SlideShare a Scribd company logo
1 of 190
Download to read offline
KARYA TULIS ILMIAH
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN EFUSI PLEURA YANG
DI RAWAT DI RUMAH SAKIT
OLEH:
TIKA HERLIA
NIM. P07220117077
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D-III KEPERAWATAN
SAMARINDA
2020
KARYA TULIS ILMIAH
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN EFUSI PLEURA DI
RAWAT DI RUMAH SAKIT
Untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan (Amd.Kep) Pada
Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur
Oleh:
TIKA HERLIA
NIM : P07220117077
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D-III KEPERAWATAN
SAMARINDA
2020
ii
SURAT PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa karya tulis ilmiah ini adalah hasil karya sendiri dan
bukan merupakan jiplakan atau tiruan dari karya tulis ilmiah lain untuk memperoleh
gelar dari berbagai jenjang pendidikan di perguruan tinggi manapun baik sebagian
maupun keseluruhan. Jika terbukti bersalah, saya bersedia menerima sanksi sesuai
ketentuan yang berlaku.
Balikpapan, 8 mei 2020
Yang menyatakan
TIKA HERLIA
NIM. P07220117077
iii
LEMBAR PERSETUJUAN
KARYA TULIS ILMIAH INI TELAH DISETUJUI
UNTUK DIUJIKAN
TANGGAL 8 Mei 2020
Oleh
Pembimbing
Rahmawati Shoufiah, S.ST., M.Pd
NIDN. 4020027901
Pembimbing Pendamping
Nurhayati, S.ST., M.Pd
NIDN. 4024016801
Mengetahui,
Ketua Program Studi D III Keperawatan
Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur
Ns. Andi Lis AG, M. Kep
NIP. 196803291994022001
iv
Karya Tulis Ilmiah Pasien Dengan Efusi Pleura yang dirawat di rumah sakit
Tahun 2020
Telah Diuji
Pada tanggal 8 Mei 2020
PANITIA PENGUJI
Ketua Penguji
1. Rus Andraini, A.Kp, M.P.H ...........................................
NIDN. 4006027101
Penguji Anggota
1. Rahmawati Shoufiah, S.ST.,M.Pd ...........................................
NIDN. 4020027901
2. Nurhayati, S.ST., M.Pd ...........................................
NIDN. 4024016801
Mengetahui,
Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur Poltekkes Kemenkes KalimantanTimur
Ketua Jurusan Keperawatan Ketua Prodi D-III Keperawatan
Hj. Umi Kalsum, S. Pd., M.Kes Ns. Andi Lis AG, M. Kep
NIP. 196508251985032001 NIP. 196803291994022001
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Data Diri
1. Nama : Tika Herlia
2. Jenis Kelamin : Perempuan
3. Tempat, Tanggal Lahir : kuningan, 14 oktober 1998
4. Agama : Islam
5. Pekerjaan : Mahasiswa
6. Alamat : Jl. Gunung stelling Rt.52 Gn. Samarinda
B. Riwayat Pendidikan
1. TK RA-Raudathul Aftah Tahun 2003-2004
2. SD Negeri 009 Pekanbaru Tahun 2005-2010
3. SMP Negeri 13 Balikpapan Tahun 2011-2014
4. SMA Negeri 7 Balikpapan Tahun 2014 - 2017
5. Mahasiswa Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kaltim Tahun 2017
sampai sekarang
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala atas
berkat dan rahmatnya yang telah diberikan kepada saya sehingga dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini dalam rangka memenuhi persyaratan
ujian akhir program Diploma III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan Kalimantan Timur Jurusan Keperawatan Samarinda Kelas C Balikpapan
dengan judul “Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Efusi Pleura”.
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis banyak mengalami
kesulitan dan hambatan, akan tetapi semuanya bisa dilalui berkat bantuan dari
berbagai pihak. Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis telah mendapatkan
bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak baik materil maupun moril.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
yang terhormat :
1. H.Supriadi B, S.Kp.,M.Kep, selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan Kalimantan Timur.
2. Hj. Umi Kalsum, S. Pd., M.Kes, selaku Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur.
3. Ns. Andi Lis Arming Gandini, M.Kep, selaku Ketua Prodi D-III Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur.
4. Ns. Grace Carol Sipasulta, M.Kep.,Sp.Kep.Mat, selaku Penanggung Jawab Prodi
D-III Keperawatan Kelas Balikpapan Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan Kalimantan Timur.
vii
5. Rahmawati Shoufiah, S.ST.,M.Pd, selaku Pembimbing I yang telah banyak
memberikan bimbingannya sehingga Karya tulis imiah ini dapat terselesaikan
dengan baik.
6. Nurhayati, S.ST.,M.Pd, selaku Pembimbing II yang telah banyak memberikan
bimbingannya sehingga Karya tulis imiah ini dapat terselesaikan dengan baik.
7. Bapak Ade Herman dan Ibu Juliati selaku orang tua saya terimakasih banyak yang
selalu mendukung, dan mendoakan tanpa hentinya.
8. Adik saya Galih Citra Putri, terimakasih sudah mendukung untuk menyelesaikan
pendidikan yang saya jalani.
9. Teman-teman angkatan ke – 6 Prodi D-III Keperawatan Kelas Balikpapan yang
selalu mendukung dalam penyusunan Karya tulis imiah ini.
Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu masukan,
saran, serta kritik sangat diharapkan guna kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.
Balikpapan, 21 Februari 2020
Tika Herlia
viii
ABSTRAK
“ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN EFUSI PLEURA”
Gangguan sistem pernapasan merupakan penyebab utama banyaknya
ukuran dan jumlah individu yang terkena penyakit di bagian organ pernapasan salah
satunya efusi pleura. Efusi pleura biasanya disebebkan oleh adanya penyakit infeksi
dan non infeksi. Tingginya angka kejadian efusi pleura ini salah satunya disebabkan
oleh keterlambatan penderita untuk memeriksakan kesehatannya sejak dini. Efusi
pleura jika tidak mendapatkan penanganan akan mengakibatkan gangguan pada
pola napas dan tindakan pengaturan posisi serta pembedahan berupa pemasangan
water seal drain dapat dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan
gambaran asuhan keperawatan pada pasien dengan efusi pleura di RSUD dr.
Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan dan RSUD Dr. H. Abdoel Moeloek Provinsi
Lampung.
Penelitian ini menggunakan metode literature review asuhan keperawatan
pada dua kasus yang sama sebagai subjek penelitian pasien dewasa dengan
penyakit Efusi pleura di ruang Flamboyan A RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo
Balikpapan dan RSUD Dr. H. Abdoel Moeloek Provinsi Lampung. Metode
pengambilan data adalah dengan wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, studi
dokumentasi. Instrumen pengumpulan data menggunakan format pengkajian
asuhan keperawatan sesuai ketentuan yang berlaku di prodi keperawatan Poltekkes
Kaltim.
Hasil penelitian didapatkan data masing-masing pasien mengeluh sesak
napas. Pada pasien pertama ditemukan 3 diagnosa keperawatan dan pada pasien
kedua ditemukaan 3 diagnosa keperawatan. Setelah dilakukan asuhan keperawatan
selama tiga hari pada kedua pasien didapatkan hasil yaitu dengan dua masalah
pasien teratasi dan satu masalah pasien sebagian teratasi sesuai dengan tujuan dan
kriteria hasil yang telah dibuat dan ditetapkan peneliti.
Dapat disimpulkan bahwa setiap pasien dengan efusi pleura memiliki
respon yang berbeda terhadap masalah. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi atau status
kesehatan dan kemampuan pasien dalam menghadapi suatu masalah. Sehingga
perawat harus melakukan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk
menangani masalah keperawatan pada setiap pasien dan meningkatkan
keterampilan dalam melaksanakan asuhan keperawatan khususnya pada pasien
efusi pleura.
Kata kunci : Efusi Pleura, Asuhan Keperawatan
ix
ABSTRACT
" NURSING CARE IN PATIENTS WITH PLEURAL EFFUSION"
Respiratory system disorders are the main cause of the large size and number
of individuals affected by disease in the respiratory organs, one of which is pleural
effusion. Pleural effusion is usually caused by infectious and non-infectious
diseases. The high incidence of pleural effusion is one of them caused by the delay
of patients to check their health early. This study aims to obtain an overview of
nursing care in patients with pleural effusion in Dr. Hospital. Kanujoso
Djatiwibowo Balikpapan and RSUD Dr. H. Abdoel Moeloek Provinsi Lampung.
This study uses a case study method with the literature review by
implementing care as a unit of analysis. The unit of analysis is adult patients with
pleural effusion. The data collection method is by interview, observation, physical
examination, documentation study and. The instrument of data collection uses the
format of Nursing Care according to the provisions in force in the campus nursing
study program at the East Kalimantan Polytechnic.
Based on the assessment, diagnosis, intervention, implementation and
evaluation results, in the first patients found three nursing diagnoses that appeared
only two diagnoses were resolved, one diagnoses were partially resolved, and in the
second patient found three nursing diagnoses that appeared only two diagnoses
were resolved and one diagnoses are partially resolved.
It can be concluded that each patient with pleural effusion has a different
response to the problem. This is influenced by the condition or health status and
ability of the patient to deal with a problem. So that nurses must carry out
comprehensive nursing care to handle nursing problems in each patient and improve
skills in implementing nursing care, especially in patients with pleural effusion.
Keywords: Pleural Effusion, Nursing Care
x
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL DEPAN...............................................................................
HALAMAN SAMPUL DALAM ............................................................................ i
LEMBAR PERNYATAAN....................................................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN ..............................................................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN ...............................................................................................iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP............................................................................................v
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv
ABSTRAK...........................................................................................................viii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii
DAFTAR BAGAN .............................................................................................. xiv
DAFTAR TABEL................................................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................ 5
1. Tujuan Umum........................................................................................... 5
2. Tujuan Khusus.......................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 6
Adapun manfaat penulisan proposal ini adalah:.................................................. 6
1. Bagi Peneliti................................................................................................. 6
2. Bagi Tempat Penelitian...............................Error! Bookmark not defined.
xi
3. Bagi perkembangan ilmu keperawatan.......Error! Bookmark not defined.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 7
A. Konsep Dasar Medis .................................................................................... 7
1. Pengertian................................................................................................. 7
2. Etiologi ..................................................................................................... 8
3. Anatomi Fisiologi..................................................................................... 9
4. Klasifikasi............................................................................................... 13
5. Manifestasi Klinis................................................................................... 13
6. Patofisiologi............................................................................................ 14
8. Pemeriksaan Penunjang.......................................................................... 17
9. Komplikasi ............................................................................................. 18
B. Konsep Masalah Keperawatan................................................................... 20
1. Diagnosis Keperawatan.......................................................................... 20
3. Masalah keperawatan ............................................................................. 24
C. Konsep Asuhan Keperawatan Efusi Pleura................................................ 33
1. Pengkajian .............................................................................................. 33
2. Diagnosa Keperawatan........................................................................... 39
3. Intervensi Keperawatan.......................................................................... 40
4. Implementasi Keperawatan .................................................................... 48
5. Evaluasi Keperawatan ............................................................................ 49
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 50
A. Pendekatan/Desain Penelitian.................................................................... 50
xii
B. Subyek Penelitian....................................................................................... 50
C. Batasan Istilah (Definisi Operasional) ....................................................... 51
D. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................... 52
E. Prosedur Penelitian..................................................................................... 52
F. Metode dan instrument Pengumpulan Data ............................................... 53
G. Keabsahan Data.......................................................................................... 53
H. Analisis Data.............................................................................................. 54
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 55
A. Hasil ........................................................................................................... 55
B. Pembahasan.............................................................................................. 101
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................. 117
A. Kesimpulan .............................................................................................. 117
B. Saran......................................................................................................... 118
DATAR PUSTAKA ........................................................................................... 120
LAMPIRAN - LAMPIRAN
xiii
GAFTAR GAMBAR
Gambar 2.2 Anatomi Paru dan Pleura.............................................................. 9
xiv
DAFTAR BAGAN
BAGAN 2.1 Pathway Efusi Pleura.............................................................. 23
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Hasil Anamnesis Pada Pasien 1 dan 2 ...............................................57
Tabel 4.2 Hasil Observasi dan Pemeriksaan Fisik Pada Pasien.........................60
Tabel 4.3 Hasil Pemeriksaan Penunjang Pada Pasien........................................73
Tabel 4.4 Hasil Penatalaksanaan Terapi Pada Pasien ........................................74
Tabel 4.5 Diagnosa Keperawatan Pada Pasien ..................................................74
Tabel 4.6 Perencanaan Pada Pasien 1dan 2 .......................................................77
Tabel 4.7 Implementasi Keperawatan Pasien 1 dan 2........................................80
Tabel 4.8 Evaluasi Keperawatan Pasien 1 dan 2................................................94
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Asuhan Keperawatan Pasien 1
Lampiran 2 Asuhan Keperawatan Pasien 2
Lampiran 3 format konsul
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling utama, manusia
mempunyai beberapa kebutuhan dasar yang harus terpenuhi jika ingin dalam
keadaan sehat dan seimbang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur unsur
yang dibutuhkan oleh manusia dalam mempertahankan keseimbangan
fisiologis maupun psikologis yang bertujuan untuk mempertahankan kehidupan
dan kesehatan. Salah satu keseimbangan fisiologis yang perlu dipertahankan,
yaitu saluran pernafasan yang berfungsi menghantarkan udara (oksigen) dari
atmosfer yang kita hirup dari hidung dan berakhir prosesnya di paru-paru untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh (Rosmalawati & Kasiati, 2016)
Gangguan sistem pernapasan merupakan penyebab utama banyaknya
ukuran dan jumlah individu yang terkena penyakit di bagian organ pernapasan.
Salah satu penyakit gangguan sistem pernapasan pada manusia yaitu efusi
pleura.Efusi pleura adalah cairan yang berlebih di dalam membran berlapis
ganda yang mengelilingi paru-paru (Irianto, 2014).
Efusi pleura merupakan kondisi medis yang dilatarbelakangi oleh
berbagai Penyebab. Data WHO menunjukkan bahwa Efusi pleura disebabkan
oleh berbagai kelainan kardiopulmonal seperti gagal Jantung kongestif,
gangguan hati, hingga keganasan di paru-paru (Mc Gart & Anderson, 2011).
2
Prevalensi efusi pleura di dunia diperkirakan sebanyak 320 kasus per
100.000 penduduk di negara-negara industri dengan penyebarannya tergantung
dari etiologi penyakit yang mendasarinya. Angka kejadian efusi pleura di
Amerika Serikat ditemukan sekitar 1,5 juta kasus per tahunnya dengan
penyebab tersering gagal jantung kongestif, pneumonia bakteri, penyakit
keganasan, dan emboli paru (Rubins, 2013). Hasil penelitian di salah satu rumah
sakit di India pada tahun 2013-2014 didapatkan prevalensi efusi pleura
sebanyak 80 kasus dengan penyebab terbanyak tuberkulosis paru (Jamaluddin,
2015). Sedangkan prevalensi efusi pleura di Indonesia mencapai 2,7% dari
penyakit infeksi saluran napas lainnya dan Kelompok umur terbanyak terkena
efusi pleura antara 40-59 tahun, umur termuda 17 tahun dan umur tertua 80
tahun (Depkes RI, 2006).
Penyebab efusi pleura yang disebabkan infeksi yaitu tuberkulosis,
pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik. Sedangkan
untuk non infeksi disebabkan oleh karsinoma paru, karsinoma pleura,
karsinoma mediastinum, tumor ovarium, bendungan jantung, gagal jantung,
perikarditis konstriktiva, gagal hati, gagal ginjal, hipotiroidisme, kilotoraks,
emboli paru (Morton dkk, 2012).
Pasien-pasien dengan efusi pleura menunjukkan gejala klinis yang
beragam mulai dari efusi pleura tanpa gejala hingga efusi pleura masif yang
menunjukkan berbagai gejala serius yang mengganggu pernapasan. Pada kasus
efusi pleura tanpa gejala, biasanya efusi pleura terlihat dari gambaran X-Ray
thorak (Wedro, 2014).
3
Karakteristik tanda dan gejala dari efusi pleura yang sering terjadi seperti
sesak nafas, batuk kering, dan nyeri dada pleuritik. Pada pemeriksaan fisik
dapat ditemukan bunyi redup saat dilakukan perkusi, berkurangnya taktil vokal
fremitus saat dilakukan palpasi, dan penurunan bunyi napas pada auskultasi
paru (Karkhanis, 2012).
Masalah keperawatan yang umum terjadi pada pasien dengan efusi pleura
salah satunya adalah pola napas tidak efektif dan gangguan pertukaran gas
(NANDA, 2012). Pola napas tidak efektif diakibatkan oleh terganggunya
ekspansi paru akibat akumulasi cairan di pleura sehingga akan menimbulkan
manifestasi klinis seperti peningkatan frekuensi napas, kesulitan bernapas
(dipsnea), penggunaan otot-otot bantu pernapasan, dan pada kasus-kasus berat
muncul gejala hipoksia seperti sianosis. Sementara itu, efusi pleura juga
berakibat pada terganggunya pertukaran gas yang bermanifestasi klinis pada
perubahan nilai gas darah arteri (Wilkinson & Ahern, 2005).
Oleh karena itu, peran perawat dan tenaga kesehatan sangatlah diperlukan
terutama dalam bentuk promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative, untuk
mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut seperti pneumonia,
peneumothoraks, gagal nafas dan kolaps paru sampai dengan kematian. Peran
perawat secara promotife misalnya memberikan penjelesan dan informasi
penyakit Efusi pleura, preventifenya mengurangi merokok dan minum-
minuman beralkohol, kurative misalnya dilakukan pengobatan ke rumah sakit
dan melakukan pemasangan WSD, rehabilitative misalnya melakukan
4
pengecekan kembali kondisi klien ke rumah sakit atau tenaga kesehatan
(Muttaqin, 2008).
Penanganan efusi pleura berfokus pada pemenuhan kebutuhan oksigenasi
yang maksimum.Oksigenasi yang maksimum difokuskan untuk mencapai
pertukaran gas yang adekuat, ventilasi yang adekuat, dan perfusi jaringan yang
adekuat (Dugdale, 2014). Evakuasi cairan dilakukan untuk menjamin ventilasi
dan pertukaran gas yang adekuat. Evakuasi cairain dilakukan melalui tindakan
medis seperti thoracentesis dan pemasangan chest tube (Rubins, 2013).
Tindakan keperawatan juga berperan penting untuk menjamin ventilasi dan
perfusi yang adekuat. Beberapa tindakan keperawatan utama untuk mengatasi
masalah pernapasan pada pasien efusi pleura adalah pengkajian berupa monitor
status pernapasan meliputi frekuensi pernapasan, auskultasi suara paru, monitor
status mental, dispnea, sianosis, dan saturasi oksigen (Wilkinson & Ahern,
2005). Selain itu, tindakan keperawatan yang penting adalah “Positioning” yang
bertujuan untuk meningkatkan ekspansi paru sehingga mengurangi sesak
(Dean, 2014).
Berdasarkan data yang diperoleh dari studi pendahuluan Dari catatan
medical di ruang Flamboyan B RSUD Kanudjoso Djatiwibowo Balikpapan dari
tahun 2018 hingga sekarang ini kasus efusi pleura yang dirawat di RSUD
Kanudjoso Djatiwibowo Balikpapan sebanyak 41 kasus. Sehingga dalam hal
ini penulis tertarik untuk mengambil judul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Dengan Efusi Pleura Di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan
5
Kalimantan Timur” secara komperhensif guna memperoleh gambaran secara
nyata.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah diatas, maka rumusan
masalah pada penelitian ini adalah bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien
dengan Efusi Pleura di RSUD Kanudjoso Djatiwibowo Balikpapan Kalimantan
Timur tahun 2020?.
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penulisan karya tulis ini adalah :
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah memberikan gambaran pelaksanaan asuhan
keperawatan pada pasien dengan Efusi Pleura di RSUD Kanudjoso
Djatiwibowo Balikpapan Kalimantan Timur tahun 2020
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus pada karya tulis ini adalah:
a. Mengkaji pasien dengan Efusi Pleura di RSUD Kanudjoso Djatiwibowo
Balikpapan Kalimantan Timur tahun 2020
b. Menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien dengan Efusi Pleura di
RSUD Kanudjoso Djatiwibowo Balikpapan Kalimantan Timur tahun 2020.
c. Menyusun perencanaan keperawatan pada pasien dengan Efusi Pleura di
RSUD Kanudjoso Djatiwibowo Balikpapan Kalimantan Timur tahun 2020.
6
d. Melaksanakan intervensi keperawatan pada pasien dengan Efusi Pleura di
RSUD Kanudjoso Djatiwibowo Balikpapan Kalimantan Timur tahun 20120.
e. Mengevaluasi asuhan keperawatan pada pasien dengan Efusi Pleura di RUSD
Kanudjoso Djatiwibowo Balikpapan Kalimantan Timur tahun 2020.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penulisan proposal ini adalah:
1. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan penulis dapat memperoleh pengalaman dalam
memberikan asuhan keperawatan serta mengaplikasikan ilmu yang diperoleh
selama pendidikan khususnya pada pasien dengan Efusi Pleura.
2. Bagi perkembangan ilmu pengetahuan
Hasil peneliti ini diharapkan agar selalu menambah dan memperdalam imu
pengetahuan dalam bidang keperawatan khususnya dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan pada pasien efusi pleura menggunakan litearur-literatur terbaru.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Medis
1. Pengertian
Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang
terletak diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer
jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap
penyakit lain (Nurarif et al, 2015).
Efusi pleura adalah kondisi paru bila terdapat kehadiran dan
peningkatan cairan yang luar biasa di antara ruang pleura. Pleura adalah
selaput tipis yang melapisi permukaan paru-paru dan bagian dalam dinding
dada di luar paru-paru. Di pleura, cairan terakumulasi di ruang antara
lapisan pleura. Biasanya, jumlah cairan yang tidak terdeteksi hadir dalam
ruang pleura yang memungkinkan paru-paru untuk bergerak dengan lancar
dalam rongga dada selama pernapasan (Philip, 2017).
Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang
terletak diantara permukaan viceralis dan parietalis. Proses penyakit primer
jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap
penyakit lain (Nurarif & Kusuma, 2015).
Efusi pleura adalah kondisi dimana udara atau cairan berkumpul
dirongga pleura yang dapat menyebabkan paru kolaps sebagian atau
seluruhnya (Nair & Peate, 2015).
8
2. Etiologi
Efusi pleura adalah akumulasi cairan pleura akibat peningkatan
kecepatan produksi cairan, penurunan kecepatan pengeluaran cairan atau
keduanya, ini disebabkan oleh satu dari lima mekanisme berikut (Morton 2012)
:
a. Peningkatan tekanan pada kapiler sub pleura atau limfatik
