000-versi-10Belajar sendiri-sap2000-versi-10
Belajar sendiri-sap2000-versi-10Muhammad Umari
 
Beton prategangz (1) (3)
Beton prategangz (1) (3)Beton prategangz (1) (3)
Beton prategangz (1) (3)wildan grenadi
 
Tugas besar baja 1
Tugas besar baja 1Tugas besar baja 1
Tugas besar baja 1Aziz Adi
 
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghi
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghiDaya dukung pondasi dengan analisis terzaghi
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghiAyu Fatimah Zahra
 

What's hot (20)

Bab iii analisis geser
Bab iii analisis geserBab iii analisis geser
Bab iii analisis geser
 
10 penyaluran-tulangan-beton
10 penyaluran-tulangan-beton10 penyaluran-tulangan-beton
10 penyaluran-tulangan-beton
 
perhitungan bekisting
perhitungan bekistingperhitungan bekisting
perhitungan bekisting
 
TUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYATUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYA
 
Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)
Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)
Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)
 
Menghitung Respon Spektrum Gempa
Menghitung Respon Spektrum GempaMenghitung Respon Spektrum Gempa
Menghitung Respon Spektrum Gempa
 
Struktur baja-5 lentur-balok
Struktur baja-5 lentur-balokStruktur baja-5 lentur-balok
Struktur baja-5 lentur-balok
 
Sistem rangka pemikul momen
Sistem rangka pemikul momenSistem rangka pemikul momen
Sistem rangka pemikul momen
 
Alinemen vertikal-teks1
Alinemen vertikal-teks1Alinemen vertikal-teks1
Alinemen vertikal-teks1
 
Jurnal jembatan rangka baja
Jurnal jembatan rangka bajaJurnal jembatan rangka baja
Jurnal jembatan rangka baja
 
Bahan Perkerasan Jalan.ppt
Bahan Perkerasan Jalan.pptBahan Perkerasan Jalan.ppt
Bahan Perkerasan Jalan.ppt
 
SNI 2847-2013 Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung
SNI 2847-2013 Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan GedungSNI 2847-2013 Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung
SNI 2847-2013 Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung
 
Buku etabs
Buku etabsBuku etabs
Buku etabs
 
Balok lentur dan geser baja
Balok lentur dan geser  bajaBalok lentur dan geser  baja
Balok lentur dan geser baja
 
perhitungan jembatan
perhitungan jembatanperhitungan jembatan
perhitungan jembatan
 
contoh soal menghitung momen ultimate pada balok
contoh soal menghitung momen ultimate pada balokcontoh soal menghitung momen ultimate pada balok
contoh soal menghitung momen ultimate pada balok
 
Belajar sendiri-sap2000-versi-10
Belajar sendiri-sap2000-versi-10Belajar sendiri-sap2000-versi-10
Belajar sendiri-sap2000-versi-10
 
Beton prategangz (1) (3)
Beton prategangz (1) (3)Beton prategangz (1) (3)
Beton prategangz (1) (3)
 
Tugas besar baja 1
Tugas besar baja 1Tugas besar baja 1
Tugas besar baja 1
 
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghi
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghiDaya dukung pondasi dengan analisis terzaghi
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghi
 

Viewers also liked

Viewers also liked (7)

Modul sap seffope (1)
Modul sap seffope (1)Modul sap seffope (1)
Modul sap seffope (1)
 
Balok gerber
Balok gerberBalok gerber
Balok gerber
 
Atikarani
AtikaraniAtikarani
Atikarani
 
Statika dan mekanika dasar- GERBER,
Statika dan mekanika dasar- GERBER,Statika dan mekanika dasar- GERBER,
Statika dan mekanika dasar- GERBER,
 
MEKANIKA TEKNIK 1- BALOK GERBER
MEKANIKA TEKNIK 1- BALOK GERBERMEKANIKA TEKNIK 1- BALOK GERBER
MEKANIKA TEKNIK 1- BALOK GERBER
 
Membrane - Plate - Shell
Membrane - Plate - ShellMembrane - Plate - Shell
Membrane - Plate - Shell
 
Buku ajar-analisa-struktur-i
Buku ajar-analisa-struktur-iBuku ajar-analisa-struktur-i
Buku ajar-analisa-struktur-i
 

Similar to Modul etabs seffope (1)

Bab iii 2.1.3 analisa statika menggunakan aplikasi sap2000
Bab iii 2.1.3 analisa statika menggunakan aplikasi sap2000Bab iii 2.1.3 analisa statika menggunakan aplikasi sap2000
Bab iii 2.1.3 analisa statika menggunakan aplikasi sap2000khairatulfitri
 
197521758 146043958-pengoperasian-plaxis-8-2
197521758 146043958-pengoperasian-plaxis-8-2197521758 146043958-pengoperasian-plaxis-8-2
197521758 146043958-pengoperasian-plaxis-8-2WSKT
 
tutorial autodesk-land-desktop .doc
tutorial autodesk-land-desktop .doctutorial autodesk-land-desktop .doc
tutorial autodesk-land-desktop .docJimyMotalisa
 
Abdurrohman muarif (2101171086)
Abdurrohman muarif (2101171086)Abdurrohman muarif (2101171086)
Abdurrohman muarif (2101171086)Rino Dwi Sadi
 
Menghitung berat-bangunan-dengan-etabs-v-9-0-7
Menghitung berat-bangunan-dengan-etabs-v-9-0-7Menghitung berat-bangunan-dengan-etabs-v-9-0-7
Menghitung berat-bangunan-dengan-etabs-v-9-0-7Avhat Civil
 
Land+desktop+2005+tutorial
Land+desktop+2005+tutorialLand+desktop+2005+tutorial
Land+desktop+2005+tutorialdedi setyawan
 
Analisis struktur gedung bertingkat rendah dengan software etabs v9
Analisis struktur gedung bertingkat rendah dengan software etabs v9Analisis struktur gedung bertingkat rendah dengan software etabs v9
Analisis struktur gedung bertingkat rendah dengan software etabs v9Afret Nobel
 
Ahli Muda Teknik Bangunan Gedung 7 .pptx
Ahli Muda Teknik Bangunan Gedung 7 .pptxAhli Muda Teknik Bangunan Gedung 7 .pptx
Ahli Muda Teknik Bangunan Gedung 7 .pptxvickrygaluh59
 
Tutorial perhitungan struktur dengan sap 2000 v
Tutorial perhitungan struktur dengan sap 2000 vTutorial perhitungan struktur dengan sap 2000 v
Tutorial perhitungan struktur dengan sap 2000 vMatriks Oscar H
 
Tutorial dasar revit structure
Tutorial dasar revit structureTutorial dasar revit structure
Tutorial dasar revit structureSyam Sahril
 
