SlideShare a Scribd company logo
1 of 4
Download to read offline
KERTAS POSISI
“ HANYA 8% DARI KAWASAN HUTAN DI
BENGKULU, LAMPUNG DAN BANTEN YANG
MEMILIKI KEPASTIAN HUKUM “
Sebagian besar kawasan hutan di Bengkulu Lampung dan Banten belum
memiliki kepastian hukum. Menngingat hanya 8,4 % kawasan hutan di tiga
provinsi yang telah dilakukan penetapan. Hal ini menimbulkan
ketidakpastian luar biasa dalam pengelolaan hutan maupun wilayah kelola
masyarakat dalam kawasan hutan. Padahal di sisi lain, di lapangan banyak
sekali tutupan hutan yang tersisa dalam kawasan hutan. Sebagai misal, di
Lampung dari total 1 juta hektar, hanya 2 ribu hektar atau sekitar 0,24%
hutan di Lampung yang telah dilakukan penetapan. Dari luas kawasan hutan
yang ada di Lampung kini hanya tersisa ±328.603 ha atau (32,70%) yang
masih berhutan. Pembukaan lahan (opening of farm), penebangan liar
(illegal logging) dan pemberian izin konsensi untuk perkebunan dan
pertambangan adalah penyebab semakin tingginya tingkat kerusakan hutan
di Provinsi Lampung. Situasi ini sangat dimungkinkan menjadi pemicu
konflik tenurial baik antara masyarakat versus pemerintah, masyarakat
versus perusahaan atau pemerintah versus perusahaan terkait
ketimpangan distribusi lahan.Hal ini terlihat dengan dikeluarkannya izin
kepada perusahaan baik perkebunan skala besar maupun pertambangan
yang mencapai lebih dari 100 ribu hektar sementara akses untuk
pengelolaan bagi masyarakat hanya ±47.000 ha.
“SEBANYAK 24 PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN
BENGKULU DAN LAMPUNG MENYEBABKAN TANAH MASYARAKAT
MENJADI RUANG KONFLIK”
Data Sawit Watch tahun 2012 terdapat 664 konflk antara masyarakat dengan
perusahaan. Beberapa penyebab konflik tersebut sangat beragam, baik itu
persoalan kompensasi kepada masyarakat yang lahannya diambil, maupun
akibat perampasan dan kesewenang-wenangan terhadap akses masyarakat
atas sumber daya hutanDi sektor perkebunan, persoalan tersebut sangat
menonjol. Berdasarkan data yang dimiliki oleh Koalisi Anti Mafia Hutan,
setidaknya 24 perusahaan perkebunan di Lampung dan Bengkulu selama ini
lebih banyak berkonflik dengan masyarakat. Alih-alih memenuhi janji
kesejahteraan dari masuknya kegiatan usaha, konflik tersebut bahkan tidak
jarang berkaitan dengan perampasan tanah secara sewenang-wenang dan
penggunaan aparat untuk melakukan ancaman kekerasan terhadap
masyarakat. Tidak hanya konflik, usaha perkebunan itu menghasilkan
limbah berbahaya dan mengganggu ruang hidup masyarakat.
CONTACT PERSON
BENGKULU
Akar Foundation: Satria Budhi Pramana (081373559548)
WALHI Bengkulu: Sony Taurus (085273762037)
Genesis Bengkulu: Supintri Yohar (081373499788)
LAMPUNG
WALHI Lampung: Alian Setiadi (085279000567)
WATALA: Eko Sulistiantoro (081272227437)
BANTEN
Pattiro Banten: Subhan (087771731277)
NASIONAL
PWYP Indonesia, WALHI, Auriga, ICW, TuK Indonesia, SPKS, JATAM Nasional,
RMI, Epistema Institute
Kertas posisi ini disusun oleh Koalisi Anti Mafia Hutan, dipersiapkan dalam Rapat
Koordinasi dan Supervisi KPK sektor Kehutanan dan Perkebunan untuk wilayah
Bengkulu, Lampung, Banten, 22 April 2015
“MISKINNYA RAKYAT DAN
KAYANYA HUTAN”
Lampung
Keberadaan perkebunan kelapa sawit PT Sandabi Indah Lestari di
Kabupaten Seluma, dari awal telah berkonflik dengan masyarakat, bahkan
ketika dikuasai oleh PT. Way Sebayur sejak tahun 1987. Luas hak guna usaha
(HGU) perusahaan perkebunan kelapa sawit ini seluas 2.812 Hektar.
Berdasarkan laporan survey Pemda Seluma Nomor 500/122/05/2008 di
Kecamatan Seluma Barat dan Lubuk Sandi, realisasi aktivitas dan
perkembangan perkebunan ini mengidentifikasi aktivitas perusahaan hanya
mengelola produktif seluas 250 Hektar.
Pada tahun 2012, konflik perusahaan dengan masyarakat memuncak
bahkan perusahaan menggusur kebun masyarakat mencapai 30 hektar.
Bahkan 29 orang masyarakat ditangkap dan dipenjara dari desa Lunjuk,
Minggur Sari, Talang Prapat, Air Latak, dan Tumbuan Kecamatan Seluma
Barat dan Lubuk Sandi, karena dituduh menggarap lahan perusahaan PT.
Sandabi Indah Lestari. Permasalahan wilayah kelola masyarakat dan
perkebunan ini masih terjadi sampai sekarang dan menyisakan konflik
dengan 511 kepala keluarga. Pemerintah Daerah tidak peduli bahkan tetap
memperpanjang HGU milik PT. Sandabi Indah. Pemerintah Kabupaten
Seluma merekomendasikan perpanjangan sehingga keluarlah surat BPN
perpanjangan HGU PT. SIL Rayon Kabupaten Seluma Nomor
163/HGU/BPNRI/2014 pada 24 November 2014 atau semasa transisi
pemerintah SBY ke Jokowi, dan HGU perpanjangan milik PT. Sandabi Indah
Lestari seluas 2.812 Hektar melalui HGU No. 100011 tahun 2014.
Boks1.TanahBerkonflik,HGUDiperpanjangDiakhirJabatan
“25 PERUSAHAAN PERKEBUNAN DI BENGKULU DAN LAMPUNG
MERUPAKAN BAGIAN DARI LANDBANKING TAIPAN BESAR
DI INDONESIA”
Perizinan di sektor Perkebunan memberi peluang atas penguasaan lahan
tanpa batas bagi korporasi, terutama yang telah go public. Peraturan
Menteri Pertanian No. 98/2013, yang membatasi total landbank untuk
produksi kelapa sawit 100.000 hektar per perusahaan grup, gagal untuk
membatasi penguasaan korporasi atas lahan di Indonesia. Hal ini karena
perusahaan yang telah go public (terdaftar di bursa saham) dikecualikan dari
peraturan ini.
Tidak ada argumen yang jelas mengapa perusahaan terbuka dikecualikan
dari peraturan ini. Penelitian Transformasi untuk Keadilan – TuK Indonesia
menunjukkan bahwa 21 dari 25 grup bisnis yang dikendalikan oleh para
taipan terbesar di sektor kelapa sawit Indonesia telah beroperasi melalui
perusahaan induk yang terdaftar di bursa saham. Pada tahun 2013
perkebunan kelapa sawit di Indonesia hanya dikuasai oleh 25 grup, di mana
Grup Sinar Mas menguasai lahan terbesar dengan luas 471.100 hektar lahan
yang telah ditanami, diikuti oleh Grup Salim seluas 326.136 hektar, Jardine
Matheson Group seluas 281.378 hektar, sedangkan penguasaan lahan
terkecil dari 25 grup tersebut oleh Grup Tiga Pilar Sejahtera seluas 16.836
hektar.
Fenomena land banking tidaklah sederhana, selain potensi terjadinya
persaingan usaha tidak sehat, pertumbuhan bisnis dan kuasa mereka juga
bisa dikaitkan dengan isu-isu korupsi, penggelapan pajak, transparansi,
penghormatan hak-hak masyarakat dan isu akuntabilitas. Akibatnya usaha-
usaha pekebun skala kecil maupun wilayah kelola masyarakat lainnya lebih
sering kalah bersaing atau bahkan tergusur dan dirampas oleh grup-grup
besar tersebut. Temuan kajian TUK menemukan bahwa setidaknya 25 usaha
perkebunan merupakan bagian dari landbanking 25 taipan besar.
2
No Perusahaan Provinsi Perizinan dan Hak Tipologi Konflik
1 PT. Silva Inhutani
(Register 45)
Lampung Hak Guna Usaha Konflik dengan
masyarakat
2 PT. Barat Selatan Makmur
Investindo
Lampung Hak Guna Usaha Konflik dengan
masyarakat
3 PTPN VII (Waykanan) Lampung Hak Guna Usaha Konflik dengan
masyarakat
4 PT. Indo Lampung Perkasa
(SGC)
Lampung Hak Guna Usaha Konflik dengan
masyarakat
5 PT. Swet Indo Lampung
(SGC)
Lampung Hak Guna Usaha Konflik dengan
masyarakat
6 PT. Desaria Plantation
Mining
Bengkulu Hak Guna Usaha Konflik dengan
masyarakat
7 PT. Dinamika Selaras Jaya Bengkulu Hak Guna Usaha Konflik dengan
masyarakat
8 PT. Jadropa Bengkulu Konflik dengan
masyarakat
9 PT. Sinar Bengkulu Selatan Bengkulu Konflik dengan
masyarakat
10 PT. Agriandalas Bengkulu Konflik dengan
masyarakat
11 PT. Sandabi Indah Lestari Bengkulu Konflik dengan
masyarakat
12 PTPN VII Talo Pino Bengkulu Konflik dengan
masyarakat
13 PT. Mutiara Sawit Seluma Bengkulu Konflik dengan
masyarakat
14 PT. Bio Nusantara
Teknologi
Bengkulu Konflik dengan
masyarakat
15 PT. Giantara Mulya
Pratama
Bengkulu Konflik dengan
masyarakat
16 PT. Sarana Mandiri Mukti Bengkulu Konflik dengan
masyarakat
17 PT. Sandabi Indah Lestari Bengkulu Konflik dengan
masyarakat
18 PT. Grand Jaya Niaga Bengkulu Konflik dengan
masyarakat
19 PT. Mukomuko Agro Bengkulu Konflik dengan
masyarakat
20 PT. Agricinal Bengkulu Konflik dengan
masyarakat
21 PT. DDP Bengkulu Konflik dengan
masyarakat
22 PT. Agrecinal Bengkulu Konflik dengan
masyarakat
23 PT. Sapta Sentosa Jaya
Abadi
Bengkulu Konflik dengan
masyarakat
24 PT. Perkebunan dan
Dagang Aceh Timur
Bengkulu Konflik dengan
masyarakat
No Anak Perusahaan Land bank
(ha)
Luas yang
ditanami (ha)
Ke
pemilik
an
Taipan Provinsi
1 PT Mitra Puding Mas 4.323 4.031 95% Anglo-Eastern
Plantations
Bengkulu
2 PT Alno Agro Utama 14.202 12.896 90% Anglo-Eastern
Plantations
Bengkulu
3 PT Empat Lawang Agro
Perkasa
14.1 2.882 95% Anglo-Eastern
Plantations
Bengkulu
4 PT Karya Kencana
Sentosa Tiga
16 1.125 95% Anglo-Eastern
Plantations
Bengkulu
5 PT Riau Agrindo Agung 7.2 1.864 95% Anglo-Eastern
Plantations
Bengkulu
6 PTMutiara Sawit
Seluma
1,995 100% Provident Agro Bengkulu
7 PT Nakau 2,654 100% Provident Agro Lampung
8 PT Sumber Indah
Perkasa
23,445 100% Golden Agri-
Resources
Lampung
10 PT Bumi Sentosa Abadi 970 100% Tunas Baru
Lampung
Lampung896
11 PT Bangun Nusa Indah
Lampung
16,343 100% Tunas Baru
Lampung
Lampung15,851
12 PT Budi Dwiyasa
Perkasa
7,958 100% Tunas Baru
Lampung
Lampung6,968
13 PT Budinusa
Ciptawahana
4,001 98% Tunas Baru
Lampung
Lampung3,230
