SlideShare a Scribd company logo
1 of 35
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Dalam kegiatan sehari-hari, baik disadari atau tidak disadari kita pasti
mengalami sebuah kegiatan yaitu belajar. Belajar secara teori maupun praktek
dari lingkungan sekitar. Belajar mengerti arti kehidupan dan belajar menjadi
lebih baik. Anak-anak kecil pun belajar bagaimana cara mereka berjalan dan
berkomunikasi dengan baik. Sebagai calon pendidik kita juga dituntut untuk
mengetahui tentang arti penting belajar. Karena belajar merupakan masalah
yang pasti dihadapi setiap orang.
Belajar merupakan suatu proses yang kompleks, karena dipengaruhi oleh
banyak hal, dan apabila hal-hal yang mempengaruhi itu tidak diperhatikan,
maka akan mengakibatkan siswa mengalami kesulitan dalam belajarnya.Semua
kesulitan-kesulitan yang dialami siswa tersebut akan menyebabkan tinggi
rendahnya prestasi belajar, bahkan akan membuat siswa mengalami kegagalan
dalam studinya.
Dalam proses belajar, situasi dan kondisi siswa akan sangat mempengaruhi
dan menentukan aktifitas yang akan dilakukan dalam belajar. Proses belajar
mengajar pada intinya bertumpu pada suatu persoalan yaitu bagaimana
pengajar memberi kemungkinan agar terjadi proses belajar mengajar yang
efektif atau dapat mencapai hasil belajar sesuai dengan tujuan sebelumnya.
Namun, pada kenyataan yang ada masih banyak ditemukan siswa yang
malas belajar, siswa yang kurang menyenangi pelajaran, tidak mempunyai
perhatian sama sekali terhadap sesuatu yang akan dipelajari, tugas sekolah
dijadikan beban, hasil belajar hanya untuk naik kelas dan lulus dari sekolah.
Semua itu merupakan gambaran dari aktifitas belajar siswa yang masih rendah.
Sebagai akibatnya mereka mengalami kesulitan belajar. Dari setiap sekolah
2
pastinya kita dapat melihat siswa-siswi yang berprestasi tinggi dan kurang
berprestasi. Hal ini dapat disebabkan adanya berbagai faktor yang dapat
mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi dalam belajar, yang menyebabkan
setiap siswa mempunyai prestasi yang berbeda-beda. Namun penulis hanya
akan meneliti tentang siswa yang berprestasi.
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan belajar?
2. Apa manfaat belajar?
3. Apa yang dimaksud dengan hasil belajar?
4. Apa saja faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar?
5. Upaya apa saja yang dapat dilakukan dalam mengatasi penyebab hasil
belajar?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan belajar.
2. Mengetahui manfaat belajar.
3. Mengetahui apa yang dimaksud dengan hasil belajar.
4. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar.
5. Mengetahui upaya yang dapat dilakukan dalam mengatasi penyebab hasil
belajar.
3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.Pengertian Belajar
Usaha pemahaman mengenai makna belajar ini akan diawali dengan
mengemukakan beberapa definisi
Beberapa definisi tentang belajar. Ada beberapa definisi tentang belajar,
antara lain dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Cronbach memberikan definisi: Learning is shown by a change in behavior
as a result of experience.
2. Harold Spears memberikan batasan: Learning is to observe, to read, to
imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction.
3. Geoch, mengatakan: Learning is a change in performance as a result of
practice.
Dari ketiga definisi di atas, maka dapat diterangkan bahwa belajar itu
senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan
serangkaian kegitan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan,
meniru, dan lain sebagainya. Juga belajar itu akan lebih baik, kalau si subjek
belajar itu mengalami atau melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik.
Di samping definisi-definisi tersebut, ada beberapa pengertian lain dan
cukup banyak, baik yang dilihat secara mikro maupun secara makro, dilihat
dalam arti luas maupun terbatas/khusus. Dalam pengertian luas, belajar dapat
diartikan sebagai kegiatan psiko-fisik menuju ke perkembangan pribadi
seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit, belajar dimaksudkan sebagai usaha
penguasan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan
menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya. Relevan dengan ini, ada
4
pengertian bahwa belajar adalah “penambahan pengetahuan”. Definisi atau
konsep ini dalam praktiknya banyak dianut di sekolah-sekolah. Para guru
berusaha memberikan ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya dan siswa giat
untuk mengumpulkan/menerimanya.
Dalam kasus yang demikian, guru hanya berperan sebagai “pengajar”. Sebagai
konsekuensi dari pengertian yang terbatas ini, kemudian muncul banyak
pendapat yang mengatakan bahwa belajar itu menghafal. Hal ini terbukti,
misalnya kalau siswa (subjek belajar) itu akan ujian, mereka akan menghafal
terlebih dahulu. Sudah barang tentu pengertian seperti ini, secara esensial
belum memadai.
Selanjutnya ada yang mendefinisikan: “belajar adalah berubah”. Dalam hal
ini yang dimaksudkan belajar berarti usaha mengubah tingkah laku. Jadi
belajar akan membawa suatu perubahan pada individu-individu yang belajar.
Perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi
juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat,
watak, penyesuaian diri. Jelasnya menyangkut segala aspek organisme dan
tingkah lau pribadi seseorang. Dengan demikian, dapatlah dikatakan bahwa
belajar itu sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga, psiko-fisik untuk menuju
perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur
cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Ada beberapa teori yang berpendapat bahwa proses belajar pada
prinsipnya bertumpu pada struktur kognitif, yakni penataan fakta, konsep serta
prinsip-prinsip, sehingga membentuk satu kesatuan yang memiliki makna bagi
subjek didik. Teori semacam ini boleh jadi diterima, dengan suatu alasan
bahwa dari struktur kognitif itu dapat memengaruhi perkembangan afeksi
ataupun penampilan seseorang. Dari konsep ini, pada perkembangan berikut
akan melahirkan teori belajar yang bertumpu pada konsep pembentukan super
ego, yakni suatu proses belajar melalui suatu peniruan, proses interaksi antara
pribadi seseorang dengan pihak lain, misalnya seorang tokoh (super ego,
menyangkut dimensi sosial). Yang perlu ditegaskan adalah siapa pun yang
5
menjadi figur untuk ditiru, bagi si peniru akan mendapatkan pengalaman yang
berguna bagi dirinya. Semakin banyak orang itu belajar melalui peniruan
