Perintah Tuhan untuk Nabi Hosea Mengawini Perempuan Sundal
Bab i hedonisme
1. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Disinyalir Hedonisme telah erat melekat dalam hidup kita. Kelekatan itu berupa seringnya kita
terjebak dalam pola hidup Hedonis. Pola hidup seperti ini mudah kita jumpai dalam kehidupan
kita sehari-hari. Dimana orientasi hidup selalu diarahkan pada kenikmatan, kesenangan atau
menghindari perasaan-perasaan tidak enak.
Manusiawi memang tatkala manusia hidup untuk mencari kesenangan, karena sifat dasar
manusia adalah ingin selalu bermain (homo ludens = makhluk bermain) dan bermain adalah hal
hakiki yang senantiasa dilakukan untuk memperoleh kesenangan. Akan tetapi bukan berarti kita
bisa dengan bebas dan brutal mendapatkan kesenangan, hingga menghalalkan berbagai cara demi
memperoleh kesenangan.Sikapmenghalalkan segala cara untuk memperoleh kesenangan telah
banyak menghinggapi pola hidup para remaja saat ini.Sebagai contohnya,remaja yang suka ML (
making love-bercinta ) atas dasar senang-senang saja. Ternyata luar biasa infiltrasi budaya liberal
sehingga berhasil mencengkram norma-norma kesusilaan manusia. Tidak salah lagi ini suatu
propaganda yang sukses mengakar dalam jiwa-jiwa pemuja hedonisme. Namun ironisnya,
mereka para pemuja kesenangan dunia semata, tak menyadari bahwa hal yang dilakukannya
adalah perilaku hedon.
Contoh yang kita hadapi saat ini misalnya, segala media informasi dari berbagai penjuru
berusaha terus menginvasi diri kita melalui life style. Gaya hidup yang terus disajikan bagaikan
fast food melalui media televisi. Gambaran yang ada seperti mimpi tentang kehidupan orang
miskin yang tiba-tiba kaya layaknya dalam telenovela. Sinetron cinta yang terus mengguyur dan
memprovokasi kita untuk merealisasikan cinta lewat bercinta membuat kita gila dan terbuai
kehidupan duniawi. Cerita sinetron yang kian jauh dari realita ternyata telah menyihir para
pemirsa. Dengan setengah sadar para penikmat sinema telah tergiring untuk meniru dan
menjadikannya paradigma baru dalam menikmati hidup di masa muda.
Dan ketika Hedonisme sudah menjadi pegangan hidup para muda mudi banyak nilai-nilai luhur
kemanusiaan para remaja luntur, bahkan hilang. Kepekaan sosial mereka terancam tergusur
manakala mereka selalu mempertimbangkan untung rugi dalam bersosialisasi. Masyarakat
terlihat seperti mumi hidup yang tak berguna bagi mereka. Dan mereka seolah menjadi penjaga
kerajaan kenikmatan yang tak seorangpun boleh mengendus apalagi mencicipinya. Orang lain
hanya boleh melongo melihat kemapanan mereka.Sungguh mereka menjadi sangat tidak peduli.
Akibatnya ketika ada orang yang membutuhkan uluran tangan, mereka menyembunyikan diri
dan enggan berkorban.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, kami merumuskann masalah yang dibahas sebagai berikut:
1. Bagaimana Hedonisme di kalangan remaja?
2. Apa akar masalah dan penyebab dari hedonisme?
3. Apa akibat dari hedonisme yang menyebabkan kemiskinan?
4. Bagaimana cara penyelesaian masalah hedonisme yang menyebabkan kemiskinan?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui bagaimanakah hedonisme di kalangan remaja
2. Mengetahui akar dan sebab masalah dari hedonisme
3. Mengetahui akibat dari hedonisme yang menyebabkan kemiskinan
4. Mengetahui bagaimana cara menyelesaikan masalah hedonisme yang menyebabkan
kemiskinan
2. 1.4. Metodologi
Dalam penulisan makalah ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan
kajian pustaka yaitu mengambil informasi dari berbagai sumber baik itu dari elektronik maupun
buku-buku.
1.5 Sistematika Penulisan
Penulisan makalah ini menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan,
metodologi, dan sistematika penulisan.
Bab II Kajian pustaka
Bab III Pembahasan terdiri dari Hedonisme, akar dan sebab masalah dari hedonisme, akibat
dari hedonisme yang menyebabkan kemiskinan, bagaimana cara menyelesaikan masalah
hedonisme
Bab IV Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran.
3. BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Hedonisme
Hedonisme adalah paham sebuah aliran filsafat dari Yunani. Tujuan paham aliran ini, untuk
menghindari kesengsaraan dan menikmati kebahagiaan sebanyak mungkin dalam kehidupan di
dunia. Kala itu, hedonisme masih mempunyai arti positif. Dalam perkembangannya, penganut
paham ini mencari kebahagiaan berefek panjang tanpa disertai penderitaan. Mereka menjalani
berbagai praktik asketis, seperti puasa, hidup miskin, bahkan menjadi pertapa agar mendapat
kebahagiaan sejati. Namun, pada waktu kekaisaran Romawi menguasai seluruh Eropa dan
Afrika, paham ini mengalami pergeseran ke arah negatif dalam semboyan baru hedonisme.
Semboyan baru itu, carpe diem (raihlah kenikmatan sebanyak mungkin selagi kamu hidup),
menjiwai tiap hembusan napas aliran tersebut. Kebahagiaan dipahami sebagai kenikmatan belaka
tanpa mempunyai arti mendalam.
Hedonisme menurut Pospoprodijo (1999:60) kesenangan atau (kenikmatan) adalah tujuan akhir
hidup dan yang baik yang tertinggi. Namun, kaum hedonis memiliki kata kesenangan menjadi
kebahagiaan. Kemudian Jeremy Bentham dalam Pospoprodijo (1999:61) mengatakan
bahwasanya kesenangan dan kesedihan itu adalah satu-satunya motif yang memerintah manusia,
dan beliau mengatakan juga bahwa kesenangan dan kesedihan seseorang adalah tergantung
kepada kebahagiaan dan kemakmuran pada umumnya dari seluruh masyarakat. Adapun
hedonisme menurut Burhanuddin (1997:81) adalah sesuatu itu dianggap baik, sesuai dengan
kesenangan yang didatangkannya. Disini jelas bahwa sesuatu yang hanya mendatangkan
kesusahan, penderitaan dan tidak menyenangkan, dengan sendirinya dinilai tidak baik. Orang-
orang yang mengatakan ini, dengan sendirinya, menganggap atau menjadikan kesenangan itu
sebagai tujuan hidupnya.
Menurut Aristoteles dalam Russell (2004:243) kenikmatan berbeda dengan kebahagiaan, sebab
tak mungkin ada kebahagiaan tanpa kenikmatan. Yang mengatakan tiga pandangan tentang
kenikmatan: (1) bahwa semua kenikmatan tidak baik; (2) bahwa beberapa kenikmatan baik,
namun sebagian besar buruk; (3) bahwa kenikmatan baik, namun bukan yang terbaik. Aristoteles
menolak pendapat yang pertama dengan alasan bahwa penderitaan sudah pasti buruk, sehingga
kenikmatan tentunya baik. Dengan tepat ia katakan bahwa tak masuk akal jika dikatakan bahwa
manusia bisa bahagia dalam penderitaan: nasib baik yang sifatnya lahiriyah, sampai taraf
tertentu, perlu bagi terwujudnya kebahagiaan. Ia pun menyangkal pandangan bahwa semua
kenikmatan bersifat jasmaniah; segala sesuatu mengandung unsur rohani, dan kesenangan
mengandung sekian kemungkinan untuk mencapai kenikmatan yang senantiasa kenikmatan yang
tinggal dan sederhana. Selanjutnya ia katakan kenikmatan buruk akan tetapi itu bukanlah
kenikmatan yang dirasakan oleh orang-orang yang baik, mungkin saja kenikmatan berbeda-beda
jenisnya dan kenikmatan baik atau buruk tergantung pada apakah kenikmatan itu berkaitan
dengan aktivitas yang baik atau buruk.
Honis O. Kallsoff dalam Soerjono Soemardjo (1996 : 359) manusia dalam kenyataannya mencari
kenikmatan (hedonisme psikologis) dengan prinsip yang mengatakan bahwa mausia seharusnya
mencari kenikmatan (hedonisme etis). Disini jelas bahwa hedonisme ialah perbuatan yang
diantara segenap perbuatan yang dapat dilakukan oleh seseorang akan membawa orang tersebut
merasakan kebahagiaan yang sebesar-besarnya.
4. BAB III
PEMBAHASAN
2.1 Hedonisme di kalangan remaja
“Virus”hedon tidak hanya menyerang orang dewasa yang sudah bekerja. Dari anak hingga orang
tua tak luput dari ancaman virus ini.Anak punya kecenderungan hedonistis.Akibat kodrat
biologis dan belum jalanya daya penalaran, anak harus bergantung pada ibu atau
orang lain.Minum dibuatkan, makan disuapin, jalan jauh merengek
minta gendong.Ia menggantungkan hidupnya pada orang lain karena memang ia belum sanggup
mengerjakan sendiri.Ia hanya ingin nyaman dan nikmat Hedonis?Ya,tapi lebih tepat disebut
hedonis secara biologis.Bersama dengan berjalannya waktu dan proses sosialisasi,ia akan mulai
punya kesadaran dan kemampuan menentukan pilihan.Nah,kalau ia sudah sampai pada taraf
kesadaran seperti itu namun tetap bersikap”kebayi-bayian”seperti tadi,barulah ia disebut hedonis.