14 PT Adikarya Gemilang 2,972 100% Tunas Baru
Lampung
Lampung1,591
15 PT Bangun
Tatalampung Asri
9,870 100% Tunas Baru
Lampung
Lampung8,078
16 PT Agro Muko ANJ Group Bengkulu
17 PT Bangun Nusa Indah
Lampung
Sungai Budi
Group
18 PT Bangun
Tatalampung Asri
Sungai Budi
Group
Lampung
19 PT Budi Dwiyasa
Perkasa
Sungai Budi
Group
Lampung
20 PT Budinusa
Ciptawahana
Sungai Budi
Group
Lampung
21 PT Bumi Sentosa Abadi Sungai Budi
Group
Lampung
22 PT Mutiara Sawit
Seluma
Provident Agro Bengkulu
23 PT Nakau Provident Agro Lampung
24 PT Sumber
Indahperkasa
Sinar Mas Lampung
25 PT Tunas Baru
Lampung
Sungai Budi
Group
Lampung
Grafik. Total landbank kelapa sawit dari 25 grup bisnis, akhir 2013 (ha)
(TUK-Indonesia)
Gambar di atas menunjukkan luasan lahan kebun kelapa sawit di provinsi-
provinsi di Sumatera yang dikendalikan oleh 25 grup bisnis yang dikuasai
oleh para taipan. Angka ini menunjukkan ukuran landbank milik
perusahaan-perusahaan tersebut dalam hektar (yang sudah dan yang belum
ditanami) dan membandingkan luasan lahan tersebut dengan daerah yang
sudah ditanami kelapa sawit di tiap provinsi (dalam persentase). Saat ini total
luasan lahan Indonesia yang menjadi landbank dari 25 grup bisnis yang
dikendalikan oleh taipan ini sama dengan 51% dari total area yang ditanami
kelapa sawit di Indonesia secara keseluruhan, persentase itu lebih rendah
untuk semua provinsi di Sumatera. Persentase penguasaan tertinggi dapat
ditemukan di Lampung (44%), Sumatera Selatan (40%) dan Bangka-Belitung
(39%). Persentase yang relatif rendah ini dapat dijelaskan oleh fakta bahwa
industri kelapa sawit pertama kali dikembangkan di Sumatera, yang
mungkin berarti bahwa sebagian besar dari landbank kelapa sawit di
Sumatera berada di tangan grup bisnis yang dikendalikan oleh negara dan
grup bisnis yang dikendalikan oleh taipan yang lebih kecil dan pekebun.
“DI LAMPUNG HANYA 6,91% KAWASAN HUTAN YANG DIALOKASIKAN
UNTUK PENGELOLAAN HUTAN SKALA KECIL”
Dengan luasan kawasan hutan mencapai 1 juta hektar, hanya 69 ribu hektar
atau 6,91% kawasan hutan yang dialokasikan untuk pengelolaan hutan bagi
masyarakat kecil sekitar hutan. Sebagian besar di antaranya justru untuk
skala besar. Sebagai misal, 129 ribu di antaranya diberikan kepada
pemegang izin Hutan Tanaman Industri. Dari total 69 ribu hektar, 22 ribu
hektar di antaranya merupakan Hutan Tanaman Rakyat, Hutan
Kemasyarakatan 33 ribu hektar, Hutan Desa 2 ribu, sementara Kemitraan 12
ribu hektar.
Grafik. Pengelolaan Hutan Skala Kecil Di Lampung.
Tumpang Tindih Dalam Kawasan Hutan Sebagai Modus Untuk
Merambah Hutan
Beberapa kegiatan usaha perkebunan juga ditengarai dengan sengaja
mendapatkan lahan di dalam kawasan hutan untuk dikonversi ilegal.
Sebagai misal pada kasus PT Agromuko di Lampung dari ditengari justru
melakukan pembukaan hutan produksi terbatas di Air Manjunto
(Boks PT Agromuko dan Perambahan Air Manjunto).
Sejak tahun 2006 PT Agromuko melakukan perambahan di HPT Air
Manjunto Reg.62 seluas 1.215 Ha, Lokasi perambahanyang dilakukan
di lokasi perkebunan PT Agromuko, sungai Sei Betung, di sekitar
koordinat S: 02.33.58.9 E: 101.21.34.9 Desa Penarik Kec. Penarik Kab.
Mukomuko. Prov. Bengkulu. Pada tahun 2008 Dishut kabupaten
Mukomuko memetakan Kebun PT Agromuko yang masuk kawasan
seluasan +/- 1.215 Ha.
Perambahan yang dilakukan oleh perusahaan PT Agromuko ini tidak
dilakukan penindakan hukum oleh pemerintah daerah, bahkan
difasilitasi untuk pelepasan kawasan hutan. Sehingga pada tahun
2012 melalui SK. Menhut 784, lokasi perambahan PT Agromuko
dikeluarkan dari kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) menjadi
Hutan Produksi Konfersi (HPK). Perambahan yang dilakukan oleh
perusahaan perkebunan besar di Mukomuko ini melanggar UU 41
tahun 1999 tentang kehutanan.
Boks2.PTAgromukodanPerambahanAirManjunto.
“PENUNJUKAN SEPIHAK KAWASAN HUTAN DAN PERLUASAN
WILAYAH KONSERVASI TANPA PERSETUJUAN MASYARAKAT LOKAL
DAN ADAT MENYEMPITKAN LAHAN KELOLA
MASYARAKAT DI BANTEN”
Penunjukan sepihak dua taman nasional di Provinsi Banten oleh
pemerintah telah menyingkirkan masyarakat adat dan lokal yang telah
lama mengelola lahan hutan. Penyingkiran masyarakat Kasepuhan sudah
dimulai sejak penetapan wilayah Halimun sebagai cagar alam di zaman
kolonial Belanda. Kawasan hutan itu berubah statusnya menjadi hutan
produksi yang dikelola Perum Perhutani Unit III Jawa Barat. Statusnya
berubah kembali menjadi Taman Nasional Gunung Halimun (SK Menhut
No. 282/Kpts-II/1992). Tanpa ada konsultasi dan bahkan pemberitahuan
kepada masyarakat, Taman Nasional Gunung Halimun yang semula hanya
40.000 hektar diperluas menjadi 113.357 hektar dengan didasarkan pada
SK Menteri Kehutanan No. 175/Kpts-II/2003.
Padahal di dalam kawasan konservasi itu sudah hidup 52 kelompok
masyarakat hukum adat yang dikenal sebagai Kasepuhan yang sudah lama
mendiami daerah tersebut. Penunjukan sepihak dan perluasan wilayah
konservasi telah membatasi masyarakat adat Kasepuhan dalam
mengelola lahannya sesuai dengan pengetahuan lokal dan turun temurun
itu. hasil pemetaan partisipatif yang difasilitasi RMI dan AMAN hingga
tahun 2014, menyebutkan sekitar 18.055,263 ha merupakan wilayah adat
yang di klaim masuk ke dalam wilayah TNGHS. Luas wilayah adat ini masih
bersifat sementara mengingat masih ada Kasepuhan yang belum
dipetakan wilayah adatnya.
Namun, bukan hanya wilayah konservasi yang membatasi gerak
Masyarakat Kasepuhan ini, terdapat juga Perhutani yang mengelola hutan
produksi, beberapa ijin pertambangan dan perkebunan yang tumpang
tindih dengan wilayah adat Kasepuhan. Peta di bawah ini memperlihatkan
tumpang tindih antara wilayah Kasepuhan dengan wilayah konservasi dan
konsesi pengelolaan lahan yang berada di Provinsi Banten dan Jawa Barat.
788,907
413,138
363,227
342,850
304,468
257,469
225,254
206,513200,000
192,716
186,535
185,199
164,956
162,741
144,923
139,038
120,748
102,902
95,608
92,899
82,500
82,307
78,701
67,804
65,718
PalmOilLandbank(thousandhectares)
100
200
300
400
500
600
700
0
AcehN
orth
Sum
atera
RiauW
estSum
atera
Jam
bi
BengkuluSouth
Sum
atera
Bangka-Belitung
Lam
pung
WilmarGroup
TriputraGroup
TigaPilarSejahteraGroup
TanjungLinggaGroup
SuryaDumaiGroup
SungaiBudiGroup
SinarMasGroup
SampoernaAgroGroup
SalimGroup
RoyalGoldenEagleGroup
ProvidentAgroGroup
MusimMasGroup
KencanaAgriGroup
JardineMathesonGroup
IOIGroup
HaritaGroup
GozcoGroup
GentingGroup
DSNGroup
DarmexAgroGroup
BWPlantationGroup
BatuKawanGroup
BakrieGroup
AustindoGroup
Anglo-EasternGroup
SinarMasGroup
JardineMathsonGroup
SalimGroup
TriputraGroup
SuryaDumaiGroup
WilmarGroup
MusimMasGroup
HaritaGroup
DarmexAgroGroup
KencanaAgriGroup
SampoernaAgroGroup
DSNGroup
RoyalGoldenEagleGroup
GentingGroup
BatuKawanGroup
AustindoGroup
Anglo-EasternGroup
BakrieGroup
BWPlantationGroup
TigaPilarSejahteraGroup
IOIGroup
SungaBudiGroup
TanjungLinggaGroup
GozcoGroup
ProvidentAgroGroup
HD
2.109 HTR
22.000
HKM
33.591,15
Kemitraan Kehutanan
12.500
3
Tercatat setidaknya 34 konflik terjadi di Kawasan Halimun. Seluas 20,6 % dari wilayah yang berkonflik itu diperebutkan oleh masyarakat
dan Perum Perhutani. Kemudian 70,6 %, konflik terjadi antara masyarakat dengan Taman Nasional/Kementerian Kehutanan. Sisanya
adalah konflik antar masyarakat dengan perkebunan dan konflik horizontal antar masyarakat sendiri. Selain dengan masyarakat adat,
konflik juga menyulitkan kehidupan masyarakat lokal. Tercatat 108 desa, 314 kampung berada di wilayah yang diklaim sebagai Taman
Nasional Gunung Halimun dan Salak.Masyarakat Desa Legon Pakis juga mengalami masalah yang sama, ketika wilayah kelolanya tiba-
tiba ditunjuk sebagai kawasan konservasi bernama Taman Nasional Ujung Kulon. Penunjukan itu menyebabkan mereka terbatasi haknya
dalam mengelola lahannya. Mereka bahkan tidak bisa menanam padi dan pihak Taman Nasional menentukan sepihak tanaman apa yang
boleh ditanam di Desa Legon Pakis.
PETA OVERLAY
PROVINSI BANTEN DAN JAWA BARAT
4
REKOMENDASI
Berdasarkan kondisi tersebut, Koalisi Masyarakat Sipil Sumatera dan Koalisi Anti Mafia Hutan menuntut:
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan Pemerintah Daerah menyelesaikan pengukuhan kawasan hutan dengan
carayangpartisipatifdanmemperhatikanhak-hakmasyarakatatashutan.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan Kementerian Pertanian terkait melakukan audit perizinandan kinerjanya
terhadapseluruhkegiatanusahaperkebunandankehutanan.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan Kementerian Pertanian beserta Pemerintah Daerah untuk menyelesaikan
konflikdenganmasyarakat.
Aparat Penegak Hukum, termasuk Komisi Pemberantasan Korupsi dan Pejabat Penyidik Negeri Sipil (PPNS) agar menilisik
dugaantindakpidanakehutanandankorupsikhususnyaterhadapkorporasi.
Pemerintah Kabupaten Lebak dan Kabupaten Lebong hendaknya mempercepat proses penyusunan Peraturan Daerah
pengakuandanperlindunganmasyarakatadatKasepuhandengantidakmelupakanpemetaandanpenetapanwilayahadatnya.
1
2
3
4
5
HPK
HPT
HP
HL
KSAPAL
KSAPA
Kawasan HutanKeterangan :
Serapan Kasepuhan Cicarucub
Batas Wilayah Adat
Konsesi Tambang
Batas Administrasi Desa