terhadap tokoh, semakin banyak pula pengalaman yang diperoleh. Sesuai
dengan konsep super ego, maka pengalaman yang diperoleh si subjek didik,
akan banyak menyangkut segi moral. Hal ini sesuai dengan penegasan Brend
bahwa struktur kepribadian individu manusia itu terdiri dari tiga komponen
yang dinamakan: id, ego, dan super ego. Id lebih menekankan pemenuhan
nafsu, super ego lebih bersifat sosial dan moral, sedang ego akan menjembatani
antara keduanya, terutama kalau berkembang menghadapi lingkungannya, atau
dalam aktivitas belajar. Menurut konsep super ego, bagaimana seorang belajar
itu dapat membina moralitas dirinya, yang mungkin melalui berinteraksi
dengan pribadi-pribadi manusia yang lain.
Secara umum, belajar boleh dikatakan juga sebagai suatu proses interaksi
antara diri manusia (id – ego – super ego) dengan lingkungannya, yang
mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep ataupun teori. Dalam hal ini
terkandung suatu maksud bahwa proses interaksi itu adalah:
1. Proses internalisasi dari sesuatu ke dalam diri yang belajar, dan
2. Dilakukan secara aktif, dengan segenap panca indera ikut berperan.
Proses internalisasi dan dilakukan secara aktif dengan segenap panca
indera perlu ada follow up-nya yakni proses “sosialisasi”. Proses “sosialisasi”
dalam hal ini dimaksudkan mensosialisasikan atau menginteraksikan atau
menularkan kepada pihak lain. Dalam proses sosialisasi, karena berinteraksi
dengan pihak lain sudah barang tentu melahirkan suatu pengalaman. Dari
pengalaman yang satu ke pengalaman yang lain, akan menyebabkan proses
perubahan pada diri seseorang. Sudah dikatakan di muka bahwa belajar adalah
perubahan tingkah laku. Orang yang tadinya tidak tahu setelah belajar menjadi
tahu. Jelasnya, proses belajar senantiasa merupakan perubahan tingkah laku,
dan terjadi karena hasil pengalaman. Oleh karena itu, dapat dikatakan terjadi
proses belajar, apabila seseorang menunjukkan “tingkah laku yang berbeda”.
6
Sebagai contoh, misalnya orang yang belajar itu dapat membuktikan
pengetahuan tentang fakta-fakta baru atau dapat melakukan sesuatu yang
sebelumnya ia tidak dapat melakukannya. Jadi, belajar menempatkan seseorang
dari status abilitas yang lain.
Mengenai perubahan status abilitas itu, menurut Bloom, meliputi tiga
ranah/matra, yaitu: matra kognitif, afektif dan psikomotorik. Masing-masing
matra atau domain ini dirinci lagi menjadi beberap jangkauan kemampuan
(level of competence). Rincian ini dapat disebutkan sebagai berikut:
1. Kognitif domain:
a. Knowledge (pengetahuan, ingatan).
b. Comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh).
c. Analysis (menguraikan, menentukan hubungan).
d. Synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan
baru). e.Evaluation (menilai).
f.Application ( menerapkan).
2. Affective domain:
a. Recieving (sikap menerima).
b. Responding (memberikan respons).
c. Valuing (nilai).
d. Organization (organisasi).
e. Characterization (karakterisasi).
3. Psychomotor domain:
a. Initiatory level.
b. Pre-routine level.
c. Rountinized level.
7
Target jangkauan mengenai pencapaian level sebagaimana dijajarkan di
tiap-tiap domain/matra, sudah barang tentu sesuai dengan tujuan belajarnya,
tidak mesti harus mencapai yang tertinggi. Untuk melengkapi pengertian
mengenai makna belajar, perlu kiranya dikemukakan prinsip-prinsip yang
berkaitan dengan belajar. Dalam hal ini ada beberapa prinsip yang penting
untuk diketahui, antara lain:
a. Belajar pada hakikatnya menyangkut potensi manusiawi dan kelakuannya.
b. Belajar memerlukan proses dan penahapan serta kematangan diri para
siswa.
c. Belajar akan lebih mantap dan efektif, bila didorong dengan motivasi,
terutama motivasi dari dalam/dasar kebutuhan/kesadaran atau intrinsic
motivation, lain halnya belajar dengan rasa takut atau dibarengi dengan rasa
tertekan dan menderita.
d. Dalam banyak hal, belajar merupakan proses percoban (dengan
kemungkinan berbuat keliru) dan conditioning atau pembiasaan.
e. Kemampuan belajar seseorang siswa harus diperhitungkan dalam rangka
menentukan isi pelajaran.
f. Belajar dapat melakukan tiga cara yaitu:
1) Diajar secara langsung;
2) Kontrol, kontak, penghayatan, pengalaman langsung (seperti anak belajar
bicara, sopan santun, dan lain-lain);
3) Pengenalan dan/atau peniruan.
g. Belajar melalui praktik atau mengalami secara langsung akan lebih efektif
mampu membina sikap, keterampilan, cara berpikir kritis dan lain-lain, bila
dibandingkan dengan belajar hafalan saja.
h. Perkembangan pengalaman anak didik akan banyak memengaruhi
kemampuan belajar yang bersangkutan.
8
i. Bahan pelajar yang bermakna/berarti, lebih mudah dan menarik untuk
dipelajari, daripada bahan yang kurang bermakna.
j. Informasi tentang kelakuan baik, pengetahuan , kesalahan serta keberhasilan
siswa, banyak membantu kelancaran dan gairah belajar.
k. Belajar sedapat mungkin diubah ke dalam bentuk aneka ragam tugas,
sehingga anakanak melakukan dialog dalam dirinya atau mengalaminya
sendiri.
B.Tujuan Belajar
Dalam usaha pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem
lingkungan (kondisi) belajar yang lebih kondusif. Hal ini akan berkaitan
dengan mengajar. Mengajar diartikan sebagai suatu usaha penciptaan sistem
lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Sistem lingkungan
belajar ini sendiri terdiri atau dipengaruhi oleh berbagai komponen yang
masing-masing akan saling mempengaruhi. Komponen-komponen itu misalnya
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, materi yang ingin diajarkan, guru dan
siswa yang memainkan peranan serta dalam hubungan sosial tertentu, jenis
kegiatan yang dilakukan serta sarana belajar-mengajar yang tersedia.
Komponen-komponen sistem lingkungan itu saling memengaruhi secara
bervariasi sehingga setiap peristiwa belajar memiliki profil yang unik dan
kompleks. Masing-masing profil sistem lingkungan belajar, diperuntukkan
tujuan-tujuan belajar yang berbeda. Dengan kata lain, untuk mencapai tujuan
belajar tertentu harus diciptakan sistem lingkungan belajar yang tertentu pula.
Tujuan belajar untuk pengembangan nilai afeksi memerlukan penciptaan
sistem lingkungan yang berbeda dengan sistem yang dibutuhkan untuk tujuan
belajar pengembangan gerak, dan begitu seterusnya.
Dari uraian di atas, kalau dirangkum dan ditinjau secara umum, maka
tujuan belajar itu ada tiga jenis yaitu:
9
1. Untuk mendapatkan pengetahuan
Hal ini ditandai dengan kemampuan berpikir. Pemilikan pengetahuan
