1. Teori perkembangan sosial anak mencakup teori nativisme dan empirisme. Teori nativisme menyatakan bahwa perkembangan manusia tergantung pada pembawaan sejak lahir, sedangkan teori empirisme menyatakan lingkungan sepenuhnya menentukan perkembangan anak.
HBSE mengajarkan pekerja sosial untuk dapat memahami klien dan situasi sosialnya secara baik tentunya harus didukung dengan teori-teori atau pengetahuan yang mempelajari bagaimana individu tersebut bertingkah laku dalam suatu lingkungannya
Hi semua, terima kasih sudah berkunjung kesini 😆 Semua file yang diupload adalah materi perkuliahan. Nah... materi ini dari dosen yang dikhususkan untuk teman-teman kelas #manabeve 💚
Biar gampang diakses, yah masukin sini aja kan😆 Sekalian membantu kalian yang mungkin butuh beberapa konten dalam file-file ini.
Jangan lupa di like yah 💙 Kalau mau dishare atau didownload PLEASE MINTA IZIN dulu oke??
Biar ngga salah paham cuy😆
ASK FOR PERMISSION ▶ itsmeroses@mail.ru
Kalau kesulitan untuk mendownload FEEL FREE untuk email ke aku🔝🔝🔝🔝
[DISCLAIMER] Mohon banget kalau udah didownload. Kemuadian ingin dijadikan materi atau referensi. Jangan lupa cantumkan sumbernya. Terima kasih atas pengertiannya💖
------------------------------------------------------------
Materi details :
Coming soon ")
------------------------------------------------------------
MEET CLASS FELLAS💚
Instagram ▶ https://www.instagram.com/manabeve
Blog ▶ https://manabeve.blogspot.com
Email ▶ manabeve@gmail.com
------------------------------------------------------------
LET'S BECOME FRIENDS WITH ME💜
Instagram ▶ https://www.instagram.com/ameldiana3
Twitter ▶ https://www.twitter.com/amlediana3
HBSE mengajarkan pekerja sosial untuk dapat memahami klien dan situasi sosialnya secara baik tentunya harus didukung dengan teori-teori atau pengetahuan yang mempelajari bagaimana individu tersebut bertingkah laku dalam suatu lingkungannya
Hi semua, terima kasih sudah berkunjung kesini 😆 Semua file yang diupload adalah materi perkuliahan. Nah... materi ini dari dosen yang dikhususkan untuk teman-teman kelas #manabeve 💚
Biar gampang diakses, yah masukin sini aja kan😆 Sekalian membantu kalian yang mungkin butuh beberapa konten dalam file-file ini.
Jangan lupa di like yah 💙 Kalau mau dishare atau didownload PLEASE MINTA IZIN dulu oke??
Biar ngga salah paham cuy😆
ASK FOR PERMISSION ▶ itsmeroses@mail.ru
Kalau kesulitan untuk mendownload FEEL FREE untuk email ke aku🔝🔝🔝🔝
[DISCLAIMER] Mohon banget kalau udah didownload. Kemuadian ingin dijadikan materi atau referensi. Jangan lupa cantumkan sumbernya. Terima kasih atas pengertiannya💖
------------------------------------------------------------
Materi details :
Coming soon ")
------------------------------------------------------------
MEET CLASS FELLAS💚
Instagram ▶ https://www.instagram.com/manabeve
Blog ▶ https://manabeve.blogspot.com
Email ▶ manabeve@gmail.com
------------------------------------------------------------
LET'S BECOME FRIENDS WITH ME💜
Instagram ▶ https://www.instagram.com/ameldiana3
Twitter ▶ https://www.twitter.com/amlediana3
Sebagai Pendidik kita harus mampu menjadi seorang pendidik yang baik dan sesuai dengan kreteria-kreteria yang diperlukan oleh lembaga pendidikan, karena selama ini banyak pendidik yang hanya mementingkan hasil (uang) daripada hasil dari pendidikannya
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
Apakah program Sekolah Alkitab Liburan ada di gereja Anda? Perlukah diprogramkan? Jika sudah ada, apa-apa saja yang perlu dipertimbangkan lagi? Pak Igrea Siswanto dari organisasi Life Kids Indonesia membagikannya untuk kita semua.
Informasi lebih lanjut: 0821-3313-3315 (MLC)
#SABDAYLSA #SABDAEvent #ylsa #yayasanlembagasabda #SABDAAlkitab #Alkitab #SABDAMLC #ministrylearningcenter #digital #sekolahAlkitabliburan #gereja #SAL
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Sosiologi pendidikan
1. 48
SOSIOLOGI PENDIDIKAN
Ungkapan Soerjono Soekanto manusia tanpa manusia lain pasti mati,1
merupakan falsafah hidup manusia sebagai makhluk sosial. Dari asalnya manusia
yang bernama Adam tidak bisa hidup tanpa orang lain, yaitu istrinya Hawa. Dari
segi kelahiran manusia, tidak bisa lahir ke dunia tanpa melalui perantara sperma
(suami) dan ovum (istri) yang membentuk janin dalam rahim ibu dan berkembang
menjadi bayi dan lahir ke dunia. Secara fitrah manusia tidak bisa lahir tanpa
bantuan ibu (proses mengandung dan melahirkan). Sejak manusia lahir yang
dinamakan bayi telah memerlukan bantuan orang lain, yaitu ibu, (membutuhkan
Air Susu Ibu atau ASI). Bayi membutuhkan bantuan orang lain untuk bisa tumbuh
dan berkembang, seperti belajar makan, minum, dan berjalan bermain, berbahasa,
bersopan santun, dan sebagainya. Selain itu manusia tidak cukup mempunyai fisik
yang kuat untuk dapat hidup sendiri sejak dini, tidak seperti binatang, misalnya
kambing, sapi, kerbau, hanya beberapa saat dari kelahiran sudah bisa berdiri,
berjalan dan menyusu, tanpa bantuan induknya. Oleh karena itu manusia sejak
lahir sudah mempunyai dua hasrat keinginan pokok, yaitu : a. Keinginan untuk
menjadi satu dengan manusia lain disekitarnya, yaitu masyarakat. b. Keinginan
menjadi satu dengan susana alam sekitarnya.2
Menurut JJ Rausseau, yang
mendorong manusia hidup bergaul adalah kebutuhan hidupnya yang setiap saat,
setiap hari diusahakan. C A Ellwood berpendapat yang menyebabkan manusia
hidup sosial dan saling tergantung adalah
1. Dorongan untuk makan
2. Dorongan untuk mempertahankan diri
3. Dorongann untuk malangsungkan jenisnya.3
Semua dorongan manusia ini dapat terwujud ketika terjadi interaksi sosial.4
Interaksi sosial merupakan bentuk umum dari proses sosial,5
sedangkan unsur
1
Soerjono Soekanto, Sosiologi suatu Pengantar, Cet 35, (Jakarta, Raja Grafindo
Persada, 2003), 114
2
Ibid., 114-115
3
Zaenal Abidin Ahmad, Konsep Negara Bermoral, Menurut Imam Ghozali, (Jakarta,
Bulan Bintang, 1975), 29
4
Dalam interaksi sosial terdapat dua faktor utama, yaitu individu dan sosial, di mana
individu dan sosial saling mempengaruhi dan hubungan timbal balik antara individu dan
2. 49
lain dari proses sosial adalah perkembangan sosial, baik perkembangan
individu maupun kelompok, yang termasuk dalam perkembangan sosial
individu adalah perkembangan sosial anak.
Yang dimaksud perkembangan sosial anak disini adalah pola tingkah laku
sosial anak.6
Menurut teori interaksionisme simbolis, tindakan manusia di
dasarkan pada tiga hal, yaitu : 1). Manusia bertindak terhadap suatu berdasarkan
makna-makna yang ada pada sesuatu itu bagi mereka. 2). Makna tersebut berasal
dari interaksi sosial seseorang dengan orang lain. 3). Makna-makna tersebut
disempurnakan pada saat proses interaksi sosial berlangsung.7
Berdasarkan tiga
hal tersebut maka tindakan manusia penuh dengan penafsiran dan pengertian.
Individu akan mengetahui sesuatu, menilai, memberi makna dan memutuskan
untuk bertindak berdasarkan makna itu. Setiap tindakan berlajan dalam bentuk
masyarakat. Dengan adanya interaksi, maka manusia sejak lahir telah mempengaruhi perilaku
orang lain dan benda-benda yang ada disekitarnya. Seperti bayi yang baru lahir dalam keadaan
lemah. Keadaan bayi ini mempengaruhi orang lain, seperti ibu dan perawat untuk menolong
dengan penuh cinta kasih dan berhati-hati untuk merawatnya. Berbeda rasa cinta kasih ibu
terhadap orang lain, seperti saudara bayi yang sudah besar. Abu Ahmadi, Sosiologi pendidikan,
(Surabaya, PT Bina ILmu, 1982), 45
5
Proses sosial adalah cara-cara berhubungan yang dilihat apabila orang perorang dan
kelompok-kelompok sosial saling bertemu dan menentukan sistem serta bentuk-bentuk hubungan
tersebut, atau apa yang akan terjadi apabila ada perubahan-perubahan yang menyebabkan
goyahnya pola-pola kehidupan yang telah ada. Dengan kata lain, proses sosial diartikan sebagai
pengaruh timbal balik antara pelbagai segi kehidupan bersama, misalkan pengaruh sosial dan
politik, politik dengan ekonomi, ekonomi dengan hukum dan seterusnya. Dengan pengertian
proses sosialisasi ini memungkinkan seseorang memperoleh pengertian mengenai segi yang
dinamis dari masyarakat, atau gerak masyarakat. Dahulu banyak sarjana sosiologi yang
menyamakan perubahan sosial dengan proses sosial, karena ingin melepaskan dari titik berat
pandangan sarjana sosiologi klasik, yang lebih menitikberatkan pada struktur daripada masyarakat.