Tabel, Tipe data, Record & Field Basis data
Tabel, Tipe data, Record & Field Basis dataTabel, Tipe data, Record & Field Basis data
Tabel, Tipe data, Record & Field Basis datajoshua gidion
 
Cara membuat daftar bergambar vlookup
Cara membuat daftar bergambar vlookupCara membuat daftar bergambar vlookup
Cara membuat daftar bergambar vlookupvinacute
 
TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN SIPIL B
TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN SIPIL BTUGAS PERANCANGAN BANGUNAN SIPIL B
TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN SIPIL BSumarno Feriyal
 

Similar to Modul etabs seffope (1) (20)

Bab iii 2.1.3 analisa statika menggunakan aplikasi sap2000
Bab iii 2.1.3 analisa statika menggunakan aplikasi sap2000Bab iii 2.1.3 analisa statika menggunakan aplikasi sap2000
Bab iii 2.1.3 analisa statika menggunakan aplikasi sap2000
 
197521758 146043958-pengoperasian-plaxis-8-2
197521758 146043958-pengoperasian-plaxis-8-2197521758 146043958-pengoperasian-plaxis-8-2
197521758 146043958-pengoperasian-plaxis-8-2
 
Open cut coal
Open cut coalOpen cut coal
Open cut coal
 
tutorial autodesk-land-desktop .doc
tutorial autodesk-land-desktop .doctutorial autodesk-land-desktop .doc
tutorial autodesk-land-desktop .doc
 
Abdurrohman muarif (2101171086)
Abdurrohman muarif (2101171086)Abdurrohman muarif (2101171086)
Abdurrohman muarif (2101171086)
 
Menghitung berat-bangunan-dengan-etabs-v-9-0-7
Menghitung berat-bangunan-dengan-etabs-v-9-0-7Menghitung berat-bangunan-dengan-etabs-v-9-0-7
Menghitung berat-bangunan-dengan-etabs-v-9-0-7
 
Land+desktop+2005+tutorial
Land+desktop+2005+tutorialLand+desktop+2005+tutorial
Land+desktop+2005+tutorial
 
Analisis struktur gedung bertingkat rendah dengan software etabs v9
Analisis struktur gedung bertingkat rendah dengan software etabs v9Analisis struktur gedung bertingkat rendah dengan software etabs v9
Analisis struktur gedung bertingkat rendah dengan software etabs v9
 
Ahli Muda Teknik Bangunan Gedung 7 .pptx
Ahli Muda Teknik Bangunan Gedung 7 .pptxAhli Muda Teknik Bangunan Gedung 7 .pptx
Ahli Muda Teknik Bangunan Gedung 7 .pptx
 
Salinan dari modul 2-cfd
Salinan dari modul 2-cfdSalinan dari modul 2-cfd
Salinan dari modul 2-cfd
 
Tutorial landdesktop2005
Tutorial landdesktop2005Tutorial landdesktop2005
Tutorial landdesktop2005
 
Tutorial perhitungan struktur dengan sap 2000 v
Tutorial perhitungan struktur dengan sap 2000 vTutorial perhitungan struktur dengan sap 2000 v
Tutorial perhitungan struktur dengan sap 2000 v
 
Tutorial dasar revit structure
Tutorial dasar revit structureTutorial dasar revit structure
Tutorial dasar revit structure
 
Tutorial cad ld
Tutorial cad ldTutorial cad ld
Tutorial cad ld
 
Tabel, Tipe data, Record & Field Basis data
Tabel, Tipe data, Record & Field Basis dataTabel, Tipe data, Record & Field Basis data
Tabel, Tipe data, Record & Field Basis data
 
Cara membuat daftar bergambar vlookup
Cara membuat daftar bergambar vlookupCara membuat daftar bergambar vlookup
Cara membuat daftar bergambar vlookup
 
Modul 9 PPJ.pdf
Modul 9 PPJ.pdfModul 9 PPJ.pdf
Modul 9 PPJ.pdf
 
TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN SIPIL B
TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN SIPIL BTUGAS PERANCANGAN BANGUNAN SIPIL B
TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN SIPIL B
 
Preliminary design kel. 3revisi
Preliminary design kel. 3revisiPreliminary design kel. 3revisi
Preliminary design kel. 3revisi
 
1913 wall diafragma
1913 wall diafragma1913 wall diafragma
1913 wall diafragma
 

Recently uploaded

JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
 

Recently uploaded (20)

JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
 

Modul etabs seffope (1)