dan kemampuan berpikir sebagai yang tidak dapat dipisahkan. Dengan kata
lain, tidak dapat mengembangkan kemampuan berpikir tanpa bahan
pengetahuan, sebaliknya kemampuan berpikir akan memperkaya
pengetahuan. Tujuan inilah yang memiliki kecenderungan lebih besar
perkembangannya di dalam kegiatan belajr. Dalam hal ini peranan guru
sebagai pengajar lebih menonjol.
Adapun jenis interaksi atau cara yang digunakan untuk kepentingan
pada umumnya dengan model kuliah (presentasi), pemberian tugas-tugas
bacaan. Dengan cara demikian, anak didik/siswa akan diberikan
pengetahuan sehingga menambah pengetahuannya dan sekaligus akan
mencarinya sendiri untuk mengembangkan cara berpikir dalam rangka
memperkaya pengetahuannya.
2. Penanaman konsep dan keterampilan
Penanaman konsep atau merumuskan konsep, juga memerlukan suatu
keterampilan. Jadi soal keterampilan yang bersifat jsmani maupun rohani.
Keterampilan jasmaniah adalah keterampilan-keterampilan yang dapat
dilihat, diamati, sehingga akan menitikberatkan pada keterampilan
gerak/penampilan dari anggota tubuh seseorang yang sedang belajar.
Termasuk dalam hal ini masalah-masalah “teknik” dan “pengulangan”.
Sedangkan keterampilan rohani lebih rumit, karena tidak selalu berurusan
dengan masalah-masalah keterampilan yang dapat dilihat bagaimana ujung
pangkalnya, tetapi lebih abstrak, menyangkut persoalan-persoalan
penghayatan, dan keterampilan berpikir serta kreativitas untuk
menyelesaikan dan merumuskan suatu masalah atau konsep. Jadi semata-
mata bukan soal “pengulangan”, tetapi mencari jawaban yang cepat dan
tepat.
10
Keterampilan memang dapat dididik, yaitu dengan banyak melatih
kemampuan. Demikian juga mengungapkan perasaan melalui bahasa tulis
atau lisan, bukan soal kosakata atau tata arah pada pencapaian keterampilan
itu akan menuruti kaidah-kaidah tertentu dan bukan semata-mata hanya
menghafal atau meniru.
3. Pembentukan sikap
Pembentukam sikap mental dan perilaku anak didik, tidak akan terlepas
dari soal penanaman nilai-nilai, transfer of values. Oleh karena itu, guru tidak
sekadar “pengajar”, tetapi betul-betul sebagai pendidik yang akan
memindahkan nilai-nilai itu kepada anak didiknya. Dengan dilandasi nilai-nilai
itu, anak didik/siswa akan tumbuh kesadaran dan kemauannya, untuk
mempraktikkan segala sesuatu yang sudah dipelajarinya. Cara berinteraksi atau
metode-metode yang dapat digunakan misalnya dengan diskusi, demonstrasi,
sosiodrama, role playing.
Jadi, pada intinya tujuan belajar itu adalah ingin mendapatkan
pengetahuan, keterampilan dan penanaman sikap mental/nilai-nilai. Pencapaian
tujuan belajar berarti akan menghasilkan, hasil belajar. Relevan dengan uraian
mengenai tujuan belajar tersebut, hasil belajar itu meliputi:
a. Hal ihwal keilmuan dan pengetahuan, konsep atau fakta (kognitif).
b. Hal ihwal personal, kepribadian atau sikap (afektif).
c. Hal ihwal kelakuan, keterampilan atau penampilan (psikomotorik).
Ketiga hasil belajar di atas dalam pengajaran merupakan tiga hal yang
secara perencanaan dan programatik terpisah, namun dalam kenyataannya pada
diri siswa akan merupakan satu kesatuan yang utuh dan bulat. Ketiganya itu
dalam kegiatan belajarmengajar, masing-masing direncanakan sesuai dengan
butir-butir bahan pelajaran (content). Karena semua itu bermuara kepada anak
didik, maka setelah terjadi proses internalisasi, terbentuklah suatu kepribadian
11
yang utuh. Dan untuk itu semua, diperlukan sistem lingkungan yang
mendukung.
C.Teori Tentang Belajar
1. Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Daya
Menurut teori ini, jiwa manusia teriri dari bermacam-macam daya.
Masing-masing daya dapat dilatih dalam rangka untuk memenuhi fungsinya.
Untuk melatih suatu daya itu dapat digunakan berbagai cara atau bahan.
Sebagai contoh untuk melatih daya ingat dalam belajar misalnya dengan
menghafal kata-kata atau angka, istilah-istilah asing. Begitu pula untuk
daya-daya yang lain. Yang penting dalam hal ini bukan penguasaan bahan
atau materinya, melainkan hasil pembentukan dari daya-daya itu. Kalau
sudah demikian, maka seseorang yang belajar itu akan berhasil.
2. Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Gestalt
Dari aliran ilmu jiwa Gestalt/keseluruhan ini memberikan beberapa
prinsip belajar yang penting, antara lain:
a. Manusia bereaksi dengan lingkungannya secara keseluruhan, tidak
hanya secara intelektual, tetapi juga secara fisik, emosional, sosial dan
sebagainya;
b. Belajar adalah penyesuaian diri dengan lingkungan;
c. Manusia berkembang sebagai keseluruhan sejak dari kecil sampai
dewasa, lengkap dengan segala aspek-aspeknya;
d. Belajar adalah perkembangan ke arah diferensiasi yang lebih luas;
e. Belajar hanya berhasil, apabila tercapai kematangan untuk memperoleh
insight;
f. Tidak mungkin ada belajar tanpa kemauan untuk belajar, motivasi
memberi dorongan yang menggerakkan seluruh organisme;
g. Belajar akan berhasil kalau ada tujuan;
12
h. Belajar merupakan suatu proses bila seseorang itu aktif, bukan ibarat
suatu bejana yang diisi.
3. Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Asosiasi
Teori ini berprinsip bahwa keseluruhan itu sebenarnya terdiri dari
penjumlahan bagian-bagian atau unsur-unsurnya. Dari aliran ini ada dua
teori yang sangat terkenal, yakni: Teori Konektionisme dari Thorndike dan
Teori Conditioning dari Pavlov. a.Teori Konektionisme
Menurut Thorndike, dasar belajar itu adalah asosiasi antara kesan panca
indera (sense impresion) dengan impuls untuk bertindak (impuls to action).
Dengan kata lain, belajar adalah pembentukan hubungan antara stimulus dan
respons, antara aksi dan reaksi. Jika dilatih terus-menerus, hubungan antara
stimulus dan respons itu akan terbiasa, otomatis.
Mengenai hubungan stimulus dan respons tersebut, Thorndike
mengemukakan beberapa prinsip atau hukum di antaranya sebagai berikut:
1) Law of effect
Hubungan stimulus dan respons akan bertambah erat, kalau disertai
dengan perasaan sengan atau puas, dan sebaliknya kurang erat atau
bahkan bisa lenyap kalau disertai perasaan tidak senang.
2) Law of multiple response
Dalam situasi problematis, kemungkinan besarrespons yang tepat itu
tidak segera tampak, sehingga individu yang baru belajar harus berulang
kali mengadakan percobaan sampai respons itu muncul dengan tepat.
Prosedur inilah yang dalam belajr lazim disebutnya dengan istilah trial
and error.
3) Law of exercise atau Law of use and disuse
Hubungan stimulus dan repons akan bertambah erat kalu sering