b. Peningkatan permeabilitas kapiler
c. Penurunan tekanan osmotic koloid darah
d. Peningkatan tekakanan negative intrapleura
e. Kerusakan drainase limfatik ruang pleura
1) Penyebab efusi pleura:
a) Infeksi
(1) Tuberkulosis
(2) Pneumonitis
(3) Abses paru
(4) Perforasi esophagus
(5) Abses sufrenik
b) Non infeksi
(1) Karsinoma paru
(2) Karsinoma pleura: primer, sekunder
(3) Karsinoma mediastinum
(4) Tumor ovarium
(5) Bendungan jantung: gagal jantung, perikarditiskonstriktiva
9
(6) Gagal hati
(7) Gagal ginjal
(8) Hipotiroidisme
(9) Kilotoraks
(10) Emboli paru.
Berdasarkan jenis cairan yang terbentuk, cairan pleura dibagi lagi
menjadi transudat, eksudat dan hemoragi.
a. Transudat dapat disebabkan oleh kegagalan jantung kongesif (gagal
jantung kiri), sindrom nefrotik, asites (karena sirosishati), sindrom vena
kava superior, tumor dan sindrom meigs.
b. Eksudat disebabkan oleh infeksi, TB, pneumonia, tumor, infark paru,
radiasi dan penyakit kolagen.
c. Efusi hemoragi dapat disebabkan oleh adanya tumor, trauma, infark paru
dan tuberculosis.
3. Anatomi Fisiologi
Gambar 2.2 Anatomi Paru dan Pleura (Adita, 2015)
10
a. Trakea
Trakea juga dikenal sebagai tenggorokan. Trakea adalah tulang tabung
yang menghubungkan hidung dan mulut ke paru-paru. Ini adalah tabung
berotot kaku terletak di depan kerongkongan yang sekitar 4,5 inci
panjang dan lebar 1 inci.
b. Bronkus
Bronkus yang terbentuk dari belahan dua trakea pada ketinggian kira-
kira veterbrata torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan
trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Trakea bercabang menjadi
bronkus utama (primer) kiri dan kanan. Bronkus kanan lebih pendek
lebih lebar dan lebih vertikal dari pada yang kiri, sedikit lebih tinggi dari
arteri pulmonalis dan mengeluarkan sebuah cabang utama lewat di
bawah arteri disebut lobus bawah. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih
langsing dari yang kanan, dan berjalan di bawah arteri pulmonalis
sebelum dibelah menjadi beberapa cabang yang berjalan ke lobus atas
dan bawah.
c. Bronkioli
Bronkioli membentuk percabangan menjadi bronkioli terminalis yang
tidak mempunyai kelenjar lender dan silia. Bronkioli terminalis ini
kemudian menjadi bronkioli respiratori, yang dianggap menjadi saluran
transisional antara udara konduksi dan jalan udara pertukaran gas.
Sampai titik ini, jalan udara konduksi mengandung sekitar 150 ml udara
11
dalam percabangan trakeobronkial yang tidak ikut serta dalam
pertukaran gas.
d. Pleura Parietal dan Pleura Visceral
Pleura yang bagiannya menempel dengan dinding dalam rongga dada
disebut pleura parietalis dan bagian yang melekat dengan paru-paru
disebut pleura visceralis. Sebetulnya pleura ini merupakan kantung yang
dindingnya berisi cairan serosa yang berguna sebagai pelumas sehingga
tidak menimbulkan sakit bila antara dinding rongga dada dan paru-paru
terjadi gesekan pada waktu respirasi.
e. Lobus
Lobus merupakan jalur dari paru-paru yang terdiri dari beberapa bagian
yaitu paru kiri terdiri dari dua lobus (lobus superior dan lobus inferior)
dan paru kanan terdiri dari tiga lobus yaitu (lobus superior, lobus medius
dan lobus inferior).
Pleura merupakan lapisan pembungkus paru. Di mana antara pleura
yang membungkus pulmo dekstra et sinistra dipisahkan oleh adanya
mediastinum. Pleura dari interna ke eksterna terbagi atas 2 bagian :
a. Pleura Viscelaris/Pulmonis yaitu pleura yang langsung melekat pada
permukaan pulmo.
b. Pleura Parietalis yaitu bagian pleura yang berbatasan dengan dinding
thoraks.
Kedua lapisan pleura ini saling berhubungan pada hilus pulmonis
sebagai ligamen Pulmonal (pleura penghubung). Di antara kedua lapisan
12
pleura ini terdapat sebuah rongga yang disebut dengan cairan pleura.
Dimana di dalam cairan pleura ini terdapat sedikit cairan pleura yang
berfungsi agar tidak terjadi gesekan antara pleura ketika proses pernapasan.
(Wijaya & Putri, 2013).
Paru-paru terbagi menjadi dua yaitu paru kanan yang terdiri tiga
lobus terdiri dari bagian atas, tengah dan bawah sedangkan paru-paru kiri
terdiri dari 2 lobus yaitu lobus atas dan bawah. Bagian atas puncak paru
disebut apeks yang menjorok ke atas arah leher pada bagian bawah disebut
basal. Paru-paru dilapisi oleh selaput pleura. Dari segi anatomisnya,
permukaan rongga pleura berbatasan dengan paru sehingga cairan pleura
mudah bergerak dari satu rongga ke rongga yang lainnya. Dalam keadaan
normal seharusnya tidak ada rongga kosong diantara kedua pleura, karena
biasanya sekitar 10-20 cc cairan yang merupakan lapisan tipis serosa yang
selalu bergerak secara teratur. Cairan ini berfungsi untuk pelumas antara
kedua pleura, sehingga pleura tersebut mudah bergeser satu sama lain.
Setiap saat, jumlah cairan dalam rongga pleura bisa menjadi lebih
dari cukup untuk memisahkan kedua pleura. Jika terjadi, maka kelebihan
tersebut akan dipompa keluar oleh pembuluh limfatik dari rongga pleura ke
mediastinum. Permukaan superior diafragma dan permukaan lateral pleura
parietalis, memerlukan adanya keseimbangan antara produksi cairan pleura
oleh pleura parietalis dan absorbs oleh cairan viseralis. Oleh karena itu,
rongga pleura disebut sebagai ruang potensial, karena ruang ini normalnya
13
begitu sempit, sehingga bukan merupakan ruang fisik yang jelas (Muttaqin,
2011).
4. Klasifikasi
Efusi pleura di bagi menjadi 2 yaitu:
a. Efusi pleura transudat
Merupakan ultra filtrat plasma, yang menandakan bahwa membran
pleura tidak terkena penyakit. Akumulasi cairan di sebabkan oleh faktor
sistemik yang mempengaruhi produksi dan absorbsi cairan pleura.
b. Efusi pleura eksudat
Efusi pleura ini terjadi akibat kebocoran cairan melewati pembuluh
kapiler yang rusak dan masuk kedalam paru terdekat (Morton, 2012)
5. Manifestasi Klinis
Adapun manifestasi klinik dari efusi pleura yaitu :
a. Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena
pergesekan, setelah cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan
banyak, penderita akan sesak nafas.
b. Adanya gejala penyakita seperti demam, menggigil,dan nyeri dada
pleuritis (pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril (tuberculosis),
banyak keringat, batuk, banyak riak.
c. Deviasi trakea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika
penumpukan cairan pleural yang signifikan.
d. Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan,
karena cairan akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan berkurang
14
bergerak dalam pernafasan, fremitus melemah (raba dan vocal), pada
perkusi didapati daerah pekak, dalam keadaan duduk permukaan cairan
membentuk garis melengkung (garis ellis damoiseu).
e. Didapati segi tiga garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup timpani
dibagian atas garis ellis damoiseu. Segitiga grocco-rochfusz, yaitu
dareah pekak kkarena cairan mendorong mediastinum kesisi lain,pada
auskulasi daerah ini didapati vesikuler melemah dengan ronki.
f. Pada permulaan dan akhir penyakit terdengar krepitasi pleura
6. Patofisiologi
Dalam keadaan normal tidak ada rongga kosong antara pleura
parietalis dan pleura viceralis, karena di antara pleura tersebut terdapat
cairan antara 10 cc - 20 cc yang merupakan lapisan tipis serosa dan selalu
bergerak teratur. Cairan yang sedikit ini merupakan pelumas antara kedua
pleura, sehingga pleura tersebut mudah bergeser satu sama lain. Di ketahui
bahwa cairan di produksi oleh pleura parietalis dan selanjutnya di absorbsi
tersebut dapat terjadi karena adanya tekanan hidrostatik pada pleura
parietalis dan tekanan osmotic koloid pada pleura viceralis. Cairan
kebanyakan diabsorbsi oleh system limfatik dan hanya sebagian kecil
diabsorbsi oleh system kapiler pulmonal. Hal yang memudahkan
penyerapan cairan yang pada pleura viscelaris adalah terdapatnya banyak
mikrovili disekitar sel-sel mesofelial. Jumlah cairan dalam rongga pleura
tetap karena adanya keseimbangan antara produksi dan absorbsi. Keadaan
ini bisa terjadi karena adanya tekanan hidrostatik dan tekanan osmotic
15
koloid. Keseimbangan tersebut dapat terganggu oleh beberapa hal, salah
satunya adalah infeksi tuberkulosa paru .
Terjadi infeksi tuberkulosa paru, yang pertama basil Mikobakterium
tuberkulosa masuk melalui saluran nafas menuju alveoli, terjadilah infeksi
primer. Dari infeksi primer ini akan timbul peradangan saluran getah bening
menuju hilus (Limfangitis local) dan juga diikuti dengan pembesaran
kelenjar getah bening hilus (limphadinitis regional). Peradangan pada
saluran getah bening akan mempengaruhi permebilitas membran.
Permebilitas membran akan meningkat yang akhirnya dapat menimbulkan
akumulasi cairan dalam rongga pleura. Kebanyakan terjadinya efusi pleura
akibat dari tuberkulosa paru melalui focus subpleura yang robek atau
melalui aliran getah bening. Sebab lain dapat juga dari robekkan kearah
saluran getah bening yang menuju rongga pleura, iga atau columna
vetebralis.
Adapun bentuk cairan efusi akibat tuberkolusa paru adalah
merupakan eksudat, yaitu berisi protein yang terdapat pada cairan pleura
tersebut karena kegagalan aliran protein getah bening. Cairan ini biasanya
serous, kadang-kadang bisa juga hemarogik. Dalam setiap ml cairan pleura
bias mengandung leukosit antara 500-2000. Mula-mula yang dominan
adalah sel-sel polimorfonuklear, tapi kemudian sel limfosit, Cairan efusi
sangat sedikit mengandung kuman tubukolusa. Timbulnya cairan efusi
bukanlah karena adanya bakteri tubukolosis, tapi karena akibat adanya efusi
pleura dapat menimbulkan beberapa perubahan fisik antara lain: Irama
16
pernapasan tidak teratur, frekuensi pernapasan meningkat, pergerakan dada
asimetris, dada yang lebih cembung, fremitus raba melemah, perkusi redup.
Selain hal - hal diatas ada perubahan lain yang ditimbulkan oleh efusi pleura
yang diakibatkan infeksi tuberkolosa paru yaitu peningkatan suhu, batuk
dan berat badan menurun (Nair & Peate, 2015).
7. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan pada efusi pleura yaitu: (Nurarif et al, 2015)
a. Tirah baring
Tirah baring bertujuan untuk menurunkan kebutuhan oksigen karena
peningkatan aktifitas akan meningkatkan kebutuhan oksigen sehingga
dispneu akan semakin meningkat pula.
b. Thoraksentesis
Drainase cairan jika efusi pleura menimbulkan gejala subjektif seperti
nyeri,dispneu, dan lain lain. Cairan efusi sebanyak 1 - 1,5 liter perlu
dikeluarkan untuk mencegah meningkatnya edema paru. Jika jumlah
cairan efusi pleura lebih banyak maka pengeluaran cairan berikutnya
baru dapat dikalkukan 1 jam kemudian.
c. Antibiotic
Pemberian antibiotik dilakukan apabila terbukti terdapat adanya infeksi.
Antibiotik diberi sesuai hasil kultur kuman.
d. Pleurodesis
17
Pada efusi karena keganasan dan efusi rekuren lain, diberi obat melalui
selang interkostalis untuk melekatkan kedua lapisan pleura dan
mencegah cairan terakumulasi kembali.
e. Water seal drainage (WSD)
Water seal drainage (WSD) adalah suatu system drainase yang
menggunakan water seal untuk mengalirkan udara atau cairan dari
cavum pleura atau rongga pleura.
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Rontgen dada, biasanya dilakukan untuk memastikan adanya efusi pleura,
dimana hasil pemeriksaan akan menunjukkan adanya cairan.
b. CT scan dada. CT scan bisa memperlihatkan paru-paru dan cairanefusi
dengan lebih jelas, serta bisa menunjukkan adanya pneumonia, abses
paru atau tumor.
c. USG dada, bisa membantu mengidentifikasi adanya akumulasi cairan dalam
jumlah kecil.
d. Torakosentesis, yaitu tindakan untuk mengambil contoh cairan untuk
diperiksa menggunakan jarum. Pemeriksaan analisa cairan pleura bisa
membantu untuk menentukan penyebabnya.
e. Biopsi. Jika dengan torakosentesis tidak dapat ditentukan penyebabnya,
maka dilakukan biopsi, dimana contoh lapisan pleura sebelah luar diambil
untuk dianalisa.
f. Bronkoskopi, pemeriksaan untuk melihat jalan nafas secara langsung untuk
membantu menemukan penyebab efusi pleura.
18
g. Torakotomi, biasanya dilakukan untuk membantu menemukan penyebab
efusi pleura, yaitu dengan pembedahan untuk membuka rongga dada.
Namun, pada sekitar 20% penderita, meskipun telah dilakukan pemeriksaan
menyeluruh, penyebab dari efusi pleura tetap tidak dapat ditentukan.
9. Komplikasi
a. Fibrotoraks
Efusi pleura yang berupa eksudat yang tidak ditangani dengan drainase
yang baik akan terjadi perlekatan fibrosa antara pleura parietalis dan
pleura viseralis. Keadaan ini disebut dengan fibrotoraks. Jika fibrotoraks
meluas dapat menimbulkan hambatan mekanis yang berat pada jaringan
- jaringan yang berada dibawahnya. Pembedahan pengupasan
(dekortikasi) perlu dilakukan untuk memisahkan membran - membran
pleura tersebut.
b. Atalektasis
lektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna yang
disebabkan oleh penekanan akibat efusi pleura.
c. Fibrosis paru
Fibrosis paru merupakan keadaan patologis dimana terdapat jaringan
ikat paru dalam jumlah yang berlebihan. Fibrosis timbul akibat cara
perbaikan jaringan sebagai kelanjutan suatu proses penyakit paru yang
menimbulkan peradangan. Pada efusi pleura, atalektasis yang
19
berkepanjangan dapat menyebabkan penggantian jaringan paru yang
terserang dengan jaringan fibrosis.
d. Kolaps Paru
Pada efusi pleura, atalektasis tekanan yang diakibatkan oleh tekanan
ektrinsik pada sebagian/semua bagian paru akan mendorong udara
keluar dan mengakibatkan kolaps paru.
e. Empiema
Kumpulan nanah dalam rongga antara paru-paru dan membran yang
mengelilinginya (rongga pleura). Empiema disebabkan oleh infeksi
yang menyebar dari paru-paru dan menyebabkan akumulasi nanah
dalam rongga pleura. Cairan yang terinfeksi dapat mencapai satu gelas
bir atau lebih, yang menyebabkan tekanan pada paru-paru, sesak napas
dan rasa sakit (Morton, 2012).
20
B. Konsep Masalah Keperawatan
1. Diagnosis Keperawatan
a. Definisi
Diagnosis keperawatan merupakan penilaian klinis mengenai respon
klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya
baik yang berlangsung aktual maupun potensial (PPNI, 2017).
b. Jenis
Jenis diagnosis keperawatan terdiri dari diagnosis keperawatan positif
dan negatif. Diagnosis keperawatan positif meliputi diagnosis
keperawatan promosi kesehatan, sedangkan diagnosis keperawatan
negatif terdiri dari diagnosis keperawatan aktual dan resiko (PPNI,
2017).
1) Positif
Menunjukan bahwa klien dalam kondisi sehat dan dapat mencapai
kondisi lebih sehat atau optimal.
a) Promosi Kesehatan
Menggambarkan adanya keinginan dan motivasi klien untuk
meningkatkan kondisi kesehatannya ketingkat yang lebih baik atau
optimal.
2) Negatif
Menunjukan bahwa klien dalam kondisi sakit atau berisiko mengalami
kesakitan.
a) Aktual
21
Menggambarkan respon klien terhadap kondisi kesehatan atau
proses kehidupannya yang menyebabkan klien mengalami masalah
kesehatan.
b) Resiko
Menggambarkan respon klien terhadap kondisi kesehatan atau
proses kehidupannya yang menyebabkan klien beresiko mengalami
masalah kesehatan.
c. Komponen
Masing - masing komponen diagnosis diuraikan sebagai berikut:
(PPNI, 2017).
1) Masalah (Problem)
Merupakan label diagnosis keperawatan yang menggambarkan
intidari respon klien terhadap kondisi kesehatan atau proses
kehidupannya. Label diagnosis terdiri atas deskriptor atau penjelas
dan fokus diagnostik. Deskriptor merupakan pernyataan yang
menjelaskan bagaimana suatu fokus diagnosis terjadi.
2) Indikator Diagnostik
a) Penyebab (Etiologi) merupakan faktor-faktor yang
mempengaruhi perubahan status kesehatan.
b) Tanda (Sign) dan Gejala (Symptom). Tanda merupakan data
objektif yang diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik,
pemeriksaan laboratorium dan prosedur diagnostik, sedangkan
22
merupakan data subyektif yang diperoleh dari hasil anamnesis
yang dikelompokkan menjadi:
Mayor: Tanda/gejala ditemukan sekitar 80% - 100% validasi
diagnosis.
Minor: Tanda/gejala tidak harus ditemukan, namun jika
ditemukan dapat mendukung penegakan diagnosis.
c) Faktor risiko merupakan kondisi atau situasi yang dapat
meningkatkan kerentanan klien mengalami masalah kesehatan.
Pada diagnosis aktual, indikator diagnostiknya terdiri atas
penyebab dan tanda/gejala. Pada diagnosis risiko tidak memiliki
penyebab dan tanda/gejala, hanya memiliki tanda/gejala yang
menunjukkan kesiapan klien untuk mencapai kondisi yang lebih
optimal.
23
2. Pathway
24
3. Masalah keperawatan
Berikut adalah uraian dari masalah yang timbul bagi penderita efusi
pleura sebelum dilakukan tindakan invasif menurut (Nurarif et al, 2015) dan
(PPNI, 2017):
a. Pola Napas Tidak Efektif (D. 0005)
1) Definisi Masalah
Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi
adekuat.
2) Penyebab
Hambatan upaya napas (mis. Nyeri saat bernafas, kelemahan otot
pernafasan )
3) Gejala Dan Tanda
a) Data Mayor
(1) Subjektif
(a) Dipsnea
(2) Objektif
(a) Penggunaan otot bantu pernapasan
(b) Fase ekspirasi memanjang
(c) Pola napas yang abnormal (misalnya takipnea, bradipnea,
hiperventilasi, kussmaul, cheyne-stokes)
b) Data Minor
(1) Subjektif
(a) Ortopnea
25
(2) Objektif
(a) Pernapasan pursed lip
(b) Pernapasan cuping hidung
(c) Diameter thoraks anterior posterior meningkat
(d) Ventilasi semenit menurun
(e) Kapitas vital menurun
(f) Tekanan Ekspirasi menurun
(g) Tekanan Inspirasi menurun
(h) Ekskursi dada berubah
4) Kondisi Klinis Terkait
a) Trauma thoraks
b. Nyeri Akut (D. 0077)
1) Definisi
Pengalaman sensorik atau emosioal yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional dengan onset mendadak
atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung
kurang dari 3 bulan.
2) Penyebab
Agen pencedera fisiologis (misalnya inflamasi, iskemia, neoplasma)
3) Gejala dan Tanda
a) Data Mayor
(1) Subjektif
Mengeluh nyeri
26
(2) Objektif
(a) Tampak meringis
(b) Bersikap protektif
(c) Gelisah
(d) Frekuensi nadi meningkat
(e) Sulit tidur
b) Data Minor
(1) Subjektif
Tidak tersedia
(2) Objektif
(a) Tekanan darah meningkat
(b) Pola napas berubah
(c) Nafsu makan berubah
(d) Proses berfikir terganggu
(e) Menarik diri
(f) Berfokus pada diri sendiri
(g) Diaforesis
4) Kondisi Klinis Terkait
Infeksi
c. Intoleransi Aktivitas (D.0056)
1) Definisi
Ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari hari.
2) Penyebab
27
Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
3) Gejala dan Tanda
a) Data Mayor
(1) Subjektif
Mengeluh lelah
(2) Objektif
Frekuensi jantung meningkat lebih dari 20% dari kondisi
istirahat
b) Data Minor
(1) Subjektif
(a) Dyspnea/setelah aktivitas
(b) Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas
(c) Merasa lemah
(2) Objektif
(a) Tekanan darah berubah lebih dari 20% dari kondisi
istirahat
(b) Gambaran EKG menunjukan aritmia saat/setelah
aktivitas
(c) Gambaran EKG menunjukan iskemia
(d) Sianosis
4) Kondisi Klinis Terkait
a) PPOK
d. Hipertermia (D. 0130)
28
1) Definisi
Suhu tubuh meningkat diatas rentang normal tubuh.
2) Penyebab
Proses penyakit (mis. Infeksi, kanker)
3) Gejala dan tanda
a) Data mayor
(1) Subjektif
Tidak tersedia
(2) Objektif
Suhu tubuh diatas nilai normal
b) Data minor
(1) Subjektif
Tidak tersedia
(2) Objektif
(a) Kulit merah
(b) Kejang
(c) Takikardi
(d) takipnea
(e) kulit terasa terhangat
4) kondisi terkait
proses infeksi
29
e. Defisit Nutrisi (D. 0019)
1) Definisi
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme.
2) Penyebab
Ketidakmampuan mencerna makanan
3) Gejala dan Tanda
a) Data Mayor
(1) Subjektif
Tidak tersedia
(2) Objektif
Berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal
b) Data Minor
(1) Subjektif
(a) Cepat kenyang setelah makan
(b) Keram atau nyeri abdomen
(c) Nafsu makan menurun
(2) Objektif
(a) Bising usus hiperaktif
(b) Otot pengunyah lemah
(c) Otot menelan lemah
(d) Membran mukosa pucat
(e) Sariawan
30
(f) Serum albumin turun
(g) Rambut rontok berlebihan
(h) Diare
4) Kondisi Klinis Terkait
Infeksi
f. Defisit pengetahuan (D.0111)
1) Definisi
Ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif yang terkait dengan
topic tertentu.
2) Penyebab
Kurang terpapar informasi
3) Gejala dan tanda
a) Data mayor
(1) Subjektif
(a) Menanyakan masalah yan dihadapi
(2) Objektif
(a) Menjalani pemeriksaan yang tidak sesuai anjuran
(b) Menunjukan persepsi yang keliru terhadap masalah
b) Data minor
(1) Subjektif
Tidak tersedia
(2) Objektif
(a) Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat
31
(b) Menunjukan prilaku berlebihan (mis. Apatis,
bermusuhan, agatasi,hysteria)
4) Kondisi klinis terkait
Penyakit kronis
g. Nyeri Akut (D.0077)
1) Definisi
Pengalaman sensorik atau emosioal yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional dengan onset mendadak
atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung
kurang dari 3 bulan.
2) Penyebab
Agen pencedera fisik ( prosedur operasi)
3) Gejala dan Tanda
a) Data Mayor
(1) Subjektif
Mengeluh nyeri
(2) Objektif
(a) Tampak meringis
(b) Bersikap protektif
(c) Gelisah
(d) Frekuensi nadi meningkat
(e) Sulit tidur
32
b) Data Minor
(1) Subjektif
Tidak tersedia
(2) Objektif
(a) Tekanan darah meningkat
(b) Pola napas berubah
(c) Nafsu makan berubah
(d) Proses berfikir terganggu
(e) Menarik diri
(f) Berfokus pada diri sendiri
(g) Diaforesis
4) Kondisi Klinis Terkait
Kondisi pembedahan
h. Risiko infeksi (D. 0142)
1) Definisi
Berisiko mengalami peningkatan terserang organism patogenik.
2) Faktor Risiko
Efek prosedur invasif
3) Kondisi Klinis Terkait
Tindakan invasive
33
C. Konsep Asuhan Keperawatan Efusi Pleura
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
Pada tahap ini meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah,
agama atau kepercayaan, suku bangsa, bahasa yang dipakai, status
pendidikan dan pekerjaan pasien.
b. Keluhan Utama
Biasanya pada pasien dengan efusi pleura didapatkan keluhan berupa :
sesak nafas, rasa berat pada dada, nyeri pleuritik akibat iritasi pleura
yang bersifat tajam dan terlokasilir terutama pada saat batuk dan
bernafas serta batuk non produktif.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dengan effusi pleura biasanya akan diawali dengan adanya tanda
-tanda seperti batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada dada,
berat badan menurun dan sebagainya.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu ditanyakan apakah pasienpernah menderita penyakit seperti TBC
paru, pneumoni, gagal jantung, trauma, asites dan sebagainya.Hal ini
diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya faktor predisposisi.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-
penyakit yang disinyalir sebagai penyebab effusi pleura seperti Ca paru,
asma, TB paru dan lain sebagainya.
34
f. Riwayat Psikososial
Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara
mengatasinya serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang
dilakukan terhadap dirinya.
g. Pengkajian Pola Fungsi
1) Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
2) Adanya tindakan medis danperawatan di rumah sakit mempengaruhi
perubahan persepsi tentang kesehatan, tapi kadang juga
memunculkan persepsi yang salah terhadap pemeliharaan
kesehatan.
3) Kemungkinan adanya riwayat kebiasaan merokok, minum alcohol
dan penggunaan obat-obatan bias menjadi faktor predisposisi
timbulnya penyakit.
4) Pola nutrisi dan metabolisme
5) Dalam pengkajian pola nutrisi dan metabolisme, kita perlu
melakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan untuk
mengetahui status nutrisi pasien.
6) Perlu ditanyakan kebiasaan makan dan minum sebelum dan selama
MRS pasien dengan effusi pleura akan mengalami penurunan nafsu
makan akibat dari sesak nafas dan penekanan pada struktur
abdomen.
7) Peningkatan metabolisme akan terjadi akibat proses penyakit. pasien
dengan effusi pleura keadaan umumnyalemah.
35
h. Pola eliminasi
Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai kebiasaan
defekasi sebelum dan sesudah MRS. Karena keadaan umum pasien yang
lemah, pasien akan lebih banyak bedrest sehingga akan menimbulkan
konstipasi, selain akibat pencernaan pada struktur abdomen
menyebabkan penurunan peristaltik otot-otot tractus digestivus.
i. Pola aktivitas dan latihan
1) Akibat sesak nafas, kebutuhan O2 jaringan akan kurang terpenuhi.
2) Pasien akan cepat mengalami kelelahan pada aktivitas minimal.
3) Disamping itu pasien juga akan mengurangi aktivitasnya akibat
adanya nyeri dada.
4) Untuk memenuhi kebutuhan ADL nya sebagian kebutuhan pasien
dibantu oleh perawat dan keluarganya.
j. Pola tidur dan istirahat
1) Adanya nyeri dada, sesak nafas dan peningkatan suhu tubuh akan
berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan tidur dan istirahat.
2) Selain itu, akibat perubahan kondisi lingkungan dari lingkungan
rumah yang tenang ke lingkungan rumah sakit, dimana banyak
orang yang mondar - mandir, berisik dan lain sebagainya.
k. Pemeriksaan Fisik
1) Status Kesehatan Umum
Tingkat kesadaran pasien perlu dikaji, bagaimana penampilan
pasien secara umum, ekspresi wajah pasien selama dilakukan
36
anamnesa, sikap dan perilaku pasien terhadap petugas, bagaimana
mood pasien untuk mengetahui tingkat kecemasan dan ketegangan
pasien.
2) Sistem Respirasi
Inspeksi pada pasien efusi pleura bentuk hemithorax yang sakit
mencembung, iga mendatar, ruang antar iga melebar, pergerakan
pernafasan menurun. Pendorongan mediastinum ke arah hemithorax
kontra lateral yang diketahui dari posisi trakhea dan ictus kordis.
Pernapasan cenderung meningkat dan pasien biasanya dyspneu.
a) Fremitus tokal menurun terutama untuk effusi pleura yang jumlah