  • 1. Seffope 2016 1 ETABS – Fernao Soares Reis BAB 1 STRUKTUR GEDUNG BERATURAN Contoh Perhitungan Struktur Gedung Beraturan Pada pembahasan ini akan diberikan contoh perhitungan struktur gedung beraturan. Untuk kesederhanaan perhitungan, denah balok, Pelat, kolom dan pondasi serta ukuran dimensi diangap tipikal. Bangunan diasumsikan berlokasi di Dili, yang termasuk wilayah gempa 5 berdasar SNI 03.1726-2003. Gambar 1, dan berada pada lapisan tanah lunak. Denah lantai dan elevasi lantai bisa dilihat pada gambar 1.1. jenis struktur ini adalah struktur gedung beraturan karena telah memenuhi syarat-syarat SNI 03.1726-2003 pasal 4.2.1. Kolom – kolom paling bawah dijepit penuh. Untuk menumpu beban dari kolom tersebut digunakan pondasi Footplat. Gedung ini terdiri dari 4 Lantai. Selangjutnya bangunan direncakan sebagai sistem pemikul momen menengah (SRPMM). Artinya Gedung ini harus memnuhi SNI 03-2847-2002.pasal 3 sampai dengan 20, pasal 23.2.2.3, dan pasal 23.10. Data- data desain - Mutu Bahan : fc’ = 25 Mpa fy = 400 Mpa (Tulangan Lentur)Ø< 12 fy = 240 Mpa (Tulangan Geser) D > 13 Ec = 23500 Mpa - Lokasi Bangunan : Dili - Jenis Tanah : Lunak - Kategori Gedung : Perkantoran - Tinggi tiap lantai : 3 m - Beban Beban lainnya : (PPIUG 1983 Tabel 1)  Beban Hidup (LL) :
  • 2. Seffope 2016 2 ETABS – Fernao Soares Reis Lantai 1-3 (Perkantoran) : 250 kg/m2 Lantai 4 (Atap) : 100 kg/m2  Beban Mati : Berat sendiri komponen struktur (DL) sudah dihitung secara otomastis oleh ETABS berdasarkan input data dimensi dan karateristik material yang direncanakan.  Beban Mati tambahan (DL), antara lain sebagai berikut: Dinding Bata = 250 kg/m2 Keramik = 24 kg/m2 Plesteran (2,5 cm) = 53 kg/m2 Beban M/E = 25 kg/m2 Beban Plafond = 18 kg/m2 Sehinga beban – beban gravitasi tersebut dapat dirangkum untuk masing – masing lantai berikut : Lantai 1- 3 : Beban Hidup = 250 kg/m2 (Perkantoran) Beban mati tambahan Plesteran (2,5 cm) = 53 kg/m2 Keramik = 24 kg/m2 M/E = 25 kg/m2 Plafond = 18 kg/m2 Total = 120 kg/m2 Lantai 4 : Beban Hidup = 100 kg/m2 (Atap) Beban Mati Tambahan : Plesteran (2,5 cm) = 53 kg/m2 M/E = 25 kg/m2 Plafond = 18 kg/m2 Total = 96 kg/m2
  • 3. Seffope 2016 3 ETABS – Fernao Soares Reis Dimensi : Tebal Pelat Lantai = 120 mm Balok = 300x500 mm Kolom = 500x500 mm Gambar 2.1. Denah dan Elevasi Rencana Gedung
  • 4. Seffope 2016 4 ETABS – Fernao Soares Reis BAB 2 PEMODELAN STRUKTUR 2.1. PEMBUATAN MODEL Buka Program ETBAS, sebagai langkah awal sebaiknya pilih dulu jenis satuan yang akan dipergunakan. Hal ini hanya untuk kemudahan saja, walaupun nanti tetap dapat berubah sewaktu- waktu. Namun satuan ini akan menjadi standart (Default) bagi ETBAS untuk melakukan analisis. Untuk pembuatan model saat ini gunakan satuan kg.cm (Untuk Kemudahan), Satuan yang digunakan dapat dirubah setiap saat. Pilih new model, kemudian akan muncul pop up (New model Initalization), pilih option No untuk membuat model baru tampa mengambil dari file ETBAS yang sudah ada pada komputer. Gambar 2.2. Permulaan Permbuatan Model Baru Akan Muncul form seperti gambar 2.2. form tersebut adalah untuk menentukan denah awal, ukuran – ukuran as bangunan, jumlah bentang tinggi tiap lantai, dll. Isi form tersebut sesuai dengan rencana bangunan.
  • 5. Seffope 2016 5 ETABS – Fernao Soares Reis Untuk mengatur ukuran as bangunan, jarak bentang, pilih coustom Grid Spacing. Atur Grid ID, Ordinate, sesuai dengan denah struktur yang akan dihitung (seperti pada gambar 2.1) Line Type Visibilty, Buble Loc dan Grid Color dapat diatur sesuai dengan keinginan. Setelah pengaturan Grid Data selesai, tekan OK unutk kembali pada Building Plan Grid System and StoryData Definition. Kemudian Tekan OK untuk menentukan data yang lainnya. Gambar 2.3. Pengaturan Grid Bangunan Gambar 2.3. Input Grid Bangunan
  • 6. Seffope 2016 6 ETABS – Fernao Soares Reis Pada Simple Story Data isi jumlah lantai dan ketingiannya. Pilih Custom Story Data untuk mengetahui elevasi lantai, menentukan nama lantai pada struktur, atau untuk menentukan apakah suatu lantai typical atau sama dengan lantai yang lain, kemudian tekan OK untuk menutup form. 2.2. INPUT DATA MATERIAL. Langkah selangjutnya adalah menentukan material properties, seperti yang telah disebutkan pada data – data desain. Sebelumnya ganti satuan pada layar ujung kanan bawah menjadi N.mm Pilih menu Defaine , material properties. Unutk memasukan data data dari beton, pilih CONC, Mofify/Show material. Masukan data data beton sesuai dengan desain. Untuk mass per unit volume dan weight per unit volume biasanya defaultnya sudah sesuai. Berat = 9,81 (Percepatan gravitasi ) x Massa Beton ( 2400 kg/m3) Modulus elastisitas beton dapat dihitung berdasarkan rumus beton Normal yaitu = 4700 (fc’)^0,5 dengan , 4700x(25(^0,5 = 23500 Mpa= N.mm Selangjutnya untuk nilai fy dan fys masing-masing adalah 400 Mpa dan 240 Mpa yang telah direncanakan. Kemudian tekan OK dua kali unutk keluar. Gambar 2.4 Input Data Material.
  • 7. Seffope 2016 7 ETABS – Fernao Soares Reis 2.3. Imput Data Dimensi Balok dan Kolom Langkah pertama sebelum memasukan data dimensi balok dan kolom tentu saja adalah menentukan rencana dimensi balok dan kolom. Hal ini dapat ditentukan pada penjelasan berikut. Dimensi Balok Perencanaan pada balok yang dicetak menjadi satu kesatuan monolit dengan pelat lantai atau atap, didasarkan pada angapan antara pelat dengan balok terjadi interkasi saat menahan momen lentur positif yang bekerja pada balok oleh karena itu balok dinamakan balok T. Langkah selanjutnya adalah memasukan data dimensi balok tersebut pada ETBAS. Caranya adalah pilih menu define, frame section. Untuk imput data balok T., Pada pilihan Add /I Wide Flange pilih add tee untuk memasukan ukuran balok T. seperti pada gambar 2.6. Input data Balok dan Kolom. Gambar 2.6. Input Data Balok Dan Kolom HT = 120 mm BW = 300 mm mm HW = 380 mm mm Be = 1060 mm mm Gambar 2.5 Ukuran Balok T