dipakai dan akan berkurang bahkan lenyap jika jarang atau tidak
13
pernah digunakan. Oleh karena itu perlu banyak latihan, ulangan, dan
pembiasn.
4) Law of assimilation atau Law of analogy
Seseorang dapat menyesuaikan diri atau memberi respons yang sesuai
dengan situasi sebelumnya.
b.Teori Conditioning
Kalau seseorang mencium bau cate, air liur pun mulai keluar.
Demikian juga kalau naik kendaran di jalan raya, begitu lampu merah,
berhenti. Bentuk kelakuan itu pernah dipelajari berkat conditioning.
Bentuk kelakuan macm ini pernah dipelajri oleh Pavlov dengan
mengadakan percoban dengan anjing. Tiap kali anjing itu diberi makan,
lampu dinyalakan. Karena melihat makanan, air liurnya keluar. Begitu
seterusnya hal itu dilakukan berkali-kali dan sering diulangi, sehingga
menjadi kebiasaan. Karena sudah menjadi kebiasan, maka pada suatu
ketika lampu dinyalakan tetapi tidak diberi makanan, air liur anjing pun
keluar.
Melihat ketiga teori belajar yang dirumuskan menurut ilmu jiwa daya,
Gestalt maupun asosiasi, ternyata memang berbeda-beda. Namun demikian
sebagai teori yang berkait dengan kegiatan belajar, ketiganya ada beberapa
persamaannya. Persamaan itu antara lain mengakui adanya prinsip-prinsip
berikut ini:
a. Dalam kegiatan belajar, motivasi merupakan faktor yang sangat
penting;
b. Dalam kegiatan belajar selalu ada halangan/kesulitan;
c. Dalam belajar memerlukan aktifitas;
d. Dalam menghadapi kesulitan, sering terdapat kemungkinan bermacam-
macam respons.
14
4. Teori Konstruktivisme
Menurut teori konstruktivisme, belajar adalah kegiatan yang aktif di
mana si subjek belajar membangun sendiri pengetahuannya. Subjek belajar
juga mencari sendiri makna dari sesuatu yang mereka pelajari.
D.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar
Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat kita
bedakan menjadi tiga macam, yakni:
1.Faktor Internal Siswa
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri
individu dan dapat memengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor
internal ini meliputi faktor fisiologis dan psikologis.
Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan
kondisi fisik individu. Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam.
Pertama, keadaan tonus jasmani. Keadaan tonus jasmani pada umumnya
sangat memengaruhi aktivitas belajar seseorang. Kondisi fisik yang sehat
dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar
individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat
tercapainya hasil belajar yang maksimal. Oleh karena keadaan tonus jasmani
sangat memengaruhi proses belajar, maka perlu ada usaha untuk menjaga
kesehatan jasmani
Faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang
dapat memengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama
memengaruhi proses belajar adalah kecerdasan siswa, motivasi, minat,
sikap, dan bakat.
a. Kecerdasan/ intelegensi siswa
15
Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik
dalam mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan
melalui cara yang tepat. Dengan demikian, kecerdasan bukan hanya
berkaitan dengan kualitas otak saja, tetapi juga organ-organ tubuh yang
lain. Namun bila dikaitkan dengan kecerdasan, tentunya otak merupakan
organ yang penting dibandingkan organ yang lain, karena fungsi otak itu
sendiri sebagai pengendali tertinggi (executive control) dari hampir
seluruh aktivitas manusia.
Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam
proses belajar siswa, karena itu menenentukan kualitas belajar siswa.
Semakin tinggi tingkat inteligensi seorang individu, semakin besar
peluang individu tersebut meraih sukses dalam belajar. Sebaliknya,
semakin rendah tingkat inteligensi individu, semakin sulit individu itu
mencapai kesuksesan belajar. Oleh karena itu, perlu bimbingan belajar
dari orang lain, seperti guru, orangtua, dan lain sebagainya. Sebagai
faktor psikologis yang penting dalam mencapai kesuksesan belajar, maka
pengetahuan dan pemahaman tentang kecerdasan perlu dimiliki oleh
setiap calon guru atau guru profesional, sehingga mereka dapat
memahami tingkat kecerdasan siswanya.
Pemahaman tentang tingkat kecerdasan individu dapat diperoleh
oleh orang tua dan guru atau pihak-pihak yang berkepentingan melalui
konsultasi dengan psikolog atau psikiater. Sehingga dapat diketahui anak
didik berada pada tingkat kecerdasan yang mana, amat superior, superior,
rata-rata, atau mungkin lemah mental. Informasi tentang taraf kecerdasan
seseorang merupakan hal yang sangat berharga untuk memprediksi
kemampuan belajar seseorang. Pemahaman terhadap tingkat kecerdasan
peserta didik akan membantu mengarahkan dan merencanakan bantuan
yang akan diberikan kepada siswa.
16
b. Motivasi
Motivasi adalah salah satu faktor yang memengaruhi keefektifan
kegiatan belajar siswa. Motivasilah yang mendorong siswa ingin
melakukan kegiatan belajar. Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi
sebagai proses di dalam diri individu yang aktif, mendorong,
memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat. Motivasi juga
diartikan sebagai pengaruh kebutuhan-kebutuhan dan keinginan terhadap
intensitas dan arah perilaku seseorang.
c. Sikap
Dalam proses belajar, sikap individu dapat memengaruhi
keberhasilan proses belajarnya. Sikap adalah gejala internal yang
berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons
dengan cara yang relatif tetap terhadap objek, orang, peristiwa dan
sebagainya, baik secara positif maupun negatif. Sikap siswa dalam
belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak senang pada
performan guru, pelajaran, atau lingkungan sekitarnya. Dan untuk
mengantisipasi munculnya sikap yang negatif dalam belajar, guru
sebaiknya berusaha untuk menjadi guru yang profesional dan
bertanggung jawab terhadap profesi yang dipilihnya. Dengan
profesionalitas, seorang guru akan berusaha memberikan yang terbaik
bagi siswanya; berusaha mengembangkan kepribadian sebagai seorang
guru yang empatik, sabar, dan tulus kepada muridnya; berusaha untuk
menyajikan pelajaran yang diampunya dengan baik dan menarik
sehingga membuat siswa dapat mengikuti pelajaran dengan senang dan
tidak menjemukan; meyakinkan siswa bahwa bidang studi yang
dipelajari bermanfaat bagi diri siswa.
17
d. Bakat
Faktor psikologis lain yang memengaruhi proses belajar adalah
bakat. Secara umum, bakat (aptitude) didefinisikan sebagai kemampuan
potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada
masa yang akan datang (Syah, 2003). Berkaitan dengan belajar, Slavin