cairannya > 250 cc. Disamping itu pada palpasi juga ditemukan
pergerakan dinding dada yang tertinggal pada dada yang sakit.
b) Suara perkusi redup sampai pekak tegantung jumlah cairannya. Bila
cairannya tidak mengisi penuh rongga pleura, maka akan terdapat
batas atas cairan berupa garis lengkung dengan ujung lateral atas ke
medical penderita dalam posisi duduk. Garis ini disebut garis Ellis-
Damoisseaux. Garis ini paling jelas di bagian depan dada, kurang
jelas di punggung.
c) Auskultasi suara nafas menurun sampai menghilang. Pada posisi
duduk cairan makin ke atas makin tipis, dan dibaliknya ada kompresi
atelektasis dari parenkian paru, mungkin saja akan ditemukan tanda
tanda auskultasi dari atelektasis kompresi di sekitar batas atas cairan.
3) Sistem Cardiovasculer
37
a) Pada inspeksi perlu diperhatikan letak ictus cordis, normal
berada pada ICS-5 pada linea medio klavikula kiri selebar 1 cm.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya
pembesaran jantung.
b) Palpasi untuk menghitung frekuensi jantung (health rate) harus
diperhatikan kedalaman dan teratur tidaknya denyut jantung,
perlu juga memeriksa adanya thrill yaitu getaran ictuscordis.
c) Perkusi untuk menentukan batas jantung dimana daerah jantung
terdengar pekak. Hal ini bertujuan untuk menentukan adakah
pembesaran jantung atau ventrikel kiri.
d) Auskultasi untuk menentukan suara jantung I dan II tunggal atau
gallop dan adakah bunyi jantung III yang merupakan gejala
payah jantung serta adakah murmur yang menunjukkan adanya
peningkatan arus turbulensi darah.
4) Sistem Pencernaan
a) Pada inspeksi perlu diperhatikan, apakah abdomen membuncit
atau datar, tepi perut menonjol atau tidak, umbilicus menonjol
atau tidak, selain itu juga perlu di inspeksi ada tidaknya
benjolan-benjolan atau massa.
b) Auskultasi untuk mendengarkan suara peristaltik usus dimana
nilai normalnya 5-35 kali per menit.
38
c) Pada palpasi perlu juga diperhatikan, adakah nyeri tekan
abdomen, adakah massa (tumor, feces), turgor kulit perut untuk
mengetahui derajat hidrasi pasien, apakah hepar teraba.
d) Perkusi abdomen normal tympani, adanya massa padat atau
cairan akan menimbulkan suara pekak (hepar, asites,
vesikaurinarta, tumor).
e) Sistem Neurologis
Pada inspeksi tingkat kesadaran perlu dikaji Disamping itu juga
diperlukan pemeriksaan GCS, apakah composmentis atau
somnolen atau comma. Pemeriksaan refleks patologis dan
refleks fisiologisnya.Selain itu fungsi-fungsi sensoris juga perlu
dikaji seperti pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan
dan pengecapan.
f) Sistem Muskuloskeletal
Pada inspeksi perlu diperhatikan adakah edema peritibial.Selain
itu, palpasi pada kedua ekstremetas untuk mengetahui tingkat
perfusi perifer serta dengan pemerikasaan capillary refiltime.
Dengan inspeksi dan palpasi dilakukan pemeriksaan kekuatan
otot kemudian dibandingkan antara kiri dan kanan.
g) Sistem Integumen
Inspeksi mengenai keadaan umum kulit higiene, warna ada
tidaknya lesi pada kulit, pada pasien dengan efusi biasanya akan
tampak cyanosis akibat adanya kegagalan sistem transport
39
oksigen. Pada palpasi perlu diperiksa mengenai kehangatan kulit
(dingin, hangat, demam). Kemudian tekstur kulit (halus-lunak-
kasar) serta turgor kulit untuk mengetahui derajat hidrasi
seseorang,
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seseorang,
keluarga atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses
kehidupan yang aktual ataupun potensial. Diagnosa keperawatan
merupakan dasar dalam penyusunan rencana tindakan asuhan keperawatan
(Dinarti & Mulyanti, 2017).
Adapun dignosa yang diangkat dari masalah sebelum dilakukan
tindakan infasif adalah:
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambata upaya nafas
(kelemahan otot nafas) (D.0005)
b. Nyeri akut berhubungan denganagen pencedera fisiologis (inflamasi,
iskemia, neoplasma) (D.0077)
c. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen (D.0056)
d. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (D.0130)
e. Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan (D.0019)
f. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi.
(D.0111) (PPNI, 2017).
40
Adapun dignosa yang diangkat dari masalah setelah dilakukan
tindakan infasif adalah:
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (prosedur operasi)
(D.0077)
b. Risiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif (D.0142)
(PPNI, 2017)
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi yang dapat dilaksanakan oleh perawat berdasarkan
standard intervensi keperawatan Indonesia (SIKI) :
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambata upaya nafas.
(D.0005)
1) Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pola
nafas membaik.
2) Kriteria hasil
a) Dyspnea menurun
b) Penggunaan otot bantu nafas menurun
c) Pemanjangan fase ekspirasi menurun
d) Otopnea menurun
e) Pernapasan pursed-lip menurun
f) Frekuensi nafas membaik
3) Intervensi
Observasi
a) Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas)
41
b) Monitor bunyi nafas tambahan (mis. Gurgling, mengi, wheezing ,
ronchi kering)
Terapeutik
a) Pertahankan kepatenan jalan nafas head-tilt dan chin-lift (jaw-
thrust jika curiga trauma sevikal)
b) Posisikan semi-fowler atau fowler
c) Berikan oksigen jika perlu
Edukasi
a) Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian bronkodilator,ekspektoran, mukolitik, jika
perlu.
b. Nyeri akut berhubungan denganagen pencedera fisiologis ( inflamasi,
iskemia, neoplasma) (D.0077)
1) Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri
menurun
2) Kriteria hasil :
a) Keluhan nyeri menurun
b) Melaporkan nyeri terkontrol meningkat
c) Meringis menurun
d) Penggunaan analgetik menurun
e) Tekanan darah membaik
3) Intervensi
42
Observasi
a) Identifikasi skala nyeri
b) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri.
Terapeutik
a) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
b) Pertimbangan jenis dan sumber nyeri dalam pemiihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
a) Anjurkan tekhnik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
c. Intoleransi aktifitas (D.0056)
1) Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawaan diharapkan akitifitas
pasien meingkat
43
2) Kriteria hasil
a) Kemudahan melakukan aktifitas
b) Dyspnea saat beraktifitas menurun
c) Dspnea setelah beraktifitas menurun
d) Perasaan lemah menurun
e) Tekanan darah membaik
f) Frekueni nadi membaik
3) Intervensi
Observasi
a) Identifkasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
b) Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktifitas
Terapeutik
a) Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. Cahaya,
suara, kunjungan)
Edukasi
a) Anjurkan tirah baring
b) Melakukan aktvitas secara bertahap
d. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (D.0130)
1) Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharpkan suhu
kembali membaik
44
2) Kriteria hasil :
a) Mengigil menurun
b) Kulit merah menurun
c) Takikardia menurun
d) Takipnea menurun
e) Tekanan darah membaik
f) Suhu tubuh membaik
3) Intervensi
Observasi
a) Identifikasi penyebab hipertermia (mis.dehidrasi, terpapar
lingkungan panas, penggunaan incubator)
b) Monitor suhu tubuh
c) Monitor komplikasi akibat hipertermia
Terapeuik
a) Sediakan lingkungan yang dingin(atur suhu ruangan)
b) Longgarkan atau lepas pakaian
c) Berikan cairan oral
Edukasi
a) Anjurkan tirah baring
e. Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan (D.0019)
1) Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan status nutrisi
membaik
2) Kriteria hasil
45
a) Porsi makanan yang dihabiskan meningkat
b) Berat bada membaik
c) Nafsu makan membaik
d) Indeks masa tubuh (IMT) membaik
e) Frekuensi makan membaik
3) Intervensi
Observasi
a) Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
b) Monitor asupan makanan
c) Identifikasi perubahan berat badan
d) Monitor berat badan
e) Timbang berat badan
Terapeutik
a) Berikan makanan tinggi kalori dan protein
Kolaborasi
a) Kolaborasi dengan ahl gizi tentang cara meningkatkan asupan
makanan
f. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
(D.0111)
1) Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
pengetahuan meningkat
46
2) Kriteria hasil
a) Perilaku sesuai anjuran menigkat
b) Kemampuan menjelaskan pengetahuan tentang suatu topic
mengingkat
c) Pertanyaan tentang masalah dihadapi menurun
d) Persepsi keliru terhadap masalah menurun
3) Intervensi
Observasi
a) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
terapeutik
a) Sediakan materi dan media pendidikn kesehatan
b) Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
c) Berikan kesempatan untuk bertanya
d) Jelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
Adapun intervensi dari diagnosa setelah dilakukan tindakan
invasif tersebut adalah:
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (prosedur
operasi) (D.0077)
a. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri
menurun
b. Kriteria hasil :
1) keluhan nyeri menurun
2) kemampuan menuntaskan aktifitas meningkat
47
3) gelisah menurun
4) frekuensi nadi membaik
5) tekanan darah membaik
c. Intervensi
Observasi
1) Identifikasi respon nyeri non verbal
2) Identifikasi skala nyeri
3) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi , frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
Terapeutik
1) Pertimbangan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
1) Anjurkan tekhnik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa
nyeri
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2. Risiko infeksi berhubungan dengan efek tindakan invasif. (D.0142)
a. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
resiko infeksi menurun
b. Kriteria hasil :
1) Demam menurun
2) Kebersihan badan meningkat
48
3) Bengkak menurun
4) Kemerahan menurun
5) Kultur sputum membaikkultur area luka membaik
c. Intervensi
Observasi
1) Monitor tanda dan gejala infeksi dan sistemik
Terapeutik
1) Batasi jumlah pengunjung
2) Berikan perawatan kulit pada area edema
3) Cuci tangan sesudah atau sebelum kontak dengan pasien
4) Pertahankan tekhnik aseptic
Edukasi
1) Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2) Ajarkan mencuci tangan dengan benar
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian antibiotic, jika perlu
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah berkesinambungan dan interaktif dengan
komponen lain dari proses keperawatan. Selama implementasi, perawat
mengkaji kembali pasien, modifikasi rencana asuhan, dan menuliskan
kembali hasil yang diharapkan sesuai kebutuhan. Untuk implementasi yang
efektif, perawat harus berpengetahuan banyak tentang tipe-tipe intervensi,
49
proses implementasi dan metode implementasi. Ada tiga fase implementasi
keperawatan yaitu :
a. Fase persiapan, meliputi pengetahuan tentang rencana, validasi rencana,
pengetahuan dan keterampilan mengimplementasikan rencana,
persiapan pasien dan lingkungan.
b. Fase operasional, merupakan puncak implementasi dengan berorientasi
dengn tujuan. Implementasi apat dilakukan dengan intervensi
indeoenden, dependen atau interdependen
c. Fase terminasi, merupakan terminasi perawat dengan pasien setelah
implementasi dilakukan (potter and pery, 2005)
5. Evaluasi Keperawatan
Fase terakhir proses keperawatan adalah evaluasi terhadap asuhan
keperawatan yang diberikan. Hal yang dievaluasi adalah keakuratan dan
kualitas data, teratasi atau tidaknya maslah pasien, serta pencapaian tujuan
serta ketepatan ntervensi keperawatan.
Tujuan evaluasi adalah untuk memberikan umpan balik rencanaa
keperawatan, menilai dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
melalui perbandingan pelayanan keperawatan mutu pelayanan keperawatan
yang diberikan serta hasilnya dengan standar yang telah ditentukan terebih
dahulu.
50
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan/Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dalam bentuk literature
riview kasus untuk mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan pada pasien
dengan Efusi Pleura. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan asuhan
keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi.
B. Subyek Penelitian
Subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian keperawatan ini adalah:
1. Subyek ialah pasien yang di rawat inap
2. Subyek terdiri dari 2 orang pasien (laki-laki maupun perempuan) yang di
rawat inap dengan Efusi Pleura
3. Subyek yang berusia 40 - 59 tahun
4. Subyek pasien dengan diagnosa medis Efusi Pleura
51
C. Batasan Istilah (Definisi Operasional)
Definisi operasional karya tulis ini adalah :
1. Efusi Pleura
Efusi pleura adalah cairan yang berlebih di dalam membran berlapis
ganda yang mengelilingi paru-paru yang disebabkan oleh adanya infeksi
seperti tuberkulosis, pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses
subfrenik dan non infeksi yaitu karsinoma paru, karsinoma pleura,
karsinoma mediastinum, tumor ovarium, bendungan jantung gagal jantung,
perikarditis kontsriktiva, gagal hati, gagal ginjal, hipotiroidisme, kilotoraks,
dan emboli paru. Setelah tindakan pemasangan WSD penatalaksanaannya
adalah dilakukan pemenuhan kebutuhan oksigenasi yang maksimum. Untuk
menentukan asuhan keperawatan pada pasien Efusi Pleura adalah
berdasarkan diagnose medis yang tercatat di dalam rekam medik pasien dan
dari hasil pengkajian pasien.
2. Asuhan Keperawatan pada efusi pleura
Asuhan keperawatan pada Efusi Pleura adalah suatu proses atau
tahap tahap kegiatan dalam praktik keperawatan yang diberikan langsung
kepada pasien dengan Efusi Pleura dalam berbagai tatanan
pelayanan kesehatan meliputi metode askep atau asuhan keperawatan yang
ilmiah, sistematis, dinamis, dan terus-menerus serta berkesinambungan
dalam pemecahan masalah kesehatan pasien dewasa dengan Efusi Pleura.
Asuhan keperawatan di mulai dengan adanya tahapan pengkajian
52
(pengumpulan data, analisis data dan penegakkan masalah) diagnosis
keperawatan, pelaksanaan, dan penilaian/evaluasi tindakan keperawatan.
D. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian pada kasus ini yaitu di RSUD dr. Kanujoso
Djatiwibowo Balikpapan pada pasien 1 dan RSUD Dr.H Abdul Moeloek
provinsi Lampung pada pasien 2. Waktu penelitian pada pasien 1 dilaksanakan
pada tanggal 11 Maret 2020 – 13 Maret 2020 di RSUD dr. Kanujoso
Djatiwibowo, Waktu penelitian pada pasien 2 dilaksanakan pada tanggal 25
Maret 2019 – 27 Maret 2019.
E. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini dilakukan melalui tahap sebagai berikut :
1. Mahasiswa mengidentifikasi laporan asuhan keperawatan terdahulu maupun
media internet.
2. Mahasiswa melapor ke pembimbing untuk konsultasi mengenai kasus yang
telah di peroleh.
3. Setelah disetujui oleh pembimbing kemudian membuat review kasus dari ke
2 pasien.
53
F. Metode dan instrument Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Pada sub bab ini dijelaskan terkait metode pengumpulan data yang
digunakan, antara lain :
a. Wawancara yaitu hasil anamnesis berisi tentang identitas pasien dengan
efusi pleura, keluhan utama, riwayat peyakit sekarang-dahulu-keluarga
dll. Sumber data dari klien, keluarga, perawat lainnya.
b. Pemeriksaan fisik dengan menggunakan teknik : inspeksi, auskultasi,
palpasi, perkusi (IAPP) pada system tubuh klien.
c. Observasi intake dan output cairan, hasil laboratorium.
d. Studi dokumentasil (hasil dari pemeriksaan diagnostic).
2. Instrumen Pengumpulan Data
Alat atau instrument pengumpulan data menggunakan format
Asuhan Keperawatan dewasa sesuai ketentuan yang berlaku di Politeknik
Kesehatan Kemenkes Kalimantan Timur (instrument terlampir).
G. Keabsahan Data
Keabsahan data untuk membuktikan kualitas data atau informasi yang
diperoleh dalam penelitian sehingga menghasilkan data dengan validitas tinggi.
Keabsahan data pada penelitian ini di tentukan oleh integritas peneliti (karena
peneliti menjadi instrument utama) yaitu dalam melakukan asuhan keperawatan
secara komprehensif pada pasien dengan efusi pleura, keabsahan data dilakukan
dengan memperpanjang waktu pengamatan /tindakan, sumber informasi
54
tambahan menggunakan triangulasi dari tiga sumber data utama yaitu pasien
dengan efusi pelura, perawat dan orang tua/keluarga pasien yang berkaitan
dengan masalah yang diteliti.
H. Analisis Data
Analisis data dilakukan sejak peneliti di lapangan, sewaktu
pengumpulan data sampai dengan semua data terkumpul. Analisis data
dilakukan dengan cara mengemukakan fakta, selanjutnya membandingkan
dengan teori yang ada dan selanjutnya dituangkan dalam opini pembahasan.
Teknik analisis yang digunakan dengan cara menarasikan jawaban-jawaban
dari penelitian yang diperoleh dari hasil interpretasi wawancara mendalam yang
dilakukan untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Teknik analisis
digsunakan dengan cara observasi oleh peneliti dan studi dokumentasi yang
menggunakan data untuk selanjutnya diinterpretasikan oleh peneliti
dibandingkan teori yang sudah ada sebagai bahan untuk memberikan
rekomendasi dalam intervensi tersebut.
55
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini saya akan mereview hasil dan pembahas dari tika herlia dan
latifa ayni, selanjutnya akan di uraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai
hasl pengamatan tentang data umum pasien dan tentang gambaran lokasi umum
penelitian, yaitu di ruang Flamboyan RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan
dan ruang melati RSUD Dr.H Abdul Moeloek provinsi Lampung. Pengmbilan data
dilakukan padaa tanggal 11 Maret – 13 Maret 2020 dan 25 Maret – 27 Maret 2019
dengan jumlah subyek sebanyak dua pasien. Adapun hasil penelitiannya diuraikan
sebagai berikut :
A. Hasil
1. Gambaran Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo
Balikpapan yang terletak di Jalan MT Haryono No. 656 Balikpapan. RSUD
dr. Kanujoso Djatiwibowo atau dahulu dikenal dengan Rumah Sakit Umum
Balikpapan ini dibuka sejak tanggal 12 September 1949. Fasilitas yang
tersedia antara lain: intalasi rawat jalan, instalasi farmasi, ruang rawat inap,
fisioterapi, dan UGD 24 jam.
Gambaran umum ruang melati RSUD Dr.H Abdul Moeloek provinsi
Lampung, ruang melati adalah adalah salah satu bagian dalam ruang
pelayanan rawat inap penyakit paru pernapasan di RSUD Dr. H Abdul
Moeloek provinsi Lampung yang terdiri dari 2 unit yaitu unit pertama ruang
56
perawatan pasien paru pernapasan dengan kapasitas 42 tempat tidur yang
terdiri dari kelas khusus dengan 6 tempat tidur (TB MDR), kelas 1 dengan
5 tempat tidur, kelas II dengan 10 tempat tidur, kelas III dengan 21 tempat
tidur, exra bed dengan 15 tempat tidur, selanjutnya ruang isolasi flu burung
(ruang perawatan pasien dengan kriteria tertentu) dengan kapasitas 6 tempat
tidur yang terdiri dari kelas suspect dengan 4 tempat tidur, kelas comfirm
dengan 2 tempat tidur. Pengaturan tempat tidur di tempatkan berdasarkan
jenis kelamin dan jenis penyakitnya dan di sesuaikan dengan kondisi
ruangan.
Dalam penelitian ini peneliti melakukan penelitian Ruang
Flamboyan A pada pasien 1 dari tanggal 11 Maret – 13 Maret 2020 dan
untuk pasien 2 di Ruang Melati pada tanggal 25 Maret – 27 Maret 2019.
Ruang Flamboyan A adalah ruangan yang dikhususkan merawat pasien-
pasien dengan kasus bedah dan non bedah untuk pemempuan. Ruang
Flamboyan A terletak di lantai dua RSUD dr. Kanudjoso Djatiwibowo
Balikpapan.
Kasus yang dirawat di ruang Flamboyan A meliputi kasus, Gagal
Ginjal Kronik, Penyakit Paru Obstuktif Kronis, Diabetes Mellitus, Efusi
Pleura, Cholelitiasis, Laparatomy, Fraktur, CHF, CKR, Abses Hepar dan
Batu Ureter. Pada sub-sub ini akan dijelaskan sebagai berikut:
57
2. Data Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian Keperawatan
Tabel 4.1 Hasil Anamnesis Pada Pasien 1 dan 2 Dengan Efusi Pleura
di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan dan RSUD Dr.H
Abdul Moeloek provinsi Lampung
Identitas Pasien Pasien 1 Pasien 2
Nama Ny. N Ny. N
Jenis Kelamin Perempuan Perempuan
Umur 47 Tahun 53 tahun
Status Perkawinan Menikah Menikah
Pekerjaan Wiraswasta IRT
Agama Islam Islam
Pendidikan Terakhir SLTA Sma
Alamat Jalan Perum Karangjoang sutiyoso gg.
Panderwangi lk I kota
baru, kec.Tanjung
Karang Timur
Diagnosa Medis Efusi Pleura Efusi Pleura
Nomor Register 75.39.XX 00.54.19.21
MRS/ Tgl Pengkajian Rabu, 11 Maret 2020/
Rabu, 11 Maret 2020
24 Maret 2019 / 25
Maret 2019
Keluhan utama Pasien mengatakan sesak
napas
Pasien mengatakan
Sesak napas
Riwayat penyakit sekarang Riwayat penyakit
sekarang pasien yaitu
pasien pada hari Rabu
tanggal 11 maret 2020
pasien mengatakan
Sesak napas, batuk dan
nyeri pinggang. Pasien
tiba di IRD pada pukul
16.00 Wita. Pasien
mengatakan awalnya
hanya batuk pilek,
kemudian dirujuk ke
Rumah Sakit Restu Ibu
dengan diagnose TBC,
pasien dianjurkan
melakukan pengobatan
tbc di puskesmas. Setelah
berjalan 2 bulan
pengobatan ternyata
dokter salah
mendiagnosa. Selama 2
bulan pengobatan TBC,
sering timbul alergi pada
makanan. Pasien
mengatakan pada rontgen
1 sudah ada cairan di
paru-paru, lalu pada
rongen ke 2 cairan
semakin membanyak.
Pasien mengatan jika
Pasien datang ke Rs.
Abdoel Moeloek pada
tanggal 24 maret 2019
melalui UGD pukul
21.23 WIB. Klien
mengatakan sesak
napas. Pasien menga
takan sesak dan yang
dirasakan hilang timbul,
sesak berat dirasakan
saat beraktivitas dan
sesak terasa ringan saat
dalam keadaan rileks
dan memoposisikan
setengah duduk dan
miring sebelah kanan,
Pasien mengatakan dada
sebelah kanan atas
terasa berat, frekuensi
sesak tidak menentu,
sesak mengakibatkan
pasien mual dan tidak
nafsu makan. sesak
sudah dirasakan sejak 3
hari yang lalu, TD
120/90, RR 28 x/menit,
S: 36,0 0C, N 92
x/menit, SaO2: 98%.
58
banyak beraktivitas
pasien mudah lelah dan
sesak nafas. Pasien
mengatakan pada
tanggang 9 Maret 2020
dilakukan penarikan
cairan di Ruang
Flamboyan A sebanyak
1,1 Liter.
Riwayat penyakit dahulu Pasien mengatakan ada
riwayat asma. Pasien
mengatakan pernah
dilakukan operasi katarak
pada tahun 2018 di RSUD
kanujoso djatiwibowo
balikpapan. Pasien
mengatakan alergi
makanan yaitu : udang,
ayam, kepiting, ikan,
bayam, susu.
Pasien mengatakan tidak
pernah masuk rumah
sakitsebelumnya, Pasien
tidak pernah mengalami
operasi sebelumnya.
Riwayat penyakit keluarga Pasien mengatakan
keluarganya tidak ada
yang memiliki riwayat
penyakit keturunan,
penyakit kronik ataupun
penyakit menular.
Pasien mengatakan
keluarga Pasien tidak
ada yang memiliki
riwayat penyakit TBC,
jantung, diabetes
militus, dan hipertensi
Pasien mengatakan
Pasien tidak memiliki
riwayat alergi baik
alergi obat maupun
makanan
Psikososial Pasien dapat
berkomunikasi dengan
perawat maupun orang
lain sangat baik dan lancar
serta menjawab
pertanyaan yang diajukan
oleh perawat. Pasien
mengatakan penyakit
yang ia alami ini adalah
cobaan dari tuhan dan
pasien ikhlas
menjalaninya. Orang yang
paling dekat dengan
pasien adalah suaminya.
Ekspresi pasien terhadap
penyakitnya tidak ada
gangguan. Pasien
mengatakan interaksi
dengan orang lain baik
dan tidak ada masalah.
Reaksi dan interaksi
pasien tampak kooperatif
dan tidak ada gangguan
konsep diri.
59
Spiritual Dalam pengkajian
spiritual pada pasien,
pasien mengatakan
sebelum sakit pasien
selalu beribadah sholat
lima waktu. Selama di
rumah sakit pasien masih
selalu melaksanakan
ibadahnya yaitu sholat
lima waktu.
Sumber : pasien dengan efusi pleura di RSUD Dr.H Abdul Moeloek
provinsi Lampung, ayni, tahun 2019
Berdasarkan tabel 4.1 ditemukan data dari identitas pasien. Pada
pasien 1 bernama Ny. N berjenis kelamin perempuan, masuk rumah
sakit pada tanggal 11 Maret 2020 dan dilakukan pengkajian pada
tanggal 11 maret 2020 dengan diagnosa Efusi Pleura. Sedangkan pada
pasien 2 bernama Ny. N berumur 53 tahun, berjenis kelamin perempuan,
masuk rumah sakit pada tanggal 24 Maret 2019 dan dilakukan
pengkajian pada tanggal 25 Maret 2019 dengan diagnosa medis Efusi
Pleura
Pada pengkajian riwayat kesehatan dalam keluhan utama pada
pasien 1 dan pasien 2 ditemukan ada persamaan yaitu sesak napas. Pada
riwayat kesehatan sekarang ditemukan data pasien 1 pada tanggal 11
Maret 2020 pasien merasakan susah bernapas, batuk dan nyeri
pinggang.
Sedangkan data pasien 2 pada tanggal 24 Maret 2019, pasien
mengatakan sesak napas hilang timbul. Pada riwayat kesehatan dahulu
ditemukan pasien 1 memiliki riwayat penyakit asma dan pernah operasi
katarak tahun2018, pada pasien 2 tidak memiliki riwayat penyakit
60
menular. Pada pasien 1 dan 2 tidak ada riwayat penyakit kronik. Pada
riwayat penyakit keluarga ditemukan pula kesamaan data pasien 1 dan
pasien 2 keluarga tidak ada yang memiliki riwayat penyakit keturunan
dan menular.
Data dari pengkajian data psikososial pada pasien 1 ditemukan
masalah keperawatan pola komunikasinya baik, pasien dapat
berinteraksi dengan kooperatif dan tidak ada gangguan pada konsep diri.
Data dari pengkajian spiritual pada pasien 1 tidak ditemukan
masalah, sebelum sakit pasien selalu beribadah dan selama di rumah
sakit pasien masih melaksanakan ibadahnya.
Tabel 4.2 Hasil Observasi dan Pemeriksaan Fisik Pada Pasien Dengan
Efusi Pleura pasien 1 dan 2 di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo
Balikpapan dan RSUD Dr.H Abdul Moeloek provinsi Lampung
Pemeriksaan fisik Pasien 1 Pasien 2
1. Keadaan umum a. Pasien dengan posisi
semi fowler.
b. Pasien terpasang infus
di sebelah tangan kiri
dengan cairan infuse RL
500cc.
c. Pasien tidak terdapat
tanda klinis yang