  • 8. Seffope 2016 8 ETABS – Fernao Soares Reis Pada Imput data Balok T, setelah klik tee akan keluar form seperti pada gambar 2.7. sebagai berikut. Hatama Gambar2.7. Input Data Balok T Masukan Data ukuran balok T seperti pada gambar 2.5. diatas pada ETBAS. Outside Stem (t3) sebagai Ukuran tinggi balok T (Ht+Hw) Outside Flange (t2) sebagai lebar efektif balok (Be)] Flange thikness (st) Sebagai tebal pelat (Ht) Stem Thikness (tw) Sebagai Lebar Balok (Bw) Beri nama komponen struktur yang akan didifinisikan, rubah jenis material yang dipakai untuk balok menjadi concrete.
  • 9. Seffope 2016 9 ETABS – Fernao Soares Reis Dimensi Kolom Untuk input data kolom, setelah Klik Add Rectangular, maka muncul form seperti pada gambar2.8. Hatama Gambar 2.8. Input Data Kolom Beri nama komponen struktur yang akan didifinisikan, rubah jenis material yang dipakai untuk balok menjadi concrete. Masukan ukuran kolom b = t2= 500 mm dan h = t3 = 500 mm. Untuk menentukan jenis frame sebagai balok atau kolom, klil pada reinfordement, kemudian pilih type sebagai balok atau kolom, seperti pada gambar 2.9. Gambar 2.9. Input Data data Tulangan Balok
  • 10. Seffope 2016 10 ETABS – Fernao Soares Reis Selimut beton di tentukan 50 mm dengan menganti ukuran Cover to Rebar Center/Concrete Cover to Rebar Center. Apabila frame yang akan dimasukan datanya adalah kolom maka, Frame yang akan muncul adalah seperti pada gambar 2.10 Gambar 2.10. Input Data data Tulangan Kolom Khusus pada input data kolom, pilih jenis tulangan yang akan dipakai (Spiral atau tulangan Tegak). Isi selimut beton 50 mm pada rectangular Reinforcement, Cover to Rebar Center, pada pada bagian paling bawah pilih reinforcement to be Designed agar ETBAS memberikan nilai luas tulangan yang nanti diperlukan. Klik OK dan kembali ke Add Rectangular lagi untuk memasukan data frame yang lain, Seperti cara sebelumnya. Langkah selanjutnya adalah memasukan nilai faktor retak sepanjang bentangan komponen struktur dan pengaruh durasi beban, Masih pada menu define frame property pada langkah yang di jelaskan diatas, seperti yang tampak pada gambar 2.8. di bawah property modifier. Maka akan muncul pop up seperti pada gambar 2.11
  • 11. Seffope 2016 11 ETABS – Fernao Soares Reis Gambar 2. 11. Input Set modifier balok T dan kolom Pada property modifier, masukan data momen of inertia about 2 axis dan momen of inertia about 3 axis. Untuk data balok dan kolom angka 0.7 pada dua item tersebut. Hal ini karena balok diasumsikan sebagai balok T. Sehinga momen inersia balok T dua kali lipat momen inersia balok persegi. Notes : Bila sudah selesai langkah ini, ada baiknya prpoerti lain yang tidak dibutuhkan dihapus, Bila tidak maka property tersebut akan ikut tercetak pada input data kolom dan balok. 2.3. INPUT DATA PELAT Untuk mendifinisikan ukuran pelat pada ETBAS, pilih menu define, Wall/Slab/Deck section, akan muncul form seperti pada gambar 2.11. Hatama Gambar 2.11. input data Pelat.
  • 12. Seffope 2016 12 ETABS – Fernao Soares Reis Klik pada Add New Deck, dan pilih Add New Slab untuk input data pelat yang baru. Akan muncul form seperti pada gambar. 2.12. Hatama 2.12 Gambar Input Property Pelat. Beri nama pelat yang akan dipakai, ganti ganti material yang akan dipakai pelat. Dengan Concrete dan ganti ukuran pelat sesuai dengan perencanaan. Seperti pada balok dan kolom Pelat juga harus memenuhi SNI 03-2847-2002 pasal 12.11.1.Untuk itu klik pada set modifier seperti pada gambar 2.12 dan ganti ke enam data dengan nilai 0.25 seperti pada gambar 2.13. Hatama Gambar 2.13. Input Set Modifier Pelat
  • 13. Seffope 2016 13 ETABS – Fernao Soares Reis 2.4. DENAH BALOK, KOLOM DAN PELAT Setelah semua data material yang dipakai sudah didefinisikan, langkah selanjutnya adalah mengambarkan letak balok, koom dan Pelat sesuai dengan denah yang diberikan . Mengambar Kolom Untuk memulai mengambar kolom dilakukan dengan cara pilih menu Draw, Draw Line Objects, Great Columns in Region or at Click akan muncul seperti yang terlihat pada gambar 2.14. Gambar 2. 14. Pilihan Jenis Properti Klik satu kali pada letak titik kolom sesuai dengan gambar denah rencana, setelah menyelesaikan gambar kolom , Klik Toolbar untuk keluar. Mengambar Balok Untuk mengambar balok dilakukan dengan cara pilih menu Draw, Draw Line Objects, Draw Lines. akan muncul seperti yang terlihat pada gambar 2.15. Gambar 2.15. Property Of Object Klik satu kali pada letak titik ujung awal balok dan klik lagi ujung akhir balok. Lakukan sesuai dengan gambar denah rencana, setelah menyelesaikan gambar kolom , Klik Toolbar untuk keluar. Mengambar Pelat Mengambar pelat dilakukan dengan cara pilih menu Draw, Draw Area Object. Properties of object seperti pada gambar 2.16. akan muncul untuk memberikan pilihan nama pelat yang akan digambar pada baris Property.