(1994) mendefinisikan bakat sebagai kemampuan umum yang dimiliki
seorang siswa untuk belajar. Dengan demikian, bakat adalah kemampuan
seseorang yang menjadi salah satu komponen yang diperlukan dalam
proses belajar seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang
yang sedang dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung proses
belajarnya sehingga kemungkinan besar ia akan berhasil.
Pada dasarnya, setiap orang mempunyai bakat atau potensi untuk
mencapai prestasi belajar sesuai dengan kemampuannya masing-masing.
Karena itu, bakat juga diartikan sebagai kemampuan dasar individu untuk
melakukan tugas tertentu tanpa tergantung upaya pendidikan dan latihan.
Individu yang telah memiliki bakat tertentu, akan lebih mudah menyerap
segala informasi yang berhubungan dengan bakat yang dimilikinya.
Misalnya, siswa yang berbakat di bidang bahasa akan lebih mudah
mempelajari bahasa-bahasa lain selain bahasanya sendiri.
e. Faktor Eksternal Siswa
Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di
sekitar siswa. Seperti faktor internal siswa, faktor eksternal siswa juga
terdiri atas faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial.
Lingkungan sosial di sekolah seperti para guru, para tenaga kependidikan
dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang
siswa. Selanjutnya, yang termasuk lingkungan sosial siswa adalah
masyarakat dan tetangga juga teman sepermainan di sekitar
perkampungan siswa tersebut. Lingkungan sosial yang lebih banyak
memengaruhi kegiatan belajar ialah orangtua dan keluarga siswa itu
18
sendiri. Sifat-sifat orangtua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan
keluarga, dan demografi keluarga (letak rumah), semua dapat memberi
dampak baik atau buruk terhadap kegiatan belajar dan hasi yang dicapai
oleh siswa. Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah
gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan
letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang
digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat
keberhasilan belajar siswa.
2. Faktor Pendekatan Belajar
Faktor pendekatan belajar juga berpengaruh terhadap taraf
keberhasilan proses belajar siswa tersebut. Semakin mendalam cara belajar
siswa semakin baik hasilnya. Untuk memeperjelas uraian mengenai faktor-
faktor yang memengaruhi belajar tersebut, berikut ini penyusun sajikan
sebuah tabel.
TABEL 1
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Ragam Faktor dan Elemen
Internal Siswa Eksternal Siswa Pendekatan Belajar Siswa
1. Aspek Fisiologis
• Tonus jasmani
• Mata dan telinga
2. Aspek Psikologis
• Intelegensi
• Sikap
• Minat
• Bakat
1. Lingkungan Sosial
Keluarga
• Guru dan staf
• Masyarakat
• Teman
2. Lingkungan
Nonsosial
• Rumah
1. Pendekatan Tinggi
Speculative
• Achieving
• Pendekatan Sedang
• Analitical
• Deep
2. Pendekatan Rendah
• Reproductive
19
• Motivasi • Sekolah
• Peralatan
• Alam
• Surface
Thomas F. Staton menguraikan enam macam faktor psikologis dalam
belajar yaitu. a.Motivasi
Seseorang akan berhasil dalam belajar, kalau pada dirinya sendiri ada
keinginan untuk belajar. Inilah prinsip dan hukum pertama dalam kegiatan
pendidikan dan pengajaran. Keinginan atau dorongan untuk belajar inilah
yang disebut motivasi. Motivasi dalam hal ini meliputi dua hal: (1)
mengetahui apa yang akan dipelajari; dan (2) memahami mengapa hal
tersebut patut dipelajari. Dengan berpijak pada kedua unsur motivasi inilah
sebagai dasar permulaan yang baik untuk belajar. Sebab tanpa motivasi
(tidak mengerti apa yang akan dipelajari dan tidak memahami mengapa hal
itu perlu dipelajari) kegiatan belajar-mengajar sulit untuk berhasil.
b. Konsentrasi
Konsentrasi dimaksudkan untuk memusatkan segenap kekuatan
perhatian pada suatu situasi belajar. Unsur motivasi dalam hal ini sangat
membantu tumbuhnya proses pemusatan perhatian. Di dalam konsentrasi ini
keterlibatan mental secara detail sangat diperlukan, sehingga tidak
“perhatian” sekadarnya.
c. Reaksi
Di dalam kegiatan belajar diperlukan keterlibatan unsur fisik maupun
mental, sebagai suatu wujud reaksi. Pikiran dan ototnya harus dapat bekerja
secara harmonis, sehingga subjek belajar itu bertindak atau melakukannya.
Belajar harus aktif, tidak sekadar apa adanya, menyerah pada lingkungan,
tetapi semua itu harus dipandang sebagai tantangan yang memerlukan
20
reaksi. Jadi orang yang belajar harus aktif, bertindak dan melakukannya
dengan segala panca indranya secara optimal. Ibaratnya dalam permainan
sepak bola, seorang penjaga gawang yang menangkap bola yang nyaris akan
membobolkan gawang yang dijaganya. Pada saat seperti itu si penjaga
gawang betulbetul bereaksi dengan memerlukan segala ketangkasan mental,
kewaspadaan, perhitungan dan ketekunan. Begitu juga dalam belajar,
membutuhkan reaksi yang melibatkan ketangkasan mental, kewaspadaan,
perhitungan, ketekunan, dan kecermatan untuk menangkap fakta-fakta dan
ide-ide sebagaimana disampaikan oleh pengajarnya. Jadi kecepatan jiwa
seseorang dalam memberikan respons pada suatu pelajar merupakan faktor
yang penting dalam belajar.
4. Organisasi
Belajar dapat juga dikatakan sebagai kegiatan mengorganisasikan,
menata atau menempatkan bagian-bagian bahan pelajaran ke dalam suatu
kesatuan pengertian. Hal semacam inikah yang dapat membuat seseorang
belajar akan menjadi mengerti dan lebih jelas, tetapi mungkin juga
bertambah buingung. Perbedaan belajar yang berhasil dengan kebingungan,
kemungkinan besar hanyalah perbedaan antara cara penerimaan dan
pengaturan fakta-fakta dan ide-ide dalam pikiran siswa yang belajar. Dalam
hal ini dibutuhkan keterampilan mental untuk mengorganisasikan stimulus
(fakta-fakta, ideide). Untuk membantu siswa agar cepat dapat
mengorganisasikan fakta atau ide-ide dalam pikirannya, maka diperlukan
perumusan tujuan yang jelas dalam belajar. Dengan demikian akan terajdi
proses yang logis.
e.Pemahaman
Pemahaman atau comprehension dapat diartikan menguasai sesuatu
dengan pikiran. Karena itu belajar berarti harus mengerti secara mental
makna dan filosofisnya, maksud dan implikasi serta aplikasi-aplikasinya,
seingga menyebabkan siswa dapat memahami suatu situasi. Hal ini sangat
21
penting bagi siswa yang belajar. Memahami maksudnya, menangkap
maknanya, adalah tujuan akhir dari setiap belajar. Comprehension atau
pemahaman, memiliki arti yang sangat mendasar yang meletakkan bagian-
bagian belajar pada proporsinya. Tanpa itu, skill pengetahuan dan sikap
tidak akan bermakna. f.Ulangan