Dewasa ini para sosiolog memperhatikan kedua segi masyarakat itu, yaitu segi statusnya/ struktur
masyarakat serta segi dinamis atau fungsi masyarakat. Lihat Soerjono Soekanto, Sosiologi, Ibid.,
59-60
6
Tindakan adalah perilaku manusia yang mempunyai maksud subyektif bagi dirinya,
Artinya tindakan tersebut merupakan perwujudan dari pola pikir individu yang bersangkutan.
Tidak semua tindakann manusia dinyatakan sebagai tindakan sosial. Suatu tindakan baru dikatakan
sebagai tindakan sosial apabila arti subyektifnya dihubungkan dengan individu-individu lain. Oleh
karena itu tindakan sosial merupakan kenyataan sosial yang paling mendasar, yang menyangkut
komponan-komponan dasarnya, yaitu tujuan, alat, kondisi, nilai dan norma. Sedangkan tindakan
sosial dibedakan menjadi 1. Tindakan sosial yang bersifat instrumental, yaitu tindakan yang
dilaksanakan dengan pertimbangan dan pilihan secara sadar, meliputi proses sosial yang sistematis
untuk mencapai tujuan. 2. Tindakan sosial yang bersifat irrasional, yaitu suatu tindakan yang
dilaksanakan tanpa memperhatikan terlebih dahulu azas manfaat dan tujuan 3. Tindakan sosial
yang bersifat tradisional, yaitu suatu tindakan yang dilaksanakan dengan memperhatikan unsur
rasional dan kondisi atau tradisi sosial yang sudah baku tanpa memperhitungkan proses dan tujuan.
Lihat Ishomuddin, Sosiologi Perspektif Islam, (Malang, UMM Press, 1997), 167-168
7
Margaret Poloma, Sosiologi Kontemporer, Terj. Tien Yosogama, (Jakarta, CV
Rajawali, 1987), 261
3. 50
prosesual dan masing-masing saling berkaitan dengan tindakan-tindakan
prosesual dari orang lain. Tindakan prosesual dapat dimulai dari perkembangan
sosial individu dan perkembangan sosial individu dapat dimulai dari
perkembangan sosial anak.
A. Teori Perkembangan Sosial Anak
Istilah perkembangan sangat jarang ditemukan dalam kamus sosiologi.
Istilah yang biasa digunakan dalam bidang sosiologi adalah evolusi8
(evolution),
kemajuan (progress) dan perubahan (change).9
Sedangkan perkembangan
(development) sering dipakai dalam bidang pendidikan dan psikologi, sosiologi
pendidikan adalah gabungan dua disiplin ilmu yang berbeda, kiranya sah-sah saja
untuk menggunakan istilah perkembangan (development) yang mempunyai makna
sama dengan istilah perubahan (change) dan evolusi (evolution).
Yang dimaksud dengan teori perkembangan sosial anak disini adalah teori
yang dipakai dalam bidang filsafat dan sosiologi tentang perkembangan manusia.
Jika dalam psikologi pendidikan dibahas tentang perkembangan manusia dari sisi
psikologis, maka dalam sosiologi pendidikan dibahas tentang perkembangan
manusia dilihat dari segi sosiologi.10
Teori perkembangan sosial anak dalam
8
Teori evolusi yang sangat terkenal adalah evolusi Darwin mengenai terjadinya
makhluk manusia. Darwin (1809-1882) mengajukan teori yang akan mengubah konsepsi alam itu
sendiri. Sebagian orang sangat tersinggung karena nenek moyang mereka ternyata sejenis kera.
Lihat Robert C Solomon A History of Philosophy, Terj. Saut Pasaribu, (Yogyakarta, Bintang
budaya, 2002), 420. Di sisi lain teori evolusi Darwin menjangkit pada ilmu-ilmu sosial, pertama-
tama para sosiolog yang dipelopori oleh Ginew dan Spencer. Lihat Abu Ahmadi, Sosiologi. Ibid.,
28
9
Dengan demikian apa yang dimaksud dengan perubahan sosial yang dalam bahasa
Inggris disebut change ialah suatu keadaan yang menunjukkan perbedaan antara situasi sebelum
dan sesudahnya. Jika suatu keadaan (situasi) atau benda mengalami perbedaan dalam kurun waktu
tertentu atau dari suatu tempat ketempat yang lain, maka sesuatu atau benda itu dikatakan
mengalami perubahan. Kalau sesuatu atau benda tersebut sama (tetap), dari waktu ke waktu dari
suatu tempat ke tempat, maka sesuatu atau benda tersebut tidak mengalami perubahan. Lihat,
Ishomuddin, Ibid., 132.
10
Dalam dunia pendidikan tidak bisa dipisahkan dengan disiplin ilmu lain, Pendidikan
memerlukan psikologi pendidikan, dan sosiologi pendidikan yang berasal dari disiplin ilmu
psikologi dan ilmu sosiologi. Kedua disiplin ilmu ini dibutuhkan dalam pengembangan pendidikan
untuk mencari jalan dalam menentukan dan memberikan arah terhadap efek sekolah bagi tingkah
laku individu. Kedua ilmu tersebut merupakan alat untuk merealisasi tujuan pendidikan, Dalam
rangka untuk merealisasikan tujuan pendidikan, kedua ilmu ini mempunyai cara yang berbeda.
Psikologi pendidikan adalah suatu ilmu yang berhubungan dengan teknik bagi pembentukan
kebiasaan-kebiasaan baru dalam diri anak melalui pendekatan-pendekatan hukum dari ilmu jiwa
praktis untuk mencari, mengumpulkan dan mengevaluasi pengalam-pengalaman tentang belajar,
4. 51
sosiologi pendidikan oleh Abu Ahmadi diketagorikan sebagai teori proses sosial.11
Sedangkan teori perkembangan sosial anak adalah :
1. Teori Natisisme
Teori natisisme dipelopori oleh Schopenhover12
yang mengatakan bahwa
manusia akan berkembang seperti apa sangat tergantung dari pembawaan. Jika
pembawaan pandai akan menjadi manusia yang pintar dan jika pembawaannya
bodoh, maka akan menjadi bodoh. Perkembangan manusia bukan dipengaruhi
oleh orang lain, lingkungan, budaya, dan termasuk pendidikan. Perkembangan
sosial manusia telah ada bersama pembawaan sejak lahir. Teori nativisme
menafikan pengaruh interaksi individu dengan lingkungannya. Lingkungan
tidak berarti apa apa dalam perkembangan manusia, apa yang dikerjakan apa
yang diucapkan dan apa yang dipikirkan merupakan kecakapan yang dibawa
sejak lahir. Proses kehidupan manusia tergantung dengan apa yang dibawa
sejak lahir, tetapi nativisme tidak menjelaskan bagaimana seseorang lahir
dengan membawa potensi, apakah potensi itu mempunyai hubungan sangat erat
dengan kondisi orang tua atau tidak, selama ini tidak pernah ada penjelasan.
Apabila orang tua mempunyai IQ tinggi atau mempunyai IQ rendah akan dapat
berpengaruh kepada anaknya. Dalam beberapa penelitian menyimpulkan bahwa
anak sangat dipengaruhi oleh keadaan orang tua, baik keadaan fisik, psikis,
maupun sosial-ekonominya.
2. Teori Empirisme
Teori empirisme dipelopori oleh John Locke (1632-1704)13
yang
menyatakan bahwa bayi ketika lahir ibarat kertas yang masih putih bersih, dan
Sedangkan sosiologi pendidikan berhubungan dengan masalah implikasi sosiologi, seperti
pembuatan kurikulum, organisasi kelas, dan metode mengajar. Sekolah dalam kenyataannya
adalah sebagai lembaga sosial. Lihat, Abu Ahmadi, Sosiologi, Ibid., 47
11
Ibid., 90
12
Schopenhauer (1788-1860) dikenal dengan teori pesimisnya dan gayanya yang tidak
ramah. Schapenhauer berpendapat bahwa kehendak tidak khas (ada) bagi agen-agen manusia dan
tidak semua agen mempunyai kehendak sendiri-sendiri. Yang ada hanya kehendak Tuhan Yang
Maha Esa. Sesuatu yang ada di dunia fenomenal mewujudkan kehendak Tuhan. Robert C
Solomon, Sejarah, Ibid., 505-409
13
John Locke (1632-1704) dianggap sebgai Nabi revolusi yang paling moderat dan
paling berhasil dari evolusi yang ada. Pikiran pikiran Locke sangat dipengaruhi oleh filsafat
Descartes. Teori empiris Locke didasarkan pada tidak ada gagasan tanpa kesan yang
mendahuluinya. Kesan dianggap masuk akal apabila memiliki sebab-sebab dari luar. Lihat Bertran
Rousell, Sejarah Filsafat Barat, Terj. Sigit Jatmiko, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2002), 803
5. 52
akan tumbuh dan berkembang seorang anak sangat tergantung pengaruh dari
luar yang datang. Jadi perkembangan anak sepenuhnya tergantung pada faktor
lingkungan, sedangkan pembawaan tidak ada pengaruhnya. Dasar yang dipakai
aliran empirisme adalah bahwa bayi pada saat dilahirkan dalam keadaan putih
bersih seperti kertas putih yang belum ditulisi, sehingga akan ditulisi apa
tergantung pada penulisnya. Hal ini berarti baik dan buruknya anak tergantung
pada baik dan buruknya pendidikan yang diterimanya. Menurut Jean Jaques
Rausseau (1712-1778)14
bahwa manusia itu pada dasarnya baik sejak ia
dilahirkan. Jadi kalau ada manusia yang jahat bukan karena benihnya, tetapi
dikembangkan setelah ia lahir, yakni setelah ia hidup di masyarakat dan setelah
terpengaruh oleh lingkungan serta kebudayaan. Menurut Mensius (372-289
SM), yang menyatakan bahwa manusia pada dasarnya baik, sehingga cinta pada
dasarnya lebih dari pengertian yang dangkal. Menurut H Sun Tzu15
(289-230
SM) bahwa manusia pada dasarnya adalah jahat, akan tetapi untunglah manusia
juga cerdas dan dengan kecerdasannya ia dapat mengolah kebaikan yang ada
pada dirinya. Ia menjadi manusia yang baik karena ia bergaul dengan
masyarakat. Jadi manusia itu menjadi baik bukan karena benihnya, tetapi
karena hidup dan bergaul dengan masyarakat.