mencolok seperti
adanya sianosis dan
perdarahan.
a. Pasien terpasang
ifus Rl 500cc
b. Pasien dengan
posisi semi
fowler.
2. Kesadaran (GCS) E4M6V5 Composmentis
3. Tanda-tanda vital TD : 114/80 mmHg
HR : 103 x/menit
T : 36,20
C
RR : 24 x/menit
SPO2 : 97%
TD : 120/90 mmHg
- N : 92x/menit
- RR : 28 x/menit
- S : 36,0C
SPO2 : 98 %
4. Kenyamanan/nyeri P: Pasien mengatakan nyeri
pada pinggang
Q: Nyeri dirasakan seperti
ditusuk-tusuk
R: Nyeri di bagian
pinggang
S: Skala nyeri 4
P: terdapat nyeri tekan
ulu hati
Q: Nyeri dirasakan
seperti terlilit
R: Nyeri di bagian ulu
hati
S: Skala nyeri 4
61
T: Nyeri dirasakan hilang
timbul. Pasien tampak
meringis menahan nyeri.
T: Nyeri dirasakan
hilang timbul.
5. Status Fungsional/ Aktivitas
dan Mobilisasi Barthel Indeks
a. Pasien mampu secara
mandiri
mengendalikan
rangsangan defekasi
(BAB) =2
b. Pasien mampu
mengendalikan
rangsangan berkemih
secara mandiri (BAK)
= 2
c. Untuk membersihkan
diri (cuci muka, sisir
rambut, sikat gigi)
mandiri = 0
d. Untuk penggunaan
jamban, masuk dan
keluar (melepaskan,
memakai celana,
membersihkan,
menyiram) mandiri =
1
e. Pasien mampu makan
secara mandiri = 2
f. Untuk perubahan
sikap dari berbaring ke
duduk pasien mampu
secara mandiri = 3
g. Untuk berpindah atau
berjalan pasien
memerlukan bantuan
satu orang = 2
h. Pasien mampu
memakai pakaian
secara mandiri = 2
i. Untuk naik turun
tangga memerlukan
pertolongan = 1
j. Untuk mandi mandiri
= 1
Skor = 16
ketergantungan
ringan.
Sebelum sakit pasien
baraktivitas dan
bekerja seperti biasa,
setelah sakit pasien
hanya terbaring di
tempat tidur dan
aktivitas nya dibantu
oleh keluarga.
Pasien mengatakan
sebelum masuk rumah
sakit tidur nya 6-8
jam/hari dan setelah
bangun merasa segar.
Pasien mengatakan
tidur 5-6 jam/hari
Pasien mengatakan
tidak dapat tidur
dengan nyenyak dan
sering terbangun saat
tidur karena nyeri
padaulu hati.
6. Pemeriksaan kepala
a. Rambut
Finger print di tengah
frontal terdehidrasi, kulit
kepala bersih, bentuk
kepala oval, tidak
ditemukan adanya
penonjolan pada tulang
kepala pasien. Penyebaran
rambut merata, warna
hitam, tidak mudah patah
kepala tidak ada lesi,
rambut tampak bersih,
tidak terdapat nyeri
tekan
62
dan tidak bercabang,
rambut terlihat cerah.
b. Mata Mata lengkap dan simetris
kanan dan kiri, tidak ada
pembengkakan pada
kelopak mata, kornea mata
jernih, konjungtiva tidak
anemis, sclera tidak ikterik,
pupil isokor, pasien dapat
melihat dan membaca
tanpa menggunakan
kacamata, tekanan bola
mata sama kanan dan kiri,
pergerakan bola mata
mampu ke segala arah,
tidak ada nyeri tekan pada
mata.
konjungtiva ananemis,
mata isokor,
c. Hidung Terdapat pernafasan
cuping hidung, tidak ada
secret atau sumbatan pada
lubang hidung, mukosa
merah muda, tidak ada
masalah pada tulang
hidung dan posisi septum
nasi ditengah, ketajaman
penciuman baik, mampu
mencium bau dan
membedakan bau.
napas menggunakan
cuping hidung, tidak
terjadi gangguan
penciuman
d. Rongga Mulut Tidak ada sianosis, tidak
ada luka, gigi lengkap dan
terdapat caries gigi, warna
lidah merah muda, mukosa
bibir lembab, letak uvula
simetris ditengah, tidak ada
gangguan dalam
mengunyah dan menelan,
fungsi pengecapan mampu
membedakan rasa manis,
asin, asam dan pahit .
Tidak ada sianosis
e. Telinga Daun telinga simetris
kanan dan kiri, ukuran
sedang, kanalis telinga
tidak kotor dan tidak ada
benda asing, ketajaman
pendengaran baik pasien
dapat mendengar suara
gesekan jari.
Daun telinga simetris
kanan dan kiri
7. Pemeriksaan Leher Posisi trakea simetris di
tengah, tidak ada
pembesaran pada kelenjar
tiroid dan kelenjar lympe,
denyut nadi karotis teraba
kuat, fungsi menelan baik,
tidak ada rasa nyeri saat
menggerakkan kepala dari
tidak ada pembesaran
vena jugularis, tidak
ada pembesaran
kelenjar tiroid.
63
sisi ke sisi, vena jugularis 2
cm di atas sudut sternum
(normal).
8. Pemeriksaan thorak : Sistem
Pernafasan
Pasien sesak, batuk tidak
produktif, tidak terdapat
secret, konsistensi tidak
ada, warna tidak ada, bau
tidak ada, suara ucapan
pasien jelas.
- Inspeksi:
Bentuk dada simetris
kanan kiri, frekuensi
pernapasan 26x/menit,
irama pernapasan tidak
teratur, pola
pernapasan dispnea,
terdapat pernapasan
cuping hidung,
terdapat penggunaan
otot bantu pernapasan,
usaha bernapas dengan
posisi setengah duduk,
menggunakan alat
bantu pernapasan yaitu
nasal kanul 3 lpm.
- Palpasi:
Vocal premitus getaran
paru kanan dan kiri
teraba tidak sama kuat
saat pasien
mengucapkan 77, tidak
terdapat krepitasi.
- Perkusi:
Perkusi redup di ICS
IV dan V anterior
dextra , batas paru dan
hepar ICS ke 4 sampai
ICS ke 6
- Auskultasi:
Suara napas wheezing
ICS IV dan V anterior
dextra, suara ucapan
jelas.
- Penggunaan WSD:
Tidak menggunkan WSD.
Pada tanggal 9/3/2020
dilakukan penarikan
cairan, Terdapat cairan
berwarna kuning, jumlah
cairan saat dilakukan
pengkajian 1,1 liter.
Pasien mengatakan
sesak saat melakukan
aktivitas dan cepat
lelah, pasien tidak
batuk.
a. Inspeksi : bentuk
dada asimetris,
gerakan dinding
dada asimetris
(pergerakan dada
kanan tertinggal),
tidak terdapat
benjolan atau lesi,
tampak retraksi
dinding dada.
b. Palpasi : tidak
terdapat nyeri
tekan, vocal
fremitus
menurun,
ekspansi dada
tidak maksimal
ada
ketertinggalan
gerak pada dada
sebelah kanan,
tidak teraba
getaran antara IC
6-8 pada dada
sebelah kanan
depan
c. Perkusi: terdapat
suara redup
antara IC 6-8
pada dada
sebelah kanan
d. Auskultasi :
terdengar suara
vesikuler pada
thorax sinistra
dan terdengar
suara ronkhi pada
thorax dextra
antara IC 6-8
depan.
9. Pemeriksaan jantung : Sistem
Kardiovaskuler
Keluhan nyeri dada tidak
ada, pada pemeriksaan
inspeksi CRT< 3 detik,
tidak ada sianosis. Pada
–
64
pemeriksaan palpasi dada,
iktus kordis teraba di
intercosta sinistra (ICS) V
di sebelah medial linea
midclavikularis sinistra,
akral hangat. Pada
pemeriksaan perkusi batas
atas kanan jantung di ICS
II linea parasternalis dextra
(tidak melebar). Batas
bawah kanan jantung ICS
III dan IV linea
parasternalis dextra (tidak
melebar). Batas atas kiri
terdapat di SIC II linea
parasternalis sinistra
(pinggang jantung) tidak
melebar. Batas bawah kiri
terdapat di SIC V ke
medial linea
midclavicularis dextra
(tidak melebar). Pada
pemeriksaan auskultasi
bunyi jantung II aorta dub
yaitu terjadi akibat adanya
getaran menutupnya katup
aorta pada dinding thorak
(bunyi jantung regular).
Bunyi jantung II pulmonal
dup yaitu terjadi akibat
adanya getaran
menutupnya katup
pulmonal pada dinding
thorak (bunyi jantung
regular). Bunyi jantung I
trikuspidalis lub terjadi
akibat adanya getaran
menutupnya katup
trikuspidalis ( bunyi
jantung regular). Bunyi
jantung I mitral lub terjadi
akibat adanya getaran
menutupnya katup mitral
(bunyi jantung regular).
Tidak terdapat bunyi
jantung tambahan.
Pemeriksaan Sistem
Pencernaan dan Status
Nutrisi
BB: 60 kg
TB: 155 cm
IMT: 25 kg/m2
Kategori: berat badan ideal
Tidak ada penurunan berat
badan dalam 6 bulan
terakhir dan nafsu makan
baik.
pasien mengatakan
sebelum masuk
rumah sakit pasien
makan 3 kali dalam
seharidan selalu
menghabiskan 1
piring setiap makan.
semenjak masuk
rumah sakit nafsu
65
Saat di rumah pasien
memiliki kebiasaan makan
dengan nasi, sayur, dan
lauk sejumlah 1 porsi
sedang sekali makan
dengan frekuensi 3 kali
sehari pada pagi, siang, dan
malam. Saat di rumah,
pasien memiliki kebiasaan
minum sejumlah ± 700 ml,
minuman yang diminum
oleh pasien berupa air
putih.
Di rumah sakit, saat dikaji
pasien makan dengan nasi,
sayur lauk dan buah
sejumlah 1 porsi makan
dengan frekuensi makan 3
kali sehari pagi, siang dan
malam. Saat dirumah sakit
pasien minum sejumlah ±
700 cc/hari, minuman yang
diminum oleh pasien
berupa air putih. Pasien
memiliki alergi
udang,ayam,kepiting,ikan,
bayam dan susu, tidak
memiliki kesulitan dalam
mengunyah dan menelan,
tidak ada mual dan muntah.
Semenjak sakit pasien
makan sendiri. Pasien
mengatakan BAB
1x/ hari terakhir tanggal
12/3/2020 dengan
konsistensi lunak.
makan pasien
berkurang dan hanya
menghabiskan
sedikit atau ½ porsi
makanan yang
diberikan rumah
sakit. pasien
mengatakan minum
dalam sehari sekitar
8-9 gelas. Selama 24
jam terakhir pasien
makan 3 kali dalam
sehari. pasien
mengatakan selama
di rumah sakit tidak
menghabiskan
makanan yang
disediakan. pasien
mengatakan nyeri
pada ulu hati nya dan
pasien merasa mual
dan tidak nafsu
makan.pasien
tampak lemas.
Pasien mengatakan
dirumah frekuensi
buang air kecil
normal dalam satu
hari 3-4 kali
perhari
dengan konsistensi
kuning jernih, bau
normal.
BAB 1x dalam sehari
dengan konsistensi
padat. Sedangkan,
pasien mengatakan
saat dirumah sakit
frekuensi buang air
kecil dalam sehari 4-5
kali perhari dengan
warna kuning jernih
dan bau seperti bau
obat. Sedangkan
dengan BAB dalam
satu hari 1 kali dengan
konsistensi padat.
66
Abdomen - Inspeksi:
Perut normal, tidak
terdapat bayangan vena,
tidak terdapat benjolan
atau masa, tidak terdapat
luka operasi, tidak terdapat
drain.
- Auskultasi:
Peristaltik usus 12x/menit
- Palpasi:
Tidak terdapat acites, tidak
terdapat nyeri tekan pada
titik Mc. Burney, tidak
terdapat masa, tidak ada
pembesaran dantidak ada
nyeri pada hepar.
- Perkusi:
Tidak terdapat acites,
Tidak terdapat terdapat
undulasi, sfiting Dulnes
tidak terdapat cairan, tidak
terdapat nyeri ketuk pada
ginjal.
Pada pemeriksaan 9 regio
hepar berada di regio
hypocondrium dextra,
epigastrica dan sedikit ke
hypocondrium sinistra,
lambung berada di regio
epigastrium, limfa berada
di regio hypocondrium
sinistra, kandung empedu
berada pada perbatasan
regio hypocondrium dextra
dan epigastrium, kandung
kemih berada di regio
hypogastrium, apendiks
berada di daerah antara
regio inguinalis dextra,
abdominal lateralis dextra
dan bagian bawah region
umbilicalis.
a. Inspeksi : tidak
ada lesi dan
stomatitis,
terdapat distensi.
abdomen, klien
tidak terpasang
kolostomi,
b. Auskultasi:
bissing usus 10
x/mnt
c. Palpasi : terdapat
nyeri tekan pada
ulu hati pasien,
pasie mengatakan
nyeri seperti
terlilit dan hilang
timbul, nyeri
akan hilang jika
klien berbaring
setengah duduk
dan menarik
napas dalam, dan
akan timbul jika
klien melakukan
aktivitas, nyeri
tidak menyebar
dengan skala 4.
Tidak ada
pembesaran
hepar
d. Perkusi: terdapat
suara timpani
pada kuadran
kanan atas.
f. Punggung dan tulang
belakang: tidak
terdapat kelainan
pada tulang
belakang.
Sistem Persyarafan Status memori panjang,
perhatian dapat
mengulang, bahasa baik,
dapat berorientasi pada
orang, tempat dan waktu,
tidak ada keluhan pusing,
istirahat tidur 8 jam/hari.
Pasien tidak ada kesulitan
dalam istirahat tidur.
Pada pemeriksaan saraf
kranial.
–
67
- nervus I pasien dapat
membedakan bau –
bauan
- nervus II pasien dapat
melihat dan membaca
tanpa menggunakan
kacamata
- nervus III pasien dapat
menggerakkan bola
mata ke bawah dan ke
samping
- nervus IV pupil pasien
mengecil saat
dirangsang cahaya
nervus V pasien dapat
merasakan sensasi
halus dan tajam
- nervus VI pasien
mampu melihat benda
tanpa menoleh
- nervus VII pasien bisa
senyum dan menutup
kelopak mata dengan
tahanan
- nervus VIII pasien
dapat mendengar
gesekan jari, pada
- nervus IX uvula pasien
berada ditengah dan
simetris
- nervus X pasien dapat
menelan
- nervus XI pasien bisa
melawan tahanan pada
pipi dan bahu
- nervus XII pasien
dapat menggerakkan
lidah.
Pada pemeriksan reflek
fisiologis, ditemukan
adanya gerakan fleksi pada
tangan kiri dan tangan
kanan saat dilakukan
pemeriksaan reflek bisep
dan ditemukan adanya
gerakan ekstensi saat
dilakukan pemeriksaan
reflek trisep. Pada
pemeriksaan reflek patella
ditemukan adanya gerakan
tungkai ke depan pada kaki
kanan, reflek patella
ditemukan adanya gerakan
tungkai ke depan padakaki
kiri. Pada pemeriksaan
68
reflek patologis berupa
reflek babinsky ditemukan
adanya gerakan fleksi pada
jari-jari.
Sistem Perkemihan Kebersihan sistem
perkemihan pasien bersih,
tidak terdapat keluhan
kencing, kemampuan
berkemih spontan, tidak
menggunakan alat bantu
kateter, produksi urine 550
ml/hari, warna urine
kuning jernih, bau urine
normal, kandung kemih
tidak ada pembesaran,
tidak ada nyeri pada
kandung kemih. Balance
cairan:
Intake
• Minum peroral= 700 cc/
hari
• Cairan infuse= 500
cc/hari
• Obat iv=35cc/hari
• NGT=0
• Makanan= Nasi 500
gram/hari = 645 kalori
(100gram=129 kalori).
• Sayur 400 gram/ hari
=200 kalori (
100gram=50 kalori)
• Buah 300
gram/hari=150kalori(10
0 gram= 50 kalori
• Lauk 150 gram/hari
=285 kalori ( 50
gram=95kalori)
Total= 1.130 kalori
1 kalori= 0,14 ml/hari
Jadi 1.130x0,14= 158.2
ml/hari
Total
intake=700+500+35+15
8.2 = 1.393.2 ml/hari
Output
Urine 550 ml/hari
Drain=300ml/hari
IWL= 37,5 ml/hari
Diare=0
Muntah=0
Perdarahan=0
Fases=20
Total=907,5/hr
Balance cairan: 1.393.2 -
907,5= + 485.7
–
69
Sistem muskuloskeletal dan
Integumen
Pergerakan sendi pasien
bebas, pada pemeriksaan
tangan kanan, tangan kiri
kaki kiri, kaki kanan
didapatkan kekuatan otot 5.
5 5
5 5
Tidak terdapat edema pada
ekstremitas bawah, tidak
terdapat kelainan pada
tulang belakang, tidak
terdapat fraktur, tidak
terpasang traksi, spalk, atau
gips, tidak terdapat
kompartemen
syndrome,Tidak terdapat
luka pembedahan dibagian
Intercostal IV dan V linea
axilaris anterior, turgor
kulit baik< 3 detik, tidak
terdapat edema dikaki
pasien. Penilaian tidak
terdapat pitting edema.
Tidak terdapat ekskoriasis,
psoriasis, dan urtikaria.
Persepsi sensori pasien
tidak ada gangguan,
kelembapan pasien sangat
lembab, aktivitas pasien
untuk berjalan kadang-
kadang berjalan, mobilisasi
pasien keterbatasan ringan,
nutrisi pasien baik, gesekan
dan pergeseran tidak
menimbulkan masalah.
Hasil penilaian risiko
dicubitus pasien yaitu low
risk( berisiko rendah).
akral hangat, warna
merah muda, tidak
terdapat kelainan pada
jari
Kekuatan otot:
5 5
5 5
Sistem Endokrin Tidak terdapat pembesaran
kelenjar thyroid, tidak
terdapat pembesaran
kelenjar getah bening, tidak
terdapat trias DM, tidak
terjadinya hipoglikemi,
tidak terjadinya
hiperglikemi, tidak
terdapat luka gangren,
pasien tidak memiliki
riwayat luka sebelumnya,
tidak adanya riwayat
amputasi.
-
Seksualitas dan Reproduksia. Bentuk payudara simetris tidak ada kelainan
70
Berdasarkan
Tab
Sumber : pasien dengan efusi pleura di RSUD Dr.H Abdul Moeloek
provinsi Lampung, ayni, tahun 2019
a. Payudara
b. Genitalia
kanan dan kiri, warna
aerola kehitaman, tidak
ada benjolan pada axilla
dan clavikula.
b. Pasien mengatakan sudah
menikah, tidak ada
kelainan seksualitas.
pada genetalia.
Keamanan Lingkungan Penilaian risiko pasien
jatuh dengan skala morse.
Pasien mengatakan tidak
ada riwayat jatuh yang baru
atau 3 bulan terakhir,
pasien mandiri dalam
aktivitas, pasien saat
berjalan sesak, status
mental pasien normal,
dengan kategori penilaian
risiko jatuh pasien yaitu
berisiko rendah
–
Personal hygiene Pasien mengatakan saat di
rumah pasien memiliki
kebiasaan mandi sebanyak
2 kali sehari, sikat gigi
sebanyak 2 kali sehari,
keramas sebanyak 1 kali
sehari, memotong kuku
seminggu sekali saat
panjang. Di rumah sakit
pasien mengatakan diseka
2 kali sehari, keramas 1 kali
sehari, dan memotong
kuku jika terlihat panjang.
Pasien tampak bersih dan
rapi. Pasien mengatakan
tidak memiliki kebiasaan
merokok dan minum
minuman beralkohol.
–
71
table 4.2 ditemukan data dari pemeriksaan kenyamanan/nyeri pada pasien
1 didapatkan nyeri pada bagian pinggang, nyeri dirasakan seperti tertusuk-
tusuk, nyeri skala 4, nyeri dirasakan hilang timbul lebih kurang 3 menit,
pasien tampak meringis menahan nyeri.
Pemeriksaan status fungsional/aktivitas dan mobilisasi barthel
indeks pada pasien 1 didapatkan hasil pasien dengan ketergantungan ringan
yaitu dengan skor 16.
Pemeriksaan thoraks yaitu sistem pernapasan pasien 1 terdapat
yaitu pasien sesak, batuk tidak produktif, irama pernapasan tidak teratur,
terdapat pernapasan cuping hidung, terdapat penggunaan otot bantu saat
bernapas, vocal premitus tidak sama kuat antara kiri dan kanan, perkusi
redup, suara napas wheezing, sedangkan pada pasien 2 sesak napas hilang
timbul. Dari kedua pasien tersebut ditemukan kesamaan data yaitu tidak
terpasangnya WSD. Pada pasien 1 dilakukan penarikan cairan sebanyak
1,1 liter dengan cairan warna kuning.
Pemeriksaan sistem pencernaan dan status nutrisi pada pasien 1 berat
badan ideal, tidak ada penurunan berat badan dalam 6 bulan terakhir, nafsu
makan baik. Saat di rumah sakit pasien makan dengan jumlah 1 porsi
kadang tidak habis dengan frekuensi makan 3 kali sehari dengan jumlah
minum lebih kurang 700 cc/hari, pasien memiliki pantangan atau alergi,
tidak memiliki kesulitan dalam mengunyah atau menelan, tidak ada mual
maupun muntah. Untuk BAB pasien mengatakan 1x/hari dengan
72
konsistensi lunak. Pada pasien 2 nafsu makan kurang, pasien tidak ada
pantangan atau alergi, adanya mual. Untuk BAB pasien mengatakan 1X
sehari dengan konsistensi padat, pasien mengatakan dirumah frekuensi
BAK sebanyak 3-4 kali sehari dengan konsistensi kuning jernih, bau
normal.
Pemeriksaan abdomen pasien 1 perut tampak tidak membesar, tidak
terdapat bayangan pada vena, tidak terdapat benjolan dan masa, tidak
terdapat luka operasi, tidak terdapat drain, peristaltik usus 12 x/menit, tidak
terdapat nyeri tekan pada titik Mc. Burney, tidak ada pembesaran dan nyeri
pada hepar, tidak terdapat undulasi, sfiting dullness tidak terdapat cairan,
tidak terdapat nyeri ketuk pada ginjal. Pada pasien 2 tidak ada lesi dan
stomatitis, terdapat distensi abdomen, klien tidak terpasang kolostomi,
bising usus 10 x/m terdapat nyeri tekan pada ulu hati klien, klien
mengatakan nyeri seperti terlilit dan hilang timbul, nyeri akan hilang jika
klien berbaring setengah duduk dan menarik napas dalam, dan akan timbul
jika klien melakukan aktivitas, nyeri tidak menyebar dengan skala
4, Tidak ada pembesaran hepar, terdapat suara timpani pada kuadran
kanan atas.
Pemeriksaan sistem perkemihan pada pasien 1 dan 2 terdapat
kesamaan yaitu kebersihan sistem perkemihan pasien bersih, tidak terdapat
keluhan kencing, kemampuan berkemih spontan, tidak menggunakan alat
bantu kateter, bau urine normal, tidak ada pembesaran kandung kemih.
Pada pasien 1 terdapat balance cairan + 485.7 ml/hari.
73
Pemeriksaan sitem musculoskeletal pada pasien 1 pergerakan
sendi pasien bebas, pada pemeriksaan tangan kanan, tangan kiri kaki kiri,
kaki kanan didapatkan kekuatan otot 5. Tidak terdapat edema pada
ekstremitas bawah, tidak terdapat kelainan pada tulang belakang, tidak
terdapat fraktur, tidak terpasang traksi, spalk, atau gips, tidak terdapat
kompartemen syndrome, turgor kulit baik < 3 detik. Pada pasien 2 sama
seperti pasien 1 hanya saja pada pasien 2 tidak terdapat edema pada bagian
ekstremitas.
Tabel 4.3 Hasil Pemeriksaan Penunjang Pada Pasien Dengan Efusi
Pleura di RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan dan ruang melati
RSUD Dr.H Abdul Moeloek provinsi Lampung
Pemeriksaan
Penunjang Pasien 1 Pasien 2
Laboratorium 12/3/2020
Hematologi
Hasil:
Hematokrit : 34,5 (L)
Indeks Eritrosit
MCV : 14,4 (L)
MCH : 26,0 (L)
MCHC : 31,9 (H)
RDW-CV : 16,6 (H)
EO Sinofil : 0,7 (H)
Laju darah lengkap:73(H)
Hitung jenis leukosit
Limfosit : 18,1 (L)
Monosit : 8,5 (H)
Kimia Darah
Elektrolit darah
Ureum darah : 21
Kreatinin darah : 0,68
24/3/109
Parameter Hasil Nilai
rujukan
PATOLOGI
Hemoglobin 8,8 12,0-16,0
Leukosit 21.100 4.800- 10.800
Eritrosit 3,1 4,2-5,4
Hemotokrit 26 37-47
Trombosit 599.00 150.000-
450.000
MCV 85 79-99
MCH 28 27-31
MCHC 34 30-35
Hitung jenis:
- Basofil 0 0-1
- Eoshinofil 0 2-4
- Batang 0 3-5
- Segmen 8 50-70
- Limfosit 8 25-40
- Monosit 6 2-8
Gula darah 95 <140
sewaktu
Ureum 14 13-43
Creatinine 0,44 0,55-1,02
Instalasi Patologi
Anatomi: Makroskopis
Rontgen 12/3/2020
Thoraks 1 posisi
Hasil:
Terdapat cairan
(penumpukan cairan paru
sebelah kanan)
74
Diterima cairan fleura volume 200
ml warna merah
Mikroskopis
Sediaan berlatar belakang eritrosit,
terdiri dari sebaran satu-satu sel
radang kronik. Tampak sel tumor.
Kesimpulan Pleuritis kronik.
Sumber : pasien dengan efusi pleura di RSUD Dr.H Abdul Moeloek
provinsi Lampung, ayni, tahun 2019
Berdasarkan tabel 4.3 ditemukan kesamaan data dari pemeriksaan
penunjang pada pasien 1 didapatkan pemeriksaan thoraks 1 posisi
dengan hasil terdapan penumpukan cairan di rongga paru sebelah kanan.
Tabel 4.4 Hasil Penatalaksanaan Terapi Pada Pasien dengan Efusi
Pleura di RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan dan RSUD
Dr.H Abdul Moeloek provinsi Lampung
Pasien 1
Pasien 2
a. Dexametasone (iv) 3x1
b. Ketorolac (iv) 3x30 mg
c. Ringer Laktat (iv) 16 Tpm
(500cc/24 jam)
a. IVFD RL 10 tts/mnt
b.Inj. metil predinosolon 5mg/12jam
c. Inj. Ranitidine 50 mg/12 jam
d.Katerolac 30 mg/hari
e. Inj. Levofloxacin 5 mg/24 jam
Sumber : pasien dengan efusi pleura di RSUD Dr.H Abdul Moeloek
provinsi Lampung, ayni, tahun 2019
b. Diagnosa Keperawatan
Tabel 4.5 Diagnosa Keperawatan Pada Pasien Dengan Efusi Pleura di
RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan dan RSUD Dr.H Abdul
Moeloek provinsi Lampung
No
Urut
Pasien 1 Pasien 2
Hari/Tanggal
ditemukan
Diagnosa
Keperawatan
(kode SDKI)
Hari/Tanggal
Ditemukan
Diagnosa
Keperawatan
(Kode SDKI)
1. Rabu, 11
Maret 2020
Pola napas tidak
efektif
berhubungan
Senin, 25
Maret 2019
Pola napas tidak
efektif
berhubungan
75
dengan hambatan
upaya napas
(kelemahan otot
pernapasan).
Kriteria mayor:
Subjektif:
e. Pasien
mengatakan
sesak napas.
Objektif:
a. Pasien tampak
terdapat
penggunaan otot
bantu
pernapasan.
b.Pola napas
pasien tampak
cepat dispnea.
Kriteria minor:
Subjektif:
a. Pasien
mengatakan
sesak dirasakan
saat duduk
ataupun
berbaring.
Objektif:
a. Pasien tampak
menggunakan
pernapasan
cuping hidung.
b. Tampak bentuk
dada pasien
barrel chest.
c. Tampak
terdapat
penggunaan otot
bantu
pernapasan.
d. RR : 26x/menit
(D. 0005)
dengan hambatan
upaya napas
(kelemahan otot
pernapasan).
Kriteria mayor:
Subjektif:
a. Pasien
mengatakan
sesak napas.
b. Paisen
mengatkan
sesak
dirasakan
ketika pasien
beraktivitas
Objektif:
a. tampak sulit
bernapas
b. pernapasan
dangkal dan
cepat
c. tampak
retraksi
dinding dada
Kriteria
minor:
Subjektif:
a. Pasien
mengatakan
sesak
dirasakan
ketika
beraktivitas
Objektif:
a. Frekuensi
napas
28x/mnt
b. Terpasang
nasal kanul 2
lpm (D. 0005)
2. Rabu, 11
Maret 2020
Nyeri akut
berhubungan
dengan agen
pencedera
fisiologis
Karakteristik
mayor:
Subjektif:
a. Pasien
mengatakan
nyeri pinggang
Obyektif:
Senin, 25 Maret
2019
Risiko Defisit
Nutrisi
berhubungan
dengan Faktor
Psikologis (mis.
Stres,
keengganan
untuk makan)
ditandai dengan
mual dan
kurangnya nafsu
makan.
Karakteristik
mayor:
76
a. Pasien tampak
meringis
menahan nyeri.
b. Pasien tampak
gelisah.
c. Frekuensi nadi
pasien
meningkat
Karakteristik
minor:
Subjektif:
a. Tidak terdapat
dalam (SDKI).
Objektif:
a. tekanan darah
pasien meingkat
b. pola napas
pasien meingkat
(D.0077)
Subjektif:
a. Pasien
mengatakan
mual dan
tidak nafsu
makan
Obyektif:
a. Pasien
tampak lemas
b. Pasien
tampak
distensi
abdomen
c. Pasien
tampakmengh
abiskan ½
dari porsi
makan yang
di berikan.
(D.0032)
3. Rabu, 11
Maret 2020
Intoleransi
aktivitas
berhubungan
dengan kelemahan
Karakteristik
mayor:
Subjektif:
a. Pasien
mengatakan
saat
beraktivitas
mudah sesak
dan lelah.
Objektif:
a. pasien tampak
lemas
b. pasien saat
beraktivitas di
bantu oleh
suaami
Karakteristik
minor:
Subjektif:
a.Pasien
mengatakan
sesak dirasakan
saat
beraktivitas.
Objektif:
a. Tidak
tersedia
(D.0056)
Senin, 25
Maret 2019
Intoleransi
aktivitas
berhubungan
dengan
kelemahan
Karakteristik
mayor:
Subjektif:
a. Pasien
mengatakan
mudah lelah
b. Pasien
mengatakaan
sesak jika
banyak
beraktivitas
Objektif:
a. Pasien
tampak lemas
b. Aktivitas
dibantu oleh
perawat dn
keluargaa
c. Pasien
terpasang
nasal kanul 2
lpm
Karakteristi
k minor:
Subjektif:
a. pasien sesak
saat
beraktifitas
efusi pleura.pdf
efusi pleura.pdf
efusi pleura.pdf
efusi pleura.pdf
efusi pleura.pdf
efusi pleura.pdf
efusi pleura.pdf
efusi pleura.pdf
efusi pleura.pdf
efusi pleura.pdf
efusi pleura.pdf
efusi pleura.pdf
efusi pleura.pdf
efusi pleura.pdf
efusi pleura.pdf
efusi pleura.pdf
efusi pleura.pdf
efusi pleura.pdf
efusi pleura.pdf
efusi pleura.pdf
efusi pleura.pdf
efusi pleura.pdf
efusi pleura.pdf
efusi pleura.pdf
efusi pleura.pdf
efusi pleura.pdf
efusi pleura.pdf
efusi pleura.pdf
efusi pleura.pdf
efusi pleura.pdf
efusi pleura.pdf
efusi pleura.pdf
efusi pleura.pdf
efusi pleura.pdf
efusi pleura.pdf
efusi pleura.pdf
efusi pleura.pdf
efusi pleura.pdf
efusi pleura.pdf
efusi pleura.pdf
efusi pleura.pdf
efusi pleura.pdf
efusi pleura.pdf
efusi pleura.pdf
efusi pleura.pdf
efusi pleura.pdf
efusi pleura.pdf
efusi pleura.pdf
efusi pleura.pdf
efusi pleura.pdf
efusi pleura.pdf
efusi pleura.pdf
efusi pleura.pdf
efusi pleura.pdf
efusi pleura.pdf
efusi pleura.pdf
efusi pleura.pdf
efusi pleura.pdf
efusi pleura.pdf
efusi pleura.pdf
efusi pleura.pdf
efusi pleura.pdf
efusi pleura.pdf
efusi pleura.pdf
efusi pleura.pdf
efusi pleura.pdf
efusi pleura.pdf
efusi pleura.pdf
efusi pleura.pdf
efusi pleura.pdf
efusi pleura.pdf
efusi pleura.pdf
efusi pleura.pdf
efusi pleura.pdf
efusi pleura.pdf
efusi pleura.pdf
efusi pleura.pdf
efusi pleura.pdf
efusi pleura.pdf
efusi pleura.pdf
efusi pleura.pdf
efusi pleura.pdf
efusi pleura.pdf
efusi pleura.pdf
efusi pleura.pdf
efusi pleura.pdf
efusi pleura.pdf
efusi pleura.pdf
efusi pleura.pdf
efusi pleura.pdf
efusi pleura.pdf
efusi pleura.pdf
efusi pleura.pdf
efusi pleura.pdf
efusi pleura.pdf
efusi pleura.pdf
efusi pleura.pdf