Sehubungan dengan kenyataan, untuk mengatasi kelupaan, diperlukan
“ulangan”. Mengulang-ulang suatu pekerjaan atau fakta yang sudah
dipelajari membuat kemampuan para siswa untuk mengingatnya akan
semakin bertambah. Mengulangi atau memeriksa dan mempelajari kembali
apa yang sudah dipelajari, maka kemungkinan untuk mengingat bahan
pelajaran menjadi lebih besar.
Hanya perlu ditegaskan bahwa kegiatan mengulang harus disertai
dengan pikiran dan bertujuan. Ulangan tanpa pemikiran akan sia-sia.
Mengulang dengan pemikiran dan bertujuan inilah yang membedakan
dengan kegiatan mengulang yang sekadar mengulang secara otomatis.
Dengan demikian, dalam mengulang ini akan lebih baik kalau dipadukan
dengan faktor-faktor psikologis yang lain.
E.Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar menurut Sudjana (1990) adalah kemampuan yang dimiliki
siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Menurut Sudjana (2004)
bahwa hasil belajar siswa adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa
setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Kingsley mengemukakan bahwa
terdapat tiga macam hasil belajar siswa yaitu: 1) keterampilan dan kebiasaan;
2) pengetahuan dan pengertian; 3) sikap dan cita-cita. Macam-macam jenis
hasil belajar siswa dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam
kurikulum.
Gagne mengungkapkan ada lima kategori hasil belajar, yakni : informasi
verbal, kecakapan intelektul, strategi kognitif, sikap dan keterampilan.
22
Sementara Bloom mengungkapkan tiga tujuan pengajaran yang merupakan
kemampuan seseorang yang harus dicapai dan merupakan hasil belajar yaitu :
kognitif, afektif dan psikomotorik (Sudjana, 1990:22).1
Istilah hasl belajar berasal dari bahasa Belanda “prestatie”, yang kemudian
dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha. Prestasi
selalu dihubungkan dengan aktivitas tertentu, misalnya belajar. Syah (1997)
menjelaskan bahwa prestasi belajar merupakan taraf keberhasilan siswa atau
santri dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah atau pondok pesantren
yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai
sejumlah materi pelajaran tertentu. Prestasi belajar berfungsi untuk mengetahui
tingkat kemajuan atau penguasaan yang telah dicapai siswa dalam segala aspek
meliputi ranah cipta (prestasi kognitif), ranah rasa (prestasi afektif), dan ranah
karsa (prestasi psikomotorik).
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar
adalah hasil yang dicapai dari suatu kegiatan atau usaha yang dapat
memberikan kepuasan emosional, dan dapat diukur dengan alat tes atau tes
tertentu. Dalam proses pendidikan, prsetasi dapat diartikan sebagai hasil dari
proses belajar mengajar yakni penguasaan, perubahan emosional, atau
perubahan tingkah laku yang dapat diukur dengan tes tertentu.
Biggs (2003) mengatakan bahwa dalam proses belajar mengajar setiap
guru menginginkan agar siswa memahami materi yang diajarkan sebagai hasil
pembelajaran yang telah dilakukan. Perubahan tersebut dapat terlihat dari segi
kuantitatif, kualitatif, dan afektif. Biggs menambahkan bahwa hasil atau
prestasi belajar dapat dilihat juga melalui keterlibatan siswa terhadap proses
pembelajaran. Elliot dan Harackiewicz (1994) menyebutkan bahwa
keterlibatan siswa terhadap proses pembelajaran merupakan aspek afektif yang
dapat dilihat melalui sejauh mana siswa memiliki kepedulian akan hasil terbaik
23
yang dicapai dalam proses belajar, waktu yang dicurahkan untuk tugas-tugas
yang harus dikerjakan, serta sejauh mana siswa berkonsentrasi dan terlibat
dalam aktivitas pembelajaran, baik dikelas maupun di luar kelas, persiapan
ujian, serta mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru.
F. Upaya Mengatasi Penyebab Hasil Belajar
Upaya yang dapat dilakukan dalam mengatasi penyebab hasil belajar siswa
seperti:
1. Orang tua harus lebih memperhatikan kondisi anaknya, seperti menjaga
kesehatan anaknya.
2. Guru dan orang tua harus memperhatikan anak didik dalam belajar. Jika ada
anak didik yang mempunyai kesulitan dalam belajar, maka anak tersebut
harus dididik dengan baik.
3. Guru harus memperbaiki cara mengajarnya, agar dapat menumbuhkan minat
belajar anak.
4. Sebaiknya guru dan orang tua harus memberikan motivasi kepada siswa
untuk meningkatkan prestasi belajarnya. Misalnya motivasi dari guru yaitu
guru harus memperbaiki cara mengajarnya dan memperhatikan siswa yang
menemukan kesulitan dalam belajar. Kemudian motivasi dari orang tua
yaitu orang tua harus memperhatikan cara belajar anak serta menyediakan
fasilitas belajar anak di rumah.
5. Sebaikanya sekolah menyediakan apa yang dibutuhkan siswa dalam
pembelajaran agama khususnya dan sebaiknya orang tua lebih
memperhatikan kebutuhan anaknya, baik kebutuhan fasilitas belajar maupun
kasih sayang dan juga memberi motivasi kepada anak.
24
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.Subjek Penelitian
Narasumber 1 (siswa berprestasi tinggi)
1. Nama : Eka Deviana
2. Tempat, Tanggal Lahir : Bogor, 01 Januari 1998
3. Jenis Kelamin : Laki laki
4. Agama : Islam
5. Alamat Peserta Didik : Kp, Baros. Rt 01/05, Ds. Cipelang, Kec.
Cijeruk, Kab. Bogor.
6. Nama Orang Tua
a. Ayah : Mulyadi
b. Ibu : Imas Riyaningsih
7. Pekerjaan Orang Tua :
a. Ayah : Buruh Bangunan
b. Ibu : Ibu Rumah Tangga
8. Alamat Orang Tua : Kp, Baros. Rt 01/05, Ds. Cipelang, Kec.
Cijeruk, Kab. Bogor.
25
B.Desaindan Prosedur Penelitian
Pada penelitian ini, kami mendapatkan data dari beberapa sumber, yaitu:
1. Data Primer, merupakan data yang diperoleh melalui observasi dan
wawancara dengan siswa yang dapat memberikan informasi sehubungan
dengan masalah yang diteliti.
2. Data sekunder, merupakan data-data yang diperoleh secara tertulis melalui
buku-buku referensi berupa pengertian dan teori-teori yang ada
hubungannya dengan permasalahan yang diteliti.
Untuk mendukung penelitian ini diperoleh data melalui:
1. Observasi
Observasi dilakukan di kediaman peserta didik
2. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan cara melakukan tanya jawab terhadap siswa
yang yang menjadi objek penelitian.
C. Laporan Observasi
Peneliti : Ai Nurlailiah, Megasari Sakti, Rifqi Ichlasul Wiliyanto.
Lokasi : kp. Baros ke. Cijeruk kab. Bogor
Objek : Siswa beprestasi tinggi
Narasumber : Eka Deviana
26
D. Wawancara
1.Wawancara siswa berprestasi tinggi: Eka Deviana
A : “ Bagaimana cara kamu belajar?”
B : “ Saya sebetulnya kurang suka belajar dengan metode membaca, tapi