Generasi yang paling tidak aman terhadap sebutan hedonis adalah remaja.Paham ini mulai
merasuki kehidupan remaja. Remaja sangat antusias terhadap adanya hal yang baru. Gaya hidup
hedonis sangat menarik bagi mereka. Daya pikatnya sangat luar biasa, sehingga dalam waktu
singkat munculah fenomena baru akibat paham ini.Fenomena yang muncul, ada kecenderungan
untuk lebih memilih hidup enak, mewah, dan serbakecukupan tanpa harus bekerja keras. Titel
“remaja yang gaul dan funky ” baru melekat bila mampu memenuhi standar tren
saat ini.Yaitu minimal harus mempunyaihandphone, lalu baju serta dandanan yang selalu
mengikuti mode. Beruntung bagi mereka yang termasuk dalam golongan berduit, sehingga dapat
memenuhi semua tuntutan kriteria tersebut.Akan tetapi bagi yang tidak mampu dan ingin cepat
seperti itu, pasti jalan pintaslah yang akan diambil. Tidaklah mengherankan, jika saat ini muncul
fenomena baru yang muncul di sekitar kehidupan kampus..Misalnya adanya “ayam kampus” (
suatu pelacuran terselubung yang dilakukan oknum mahasiswi ), karena profesi ini dianggap
paling enak dan gampang menghasilkan uang untuk memenuhi syarat remaja gaul dan funky.
Hidup adalah kesempatan untuk bersenang-senang bagi mereka. Masa bodoh dengan kuliah,
yang penting have fun tiap hari. Hal ini bisa dianggap sebagai efek fenomena free sex yang
melanda kehidupan kaum muda sekarang.Sudah tentu, jika anggapan tentang seks bebas
diterapkan ke tengah-tengah pergaulan remaja, pastilah tidak etis. Sebab, bangsa kita menganut
adat-istiadat timur yang menganggap seks sebagai hal yang sakral.Kemudian contoh kasus lain
lagi, yaitu praktik jual beli nilai di kampus yang sekarang sedang merebak. Jika dilihat lebih
jauh, ternyata itu juga dampak dari gaya hidup hedonis yang melahirkan adanya mentalitas
instan.
Segalanya bisa diperoleh dengan uang dan kekuasaan. Bila demikian, otomatis semua urusan
beres. Akhirnya, semboyan non scholae sed vitae discimus (belajar untuk bekal dalam menjalani
kehidupan) pudar dan menghilang. Karena yang diutamakan bukan proses melainkan hasil. Jika
bisa memperoleh hasil dengan cara simpel walaupun salah, mengapa tidak dilakukan? Untuk apa
kita harus melalui proses panjang dengan pengorbanan, kalau hasilnya sama.
Tak terasa, tapi efeknya tak terduga, paham hedonisme terus berlangsung dan merasuk ke dalam
benak masyarakat kita tanpa ada tindakan pencegahan. Salah satu contoh kasusnya adalah acara-
acara hedonisme yang berkedok mencari bibit-bibit penyanyi berbakat.Acara ini sangant
diminati terutama para remaja.Bila dilihat secara jeli ternyata acara tersebut menawarkan gaya
hidup yang tidak jauh dari konsep Hedonisme. Acara ini tentunya membutuhkan biaya yang
banyak untuk memfasilitasi para kontestannya, tapi bila melihat keadaan bangsa kita yang
sedang morat-marit ekonominya, dapat disimpulkan ada dua kondisi yang kontradiksi, disatu sisi
lain keadaan perekonomian bangsa sedang krisis tapi acara menghambur-hamburkan uang
semakin marak. Aneh memang, banyak warga Indonesia yang miskin, tidak punya rumah,
gedung sekolah yang hampir roboh, tunjangan pegawai yang kecil, dan jumlah pegangguran
yang membludak, tapi hal ini tidak membuat para peserta acara yang sebagian besar adalah
remaja tersebut prihatin atau menangis tersedu-sedu, mereka malah sedih dan mengeluarkan air
5. mata bila rekan seperjuangannya tereleminasi.Nampak jelas sikap egoisme dan sikap mengejar
kesenangan pribadi mereka. Ini adalah bukti hedonisme yang banyak menjadi impian anak-anak
muda di negeri Seribu satu masalah ini.