More Related Content

What's hot

Standar Dokumentasi Keperawatan
Standar Dokumentasi KeperawatanStandar Dokumentasi Keperawatan
Standar Dokumentasi Keperawatanpjj_kemenkes
 
Askep kehamilan dengan DM gestasional
Askep kehamilan dengan DM gestasional Askep kehamilan dengan DM gestasional
Askep kehamilan dengan DM gestasional Kampus-Sakinah
 
Evaluasi keperawatan
 Evaluasi keperawatan Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatanpjj_kemenkes
 
Perawatan paliatif
Perawatan paliatif Perawatan paliatif
Perawatan paliatif Agus Prayogi
 
Sejarah keperawatan di indonesia
Sejarah keperawatan di indonesiaSejarah keperawatan di indonesia
Sejarah keperawatan di indonesiawahdaoctiasakti
 
Konsep dasar keperawatan komunitas
Konsep dasar keperawatan komunitasKonsep dasar keperawatan komunitas
Konsep dasar keperawatan komunitasAmalia Senja
 
Stroke non hemoragik
Stroke non hemoragikStroke non hemoragik
Stroke non hemoragikmamasaugi
 
Asuhan keperawatan komunitas dan contoh kasus
Asuhan keperawatan komunitas dan contoh kasusAsuhan keperawatan komunitas dan contoh kasus
Asuhan keperawatan komunitas dan contoh kasusheri damanik
 
Standar Dokumentasi Keperawatan
Standar Dokumentasi KeperawatanStandar Dokumentasi Keperawatan
Standar Dokumentasi Keperawatanpjj_kemenkes
 
Filosofi keperawatan
Filosofi keperawatanFilosofi keperawatan
Filosofi keperawatanAmalia Senja
 
Asuhan Keperawatan dengan Klien Anemia
Asuhan Keperawatan dengan Klien AnemiaAsuhan Keperawatan dengan Klien Anemia
Asuhan Keperawatan dengan Klien Anemiaandalizah
 
Konsep pasien terminal
Konsep pasien terminalKonsep pasien terminal
Konsep pasien terminalValny Majid
 
Standar Dokumentasi Keperawatan
Standar Dokumentasi KeperawatanStandar Dokumentasi Keperawatan
Standar Dokumentasi Keperawatanpjj_kemenkes
 
rumus pemberian obat melalui syringe pump
rumus pemberian obat melalui syringe pumprumus pemberian obat melalui syringe pump
rumus pemberian obat melalui syringe pumpade anggara
 
8537398 analisis-kebutuhan-tenaga-perawatan-rumah-sakit
8537398 analisis-kebutuhan-tenaga-perawatan-rumah-sakit8537398 analisis-kebutuhan-tenaga-perawatan-rumah-sakit
8537398 analisis-kebutuhan-tenaga-perawatan-rumah-sakitALIYAH MS
 
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1pjj_kemenkes
 

What's hot (20)

Standar Dokumentasi Keperawatan
Standar Dokumentasi KeperawatanStandar Dokumentasi Keperawatan
Standar Dokumentasi Keperawatan
 
Askep kehamilan dengan DM gestasional
Askep kehamilan dengan DM gestasional Askep kehamilan dengan DM gestasional
Askep kehamilan dengan DM gestasional
 
Evaluasi keperawatan
 Evaluasi keperawatan Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan
 
Konsep dan-perspektif-kmb
Konsep dan-perspektif-kmbKonsep dan-perspektif-kmb
Konsep dan-perspektif-kmb
 
Perawatan paliatif
Perawatan paliatif Perawatan paliatif
Perawatan paliatif
 
Sejarah keperawatan di indonesia
Sejarah keperawatan di indonesiaSejarah keperawatan di indonesia
Sejarah keperawatan di indonesia
 
Intervensi dan implementasi
Intervensi dan implementasiIntervensi dan implementasi
Intervensi dan implementasi
 
Konsep dasar keperawatan komunitas
Konsep dasar keperawatan komunitasKonsep dasar keperawatan komunitas
Konsep dasar keperawatan komunitas
 
Stroke non hemoragik
Stroke non hemoragikStroke non hemoragik
Stroke non hemoragik
 
Asuhan keperawatan komunitas dan contoh kasus
Asuhan keperawatan komunitas dan contoh kasusAsuhan keperawatan komunitas dan contoh kasus
Asuhan keperawatan komunitas dan contoh kasus
 
Standar Dokumentasi Keperawatan
Standar Dokumentasi KeperawatanStandar Dokumentasi Keperawatan
Standar Dokumentasi Keperawatan
 
Ppt sidang
Ppt sidangPpt sidang
Ppt sidang
 
Filosofi keperawatan
Filosofi keperawatanFilosofi keperawatan
Filosofi keperawatan
 
Asuhan Keperawatan dengan Klien Anemia
Asuhan Keperawatan dengan Klien AnemiaAsuhan Keperawatan dengan Klien Anemia
Asuhan Keperawatan dengan Klien Anemia
 
Konsep pasien terminal
Konsep pasien terminalKonsep pasien terminal
Konsep pasien terminal
 
Standar Dokumentasi Keperawatan
Standar Dokumentasi KeperawatanStandar Dokumentasi Keperawatan
Standar Dokumentasi Keperawatan
 
Materi buku panduan komunikasi terapeutik
Materi buku panduan komunikasi terapeutikMateri buku panduan komunikasi terapeutik
Materi buku panduan komunikasi terapeutik
 
rumus pemberian obat melalui syringe pump
rumus pemberian obat melalui syringe pumprumus pemberian obat melalui syringe pump
rumus pemberian obat melalui syringe pump
 
8537398 analisis-kebutuhan-tenaga-perawatan-rumah-sakit
8537398 analisis-kebutuhan-tenaga-perawatan-rumah-sakit8537398 analisis-kebutuhan-tenaga-perawatan-rumah-sakit
8537398 analisis-kebutuhan-tenaga-perawatan-rumah-sakit
 
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
 

Similar to efusi pleura.pdf

gagal ginjal kronik.pdf
gagal ginjal kronik.pdfgagal ginjal kronik.pdf
gagal ginjal kronik.pdfrara226524
 
Buku panduan pkk iii 2014 fix(1)
Buku panduan pkk iii 2014 fix(1)Buku panduan pkk iii 2014 fix(1)
Buku panduan pkk iii 2014 fix(1)Aida Shofi
 
hipertensi lansia.doc
hipertensi lansia.dochipertensi lansia.doc
hipertensi lansia.docninaprayogi1
 
Asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod i leta...
Asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod i leta...Asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod i leta...
Asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod i leta...Operator Warnet Vast Raha
 
Kti asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod l...
Kti asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod  l...Kti asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod  l...
Kti asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod l...Operator Warnet Vast Raha
 
Kti asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod l...
Kti asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod  l...Kti asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod  l...
Kti asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod l...Operator Warnet Vast Raha
 
askep hirscprung.pdf
askep hirscprung.pdfaskep hirscprung.pdf
askep hirscprung.pdfHadariahOk
 
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir usia 0 7 hari
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir usia 0 7 hariAsuhan kebidanan pada bayi baru lahir usia 0 7 hari
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir usia 0 7 hariOperator Warnet Vast Raha
 
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir usia 0 7 hari
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir usia 0 7 hariAsuhan kebidanan pada bayi baru lahir usia 0 7 hari
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir usia 0 7 hariOperator Warnet Vast Raha
 

Similar to efusi pleura.pdf (20)

PENUMONIA.pdf
PENUMONIA.pdfPENUMONIA.pdf
PENUMONIA.pdf
 
gagal ginjal kronik.pdf
gagal ginjal kronik.pdfgagal ginjal kronik.pdf
gagal ginjal kronik.pdf
 
Buku panduan pkk iii 2014 fix(1)
Buku panduan pkk iii 2014 fix(1)Buku panduan pkk iii 2014 fix(1)
Buku panduan pkk iii 2014 fix(1)
 
hipertensi lansia.doc
hipertensi lansia.dochipertensi lansia.doc
hipertensi lansia.doc
 
Asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod i leta...
Asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod i leta...Asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod i leta...
Asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod i leta...
 
Karlis maya beres
Karlis maya beresKarlis maya beres
Karlis maya beres
 
Kti asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod l...
Kti asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod  l...Kti asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod  l...
Kti asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod l...
 
Kti asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod l...
Kti asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod  l...Kti asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod  l...
Kti asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod l...
 
Karlis maya
Karlis mayaKarlis maya
Karlis maya
 
askep hirscprung.pdf
askep hirscprung.pdfaskep hirscprung.pdf
askep hirscprung.pdf
 
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir usia 0 7 hari
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir usia 0 7 hariAsuhan kebidanan pada bayi baru lahir usia 0 7 hari
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir usia 0 7 hari
 
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir usia 0 7 hari
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir usia 0 7 hariAsuhan kebidanan pada bayi baru lahir usia 0 7 hari
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir usia 0 7 hari
 
Sampul
SampulSampul
Sampul
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
120040696 kti-murni-novianti
120040696 kti-murni-novianti120040696 kti-murni-novianti
120040696 kti-murni-novianti
 
120040696 kti-murni-novianti
120040696 kti-murni-novianti120040696 kti-murni-novianti
120040696 kti-murni-novianti
 
Anemiabufas22
Anemiabufas22Anemiabufas22
Anemiabufas22
 
makalah askeb.docx
makalah askeb.docxmakalah askeb.docx
makalah askeb.docx
 
Sc panggulsempit benar
Sc panggulsempit benarSc panggulsempit benar
Sc panggulsempit benar
 
6113
61136113
6113
 

Recently uploaded

PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusiastvitania08
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptxrachmatpawelloi
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptbekamalayniasinta
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfFatimaZalamatulInzan
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxISKANDARSYAPARI
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikSavitriIndrasari1
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3smwk57khb29
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...AdekKhazelia
 

Recently uploaded (18)

PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusia
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
 