saya lebih suka belajar dengan cara melihat dan mendengarkan.”
A :“Mata pelajaran apa yang kamu sukai?”
B : “Saya sangat menyukai pelajaran Matematika karena matematika
merupakan ilmu pasti yang menggunakan logika, sedangkan pelajaran yang
tidak disukai oleh saya yaitu Bahasa Inggris, karena bagi saya Bahasa
Inggris sangat sulit dimengerti.”
A : “Apa yang membuat kamu semangat untuk datang ke sekolah?”
B : “ Karena saya memiliki cita cita yang harus saya capai.”
A : “Apakah kamu sering bertanya ketika pembelajaran berlangsung?”
B : “Ya, saya akan bertanya kepada guru saya ketika saya kurang faham
tentang pelajaran yang telah di jelaskan oleh guru saya.”
A : “ Apakah kamu sering diberi penghargaan oleh gurumu?”
B : “ Ya sering.”
A : “ Bagaimana perilaku teman teman mu terhadap kamu?”
B : “ Semua yang berteman dengan saya itu baik baik semua, tapi ada pula
orang yang kurang suka sama saya.”
27
A : “ Lalu bagaimana perilaku guru guru yang ada disana terhadap mu?”
B : “ Guru guru semua yang ada disana baik baik, ramah dan sangat patut
untuk jadi teladan”
A : “ Apakah orangtua mu selalu menyediakan media pembelajaran kepada
kamu?
B : “ Tidak, karena dengan keterbatasan dari segi ekonomi, mungkin hanya
ada beberapa yang bisa saya beli sendiri.”
A : “ Apa Hobi kamu?”
B : “Saya hobi dengan olahraga seperti main bola, futsal, berenang dan
volly”
A : “ Sesering apa kamu melakukan hobi dibanding belajar?”
B : “ Saya lebih sering melakukan hobi saya, karena hobi merupakan media
refreshing saya untuk melepaskan penat setelah belajar.”
A : “ Apakah kamu di sekolah mengikuti ekstrakulikuler? jika ada
ekstrakulikuler apa yang kamu ikuti?”
B : “ Ya saya mengikuti ekstrakulikuler yang ada di sekolah seperti
Pramuka, Osis, Volly, Jipong.”
A : “ Apakah kamu mengikuti les, privat?”
B : “Tidak, saya belajar dengan cara saya sendiri”
A : “ Bagaimana kamu menggunakan metode belajar kamu sendiri?”
28
B : “ Saya belajar dengan cara yang nyaman, maksudnya ketika hendak
belajar cari tempat yang bagi kita nyaman ketika belajar, karena jika kita
ingin cepat memahami butuh fokus yang cukup tinggi, sedangkan
kenyamanan merupakan hal yang penting agar ketika kita belajar kita bisa
fokus.”
A : “ Lalu tips apakah agar belajar bisa menjadi suatu hal yang
menyenangkan?”
B : “ Yang pertama, kita harus merubah pola pikir kita bahwa belajar
merupakan suatu kebutuhan bagi setiap orang, kedua, sebelum belajar
usahakan dalam keadaan yang fresh, ketiga, adalah menjadikan belajar
sebagai bagian dari hobi kita.”
29
BAB IV
ANALISIS DATA
Pada penelitian ini, kami menggunakan dua metode penelitian, yaitu
observasi dan wawancara. Observasi dilakukan dikediaman peserta didik.
Observasi ini dilakukan pada hari Minggu tanggal 01 Juli 2018. Kami memulai
penelitian mulai pukul 07.30 sampai 10.30. Kemudian kami melakukan
wawancara dengan narasumber yang bernama Eka Deviana.
Eka Deviana adalah siswa berprestasi tinggi di kelas 12 SMK 1 Desa
Semesta Bogor, dilihat dari hasil wawancara yang telah dilakukan, walaupun tidak
pernah diperintahkan oleh orang tuanya untuk belajar namun anak ini memiliki
motivasi belajar yang cukup tinggi dengan adanya kesadaran akan pentingnya
belajar. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa ini adalah:
1. Faktor internal
a. Keadaan jasmani: tingkat kebugaran yang dimilikinya yang mempengaruhi
semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran.
Aspek psikologis yang mempengaruhi proses dan hasil belajar:
1) Tingkat kecerdasan/inteligensi yang tinggi pada anak berprestasi ini
membuat hasil belajarnya sangat memuaskan.
2) Tingkat emosi pada anak berprestasi ini sudah cukup terlatih, dilihat dari
caranya menanggapi berbagai pertanyaan yang diajukan saat wawancara.
3) Tingkat motivasi yang tinggi pada anak berprestasi ini dilihat dari adanya
kesadaran akan pentingnya belajar, dan lebih memprioritaskan waktunya
untuk belajar.
4) Bakat dan minat siswa
Anak berprestasi ini sudah terlihat memiliki bakat yang luar biasa
dibidang akademik karena memperoleh hasil belajar memuaskan, dengan
30
semua mata pelajaran mendapatkan hasil belajar diatas 9. Siswa ini pun
sudah mempunyai rencana untuk menjadi seorang dokter dan berkuliah
di UGM.
2. Faktor eksternal
Walaupun tanpa adanya dorongan dari orang tua pun siswa ini sudah
memiliki hasil belajar yang memuaskan.
3. Faktor pendekatan (approach to learning)
Strategi dan metode belajar yang digunakan yaitu metode audio visual
karena daya tangkap siswa lebih efektif ketika memahami suatu pelajaran
dengan cara mendengarkan dan menyaksikan.
31
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Belajar merupakan perubahan tingkah laku, dan terjadi karena hasil
pengalaman.
2. Manfaat belajar yaitu:
a. Mengadakan perubahan dalam diri yang buruk menjadi baik;
b. Mengubah kebiasaan diri yang buruk menjadi lebih baik;
c. Menambah pengetahuan dalam berbagai bidang ilmu.
3. Tujuan belajar yaitu:
a. Untuk mendapatkan pengetahuan;
b. Pemahaman konsep dan keterampilan;
c. Pembentukan sikap.
4. Hasil belajar adalah suatu hasil yang diharapkan dari pembelajaran yang telah
ditetapkan dalam rumusan perilaku siswa dalam mengikuti program
pembelajaran sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan, yang
mencakup tiga aspek yaitu aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek
psikomotorik.
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar:
a. faktor internal (dari dalam siswa)
b. faktor eksternal (dari luar/lingkungan siswa)
c. faktor pendekatan belajar (approach to learning)
32
6. Upaya yang dapat dilakukan dalam mengatasi penyebab hasil belajar siswa
seperti:
a. Orang tua harus lebih memperhatikan kondisi kesehatan anaknya.
b. Guru dan orang tua harus memperhatikan anak didik dalam belajar. Jika
ada anak didik yang mempunyai kesulitan dalam belajar, maka anak
tersebut harus dididik dengan baik.
c. Guru harus memperbaiki cara mengajarnya, agar dapat menumbuhkan
minat belajar anak.
d. Guru dan orang tua harus memberikan motivasi kepada siswa untuk
meningkatkan prestasi belajarnya.
33
DAFTAR PUSTAKA
Sardiman A.M. 2012. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta:Rajawali
Pers.
Suralaga, Fadhilah dan Solicha. 2010. Psikologi Pendidikan. Jakarta: UIN Press.
Syah, Muhibbin. 2014. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya
Syaodih Nana, Sukmadinata. 2009. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
34
LAMPIRAN
.
a. Saat kegiatan wawancara berlangsung
35
B. Piagam prestasi narasumber.