3. Teori Konvergensi
Teori ini dipelopori oleh William Stern yang merupakan perpaduan antara
teori empirisme dan teori nativisme. Teori konvergensi menyatakan bahwa
pertumbuhan dan perkembangan manusia tergantung pada dua faktor : yaitu
bakat atau pembawaan dan lingkungan atau sekolah. Teori konvergensi
mengakui bahwa manusia lahir telah membawa bakat atau potensi-potensi dasar
14
JJ Rousseau di lahirkan di Jerman pada tahun 1712 dan didik sebagai coevimis
ortodok. Ayahnya tergolong miskin yang bekerja sebagai perajin arloji dan guru dansa dan ibunya
meninggal pada saat ia masih bayi. Dia tidak lagi sekolah setelah berumur 12 tahun dan pada umur
16 tahun meninggalkan Jenewa menuju Sovoy. Tanpa perantara dan fasilitas hidup ia pergi ke
seorang pendeta Katolik dan menyatakan diri sebgai orang Katolik. Dan pembabtisan dilaksanakan
di Turen. Kemiskinan membawa dia untuk bekerja. Pada awalnya ingin menjadi prajurit bayaran,
kemudian akhirnya menjadi pesuruh seorang wanita bernama Madame de Vercelli. Dan ia menjadi
pelayan hanya tiga bulan, karena Madame keburu meninggal. Pada saad Madam meninggal ia
kedapatan menyimpan pita yang merupakan milik Madame yang diperoleh melalui mencuri. Ia
tidak mau dituduh mencuri dengan alasan pita itu diberi oleh seorang pelayan wanita. Orang
percaya pada dia dan wanita itu dihukum. Rousseau merasa tindakan menuduh wanita malang
adalah perbuatan kejam dan jahat. Bertran Russell. Ibid., 896
15
Robert C Solomon, Sejarah, Ibid., 174
6. 53
yang dapat dikembangkan. Proses pengembangn sangat tergantung pada
lingkungan masyarakat dan sekolah. Misalnya seseorang yang lahir dengan
membawa potensi cerdas akan bisa menjadi cerdas apabila dikembangkan, baik
melalui pendidikan masyarakat maupun pendidikan sekolah (formal). Akan
tetapi potensi cerdas tersebut akan tetap ada pada diri manusia dan tidak
berkembang, apabila tidak bergaul dan hidup dengan masyarakat dan sekolah.
Sesuai dengan corak dan karakteristik sosiologi, diantara tiga teori
perkembangan sosial diatas yang sangat mendukung adalah teori empirisme. Di
Amerika telah diselidiki seorang anak bernama Anna yang hidup terpencil di
daerah Attic Pensyilvanea di rumah seorang petani sejak umur 6 bulan sehingga
umur 5 tahun. Setelah dipindah ke rumah biasa, Anna mulai belajar bahasa,
mulai tertarik dengan anak lain dan turut bermain dengan anak-anak normal
lainnya.16
Perubahan tingkah laku Anna karena berhubungan dengan
lingkungannya dan pengalaman Anna sebelum dipindah ke rumah yang normal
juga dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat.
B. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial Anak
Pertanyaan yang sangat menarik dari Sanapiah Faisal yang berkaitan
dengan perkembangan sosial anak adalah kenapa para sosiolog ikut-ikut
memusingkan diri dengan soal kepribadian ? Bukankah soal tersebut lebih sesuai
menjadi bidang para psikolog ? Jawabannya adalah dikembalikan kepada
penyelidikan para sosiolog tentang pola-pola tingkah laku sosial. Tingkah laku
sosial perlu dicari penyebabnya, yaitu terbentuknya kepribadian individu. Hal ini
merupakan hubungan yang tak terpisahkan anatara ilmu sosiologi dengan ilmu-
ilmu yang lain, terutama psikologi sosial.17
Faktor-faktor yang menyebabkan
16
Di Indonesia dengan kasus yang sama seperti Anna di Amerika pernah ditemukan 2
orang anak pada tahun 1920 yang dipelihara oleh singa. Kemudian ditemukan oleh Mrs Singh dan
dibawa ke rumah. Anak pertama berumur dua tahun dan diberi nama Amala dan anak kedua
berumur 8 bulan dan diberi nama Kamala. Setiba di rumah Singh, kedua anak tersebut berjalan
merangkak, mengeluarkan suara yang tidak beraturan, makan daging, minum milk seperti anjing
dan singa. Amala bertahan hidup selama setahun dan Kamala bertahan hidup sampai 9 tahun.
Selama waktu ini Kamala belajar berjalan tegak, dapat menguasai bahasa seumur anak 5 tahun dan
dapat menerima pola tingkah laku yang normal,termasuk harga diri. Lihat Abu Ahmadi, Ibid., 91.
17
Psikologi sosial adalah studi sosial ilmiah tentang proses mental manusia sebagai
makhluk sosial. Obyek psikologi sosial adalah tingkah laku manusia di masyarakat sebagai
7. 54
terjadinya tingka laku manusia adalah : 1). Struktur sosio-kultural, yaitu pola
tingkah laku ideal yang diharapkan. 2). Faktor situasi, yaitu semua kondisi fisik
dan sosial dimana berada dan diterapkan sesuai dengan sistem sosial. 3). Faktor
kepribadian, yaitu semua faktor psikologis dan biologis yang mempengaruhi
tingkah laku para pelaku secara perseorangan.
Dilihat dari aspek-aspek perkembangan sosial anak tampak dalam dua
aspek, yaitu : 1). Aspek biologis, makan, minum dan perlindungan yang telah
dapat mengubah bayi menjadi manusia yang dewasa jasmaniyah. 2). Aspek
personal sosial, yaitu pengalaman dan pengaruh manusia lain telah mengubah
anak menjadi pribadi sosial dan warga masyarakat yang bertanggungjawab.18
Dari
kedua aspek perkembangan sosial anak tersebut, pembahasan ini akan difokuskan
pada faktor-faktor yang menyebabkan perkembangan sosial anak dalam aspek
personal sosial saja.
Proses perkembangan sosial anak atau sebagai makhluk sosial yang
berkepribadian dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor internal (yang berasal
dari dalam diri anak) maupun faktor eksternal (yang berasa dari luar diri anak).
Menurut FG Robins ada lima faktor yang menjadi dasar perkembangan
kepribadian anak, yaitu sifat dasar, lingkungan pre-natal, perbedaan individual,
lingkungan dan motivasi.19
1. Sifat Dasar
Sifat dasar merupakan keseluruhan potensi yang diwarisi oleh seseorang
dari ayah dan ibunya. Sifat dasar ini terbentuk pada saat konsepsi, yaitu
momen bertemunya sel jantan (ayah) dan sel betina (ibu) pada saat
pembuahan. Menurut Hasan Langgulung, pada saat mengembuskan
(meniupkan) pada diri manusia, maka pada saat itu pula manusia (dalam
bentuk yang sempurna) mempunyai sebagian sifat ketuhanan.20
Sebagian sifat
ungkapan proses mental kejiwaan yang meliputi keamanan, minat, reaksi, emosional dan
kecerdasan. Sikap mental seseorang, reaksi emosional, kemauan dan perhatiannya merupakan
dorongan dan gejala kejiwaan, tetapi semua itu tidak harus semata-mata menunjukkan ungkapan
proses mentalnya, melainkan juga dipengaruhi oleh lingkungannya (alam, sosial, budaya, ). Lihat,
D Cruchfild Krech, Individual in Society, (Tokyo, Mc Graw Hill Kogakruser, 1962), 478-483
18
ST Vembriarto, Sosiologi Pendidikan, (Yogyakarta, Andi Offset, 1990), 24
19
Abu Ahmadi, Sosiologi, Ibid., 141-144
20
Hasan Langgulung Manusia Dan Pendidikan, (Jakarta, Pustaka al-Husna, 1986), 5
8. 55
ketuhanan inilah yang dalam perkembangan manusia disebut sifat dasar/fitrah
manusia. Potensi bawaan yang dimiliki oleh manusia yang paling penting
antara lain :
a.Sifat dasar beragama
b.Sifat dasar berakal budi
c.Kebersihan dan kesucian
d.Bermoral dan berakhlak
e.Kebenaran
f. Keadilan
g. Persamaan dan kesatuan
h.Individual
i. Sosial
j. Seksual
k.Ekonomi
l. Politik, dan
m. Seni.
2. Lingkungan Pre-natal
Yang dimaksud dengan lingkungan prenatal adalah lingkungan dalam
kandungan ibu, sel telur yang telah dibuahi pada saat konsepsi berkembang
sebagai embrio dalam lingkungan pre-natal. Dalam lingkungan prenatal ini
individu mendapatkan pengaruh secara tidak langsung dari ibu. Pengaruh-
pengaruh tersebut adalah :
a. Beberapa jenis penyakit, seperti diabetes, kanker, HIV, dan sebagainya.
Penyakit-penyekit tersebut mempunyai pengaruh dalam pertumbuhan
mental penglihatan dan pendengaran bayi dalam kandungan.
b. Gangguan edokrin dapat mengakibatkan keterbelakangan perkembangan
anak, seperti keterbelakangan mental dan emosional.
c. Struktur tubuh ibu (terutama daerah pinggul) merupakan kondisi yang
mempengaruhi pertumbuhan bayi dalam kandungan. Beberapa ahli
berpendapat bahwa cacat pada kaki, kidal, berhubungan dengan posisi
anak dalam kandungan ibu.
9. 56
d. Shock pada saat melahirkan, luka pada saat kelahiran merupakan kondisi
yang dapat menyebabkan berbagai kelainan, seperti cerebral, palsi dan
lemah pikiran.