efusi pleura.pdf

  • 1. KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN EFUSI PLEURA YANG DI RAWAT DI RUMAH SAKIT OLEH: TIKA HERLIA NIM. P07220117077 POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D-III KEPERAWATAN SAMARINDA 2020
  • 2. KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN EFUSI PLEURA DI RAWAT DI RUMAH SAKIT Untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan (Amd.Kep) Pada Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur Oleh: TIKA HERLIA NIM : P07220117077 POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D-III KEPERAWATAN SAMARINDA 2020
  • 3. ii SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan bahwa karya tulis ilmiah ini adalah hasil karya sendiri dan bukan merupakan jiplakan atau tiruan dari karya tulis ilmiah lain untuk memperoleh gelar dari berbagai jenjang pendidikan di perguruan tinggi manapun baik sebagian maupun keseluruhan. Jika terbukti bersalah, saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan yang berlaku. Balikpapan, 8 mei 2020 Yang menyatakan TIKA HERLIA NIM. P07220117077
  • 4. iii LEMBAR PERSETUJUAN KARYA TULIS ILMIAH INI TELAH DISETUJUI UNTUK DIUJIKAN TANGGAL 8 Mei 2020 Oleh Pembimbing Rahmawati Shoufiah, S.ST., M.Pd NIDN. 4020027901 Pembimbing Pendamping Nurhayati, S.ST., M.Pd NIDN. 4024016801 Mengetahui, Ketua Program Studi D III Keperawatan Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur Ns. Andi Lis AG, M. Kep NIP. 196803291994022001
  • 5. iv Karya Tulis Ilmiah Pasien Dengan Efusi Pleura yang dirawat di rumah sakit Tahun 2020 Telah Diuji Pada tanggal 8 Mei 2020 PANITIA PENGUJI Ketua Penguji 1. Rus Andraini, A.Kp, M.P.H ........................................... NIDN. 4006027101 Penguji Anggota 1. Rahmawati Shoufiah, S.ST.,M.Pd ........................................... NIDN. 4020027901 2. Nurhayati, S.ST., M.Pd ........................................... NIDN. 4024016801 Mengetahui, Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur Poltekkes Kemenkes KalimantanTimur Ketua Jurusan Keperawatan Ketua Prodi D-III Keperawatan Hj. Umi Kalsum, S. Pd., M.Kes Ns. Andi Lis AG, M. Kep NIP. 196508251985032001 NIP. 196803291994022001
  • 6. v DAFTAR RIWAYAT HIDUP A. Data Diri 1. Nama : Tika Herlia 2. Jenis Kelamin : Perempuan 3. Tempat, Tanggal Lahir : kuningan, 14 oktober 1998 4. Agama : Islam 5. Pekerjaan : Mahasiswa 6. Alamat : Jl. Gunung stelling Rt.52 Gn. Samarinda B. Riwayat Pendidikan 1. TK RA-Raudathul Aftah Tahun 2003-2004 2. SD Negeri 009 Pekanbaru Tahun 2005-2010 3. SMP Negeri 13 Balikpapan Tahun 2011-2014 4. SMA Negeri 7 Balikpapan Tahun 2014 - 2017 5. Mahasiswa Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kaltim Tahun 2017 sampai sekarang
  • 7. vi KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala atas berkat dan rahmatnya yang telah diberikan kepada saya sehingga dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini dalam rangka memenuhi persyaratan ujian akhir program Diploma III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur Jurusan Keperawatan Samarinda Kelas C Balikpapan dengan judul “Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Efusi Pleura”. Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis banyak mengalami kesulitan dan hambatan, akan tetapi semuanya bisa dilalui berkat bantuan dari berbagai pihak. Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis telah mendapatkan bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak baik materil maupun moril. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat : 1. H.Supriadi B, S.Kp.,M.Kep, selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur. 2. Hj. Umi Kalsum, S. Pd., M.Kes, selaku Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur. 3. Ns. Andi Lis Arming Gandini, M.Kep, selaku Ketua Prodi D-III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur. 4. Ns. Grace Carol Sipasulta, M.Kep.,Sp.Kep.Mat, selaku Penanggung Jawab Prodi D-III Keperawatan Kelas Balikpapan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur.
  • 8. vii 5. Rahmawati Shoufiah, S.ST.,M.Pd, selaku Pembimbing I yang telah banyak memberikan bimbingannya sehingga Karya tulis imiah ini dapat terselesaikan dengan baik. 6. Nurhayati, S.ST.,M.Pd, selaku Pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingannya sehingga Karya tulis imiah ini dapat terselesaikan dengan baik. 7. Bapak Ade Herman dan Ibu Juliati selaku orang tua saya terimakasih banyak yang selalu mendukung, dan mendoakan tanpa hentinya. 8. Adik saya Galih Citra Putri, terimakasih sudah mendukung untuk menyelesaikan pendidikan yang saya jalani. 9. Teman-teman angkatan ke – 6 Prodi D-III Keperawatan Kelas Balikpapan yang selalu mendukung dalam penyusunan Karya tulis imiah ini. Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu masukan, saran, serta kritik sangat diharapkan guna kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Balikpapan, 21 Februari 2020 Tika Herlia
  • 9. viii ABSTRAK “ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN EFUSI PLEURA” Gangguan sistem pernapasan merupakan penyebab utama banyaknya ukuran dan jumlah individu yang terkena penyakit di bagian organ pernapasan salah satunya efusi pleura. Efusi pleura biasanya disebebkan oleh adanya penyakit infeksi dan non infeksi. Tingginya angka kejadian efusi pleura ini salah satunya disebabkan oleh keterlambatan penderita untuk memeriksakan kesehatannya sejak dini. Efusi pleura jika tidak mendapatkan penanganan akan mengakibatkan gangguan pada pola napas dan tindakan pengaturan posisi serta pembedahan berupa pemasangan water seal drain dapat dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran asuhan keperawatan pada pasien dengan efusi pleura di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan dan RSUD Dr. H. Abdoel Moeloek Provinsi Lampung. Penelitian ini menggunakan metode literature review asuhan keperawatan pada dua kasus yang sama sebagai subjek penelitian pasien dewasa dengan penyakit Efusi pleura di ruang Flamboyan A RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan dan RSUD Dr. H. Abdoel Moeloek Provinsi Lampung. Metode pengambilan data adalah dengan wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, studi dokumentasi. Instrumen pengumpulan data menggunakan format pengkajian asuhan keperawatan sesuai ketentuan yang berlaku di prodi keperawatan Poltekkes Kaltim. Hasil penelitian didapatkan data masing-masing pasien mengeluh sesak napas. Pada pasien pertama ditemukan 3 diagnosa keperawatan dan pada pasien kedua ditemukaan 3 diagnosa keperawatan. Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama tiga hari pada kedua pasien didapatkan hasil yaitu dengan dua masalah pasien teratasi dan satu masalah pasien sebagian teratasi sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah dibuat dan ditetapkan peneliti. Dapat disimpulkan bahwa setiap pasien dengan efusi pleura memiliki respon yang berbeda terhadap masalah. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi atau status kesehatan dan kemampuan pasien dalam menghadapi suatu masalah. Sehingga perawat harus melakukan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk menangani masalah keperawatan pada setiap pasien dan meningkatkan keterampilan dalam melaksanakan asuhan keperawatan khususnya pada pasien efusi pleura. Kata kunci : Efusi Pleura, Asuhan Keperawatan
  • 10. ix ABSTRACT " NURSING CARE IN PATIENTS WITH PLEURAL EFFUSION" Respiratory system disorders are the main cause of the large size and number of individuals affected by disease in the respiratory organs, one of which is pleural effusion. Pleural effusion is usually caused by infectious and non-infectious diseases. The high incidence of pleural effusion is one of them caused by the delay of patients to check their health early. This study aims to obtain an overview of nursing care in patients with pleural effusion in Dr. Hospital. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan and RSUD Dr. H. Abdoel Moeloek Provinsi Lampung. This study uses a case study method with the literature review by implementing care as a unit of analysis. The unit of analysis is adult patients with pleural effusion. The data collection method is by interview, observation, physical examination, documentation study and. The instrument of data collection uses the format of Nursing Care according to the provisions in force in the campus nursing study program at the East Kalimantan Polytechnic. Based on the assessment, diagnosis, intervention, implementation and evaluation results, in the first patients found three nursing diagnoses that appeared only two diagnoses were resolved, one diagnoses were partially resolved, and in the second patient found three nursing diagnoses that appeared only two diagnoses were resolved and one diagnoses are partially resolved. It can be concluded that each patient with pleural effusion has a different response to the problem. This is influenced by the condition or health status and ability of the patient to deal with a problem. So that nurses must carry out comprehensive nursing care to handle nursing problems in each patient and improve skills in implementing nursing care, especially in patients with pleural effusion. Keywords: Pleural Effusion, Nursing Care
  • 11. x DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DEPAN............................................................................... HALAMAN SAMPUL DALAM ............................................................................ i LEMBAR PERNYATAAN....................................................................................ii LEMBAR PERSETUJUAN ..............................................................................................iii LEMBAR PENGESAHAN ...............................................................................................iv DAFTAR RIWAYAT HIDUP............................................................................................v KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv ABSTRAK...........................................................................................................viii DAFTAR ISI.......................................................................................................... ix DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii DAFTAR BAGAN .............................................................................................. xiv DAFTAR TABEL................................................................................................. xv DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... xvi BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah............................................................................... 1 B. Rumusan Masalah........................................................................................ 5 1. Tujuan Umum........................................................................................... 5 2. Tujuan Khusus.......................................................................................... 5 D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 6 Adapun manfaat penulisan proposal ini adalah:.................................................. 6 1. Bagi Peneliti................................................................................................. 6 2. Bagi Tempat Penelitian...............................Error! Bookmark not defined.
  • 12. xi 3. Bagi perkembangan ilmu keperawatan.......Error! Bookmark not defined. BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 7 A. Konsep Dasar Medis .................................................................................... 7 1. Pengertian................................................................................................. 7 2. Etiologi ..................................................................................................... 8 3. Anatomi Fisiologi..................................................................................... 9 4. Klasifikasi............................................................................................... 13 5. Manifestasi Klinis................................................................................... 13 6. Patofisiologi............................................................................................ 14 8. Pemeriksaan Penunjang.......................................................................... 17 9. Komplikasi ............................................................................................. 18 B. Konsep Masalah Keperawatan................................................................... 20 1. Diagnosis Keperawatan.......................................................................... 20 3. Masalah keperawatan ............................................................................. 24 C. Konsep Asuhan Keperawatan Efusi Pleura................................................ 33 1. Pengkajian .............................................................................................. 33 2. Diagnosa Keperawatan........................................................................... 39 3. Intervensi Keperawatan.......................................................................... 40 4. Implementasi Keperawatan .................................................................... 48 5. Evaluasi Keperawatan ............................................................................ 49 BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 50 A. Pendekatan/Desain Penelitian.................................................................... 50
  • 13. xii B. Subyek Penelitian....................................................................................... 50 C. Batasan Istilah (Definisi Operasional) ....................................................... 51 D. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................... 52 E. Prosedur Penelitian..................................................................................... 52 F. Metode dan instrument Pengumpulan Data ............................................... 53 G. Keabsahan Data.......................................................................................... 53 H. Analisis Data.............................................................................................. 54 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 55 A. Hasil ........................................................................................................... 55 B. Pembahasan.............................................................................................. 101 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................. 117 A. Kesimpulan .............................................................................................. 117 B. Saran......................................................................................................... 118 DATAR PUSTAKA ........................................................................................... 120 LAMPIRAN - LAMPIRAN
  • 14. xiii GAFTAR GAMBAR Gambar 2.2 Anatomi Paru dan Pleura.............................................................. 9
  • 15. xiv DAFTAR BAGAN BAGAN 2.1 Pathway Efusi Pleura.............................................................. 23
  • 16. xv DAFTAR TABEL Tabel 4.1 Hasil Anamnesis Pada Pasien 1 dan 2 ...............................................57 Tabel 4.2 Hasil Observasi dan Pemeriksaan Fisik Pada Pasien.........................60 Tabel 4.3 Hasil Pemeriksaan Penunjang Pada Pasien........................................73 Tabel 4.4 Hasil Penatalaksanaan Terapi Pada Pasien ........................................74 Tabel 4.5 Diagnosa Keperawatan Pada Pasien ..................................................74 Tabel 4.6 Perencanaan Pada Pasien 1dan 2 .......................................................77 Tabel 4.7 Implementasi Keperawatan Pasien 1 dan 2........................................80 Tabel 4.8 Evaluasi Keperawatan Pasien 1 dan 2................................................94
  • 17. xvi DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Asuhan Keperawatan Pasien 1 Lampiran 2 Asuhan Keperawatan Pasien 2 Lampiran 3 format konsul
  • 18. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling utama, manusia mempunyai beberapa kebutuhan dasar yang harus terpenuhi jika ingin dalam keadaan sehat dan seimbang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis yang bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan. Salah satu keseimbangan fisiologis yang perlu dipertahankan, yaitu saluran pernafasan yang berfungsi menghantarkan udara (oksigen) dari atmosfer yang kita hirup dari hidung dan berakhir prosesnya di paru-paru untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh (Rosmalawati & Kasiati, 2016) Gangguan sistem pernapasan merupakan penyebab utama banyaknya ukuran dan jumlah individu yang terkena penyakit di bagian organ pernapasan. Salah satu penyakit gangguan sistem pernapasan pada manusia yaitu efusi pleura.Efusi pleura adalah cairan yang berlebih di dalam membran berlapis ganda yang mengelilingi paru-paru (Irianto, 2014). Efusi pleura merupakan kondisi medis yang dilatarbelakangi oleh berbagai Penyebab. Data WHO menunjukkan bahwa Efusi pleura disebabkan oleh berbagai kelainan kardiopulmonal seperti gagal Jantung kongestif, gangguan hati, hingga keganasan di paru-paru (Mc Gart & Anderson, 2011).
  • 19. 2 Prevalensi efusi pleura di dunia diperkirakan sebanyak 320 kasus per 100.000 penduduk di negara-negara industri dengan penyebarannya tergantung dari etiologi penyakit yang mendasarinya. Angka kejadian efusi pleura di Amerika Serikat ditemukan sekitar 1,5 juta kasus per tahunnya dengan penyebab tersering gagal jantung kongestif, pneumonia bakteri, penyakit keganasan, dan emboli paru (Rubins, 2013). Hasil penelitian di salah satu rumah sakit di India pada tahun 2013-2014 didapatkan prevalensi efusi pleura sebanyak 80 kasus dengan penyebab terbanyak tuberkulosis paru (Jamaluddin, 2015). Sedangkan prevalensi efusi pleura di Indonesia mencapai 2,7% dari penyakit infeksi saluran napas lainnya dan Kelompok umur terbanyak terkena efusi pleura antara 40-59 tahun, umur termuda 17 tahun dan umur tertua 80 tahun (Depkes RI, 2006). Penyebab efusi pleura yang disebabkan infeksi yaitu tuberkulosis, pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik. Sedangkan untuk non infeksi disebabkan oleh karsinoma paru, karsinoma pleura, karsinoma mediastinum, tumor ovarium, bendungan jantung, gagal jantung, perikarditis konstriktiva, gagal hati, gagal ginjal, hipotiroidisme, kilotoraks, emboli paru (Morton dkk, 2012). Pasien-pasien dengan efusi pleura menunjukkan gejala klinis yang beragam mulai dari efusi pleura tanpa gejala hingga efusi pleura masif yang menunjukkan berbagai gejala serius yang mengganggu pernapasan. Pada kasus efusi pleura tanpa gejala, biasanya efusi pleura terlihat dari gambaran X-Ray thorak (Wedro, 2014).
  • 20. 3 Karakteristik tanda dan gejala dari efusi pleura yang sering terjadi seperti sesak nafas, batuk kering, dan nyeri dada pleuritik. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan bunyi redup saat dilakukan perkusi, berkurangnya taktil vokal fremitus saat dilakukan palpasi, dan penurunan bunyi napas pada auskultasi paru (Karkhanis, 2012). Masalah keperawatan yang umum terjadi pada pasien dengan efusi pleura salah satunya adalah pola napas tidak efektif dan gangguan pertukaran gas (NANDA, 2012). Pola napas tidak efektif diakibatkan oleh terganggunya ekspansi paru akibat akumulasi cairan di pleura sehingga akan menimbulkan manifestasi klinis seperti peningkatan frekuensi napas, kesulitan bernapas (dipsnea), penggunaan otot-otot bantu pernapasan, dan pada kasus-kasus berat muncul gejala hipoksia seperti sianosis. Sementara itu, efusi pleura juga berakibat pada terganggunya pertukaran gas yang bermanifestasi klinis pada perubahan nilai gas darah arteri (Wilkinson & Ahern, 2005). Oleh karena itu, peran perawat dan tenaga kesehatan sangatlah diperlukan terutama dalam bentuk promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative, untuk mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut seperti pneumonia, peneumothoraks, gagal nafas dan kolaps paru sampai dengan kematian. Peran perawat secara promotife misalnya memberikan penjelesan dan informasi penyakit Efusi pleura, preventifenya mengurangi merokok dan minum- minuman beralkohol, kurative misalnya dilakukan pengobatan ke rumah sakit dan melakukan pemasangan WSD, rehabilitative misalnya melakukan
  • 21. 4 pengecekan kembali kondisi klien ke rumah sakit atau tenaga kesehatan (Muttaqin, 2008). Penanganan efusi pleura berfokus pada pemenuhan kebutuhan oksigenasi yang maksimum.Oksigenasi yang maksimum difokuskan untuk mencapai pertukaran gas yang adekuat, ventilasi yang adekuat, dan perfusi jaringan yang adekuat (Dugdale, 2014). Evakuasi cairan dilakukan untuk menjamin ventilasi dan pertukaran gas yang adekuat. Evakuasi cairain dilakukan melalui tindakan medis seperti thoracentesis dan pemasangan chest tube (Rubins, 2013). Tindakan keperawatan juga berperan penting untuk menjamin ventilasi dan perfusi yang adekuat. Beberapa tindakan keperawatan utama untuk mengatasi masalah pernapasan pada pasien efusi pleura adalah pengkajian berupa monitor status pernapasan meliputi frekuensi pernapasan, auskultasi suara paru, monitor status mental, dispnea, sianosis, dan saturasi oksigen (Wilkinson & Ahern, 2005). Selain itu, tindakan keperawatan yang penting adalah “Positioning” yang bertujuan untuk meningkatkan ekspansi paru sehingga mengurangi sesak (Dean, 2014). Berdasarkan data yang diperoleh dari studi pendahuluan Dari catatan medical di ruang Flamboyan B RSUD Kanudjoso Djatiwibowo Balikpapan dari tahun 2018 hingga sekarang ini kasus efusi pleura yang dirawat di RSUD Kanudjoso Djatiwibowo Balikpapan sebanyak 41 kasus. Sehingga dalam hal ini penulis tertarik untuk mengambil judul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Efusi Pleura Di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan
  • 22. 5 Kalimantan Timur” secara komperhensif guna memperoleh gambaran secara nyata. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Efusi Pleura di RSUD Kanudjoso Djatiwibowo Balikpapan Kalimantan Timur tahun 2020?. C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penulisan karya tulis ini adalah : 1. Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah memberikan gambaran pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan Efusi Pleura di RSUD Kanudjoso Djatiwibowo Balikpapan Kalimantan Timur tahun 2020 2. Tujuan Khusus Tujuan khusus pada karya tulis ini adalah: a. Mengkaji pasien dengan Efusi Pleura di RSUD Kanudjoso Djatiwibowo Balikpapan Kalimantan Timur tahun 2020 b. Menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien dengan Efusi Pleura di RSUD Kanudjoso Djatiwibowo Balikpapan Kalimantan Timur tahun 2020. c. Menyusun perencanaan keperawatan pada pasien dengan Efusi Pleura di RSUD Kanudjoso Djatiwibowo Balikpapan Kalimantan Timur tahun 2020.
  • 23. 6 d. Melaksanakan intervensi keperawatan pada pasien dengan Efusi Pleura di RSUD Kanudjoso Djatiwibowo Balikpapan Kalimantan Timur tahun 20120. e. Mengevaluasi asuhan keperawatan pada pasien dengan Efusi Pleura di RUSD Kanudjoso Djatiwibowo Balikpapan Kalimantan Timur tahun 2020. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penulisan proposal ini adalah: 1. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini diharapkan penulis dapat memperoleh pengalaman dalam memberikan asuhan keperawatan serta mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama pendidikan khususnya pada pasien dengan Efusi Pleura. 2. Bagi perkembangan ilmu pengetahuan Hasil peneliti ini diharapkan agar selalu menambah dan memperdalam imu pengetahuan dalam bidang keperawatan khususnya dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien efusi pleura menggunakan litearur-literatur terbaru.
  • 24. 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Medis 1. Pengertian Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain (Nurarif et al, 2015). Efusi pleura adalah kondisi paru bila terdapat kehadiran dan peningkatan cairan yang luar biasa di antara ruang pleura. Pleura adalah selaput tipis yang melapisi permukaan paru-paru dan bagian dalam dinding dada di luar paru-paru. Di pleura, cairan terakumulasi di ruang antara lapisan pleura. Biasanya, jumlah cairan yang tidak terdeteksi hadir dalam ruang pleura yang memungkinkan paru-paru untuk bergerak dengan lancar dalam rongga dada selama pernapasan (Philip, 2017). Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara permukaan viceralis dan parietalis. Proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain (Nurarif & Kusuma, 2015). Efusi pleura adalah kondisi dimana udara atau cairan berkumpul dirongga pleura yang dapat menyebabkan paru kolaps sebagian atau seluruhnya (Nair & Peate, 2015).
  • 25. 8 2. Etiologi Efusi pleura adalah akumulasi cairan pleura akibat peningkatan kecepatan produksi cairan, penurunan kecepatan pengeluaran cairan atau keduanya, ini disebabkan oleh satu dari lima mekanisme berikut (Morton 2012) : a. Peningkatan tekanan pada kapiler sub pleura atau limfatik b. Peningkatan permeabilitas kapiler c. Penurunan tekanan osmotic koloid darah d. Peningkatan tekakanan negative intrapleura e. Kerusakan drainase limfatik ruang pleura 1) Penyebab efusi pleura: a) Infeksi (1) Tuberkulosis (2) Pneumonitis (3) Abses paru (4) Perforasi esophagus (5) Abses sufrenik b) Non infeksi (1) Karsinoma paru (2) Karsinoma pleura: primer, sekunder (3) Karsinoma mediastinum (4) Tumor ovarium (5) Bendungan jantung: gagal jantung, perikarditiskonstriktiva
  • 26. 9 (6) Gagal hati (7) Gagal ginjal (8) Hipotiroidisme (9) Kilotoraks (10) Emboli paru. Berdasarkan jenis cairan yang terbentuk, cairan pleura dibagi lagi menjadi transudat, eksudat dan hemoragi. a. Transudat dapat disebabkan oleh kegagalan jantung kongesif (gagal jantung kiri), sindrom nefrotik, asites (karena sirosishati), sindrom vena kava superior, tumor dan sindrom meigs. b. Eksudat disebabkan oleh infeksi, TB, pneumonia, tumor, infark paru, radiasi dan penyakit kolagen. c. Efusi hemoragi dapat disebabkan oleh adanya tumor, trauma, infark paru dan tuberculosis. 3. Anatomi Fisiologi Gambar 2.2 Anatomi Paru dan Pleura (Adita, 2015)
  • 27. 10 a. Trakea Trakea juga dikenal sebagai tenggorokan. Trakea adalah tulang tabung yang menghubungkan hidung dan mulut ke paru-paru. Ini adalah tabung berotot kaku terletak di depan kerongkongan yang sekitar 4,5 inci panjang dan lebar 1 inci. b. Bronkus Bronkus yang terbentuk dari belahan dua trakea pada ketinggian kira- kira veterbrata torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Trakea bercabang menjadi bronkus utama (primer) kiri dan kanan. Bronkus kanan lebih pendek lebih lebar dan lebih vertikal dari pada yang kiri, sedikit lebih tinggi dari arteri pulmonalis dan mengeluarkan sebuah cabang utama lewat di bawah arteri disebut lobus bawah. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih langsing dari yang kanan, dan berjalan di bawah arteri pulmonalis sebelum dibelah menjadi beberapa cabang yang berjalan ke lobus atas dan bawah. c. Bronkioli Bronkioli membentuk percabangan menjadi bronkioli terminalis yang tidak mempunyai kelenjar lender dan silia. Bronkioli terminalis ini kemudian menjadi bronkioli respiratori, yang dianggap menjadi saluran transisional antara udara konduksi dan jalan udara pertukaran gas. Sampai titik ini, jalan udara konduksi mengandung sekitar 150 ml udara
  • 28. 11 dalam percabangan trakeobronkial yang tidak ikut serta dalam pertukaran gas. d. Pleura Parietal dan Pleura Visceral Pleura yang bagiannya menempel dengan dinding dalam rongga dada disebut pleura parietalis dan bagian yang melekat dengan paru-paru disebut pleura visceralis. Sebetulnya pleura ini merupakan kantung yang dindingnya berisi cairan serosa yang berguna sebagai pelumas sehingga tidak menimbulkan sakit bila antara dinding rongga dada dan paru-paru terjadi gesekan pada waktu respirasi. e. Lobus Lobus merupakan jalur dari paru-paru yang terdiri dari beberapa bagian yaitu paru kiri terdiri dari dua lobus (lobus superior dan lobus inferior) dan paru kanan terdiri dari tiga lobus yaitu (lobus superior, lobus medius dan lobus inferior). Pleura merupakan lapisan pembungkus paru. Di mana antara pleura yang membungkus pulmo dekstra et sinistra dipisahkan oleh adanya mediastinum. Pleura dari interna ke eksterna terbagi atas 2 bagian : a. Pleura Viscelaris/Pulmonis yaitu pleura yang langsung melekat pada permukaan pulmo. b. Pleura Parietalis yaitu bagian pleura yang berbatasan dengan dinding thoraks. Kedua lapisan pleura ini saling berhubungan pada hilus pulmonis sebagai ligamen Pulmonal (pleura penghubung). Di antara kedua lapisan
  • 29. 12 pleura ini terdapat sebuah rongga yang disebut dengan cairan pleura. Dimana di dalam cairan pleura ini terdapat sedikit cairan pleura yang berfungsi agar tidak terjadi gesekan antara pleura ketika proses pernapasan. (Wijaya & Putri, 2013). Paru-paru terbagi menjadi dua yaitu paru kanan yang terdiri tiga lobus terdiri dari bagian atas, tengah dan bawah sedangkan paru-paru kiri terdiri dari 2 lobus yaitu lobus atas dan bawah. Bagian atas puncak paru disebut apeks yang menjorok ke atas arah leher pada bagian bawah disebut basal. Paru-paru dilapisi oleh selaput pleura. Dari segi anatomisnya, permukaan rongga pleura berbatasan dengan paru sehingga cairan pleura mudah bergerak dari satu rongga ke rongga yang lainnya. Dalam keadaan normal seharusnya tidak ada rongga kosong diantara kedua pleura, karena biasanya sekitar 10-20 cc cairan yang merupakan lapisan tipis serosa yang selalu bergerak secara teratur. Cairan ini berfungsi untuk pelumas antara kedua pleura, sehingga pleura tersebut mudah bergeser satu sama lain. Setiap saat, jumlah cairan dalam rongga pleura bisa menjadi lebih dari cukup untuk memisahkan kedua pleura. Jika terjadi, maka kelebihan tersebut akan dipompa keluar oleh pembuluh limfatik dari rongga pleura ke mediastinum. Permukaan superior diafragma dan permukaan lateral pleura parietalis, memerlukan adanya keseimbangan antara produksi cairan pleura oleh pleura parietalis dan absorbs oleh cairan viseralis. Oleh karena itu, rongga pleura disebut sebagai ruang potensial, karena ruang ini normalnya
  • 30. 13 begitu sempit, sehingga bukan merupakan ruang fisik yang jelas (Muttaqin, 2011). 4. Klasifikasi Efusi pleura di bagi menjadi 2 yaitu: a. Efusi pleura transudat Merupakan ultra filtrat plasma, yang menandakan bahwa membran pleura tidak terkena penyakit. Akumulasi cairan di sebabkan oleh faktor sistemik yang mempengaruhi produksi dan absorbsi cairan pleura. b. Efusi pleura eksudat Efusi pleura ini terjadi akibat kebocoran cairan melewati pembuluh kapiler yang rusak dan masuk kedalam paru terdekat (Morton, 2012) 5. Manifestasi Klinis Adapun manifestasi klinik dari efusi pleura yaitu : a. Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena pergesekan, setelah cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak, penderita akan sesak nafas. b. Adanya gejala penyakita seperti demam, menggigil,dan nyeri dada pleuritis (pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril (tuberculosis), banyak keringat, batuk, banyak riak. c. Deviasi trakea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika penumpukan cairan pleural yang signifikan. d. Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan, karena cairan akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan berkurang
  • 31. 14 bergerak dalam pernafasan, fremitus melemah (raba dan vocal), pada perkusi didapati daerah pekak, dalam keadaan duduk permukaan cairan membentuk garis melengkung (garis ellis damoiseu). e. Didapati segi tiga garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup timpani dibagian atas garis ellis damoiseu. Segitiga grocco-rochfusz, yaitu dareah pekak kkarena cairan mendorong mediastinum kesisi lain,pada auskulasi daerah ini didapati vesikuler melemah dengan ronki. f. Pada permulaan dan akhir penyakit terdengar krepitasi pleura 6. Patofisiologi Dalam keadaan normal tidak ada rongga kosong antara pleura parietalis dan pleura viceralis, karena di antara pleura tersebut terdapat cairan antara 10 cc - 20 cc yang merupakan lapisan tipis serosa dan selalu bergerak teratur. Cairan yang sedikit ini merupakan pelumas antara kedua pleura, sehingga pleura tersebut mudah bergeser satu sama lain. Di ketahui bahwa cairan di produksi oleh pleura parietalis dan selanjutnya di absorbsi tersebut dapat terjadi karena adanya tekanan hidrostatik pada pleura parietalis dan tekanan osmotic koloid pada pleura viceralis. Cairan kebanyakan diabsorbsi oleh system limfatik dan hanya sebagian kecil diabsorbsi oleh system kapiler pulmonal. Hal yang memudahkan penyerapan cairan yang pada pleura viscelaris adalah terdapatnya banyak mikrovili disekitar sel-sel mesofelial. Jumlah cairan dalam rongga pleura tetap karena adanya keseimbangan antara produksi dan absorbsi. Keadaan ini bisa terjadi karena adanya tekanan hidrostatik dan tekanan osmotic