1. A. Hedonisme di kalangan remaja dalam ilmu sosial
Hedonisme terjadi karena adanya perubahan perilaku pada masyarakat yang hanya menghendaki
kesenangan.Perilaku tersebut lama kelamaan mengakar dalam kehidupan masyarakat termasuk
para remaja yang pada akhirnya menjadi seperti sebuah budaya bagi mereka tingkat pengetahuan
dan pendidikan juga sangat berpengaruh pada pembentukan sikap mental
para remaja.Tapi sayangnya kadang semua hal itu terkalahkan dengan rendahnya cara berfikir
mereka dalam menyikapi berbagai persoalan.Banyak diantara para remaja yang melarikan diri
dari masalah dengan berhura-hura.Kebiasaan seperti inilah yang kemudian menjadi kebudayaan
di kalangan remaja.
Dalam identifikasi mentalitas budaya yang dikemukakan Sorokin, sikap hedonisme yang telah
menjadi budaya hedon di kalangan remaja dimasukkan dalam kebudayaan indrawi, yaitu
kebudayaan indrawi pasif dan kebudayaan indrawi sinis.
1. Kebudayaan indrawi pasif yang meliputi hasrat menikmati kesenangan indrawi setinggi-
tingginya (“eksplorasi parasit” ,dengan motto makan minum dan kawinlah sebab besuk
kita akan mati).Pola pikir seperti itulah yang mengajak para remaja hanya bersenang-
senang selagi ada kesempatan,seakan-akan hidup hanya”mampir”karena itulah mereka
hanya mengejar kesenangan,padahal masih banyak hal yang bernilai dalam hidup ini
selain makan minum dan bersenang-senang saja.
2. Kebudayaan indrawi sinis,yang mengejar tujuan jasmaniah dengan mencari pembenaran
rasionalisasi ideasional ( yang sebenarnya tidak diterimanya ).Banyak hal yang dilakukan
para remaja untuk mencapai apa yang diinginkannya,misal : seorang remaja putri ingin
mempunyai telepon genggam model terbaru tapi karena dia tidak mempunyai uang maka
dia rela menjual dirinya agar memperoleh uang.Remaja tersebut membenarkan
tindakannya karena dengan cara itu dia memperoleh apa yang diinginkannya.
Hedonisme dikalangan remaja apabila ditinjau dari ilmu sosial akan lebih mudah dipahami
diantaranya :
1. Sejarah
Hedonisme adalah paham sebuah aliran filsafat dari Yunani. Asumsi awal dari faham ini adalah
manusia selalu mengejar kesenangan hidupnya, baik jasmani atau rohani. Pencetus faham ini
Aristipos dan Epikuros.Tujuan paham aliran ini, untuk menghindari kesengsaraan dan menikmati
kebahagiaan sebanyak mungkin dalam kehidupan di dunia. Mereka melihat bahwa manusia
melakukan setiap aktivitas pasti untuk mencari kesenangan dalam hidupnya. Dua filosof ini
menganut aliran yang berbeda. Bila Aris lebih menekankan kepada kesenangan badani atau jasad
seperti makan, minum, dll, Epikuros lebih menekankan kepada kesenangan rohani seperti bebas
dari rasa takut, bahagia, tenang batin dll. Namun, kedua-duanya berpendapat sama yaitu
kesenangan yang diraih adalah kesenangan yang bersifat privat atau pribadi (egoisme) tapi
diperlukan juga aspek lain yaitu pengendalian diri.
Kala itu, hedonisme masih mempunyai arti positif. Dalam perkembangannya, penganut paham
ini mencari kebahagiaan berefek panjang tanpa disertai penderitaan. Mereka menjalani berbagai
praktik asketis, seperti puasa, hidup miskin, bahkan menjadi pertapa agar mendapat kebahagiaan
sejati.
2. Ekonomi
Zaman semakin berkembang begitu juga dengan kebutuhan semakin lama semakin
bertambah.Begitu juga dengan kebutuhan para remaja,makin lama makin bervariasi
6. kebutuhan mereka.Untuk memenuhi kebutuhan kebutuhan mereka harus ada yang
namanya uang.Bagi yang orang tuanya tergolong berduit tentu bukan hal yang sulit jika mereka
ingin bersenang-senang dan memenuhi apa yang mereka inginkan, misalnya beli
baju,HP,perhiasan dan lain-lain.Tapi bagi mereka yang tergolong orang tuanya tidak mampu
tentu akan mengalami kesulitan untuk memenuhi apa yang mereka inginkan seperti bersenang-
senang dan berhura-hura.Karena itulah bagi mereka yang sulit dalam hal keuangan akan
mengambil jalan pintas,misalnya menjual diri dan mencuri.
2. Geografi
Hedonisme pada remaja bisa terjadi di mana saja,baik di kota maupun di desa.Karena
Hedonisme dapat menjangkiti remaja berdasarkan pada sikap yang dimunculkan
remaja tersebut.Misal ada remaja yang malas belajar tapi dia ingin memperoleh nilai yang baik
dengan mencontek.Itu merupakan salah satu contoh kecil dari sikapHedonisme.Kalau dilihat
secara umum,memang hedonisme pada remaja banyak ditemukan di perkotaan karena di kotalah
tersedia berbagai fasilitas yang bisa memenuhi apa yang para remaja inginkan.