Tindakan orang tua yang berpengaruh terhadap anak dalam kandungan ada
yang bersifat religius, seperti dalam Islam banyak beribadah kepada Allah,
banyak membaca Al-Qur'an, banyak berdo'a dan berbudi pekerti yang baik.
Ada juga yang bersifat ilmiah, seperti, memberi makanan yang halal, dan
bergizi, menjaga kesehatan (senam hamil), dan kebersihan, menciptakan
kedamaian dan ketenangan dalam rumah tangga, mempelajari ilmu-ilmu
umum dan agama dalam rangka mendidik anak kelak setelah lahir dan
sebagainya.
3. Perbedaan Individual
Perbedaan individual merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
perkembangan sosial anak sejak anak dilahirkan, akan tumbuh dan
berkembang sebagai individu yang unik,21
yang berbeda dengan individu
lainnya. Perbedaan individu ini terletak pada :
a. Perbedaan fisik, seperti bentuk badan, warna kulit, rambut dan sebagainya.
b. Perbedaan psikologis, seperti IQ, emosional, mental, motivasi dan
sebagainya.
Perannan faktor perbedaan ini menyangkal faham determinisme kultur.
Menurut faham ini kepribadian manusia itu dibentuk oleh kebudayaan
masyarakatnya. Dalam kenyataan menunjukkan bahwa meskipun individu itu
hidup dalam masyarakat dipengaruhi oleh kebudayaan, namun dia tetap
merupakan pribadi yang bersifat unuk.
4. Lingkungan
Yang dimaksud dengan lingkungan disini adalah kondisi di luar individu
yang mempengaruhi perkembangan sosial anak. Lingkungan dapat dibedakan
21
Keunikan individu dapat dilihat dari segi pola tingkah laku sosialnya. Individu adalah
seorang yang tidak hanya memiliki peranan khas di dalam lingkungan sosialnya, melainkan juga
memiliki kepribadian serta pola tiungkah laku spesifik dirinya. Keunikan individu terlihat dalam
tiga hal yaitui : aspek organik jasmani, aspek psikis rohani, dan aspek sosial kebersamaan. Dalam
kenyataanya seorang individu dalam bertingkah laku ternyata menurut pola pribadinya.
Ishomuddin, Ibid., 146
10. 57
menjadi : 1. Lingkungan alam, yaitu tanah, iklim, flora dan fauna, disekitar
individu. 2. Kebudayaan, yaitu cara hidup masyarakat dimana tempat individu
hidup. Kebudayaan mempunyai aspek material, seperti rumah, perlengkapan
hidup, hasil teknologi dan sebagainya dan aspek non materiil, seperti, nilai-
nilai, pandangan hidup, adat istiadat, norma dan sebagainya. 3. Manusia dan
masyarakat diluar individu. Diantara ketiga lingkungan ini yang bersentuhan
langsung dengan anak dalam proses pendidikan adalah tipe ketiga.
Lingkungan alam dan kebudayaan akan bermanfaat sebesar-besarnya jika
digerakkan oleh manusia dan masyarakat, karena pada hakekatnya alam dan
kebudayaan adalah pasif tanpa ada mobilisasi dari manusia dan masyarakat.
5. Motivasi
Motivasi adalah kekuatan diri dalam individu yang menggerakkan
individu untuk berbuat. Motivasi dibedakan antara dorongan dan kebutuhan.
Dorongan adalah keadaan ketidaksimbangan dalam diri individu karena
pengaruh dari dalam dan dari luar indiviudu yang mengarahkan perbuatan
individu dalam rangka mencapai keseimbangan kembali atau adaptasi. Dalam
diri manusia terdapat dorongan makan, minum, menghindarkan diri dari
bahaya, bekerja dan sebagainya. Sedangkan kebutuhan adalah dorongan yang
telah ditentukan secara personal sosial dan kultur. Kebutuhan manusia yang
terpenting adalah :
a. Kebutuhan untuk bersama orang lain
b. Kebutuhan untuk berprestasi
c. Kebutuhan afeksi
d. Kebutuhan bebas dari rasa takut
e. Kebutuhan bebas dari rasa bersalah
f. Kebutuhan untuk turut serta dalam mengambil keputusan mengenai
persoalan-persoalan yang menyangkut dirinya
g. Kebutuhan akan kepastian ekonomi, dan
h. Kebutuhan akan terintegrasinya sikap, keyakinan dan nilai-nilai.
C. Proses Perkembangan Sosial Anak
11. 58
Perkembangan sisal anak dapat melalui dua cara, yaitu proses belajar
sosial (proces of learning) atau sosialisasi dan proses pembentukan kesetiaan
sosial (formation of social loyalities).
1. Process of Learning (Proses Belajar Sosial)
Proses belajar sosial dapat ditemukan dalam sosiologi dengan istilah
sosialisasi. Belajar sosial berarti belajar memahami dan mengerti tentang
perilaku dan tindakan masyarakat melalaui interaksi sosial. Oleh karena itu
yang dibahas dalam process of learning disini adalah sosialisasi yang
mempnyai arti yang sama dengan belajar.
a. Konsep sosialisasi
Konsep dasar sosialisasi berasal dari ilmu biolgi yang disebut
adaptasi (adaptation) yang artinya penyesuaian diri. Adaptasi dijadikan
dasar oleh teori evolusi Darwin. Menurut teori evolusi hanya organisme
(fisik) yang berhasil menyesuaikan diri dengan lingkungannya sajalah
yang dapat tetap hidup. Penekanan adaptasi adalah segi fisik, bukan dari
seri tingkah laku. Dalam ilmu psikologi penyesuaian diri disebut dengan
adjusment yang mencakup masalah-maslah kebiasaan, perangai, ide-ide,
sikap dan nilai-nilai sosialisasi menurut sosiologi adalah proses yang
membantu individu melalui belajar dan menyesuaikan secara menyeluruh,
baik diri tentang cara-cara kehidupan maupun cara-cara berpikir kelompok
agar dapat berperan dan berfungsi dalam kelompoknya.22
Tingkah laku mansuia dapat dipahamkan sebagai reaksi dari
tuntutan atau tekanan dari lingkungannya. Tuntutan itu ada yang bersifat
fisik, seperti di daerah yang dingin, manusia harus berpakaian yang tebal
untuk memenuhi tuntunan lingkungan iklim, untuk menghindarkan diri
dari hujan dan terik matahari, serta dinginnya udara malam, manusia
membangun rumah yang dilengkapi dengan lembah dan atap yang kuat.
Untuk menghindari bahaya banjir, tanah longsor, serbuan binatang buas,
manusia membangun rumah yang tinggi dan kuat, sebagai tuntunan dari
lingkungan
22
Choalalthe Buchler, Psycology of Contemporary Living, ( New York, Delta Book
Publishing, tt), 172
12. 59
Selain tingkah laku manusia sebagai reaksi dari tuntutan
lingkungan fisik manusia juga menghadapi tuntutan sosial masyarakat.
Pada seorang masih bayi atau anak-anak, orang tua memberi tuntutan
terhadapnya agar dapat menerima nilai-nilai dan memiliki pola-pola
tingkah laku yang baik. Di sekolah dia mendapat tuntutan dari kepala
sekolah, guru dan teman-temannya untuk dapat bertingkah laku yang dapat
diterima oleh mereka. Dan setelah dewasa dia tidak terlepas pula dari
tuntutan orang lain untuk bertingkah laku yang dapat diterima oleh
mereka.
Gambaran dari berbagai tuntutan tersebut di atas, baik yang
bersifat tuntutan lingkungan fisik maupun tuntutan lingkungan sosial,
dialami oleh setiap orang dalam hidup bermasyarakat. Jika dapat
memenuhi tuntutan fisik, maka dia dapat dikatakan belum menyesuaikan
diri dengan lingkungannya. Cara penyesuaian diri seperti ini disebut
adaptasi. Jika dapat memenuhi tuntutan lingkungan sosial, maka dia
dikatakan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Cara
penyesuaian diri seperti ini dinamakan adjusment. Jika dapat mememnuhi
tuntutan lingkungan fisik dan tuntutan lingkungan sisial, yakni kedua
model tuntutan itu dapat dipenuhi, maka dia dikatakan dapat
menyesuaikan diri. Cara penyesuaian diri seperti ini disebut sosialisasi
(socialization). E Evertt M Rogers dalam bukunya Social Change in Rurel
Societies menggunakan istilah socialization. Rogers mengatakan
socialization is the proces by wich an idividual's personality is shaped the
transmition of culture to individual (sosialisasi adalah suatu proses di
mana kepribadian individu di bentuk melalui transmisi (pemindahan)
budaya terhadap individu tersebut).23
Tuntutan atau tekanan terhadap individu dalam konsep sosialisasi
ada yang bersifat internal dan eksternal. Tuntutan internal adalah tuntutan
yang berupa dorongan atau kebutuhan yang timbul dari dalam, baik yang
bersifat fisik, maupun sosial, seperti kebutuhan makan, minum, seks,
23
Evertt M Rogers, et. al, Social Change in BRiral Societies, (Englewood Cliffs An
Hall, 1988), 50
13. 60
penghargaan sosial, persahabatan, cinta, perhatian, kasih sayang, dan
sebagainya. Sedangkan tuntutan eksternal adalah tuntutan yang datang dari
luar diri individu, seperti keadaan iklim, cuaca, lingkungan alam, individu
lain dan masyarakat.
Dalam memenuhi suatu tuntutan, individu tidak selalu serasi,
kerapkali individu mengalami konflik-konflik tuntutan. Hal-hal yang
menyebabkan konflik antara lain :
1. Perbedaan antara individu dengan individu yang berupa pendirian dan
perasaan.
2. Perbedaan kebudayaan. Perbedaan kepribadian dari orang perorang
tergantung pada pola kebudayaan yang menjadi latar belakang
pembentukan dan perkembangan kepribadian. Seseorang dengan cara
sadar atau tidak sadar, sedikit banyak akan terpengaruh oleh pola-pola
pemikiran dan pola-pola pendirian dari kelompoknya.