More Related Content

What's hot

Korsup KPK dan Penataan Izin Usaha Pertambangan Sektor Mineral dan Batubara
Korsup KPK dan Penataan Izin Usaha Pertambangan Sektor Mineral dan BatubaraKorsup KPK dan Penataan Izin Usaha Pertambangan Sektor Mineral dan Batubara
Korsup KPK dan Penataan Izin Usaha Pertambangan Sektor Mineral dan BatubaraPublish What You Pay (PWYP) Indonesia
 
Korsup minerba-medan-sampul-dan-isi
Korsup minerba-medan-sampul-dan-isiKorsup minerba-medan-sampul-dan-isi
Korsup minerba-medan-sampul-dan-isiAksi SETAPAK
 
Menguras bumi-mendulang-tragedi
Menguras bumi-mendulang-tragediMenguras bumi-mendulang-tragedi
Menguras bumi-mendulang-tragediAksi SETAPAK
 
Korsup hutbun-medan-sampul-dan-isi
Korsup hutbun-medan-sampul-dan-isiKorsup hutbun-medan-sampul-dan-isi
Korsup hutbun-medan-sampul-dan-isiAksi SETAPAK
 
Buku Panduan Perizinan HKm
Buku Panduan Perizinan HKmBuku Panduan Perizinan HKm
Buku Panduan Perizinan HKmAmien Saliwu
 
Izin RAPP di Pulau Padang Cacat Administrasi
Izin RAPP di Pulau Padang Cacat AdministrasiIzin RAPP di Pulau Padang Cacat Administrasi
Izin RAPP di Pulau Padang Cacat AdministrasiPeople Power
 
Policy Paper Menuju Pemanfaatan Ruang Sumatera Selatan Yang Adil
Policy Paper Menuju Pemanfaatan Ruang Sumatera Selatan Yang AdilPolicy Paper Menuju Pemanfaatan Ruang Sumatera Selatan Yang Adil
Policy Paper Menuju Pemanfaatan Ruang Sumatera Selatan Yang AdilYoel Hendrawan
 
Analisis kebijakan mendorong hutan desa dan hutan kemasyarakatan
Analisis kebijakan mendorong hutan desa dan hutan kemasyarakatanAnalisis kebijakan mendorong hutan desa dan hutan kemasyarakatan
Analisis kebijakan mendorong hutan desa dan hutan kemasyarakatanYossy Suparyo
 
Abdul wahib situmorang - presentasi IP4T
Abdul wahib situmorang - presentasi IP4TAbdul wahib situmorang - presentasi IP4T
Abdul wahib situmorang - presentasi IP4T01112015
 
Membongkar Praktek SDA Asing di Indonesia dan Transaksi Politik; Oleh WALHI K...
Membongkar Praktek SDA Asing di Indonesia dan Transaksi Politik; Oleh WALHI K...Membongkar Praktek SDA Asing di Indonesia dan Transaksi Politik; Oleh WALHI K...
Membongkar Praktek SDA Asing di Indonesia dan Transaksi Politik; Oleh WALHI K...Yandi Novia (Debu Yandi)
 
Kebijakan Nasional Perlindungan Lingkungan Hidup dan Pemanfaatan Ruang dalam ...
Kebijakan Nasional Perlindungan Lingkungan Hidup dan Pemanfaatan Ruang dalam ...Kebijakan Nasional Perlindungan Lingkungan Hidup dan Pemanfaatan Ruang dalam ...
Kebijakan Nasional Perlindungan Lingkungan Hidup dan Pemanfaatan Ruang dalam ...imaniar nastiti
 