4. Budaya.
Budaya Liberal telah mulai berkembang dikalangan remaja,sikap hedonismepun mengakar
dalam jiwa para remaja.Budaya hedonisme muncul dari proses pengaruh sosial yang diturunkan
dari generasi ke generasi sebagai warisan sosial yang ditiru sebagai hasil dari proses pengaruh
sosial.Warisan sosial tersebut terus berkembang mengikuti perkembangan sosial.
5. Sosial
Pola interaksi dalam masyarakat beraneka ragam.Di kalangan remaja kaum hedonis sering
dijumpai.Interaksi antar remaja terkotak-kotak pada status sosial yang biasa dilihat dari
penampilan fisik. Semakin”wah”penampilan mereka,maka semakin menunjukkan tingkat status
sosial yang lebih tinggi.Karena itulah agar dipandang memiliki status sosial yang tinggi mereka
berlomba-lomba menjadi yang paling”wah”.
c. Akar Masalah dan Penyebab dari Hedonisme
1. 1. Akar masalah dari kemiskinan karena hedonisme
1. Faktor ekstern
Derasnya arus industrialisasi dan globalisasi yang menyerang masyarakat merupakan faktor yang
tak dapat dielakkan. Nilai-nilai yang dulu dianggap tabu, kini dianggap biasa. Media komunikasi,
khususnya media iklan memang sangat bersinggungan dengan masalah etika dan moral.
Melalui simbol-simbol imajinatif media komunikasi massa jelas sangat memperhitungkan dan
memanfaatkan nafsu, perasaan, dan keinginan. Dr. Budi Susanto. Sj mengatakan bahwa, pada
saat ini para hedonis mempromosikan berbagai macam tawaran kebutuhan manusia sampai
kehidupan dunia gemerlapan malam yang berbau pornoaksi lewat media televisi, iklan dan
media cetak lainnya. Perilaku Hedonis tidak terlepas daripada pergaulan sesama dalam kota-kota
besar yang lebih menyukai kesenangan dan kenikmatan. Dalam bergaul selalu ada tekanan dari
dalam diri si anak untuk melakukan hal yang sama dengan teman satu kelompok. Jika seseorang
tinggal dalam lingkungan yang hidupnya suka berfoya-foya, mengejar kenikmatan, maka dengan
sendirinya orang tersebut akan mengikuti gaya hidup yang telah ditanamkan dalam lingkungan
pergaulan tersebut.
Theo Huijbers mengatakan dalam bukunya, kadang karena terdesak masalah kebutuhan ekonomi
yang menuntutnya, maka masyarakat metropolitan dapat terbawa arus hedonisme yang semakin
konsumeristik.
7. 1. Faktor intern
Sementara itu dilihat dari sisi intern, lemahnya keyakinan agama seseorang juga berpengaruh
terhadap perilaku sebagian masyarakat yang mengagungkan kesenangan dan hura-hura semata.
Binzar Situmorang menyatakan bahwa, “Kerohanian seseorang menjadi tolak ukur dalam
kehidupan sehari-hari, khususnya bagi mereka yang suka mengejar kesenangan.
d. Contoh satu kasus yang terkait dengan Hedonisme.
Ada sebuah keluarga yang mempunyai seorang anak gadis remaja, yang dari kecil sudah di
tanamkan sifat Hedonisme ,semua keinginan anaknya itu selalu diturutinya, sebab kedua orang
tuanya itu hanya memberikan materi saja, tanpa memberikan kasih sayang dan perhatian kepada
anaknya. karena kesibukan orang tuanya yang selalu mementingkan urusan Bisnis saja, tanpa
memperdulikan perkembangan anaknya,sehingga anak gadisnya itu menjadi pribadi yang
hedonis.
Disaat bisnis kedua orang tuanya itu berada diatas puncak kejayaan, setelah berjalan beberapa
tahun, ujian pun datang, bisnis yang telah dirintis oleh orang tuanya selama bertahun-tahun kini
mengalami kebangkrutan, sehingga keluarga ini berada dalam kehidupan yang pas-pasan, tetapi
di sisi lain anaknya ini tidak menerima takdir yang menimpa orang tuanya, yang Dia tahu bahwa
semua keinginannya itu harus dipenuhi, karena sudah terjerumus kedalam kehidupan yang
hedonis. Untuk memenuhi kebutuhannya yang Hedonis, akhirnya Dia terjerumus kedalam
kehidupan malam dan pergaulan bebas. Hanya untuk memenuhi kesenangannya sendiri.