  • 14. Seffope 2016 14 ETABS – Fernao Soares Reis Hatama Gambar 2.16. Pilihan Jenis Properti Pelat Setelah selesai mengamabr Klik Toolbar untuk keluar. 2.5.JENIS PERLETAN/RESTRAINT/SUPPORT Restraint/Support untuk menentukan kenis perletakan pada bagian struktur. Pada contoh perhitungan ini kolom pada bagian bawah terjepit penuh. Hal ini tergantung dari asumsi masing masing perencana. Prinsipnya, bila kolom ditentukan terjepit maka pada kolom bawah akan menhasilkan momen akibat gaya– gaya yang bekerja. Konsekuensinya adalah harus memperhitungkan struktur bawah dalam hal ini adalah Pondasi Foot Plat yang harus dapat menahan beban momen tersebut. Paka lantai Base klik semua ujung bawah kolom, klik menu assign, Joint/Point, Restraints/Support, Pilih Jenis Support Jepit seperti pada gambar 2.17. (Bisa menahan translasi dan rotasi pada semua arah). Klik OK untuk Keluar. Hatama Gambar 2.17. Jenis Support.
  • 15. Seffope 2016 15 ETABS – Fernao Soares Reis 2.6. INPUT BEBAN MATI DAN BEBAN HIDUP PADA PELAT DAN BALOK Untuk menentukan beban – beban yang bekerja yang bekerja pada pelat (Beban hidup dan beban mati tambahan), pilih keseluruhan pelat pada lantai yang mempunya beban yang sama. Pada contoh kali ini lantai 1-3 mempunya beban Hidup dan beban mati tambahan yang sama, Klik semua pelat pada lantai 1 – 3 kemudia pilih menu Assign, Shel/Area Loads, Uniform. Pilih Loads Case Name, Dead, Satuan difganti dengan kg.m. isi Uniform Load dengan 120 (Beban mati tambahan DL = 120 Kg/m2). Pilih arah beban sesuai gaya gravitasi. Klik OK untuk keluar. Untuk memasukan beban Hidup LL maka langkah langkah sama dengan memasukan beban mati, hanya diganti Live pada Load Case Name.Seperti pada gambar 2.18. Untuk memasukan beban pada lantai 4 (Atap) sama dengan langkah – langkah memasukan beban pada lantai 1-3. Gambar 2.18. Menentukan beban pelat lantai Untuk menentukan beban-beban yang bekerja pada balok(Beban dinding bata diasumsikan hanya terdapat pada balok di tepi bangunan dan bekerja pada balok), Pilih semua balok tepi dari lantai 1-3. Pilih menu Assign, Frame/Line Loads, Distributed, Maka akan muncul Pop up Seperti pada gamabar 2.19. Pilih Load Case Name dengan Dead, Satuan diganti dengan kg.m. isi Uniform Load Pada Ujung kiri bawah dengan 625. Klik OK untuk keluar. Keterangan : Tinggi Antara Kolom = 3 m Tinggi Balok = 0.5 m Beban dinding = (3-0.5) . 250 = 625 kg/m’
  • 16. Seffope 2016 16 ETABS – Fernao Soares Reis Gambar 2.19. Menentukan Beban Balok 2.7. INPUT BEBAN GEMPA RENCANA 2.7.1. Reduksi beban hidup PPIUG 1983 pasal 3.5.1 Peluang untuk tercapainya suatu prosentase tertentu dari bahan hidup yang membebani stuktur pemikul suatu gedung selama umur gedung tersebut bergantung pada bagian atau unsur struktur yang titinjau dan bergantung pula pada pengunaan pada gedung itu dan untuk apa beban tersebut ditinjau. Berhubung peluan untuk terjanya beban penuh yang membebani semua bagian dan semua unsur struktur pemikul secara serempak selama umur gedung tersebut adalah sangat kecil, maka bebang hidup tersebut dapat dianggap tidak efektif sepenunya sehinga beban hidup terbagi rata dapat dikalikan dengan suatu koefisien reduksi. Tabel 3.3 menentukan koefisien reduksi beban hidup untuk peninjauan gempa, dimana fungsi gedung adalah untuk perkantoran adalah sebesar 0,30. Untuk memasukan fator 0,3 tersebut pilih menu define, mass source, pada bagian mass definition pilih from loads. Pada bagian di bawah pilih beban dead dan isi nilai multiplier 1. Sedankan untuk beban live 0.3. Klik Ok.
  • 17. Seffope 2016 17 ETABS – Fernao Soares Reis Gambar2.20. Imput Faktor Reduksi Beban Hidup Untuk Gempa. PPIUG 1983 pasal 3.5.4 Pada perencanaan unsur-unsur vertikal seperti kolom yang memikul beberapa lantai tingkat, maka untuk perhitungan gaya normal (gaya aksial) di dalam unsur-unsur struktur verikal seperti kolom, jumlah komulatif beban hidup terbagi rata dapat dibadikan dengan suatu koefisienn reduksi yang nilainya tergantung dengan suatu koefisien reduksi yang nilainya tergantung pada jumlah lantai yang dilikul. Pada perencanaan kolom dengan beban hidup penuh tampa dilakukan dengan koefisien reduksi harus tetap ditinjau pada lantai dengan ruang yang memikul beban berat (rung arsip, ruang penympanan, gedung, dll). Karena fungsi gedung yang direncanakan adalah perkantoran, maka reduksi beban hidup untuk perencanaan kolom harus tetap diperhitungkan.
  • 18. Seffope 2016 18 ETABS – Fernao Soares Reis Koefisien reduksi beban kumulatif untuk perencanaan kolom harus sesuai dengan table 3,4. Jumlah lantai yang dipikul Koefisien reduksi yang dikalikan kepada Jumlah lantai beban hidup kumulatif 1 2 3 4 5 6 7 8 dan lebih 1.0 1.0 0.9 0.8 0.7 0.6 0.5 0.4 Untuk memasukan faktor reduksi beban hidup kumulatif di atas, klik menu Options, preferences, live load reduction. Pada form live load reduction factor seperti pada gambar 4-28, pilih user defined by stories supported. Klik define di bawahnya. Gambar imput 2.21. faktor reduksi beban hidup untuk perencanaan kolom Masukan koefisien reduksi dan jumlah lantai sesuai table 3.4 PPIUG 1983 (lihat gambar 2.22). Klik Ok untuk menutup.
  • 19. Seffope 2016 19 ETABS – Fernao Soares Reis Gambar 2.22 imput faktor reduksi beban hidup kumulatif 2.21. Berat Bangunan Berdasarkan SNI 03-1762-2002 pasal 5.3 lantai tingkat, atap beton dan system lantai dengan ikatan suatu struktur gedung dapat dianggap sangat kaku dalam bidangnya dan karenanya dapat dianggap sebagai diafragma terhadap beban gempa horizontal. Untuk memodelkan pelat sebagai diafragma dan ETABS dapat dengan cepat dan akurat menentukan berat bangunan, pilih semua pelat lantai pada model. Pelat dapat dipilih dengan cara klik satu persatu, tetapi cara ini akan memakan waktu yang lebih lama. Atau dengan cara cepat dengan cara pilih menu select, by wall/ Sla / Deck sections. Pilih slab 120 (gambar 2.23). Maka semua slab 120 setiap lantai akan terpilih. Gambar 2.23. Memilih Semua Pelat Dengan Ukuran Yang Sama