090112 konflik pulau padang potret buram tata ruang dan tata kelola hutan di...
090112 konflik pulau padang  potret buram tata ruang dan tata kelola hutan di...090112 konflik pulau padang  potret buram tata ruang dan tata kelola hutan di...
090112 konflik pulau padang potret buram tata ruang dan tata kelola hutan di...People Power
 

What's hot (20)

Korupsi Masih Subur, Hutan Sumatera Semakin Hancur
Korupsi Masih Subur, Hutan Sumatera Semakin HancurKorupsi Masih Subur, Hutan Sumatera Semakin Hancur
Korupsi Masih Subur, Hutan Sumatera Semakin Hancur
 
Korsup KPK dan Penataan Izin Usaha Pertambangan Sektor Mineral dan Batubara
Korsup KPK dan Penataan Izin Usaha Pertambangan Sektor Mineral dan BatubaraKorsup KPK dan Penataan Izin Usaha Pertambangan Sektor Mineral dan Batubara
Korsup KPK dan Penataan Izin Usaha Pertambangan Sektor Mineral dan Batubara
 
Menggali Kehancuran di Sunda Kecil
Menggali Kehancuran di Sunda KecilMenggali Kehancuran di Sunda Kecil
Menggali Kehancuran di Sunda Kecil
 
Korsup minerba-medan-sampul-dan-isi
Korsup minerba-medan-sampul-dan-isiKorsup minerba-medan-sampul-dan-isi
Korsup minerba-medan-sampul-dan-isi
 
Menguras bumi-mendulang-tragedi
Menguras bumi-mendulang-tragediMenguras bumi-mendulang-tragedi
Menguras bumi-mendulang-tragedi
 
Korsup hutbun-medan-sampul-dan-isi
Korsup hutbun-medan-sampul-dan-isiKorsup hutbun-medan-sampul-dan-isi
Korsup hutbun-medan-sampul-dan-isi
 
Resource Governance News Edisi Agustus 2016
Resource Governance News Edisi Agustus 2016Resource Governance News Edisi Agustus 2016
Resource Governance News Edisi Agustus 2016
 
Buku Panduan Perizinan HKm
Buku Panduan Perizinan HKmBuku Panduan Perizinan HKm
Buku Panduan Perizinan HKm
 
Izin RAPP di Pulau Padang Cacat Administrasi
Izin RAPP di Pulau Padang Cacat AdministrasiIzin RAPP di Pulau Padang Cacat Administrasi
Izin RAPP di Pulau Padang Cacat Administrasi
 
profil KPH
profil KPHprofil KPH
profil KPH
 
Policy Paper Menuju Pemanfaatan Ruang Sumatera Selatan Yang Adil
Policy Paper Menuju Pemanfaatan Ruang Sumatera Selatan Yang AdilPolicy Paper Menuju Pemanfaatan Ruang Sumatera Selatan Yang Adil
Policy Paper Menuju Pemanfaatan Ruang Sumatera Selatan Yang Adil
 
P49 08 Hutan Desa
P49 08   Hutan DesaP49 08   Hutan Desa
P49 08 Hutan Desa
 
Analisis kebijakan mendorong hutan desa dan hutan kemasyarakatan
Analisis kebijakan mendorong hutan desa dan hutan kemasyarakatanAnalisis kebijakan mendorong hutan desa dan hutan kemasyarakatan
Analisis kebijakan mendorong hutan desa dan hutan kemasyarakatan
 
Borneo mengugat
Borneo mengugatBorneo mengugat
Borneo mengugat
 
Transparansi Tata Kelola Pertambangan
Transparansi Tata Kelola PertambanganTransparansi Tata Kelola Pertambangan
Transparansi Tata Kelola Pertambangan
 
Policy Brief Kebakaran Hutan dan Lahan
Policy Brief Kebakaran Hutan dan LahanPolicy Brief Kebakaran Hutan dan Lahan
Policy Brief Kebakaran Hutan dan Lahan
 
Abdul wahib situmorang - presentasi IP4T
Abdul wahib situmorang - presentasi IP4TAbdul wahib situmorang - presentasi IP4T
Abdul wahib situmorang - presentasi IP4T
 
Membongkar Praktek SDA Asing di Indonesia dan Transaksi Politik; Oleh WALHI K...
Membongkar Praktek SDA Asing di Indonesia dan Transaksi Politik; Oleh WALHI K...Membongkar Praktek SDA Asing di Indonesia dan Transaksi Politik; Oleh WALHI K...
Membongkar Praktek SDA Asing di Indonesia dan Transaksi Politik; Oleh WALHI K...
 
Kebijakan Nasional Perlindungan Lingkungan Hidup dan Pemanfaatan Ruang dalam ...
Kebijakan Nasional Perlindungan Lingkungan Hidup dan Pemanfaatan Ruang dalam ...Kebijakan Nasional Perlindungan Lingkungan Hidup dan Pemanfaatan Ruang dalam ...
Kebijakan Nasional Perlindungan Lingkungan Hidup dan Pemanfaatan Ruang dalam ...
 
090112 konflik pulau padang potret buram tata ruang dan tata kelola hutan di...
090112 konflik pulau padang  potret buram tata ruang dan tata kelola hutan di...090112 konflik pulau padang  potret buram tata ruang dan tata kelola hutan di...
090112 konflik pulau padang potret buram tata ruang dan tata kelola hutan di...
 

Similar to Miskinnya Rakyat dan Kayanya Hutan

Kontrol pemerintahan
Kontrol pemerintahanKontrol pemerintahan
Kontrol pemerintahanParuna Dewi
 
Kuasa Taipan Kelapa Sawit di Indonesia
Kuasa Taipan Kelapa Sawit di IndonesiaKuasa Taipan Kelapa Sawit di Indonesia
Kuasa Taipan Kelapa Sawit di IndonesiaAntonius Marhenanto
 
Pengelolaan Perkebuan Kelapa Sawit Berkelanjutan Kalteng 2008.pdf
Pengelolaan Perkebuan Kelapa Sawit Berkelanjutan Kalteng 2008.pdfPengelolaan Perkebuan Kelapa Sawit Berkelanjutan Kalteng 2008.pdf
Pengelolaan Perkebuan Kelapa Sawit Berkelanjutan Kalteng 2008.pdfSahbani1
 
Fakta korupsi sda di indonesia
Fakta korupsi sda di indonesiaFakta korupsi sda di indonesia
Fakta korupsi sda di indonesiaIwan Nurdin
 
Peningkatan Partisipasi Masyarakat dalam Perhutanan Sosial
Peningkatan Partisipasi Masyarakat dalam Perhutanan SosialPeningkatan Partisipasi Masyarakat dalam Perhutanan Sosial
Peningkatan Partisipasi Masyarakat dalam Perhutanan SosialRamlanNugraha3
 
Policy brief sampan-obral-izin-di-kal-bar-indonesian
Policy brief sampan-obral-izin-di-kal-bar-indonesianPolicy brief sampan-obral-izin-di-kal-bar-indonesian
Policy brief sampan-obral-izin-di-kal-bar-indonesianAksi SETAPAK
 
Booklet setapak-indonesia
Booklet setapak-indonesiaBooklet setapak-indonesia
Booklet setapak-indonesiaAksi SETAPAK
 
SETAPAK - Program Tata Kelola Lingkungan
SETAPAK - Program Tata Kelola LingkunganSETAPAK - Program Tata Kelola Lingkungan
SETAPAK - Program Tata Kelola LingkunganAksi SETAPAK
 
Rezim Neolib Mengekalkan Kabut Asap
Rezim Neolib Mengekalkan Kabut AsapRezim Neolib Mengekalkan Kabut Asap
Rezim Neolib Mengekalkan Kabut AsapMuslimah HTIchannel
 
Petisi Penyelamatan Jawa (Desember 2015)
Petisi Penyelamatan Jawa (Desember 2015)Petisi Penyelamatan Jawa (Desember 2015)
Petisi Penyelamatan Jawa (Desember 2015)Luluk Uliyah
 
Hutan desa setengah hati
Hutan desa   setengah hatiHutan desa   setengah hati
Hutan desa setengah hatiZainuri Hasyim
 
Bahan Presentasi "Menggugat Pemerintah Menuntut Hak Hidup Masyarakat Hukum Ad...
Bahan Presentasi "Menggugat Pemerintah Menuntut Hak Hidup Masyarakat Hukum Ad...Bahan Presentasi "Menggugat Pemerintah Menuntut Hak Hidup Masyarakat Hukum Ad...
Bahan Presentasi "Menggugat Pemerintah Menuntut Hak Hidup Masyarakat Hukum Ad...erikasiluq
 
THE MONITOR 18 2022_compressed (1).pdf
THE MONITOR 18 2022_compressed (1).pdfTHE MONITOR 18 2022_compressed (1).pdf
THE MONITOR 18 2022_compressed (1).pdfAmirahJPIK
 
THE MONITOR 18 2022_compressed.pdf
THE MONITOR 18 2022_compressed.pdfTHE MONITOR 18 2022_compressed.pdf
THE MONITOR 18 2022_compressed.pdfAmirahJPIK
 
THE MONITOR 18 2022_compressed.pdf
THE MONITOR 18 2022_compressed.pdfTHE MONITOR 18 2022_compressed.pdf
THE MONITOR 18 2022_compressed.pdfAmirahJPIK
 