2.2 Penyebab dari masalah kemiskinan karena hedonisme
1. 1. Kesombongan dan Egoisme
kesombongan dan egoisme adalah penyebab kecenderungan seseorang kepada kehidupan
mewah. Orang sombong akan selalu membanggakan kekayaan dan kedudukan yang dimilikinya
untuk menunjukkan keunggulannya atas orang lain. Persaingan tidak sehat untuk menunjukkan
kemewahan terkadang menimbulkan perasaan dengki dan iri. Mereka mengira bahwa cara
menunjukkan kelebihan atas orang lain adalah dengan cara bersaing seperti ini. Orang yang
hedonis memandang rendah kepada orang lain. Pandangan ini sudah barang tentu akan
menyebabkan timbul jurang yang dalam antara mereka dengan orang lain. Dalam mengumpul
harta dan barang-barang mewah mereka akan dikuasai oleh sifat ketamakan, dan orang seperti ini
tidak akan bersedia memberikan harta mereka kepada orang lain.
1. 2. Kepribadian Tidak Sempurna
Kepribadian tidak sempurna yang dimiliki oleh seseorang. Dari pandangan psikologi, orang yang
cenderung kepada kemewahan berusaha menutupi kelemahan dirinya yang kurang dari segi ilmu
dan spiritual. Pada sebagian kasus, kita menyaksikan orang-orang kaya yang tidak tahu
bagaimana membelanjakan hartanya. Karena itu, mereka membeli dan mengumpulkan barang-
barang mewah dan pakaian-pakaian yang mahal. Faktor penting lainnya adalah, pandangan
materialis dan cinta dunia. Hal inilah yang pernah disinggung oleh Rasulullah saw dalam sebuah
hadisnya. Beliau bersabda, Menyintai dunia adalah penyebab dari segala penyimpangan dan
kesalahan. Orang yang tidak beriman kepada alam akhirat dan tidak memperdulikan nilai-nilai
moral seperti kesederhanaan, kedermawanan dan persahabatan, tidak akan memikirkan nasib
orang lain. Mereka tenggelam dalam kemewahan hidup.
3. Faktor Budaya dan Lingkungan Masyarakat
Faktor lain yang menjadi penyebab kecenderungan
kepada kemewahan, antara lain adalah budaya masyarakat dan
8. lingkungan sekitar. Dalam sebuah masyarakat yang memiliki
budaya hidup mewah, kecenderungan kepada kemewahan akan menguasai seluruh anggota
masyarakat. Dalam hal ini, kemewahan para pejabat dan tokoh masyarakat akan memberikan
pengaruh yang sangat besar pada gaya kehidupan ini.
4. Media Massa
Di era kontemporer ini iklan yang terdapat di berbagai sarana media ikut membantu menciptakan
budaya hedonisme. Media-media ini dalam banyak kasus mengiklankan produk-produk yang
sebenarnya tidak diperlukan. Iklan-iklan ini pula meninggalkan berbagai dampak psikologis
terhadap para para penganut paham hedonisme.
2.3 Akibat Hedonisme
Banyak akibat buruk yang ditimbulkan oleh hedonisme. Pertama, lenyapnya kekayaan,
meningkatnya jurang antar miskin dan kaya berkembangnya kemiskinan, kebangkrutan dan
hutang di tengah masyarakat kecil. Ibnu Khaldun sejarawan dan sosiolog muslim dalam hal ini
berkata: Sejauh mana sebuah masyarakat tenggelam dalam hedonisme, sejauh itulah mereka
akan mendekati batas kehancuran. Proses kehancuran akan terjadi karena hedonisme secara
perlahan akan menyebabkan kemiskinan masyarakat dan negara. Sejauh mana hedonisme
mewabah, sejauh itu pulalah kemiskinan akan menyebar di tengah masyarakat.
Di pihak lain, membuang-buang harta untuk membeli barang-barang mahal yang hanya
dimaksudkan untuk berbangga-bangga, perlahan-lahan akan menyeret sebuah negara kepada
pihak asing. Hal inilah yang terjadi saat ini dunia. Banyak negara dunia yang bergantung kepada
Barat yang setiap waktu memasarkan produk-produk baru untuk dikonsumsi. Meskipun
pekerjaan, usaha dan jerih payah untuk mencari harta, dapat mengantarkan seseorang dan
masyarakatnya kepada kemajuan dan hal ini didukung oleh agama Islam, namun jangan sampai
hal itu menjerumuskan kita ke lembah hedonisme dan kemewahan.
Dampak-dampak dari seorang yang telah terjerumus dengan Hedonisme:
1. Individualisme
Orang yang sudah terkena penyakit hedonisme cenderung tidak memerlukan bantuan orang lain.