  • 20. Seffope 2016 20 ETABS – Fernao Soares Reis Setelah semua pelat terpilih, pilih menu assing, sbell/ area, rigitd diapbragm. Pilih D1 dan klik OK (gambar 2.24) Gambar 2.24. menentukan diafraghma lantai Setelah diafragma ditentukan, pada semua lantai akan muncul gambar seperti jaringan laba-laba, menandakan bawah pelat lantai sudah ditentukan sebagai diafragma. Lihat gambar 2.25. Gambar 2.25.Diafragma lantai
  • 21. Seffope 2016 21 ETABS – Fernao Soares Reis Hal ini untuk merintahkan ETABS agar memperlakukan pelat yang di modelkan sabagai lantai diafragma yang kaku. Sehinga ETABS akan dapat melakukan perhitungan berat bangunan keseluruhan dari pelat dan beban yang bekerja padanya. Selanjunya jalankan pilih menu analyze, set analysis options. Maka akan muncul pop up seperti pada gambar 2.26. Kilk gambar di bawa tulisan fuul 3D. kosongkan semua pilihan dynamic analysis, include P-delta, save access DB file. Klik OK. Gambar 2.26. Pilihan Untuk Analisis Program Pili lagi menu analyze, run analtsis. Program ETABS akan melakukan analisis seperti pada gambar. 2.27.
  • 22. Seffope 2016 22 ETABS – Fernao Soares Reis Gambar 2.27. analisis struktur Untuk dapat melihat hasil yang diinginkan, yaitu berat total bangunan. Langkah selanjutnya adalah merubah unit satuan menjadi kg-m. pilih menu file, print tables, analysis, output. Maka akan muncul pop up seperti pada gambar 2.28. Gambar 2.28. pilihan output untuk mendapatkan berat bangunan
  • 23. Seffope 2016 23 ETABS – Fernao Soares Reis Kosongkan semua pilihan, kecuali hanya building output dan print to file, tekan select loads untuk menentukan beban yang diinginkan. Pilih beban dead dan live. Artinya beban mati struktur dan beban hidup saja yang diperhitungkan. Untuk menimpan file output dalam bentuk file txt, klik tulisan print to file, kemudian klik browse untuk memberi nama dan lokasi file output. Sebagai contoh file dinamai berat.txt untuk kemudahan. Kilk save. Klik OK. Kemudian pilih menu file, display input/output text files, pilih file berat.txt. maka file berat.txt akan terbuka. Pada file ini ditunjuukan nama file, satuan yang digunakan (perhatikan pada file ini satuan yang digunakan sudah dalam unit satuan kg-m), tanggal dan waktu output dibuat, dan data output yang dihasilkan. Building output, terdiri dari, Centres Of Comulative Mass And Centres Of Rigidity, Story Forces Dan Tributary Area And Reduced Live Load Factore. Pada output centers of comulative mass and centers of rigidity, bagian kolom MASS terhadap nilai massa bangunan. Untuk mencari berat, adalah dengan mengalikan massa lantai dengan satuan gravitasi yaitu 9,81 m/det2 . Yang harus diingat nilai-nilai tersebut adalah nilai kumulatif. Sehingga untuk mencari berat tiap lantai adalah dengan cara mengurangi nilai massa lantai yang diinginkan dengan massa lantai di atasnya, kemudian dikalikan dengan 9,81. Contoh : Untuk menghitunG berat lantai 4 Massa = massa lantai 4-0 = Berat lantai 4 = massa x 9,81 = .........kg Untuk menhitungkan berat lantai 4 Massa = massa lantai 3 - massa lantai 4 = ........... Berat lantai = massa x 9,81 = ............. kg
  • 24. Seffope 2016 24 ETABS – Fernao Soares Reis Dan seterusnya. Berat tiap lantai dapat dirangkup dalam table berikut ini : Lantai Berat (kg) STORY 5 STORY 4 STORY 3 STORY 2 STORY 1 total Waktu geta alami Sesuai seperti yang disebutkan pada (**) pasal 5.6, gedung harus dibatasi agar tidak terlalu fleksibel. Hal in I untuk mencegah kerusakan komponen struktur gedung serta menyediakan kenyamanan bagi pengguna gedung. Apabilah suatu gedung menerima beban gempa besar, tetapi tidak ada batasan waktu getaralaminya; maka pengguna gedung dan seisinya bisa dibaratkan seperti dadu yang dikocok dalam suatu kotak. Dengan rumus empiris method A dari UBC Section 1630.2,2, waktu getar alami gedung adalah : Tempiris = Ct hn ¾ = satuan detik Dimana : Ct adalah koefisien untuk bangunan beton bertulang Hn adalah tinggi gedung dalam m, diukur dari taraf penjepitan Menurut (**) pasal 5.6 tabel 8, untuk wilayah gempa 3, pembatasan waktu getar alami adalha : T = ς,n = satuan deitk
  • 25. Seffope 2016 25 ETABS – Fernao Soares Reis Dimana : ς adalha koefisien yang tergantung wilaya gempa N adalah jumlah tinkat gedung yang ditinjau. T emperis < T = detik. OK. Gaya Geser Dasar Nominal Langka selanjutnya menentukan gaya geser dasar nominal yang terjadi pada tinkat dasar gedung, yang diperhitunkan akibat berat gedung, dan wilaya gempa dimana gedung tersebut akan di bangun. Rumusnya adalah : V = C1 IW1 𝑅 Dimana : C1 =adalah nilai faktor respon gempa sesuai 03-1762-2003 gambar 2 I = adalah keutaman gedung sesuai 03-1762-2003 tabel 1 Wt = adalah berat total bangunan R = adalah faktor reduksi gempa sesuai 03-1762-2003 tabel 3 Ditribuisi gaya geser horizontal gempa Setelah mengetahui gaya dasar nominal yang akan terjadi di dasar gedung ketika gempa berlansung, selanjunya hitun distribuisi gaya geser horizontal gempa sepanjang tingi gedung dan beban gempa rencana yang akan ditanggunh oleh keseluruhan komponen struktur gedung dapat mulai ndimodelkan. Prinsinya seluru gaya geser dasar nominal tersebut ahan dibagi ke setiap lantai gedung dengan cara mendistribusikan gaya tersebut berdasartkan porsi berat lantai dan ketingginnya. Beban- beban yang didistribusikan bekerja pada pusat massa lantai.