Tata kelola perizinan dan teritorialisasi dalam ekspansi perkebunan kelapa sawit
Tata kelola perizinan dan teritorialisasi dalam ekspansi perkebunan kelapa sawitTata kelola perizinan dan teritorialisasi dalam ekspansi perkebunan kelapa sawit
Tata kelola perizinan dan teritorialisasi dalam ekspansi perkebunan kelapa sawitCIFOR-ICRAF
 
Pengantar diskusi perhutanan sosial dan sdgs desa point 8 dan 9 6 juli 2021 l...
Pengantar diskusi perhutanan sosial dan sdgs desa point 8 dan 9 6 juli 2021 l...Pengantar diskusi perhutanan sosial dan sdgs desa point 8 dan 9 6 juli 2021 l...
Pengantar diskusi perhutanan sosial dan sdgs desa point 8 dan 9 6 juli 2021 l...TV Desa
 

Similar to Miskinnya Rakyat dan Kayanya Hutan (20)

Kontrol pemerintahan
Kontrol pemerintahanKontrol pemerintahan
Kontrol pemerintahan
 
Kuasa Taipan Kelapa Sawit di Indonesia
Kuasa Taipan Kelapa Sawit di IndonesiaKuasa Taipan Kelapa Sawit di Indonesia
Kuasa Taipan Kelapa Sawit di Indonesia
 
Pengelolaan Perkebuan Kelapa Sawit Berkelanjutan Kalteng 2008.pdf
Pengelolaan Perkebuan Kelapa Sawit Berkelanjutan Kalteng 2008.pdfPengelolaan Perkebuan Kelapa Sawit Berkelanjutan Kalteng 2008.pdf
Pengelolaan Perkebuan Kelapa Sawit Berkelanjutan Kalteng 2008.pdf
 
Fakta korupsi sda di indonesia
Fakta korupsi sda di indonesiaFakta korupsi sda di indonesia
Fakta korupsi sda di indonesia
 
Peningkatan Partisipasi Masyarakat dalam Perhutanan Sosial
Peningkatan Partisipasi Masyarakat dalam Perhutanan SosialPeningkatan Partisipasi Masyarakat dalam Perhutanan Sosial
Peningkatan Partisipasi Masyarakat dalam Perhutanan Sosial
 
Policy brief sampan-obral-izin-di-kal-bar-indonesian
Policy brief sampan-obral-izin-di-kal-bar-indonesianPolicy brief sampan-obral-izin-di-kal-bar-indonesian
Policy brief sampan-obral-izin-di-kal-bar-indonesian
 
Booklet setapak-indonesia
Booklet setapak-indonesiaBooklet setapak-indonesia
Booklet setapak-indonesia
 
SETAPAK - Program Tata Kelola Lingkungan
SETAPAK - Program Tata Kelola LingkunganSETAPAK - Program Tata Kelola Lingkungan
SETAPAK - Program Tata Kelola Lingkungan
 
Moratorium Hutan
Moratorium HutanMoratorium Hutan
Moratorium Hutan
 
Rezim Neolib Mengekalkan Kabut Asap
Rezim Neolib Mengekalkan Kabut AsapRezim Neolib Mengekalkan Kabut Asap
Rezim Neolib Mengekalkan Kabut Asap
 
Petisi Penyelamatan Jawa (Desember 2015)
Petisi Penyelamatan Jawa (Desember 2015)Petisi Penyelamatan Jawa (Desember 2015)
Petisi Penyelamatan Jawa (Desember 2015)
 
Hutan desa setengah hati
Hutan desa   setengah hatiHutan desa   setengah hati
Hutan desa setengah hati
 
Bahan Presentasi "Menggugat Pemerintah Menuntut Hak Hidup Masyarakat Hukum Ad...
Bahan Presentasi "Menggugat Pemerintah Menuntut Hak Hidup Masyarakat Hukum Ad...Bahan Presentasi "Menggugat Pemerintah Menuntut Hak Hidup Masyarakat Hukum Ad...
Bahan Presentasi "Menggugat Pemerintah Menuntut Hak Hidup Masyarakat Hukum Ad...
 
Potret Krisis Ruang Sulawesi
Potret Krisis Ruang SulawesiPotret Krisis Ruang Sulawesi
Potret Krisis Ruang Sulawesi
 
Lingkungan Riau
Lingkungan RiauLingkungan Riau
Lingkungan Riau
 
THE MONITOR 18 2022_compressed (1).pdf
THE MONITOR 18 2022_compressed (1).pdfTHE MONITOR 18 2022_compressed (1).pdf
THE MONITOR 18 2022_compressed (1).pdf
 
THE MONITOR 18 2022_compressed.pdf
THE MONITOR 18 2022_compressed.pdfTHE MONITOR 18 2022_compressed.pdf
THE MONITOR 18 2022_compressed.pdf
 
THE MONITOR 18 2022_compressed.pdf
THE MONITOR 18 2022_compressed.pdfTHE MONITOR 18 2022_compressed.pdf
THE MONITOR 18 2022_compressed.pdf
 
Tata kelola perizinan dan teritorialisasi dalam ekspansi perkebunan kelapa sawit
Tata kelola perizinan dan teritorialisasi dalam ekspansi perkebunan kelapa sawitTata kelola perizinan dan teritorialisasi dalam ekspansi perkebunan kelapa sawit
Tata kelola perizinan dan teritorialisasi dalam ekspansi perkebunan kelapa sawit
 
Pengantar diskusi perhutanan sosial dan sdgs desa point 8 dan 9 6 juli 2021 l...
Pengantar diskusi perhutanan sosial dan sdgs desa point 8 dan 9 6 juli 2021 l...Pengantar diskusi perhutanan sosial dan sdgs desa point 8 dan 9 6 juli 2021 l...
Pengantar diskusi perhutanan sosial dan sdgs desa point 8 dan 9 6 juli 2021 l...
 

More from Publish What You Pay (PWYP) Indonesia

Akses Informasi Publik dan Keterbukaan Kontrak/Izin Industri Ekstraktif di 6 ...
Akses Informasi Publik dan Keterbukaan Kontrak/Izin Industri Ekstraktif di 6 ...Akses Informasi Publik dan Keterbukaan Kontrak/Izin Industri Ekstraktif di 6 ...
Akses Informasi Publik dan Keterbukaan Kontrak/Izin Industri Ekstraktif di 6 ...Publish What You Pay (PWYP) Indonesia
 
Opportunities and Challenges of Contract Transparancy in the Implementation o...
Opportunities and Challenges of Contract Transparancy in the Implementation o...Opportunities and Challenges of Contract Transparancy in the Implementation o...
Opportunities and Challenges of Contract Transparancy in the Implementation o...Publish What You Pay (PWYP) Indonesia
 
Acces to Public Information and Openess of Extractive Industry Contract / lic...
Acces to Public Information and Openess of Extractive Industry Contract / lic...Acces to Public Information and Openess of Extractive Industry Contract / lic...
Acces to Public Information and Openess of Extractive Industry Contract / lic...Publish What You Pay (PWYP) Indonesia
 
Tata Kelola Pelayanan Informasi Publik pada Masa Darurat Kesehatan Masyarakat...
Tata Kelola Pelayanan Informasi Publik pada Masa Darurat Kesehatan Masyarakat...Tata Kelola Pelayanan Informasi Publik pada Masa Darurat Kesehatan Masyarakat...
Tata Kelola Pelayanan Informasi Publik pada Masa Darurat Kesehatan Masyarakat...Publish What You Pay (PWYP) Indonesia
 
Peluang dan Tantangan Keterbukaan Kontrak dalam Pelaksanaan Standar EITI
Peluang dan Tantangan Keterbukaan Kontrak dalam Pelaksanaan Standar EITIPeluang dan Tantangan Keterbukaan Kontrak dalam Pelaksanaan Standar EITI
Peluang dan Tantangan Keterbukaan Kontrak dalam Pelaksanaan Standar EITIPublish What You Pay (PWYP) Indonesia
 
Legal Framework of Contract Disclosure of Oil and Gas, Mineral and Coal Secto...
Legal Framework of Contract Disclosure of Oil and Gas, Mineral and Coal Secto...Legal Framework of Contract Disclosure of Oil and Gas, Mineral and Coal Secto...
Legal Framework of Contract Disclosure of Oil and Gas, Mineral and Coal Secto...Publish What You Pay (PWYP) Indonesia
 

More from Publish What You Pay (PWYP) Indonesia (20)

Newsletter Voicing for Life April 2020 - English Version
Newsletter Voicing for Life April 2020 - English VersionNewsletter Voicing for Life April 2020 - English Version
Newsletter Voicing for Life April 2020 - English Version
 
Newsletter Voicing for Life Desember 2019
Newsletter Voicing for Life Desember 2019Newsletter Voicing for Life Desember 2019
Newsletter Voicing for Life Desember 2019
 
Newsletter Voicing for Life Desember 2019 - English Version
Newsletter Voicing for Life Desember 2019 - English VersionNewsletter Voicing for Life Desember 2019 - English Version
Newsletter Voicing for Life Desember 2019 - English Version
 
Newsletter Voicing for Life April 2020
Newsletter Voicing for Life April 2020Newsletter Voicing for Life April 2020
Newsletter Voicing for Life April 2020
 
Revenue and Fiscal System of Oil and Gas in Indonesia
Revenue and Fiscal System of Oil and Gas in IndonesiaRevenue and Fiscal System of Oil and Gas in Indonesia
Revenue and Fiscal System of Oil and Gas in Indonesia
 
Keterbukaan Kontrak dalam EITI
Keterbukaan Kontrak dalam EITIKeterbukaan Kontrak dalam EITI
Keterbukaan Kontrak dalam EITI
 
Akses Informasi Publik dan Keterbukaan Kontrak/Izin Industri Ekstraktif di 6 ...
Akses Informasi Publik dan Keterbukaan Kontrak/Izin Industri Ekstraktif di 6 ...Akses Informasi Publik dan Keterbukaan Kontrak/Izin Industri Ekstraktif di 6 ...
Akses Informasi Publik dan Keterbukaan Kontrak/Izin Industri Ekstraktif di 6 ...
 