3. Perbedaan kepentingan. Perbedaan kepentingan antar individu atau
antar kelompok merupakan sumber lain dari konflik. Wujud
kepentingan bisa bermacam-macam, seperti kepentingan sosial,
politik, ekonomi, budaya dan lain-lain.
4. Perubahan sosial. Perubahan sosial yang berlangsung dengan cepat
untuk sementara waktu akan mengubah nilai-nilai yang ada dalam
masyarakat. Hal ini bisa menyebabkan terjadinya beda pendirian.24
Tuntutan yang tidak serasi akan menyebabkan konflik-konflik. Ada
tiga pola konflik yaitu :
1. Konflik antara tuntutan internal dengan tuntutan internal lainnya.
Misalnya, seseorang yang ingin mendapatkan prestasi atau status
sosial, seseorang harus bersaing atau bertentangan dengan teman-
temanya sendiri.
2. Konflik antara tuntutan eksternal yang satu dengan tuntutan eksternal
yang lain. Seperti seorang laki-laki mendapatkan tuntutan dari ayahnya
untuk menjadi olahragawan, sementara ibunya menuntutnya agar dia
24
Leopold Von Wiese, at. all, Sistematic Sociology, (New York, 1932)
14. 61
menjadi seniman. Di satu sisi anak akan menghadapi tuntutan yang
keras, berlatih kasar untuk menjadi olahragawan, disisi lain untuk
menghadapi tuntutan lembut dan harus untuk menjadi penari.
3. Konflik antara tuntutan internal dan tuntutan eksternal. Seperti tuntutan
seks dan tuntutan di masyarakat, di pihak lain agar kebutuhan seksual
dapat disalurkan melalui proses perkawinan.
b. Pengertian Sosialisasi
Berdasarkan konsep sosialisasi di atas, para tokoh sosiolog
memberiakan pengertian sosialisasi sebagai berikut :
1. Thomas Ford Hoult, sosiologi adalah almost always denotes the process
were by individual lean to behave willingly in accordance with the
prevailling standards of their culture (Sosialisasi adalah proses belajar
individu untuk bertingkah laku sesuai dengan standar yang terdapat
dalam kebudayaan masyarakat).
2. G H Mead, Sosialisasi adalah : taking over of another person's habit's,
attitut and ideas and reorganising of then into one's own system.
(dalam proses sosialisasi individu mengadopsi kebiasaan sikap dan
ide-ide dari orang lain dan menyusunnya kembali sebagai suatu sistem
dalam diri pribadi.
3. Evert M Rogers, sosialisasi diartikan : socialization is the process by
wihich an individual personality is sheped though the transmission of
culture to individual. (sosialisasi adalah suatu proses dimana
kepribadian seorang individu dibentuk melalui transmisi (pemindahan)
budaya terhadap individu tersebut.
4. Havighurst, sosialisasi diartikan : socialization is the process by which
children learn the ways of their society and make these ways part of
their own personalities. (proses sosialisasi adalah proses belajar yang
bersifat khusus)
Dari beberapa devinisi di atas, dapat ditarik pemahaman sosialisasi
sebagai berikut :
15. 62
1. Proses sosialisasi adalah proses belajar, yaitu proses akomodasi dimana
individu menahan dan mengubah impuls-impuls dalam dirinya dan
mengambil oper cara hidup masyarakatnya.
2. Dalam proses sosialisasi, individu mempelajari kebiasaan, sikap, ide-
ide, pola nilai dan tingkah laku dengan standar tingkah laku dimana ia
hidup.
3. Semua sifat dan kecakapan yang dipelajari dalam proses sosialisasi itu,
kemudian disusun dan dikembangkan sebagai suatu kesatuan sistem
dalam diri pribadinya.
Sosialisasi adalah proses belajar segala sesuatu yang dipelajari
individu harus di pelajari dari anggota masyarakat lainnya. Secara sadar
apa yang diajarkan oleh orang tuanya, saudara-saudara, anggota keluarga
lainnya dan di sekolah oleh gurunya adalah telah melakukan sosialisasi.
Seluruh proses sosialisasi berlangsung dalam interaksi individu dengan
lingkungannya.
Proses sosialisasi terjadi melalui conditioning oleh lingkungan
yang menyebabkan individu mempelajari pola kehidupan yang
fundamental, seperti bahasa, cara berjalan, duduk, makan, apa yang
dimakan, berkelakuan sopan, mengembangkan sikap yang dianut dalam
masyarakat, seks orang yang lebih tua, pekerjaan, rekreasi dan segala
sesuatu yang perlu bagi warga masyarakat yang baik. Dengan interaksi
anak dengan lingkungan, lambat laun akan mendapat kesadaran akan
dirinya sendiri sebagai pribadi. Anak memandang dirinya sebagai obyek
seperti orang lain memandang dirinya. Anak dapat membayangkan
kelakuan apa yang diharapkan orang lain pada dirinya, sehingga anak akan
mampu mengatur kelakuannya seperti yang diharapkan orang lain. Dengan
menyadari dirinya sebagai pribadi, anak akan dapat menempatkan diri
dalam struktur sosial, baik akibat dari berkelakuan dari menuruti norma
maupun akibat melanggar norma.
c. Teori sosialisasi
16. 63
Teori yang dominan dalam membahas sosialisasi adalah teori
fungsionalisme struktural Talcott Parsan. Dia berpendapat bahwa realitas
sebagai suatu sistem sosial, dimana bagian-bagiannya berkaitan dengan
keseluruhannya dan dijelaskan berdasarkan fungsi sistem bagi
keseluruhan. Semua tindakan harus diarahkan kepada tujuan (goal
oriented) dan memperhatikan tujuan orang lain. Semua tindakan diarahkan
pada 5 dilema (pattern variabless)
1. Affectivity versus affective neutrality (afektifitas dan netralitas afektif),
yaitu memandang tindakan kita sebagai tujuan diri sendiri atau bagian
dari rencana yang lebih luas.
2. Spesivity versus diffuseness (kekhususan dan kebenaran), yaitu
memandang tindakan individu yang lebih spesifik seperti pelayan toko
atau memandang yang lebih luas, seperti sahabat karib.
3. Univesalisme versus partikularisme.
4. Self orientation versus collectivity.
5. Achievement versus ascription (prestasi dan bawaan).
Kelima dilema Talcott Parsons diatas berorientasi pada nilai yang
dihadapkan pada tiga masalah umum. Menurut Kluckhohn ada tiga
masalah umum yang berkaitan dengan dilema Parsons.
1. Orientasi kodrat manusia yang pada dasarnya jahat, tetapi dapat diubah
menjadi baik, atau manusia pada dasarnya baik, tetapi dapat berubah
menjadi jahat.
2. Orientasi alam, ada yang melihat pekerjaan alam di luar kontrol
manusia dan ada yang memandang pekerjaan alam di bawah kontrol
manusia.
3 Orientasi waktu, ada yang menekankan pada masa lampau, masa
sekarang dan masa yang akan datang. Seperti orang yang akan
memperoleh pekerjaan baik, maka harus terus belajar. Hal ini
menekankan pada masa depan, sehingga mereka tidak melihat latar
belakang orang tua yang misalnya sebagai petani, atau tidak melihat
masa sekarang yang belum mempunyai pekerjaan. Pendidikan dilihat
17. 64
dan diyakini mempunyai harapan untuk merubah nasib mereka,
sehingga mereka berkeyakinan jika terus belajar, maka akan
mendapatkan pekerjaan yang lebih baik.
Berdasarkan pemikiran di atas, kemudian muncul teori sosialisasi.
Dalam pembahasan ini ada tiga teori sosialisasi, yaitu sosialisasi pasif,
sisialisasi aktif, dan sosialisasi radikal. Teori sosialisasi menitikberatkan
pada struktur sosial, funngsi dan peran.
1. Teori sosialisasi pasif
Dalam perkembangan sosial, anak akan tumbuh dan menjadi
matang dalam proses terus menerus mengalami frustrasi dalam
pencapaian tujuan. Untuk mengatasi rasa frustrasi tersebut anak mulai
menggunakan siasat baru dalam upaya terus menerus dalam mencapai
tujuan. Dan juga anak menggunakan sifat-sifat baru untuk memenuhi
tuntutan-tuntutan barunya.
Teori sosialisasi pasif berasumsi bahwa anak hanya akan memberi
respon rangsangan orang tua, disisi lain anak mengabaikan
kemungkinan-kemungkinan lain dalam dirinya sehingga anak akan
mengalami konflik-konflik, misalnya anak merasa bersalah ketika
orang tua melarang bepergian, sedangkan menurut anak tindakan yang
paling layak ialah ia harus pergi. Menurut Parson kepribadian dasar
yang sekali diletakkan dalam masa kanak-kanak bersifat relatif stratis
selama hidup. Jadi teori sosialisasi pasif adalah proses penyesuaian diri
ketika mendapat rangsangan dari individu lain, ketika tidak ada
rangsangan tidak akan terjadi sosialisasi. Berdasarkan abservasi yang
dilakukan oleh Kohl, dari 24 anak dari keluarga kebanyakan (umum)
maka ditemukan separuh dari mereka sudah puas dengan keadaan dan
cara hidup mereka sekarang, sedangkan separuhnya menginginkan
kehidupan yang lebih baik dari sekarang. Kelompok keluarga yang
sudah puas dengan keadaan dan cara hidup sekarang adalah contoh
sosialisasi pasif. Dalam struktur keluarga, istri adalah ibu rumah
tangga yang mengatur proses perekonomian keluarga, sedangkan
18. 65
bapak adalah pelaku ekonomi keluarga. Peran ibu sebagai pengatur
ekonomi keluarga, selalu mengadakan sosialisasi antara kebutuhan dan
in come keluarga.