Mereka merasa sudah mampu hidup sendiri, tetapi kenyataannya tidak begitu. Manusia
merupakan mahluk sosial.
2. Matrealistis
Merupakan bagian dari hedonisme, yang dimana mereka merasa tidak puas dengan apa yang
sudah di milikinya. Dan selalu iri jika melihat orang lain.
3. Pemalas
Malas merupakan akibat yang di timbulkan dari hedonisme, karena mereka selalu menyia-
nyiakan waktu. Manusia yang tidk menghargai waktu.
4. Pergaulan bebas
Pengikut paham hedonisme dapat terjebak dalam pergaulan bebas yang dimana mereka selalu
selalu berada dalam dunia malam. Seperti clubbing, pesta narkoba, dan seks bebas.
5. Konsumtif
Hedonisme cendurung konsumtif ,karena menghabiskan uang untuk membeli barang-barang
hanya untuk kesenangan semata tanpa didasari kebutuhan.
9. 6. Mentalitas instan
Kurangnya kesadaran dalam mempergunakan waktu, komunitas, dan pergaulan.
7. Boros
Menghambur-hamburkan uang untuk membeli bernbagai barang yang tidak penting, hanya untuk
sekedar pamer merk/ barang mahal.
8. Kriminalitas
Dalam paham hedonisme seseorang dapat berbuat kriminal/ melanggar hukum, karena orang
yang menganut paham ini cenderung akan berbuat apa saja sekalipun melanggar hukum, hanya
untuk memenuhi kesenangannya sendiri, tanpa pernah memikirkan akibatnya.
9. Egois
Hedonisme cenderung mengrah kepada sifat mementingkan diri semdiri. Tanpa memperdulikan
orang lain. Yang terpenting kesengannya tercapai.
10. Tidak bertanggung jawab
Menjadi individu yang tidak bertanggung jawab terutama kepada dirinya sendiri, seperti menyia-
nyiakan waktu, dan mementingkan kesenangannya saja.
11. Berfoya-foya
Dalam menggunakan uang, untuk membeli sesuatu barang yang tidak penting.
12. Korupsi
Memperkaya diri sendiri, tetapi menggunakan cara yang melanggar hukum, yaitu memeras orang
lain untuk memenuhi kebutuhnnya sendiri.
13. Tidak disiplin
Tidak menghargai waktu, dimana jika ada janji dengan orang lain cenderung mengabaikannya,
dan lebih mementingkan waktu untuk dirinya sendiri.
14. Merasa sok kaya
Meyembunyikan jati dirinya, sebenarnya dia miskin tetapi karena gengsi mengaku orang kaya.
15. Merasa sok gaul
Supaya dianggap ada oleh suatu kelompok tertentu, hanya untuk mencari perhatian orang lain.
16. Ingin terlihat fashionable
Mengikuti gaya orang lain, karena ingin diperhatikan orang lain.
17. Narsis yang berlebihan
Karena ingin mencari perhatian orang sehingga menjadi narsis.
18. Lebih mementingkan gaya daripada otak
10. Tidak cerdas dalam bergaul, hanya memamerkan gaya di bandingkan otak.
19. Plagiat
Plagiat disini cenderung meniru gaya-gaya berpakaian, gaya berdandan atau fashion orang lain.
Sehingga tidak kreatif.
20. Diskriminasi
Sikap membedakan stratifikasi sosial, dan merasa bahwa dirinya lebih tinggi atau berbeda kelas
serta golongan dari orang lain.
21. Kreatifitas rendah
Tidak mempunyai kreatifitas berfikir kedepan.
22. Tidak berfikir jauh kedepan
Hanya mementingkan hal-hal yang bersifat masa lalu.
2.4 Penyelesaian Masalah Hedonisme
Dari akar permasalahan mengenai kemiskinan karena Hedonisme terdapat dua solusi besar yaitu
solusi preventif dan represif. Diantaranya sebagai berikut :
1. Preventif
1. Bersikap terbuka terhadap orang lain. Peka dengan keadaaan sekitarnya terutama
mengenai persamalahan yang berhubungan dengan orang lain.
2. Berhemat, membuat anggran pengeluaran untuk membeli kebutuhan yang memang di
perlukan, tidak menghambur-hamburkan uang untuk membeli barang yang sekiranya
tidak diperlukan.
3. Memotivasi diri tinggi, belajar menghargai waktu dan tidak menyia-nyiakan waktu.
4. Taat beribadah, mempertebal keimanan dengan cara rajin beribadah, pandai bergaul dan
memilih teman.
5. Selektif dalam memilih bergaul.
6. Menabung dan menagarial keungan sesuai dengan kebutuhan.
7. Mentaati hukum-hukum negara dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.
8. Lebih menghargai orang lain, mendahulukan kepentingan orang lain daripada
kepentingan diri sendiri.