Opportunities and Challenges of Contract Transparancy in the Implementation o...
Opportunities and Challenges of Contract Transparancy in the Implementation o...Opportunities and Challenges of Contract Transparancy in the Implementation o...
Opportunities and Challenges of Contract Transparancy in the Implementation o...
 
Acces to Public Information and Openess of Extractive Industry Contract / lic...
Acces to Public Information and Openess of Extractive Industry Contract / lic...Acces to Public Information and Openess of Extractive Industry Contract / lic...
Acces to Public Information and Openess of Extractive Industry Contract / lic...
 
Newsletter - Open Contracting - Juli 2020
Newsletter - Open Contracting - Juli 2020Newsletter - Open Contracting - Juli 2020
Newsletter - Open Contracting - Juli 2020
 
Newsletter - Open Contracting - July 2020
Newsletter - Open Contracting - July 2020Newsletter - Open Contracting - July 2020
Newsletter - Open Contracting - July 2020
 
Newsletter - Open Contracting - Mei 2020
Newsletter - Open Contracting - Mei 2020Newsletter - Open Contracting - Mei 2020
Newsletter - Open Contracting - Mei 2020
 
Newsletter - Open Contracting - May 2020
Newsletter - Open Contracting - May 2020Newsletter - Open Contracting - May 2020
Newsletter - Open Contracting - May 2020
 
Newsletter - Open Contracting - April 2020
Newsletter - Open Contracting - April 2020Newsletter - Open Contracting - April 2020
Newsletter - Open Contracting - April 2020
 
Newsletter - Open Contracting - Desember 2019
Newsletter - Open Contracting - Desember 2019Newsletter - Open Contracting - Desember 2019
Newsletter - Open Contracting - Desember 2019
 
Tata Kelola Pelayanan Informasi Publik pada Masa Darurat Kesehatan Masyarakat...
Tata Kelola Pelayanan Informasi Publik pada Masa Darurat Kesehatan Masyarakat...Tata Kelola Pelayanan Informasi Publik pada Masa Darurat Kesehatan Masyarakat...
Tata Kelola Pelayanan Informasi Publik pada Masa Darurat Kesehatan Masyarakat...
 
Kerangka Hukum keterbukaan Kontrak Migas dan Minerba di indonesia
Kerangka Hukum keterbukaan Kontrak Migas dan Minerba di indonesiaKerangka Hukum keterbukaan Kontrak Migas dan Minerba di indonesia
Kerangka Hukum keterbukaan Kontrak Migas dan Minerba di indonesia
 
Contract Disclosure and Beneficial Ownership Transparency
Contract Disclosure and Beneficial Ownership TransparencyContract Disclosure and Beneficial Ownership Transparency
Contract Disclosure and Beneficial Ownership Transparency
 
Peluang dan Tantangan Keterbukaan Kontrak dalam Pelaksanaan Standar EITI
Peluang dan Tantangan Keterbukaan Kontrak dalam Pelaksanaan Standar EITIPeluang dan Tantangan Keterbukaan Kontrak dalam Pelaksanaan Standar EITI
Peluang dan Tantangan Keterbukaan Kontrak dalam Pelaksanaan Standar EITI
 
Legal Framework of Contract Disclosure of Oil and Gas, Mineral and Coal Secto...
Legal Framework of Contract Disclosure of Oil and Gas, Mineral and Coal Secto...Legal Framework of Contract Disclosure of Oil and Gas, Mineral and Coal Secto...
Legal Framework of Contract Disclosure of Oil and Gas, Mineral and Coal Secto...
 