  • 26. Seffope 2016 26 ETABS – Fernao Soares Reis Untuk itu rumus yang digunakan adalah : 𝐹𝑖 = 𝑊𝑖. 𝑧𝑖 ∑ 𝑊𝑖. 𝑧𝑖𝑛 𝑖=1 𝑉 Dimana : Fi adalah gaya geser horizontal akibat gempa pada lantai ke-i Zi adalah ketiggian lantai pada tingkat ke-i Wi adlah berat lantai tingkat ke-I termasuk beban hidup V adalah gaya geser dasar nominal Tabel 4,2 merangkum hasil perhitungan yang akan menghasilkan nilai Fi dalam arah x dan y. Tabel 4.2 distribuisi gaya geser dasar akibat gempa sepanjang tinggi gedung. lantai Zi (m) Wi (kg) Wi.zi Fix,y (kg) STORY 5 STORY 4 STORY 3 STORY 2 STORY 1 ∑ Fi adalah gaya horisontal akibat distribusi gaya geser dasar yang bekerja pada pusat massa tiap lantai gedung. Dengan fasilitas yang telah diberikan oleh ETABS, beban gempa dapat lebih mudah dimodelkan. Pilihan menu define,static load case. Maka akan muncul pop up seperti pada gambar 4-37. Tambakan jenis beban FX dan FY, pilih quake (gempa) sebagai type beban, masukan self weigbt multiplier 0 dan pilih user loads seperti tampak pada gambar 4-37
  • 27. Seffope 2016 27 ETABS – Fernao Soares Reis Gambar 2.29.Penentuan Jenis Beban Statis FX adalah bebam gempa yang bekerja searah sumbu X, sedangkan FY adalah beban gempah yang bekerja searah sumbu Y. Setelah itu pada masing-masing FX dan FY, klik modify lateral load. Maka akan muncul lagi pop up seperti pada gambar 2.30. Isikan nilai pada kolom FX dengan nilai yang didapat pada table 4-2. Pada kolom FY tidak diisi angka apapun (tetap 0). Sebaliknya ,untukmengisi beban FY, pada kolom FX tidak diisi dengan angka apapun (tetap 0). Pengisian kolom X dan Y akan dijelaskan pada topic selanjutnya. Gambar 2.30. Distribusi gaya geser pada tiap lantai Keterangan: Perlu diingat langkah perhitungan gempa ini hanya untuk pembebanan gempa pada struktur gedung beraturan. Untuk struktur gedung yang tidak beraturan adaperbedaan pada langkah perhitungan.
  • 28. Seffope 2016 28 ETABS – Fernao Soares Reis 6.1. KOMBINASI BEBAN Menurut SNI 03-2847-2002 pasal 11.1 : Struktur dan komponen struktur harus direncanakan hingga semua penampang mempunyai kuat rencana minimum sama denga kuat perlu yang dihitung berdasarkan kombinasi beban dan gaya terfaktor yang sesuai dengan ketentuan tata cara ini. Komponen struktur juga harus memenuhi ketentuan lain yang tercantum dalam tata cara ini untuk menjamin tercapainya perilaku struktur yang baik pada tingkat beban kerja. Kuat perlu adalah kekuatan suatu kompone struktur atau penampang yang diperlukan untuk menahan beban terfaktor atau momen dan gaya dalam yang berkaitan dengan beban tersebut dalam suatu kombinasi. Kombinasi pembebanan untuk gedung sudah ditetapkan berdasarkan SNI 03-2847-2002 pasal 11.2 Kombinasi pembebanan pada perhitungan struktur gedung dapat dirangkum sebagai berikut : 1. 1,4 DL 2. 1,2 DL + 1,6 LL 3. 0,9 DL + 1,0 E 4. 1,2 DL + 1,0 LL + 1,0 E Dimana : DL adalah beban mati LL adalah beban hidup E adalah beban gempa Beban gempa (E) diangap bekerja 100% pada arat sumbu utama bersamaan dengan 30% pada arah tegak lurus sumbu utama. Dalam contoh kasus ini tidak diperhitunkan beban angin, karena dianggap beban angin kurang menentikan (tidak terlalu tinggi dan tidak langsing) Beban atap dan beban hujan seperti pada SNI 03-2847-2002 pasal 11.2.1 dan 11.2.2 juga tidak diperhitungkan.
  • 29. Seffope 2016 29 ETABS – Fernao Soares Reis Maka kombinasi beban yang dimasukkan dalam ETABS adalah : 1. 1,4 DL 2. 1,2 DL +1,6 LL 3. 1,2 DL + LL + Fx + 0,3 Fy 4. 1,2 DL + LL + Fx - 0,3 Fy 5. 1,2 DL + LL – Fx + 0,3 Fy 6. 1,2 DL + LL – Fx – 0,3 Fy 7. 0,9 DL + Fx + 0,3 Fy 8. 0,9 DL + Fx – 0,3 Fy 9. 0,9 DL – Fx + 0,3 Fy 10. 0,9 DL – Fx – 0,3 Fy 11. 1,2 DL + LL + 0,3 Fx + Fy 12. 1,2 DL + LL + 0,3 Fx – Fy 13. 1,2 DL + LL – 0,3 Fx + Fy 14. 1,2 DL + LL – 0,3 Fx – Fy 15. 0,9 DL + 0,3 Fx +Fy 16. 0,9 DL + 0,3 Fx – Fy 17. 0,9 DL – 0,3 Fx + Fy 18. 0,9 DL – 0,3 Fx – Fy Dimana : FX = beban gempa arah X FY = beban gempa arah Y Untuk mengaplikasikan kombinasi pembebanan ke dalam ETABS, pilih menu define, load combination, maka akan muncul pop up seperti pada gambar 2.31. Gambar 2.31. Jenis kombinasi pembebanan Untuk memasukkan kombinasi beban yang baru, pilihan Add New Combo. Berikan nama kombinasi beban sebagai COMBO1. Pada load combination type pilih Add. Pada case name pilih beban DEAD static load dan isikan kolom scale factor dengan nilai 1,4. Tekan
  • 30. Seffope 2016 30 ETABS – Fernao Soares Reis OK. Ulangi seluruh langkah tersebut di atas untuk membuat semua tipe kombinasi seperti pada gambar 2.32. Gamar 2.32. Input kombinasi pembebanan 6.2 FAKTOR REDUKSI KEKUATAN Sesuai SNI 03-2847-2002 pasal 11.3 tentang kuat rencana suatu komponen struktur, sambungannya dengan komponen struktur lain, dan penampangnya, sehubungan dengan perilaku lentur, beban normal, geser, dan torsi, harus diambil sebagai hasil kalih kuat nominal, yang dihitung berdasarkan ketentuan dan asumsi dari tata cara ini,dengan suatu factor reduksi kekuatan.ø Faktor reduksi kekuatan ø ditentukan sebagai berikut : Lentur 0.80 Aksial - Tarik 0.80 Aksial Tekan – Ties 0.65 Aksial Tekan – Spiral 0.70 Geser 0.75 Torsi 0.75 Bearing 0.95 Mengenai hal ini, diberikan sedikit penjelasan mengenai definisi kekuatan. Seperti disebutkan dalam SNI 03-2847-2002 pasal 3. Kuat nominal, kn adalah kekuatan suatu komponen struktur atau penampang yang dihitung berdasarkan ketentuan dan asumsi metode perencanaan.