9. Berani dalam mengambil risiko. Tidak membeda-bedakan masalah-masalah yang di
hadapi.
10. Mentaati hukum agama dan negara disertai dengan mempertebal keimanan.
11. Lebih mendahulukan kebutuhan yang lebih penting. Dan tidak didasarkan atas
kesenangan semata.
12. Lebih tertib dn mentaati aturan-aturan yang berlaku.
13. Bersikap lebih rendah hati, dan dermawan dengan menyisihkan sebagian harta.
14. Mampu memahami tentang arti dari modern, jangan terlalu memaksakan diri mengikuti
trend yang sedang marak.
15. Menyeleksi kebutuhan, jangan terlalu berambisi untuk menjadi orang yang lebih
fashionable, supaya ingin di perhatikan oleh orang lain.
16. Menyadari ada orang yang lebih baik dari kita. Jangan merasa diri lebih sempurna.
17. Menjadi manusia yang lebih produktif.
18. Menghargai karya orang lain dengan tidak meniru atau menjiplak tanpa seijin orangnya.
19. Mampu mengahargai perbedaan.
20. Terus berinovasi, menciptakan hal-hal yang baru.
11. 21. Memikirkan resiko yang akan terjadi sebelumnya, dengan melakukan penuh
pertimbangan.
22. 2. Represif
Dengan menggunakan teori sosiologi yaitu tindakan terorganisir (kesadaran) dan tindakan tidak
terorganisir ( replek ). Menyadari bahwa ketika teman kita terjangkit “virus” hedonisme arahkan
lah ia kedalam sebuah situasi yang membuat ia nyaman baik secara jasmani maupun rohani, baik
direncanakan maupun tidak. Sehingga hadir rasa nyaman dalam dirinya dan menjadi suatu hal
yang biasa dan pada akhirnya dia terbebas dari hedonisme.
12. BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Setiap manusia pasti ingin merasakan kenikmatan dan kesenangan, apalagi para remaja. Tapi
sayangnya untuk memperoleh kenikmatan dan kesenangan tersebut banyak remaja yang
menghalalkan segala cara. Apapun mereka lakukan, agar apa yang mereka inginkan dapat
mereka peroleh tanpa peduli dengan resikonya. Hedonisme di kalangan remaja telah berkembang
pesat mengikuti perkembangan jaman pola pikir yang hanya mementingkan kesenangan saja
membuat para remaja terbuai dalam sebuah kehidupan yang kadang tidak realistis.Yang penting
senang,senang dansenang.Tak mau bersakit-sekit dulu,inginya senang-senang selalu,itulah moto
yang banyak dipakai para remaja untuk menikmati hidup ini.
Dengan terlalu mendewakan kesenangan, duniawi, akan membuat seseorang kehilangan arah
hidupnya sehingga dapat menimbulkan kemiskinan karena terlalu menghamburkan materii demi
kesenangan semata.
Keberhasilan mencapai tujuan inilah yang kemudian membuatnya nikmat atau puas. Sementara
itu berkenaan dengan hedonisme etis ada dua gagasan yang patut diperhatikan. Pertama,
kebahagiaan tidak sama dengan jumlah perasaan nikmat. Nikmat selalu berkaitan langsung
dengan sebuah pengalaman ketika sebuah kecondongan terpenuhi, begitu pengalaman itu selesai,
nikmatpun habis. Sementara itu, kebahagiaan menyangkut sebuah kesadaran rasa puas dan
gembira yang berdasarkan pada keadaan kita sendiri,dan tidak terikat pada pengalaman-
pengalaman tertentu.
Dengan kata lain, kebahagiaan dapat dicapai tanpa suatu pengalaman nikmat tertentu.
Sebaliknya, pengalaman menikmati belum tentu membuat bahagia. Kedua, jika kita hanya
mengejar nikmat saja, kita tidak akan memperoleh nilai dan pengalaman yang paling mendalam
dan dapat membahagiakan. Sebab, pengalaman ini hanya akan menunjukan nilainya jika
diperjuangkan dengan pengorbanan.
3.2 Saran
Untuk membentengi diri dari hedonisme yang hanya menawarkan kenikmatan sesaat, harus
dimulai dari diri sendiri dan juga dukungan orang lain. Untuk para orang tua hendaknya
meningkatkan kontrol terhadap anak-anak. Tanamkan nilai moral yang nantinya berguna bagi
mereka. Misal tanamkan sikap hidup hemat,arahkan mereka pada pergaulan yang baik,dan didik
mereka untuk mandiri. Sedangkan bagi para remaja, berpikirlah dulu sebelum bertindak jangan
hanya mengejar kesenangan saja. Masa depan masih panjang,masih banyak hal yang berguna
yang dapat mereka lakukan tanpa harus hura-hura dan foya-foya.