2. Teori sosialisasi aktif
Sosialisasi pasti akan terjadi pada diri manusia, nilai-nilai
diintegrasikan, pelaku berubah, anak hanya memberi respon pada
tekanan-tekanan pada dirinya dan tidak diberi kesempatan untuk
menciptakan dunianya sendiri. Itulah garis-garis sosialisasi pasif yang
sangat terbatas pada perannya masing-masing. Dalam teori sosialisasi
aktif tindakan dibangun dalam usaha mengatasi kesulitan-kesulitan dan
tidak sekedar untuk merespon struktur sosialisasi saja. Manusia tidak
sekedar memberi respon kepada peran yang diberikan kepadanya,
kepada orientasi nilai atau struktur ekonomi, melainkan secara aktif
menciptakan perannya. Menurut Cicorel, nilai-nilai dan norma-norma
perilaku merupakan bentuk-bentuk permukaan dan proses sosialisasi
merupakan proses memperoleh prosedur-prosedur interpretatif, atau
berkembangnya aturan-aturan yang membimbing pikiran kita atas
perilaku-perilaku yang patut di dalam situasi-situasi yang berbeda.
Yang dimaksud dengan prosedur interpretatif adalah aturan-aturan
yang mengenai atuaran-aturan.25
Contoh, ketika kita mengendarai
mobil pikiran kita adalah bahwa setiap orang mengendarai mobil di
sebelah kiri jalan. Ada kesempatan dimana orang dapat menggunakan
sebelah kanan jalan. Untuk menggunakan sebelah kanan jalan ada
norma secara resmi, seperti di jalan satu arah (jalan tol) dan ada yang
tidak resmi, seperti jalan di luar kota. Pada situasi jalan sepi dari
kendaran lain orang dapat menggunakan seluruh jalan. Mengetahui
sebagian aturan untuk mengendarai mobil adalah mengenal aturan-
aturan mengenai aturan-aturan, sedangkan menguasai jalan dalam
kondisi sepi dari kendaraan dan dinilai aman adalah prosedur
interpretatif.
25
Philip Robinsons, Sosiologi Pendidikan, Terj. Hasan Basari, (Jakarta, CV Rajawali,
1986), 68
19. 66
Jadi teori sosialisasi aktif adalah sosialisasi yang dilakukan
individu terhadap pengembangan peran sosial menjadi penciptaan
peran sosial dan pengembangan dari aturan-aturan mengenai aturan-
aturan menjadi prosedur interpretatif.
3. Teori sosialisasi radikal
Teori sosialisasi radikal berlangsung dalam suatu masyarakat yang
berlapis-lapis.26
Teori ini melihat kelas sosial dipandang sebagai suatu
variabel deskriptif yang independen dari latar belakang proses anak-
anak menjadi dewasa dan tidak merupakan bagian integral dari proses
itu sendiri. Menurut Clarke, sosialisasi adalah sosialsisasi kelas kaum
muda mewarisi dari orang tua mereka. Suatu orientasi kultural
terhadap masalah-masalah umum yang mungkin akan menimbang,
membentuk, dan menunjukkan makna-makna yang kemudian akan
diterapkan pada berbagai bidang kehidupan sosial mereka,27
sehingga
posisi kelas seseorang menentukan perilakunya.
Pada hakekatnya suatu analisis kelas sosial merupakan suatu
analisis mengenai distribusi suatu kekuasaan dalam masyarakat,
dimana sementara orang mempunyai kekuasaan yang kecil sekali atas
gaya hidup mereka sendiri. Hal yang demikian ini sangat
mempenagruhi proses sosialisasi. Clarke berpendapat bahwa pola
tingkah laku sosial dipengaruhi oleh bertambahnya kemakmuran. Di
Inggris selama kurun waktu sepuluh tahun, antara tahun 1950-1960
terjadi perubahan sosial, dimana kelompok dominan mempertahankan
kekuasaan mereka dengan jalan mencuatkan gaya hidup mereka
26
Ukuran atau kriteria yang bisa dipakai untuk menggolongkan masyarakat ke dalam
suatu lapisan adalah : 1. ukuran kekayaan. Barangsiapa yang memiliki kekayaan paling banyak,
termasuk dalam lapisan teratas. Kekayaan tersebut dapat dilihat dalam bentuk rumah yang
bersangkutan, mobil pribadi, cara-cara menggunakan pakaian dan kualitas bahan pakaian.
Kebiasaan untuk berbelanja barang-barang mahal dan seterusnya. 2. Ukuran kekuasaan. Barang
siapa yang memiliki kekuasaan atau wewenang yang terbesar, menempati lapisan paling tinggi. 3.
Ukuran kehormatan. Orang yang paling dihormati dan disegani, mendapat tempat paling atas,
ukuran semacam ini banyak dijumpai pada masyarakat tradisional 4. Ukuran ilmu pengetahuan.
Tidak semua masyarakat menggunakan ukuran ini. Hal yang sering terjadi adalah bukan mutu
ilmu pengetahuan yang dijadikan ukuran, tetapi gelar kesarjanaannya. Sudah barang tentu hal yang
demikian ini memacu segala macam usaha untuk mendapatkan gelar, Lihat, Soerjono Soekanto,
Sosiologi, Ibid., 237-238
27
Philip Robinson, Sosiologi, Ibid., 70
20. 67
seolah-olah nampak sebagai bagian keadaan yang wajar. Banyak dari
kelompok keluarga biasa untuk berusaha meiliki mesin cuci otomatis,
pesawat televisi berwarna, mobil mutakhir, rumah sendiri dan berlibur
panjang di Spanyol. Anak kelas keluarga buruh melanjutkan kuliah
diperguruan tinggi dan akhirnya memperoleh pekerjaan yang
bermartabat tinggi. Clarke melihat fenomena sosial ini sebagai tipuan
(confidunce trik), sebagaimana yang telah disebutkan oleh Berger dan
Luckmann dalam hubungan diantara kelas-kelas sosial. Lebih lanjut
Clarke melihat mereka sedang menyerbu keadaan sebenarnya.28
Dengan demikian teori sosialisasi radikal adalah berbasis pada
kelas dan lapisan sosial, yang dapat menentukan, membimbing dan
mengarahkan perilaku individu. Apabila terjadi fenomena sosial yang
tidak sesuai dengan norma dan aturan kelas sosial, dianggap sebagai
tipuan (confidence trick) dan menyembunyikan kondisi yang
sebenarnya. Pandangan teori sosial radikal telah banyak dikritik orang.
Ada yang berpendapat bahwa teori ini sangat cocok pada waktu masa
lalu, dimana terjadi perubahan sosial sepihak, antara penguasa dan
rakyat. Antara keturunan berdarah biru dan rakyat jelata, anatar kaum
tuan tanah dan kaum buruh. Dengan adanya perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, telah merubah paradigma kehidupan
masyarakat modern. Era globalisasi dan pasar bebas menuntut adanya
kompetisi profesional, kompetisi dan keahlian, tidak ada warisan
kekuasaan dan menghargai hak asasi manusia.
d. Interaksi sebagai dasar sosialisasi
Pengertian tentang interaksi sosial berguna dalam memperhatikan
dan mempelajari berbagai masalah masyarakat, karena interaksi merupakan
syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Dengan kata lain interaksi
sosial adalah kunci dari semua kehidupan sosial, karena tanpa interaksi
sosial tidak mungkin ada kehidupan bersama.29
Pengertian interaksi sosial
28
Ibid ., 70
29
Kimball Young dan Raimond, W Mack, Sociology and sosiallife, (New York,
American Book and Company, 1959), 137
21. 68
menurut H Bonner adalah suatu hubungan antara dua atau lebih individu
manusia, dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah
atau memperbaiki kelakuan individu yang lain, atau sebaliknya.30
Pengartian lainnya dirumuskan oleh Gillin dan Gillin, interaksi sosial
adalah merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis mencakup
hubungan antara orang perorang, antara kelompok manusia, maupun antara
orang perorang dengan kelompok manusia.31
Menurut Abu Ahmadi,
interaksi sosial adalah pengaruh timbal balik antara individu dengan
golongan dalam usaha mereka untuk memecahkan persoalan yang
dihadapinya dan dalam usaha untuk mencapai tujuan.32
Dari beberapa
definisi ini dapat dipahamkan bahwa interaksi sosial terjadi karana ada dua
individu atau lebih yang menjalin hubungan dan saling mempengaruhi
dengan tujuan untuk memecahkan masalah atau untuk mencapai tujuan.
Unsur-unsur pokok dalam intraksi sosial mencakup :
1. Adanya hubungan
2. Hubungan tersebut dilakukan oleh dua orang atau lebih
3. Interaksi dilakukan untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan.
Terjadinya interaksi sosial disebabkan dua hal, pertama adanya
kontak33
sosial dan kedua, adanya komunikasi. Kontak sosial dapat
berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu :
1. Antara orang perorang, seperti anak kecil mempelajari kebiasaan-
kebiasaan dalam keluarga
2. Antara orang perorang dengan kelompok manusia, seperti apabila
manusia merasakan bahwa tindakannya berlawanan dengan norma-
norma masyarakat.
30
Karel Veger, dkk, Pengantar sosiologi, (Jakarta, Grafindo, 1992), 62-63
31
Gillin dan Gillin, Cultural Sociology, A Revition of An Introduction to Sociology,
(New York, The McMilan Company, 1954) 489
32
Abu Ahmadi, Sosiologi, Ibid., 95
33
Kata kontak berasal dari bahasa Latin "con" atau "cum" yang artinya bersama-sama
dan tangan yang menyentuh. Jadi kontak adalah berarti bersama-sama menyentuh. Secara fisik
kontak terjadi apabila terjadi hubungan badaniyah. Secara non fisik kontak terjadi dengan
mengadakan hubungan tanpa menyentuhnya, seperti berbicara dengan pihak lain cukup dengan
suara, atau dengan menggunakan fasilitas seperti telepon, telegram, radio, surat, internet,
telewicara, dan sebgainya, Soerjono Soekanto, Sosiologi Ibid., 65
22. 69
3. Antara satu kelompok dengan kelompok lainnya, seperti antara dua
partai politik mengadakan kerjasama untuk mengalahkan partai politik
lainnya dalam pemilihan umum.