  • 31. Seffope 2016 31 ETABS – Fernao Soares Reis Kuat perlu, kp adalah kekuatan suatu komponen struktur atau penampang yang diperlukan untuk menahan beban terfaktor yang tercankup dalam kombinasi beban. Kuat rencana adalah kuat nominal dikalikan dengan suatu factor reduksi. Dalam setiap perencanaan, kuat rencana haruslah selalu lebih besar dari kuat perlu atau dapat dibuat hubungan matematisnya sebagai berikut : Ø kn > kp Software ETABS melakukan perhitungan struktur beton dengan berdasar pada peraturan ACI 318-99 dan tidak memiliki peraturan SNI. Oleh sebab itu perlu dilakukan penyesuaian pada factor reduksi kekuatan yang digunakan pada SNI. Untuk mengaplikasikan faktoe reduksi kekuatan ø tersebut kedalam ETABS, maka dapat dilakukan dengan cara pilih menu options,preferences,concrete frame design (untuk merencanakan komponen beton bertulan) Maka akan muncul pop up seperti pada gambar 2.33. kemudian isikan nilai-nilai ø pada tempat yang sesuai. Phi (Bending- Tension) = 0,8 Phi (Compression Tied) = 0.65 Phi (Compressio Spiral) = 0.7 Phi (Shear) = 0.75 Gambar 2.33. reduksi Kekuatan
  • 32. Seffope 2016 32 ETABS – Fernao Soares Reis BAB 3 DESAIN PELAT Refrensi Buku Ali Asroni
  • 33. Seffope 2016 33 ETABS – Fernao Soares Reis BAB 4 DESAIN BALOK 4.1.OUTPUT GAYA – GAYA DALAM Untuk desain tulangan balok, jalangkan lagi file ETABS dengan klik Run/Analysis. Setelah proses running file ETABS selesai maka dapat dilihat hasil output yang dibutuhkan. Salah satunya adalah untuk mengetahui gaya – gaya dalam. Dipilih Gaya – gaya yang memiliki nilai Maximal untuk mendesain Tulangn Lentur, Tulangan Geser dan lainnya. Diagram gaya-gaya dalam dapat dilihat langsung melalui cara pilih menu display, show member forces, frame/pier/spandrel forces.Akan muncul seperti 4.1. Pada form seperti pada gambar 4.1 bisa dipilih jenis gaya dalam yang akan dimunculkan dan jenis beban yang diinginkan. Gambar 4.1. Jenis Gaya-gaya Dalam
  • 34. Seffope 2016 34 ETABS – Fernao Soares Reis 4.2. Diagram gaya-gaya dalam balok dengan angka(Momen 3-3-) Untuk mengetahui secara detail besaran gaya-gaya dalam dan lendutan pada titik tertentu pada suatu balok, klik kanan pada balok yang akan dilihat gaya-gaya dalam dan lendutan akan ditampilkan seperti gambar 4.3. Gambar 4.3. Tampila detail gaya-gaya Dalam Balok
  • 35. Seffope 2016 35 ETABS – Fernao Soares Reis Untuk mendapatkan Output gaya-gaya dalam pada balok (Momen, Geser Aksil dan lainnya) dalam bentuk file text txt, klik menu file, print table, analysis output, Akan keluar print Output Tables seperti ada pada gambar 4.4. 4.5. Pilihan output untuk mendapatkan gaya-gaya dalam
  • 36. Seffope 2016 36 ETABS – Fernao Soares Reis 4.2.DESAIN TULANGAN LENTUR. ØMn = Ø.As.fy.(d-0,5.a) 𝑎 = As. fy 0,85. 𝑓𝑐′. 𝑏 𝐴𝑠, 𝑢 = Mu Ø. 𝑓𝑦. 𝑑 Asmin = 1,4. b. d 𝑓𝑦 ØMn > Mu Dimana : Mn = Momen Nominal (N.mm) a = Tinggi Blok tegangan beton persegi equifalen (mm) Mu = Momen Ultimate N.mm As,u = Luas tulangan Perlu (mm2 ) As = Luas tulangan terpasang (mm2 ) fy = tegangan leleh baja (Mpa) f’c = Kuat tekan beton (Mpa) Tabel 4.1. Lokasi Mu As Perlu As terpasang ØMn Keterangan As,u<AsKg.cm cm2 cm2 Kg.cm Ujung Kiri Tarik Tekan Tengah Tarik Tekan UjungKanan Tarik Tekan
  • 37. Seffope 2016 37 ETABS – Fernao Soares Reis 4.3.DESAIN TULANGAN GESER SNI 03-2847-2002 Pasal 13.3.2.1. ØVn >Vu Vn = Vc+ Vs Ø(Vc+Vs)>Vu Vc = 1 6 √𝑓′ 𝑐. 𝑏. 𝑑 𝑉𝑠 = Vu−ØVc Ø < 2 3 √f′c b. d jika Tidak maka balok diperbesar 𝑠 = 𝐴𝑣.𝑓𝑦..𝑑 𝑉𝑠 = satuan mm<d/2(Untuk tengah bentangan) <d/4 (Untuk Ujung Bentangan)SNI 03- 2847-2002. Pasal 23.10.4.2. Dimana : ØVn = faktor reduksi kuat geser senilai 0,75 Vu = gaya geser terfakor (kN) Vc = Kuat geser nominal yang disumbangkan beton (N) Vs = kuat geser nominal yang disumbangkan tulangan geser (N) s = Jarak tulangan geser (mm) d = Tinggi efektif balok (mm) Av,u = Luas Tulangan Perlu (mm2 ) Av = Luas Tulangan Terpasang (mm2 )
  • 38. Seffope 2016 38 ETABS – Fernao Soares Reis BAB 5 DESAIN KOLOM 5.1. DESAIN TULANGAN LENTUR Sesuia SNI 03-2847-2003 Kuat tekan rencana kolom tidak boleh diambil lebih besar dari ØPnmax ØPnmax= 0,80.Ø.(0,85.f’c.(Ag-Ast)+Ast.fy)> 0,1.f’c.Ag ØPnmax= 0,80.Ø.(0,85.f’c.(Ag-Ast)+Ast.fy)> Pu (Pumaks dari Output ETABS) Ast = Hasil Output dari ETBAS 5.2. DESAIN TULANGAN GESER SNI 03-2847-2002 Pasal 13.3.2.1. ØVn > Vu Vn = Vc+ Vs Ø(Vc+Vs)>Vu Vc = [1 + 𝑁𝑢 14.𝐴𝑔 ] . [ √𝑓′𝑐 6 ] 𝑏. 𝑑 𝑉𝑠 = Vu−ØVc Ø < 2 3 √f′c b. d jika Tidak maka balok diperbesar = Ø = 0,75 𝑠 = 𝐴𝑣.𝑓𝑦..𝑑 𝑉𝑠 = satuan mm <d/2 (Untuk tengah bentangan) SNI 03-2847-2002. Pasal 23.10.4.2.
  • 39. Seffope 2016 39 ETABS – Fernao Soares Reis Dimana : ØVn = faktor reduksi kuat geser senilai 0,75 Vu = gaya geser terfakor (kN = Hasil Output dari ETBAS) Vc = Kuat geser nominal yang disumbangkan beton (N) Vs = kuat geser nominal yang disumbangkan tulangan geser (N) s = Jarak tulangan geser (mm) d = Tinggi efektif balok (mm) Av,u = Luas Tulangan Perlu (mm2 ) Av = Luas Tulangan Terpasang (mm2 )
  • 40. Seffope 2016 40 ETABS – Fernao Soares Reis BAB 6 DESAIN PONDASI
  • 41. Seffope 2016 41 ETABS – Fernao Soares Reis Daftar Pustaka SNI 03-2847-2002, Tata Cara perhitungan struktur Beton Untuk Bangunan Gedung, Bandung Desember 2002 (Beta Version) SNI 03-1726-2003, Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung, Bandung Juli 2003 (Beta Version) Anugrah Pamunkas & Erny Harianti, Gedung Beton Bertulang Tahan Gempa, ITSPress, Surabya 2009