Miskinnya Rakyat dan Kayanya Hutan

  • 1. KERTAS POSISI “ HANYA 8% DARI KAWASAN HUTAN DI BENGKULU, LAMPUNG DAN BANTEN YANG MEMILIKI KEPASTIAN HUKUM “ Sebagian besar kawasan hutan di Bengkulu Lampung dan Banten belum memiliki kepastian hukum. Menngingat hanya 8,4 % kawasan hutan di tiga provinsi yang telah dilakukan penetapan. Hal ini menimbulkan ketidakpastian luar biasa dalam pengelolaan hutan maupun wilayah kelola masyarakat dalam kawasan hutan. Padahal di sisi lain, di lapangan banyak sekali tutupan hutan yang tersisa dalam kawasan hutan. Sebagai misal, di Lampung dari total 1 juta hektar, hanya 2 ribu hektar atau sekitar 0,24% hutan di Lampung yang telah dilakukan penetapan. Dari luas kawasan hutan yang ada di Lampung kini hanya tersisa ±328.603 ha atau (32,70%) yang masih berhutan. Pembukaan lahan (opening of farm), penebangan liar (illegal logging) dan pemberian izin konsensi untuk perkebunan dan pertambangan adalah penyebab semakin tingginya tingkat kerusakan hutan di Provinsi Lampung. Situasi ini sangat dimungkinkan menjadi pemicu konflik tenurial baik antara masyarakat versus pemerintah, masyarakat versus perusahaan atau pemerintah versus perusahaan terkait ketimpangan distribusi lahan.Hal ini terlihat dengan dikeluarkannya izin kepada perusahaan baik perkebunan skala besar maupun pertambangan yang mencapai lebih dari 100 ribu hektar sementara akses untuk pengelolaan bagi masyarakat hanya ±47.000 ha. “SEBANYAK 24 PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN BENGKULU DAN LAMPUNG MENYEBABKAN TANAH MASYARAKAT MENJADI RUANG KONFLIK” Data Sawit Watch tahun 2012 terdapat 664 konflk antara masyarakat dengan perusahaan. Beberapa penyebab konflik tersebut sangat beragam, baik itu persoalan kompensasi kepada masyarakat yang lahannya diambil, maupun akibat perampasan dan kesewenang-wenangan terhadap akses masyarakat atas sumber daya hutanDi sektor perkebunan, persoalan tersebut sangat menonjol. Berdasarkan data yang dimiliki oleh Koalisi Anti Mafia Hutan, setidaknya 24 perusahaan perkebunan di Lampung dan Bengkulu selama ini lebih banyak berkonflik dengan masyarakat. Alih-alih memenuhi janji kesejahteraan dari masuknya kegiatan usaha, konflik tersebut bahkan tidak jarang berkaitan dengan perampasan tanah secara sewenang-wenang dan penggunaan aparat untuk melakukan ancaman kekerasan terhadap masyarakat. Tidak hanya konflik, usaha perkebunan itu menghasilkan limbah berbahaya dan mengganggu ruang hidup masyarakat. CONTACT PERSON BENGKULU Akar Foundation: Satria Budhi Pramana (081373559548) WALHI Bengkulu: Sony Taurus (085273762037) Genesis Bengkulu: Supintri Yohar (081373499788) LAMPUNG WALHI Lampung: Alian Setiadi (085279000567) WATALA: Eko Sulistiantoro (081272227437) BANTEN Pattiro Banten: Subhan (087771731277) NASIONAL PWYP Indonesia, WALHI, Auriga, ICW, TuK Indonesia, SPKS, JATAM Nasional, RMI, Epistema Institute Kertas posisi ini disusun oleh Koalisi Anti Mafia Hutan, dipersiapkan dalam Rapat Koordinasi dan Supervisi KPK sektor Kehutanan dan Perkebunan untuk wilayah Bengkulu, Lampung, Banten, 22 April 2015 “MISKINNYA RAKYAT DAN KAYANYA HUTAN”
  • 2. Lampung Keberadaan perkebunan kelapa sawit PT Sandabi Indah Lestari di Kabupaten Seluma, dari awal telah berkonflik dengan masyarakat, bahkan ketika dikuasai oleh PT. Way Sebayur sejak tahun 1987. Luas hak guna usaha (HGU) perusahaan perkebunan kelapa sawit ini seluas 2.812 Hektar. Berdasarkan laporan survey Pemda Seluma Nomor 500/122/05/2008 di Kecamatan Seluma Barat dan Lubuk Sandi, realisasi aktivitas dan perkembangan perkebunan ini mengidentifikasi aktivitas perusahaan hanya mengelola produktif seluas 250 Hektar. Pada tahun 2012, konflik perusahaan dengan masyarakat memuncak bahkan perusahaan menggusur kebun masyarakat mencapai 30 hektar. Bahkan 29 orang masyarakat ditangkap dan dipenjara dari desa Lunjuk, Minggur Sari, Talang Prapat, Air Latak, dan Tumbuan Kecamatan Seluma Barat dan Lubuk Sandi, karena dituduh menggarap lahan perusahaan PT. Sandabi Indah Lestari. Permasalahan wilayah kelola masyarakat dan perkebunan ini masih terjadi sampai sekarang dan menyisakan konflik dengan 511 kepala keluarga. Pemerintah Daerah tidak peduli bahkan tetap memperpanjang HGU milik PT. Sandabi Indah. Pemerintah Kabupaten Seluma merekomendasikan perpanjangan sehingga keluarlah surat BPN perpanjangan HGU PT. SIL Rayon Kabupaten Seluma Nomor 163/HGU/BPNRI/2014 pada 24 November 2014 atau semasa transisi pemerintah SBY ke Jokowi, dan HGU perpanjangan milik PT. Sandabi Indah Lestari seluas 2.812 Hektar melalui HGU No. 100011 tahun 2014. Boks1.TanahBerkonflik,HGUDiperpanjangDiakhirJabatan “25 PERUSAHAAN PERKEBUNAN DI BENGKULU DAN LAMPUNG MERUPAKAN BAGIAN DARI LANDBANKING TAIPAN BESAR DI INDONESIA” Perizinan di sektor Perkebunan memberi peluang atas penguasaan lahan tanpa batas bagi korporasi, terutama yang telah go public. Peraturan Menteri Pertanian No. 98/2013, yang membatasi total landbank untuk produksi kelapa sawit 100.000 hektar per perusahaan grup, gagal untuk membatasi penguasaan korporasi atas lahan di Indonesia. Hal ini karena perusahaan yang telah go public (terdaftar di bursa saham) dikecualikan dari peraturan ini. Tidak ada argumen yang jelas mengapa perusahaan terbuka dikecualikan dari peraturan ini. Penelitian Transformasi untuk Keadilan – TuK Indonesia menunjukkan bahwa 21 dari 25 grup bisnis yang dikendalikan oleh para taipan terbesar di sektor kelapa sawit Indonesia telah beroperasi melalui perusahaan induk yang terdaftar di bursa saham. Pada tahun 2013 perkebunan kelapa sawit di Indonesia hanya dikuasai oleh 25 grup, di mana Grup Sinar Mas menguasai lahan terbesar dengan luas 471.100 hektar lahan yang telah ditanami, diikuti oleh Grup Salim seluas 326.136 hektar, Jardine Matheson Group seluas 281.378 hektar, sedangkan penguasaan lahan terkecil dari 25 grup tersebut oleh Grup Tiga Pilar Sejahtera seluas 16.836 hektar. Fenomena land banking tidaklah sederhana, selain potensi terjadinya persaingan usaha tidak sehat, pertumbuhan bisnis dan kuasa mereka juga bisa dikaitkan dengan isu-isu korupsi, penggelapan pajak, transparansi, penghormatan hak-hak masyarakat dan isu akuntabilitas. Akibatnya usaha- usaha pekebun skala kecil maupun wilayah kelola masyarakat lainnya lebih sering kalah bersaing atau bahkan tergusur dan dirampas oleh grup-grup besar tersebut. Temuan kajian TUK menemukan bahwa setidaknya 25 usaha perkebunan merupakan bagian dari landbanking 25 taipan besar. 2 No Perusahaan Provinsi Perizinan dan Hak Tipologi Konflik 1 PT. Silva Inhutani (Register 45) Lampung Hak Guna Usaha Konflik dengan masyarakat 2 PT. Barat Selatan Makmur Investindo Lampung Hak Guna Usaha Konflik dengan masyarakat 3 PTPN VII (Waykanan) Lampung Hak Guna Usaha Konflik dengan masyarakat 4 PT. Indo Lampung Perkasa (SGC) Lampung Hak Guna Usaha Konflik dengan masyarakat 5 PT. Swet Indo Lampung (SGC) Lampung Hak Guna Usaha Konflik dengan masyarakat 6 PT. Desaria Plantation Mining Bengkulu Hak Guna Usaha Konflik dengan masyarakat 7 PT. Dinamika Selaras Jaya Bengkulu Hak Guna Usaha Konflik dengan masyarakat 8 PT. Jadropa Bengkulu Konflik dengan masyarakat 9 PT. Sinar Bengkulu Selatan Bengkulu Konflik dengan masyarakat 10 PT. Agriandalas Bengkulu Konflik dengan masyarakat 11 PT. Sandabi Indah Lestari Bengkulu Konflik dengan masyarakat 12 PTPN VII Talo Pino Bengkulu Konflik dengan masyarakat 13 PT. Mutiara Sawit Seluma Bengkulu Konflik dengan masyarakat 14 PT. Bio Nusantara Teknologi Bengkulu Konflik dengan masyarakat 15 PT. Giantara Mulya Pratama Bengkulu Konflik dengan masyarakat 16 PT. Sarana Mandiri Mukti Bengkulu Konflik dengan masyarakat 17 PT. Sandabi Indah Lestari Bengkulu Konflik dengan masyarakat 18 PT. Grand Jaya Niaga Bengkulu Konflik dengan masyarakat 19 PT. Mukomuko Agro Bengkulu Konflik dengan masyarakat 20 PT. Agricinal Bengkulu Konflik dengan masyarakat 21 PT. DDP Bengkulu Konflik dengan masyarakat 22 PT. Agrecinal Bengkulu Konflik dengan masyarakat 23 PT. Sapta Sentosa Jaya Abadi Bengkulu Konflik dengan masyarakat 24 PT. Perkebunan dan Dagang Aceh Timur Bengkulu Konflik dengan masyarakat No Anak Perusahaan Land bank (ha) Luas yang ditanami (ha) Ke pemilik an Taipan Provinsi 1 PT Mitra Puding Mas 4.323 4.031 95% Anglo-Eastern Plantations Bengkulu 2 PT Alno Agro Utama 14.202 12.896 90% Anglo-Eastern Plantations Bengkulu 3 PT Empat Lawang Agro Perkasa 14.1 2.882 95% Anglo-Eastern Plantations Bengkulu 4 PT Karya Kencana Sentosa Tiga 16 1.125 95% Anglo-Eastern Plantations Bengkulu 5 PT Riau Agrindo Agung 7.2 1.864 95% Anglo-Eastern Plantations Bengkulu 6 PTMutiara Sawit Seluma 1,995 100% Provident Agro Bengkulu 7 PT Nakau 2,654 100% Provident Agro Lampung 8 PT Sumber Indah Perkasa 23,445 100% Golden Agri- Resources Lampung 10 PT Bumi Sentosa Abadi 970 100% Tunas Baru Lampung Lampung896 11 PT Bangun Nusa Indah Lampung 16,343 100% Tunas Baru Lampung Lampung15,851 12 PT Budi Dwiyasa Perkasa 7,958 100% Tunas Baru Lampung Lampung6,968 13 PT Budinusa Ciptawahana 4,001 98% Tunas Baru Lampung Lampung3,230 14 PT Adikarya Gemilang 2,972 100% Tunas Baru Lampung Lampung1,591 15 PT Bangun Tatalampung Asri 9,870 100% Tunas Baru Lampung Lampung8,078 16 PT Agro Muko ANJ Group Bengkulu 17 PT Bangun Nusa Indah Lampung Sungai Budi Group 18 PT Bangun Tatalampung Asri Sungai Budi Group Lampung 19 PT Budi Dwiyasa Perkasa Sungai Budi Group Lampung 20 PT Budinusa Ciptawahana Sungai Budi Group Lampung 21 PT Bumi Sentosa Abadi Sungai Budi Group Lampung 22 PT Mutiara Sawit Seluma Provident Agro Bengkulu 23 PT Nakau Provident Agro Lampung 24 PT Sumber Indahperkasa Sinar Mas Lampung 25 PT Tunas Baru Lampung Sungai Budi Group Lampung