Dilihat dari realitas terjadinya kontak ini, maka kontak dapat
terjadi secara langsung. Seperti bertatap muka, berjabat tangan, saling
senyum, saling menyapa dan memberi isyarat. Kontak seperti ini disebut
dengan kontak primer. Kontak sosial juga bisa terjadi dengan suatu
perantara, (tidak bertemu langsung) seperti perantara orang ketiga, alat
kontak dan sebagainya, kontak seperti ini disebut dengan kontak sekunder.
Sebab yang lain, terjadinya kontak sosial adalah adanya komunikasi. Arti
komunikasi adalah seseorang memberikan penafsiran pada perilaku orang
lain, perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut.
Orang yang bersangkutan kemudian memberikan reaksi terhadap perasan
yang ingin disampaikan oleh orang lain tersebut. Seperti seorang gadis
menerima seikat bunga, dia akan memandang dan mencium bunga
tersebut. Tetapi ada perasan dalam diri gadis tersebut, siapa yang
mengirim bunga tersebut, apa yang menyebabkan dia mengirim bunga
tersebut. Apa bunga tersebut dikirim untuk kado hari ulang tahun, atau
untuk memenuhi suatu janji untuk mengucapkan selamat tinggal atau
tanda cinta kasih dan sebagainya. Apabila gadis belum bisa menjawab
pertanyaan-pertanyaan tersebut, maka ia tidak pernah tahu mengenai apa
yang akan dikatakan dan selama itu juga belum terjadi proses
komunikasi.34
Berdasarkan pengetian dan sebab-sebab terjadinya interaksi di atas,
maka dapat dikelompok macam-macam interaksi sosial sesuai dengan
sudut pandanganya. Dilihat dari sudut subyeknya, interaksi bisa terjadi : 1.
Interaksi antar orang perorang 2. Interaksi antar orang dengan
kelompoknya 3. Interaksi antar kelompok. Dilihat dari sisi caranya, ada
yang dinamakan intraksi langsung (direct interaction). Dilihat dari segi
bentuknya, Soerjono Soekanto membagi interaksmi asosiatif dan intraksi
34
Kingsley Davis, Human Sociology, (New York, McMilan Company, 1960), 140-150
23. 70
disosiatif, dan dilihat dari segi sifatnya ada interaksi positif dan interaksi
negatif. Dalam pembahasan ini akan menggunakan model-model interaksi
Soerjono Soekanto35
yang dianggap sederhana dan mudah dipahami.
Interaksi asosiatif mencakup pembahasan tentang akomodatif kooperatif,
dan asimilasi.
Pertama, akomonatif (kerjasama) adalah merupakan bentuk-bentuk
interaksi sosial yang pokok. Menurut Charles H Cooley36
kerjasama itu
timbul karena orang menyadaari bahwa mereka mempunyai kepentingan
yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan
dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-
kepentingan tersebut. Kesadaran akan adanya kepentingan-kepentingan
yang sama dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta yang penting
dalam kerjasama yang berguna. Bentuk-bentuk kerjasama yang lazim dan
berkembang di masyarakat adalah :
a. Kerukunan yang mencakup gotong royong dan tolong menolong
b. Bersaing, yaitu pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang-
barang dan jasa antara dua organisasi dan lebih
c. Kooptasi, yaitu suatu proses peneriamaan unsur-unsur baru dalam
kepemimpinan untuk menghindari kegoncangan dan stabilitas politik.
d. Koalisi, yaitu, kombinasi antara dua organisasi atau lebih juga
mempunyai kesamaan tujuan
e. Join ventrue, yaitu kerjasama dalam pengusahaan proyek-proyek
tertentu.
Kedua, akomodasi. Menurut Gillin dan Gillin yang disebut akomodasi
adalah pengetian yang dipergunakan unutk menggambarkan suatu proses
dalam hubungan-hubungan sosial. Dengan kata lain akomodasi adalah
suatu cara untuk menyelesaikan pertentangan tanpa menghancurkan pihak
lawan, sehingga lawan tidak kehilangan kepribadiannya. Bentuk-bentuk
akomodasi itu adalah :
35
Soerjono Soekanto, Sosiologi, Ibid ., 72-100
36
C H Croley, Sociology theori and Social Resarch, (New York, Hewy Holt Company,
1930) 176
24. 71
a. Coercian, yaitu akomodasi yang dilaksanakan karena terpaksa
b. Kompromis, akomodasi yang dilaksanakan oleh pihak-pihak yang
terlibat saling menguasai tuntunannya untuk saling menyesuaikan
suatu perselisihan
c. Arbitartion, adalah suatu cara untuk mencapai kompromi, apabila
pihak-pihak yang terlibat tidak sanggup mencapainya sendiri
d. Mediation, artinya hampir sama dengan arbitration
e. Conciliation, usaha untuk mempertemukan keinginan-keinginan dari
pihak yang berselisih demi tercapainya suatu tujuan yang sama
f. Teleration, persetujuan tanpa bentuk formal (tidak resmi)
g. Stalemante, dimana pihak-pihak yang bertentangan saling mempunyai
kekuatan yang sama dan berhenti pada titik tetentu dalam melakukan
pertentangan
h. Adjudication, suatu penyelesaian perkara-perkara di pengadilan.
Ketiga, asimilasi, adalah usaha untuk mengurangi perbedaan yang
terdapat antara orang perorang atau kelompok-kelompok manusia. Usaha-
usaha untuk mempertinggi kesatuan tindak, sikap dan proses-proses
mental dengan memperhatikan kepentingan-kepentingan dan tujuan-tujuan
bersama. Asimilasi timbul bila ada kelompok-kelompok manusia yang
berbeda kebudayaan, adanya hubungan secara intensif antara orang
perorang sebagi warga kelompok, dan berbagai kebudayaan kelompok
yang berubah dan saling menyesuaikan diri. Faktor-faktor yang
mempermudah terjadinya asimilasi adalah toleransi kesempatan yang
seimbang dibidang ekonomi, sikap menghargai orang asing dan
kebudayaan, sikap yang terbuka dari golongan penguasa dalam
masyarakat, persamaan dalam unsur kebudayaan, perkawinan campuran,
dan adanya musuh bersama dari luar. Interaksi disosiatif mencakup
competition (persaingan), contravention (kontravensi) dan conflict
(pertentangan).
Pertama, competition (persaingan) adalah suatu proses sosial
dimana individu atau kelompok-kelompok manusia yang bersaing mencari
25. 72
keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa
tertentu menjadi pusat perhatian umum dengan cara menarik perhatian
tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan.37
Bentuk-bentuk
persaingan antara lain :
a. persaingan ekonomi, yaitu persaingan terjadi karena terbatasnya
kesediaan barang apabila dibandingkan dengan jumlah konsumen
b. Persaingan kebudayaan, mencakup bidang keagamaan, lembaga
kemasyarakatan dan pendidikan
c. Persaingan kedudukan dan peran, terjadi karena dalam diri seseorang
atau dalam diri kelompok terdapat keinginan-keinginan untuk diakui
sebagai orang atau kelompok yang mempunyai kedudukan serta
peranan yang terpandang
d. Persaingan ras, seperti perbedaan warna kulit, bentuk tubuh, corak
rambut, bahasa dan sebagainya, mempunyai kesadaran menjunjung
tinggi ciri khas suatu ras di banding dengan ras yang lain dalam
bidang agama, ekonomi, sosial, budaya dan sebagainya.
Kedua, kontravensi, adalah suatu bentuk proses sosial dengan
adanya ketidak pastian mengenai diri seseorang atau suatu rencana dan
perasaan tidak suka yang disembunyikannya dan kebencian atau keragu-
raguan terhadap kepribadian seseorang. Bentuk-bentuk kontravensi antara
lain :
a. Kontravensi umum, seperti penolakan keengganan, perlawanan,
perbuatan, menghalang-halangi protes, gangguan, perbuatan,
kekerasan dan mengacaukan rencana pihak lain.
b. kontravensi sederhana, seperti menyangkal pernyataan orang lain
dimuka umum, mencaci maki melalui surat selebaran mencerca
menfitnah dan sebagainya.
c. Kontravensi intensif mencakup menghasud, menyebarkan desas-desus
dan mengecewakan pihak lain.
37
Gillin dan Gillin, Cultural, Ibid., 590
26. 73
d. kontravensi rahasia, mencakup mengumumkan rahasia pihak lain dan
penghianatan.
e. Kotravensi taktis, seperti mengejutkan lawan, membingungkan pihak
lain, memaksa pihak lain, menyesuaikan diri dengan kekerasan,
provokasi, intimidasi, dan sebagainya.
Ketiga, conflict, (pertikaian) adalah suatu proses sosial dimana
individu atau kelompok berusaha unutk memenuhi tujuannya dengan jalan
menentang pihak dengan ancaman atau kekerasan. Sebab-sebab terjadinya
konflik antara lain perbedaan antara individu dengan individu, perbedaan
kebudayaan, perbedaan kepentingan, dan perubahan sosial. Bentuk bentuk
dan model-model pertentangan (konflik) antara lain :
a. Perbedaan pribadi
b. Pertentangan rasial
c. Pertentangan antara kelas-kelas sosial
d. Pertentangan politik
e. Pertentangan internasional.
2. Formation of Social Loyalities (Pembentukan Kesetiaan Sosial)
Perkembangan kesetiaan sosial ini muncul berkat kesadaran individu
terhadap kehidupan di tengah-tengah masyarakat. Masyarakat sumber
kesetiaan bagi anggotanya. Sebab-sebab munculnya kesediaan sosial
diantaranya adalah partisipasi sosial, komunikasi dan kerjasama, individu
dalam kehidupan kelompok. Anak kecil yang hadir di tangah-tengah
kehidupan masyarakat secara sepontan diterima sebagai anggota baru. Sebagai
anggota baru, anak belum mengetahui pola dan sistem perilaku orang yang
ada di sekelilingmya. Seperti anak yang baru bisa berjalan, setiap anggota
masyarakat menyapa, menggandeng dan ikut membantu berjalan anak.