  • 32. 15 koloid. Keseimbangan tersebut dapat terganggu oleh beberapa hal, salah satunya adalah infeksi tuberkulosa paru . Terjadi infeksi tuberkulosa paru, yang pertama basil Mikobakterium tuberkulosa masuk melalui saluran nafas menuju alveoli, terjadilah infeksi primer. Dari infeksi primer ini akan timbul peradangan saluran getah bening menuju hilus (Limfangitis local) dan juga diikuti dengan pembesaran kelenjar getah bening hilus (limphadinitis regional). Peradangan pada saluran getah bening akan mempengaruhi permebilitas membran. Permebilitas membran akan meningkat yang akhirnya dapat menimbulkan akumulasi cairan dalam rongga pleura. Kebanyakan terjadinya efusi pleura akibat dari tuberkulosa paru melalui focus subpleura yang robek atau melalui aliran getah bening. Sebab lain dapat juga dari robekkan kearah saluran getah bening yang menuju rongga pleura, iga atau columna vetebralis. Adapun bentuk cairan efusi akibat tuberkolusa paru adalah merupakan eksudat, yaitu berisi protein yang terdapat pada cairan pleura tersebut karena kegagalan aliran protein getah bening. Cairan ini biasanya serous, kadang-kadang bisa juga hemarogik. Dalam setiap ml cairan pleura bias mengandung leukosit antara 500-2000. Mula-mula yang dominan adalah sel-sel polimorfonuklear, tapi kemudian sel limfosit, Cairan efusi sangat sedikit mengandung kuman tubukolusa. Timbulnya cairan efusi bukanlah karena adanya bakteri tubukolosis, tapi karena akibat adanya efusi pleura dapat menimbulkan beberapa perubahan fisik antara lain: Irama
  • 33. 16 pernapasan tidak teratur, frekuensi pernapasan meningkat, pergerakan dada asimetris, dada yang lebih cembung, fremitus raba melemah, perkusi redup. Selain hal - hal diatas ada perubahan lain yang ditimbulkan oleh efusi pleura yang diakibatkan infeksi tuberkolosa paru yaitu peningkatan suhu, batuk dan berat badan menurun (Nair & Peate, 2015). 7. Penatalaksanaan Medis Penatalaksanaan pada efusi pleura yaitu: (Nurarif et al, 2015) a. Tirah baring Tirah baring bertujuan untuk menurunkan kebutuhan oksigen karena peningkatan aktifitas akan meningkatkan kebutuhan oksigen sehingga dispneu akan semakin meningkat pula. b. Thoraksentesis Drainase cairan jika efusi pleura menimbulkan gejala subjektif seperti nyeri,dispneu, dan lain lain. Cairan efusi sebanyak 1 - 1,5 liter perlu dikeluarkan untuk mencegah meningkatnya edema paru. Jika jumlah cairan efusi pleura lebih banyak maka pengeluaran cairan berikutnya baru dapat dikalkukan 1 jam kemudian. c. Antibiotic Pemberian antibiotik dilakukan apabila terbukti terdapat adanya infeksi. Antibiotik diberi sesuai hasil kultur kuman. d. Pleurodesis
  • 34. 17 Pada efusi karena keganasan dan efusi rekuren lain, diberi obat melalui selang interkostalis untuk melekatkan kedua lapisan pleura dan mencegah cairan terakumulasi kembali. e. Water seal drainage (WSD) Water seal drainage (WSD) adalah suatu system drainase yang menggunakan water seal untuk mengalirkan udara atau cairan dari cavum pleura atau rongga pleura. 8. Pemeriksaan Penunjang a. Rontgen dada, biasanya dilakukan untuk memastikan adanya efusi pleura, dimana hasil pemeriksaan akan menunjukkan adanya cairan. b. CT scan dada. CT scan bisa memperlihatkan paru-paru dan cairanefusi dengan lebih jelas, serta bisa menunjukkan adanya pneumonia, abses paru atau tumor. c. USG dada, bisa membantu mengidentifikasi adanya akumulasi cairan dalam jumlah kecil. d. Torakosentesis, yaitu tindakan untuk mengambil contoh cairan untuk diperiksa menggunakan jarum. Pemeriksaan analisa cairan pleura bisa membantu untuk menentukan penyebabnya. e. Biopsi. Jika dengan torakosentesis tidak dapat ditentukan penyebabnya, maka dilakukan biopsi, dimana contoh lapisan pleura sebelah luar diambil untuk dianalisa. f. Bronkoskopi, pemeriksaan untuk melihat jalan nafas secara langsung untuk membantu menemukan penyebab efusi pleura.
  • 35. 18 g. Torakotomi, biasanya dilakukan untuk membantu menemukan penyebab efusi pleura, yaitu dengan pembedahan untuk membuka rongga dada. Namun, pada sekitar 20% penderita, meskipun telah dilakukan pemeriksaan menyeluruh, penyebab dari efusi pleura tetap tidak dapat ditentukan. 9. Komplikasi a. Fibrotoraks Efusi pleura yang berupa eksudat yang tidak ditangani dengan drainase yang baik akan terjadi perlekatan fibrosa antara pleura parietalis dan pleura viseralis. Keadaan ini disebut dengan fibrotoraks. Jika fibrotoraks meluas dapat menimbulkan hambatan mekanis yang berat pada jaringan - jaringan yang berada dibawahnya. Pembedahan pengupasan (dekortikasi) perlu dilakukan untuk memisahkan membran - membran pleura tersebut. b. Atalektasis lektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna yang disebabkan oleh penekanan akibat efusi pleura. c. Fibrosis paru Fibrosis paru merupakan keadaan patologis dimana terdapat jaringan ikat paru dalam jumlah yang berlebihan. Fibrosis timbul akibat cara perbaikan jaringan sebagai kelanjutan suatu proses penyakit paru yang menimbulkan peradangan. Pada efusi pleura, atalektasis yang
  • 36. 19 berkepanjangan dapat menyebabkan penggantian jaringan paru yang terserang dengan jaringan fibrosis. d. Kolaps Paru Pada efusi pleura, atalektasis tekanan yang diakibatkan oleh tekanan ektrinsik pada sebagian/semua bagian paru akan mendorong udara keluar dan mengakibatkan kolaps paru. e. Empiema Kumpulan nanah dalam rongga antara paru-paru dan membran yang mengelilinginya (rongga pleura). Empiema disebabkan oleh infeksi yang menyebar dari paru-paru dan menyebabkan akumulasi nanah dalam rongga pleura. Cairan yang terinfeksi dapat mencapai satu gelas bir atau lebih, yang menyebabkan tekanan pada paru-paru, sesak napas dan rasa sakit (Morton, 2012).
  • 37. 20 B. Konsep Masalah Keperawatan 1. Diagnosis Keperawatan a. Definisi Diagnosis keperawatan merupakan penilaian klinis mengenai respon klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial (PPNI, 2017). b. Jenis Jenis diagnosis keperawatan terdiri dari diagnosis keperawatan positif dan negatif. Diagnosis keperawatan positif meliputi diagnosis keperawatan promosi kesehatan, sedangkan diagnosis keperawatan negatif terdiri dari diagnosis keperawatan aktual dan resiko (PPNI, 2017). 1) Positif Menunjukan bahwa klien dalam kondisi sehat dan dapat mencapai kondisi lebih sehat atau optimal. a) Promosi Kesehatan Menggambarkan adanya keinginan dan motivasi klien untuk meningkatkan kondisi kesehatannya ketingkat yang lebih baik atau optimal. 2) Negatif Menunjukan bahwa klien dalam kondisi sakit atau berisiko mengalami kesakitan. a) Aktual
  • 38. 21 Menggambarkan respon klien terhadap kondisi kesehatan atau proses kehidupannya yang menyebabkan klien mengalami masalah kesehatan. b) Resiko Menggambarkan respon klien terhadap kondisi kesehatan atau proses kehidupannya yang menyebabkan klien beresiko mengalami masalah kesehatan. c. Komponen Masing - masing komponen diagnosis diuraikan sebagai berikut: (PPNI, 2017). 1) Masalah (Problem) Merupakan label diagnosis keperawatan yang menggambarkan intidari respon klien terhadap kondisi kesehatan atau proses kehidupannya. Label diagnosis terdiri atas deskriptor atau penjelas dan fokus diagnostik. Deskriptor merupakan pernyataan yang menjelaskan bagaimana suatu fokus diagnosis terjadi. 2) Indikator Diagnostik a) Penyebab (Etiologi) merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan status kesehatan. b) Tanda (Sign) dan Gejala (Symptom). Tanda merupakan data objektif yang diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan prosedur diagnostik, sedangkan
  • 39. 22 merupakan data subyektif yang diperoleh dari hasil anamnesis yang dikelompokkan menjadi: Mayor: Tanda/gejala ditemukan sekitar 80% - 100% validasi diagnosis. Minor: Tanda/gejala tidak harus ditemukan, namun jika ditemukan dapat mendukung penegakan diagnosis. c) Faktor risiko merupakan kondisi atau situasi yang dapat meningkatkan kerentanan klien mengalami masalah kesehatan. Pada diagnosis aktual, indikator diagnostiknya terdiri atas penyebab dan tanda/gejala. Pada diagnosis risiko tidak memiliki penyebab dan tanda/gejala, hanya memiliki tanda/gejala yang menunjukkan kesiapan klien untuk mencapai kondisi yang lebih optimal.
  • 41. 24 3. Masalah keperawatan Berikut adalah uraian dari masalah yang timbul bagi penderita efusi pleura sebelum dilakukan tindakan invasif menurut (Nurarif et al, 2015) dan (PPNI, 2017): a. Pola Napas Tidak Efektif (D. 0005) 1) Definisi Masalah Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat. 2) Penyebab Hambatan upaya napas (mis. Nyeri saat bernafas, kelemahan otot pernafasan ) 3) Gejala Dan Tanda a) Data Mayor (1) Subjektif (a) Dipsnea (2) Objektif (a) Penggunaan otot bantu pernapasan (b) Fase ekspirasi memanjang (c) Pola napas yang abnormal (misalnya takipnea, bradipnea, hiperventilasi, kussmaul, cheyne-stokes) b) Data Minor (1) Subjektif (a) Ortopnea
  • 42. 25 (2) Objektif (a) Pernapasan pursed lip (b) Pernapasan cuping hidung (c) Diameter thoraks anterior posterior meningkat (d) Ventilasi semenit menurun (e) Kapitas vital menurun (f) Tekanan Ekspirasi menurun (g) Tekanan Inspirasi menurun (h) Ekskursi dada berubah 4) Kondisi Klinis Terkait a) Trauma thoraks b. Nyeri Akut (D. 0077) 1) Definisi Pengalaman sensorik atau emosioal yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan. 2) Penyebab Agen pencedera fisiologis (misalnya inflamasi, iskemia, neoplasma) 3) Gejala dan Tanda a) Data Mayor (1) Subjektif Mengeluh nyeri
  • 43. 26 (2) Objektif (a) Tampak meringis (b) Bersikap protektif (c) Gelisah (d) Frekuensi nadi meningkat (e) Sulit tidur b) Data Minor (1) Subjektif Tidak tersedia (2) Objektif (a) Tekanan darah meningkat (b) Pola napas berubah (c) Nafsu makan berubah (d) Proses berfikir terganggu (e) Menarik diri (f) Berfokus pada diri sendiri (g) Diaforesis 4) Kondisi Klinis Terkait Infeksi c. Intoleransi Aktivitas (D.0056) 1) Definisi Ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari hari. 2) Penyebab
  • 44. 27 Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen 3) Gejala dan Tanda a) Data Mayor (1) Subjektif Mengeluh lelah (2) Objektif Frekuensi jantung meningkat lebih dari 20% dari kondisi istirahat b) Data Minor (1) Subjektif (a) Dyspnea/setelah aktivitas (b) Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas (c) Merasa lemah (2) Objektif (a) Tekanan darah berubah lebih dari 20% dari kondisi istirahat (b) Gambaran EKG menunjukan aritmia saat/setelah aktivitas (c) Gambaran EKG menunjukan iskemia (d) Sianosis 4) Kondisi Klinis Terkait a) PPOK d. Hipertermia (D. 0130)
  • 45. 28 1) Definisi Suhu tubuh meningkat diatas rentang normal tubuh. 2) Penyebab Proses penyakit (mis. Infeksi, kanker) 3) Gejala dan tanda a) Data mayor (1) Subjektif Tidak tersedia (2) Objektif Suhu tubuh diatas nilai normal b) Data minor (1) Subjektif Tidak tersedia (2) Objektif (a) Kulit merah (b) Kejang (c) Takikardi (d) takipnea (e) kulit terasa terhangat 4) kondisi terkait proses infeksi
  • 46. 29 e. Defisit Nutrisi (D. 0019) 1) Definisi Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme. 2) Penyebab Ketidakmampuan mencerna makanan 3) Gejala dan Tanda a) Data Mayor (1) Subjektif Tidak tersedia (2) Objektif Berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal b) Data Minor (1) Subjektif (a) Cepat kenyang setelah makan (b) Keram atau nyeri abdomen (c) Nafsu makan menurun (2) Objektif (a) Bising usus hiperaktif (b) Otot pengunyah lemah (c) Otot menelan lemah (d) Membran mukosa pucat (e) Sariawan
  • 47. 30 (f) Serum albumin turun (g) Rambut rontok berlebihan (h) Diare 4) Kondisi Klinis Terkait Infeksi f. Defisit pengetahuan (D.0111) 1) Definisi Ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif yang terkait dengan topic tertentu. 2) Penyebab Kurang terpapar informasi 3) Gejala dan tanda a) Data mayor (1) Subjektif (a) Menanyakan masalah yan dihadapi (2) Objektif (a) Menjalani pemeriksaan yang tidak sesuai anjuran (b) Menunjukan persepsi yang keliru terhadap masalah b) Data minor (1) Subjektif Tidak tersedia (2) Objektif (a) Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat
  • 48. 31 (b) Menunjukan prilaku berlebihan (mis. Apatis, bermusuhan, agatasi,hysteria) 4) Kondisi klinis terkait Penyakit kronis g. Nyeri Akut (D.0077) 1) Definisi Pengalaman sensorik atau emosioal yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan. 2) Penyebab Agen pencedera fisik ( prosedur operasi) 3) Gejala dan Tanda a) Data Mayor (1) Subjektif Mengeluh nyeri (2) Objektif (a) Tampak meringis (b) Bersikap protektif (c) Gelisah (d) Frekuensi nadi meningkat (e) Sulit tidur
  • 49. 32 b) Data Minor (1) Subjektif Tidak tersedia (2) Objektif (a) Tekanan darah meningkat (b) Pola napas berubah (c) Nafsu makan berubah (d) Proses berfikir terganggu (e) Menarik diri (f) Berfokus pada diri sendiri (g) Diaforesis 4) Kondisi Klinis Terkait Kondisi pembedahan h. Risiko infeksi (D. 0142) 1) Definisi Berisiko mengalami peningkatan terserang organism patogenik. 2) Faktor Risiko Efek prosedur invasif 3) Kondisi Klinis Terkait Tindakan invasive
  • 50. 33 C. Konsep Asuhan Keperawatan Efusi Pleura 1. Pengkajian a. Identitas Pasien Pada tahap ini meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah, agama atau kepercayaan, suku bangsa, bahasa yang dipakai, status pendidikan dan pekerjaan pasien. b. Keluhan Utama Biasanya pada pasien dengan efusi pleura didapatkan keluhan berupa : sesak nafas, rasa berat pada dada, nyeri pleuritik akibat iritasi pleura yang bersifat tajam dan terlokasilir terutama pada saat batuk dan bernafas serta batuk non produktif. c. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien dengan effusi pleura biasanya akan diawali dengan adanya tanda -tanda seperti batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada dada, berat badan menurun dan sebagainya. d. Riwayat Penyakit Dahulu Perlu ditanyakan apakah pasienpernah menderita penyakit seperti TBC paru, pneumoni, gagal jantung, trauma, asites dan sebagainya.Hal ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya faktor predisposisi. e. Riwayat Penyakit Keluarga Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit- penyakit yang disinyalir sebagai penyebab effusi pleura seperti Ca paru, asma, TB paru dan lain sebagainya.
  • 51. 34 f. Riwayat Psikososial Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya. g. Pengkajian Pola Fungsi 1) Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat 2) Adanya tindakan medis danperawatan di rumah sakit mempengaruhi perubahan persepsi tentang kesehatan, tapi kadang juga memunculkan persepsi yang salah terhadap pemeliharaan kesehatan. 3) Kemungkinan adanya riwayat kebiasaan merokok, minum alcohol dan penggunaan obat-obatan bias menjadi faktor predisposisi timbulnya penyakit. 4) Pola nutrisi dan metabolisme 5) Dalam pengkajian pola nutrisi dan metabolisme, kita perlu melakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui status nutrisi pasien. 6) Perlu ditanyakan kebiasaan makan dan minum sebelum dan selama MRS pasien dengan effusi pleura akan mengalami penurunan nafsu makan akibat dari sesak nafas dan penekanan pada struktur abdomen. 7) Peningkatan metabolisme akan terjadi akibat proses penyakit. pasien dengan effusi pleura keadaan umumnyalemah.
  • 52. 35 h. Pola eliminasi Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai kebiasaan defekasi sebelum dan sesudah MRS. Karena keadaan umum pasien yang lemah, pasien akan lebih banyak bedrest sehingga akan menimbulkan konstipasi, selain akibat pencernaan pada struktur abdomen menyebabkan penurunan peristaltik otot-otot tractus digestivus. i. Pola aktivitas dan latihan 1) Akibat sesak nafas, kebutuhan O2 jaringan akan kurang terpenuhi. 2) Pasien akan cepat mengalami kelelahan pada aktivitas minimal. 3) Disamping itu pasien juga akan mengurangi aktivitasnya akibat adanya nyeri dada. 4) Untuk memenuhi kebutuhan ADL nya sebagian kebutuhan pasien dibantu oleh perawat dan keluarganya. j. Pola tidur dan istirahat 1) Adanya nyeri dada, sesak nafas dan peningkatan suhu tubuh akan berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan tidur dan istirahat. 2) Selain itu, akibat perubahan kondisi lingkungan dari lingkungan rumah yang tenang ke lingkungan rumah sakit, dimana banyak orang yang mondar - mandir, berisik dan lain sebagainya. k. Pemeriksaan Fisik 1) Status Kesehatan Umum Tingkat kesadaran pasien perlu dikaji, bagaimana penampilan pasien secara umum, ekspresi wajah pasien selama dilakukan
  • 53. 36 anamnesa, sikap dan perilaku pasien terhadap petugas, bagaimana mood pasien untuk mengetahui tingkat kecemasan dan ketegangan pasien. 2) Sistem Respirasi Inspeksi pada pasien efusi pleura bentuk hemithorax yang sakit mencembung, iga mendatar, ruang antar iga melebar, pergerakan pernafasan menurun. Pendorongan mediastinum ke arah hemithorax kontra lateral yang diketahui dari posisi trakhea dan ictus kordis. Pernapasan cenderung meningkat dan pasien biasanya dyspneu. a) Fremitus tokal menurun terutama untuk effusi pleura yang jumlah cairannya > 250 cc. Disamping itu pada palpasi juga ditemukan pergerakan dinding dada yang tertinggal pada dada yang sakit. b) Suara perkusi redup sampai pekak tegantung jumlah cairannya. Bila cairannya tidak mengisi penuh rongga pleura, maka akan terdapat batas atas cairan berupa garis lengkung dengan ujung lateral atas ke medical penderita dalam posisi duduk. Garis ini disebut garis Ellis- Damoisseaux. Garis ini paling jelas di bagian depan dada, kurang jelas di punggung. c) Auskultasi suara nafas menurun sampai menghilang. Pada posisi duduk cairan makin ke atas makin tipis, dan dibaliknya ada kompresi atelektasis dari parenkian paru, mungkin saja akan ditemukan tanda tanda auskultasi dari atelektasis kompresi di sekitar batas atas cairan. 3) Sistem Cardiovasculer
  • 54. 37 a) Pada inspeksi perlu diperhatikan letak ictus cordis, normal berada pada ICS-5 pada linea medio klavikula kiri selebar 1 cm. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pembesaran jantung. b) Palpasi untuk menghitung frekuensi jantung (health rate) harus diperhatikan kedalaman dan teratur tidaknya denyut jantung, perlu juga memeriksa adanya thrill yaitu getaran ictuscordis. c) Perkusi untuk menentukan batas jantung dimana daerah jantung terdengar pekak. Hal ini bertujuan untuk menentukan adakah pembesaran jantung atau ventrikel kiri. d) Auskultasi untuk menentukan suara jantung I dan II tunggal atau gallop dan adakah bunyi jantung III yang merupakan gejala payah jantung serta adakah murmur yang menunjukkan adanya peningkatan arus turbulensi darah. 4) Sistem Pencernaan a) Pada inspeksi perlu diperhatikan, apakah abdomen membuncit atau datar, tepi perut menonjol atau tidak, umbilicus menonjol atau tidak, selain itu juga perlu di inspeksi ada tidaknya benjolan-benjolan atau massa. b) Auskultasi untuk mendengarkan suara peristaltik usus dimana nilai normalnya 5-35 kali per menit.
  • 55. 38 c) Pada palpasi perlu juga diperhatikan, adakah nyeri tekan abdomen, adakah massa (tumor, feces), turgor kulit perut untuk mengetahui derajat hidrasi pasien, apakah hepar teraba. d) Perkusi abdomen normal tympani, adanya massa padat atau cairan akan menimbulkan suara pekak (hepar, asites, vesikaurinarta, tumor). e) Sistem Neurologis Pada inspeksi tingkat kesadaran perlu dikaji Disamping itu juga diperlukan pemeriksaan GCS, apakah composmentis atau somnolen atau comma. Pemeriksaan refleks patologis dan refleks fisiologisnya.Selain itu fungsi-fungsi sensoris juga perlu dikaji seperti pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan dan pengecapan. f) Sistem Muskuloskeletal Pada inspeksi perlu diperhatikan adakah edema peritibial.Selain itu, palpasi pada kedua ekstremetas untuk mengetahui tingkat perfusi perifer serta dengan pemerikasaan capillary refiltime. Dengan inspeksi dan palpasi dilakukan pemeriksaan kekuatan otot kemudian dibandingkan antara kiri dan kanan. g) Sistem Integumen Inspeksi mengenai keadaan umum kulit higiene, warna ada tidaknya lesi pada kulit, pada pasien dengan efusi biasanya akan tampak cyanosis akibat adanya kegagalan sistem transport
  • 56. 39 oksigen. Pada palpasi perlu diperiksa mengenai kehangatan kulit (dingin, hangat, demam). Kemudian tekstur kulit (halus-lunak- kasar) serta turgor kulit untuk mengetahui derajat hidrasi seseorang, 2. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual ataupun potensial. Diagnosa keperawatan merupakan dasar dalam penyusunan rencana tindakan asuhan keperawatan (Dinarti & Mulyanti, 2017). Adapun dignosa yang diangkat dari masalah sebelum dilakukan tindakan infasif adalah: a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambata upaya nafas (kelemahan otot nafas) (D.0005) b. Nyeri akut berhubungan denganagen pencedera fisiologis (inflamasi, iskemia, neoplasma) (D.0077) c. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen (D.0056) d. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (D.0130) e. Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan (D.0019) f. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi. (D.0111) (PPNI, 2017).
  • 57. 40 Adapun dignosa yang diangkat dari masalah setelah dilakukan tindakan infasif adalah: a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (prosedur operasi) (D.0077) b. Risiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif (D.0142) (PPNI, 2017) 3. Intervensi Keperawatan Intervensi yang dapat dilaksanakan oleh perawat berdasarkan standard intervensi keperawatan Indonesia (SIKI) : a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambata upaya nafas. (D.0005) 1) Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pola nafas membaik. 2) Kriteria hasil a) Dyspnea menurun b) Penggunaan otot bantu nafas menurun c) Pemanjangan fase ekspirasi menurun d) Otopnea menurun e) Pernapasan pursed-lip menurun f) Frekuensi nafas membaik 3) Intervensi Observasi a) Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas)
  • 58. 41 b) Monitor bunyi nafas tambahan (mis. Gurgling, mengi, wheezing , ronchi kering) Terapeutik a) Pertahankan kepatenan jalan nafas head-tilt dan chin-lift (jaw- thrust jika curiga trauma sevikal) b) Posisikan semi-fowler atau fowler c) Berikan oksigen jika perlu Edukasi a) Ajarkan teknik batuk efektif Kolaborasi a) Kolaborasi pemberian bronkodilator,ekspektoran, mukolitik, jika perlu. b. Nyeri akut berhubungan denganagen pencedera fisiologis ( inflamasi, iskemia, neoplasma) (D.0077) 1) Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri menurun 2) Kriteria hasil : a) Keluhan nyeri menurun b) Melaporkan nyeri terkontrol meningkat c) Meringis menurun d) Penggunaan analgetik menurun e) Tekanan darah membaik 3) Intervensi
  • 59. 42 Observasi a) Identifikasi skala nyeri b) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri. Terapeutik a) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri b) Pertimbangan jenis dan sumber nyeri dalam pemiihan strategi meredakan nyeri Edukasi a) Anjurkan tekhnik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri Kolaborasi a) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu c. Intoleransi aktifitas (D.0056) 1) Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawaan diharapkan akitifitas pasien meingkat
  • 60. 43 2) Kriteria hasil a) Kemudahan melakukan aktifitas b) Dyspnea saat beraktifitas menurun c) Dspnea setelah beraktifitas menurun d) Perasaan lemah menurun e) Tekanan darah membaik f) Frekueni nadi membaik 3) Intervensi Observasi a) Identifkasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan b) Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktifitas Terapeutik a) Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. Cahaya, suara, kunjungan) Edukasi a) Anjurkan tirah baring b) Melakukan aktvitas secara bertahap d. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (D.0130) 1) Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharpkan suhu kembali membaik
  • 61. 44 2) Kriteria hasil : a) Mengigil menurun b) Kulit merah menurun c) Takikardia menurun d) Takipnea menurun e) Tekanan darah membaik f) Suhu tubuh membaik 3) Intervensi Observasi a) Identifikasi penyebab hipertermia (mis.dehidrasi, terpapar lingkungan panas, penggunaan incubator) b) Monitor suhu tubuh c) Monitor komplikasi akibat hipertermia Terapeuik a) Sediakan lingkungan yang dingin(atur suhu ruangan) b) Longgarkan atau lepas pakaian c) Berikan cairan oral Edukasi a) Anjurkan tirah baring e. Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan (D.0019) 1) Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan status nutrisi membaik 2) Kriteria hasil
  • 62. 45 a) Porsi makanan yang dihabiskan meningkat b) Berat bada membaik c) Nafsu makan membaik d) Indeks masa tubuh (IMT) membaik e) Frekuensi makan membaik 3) Intervensi Observasi a) Identifikasi alergi dan intoleransi makanan b) Monitor asupan makanan c) Identifikasi perubahan berat badan d) Monitor berat badan e) Timbang berat badan Terapeutik a) Berikan makanan tinggi kalori dan protein Kolaborasi a) Kolaborasi dengan ahl gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan f. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi (D.0111) 1) Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pengetahuan meningkat
  • 63. 46 2) Kriteria hasil a) Perilaku sesuai anjuran menigkat b) Kemampuan menjelaskan pengetahuan tentang suatu topic mengingkat c) Pertanyaan tentang masalah dihadapi menurun d) Persepsi keliru terhadap masalah menurun 3) Intervensi Observasi a) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi terapeutik a) Sediakan materi dan media pendidikn kesehatan b) Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan c) Berikan kesempatan untuk bertanya d) Jelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan Adapun intervensi dari diagnosa setelah dilakukan tindakan invasif tersebut adalah: a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (prosedur operasi) (D.0077) a. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri menurun b. Kriteria hasil : 1) keluhan nyeri menurun 2) kemampuan menuntaskan aktifitas meningkat
  • 64. 47 3) gelisah menurun 4) frekuensi nadi membaik 5) tekanan darah membaik c. Intervensi Observasi 1) Identifikasi respon nyeri non verbal 2) Identifikasi skala nyeri 3) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi , frekuensi, kualitas, intensitas nyeri Terapeutik 1) Pertimbangan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri Edukasi 1) Anjurkan tekhnik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri Kolaborasi 1) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu 2. Risiko infeksi berhubungan dengan efek tindakan invasif. (D.0142) a. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan resiko infeksi menurun b. Kriteria hasil : 1) Demam menurun 2) Kebersihan badan meningkat
  • 65. 48 3) Bengkak menurun 4) Kemerahan menurun 5) Kultur sputum membaikkultur area luka membaik c. Intervensi Observasi 1) Monitor tanda dan gejala infeksi dan sistemik Terapeutik 1) Batasi jumlah pengunjung 2) Berikan perawatan kulit pada area edema 3) Cuci tangan sesudah atau sebelum kontak dengan pasien 4) Pertahankan tekhnik aseptic Edukasi 1) Jelaskan tanda dan gejala infeksi 2) Ajarkan mencuci tangan dengan benar Kolaborasi 1) Kolaborasi pemberian antibiotic, jika perlu 4. Implementasi Keperawatan Implementasi adalah berkesinambungan dan interaktif dengan komponen lain dari proses keperawatan. Selama implementasi, perawat mengkaji kembali pasien, modifikasi rencana asuhan, dan menuliskan kembali hasil yang diharapkan sesuai kebutuhan. Untuk implementasi yang efektif, perawat harus berpengetahuan banyak tentang tipe-tipe intervensi,
  • 66. 49 proses implementasi dan metode implementasi. Ada tiga fase implementasi keperawatan yaitu : a. Fase persiapan, meliputi pengetahuan tentang rencana, validasi rencana, pengetahuan dan keterampilan mengimplementasikan rencana, persiapan pasien dan lingkungan. b. Fase operasional, merupakan puncak implementasi dengan berorientasi dengn tujuan. Implementasi apat dilakukan dengan intervensi indeoenden, dependen atau interdependen c. Fase terminasi, merupakan terminasi perawat dengan pasien setelah implementasi dilakukan (potter and pery, 2005) 5. Evaluasi Keperawatan Fase terakhir proses keperawatan adalah evaluasi terhadap asuhan keperawatan yang diberikan. Hal yang dievaluasi adalah keakuratan dan kualitas data, teratasi atau tidaknya maslah pasien, serta pencapaian tujuan serta ketepatan ntervensi keperawatan. Tujuan evaluasi adalah untuk memberikan umpan balik rencanaa keperawatan, menilai dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan melalui perbandingan pelayanan keperawatan mutu pelayanan keperawatan yang diberikan serta hasilnya dengan standar yang telah ditentukan terebih dahulu.
  • 67. 50 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan/Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dalam bentuk literature riview kasus untuk mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan pada pasien dengan Efusi Pleura. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. B. Subyek Penelitian Subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian keperawatan ini adalah: 1. Subyek ialah pasien yang di rawat inap 2. Subyek terdiri dari 2 orang pasien (laki-laki maupun perempuan) yang di rawat inap dengan Efusi Pleura 3. Subyek yang berusia 40 - 59 tahun 4. Subyek pasien dengan diagnosa medis Efusi Pleura
  • 68. 51 C. Batasan Istilah (Definisi Operasional) Definisi operasional karya tulis ini adalah : 1. Efusi Pleura Efusi pleura adalah cairan yang berlebih di dalam membran berlapis ganda yang mengelilingi paru-paru yang disebabkan oleh adanya infeksi seperti tuberkulosis, pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik dan non infeksi yaitu karsinoma paru, karsinoma pleura, karsinoma mediastinum, tumor ovarium, bendungan jantung gagal jantung, perikarditis kontsriktiva, gagal hati, gagal ginjal, hipotiroidisme, kilotoraks, dan emboli paru. Setelah tindakan pemasangan WSD penatalaksanaannya adalah dilakukan pemenuhan kebutuhan oksigenasi yang maksimum. Untuk menentukan asuhan keperawatan pada pasien Efusi Pleura adalah berdasarkan diagnose medis yang tercatat di dalam rekam medik pasien dan dari hasil pengkajian pasien. 2. Asuhan Keperawatan pada efusi pleura Asuhan keperawatan pada Efusi Pleura adalah suatu proses atau tahap tahap kegiatan dalam praktik keperawatan yang diberikan langsung kepada pasien dengan Efusi Pleura dalam berbagai tatanan pelayanan kesehatan meliputi metode askep atau asuhan keperawatan yang ilmiah, sistematis, dinamis, dan terus-menerus serta berkesinambungan dalam pemecahan masalah kesehatan pasien dewasa dengan Efusi Pleura. Asuhan keperawatan di mulai dengan adanya tahapan pengkajian
  • 69. 52 (pengumpulan data, analisis data dan penegakkan masalah) diagnosis keperawatan, pelaksanaan, dan penilaian/evaluasi tindakan keperawatan. D. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian pada kasus ini yaitu di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan pada pasien 1 dan RSUD Dr.H Abdul Moeloek provinsi Lampung pada pasien 2. Waktu penelitian pada pasien 1 dilaksanakan pada tanggal 11 Maret 2020 – 13 Maret 2020 di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo, Waktu penelitian pada pasien 2 dilaksanakan pada tanggal 25 Maret 2019 – 27 Maret 2019. E. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian ini dilakukan melalui tahap sebagai berikut : 1. Mahasiswa mengidentifikasi laporan asuhan keperawatan terdahulu maupun media internet. 2. Mahasiswa melapor ke pembimbing untuk konsultasi mengenai kasus yang telah di peroleh. 3. Setelah disetujui oleh pembimbing kemudian membuat review kasus dari ke 2 pasien.
  • 70. 53 F. Metode dan instrument Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data Pada sub bab ini dijelaskan terkait metode pengumpulan data yang digunakan, antara lain : a. Wawancara yaitu hasil anamnesis berisi tentang identitas pasien dengan efusi pleura, keluhan utama, riwayat peyakit sekarang-dahulu-keluarga dll. Sumber data dari klien, keluarga, perawat lainnya. b. Pemeriksaan fisik dengan menggunakan teknik : inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi (IAPP) pada system tubuh klien. c. Observasi intake dan output cairan, hasil laboratorium. d. Studi dokumentasil (hasil dari pemeriksaan diagnostic). 2. Instrumen Pengumpulan Data Alat atau instrument pengumpulan data menggunakan format Asuhan Keperawatan dewasa sesuai ketentuan yang berlaku di Politeknik Kesehatan Kemenkes Kalimantan Timur (instrument terlampir). G. Keabsahan Data Keabsahan data untuk membuktikan kualitas data atau informasi yang diperoleh dalam penelitian sehingga menghasilkan data dengan validitas tinggi. Keabsahan data pada penelitian ini di tentukan oleh integritas peneliti (karena peneliti menjadi instrument utama) yaitu dalam melakukan asuhan keperawatan secara komprehensif pada pasien dengan efusi pleura, keabsahan data dilakukan dengan memperpanjang waktu pengamatan /tindakan, sumber informasi