  • 3. Grafik. Total landbank kelapa sawit dari 25 grup bisnis, akhir 2013 (ha) (TUK-Indonesia) Gambar di atas menunjukkan luasan lahan kebun kelapa sawit di provinsi- provinsi di Sumatera yang dikendalikan oleh 25 grup bisnis yang dikuasai oleh para taipan. Angka ini menunjukkan ukuran landbank milik perusahaan-perusahaan tersebut dalam hektar (yang sudah dan yang belum ditanami) dan membandingkan luasan lahan tersebut dengan daerah yang sudah ditanami kelapa sawit di tiap provinsi (dalam persentase). Saat ini total luasan lahan Indonesia yang menjadi landbank dari 25 grup bisnis yang dikendalikan oleh taipan ini sama dengan 51% dari total area yang ditanami kelapa sawit di Indonesia secara keseluruhan, persentase itu lebih rendah untuk semua provinsi di Sumatera. Persentase penguasaan tertinggi dapat ditemukan di Lampung (44%), Sumatera Selatan (40%) dan Bangka-Belitung (39%). Persentase yang relatif rendah ini dapat dijelaskan oleh fakta bahwa industri kelapa sawit pertama kali dikembangkan di Sumatera, yang mungkin berarti bahwa sebagian besar dari landbank kelapa sawit di Sumatera berada di tangan grup bisnis yang dikendalikan oleh negara dan grup bisnis yang dikendalikan oleh taipan yang lebih kecil dan pekebun. “DI LAMPUNG HANYA 6,91% KAWASAN HUTAN YANG DIALOKASIKAN UNTUK PENGELOLAAN HUTAN SKALA KECIL” Dengan luasan kawasan hutan mencapai 1 juta hektar, hanya 69 ribu hektar atau 6,91% kawasan hutan yang dialokasikan untuk pengelolaan hutan bagi masyarakat kecil sekitar hutan. Sebagian besar di antaranya justru untuk skala besar. Sebagai misal, 129 ribu di antaranya diberikan kepada pemegang izin Hutan Tanaman Industri. Dari total 69 ribu hektar, 22 ribu hektar di antaranya merupakan Hutan Tanaman Rakyat, Hutan Kemasyarakatan 33 ribu hektar, Hutan Desa 2 ribu, sementara Kemitraan 12 ribu hektar. Grafik. Pengelolaan Hutan Skala Kecil Di Lampung. Tumpang Tindih Dalam Kawasan Hutan Sebagai Modus Untuk Merambah Hutan Beberapa kegiatan usaha perkebunan juga ditengarai dengan sengaja mendapatkan lahan di dalam kawasan hutan untuk dikonversi ilegal. Sebagai misal pada kasus PT Agromuko di Lampung dari ditengari justru melakukan pembukaan hutan produksi terbatas di Air Manjunto (Boks PT Agromuko dan Perambahan Air Manjunto). Sejak tahun 2006 PT Agromuko melakukan perambahan di HPT Air Manjunto Reg.62 seluas 1.215 Ha, Lokasi perambahanyang dilakukan di lokasi perkebunan PT Agromuko, sungai Sei Betung, di sekitar koordinat S: 02.33.58.9 E: 101.21.34.9 Desa Penarik Kec. Penarik Kab. Mukomuko. Prov. Bengkulu. Pada tahun 2008 Dishut kabupaten Mukomuko memetakan Kebun PT Agromuko yang masuk kawasan seluasan +/- 1.215 Ha. Perambahan yang dilakukan oleh perusahaan PT Agromuko ini tidak dilakukan penindakan hukum oleh pemerintah daerah, bahkan difasilitasi untuk pelepasan kawasan hutan. Sehingga pada tahun 2012 melalui SK. Menhut 784, lokasi perambahan PT Agromuko dikeluarkan dari kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) menjadi Hutan Produksi Konfersi (HPK). Perambahan yang dilakukan oleh perusahaan perkebunan besar di Mukomuko ini melanggar UU 41 tahun 1999 tentang kehutanan. Boks2.PTAgromukodanPerambahanAirManjunto. “PENUNJUKAN SEPIHAK KAWASAN HUTAN DAN PERLUASAN WILAYAH KONSERVASI TANPA PERSETUJUAN MASYARAKAT LOKAL DAN ADAT MENYEMPITKAN LAHAN KELOLA MASYARAKAT DI BANTEN” Penunjukan sepihak dua taman nasional di Provinsi Banten oleh pemerintah telah menyingkirkan masyarakat adat dan lokal yang telah lama mengelola lahan hutan. Penyingkiran masyarakat Kasepuhan sudah dimulai sejak penetapan wilayah Halimun sebagai cagar alam di zaman kolonial Belanda. Kawasan hutan itu berubah statusnya menjadi hutan produksi yang dikelola Perum Perhutani Unit III Jawa Barat. Statusnya berubah kembali menjadi Taman Nasional Gunung Halimun (SK Menhut No. 282/Kpts-II/1992). Tanpa ada konsultasi dan bahkan pemberitahuan kepada masyarakat, Taman Nasional Gunung Halimun yang semula hanya 40.000 hektar diperluas menjadi 113.357 hektar dengan didasarkan pada SK Menteri Kehutanan No. 175/Kpts-II/2003. Padahal di dalam kawasan konservasi itu sudah hidup 52 kelompok masyarakat hukum adat yang dikenal sebagai Kasepuhan yang sudah lama mendiami daerah tersebut. Penunjukan sepihak dan perluasan wilayah konservasi telah membatasi masyarakat adat Kasepuhan dalam mengelola lahannya sesuai dengan pengetahuan lokal dan turun temurun itu. hasil pemetaan partisipatif yang difasilitasi RMI dan AMAN hingga tahun 2014, menyebutkan sekitar 18.055,263 ha merupakan wilayah adat yang di klaim masuk ke dalam wilayah TNGHS. Luas wilayah adat ini masih bersifat sementara mengingat masih ada Kasepuhan yang belum dipetakan wilayah adatnya. Namun, bukan hanya wilayah konservasi yang membatasi gerak Masyarakat Kasepuhan ini, terdapat juga Perhutani yang mengelola hutan produksi, beberapa ijin pertambangan dan perkebunan yang tumpang tindih dengan wilayah adat Kasepuhan. Peta di bawah ini memperlihatkan tumpang tindih antara wilayah Kasepuhan dengan wilayah konservasi dan konsesi pengelolaan lahan yang berada di Provinsi Banten dan Jawa Barat. 788,907 413,138 363,227 342,850 304,468 257,469 225,254 206,513200,000 192,716 186,535 185,199 164,956 162,741 144,923 139,038 120,748 102,902 95,608 92,899 82,500 82,307 78,701 67,804 65,718 PalmOilLandbank(thousandhectares) 100 200 300 400 500 600 700 0 AcehN orth Sum atera RiauW estSum atera Jam bi BengkuluSouth Sum atera Bangka-Belitung Lam pung WilmarGroup TriputraGroup TigaPilarSejahteraGroup TanjungLinggaGroup SuryaDumaiGroup SungaiBudiGroup SinarMasGroup SampoernaAgroGroup SalimGroup RoyalGoldenEagleGroup ProvidentAgroGroup MusimMasGroup KencanaAgriGroup JardineMathesonGroup IOIGroup HaritaGroup GozcoGroup GentingGroup DSNGroup DarmexAgroGroup BWPlantationGroup BatuKawanGroup BakrieGroup AustindoGroup Anglo-EasternGroup SinarMasGroup JardineMathsonGroup SalimGroup TriputraGroup SuryaDumaiGroup WilmarGroup MusimMasGroup HaritaGroup DarmexAgroGroup KencanaAgriGroup SampoernaAgroGroup DSNGroup RoyalGoldenEagleGroup GentingGroup BatuKawanGroup AustindoGroup Anglo-EasternGroup BakrieGroup BWPlantationGroup TigaPilarSejahteraGroup IOIGroup SungaBudiGroup TanjungLinggaGroup GozcoGroup ProvidentAgroGroup HD 2.109 HTR 22.000 HKM 33.591,15 Kemitraan Kehutanan 12.500 3
  • 4. Tercatat setidaknya 34 konflik terjadi di Kawasan Halimun. Seluas 20,6 % dari wilayah yang berkonflik itu diperebutkan oleh masyarakat dan Perum Perhutani. Kemudian 70,6 %, konflik terjadi antara masyarakat dengan Taman Nasional/Kementerian Kehutanan. Sisanya adalah konflik antar masyarakat dengan perkebunan dan konflik horizontal antar masyarakat sendiri. Selain dengan masyarakat adat, konflik juga menyulitkan kehidupan masyarakat lokal. Tercatat 108 desa, 314 kampung berada di wilayah yang diklaim sebagai Taman Nasional Gunung Halimun dan Salak.Masyarakat Desa Legon Pakis juga mengalami masalah yang sama, ketika wilayah kelolanya tiba- tiba ditunjuk sebagai kawasan konservasi bernama Taman Nasional Ujung Kulon. Penunjukan itu menyebabkan mereka terbatasi haknya dalam mengelola lahannya. Mereka bahkan tidak bisa menanam padi dan pihak Taman Nasional menentukan sepihak tanaman apa yang boleh ditanam di Desa Legon Pakis. PETA OVERLAY PROVINSI BANTEN DAN JAWA BARAT 4 REKOMENDASI Berdasarkan kondisi tersebut, Koalisi Masyarakat Sipil Sumatera dan Koalisi Anti Mafia Hutan menuntut: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan Pemerintah Daerah menyelesaikan pengukuhan kawasan hutan dengan carayangpartisipatifdanmemperhatikanhak-hakmasyarakatatashutan. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan Kementerian Pertanian terkait melakukan audit perizinandan kinerjanya terhadapseluruhkegiatanusahaperkebunandankehutanan. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan Kementerian Pertanian beserta Pemerintah Daerah untuk menyelesaikan konflikdenganmasyarakat. Aparat Penegak Hukum, termasuk Komisi Pemberantasan Korupsi dan Pejabat Penyidik Negeri Sipil (PPNS) agar menilisik dugaantindakpidanakehutanandankorupsikhususnyaterhadapkorporasi. Pemerintah Kabupaten Lebak dan Kabupaten Lebong hendaknya mempercepat proses penyusunan Peraturan Daerah pengakuandanperlindunganmasyarakatadatKasepuhandengantidakmelupakanpemetaandanpenetapanwilayahadatnya. 1 2 3 4 5 HPK HPT HP HL KSAPAL KSAPA Kawasan HutanKeterangan : Serapan Kasepuhan Cicarucub Batas Wilayah Adat Konsesi Tambang Batas Administrasi Desa