Respon anak adalah kemesraan dan afeksi (kepuasan) sehingga berjumpa lagi
dengan orang tersebut si anak langsung tersenyum dan bergerak
mendekatinya.
27. 74
Dengan demikian perkembangan kesetiaan sosial mengikuti pola sebagai
berikut : kerjasama menimbulkan kepuasan dan dari kepuasan menimbulkan
kesetiaan sosial. Bentuk keseitaan sosial berkembang menjadi semakin
komplek kepada kelompok yang makin besar. Kesetiaan sosial dimulai dari
keluarga, teman sebaya dan sekolah. Biasanya kelompok ini disebut dengan
kelompok primer, dimana setiap anggota kelompok dapat berinteraksi secara
langsung dan face to face. Kemudian kesetiaan sosial berkembang seiring
dengan perkembangan kedewasaan seseorang, semakin dewasa seseorang
semakin berkembang kesetiaan sosialnya kepada kelompok pekerjaan,
kelompok agama, perkumpulan (organisasi), baik kemasyarakatan maupun
bangsa. Perkembangan yang lebih luas dan besar ini disebut lingkungan
sekunder, dimana seluruh anggota kelompok mencerminkan seorang individu
yang komplek.
D. Aspek-Aspek Perkembangan Sosial Anak
Perkembangan soisial anak bersumber dari dua hal, yaitu : 1.
Perkembangan biologis seperti makanan, minuman, dan perlindungan yang
mengubah bayi menjadi orang dewasa. 2. Perkembangan personal sosial, yaitu
pengalaman dan pengaruh manusia lain telah mengubah anak menjadi pribadi
sosial dan menjadi warga negara yang bertanggungjawab. Perkembangan sosial
anak dapat dilihat dari fisik dan psikis dalam bentuk tingkah laku sosial, sebagai
hasil dari interaksi dengan lingkungannya.
Brearly berpendapat bahwa masa kanak-kanak38
merupakan pribadi unik
dan individualis, sehingga mereka harus selalu diakui dan dihormati.39
Aries
(1973) mengidentifikasi dua konsep mengenai masa kana-kanak.40
Pertama, masa
kanak-kanak mempunyai ciri manja (codding) sampai batas yang jelas anatara
38
Penggunaan nama-nama sekarang berbeda dengan penggunaan dari periode-periode
historis sebelumnya. Sesungguhnya kita dapat mengatakan dengan jelas bahwa masa kanak-kanak
(childrend) dan masa remaja, keduanya merupakan fenomena baru, Aries (1973) menunjukkan
bagaimana konsep masa kanak-kanank telah berubah dalam perjalanan waktu. Titik ekstrim
perubahan itu terjadi mulai abad ke 10 M. Dimana para seniman tidak mampu menggambarkan
seorang anak, kecuali sebagai seorang dewasa dalam ukuran kecil. Philip Robinson, Sosiologi,
Ibid., 72
39
Brerley M, Fundamentals in The First School, (Okford, Basil Blakwell, 1969), 159
40
Philip Robinson, Sosiologi, Ibid., 72
28. 75
dunia orang dewasa dan dunia kanak-kanak. Ciri masa kanak-kanak dimanjakan
adalah diperhatikan dan kasih sayang yang terus menerus dari ibunya, ibunya
memberlukan asuhan yang cermat, ketergantungan dari orang lain, dipegang-
pegang, dibelai dan diajak bermain. Ciri yang kedua menurut Aries adalah
mengenai nilai moral, yakni anak adalah makhluk Tuhan yang rapuh yang perlu
dijaga dan diubah. Artinya anak harus dilindungi terhadap kejahatan masyarakat
yang lebih luas, sementara ia harus dibersihkan dari dosa asalnya sendiri.
Scherell (1979)41
menyatakan bahwa masa kanak-kanak ditandai dengan
perlindungan, pemisahan, ketergantungan dan tanggungjawab yang ditangguhkan.
Dari sisi perlindungan, Platt (1969) menyatakan bahwa para penyelamat anak
merupakan kaum probilasionis, yang percaya bahwa kaum remaja memerlukan
perlindungan dari kecenderungan-kecenderungan kejahatan masyarakat. Model
perkembangan manusia merupakan inspirasi dari pergerakan penyelamatan anak.
Hal ini didasarkan pada keyakinan bahwa anak-anak menjadi jahat sebagai akibat
dari lingkungan yang jahat, oleh sebab itu yang diperlukan adalah kesempatan
bagi anak-anak untuk pergi ke ladang-ladang yang hijau, kebukit-bukit dengan
disertai minat petualangan. Anak-anak harus dilindungi dari kejahatan-kejahatan
masyarakat industri di kota.
Ciri masa kanak-kanak yang lain adalah masa dimana anak suka melawan,
masa kebebasan dan tidak bertanggungjawab. Hal ini dibuktikan dari perilaku
yang ditunjukkan oleh anak-anak dengan kesadaran akan kebebasan dirinya.
Anak-anak remaja suka mengenakan pakaian yang serupa, mendengarkan musik
41
Menurut Scherell dengan melihat masa kanak-kanak sebagai suatu asumsi ideologi
kelas menengah yang dominan kita memperoleh suatu pengertian yang lebih jelas mengenai
gerakan untuk melembagakan semua anak ke dalam suatu masa kanak-kanak yang universal.
Pertumbuhan sekolah rakyat (common School) merupakan tempat masyarakat yang paling banyak
hiasannya bagi konsep masa kanak-kanak. Lihat Philip Robinson, Ibid ., 73. Ada perbedaan makna
dan batasan masa remaja di nagara maju dan negara sedang berkembang. Masa remaja dimulai
sejak berumur 15 tahun dan berakhir pada saat memasuki masa dewasa. Di Inggris, masa remaja
berjalan selama enam tahun yang dimulai sejak masa pubertas sampai menginjak masa dewasa,
sekitar umur 18 tahun. Dengan demikian maka masa pubertas, di Inggris dimulai sejak anak
berumur 12 tahun. Demikian juga dengan masa dewasa. Apabila masa remaja antara negara
sedang berkembang disamakan dengan negara Eropa, yaitu selama 6 tahun, maka masa dewasa
baru dimulai sejak anak umur 15 tahun ditambah 6 berarti usia 21 tahun. Menurut Philip
Robinson, batasan-batasan tersebut berbahaya karena dengan batasan tersebut mengarah kepada
individu, kepada remaja dengan mengabaikan struktur sosial. Philip Robinson, Ibid., 75.
29. 76
pop yang sama dan menikmati kebebasan yang relatif besar untuk bergaul dengan
anggota-anggota seks yang lain.
Secara terperinci, perkembangan sosial anak sangat bermanfaat bagi
perkembangan dan pertumbuhan institusi-institusi masyarakat, seperti keluarga,
kelompok masyarakat dan pendidikan. Khususnya bagi kepentingan pendidikan,
perkembangan sosial anak sangat membantu untuk mengembangkan potensi
peserta didik. Selama ini bagi guru dalam mengembangkan potensi adalah sangat
dibantu oleh ilmu psikologi, seperti psikologi pendidikan dan ilmu jiwa
perkembangan, ilmu jiwa perkembangan melihat perkembangan anak dari sisi
psikisnya, sedangkan perkembangan anak dari sosialnya, sementara ini menjadi
bagian integral dari sosiologi pendidikan, walau tidak menutup kemungkinan di
masa-masa yang akan datang juga akan muncul ilmu perkembangan sosial anak.
Secara bertahap, perkembangan sosial anak-anak dapat dibagi sesuai dengan umur
anak :
1. Umur 0-2 Tahun disebut dengan tahap permainan solider, dimana anak suka
bermain sendiri. Semua benda yang disekitarnya dianggap senagai permainan
Anak usia ini memperlakuakan teman sebayanya sebagai benda. Rasa ego
sangat besar, sehingga pertengkaran merupakan ciri utama pada tahap ini.
2. Umur 2-3 Tahun disebut dengan tahap semi solider, atau permainan paralel.
Pada tahap ini anak masih suka bermain sendiri, meskipun ada teman
disekitarnya.
3. Umur 3-4 tahun, disebut sebagi tahap permainan kooperatif, yaitu permainan
dilaksanakan dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari dua, tiga atau
lebih, semua anggota kelompok melakukan permainan bersama-sama.
4. Umur 4-5 tahun, disebut tahap permainan khayal, yaitu permainan yang
dilakukan dengan meniru peran manusia dewasa. Anak-anak telah melihat
perilaku orang dewasa dan mulai tumbuh kesadaran bahwa kelak mereka juga
akan menjadi dewasa seperti mereka, maka anak suka meniru peran orang
tua, seperti, guru, dokter, supir, ibu, bapak, dan sebagainya. Melalui permaian
peranan ini pada diri anak berkembang konsep tentang diri sendiri dan orang
30. 77
lain . Peranan-peranan yang dipermainkan anak pada fase permainan khayal
ini bersifat tidak konsisten, mudah berubah dan tidak realistis.
5. Umur 5-10 tahun, disebut permaianan keteraturan, dimana permainan dilakukan
secara kelompok dan lebih teratur. Fase ini merupakan perkembangan lebih
lanjut dari fase-fase sebelumnya. Ciri pokok pada fase ini adalah kepatuhan
pada pemimpin dalam bermain.
6. Umur 10-14 tahun disebut dengan permainan kelompok terorganisir, seperti
permainan dalam kegiatan pramuka. Kelompok pada fase ini sudah lebih
terorganisasi, mempunyai peraturan-peraturan upacara-upacara, bermacam-
macam atribut bagi anggotanya dan sebagainya. Fase ini merupakan fase
kehidupan kelompok yang sangat penting bagi perkembangan sikap kooperatif
dan partisipasi sosial kelak dalam kehidupan masyarakat setelah dewasa.