  • 71. 54 tambahan menggunakan triangulasi dari tiga sumber data utama yaitu pasien dengan efusi pelura, perawat dan orang tua/keluarga pasien yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. H. Analisis Data Analisis data dilakukan sejak peneliti di lapangan, sewaktu pengumpulan data sampai dengan semua data terkumpul. Analisis data dilakukan dengan cara mengemukakan fakta, selanjutnya membandingkan dengan teori yang ada dan selanjutnya dituangkan dalam opini pembahasan. Teknik analisis yang digunakan dengan cara menarasikan jawaban-jawaban dari penelitian yang diperoleh dari hasil interpretasi wawancara mendalam yang dilakukan untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Teknik analisis digsunakan dengan cara observasi oleh peneliti dan studi dokumentasi yang menggunakan data untuk selanjutnya diinterpretasikan oleh peneliti dibandingkan teori yang sudah ada sebagai bahan untuk memberikan rekomendasi dalam intervensi tersebut.
  • 72. 55 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini saya akan mereview hasil dan pembahas dari tika herlia dan latifa ayni, selanjutnya akan di uraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai hasl pengamatan tentang data umum pasien dan tentang gambaran lokasi umum penelitian, yaitu di ruang Flamboyan RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan dan ruang melati RSUD Dr.H Abdul Moeloek provinsi Lampung. Pengmbilan data dilakukan padaa tanggal 11 Maret – 13 Maret 2020 dan 25 Maret – 27 Maret 2019 dengan jumlah subyek sebanyak dua pasien. Adapun hasil penelitiannya diuraikan sebagai berikut : A. Hasil 1. Gambaran Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan yang terletak di Jalan MT Haryono No. 656 Balikpapan. RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo atau dahulu dikenal dengan Rumah Sakit Umum Balikpapan ini dibuka sejak tanggal 12 September 1949. Fasilitas yang tersedia antara lain: intalasi rawat jalan, instalasi farmasi, ruang rawat inap, fisioterapi, dan UGD 24 jam. Gambaran umum ruang melati RSUD Dr.H Abdul Moeloek provinsi Lampung, ruang melati adalah adalah salah satu bagian dalam ruang pelayanan rawat inap penyakit paru pernapasan di RSUD Dr. H Abdul Moeloek provinsi Lampung yang terdiri dari 2 unit yaitu unit pertama ruang
  • 73. 56 perawatan pasien paru pernapasan dengan kapasitas 42 tempat tidur yang terdiri dari kelas khusus dengan 6 tempat tidur (TB MDR), kelas 1 dengan 5 tempat tidur, kelas II dengan 10 tempat tidur, kelas III dengan 21 tempat tidur, exra bed dengan 15 tempat tidur, selanjutnya ruang isolasi flu burung (ruang perawatan pasien dengan kriteria tertentu) dengan kapasitas 6 tempat tidur yang terdiri dari kelas suspect dengan 4 tempat tidur, kelas comfirm dengan 2 tempat tidur. Pengaturan tempat tidur di tempatkan berdasarkan jenis kelamin dan jenis penyakitnya dan di sesuaikan dengan kondisi ruangan. Dalam penelitian ini peneliti melakukan penelitian Ruang Flamboyan A pada pasien 1 dari tanggal 11 Maret – 13 Maret 2020 dan untuk pasien 2 di Ruang Melati pada tanggal 25 Maret – 27 Maret 2019. Ruang Flamboyan A adalah ruangan yang dikhususkan merawat pasien- pasien dengan kasus bedah dan non bedah untuk pemempuan. Ruang Flamboyan A terletak di lantai dua RSUD dr. Kanudjoso Djatiwibowo Balikpapan. Kasus yang dirawat di ruang Flamboyan A meliputi kasus, Gagal Ginjal Kronik, Penyakit Paru Obstuktif Kronis, Diabetes Mellitus, Efusi Pleura, Cholelitiasis, Laparatomy, Fraktur, CHF, CKR, Abses Hepar dan Batu Ureter. Pada sub-sub ini akan dijelaskan sebagai berikut:
  • 74. 57 2. Data Asuhan Keperawatan a. Pengkajian Keperawatan Tabel 4.1 Hasil Anamnesis Pada Pasien 1 dan 2 Dengan Efusi Pleura di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan dan RSUD Dr.H Abdul Moeloek provinsi Lampung Identitas Pasien Pasien 1 Pasien 2 Nama Ny. N Ny. N Jenis Kelamin Perempuan Perempuan Umur 47 Tahun 53 tahun Status Perkawinan Menikah Menikah Pekerjaan Wiraswasta IRT Agama Islam Islam Pendidikan Terakhir SLTA Sma Alamat Jalan Perum Karangjoang sutiyoso gg. Panderwangi lk I kota baru, kec.Tanjung Karang Timur Diagnosa Medis Efusi Pleura Efusi Pleura Nomor Register 75.39.XX 00.54.19.21 MRS/ Tgl Pengkajian Rabu, 11 Maret 2020/ Rabu, 11 Maret 2020 24 Maret 2019 / 25 Maret 2019 Keluhan utama Pasien mengatakan sesak napas Pasien mengatakan Sesak napas Riwayat penyakit sekarang Riwayat penyakit sekarang pasien yaitu pasien pada hari Rabu tanggal 11 maret 2020 pasien mengatakan Sesak napas, batuk dan nyeri pinggang. Pasien tiba di IRD pada pukul 16.00 Wita. Pasien mengatakan awalnya hanya batuk pilek, kemudian dirujuk ke Rumah Sakit Restu Ibu dengan diagnose TBC, pasien dianjurkan melakukan pengobatan tbc di puskesmas. Setelah berjalan 2 bulan pengobatan ternyata dokter salah mendiagnosa. Selama 2 bulan pengobatan TBC, sering timbul alergi pada makanan. Pasien mengatakan pada rontgen 1 sudah ada cairan di paru-paru, lalu pada rongen ke 2 cairan semakin membanyak. Pasien mengatan jika Pasien datang ke Rs. Abdoel Moeloek pada tanggal 24 maret 2019 melalui UGD pukul 21.23 WIB. Klien mengatakan sesak napas. Pasien menga takan sesak dan yang dirasakan hilang timbul, sesak berat dirasakan saat beraktivitas dan sesak terasa ringan saat dalam keadaan rileks dan memoposisikan setengah duduk dan miring sebelah kanan, Pasien mengatakan dada sebelah kanan atas terasa berat, frekuensi sesak tidak menentu, sesak mengakibatkan pasien mual dan tidak nafsu makan. sesak sudah dirasakan sejak 3 hari yang lalu, TD 120/90, RR 28 x/menit, S: 36,0 0C, N 92 x/menit, SaO2: 98%.
  • 75. 58 banyak beraktivitas pasien mudah lelah dan sesak nafas. Pasien mengatakan pada tanggang 9 Maret 2020 dilakukan penarikan cairan di Ruang Flamboyan A sebanyak 1,1 Liter. Riwayat penyakit dahulu Pasien mengatakan ada riwayat asma. Pasien mengatakan pernah dilakukan operasi katarak pada tahun 2018 di RSUD kanujoso djatiwibowo balikpapan. Pasien mengatakan alergi makanan yaitu : udang, ayam, kepiting, ikan, bayam, susu. Pasien mengatakan tidak pernah masuk rumah sakitsebelumnya, Pasien tidak pernah mengalami operasi sebelumnya. Riwayat penyakit keluarga Pasien mengatakan keluarganya tidak ada yang memiliki riwayat penyakit keturunan, penyakit kronik ataupun penyakit menular. Pasien mengatakan keluarga Pasien tidak ada yang memiliki riwayat penyakit TBC, jantung, diabetes militus, dan hipertensi Pasien mengatakan Pasien tidak memiliki riwayat alergi baik alergi obat maupun makanan Psikososial Pasien dapat berkomunikasi dengan perawat maupun orang lain sangat baik dan lancar serta menjawab pertanyaan yang diajukan oleh perawat. Pasien mengatakan penyakit yang ia alami ini adalah cobaan dari tuhan dan pasien ikhlas menjalaninya. Orang yang paling dekat dengan pasien adalah suaminya. Ekspresi pasien terhadap penyakitnya tidak ada gangguan. Pasien mengatakan interaksi dengan orang lain baik dan tidak ada masalah. Reaksi dan interaksi pasien tampak kooperatif dan tidak ada gangguan konsep diri.
  • 76. 59 Spiritual Dalam pengkajian spiritual pada pasien, pasien mengatakan sebelum sakit pasien selalu beribadah sholat lima waktu. Selama di rumah sakit pasien masih selalu melaksanakan ibadahnya yaitu sholat lima waktu. Sumber : pasien dengan efusi pleura di RSUD Dr.H Abdul Moeloek provinsi Lampung, ayni, tahun 2019 Berdasarkan tabel 4.1 ditemukan data dari identitas pasien. Pada pasien 1 bernama Ny. N berjenis kelamin perempuan, masuk rumah sakit pada tanggal 11 Maret 2020 dan dilakukan pengkajian pada tanggal 11 maret 2020 dengan diagnosa Efusi Pleura. Sedangkan pada pasien 2 bernama Ny. N berumur 53 tahun, berjenis kelamin perempuan, masuk rumah sakit pada tanggal 24 Maret 2019 dan dilakukan pengkajian pada tanggal 25 Maret 2019 dengan diagnosa medis Efusi Pleura Pada pengkajian riwayat kesehatan dalam keluhan utama pada pasien 1 dan pasien 2 ditemukan ada persamaan yaitu sesak napas. Pada riwayat kesehatan sekarang ditemukan data pasien 1 pada tanggal 11 Maret 2020 pasien merasakan susah bernapas, batuk dan nyeri pinggang. Sedangkan data pasien 2 pada tanggal 24 Maret 2019, pasien mengatakan sesak napas hilang timbul. Pada riwayat kesehatan dahulu ditemukan pasien 1 memiliki riwayat penyakit asma dan pernah operasi katarak tahun2018, pada pasien 2 tidak memiliki riwayat penyakit
  • 77. 60 menular. Pada pasien 1 dan 2 tidak ada riwayat penyakit kronik. Pada riwayat penyakit keluarga ditemukan pula kesamaan data pasien 1 dan pasien 2 keluarga tidak ada yang memiliki riwayat penyakit keturunan dan menular. Data dari pengkajian data psikososial pada pasien 1 ditemukan masalah keperawatan pola komunikasinya baik, pasien dapat berinteraksi dengan kooperatif dan tidak ada gangguan pada konsep diri. Data dari pengkajian spiritual pada pasien 1 tidak ditemukan masalah, sebelum sakit pasien selalu beribadah dan selama di rumah sakit pasien masih melaksanakan ibadahnya. Tabel 4.2 Hasil Observasi dan Pemeriksaan Fisik Pada Pasien Dengan Efusi Pleura pasien 1 dan 2 di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan dan RSUD Dr.H Abdul Moeloek provinsi Lampung Pemeriksaan fisik Pasien 1 Pasien 2 1. Keadaan umum a. Pasien dengan posisi semi fowler. b. Pasien terpasang infus di sebelah tangan kiri dengan cairan infuse RL 500cc. c. Pasien tidak terdapat tanda klinis yang mencolok seperti adanya sianosis dan perdarahan. a. Pasien terpasang ifus Rl 500cc b. Pasien dengan posisi semi fowler. 2. Kesadaran (GCS) E4M6V5 Composmentis 3. Tanda-tanda vital TD : 114/80 mmHg HR : 103 x/menit T : 36,20 C RR : 24 x/menit SPO2 : 97% TD : 120/90 mmHg - N : 92x/menit - RR : 28 x/menit - S : 36,0C SPO2 : 98 % 4. Kenyamanan/nyeri P: Pasien mengatakan nyeri pada pinggang Q: Nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk R: Nyeri di bagian pinggang S: Skala nyeri 4 P: terdapat nyeri tekan ulu hati Q: Nyeri dirasakan seperti terlilit R: Nyeri di bagian ulu hati S: Skala nyeri 4
  • 78. 61 T: Nyeri dirasakan hilang timbul. Pasien tampak meringis menahan nyeri. T: Nyeri dirasakan hilang timbul. 5. Status Fungsional/ Aktivitas dan Mobilisasi Barthel Indeks a. Pasien mampu secara mandiri mengendalikan rangsangan defekasi (BAB) =2 b. Pasien mampu mengendalikan rangsangan berkemih secara mandiri (BAK) = 2 c. Untuk membersihkan diri (cuci muka, sisir rambut, sikat gigi) mandiri = 0 d. Untuk penggunaan jamban, masuk dan keluar (melepaskan, memakai celana, membersihkan, menyiram) mandiri = 1 e. Pasien mampu makan secara mandiri = 2 f. Untuk perubahan sikap dari berbaring ke duduk pasien mampu secara mandiri = 3 g. Untuk berpindah atau berjalan pasien memerlukan bantuan satu orang = 2 h. Pasien mampu memakai pakaian secara mandiri = 2 i. Untuk naik turun tangga memerlukan pertolongan = 1 j. Untuk mandi mandiri = 1 Skor = 16 ketergantungan ringan. Sebelum sakit pasien baraktivitas dan bekerja seperti biasa, setelah sakit pasien hanya terbaring di tempat tidur dan aktivitas nya dibantu oleh keluarga. Pasien mengatakan sebelum masuk rumah sakit tidur nya 6-8 jam/hari dan setelah bangun merasa segar. Pasien mengatakan tidur 5-6 jam/hari Pasien mengatakan tidak dapat tidur dengan nyenyak dan sering terbangun saat tidur karena nyeri padaulu hati. 6. Pemeriksaan kepala a. Rambut Finger print di tengah frontal terdehidrasi, kulit kepala bersih, bentuk kepala oval, tidak ditemukan adanya penonjolan pada tulang kepala pasien. Penyebaran rambut merata, warna hitam, tidak mudah patah kepala tidak ada lesi, rambut tampak bersih, tidak terdapat nyeri tekan
  • 79. 62 dan tidak bercabang, rambut terlihat cerah. b. Mata Mata lengkap dan simetris kanan dan kiri, tidak ada pembengkakan pada kelopak mata, kornea mata jernih, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, pupil isokor, pasien dapat melihat dan membaca tanpa menggunakan kacamata, tekanan bola mata sama kanan dan kiri, pergerakan bola mata mampu ke segala arah, tidak ada nyeri tekan pada mata. konjungtiva ananemis, mata isokor, c. Hidung Terdapat pernafasan cuping hidung, tidak ada secret atau sumbatan pada lubang hidung, mukosa merah muda, tidak ada masalah pada tulang hidung dan posisi septum nasi ditengah, ketajaman penciuman baik, mampu mencium bau dan membedakan bau. napas menggunakan cuping hidung, tidak terjadi gangguan penciuman d. Rongga Mulut Tidak ada sianosis, tidak ada luka, gigi lengkap dan terdapat caries gigi, warna lidah merah muda, mukosa bibir lembab, letak uvula simetris ditengah, tidak ada gangguan dalam mengunyah dan menelan, fungsi pengecapan mampu membedakan rasa manis, asin, asam dan pahit . Tidak ada sianosis e. Telinga Daun telinga simetris kanan dan kiri, ukuran sedang, kanalis telinga tidak kotor dan tidak ada benda asing, ketajaman pendengaran baik pasien dapat mendengar suara gesekan jari. Daun telinga simetris kanan dan kiri 7. Pemeriksaan Leher Posisi trakea simetris di tengah, tidak ada pembesaran pada kelenjar tiroid dan kelenjar lympe, denyut nadi karotis teraba kuat, fungsi menelan baik, tidak ada rasa nyeri saat menggerakkan kepala dari tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
  • 80. 63 sisi ke sisi, vena jugularis 2 cm di atas sudut sternum (normal). 8. Pemeriksaan thorak : Sistem Pernafasan Pasien sesak, batuk tidak produktif, tidak terdapat secret, konsistensi tidak ada, warna tidak ada, bau tidak ada, suara ucapan pasien jelas. - Inspeksi: Bentuk dada simetris kanan kiri, frekuensi pernapasan 26x/menit, irama pernapasan tidak teratur, pola pernapasan dispnea, terdapat pernapasan cuping hidung, terdapat penggunaan otot bantu pernapasan, usaha bernapas dengan posisi setengah duduk, menggunakan alat bantu pernapasan yaitu nasal kanul 3 lpm. - Palpasi: Vocal premitus getaran paru kanan dan kiri teraba tidak sama kuat saat pasien mengucapkan 77, tidak terdapat krepitasi. - Perkusi: Perkusi redup di ICS IV dan V anterior dextra , batas paru dan hepar ICS ke 4 sampai ICS ke 6 - Auskultasi: Suara napas wheezing ICS IV dan V anterior dextra, suara ucapan jelas. - Penggunaan WSD: Tidak menggunkan WSD. Pada tanggal 9/3/2020 dilakukan penarikan cairan, Terdapat cairan berwarna kuning, jumlah cairan saat dilakukan pengkajian 1,1 liter. Pasien mengatakan sesak saat melakukan aktivitas dan cepat lelah, pasien tidak batuk. a. Inspeksi : bentuk dada asimetris, gerakan dinding dada asimetris (pergerakan dada kanan tertinggal), tidak terdapat benjolan atau lesi, tampak retraksi dinding dada. b. Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan, vocal fremitus menurun, ekspansi dada tidak maksimal ada ketertinggalan gerak pada dada sebelah kanan, tidak teraba getaran antara IC 6-8 pada dada sebelah kanan depan c. Perkusi: terdapat suara redup antara IC 6-8 pada dada sebelah kanan d. Auskultasi : terdengar suara vesikuler pada thorax sinistra dan terdengar suara ronkhi pada thorax dextra antara IC 6-8 depan. 9. Pemeriksaan jantung : Sistem Kardiovaskuler Keluhan nyeri dada tidak ada, pada pemeriksaan inspeksi CRT< 3 detik, tidak ada sianosis. Pada –
  • 81. 64 pemeriksaan palpasi dada, iktus kordis teraba di intercosta sinistra (ICS) V di sebelah medial linea midclavikularis sinistra, akral hangat. Pada pemeriksaan perkusi batas atas kanan jantung di ICS II linea parasternalis dextra (tidak melebar). Batas bawah kanan jantung ICS III dan IV linea parasternalis dextra (tidak melebar). Batas atas kiri terdapat di SIC II linea parasternalis sinistra (pinggang jantung) tidak melebar. Batas bawah kiri terdapat di SIC V ke medial linea midclavicularis dextra (tidak melebar). Pada pemeriksaan auskultasi bunyi jantung II aorta dub yaitu terjadi akibat adanya getaran menutupnya katup aorta pada dinding thorak (bunyi jantung regular). Bunyi jantung II pulmonal dup yaitu terjadi akibat adanya getaran menutupnya katup pulmonal pada dinding thorak (bunyi jantung regular). Bunyi jantung I trikuspidalis lub terjadi akibat adanya getaran menutupnya katup trikuspidalis ( bunyi jantung regular). Bunyi jantung I mitral lub terjadi akibat adanya getaran menutupnya katup mitral (bunyi jantung regular). Tidak terdapat bunyi jantung tambahan. Pemeriksaan Sistem Pencernaan dan Status Nutrisi BB: 60 kg TB: 155 cm IMT: 25 kg/m2 Kategori: berat badan ideal Tidak ada penurunan berat badan dalam 6 bulan terakhir dan nafsu makan baik. pasien mengatakan sebelum masuk rumah sakit pasien makan 3 kali dalam seharidan selalu menghabiskan 1 piring setiap makan. semenjak masuk rumah sakit nafsu
  • 82. 65 Saat di rumah pasien memiliki kebiasaan makan dengan nasi, sayur, dan lauk sejumlah 1 porsi sedang sekali makan dengan frekuensi 3 kali sehari pada pagi, siang, dan malam. Saat di rumah, pasien memiliki kebiasaan minum sejumlah ± 700 ml, minuman yang diminum oleh pasien berupa air putih. Di rumah sakit, saat dikaji pasien makan dengan nasi, sayur lauk dan buah sejumlah 1 porsi makan dengan frekuensi makan 3 kali sehari pagi, siang dan malam. Saat dirumah sakit pasien minum sejumlah ± 700 cc/hari, minuman yang diminum oleh pasien berupa air putih. Pasien memiliki alergi udang,ayam,kepiting,ikan, bayam dan susu, tidak memiliki kesulitan dalam mengunyah dan menelan, tidak ada mual dan muntah. Semenjak sakit pasien makan sendiri. Pasien mengatakan BAB 1x/ hari terakhir tanggal 12/3/2020 dengan konsistensi lunak. makan pasien berkurang dan hanya menghabiskan sedikit atau ½ porsi makanan yang diberikan rumah sakit. pasien mengatakan minum dalam sehari sekitar 8-9 gelas. Selama 24 jam terakhir pasien makan 3 kali dalam sehari. pasien mengatakan selama di rumah sakit tidak menghabiskan makanan yang disediakan. pasien mengatakan nyeri pada ulu hati nya dan pasien merasa mual dan tidak nafsu makan.pasien tampak lemas. Pasien mengatakan dirumah frekuensi buang air kecil normal dalam satu hari 3-4 kali perhari dengan konsistensi kuning jernih, bau normal. BAB 1x dalam sehari dengan konsistensi padat. Sedangkan, pasien mengatakan saat dirumah sakit frekuensi buang air kecil dalam sehari 4-5 kali perhari dengan warna kuning jernih dan bau seperti bau obat. Sedangkan dengan BAB dalam satu hari 1 kali dengan konsistensi padat.
  • 83. 66 Abdomen - Inspeksi: Perut normal, tidak terdapat bayangan vena, tidak terdapat benjolan atau masa, tidak terdapat luka operasi, tidak terdapat drain. - Auskultasi: Peristaltik usus 12x/menit - Palpasi: Tidak terdapat acites, tidak terdapat nyeri tekan pada titik Mc. Burney, tidak terdapat masa, tidak ada pembesaran dantidak ada nyeri pada hepar. - Perkusi: Tidak terdapat acites, Tidak terdapat terdapat undulasi, sfiting Dulnes tidak terdapat cairan, tidak terdapat nyeri ketuk pada ginjal. Pada pemeriksaan 9 regio hepar berada di regio hypocondrium dextra, epigastrica dan sedikit ke hypocondrium sinistra, lambung berada di regio epigastrium, limfa berada di regio hypocondrium sinistra, kandung empedu berada pada perbatasan regio hypocondrium dextra dan epigastrium, kandung kemih berada di regio hypogastrium, apendiks berada di daerah antara regio inguinalis dextra, abdominal lateralis dextra dan bagian bawah region umbilicalis. a. Inspeksi : tidak ada lesi dan stomatitis, terdapat distensi. abdomen, klien tidak terpasang kolostomi, b. Auskultasi: bissing usus 10 x/mnt c. Palpasi : terdapat nyeri tekan pada ulu hati pasien, pasie mengatakan nyeri seperti terlilit dan hilang timbul, nyeri akan hilang jika klien berbaring setengah duduk dan menarik napas dalam, dan akan timbul jika klien melakukan aktivitas, nyeri tidak menyebar dengan skala 4. Tidak ada pembesaran hepar d. Perkusi: terdapat suara timpani pada kuadran kanan atas. f. Punggung dan tulang belakang: tidak terdapat kelainan pada tulang belakang. Sistem Persyarafan Status memori panjang, perhatian dapat mengulang, bahasa baik, dapat berorientasi pada orang, tempat dan waktu, tidak ada keluhan pusing, istirahat tidur 8 jam/hari. Pasien tidak ada kesulitan dalam istirahat tidur. Pada pemeriksaan saraf kranial. –
  • 84. 67 - nervus I pasien dapat membedakan bau – bauan - nervus II pasien dapat melihat dan membaca tanpa menggunakan kacamata - nervus III pasien dapat menggerakkan bola mata ke bawah dan ke samping - nervus IV pupil pasien mengecil saat dirangsang cahaya nervus V pasien dapat merasakan sensasi halus dan tajam - nervus VI pasien mampu melihat benda tanpa menoleh - nervus VII pasien bisa senyum dan menutup kelopak mata dengan tahanan - nervus VIII pasien dapat mendengar gesekan jari, pada - nervus IX uvula pasien berada ditengah dan simetris - nervus X pasien dapat menelan - nervus XI pasien bisa melawan tahanan pada pipi dan bahu - nervus XII pasien dapat menggerakkan lidah. Pada pemeriksan reflek fisiologis, ditemukan adanya gerakan fleksi pada tangan kiri dan tangan kanan saat dilakukan pemeriksaan reflek bisep dan ditemukan adanya gerakan ekstensi saat dilakukan pemeriksaan reflek trisep. Pada pemeriksaan reflek patella ditemukan adanya gerakan tungkai ke depan pada kaki kanan, reflek patella ditemukan adanya gerakan tungkai ke depan padakaki kiri. Pada pemeriksaan
  • 85. 68 reflek patologis berupa reflek babinsky ditemukan adanya gerakan fleksi pada jari-jari. Sistem Perkemihan Kebersihan sistem perkemihan pasien bersih, tidak terdapat keluhan kencing, kemampuan berkemih spontan, tidak menggunakan alat bantu kateter, produksi urine 550 ml/hari, warna urine kuning jernih, bau urine normal, kandung kemih tidak ada pembesaran, tidak ada nyeri pada kandung kemih. Balance cairan: Intake • Minum peroral= 700 cc/ hari • Cairan infuse= 500 cc/hari • Obat iv=35cc/hari • NGT=0 • Makanan= Nasi 500 gram/hari = 645 kalori (100gram=129 kalori). • Sayur 400 gram/ hari =200 kalori ( 100gram=50 kalori) • Buah 300 gram/hari=150kalori(10 0 gram= 50 kalori • Lauk 150 gram/hari =285 kalori ( 50 gram=95kalori) Total= 1.130 kalori 1 kalori= 0,14 ml/hari Jadi 1.130x0,14= 158.2 ml/hari Total intake=700+500+35+15 8.2 = 1.393.2 ml/hari Output Urine 550 ml/hari Drain=300ml/hari IWL= 37,5 ml/hari Diare=0 Muntah=0 Perdarahan=0 Fases=20 Total=907,5/hr Balance cairan: 1.393.2 - 907,5= + 485.7 –
  • 86. 69 Sistem muskuloskeletal dan Integumen Pergerakan sendi pasien bebas, pada pemeriksaan tangan kanan, tangan kiri kaki kiri, kaki kanan didapatkan kekuatan otot 5. 5 5 5 5 Tidak terdapat edema pada ekstremitas bawah, tidak terdapat kelainan pada tulang belakang, tidak terdapat fraktur, tidak terpasang traksi, spalk, atau gips, tidak terdapat kompartemen syndrome,Tidak terdapat luka pembedahan dibagian Intercostal IV dan V linea axilaris anterior, turgor kulit baik< 3 detik, tidak terdapat edema dikaki pasien. Penilaian tidak terdapat pitting edema. Tidak terdapat ekskoriasis, psoriasis, dan urtikaria. Persepsi sensori pasien tidak ada gangguan, kelembapan pasien sangat lembab, aktivitas pasien untuk berjalan kadang- kadang berjalan, mobilisasi pasien keterbatasan ringan, nutrisi pasien baik, gesekan dan pergeseran tidak menimbulkan masalah. Hasil penilaian risiko dicubitus pasien yaitu low risk( berisiko rendah). akral hangat, warna merah muda, tidak terdapat kelainan pada jari Kekuatan otot: 5 5 5 5 Sistem Endokrin Tidak terdapat pembesaran kelenjar thyroid, tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening, tidak terdapat trias DM, tidak terjadinya hipoglikemi, tidak terjadinya hiperglikemi, tidak terdapat luka gangren, pasien tidak memiliki riwayat luka sebelumnya, tidak adanya riwayat amputasi. - Seksualitas dan Reproduksia. Bentuk payudara simetris tidak ada kelainan
  • 87. 70 Berdasarkan Tab Sumber : pasien dengan efusi pleura di RSUD Dr.H Abdul Moeloek provinsi Lampung, ayni, tahun 2019 a. Payudara b. Genitalia kanan dan kiri, warna aerola kehitaman, tidak ada benjolan pada axilla dan clavikula. b. Pasien mengatakan sudah menikah, tidak ada kelainan seksualitas. pada genetalia. Keamanan Lingkungan Penilaian risiko pasien jatuh dengan skala morse. Pasien mengatakan tidak ada riwayat jatuh yang baru atau 3 bulan terakhir, pasien mandiri dalam aktivitas, pasien saat berjalan sesak, status mental pasien normal, dengan kategori penilaian risiko jatuh pasien yaitu berisiko rendah – Personal hygiene Pasien mengatakan saat di rumah pasien memiliki kebiasaan mandi sebanyak 2 kali sehari, sikat gigi sebanyak 2 kali sehari, keramas sebanyak 1 kali sehari, memotong kuku seminggu sekali saat panjang. Di rumah sakit pasien mengatakan diseka 2 kali sehari, keramas 1 kali sehari, dan memotong kuku jika terlihat panjang. Pasien tampak bersih dan rapi. Pasien mengatakan tidak memiliki kebiasaan merokok dan minum minuman beralkohol. –
  • 88. 71 table 4.2 ditemukan data dari pemeriksaan kenyamanan/nyeri pada pasien 1 didapatkan nyeri pada bagian pinggang, nyeri dirasakan seperti tertusuk- tusuk, nyeri skala 4, nyeri dirasakan hilang timbul lebih kurang 3 menit, pasien tampak meringis menahan nyeri. Pemeriksaan status fungsional/aktivitas dan mobilisasi barthel indeks pada pasien 1 didapatkan hasil pasien dengan ketergantungan ringan yaitu dengan skor 16. Pemeriksaan thoraks yaitu sistem pernapasan pasien 1 terdapat yaitu pasien sesak, batuk tidak produktif, irama pernapasan tidak teratur, terdapat pernapasan cuping hidung, terdapat penggunaan otot bantu saat bernapas, vocal premitus tidak sama kuat antara kiri dan kanan, perkusi redup, suara napas wheezing, sedangkan pada pasien 2 sesak napas hilang timbul. Dari kedua pasien tersebut ditemukan kesamaan data yaitu tidak terpasangnya WSD. Pada pasien 1 dilakukan penarikan cairan sebanyak 1,1 liter dengan cairan warna kuning. Pemeriksaan sistem pencernaan dan status nutrisi pada pasien 1 berat badan ideal, tidak ada penurunan berat badan dalam 6 bulan terakhir, nafsu makan baik. Saat di rumah sakit pasien makan dengan jumlah 1 porsi kadang tidak habis dengan frekuensi makan 3 kali sehari dengan jumlah minum lebih kurang 700 cc/hari, pasien memiliki pantangan atau alergi, tidak memiliki kesulitan dalam mengunyah atau menelan, tidak ada mual maupun muntah. Untuk BAB pasien mengatakan 1x/hari dengan
  • 89. 72 konsistensi lunak. Pada pasien 2 nafsu makan kurang, pasien tidak ada pantangan atau alergi, adanya mual. Untuk BAB pasien mengatakan 1X sehari dengan konsistensi padat, pasien mengatakan dirumah frekuensi BAK sebanyak 3-4 kali sehari dengan konsistensi kuning jernih, bau normal. Pemeriksaan abdomen pasien 1 perut tampak tidak membesar, tidak terdapat bayangan pada vena, tidak terdapat benjolan dan masa, tidak terdapat luka operasi, tidak terdapat drain, peristaltik usus 12 x/menit, tidak terdapat nyeri tekan pada titik Mc. Burney, tidak ada pembesaran dan nyeri pada hepar, tidak terdapat undulasi, sfiting dullness tidak terdapat cairan, tidak terdapat nyeri ketuk pada ginjal. Pada pasien 2 tidak ada lesi dan stomatitis, terdapat distensi abdomen, klien tidak terpasang kolostomi, bising usus 10 x/m terdapat nyeri tekan pada ulu hati klien, klien mengatakan nyeri seperti terlilit dan hilang timbul, nyeri akan hilang jika klien berbaring setengah duduk dan menarik napas dalam, dan akan timbul jika klien melakukan aktivitas, nyeri tidak menyebar dengan skala 4, Tidak ada pembesaran hepar, terdapat suara timpani pada kuadran kanan atas. Pemeriksaan sistem perkemihan pada pasien 1 dan 2 terdapat kesamaan yaitu kebersihan sistem perkemihan pasien bersih, tidak terdapat keluhan kencing, kemampuan berkemih spontan, tidak menggunakan alat bantu kateter, bau urine normal, tidak ada pembesaran kandung kemih. Pada pasien 1 terdapat balance cairan + 485.7 ml/hari.
  • 90. 73 Pemeriksaan sitem musculoskeletal pada pasien 1 pergerakan sendi pasien bebas, pada pemeriksaan tangan kanan, tangan kiri kaki kiri, kaki kanan didapatkan kekuatan otot 5. Tidak terdapat edema pada ekstremitas bawah, tidak terdapat kelainan pada tulang belakang, tidak terdapat fraktur, tidak terpasang traksi, spalk, atau gips, tidak terdapat kompartemen syndrome, turgor kulit baik < 3 detik. Pada pasien 2 sama seperti pasien 1 hanya saja pada pasien 2 tidak terdapat edema pada bagian ekstremitas. Tabel 4.3 Hasil Pemeriksaan Penunjang Pada Pasien Dengan Efusi Pleura di RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan dan ruang melati RSUD Dr.H Abdul Moeloek provinsi Lampung Pemeriksaan Penunjang Pasien 1 Pasien 2 Laboratorium 12/3/2020 Hematologi Hasil: Hematokrit : 34,5 (L) Indeks Eritrosit MCV : 14,4 (L) MCH : 26,0 (L) MCHC : 31,9 (H) RDW-CV : 16,6 (H) EO Sinofil : 0,7 (H) Laju darah lengkap:73(H) Hitung jenis leukosit Limfosit : 18,1 (L) Monosit : 8,5 (H) Kimia Darah Elektrolit darah Ureum darah : 21 Kreatinin darah : 0,68 24/3/109 Parameter Hasil Nilai rujukan PATOLOGI Hemoglobin 8,8 12,0-16,0 Leukosit 21.100 4.800- 10.800 Eritrosit 3,1 4,2-5,4 Hemotokrit 26 37-47 Trombosit 599.00 150.000- 450.000 MCV 85 79-99 MCH 28 27-31 MCHC 34 30-35 Hitung jenis: - Basofil 0 0-1 - Eoshinofil 0 2-4 - Batang 0 3-5 - Segmen 8 50-70 - Limfosit 8 25-40 - Monosit 6 2-8 Gula darah 95 <140 sewaktu Ureum 14 13-43 Creatinine 0,44 0,55-1,02 Instalasi Patologi Anatomi: Makroskopis Rontgen 12/3/2020 Thoraks 1 posisi Hasil: Terdapat cairan (penumpukan cairan paru sebelah kanan)
  • 91. 74 Diterima cairan fleura volume 200 ml warna merah Mikroskopis Sediaan berlatar belakang eritrosit, terdiri dari sebaran satu-satu sel radang kronik. Tampak sel tumor. Kesimpulan Pleuritis kronik. Sumber : pasien dengan efusi pleura di RSUD Dr.H Abdul Moeloek provinsi Lampung, ayni, tahun 2019 Berdasarkan tabel 4.3 ditemukan kesamaan data dari pemeriksaan penunjang pada pasien 1 didapatkan pemeriksaan thoraks 1 posisi dengan hasil terdapan penumpukan cairan di rongga paru sebelah kanan. Tabel 4.4 Hasil Penatalaksanaan Terapi Pada Pasien dengan Efusi Pleura di RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan dan RSUD Dr.H Abdul Moeloek provinsi Lampung Pasien 1 Pasien 2 a. Dexametasone (iv) 3x1 b. Ketorolac (iv) 3x30 mg c. Ringer Laktat (iv) 16 Tpm (500cc/24 jam) a. IVFD RL 10 tts/mnt b.Inj. metil predinosolon 5mg/12jam c. Inj. Ranitidine 50 mg/12 jam d.Katerolac 30 mg/hari e. Inj. Levofloxacin 5 mg/24 jam Sumber : pasien dengan efusi pleura di RSUD Dr.H Abdul Moeloek provinsi Lampung, ayni, tahun 2019 b. Diagnosa Keperawatan Tabel 4.5 Diagnosa Keperawatan Pada Pasien Dengan Efusi Pleura di RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan dan RSUD Dr.H Abdul Moeloek provinsi Lampung No Urut Pasien 1 Pasien 2 Hari/Tanggal ditemukan Diagnosa Keperawatan (kode SDKI) Hari/Tanggal Ditemukan Diagnosa Keperawatan (Kode SDKI) 1. Rabu, 11 Maret 2020 Pola napas tidak efektif berhubungan Senin, 25 Maret 2019 Pola napas tidak efektif berhubungan
  • 92. 75 dengan hambatan upaya napas (kelemahan otot pernapasan). Kriteria mayor: Subjektif: e. Pasien mengatakan sesak napas. Objektif: a. Pasien tampak terdapat penggunaan otot bantu pernapasan. b.Pola napas pasien tampak cepat dispnea. Kriteria minor: Subjektif: a. Pasien mengatakan sesak dirasakan saat duduk ataupun berbaring. Objektif: a. Pasien tampak menggunakan pernapasan cuping hidung. b. Tampak bentuk dada pasien barrel chest. c. Tampak terdapat penggunaan otot bantu pernapasan. d. RR : 26x/menit (D. 0005) dengan hambatan upaya napas (kelemahan otot pernapasan). Kriteria mayor: Subjektif: a. Pasien mengatakan sesak napas. b. Paisen mengatkan sesak dirasakan ketika pasien beraktivitas Objektif: a. tampak sulit bernapas b. pernapasan dangkal dan cepat c. tampak retraksi dinding dada Kriteria minor: Subjektif: a. Pasien mengatakan sesak dirasakan ketika beraktivitas Objektif: a. Frekuensi napas 28x/mnt b. Terpasang nasal kanul 2 lpm (D. 0005) 2. Rabu, 11 Maret 2020 Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis Karakteristik mayor: Subjektif: a. Pasien mengatakan nyeri pinggang Obyektif: Senin, 25 Maret 2019 Risiko Defisit Nutrisi berhubungan dengan Faktor Psikologis (mis. Stres, keengganan untuk makan) ditandai dengan mual dan kurangnya nafsu makan. Karakteristik mayor:
  • 93. 76 a. Pasien tampak meringis menahan nyeri. b. Pasien tampak gelisah. c. Frekuensi nadi pasien meningkat Karakteristik minor: Subjektif: a. Tidak terdapat dalam (SDKI). Objektif: a. tekanan darah pasien meingkat b. pola napas pasien meingkat (D.0077) Subjektif: a. Pasien mengatakan mual dan tidak nafsu makan Obyektif: a. Pasien tampak lemas b. Pasien tampak distensi abdomen c. Pasien tampakmengh abiskan ½ dari porsi makan yang di berikan. (D.0032) 3. Rabu, 11 Maret 2020 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan Karakteristik mayor: Subjektif: a. Pasien mengatakan saat beraktivitas mudah sesak dan lelah. Objektif: a. pasien tampak lemas b. pasien saat beraktivitas di bantu oleh suaami Karakteristik minor: Subjektif: a.Pasien mengatakan sesak dirasakan saat beraktivitas. Objektif: a. Tidak tersedia (D.0056) Senin, 25 Maret 2019 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan Karakteristik mayor: Subjektif: a. Pasien mengatakan mudah lelah b. Pasien mengatakaan sesak jika banyak beraktivitas Objektif: a. Pasien tampak lemas b. Aktivitas dibantu oleh perawat dn keluargaa c. Pasien terpasang nasal kanul 2 lpm Karakteristi k minor: Subjektif: a. pasien sesak saat beraktifitas