More Related Content

What's hot

Macam macam teori pembelajaran
Macam macam teori pembelajaranMacam macam teori pembelajaran
Macam macam teori pembelajaranDei Al-faroby
 
Teori Pembelajaran Humanisme Dan Kontruktivisme
Teori Pembelajaran Humanisme Dan KontruktivismeTeori Pembelajaran Humanisme Dan Kontruktivisme
Teori Pembelajaran Humanisme Dan KontruktivismeErik Kuswanto
 
Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)
Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)
Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)Mayawi Karim
 
Materi Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran Bab I Belajar dan Pembelajaran
Materi Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran Bab I Belajar dan PembelajaranMateri Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran Bab I Belajar dan Pembelajaran
Materi Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran Bab I Belajar dan Pembelajaran-Nining Syafitri
 
Makalah Teori Belajar
Makalah Teori Belajar Makalah Teori Belajar
Makalah Teori Belajar Adindahz
 
Teori belajar bruner
Teori belajar brunerTeori belajar bruner
Teori belajar brunerAsep Iryanto
 
Teori belajar dan pembelajaran jenis belajar, prinsip belajar, dan asas pembe...
Teori belajar dan pembelajaran jenis belajar, prinsip belajar, dan asas pembe...Teori belajar dan pembelajaran jenis belajar, prinsip belajar, dan asas pembe...
Teori belajar dan pembelajaran jenis belajar, prinsip belajar, dan asas pembe...STAIN CURUP
 
Makalah belajar dan pembelajaran___Prinsip-prinsip Pembelajaran kel 3
Makalah belajar dan pembelajaran___Prinsip-prinsip Pembelajaran kel 3Makalah belajar dan pembelajaran___Prinsip-prinsip Pembelajaran kel 3
Makalah belajar dan pembelajaran___Prinsip-prinsip Pembelajaran kel 3Uhthi Solekhah
 
Makalah teori belajar bruner
Makalah teori belajar brunerMakalah teori belajar bruner
Makalah teori belajar brunerAisyah Turidho
 
TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK, HUMANISTIK DAN KOGNITIF
TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK, HUMANISTIK DAN KOGNITIFTEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK, HUMANISTIK DAN KOGNITIF
TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK, HUMANISTIK DAN KOGNITIFkhairunnisa mulyana
 
KONSEP DASAR BELAJAR
KONSEP DASAR BELAJARKONSEP DASAR BELAJAR
KONSEP DASAR BELAJARRetno Nindia
 
TEORI-TEORI BELAJAR DALAM PENDIDIKAN
TEORI-TEORI BELAJAR DALAM PENDIDIKANTEORI-TEORI BELAJAR DALAM PENDIDIKAN
TEORI-TEORI BELAJAR DALAM PENDIDIKANTika Nafisah
 
Makalah teori pembelajaran
Makalah teori pembelajaranMakalah teori pembelajaran
Makalah teori pembelajaranArif Wicaksono
 
Macam macam teori belajar
Macam macam teori belajarMacam macam teori belajar
Macam macam teori belajarDei Al-faroby
 
Tugasan penulisan kumpulan web 2.0
Tugasan penulisan kumpulan web 2.0Tugasan penulisan kumpulan web 2.0
Tugasan penulisan kumpulan web 2.0eida naufal
 

What's hot (20)

Macam macam teori pembelajaran
Macam macam teori pembelajaranMacam macam teori pembelajaran
Macam macam teori pembelajaran
 
Makalah Teori belajar
Makalah Teori belajarMakalah Teori belajar
Makalah Teori belajar
 
Teori Pembelajaran Humanisme Dan Kontruktivisme
Teori Pembelajaran Humanisme Dan KontruktivismeTeori Pembelajaran Humanisme Dan Kontruktivisme
Teori Pembelajaran Humanisme Dan Kontruktivisme
 
Tekhnologi pembelajaran
Tekhnologi pembelajaranTekhnologi pembelajaran
Tekhnologi pembelajaran
 
PROFESI KEPENDIDIKAN
PROFESI KEPENDIDIKANPROFESI KEPENDIDIKAN
PROFESI KEPENDIDIKAN
 
Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)
Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)
Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)
 
Materi Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran Bab I Belajar dan Pembelajaran
Materi Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran Bab I Belajar dan PembelajaranMateri Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran Bab I Belajar dan Pembelajaran
Materi Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran Bab I Belajar dan Pembelajaran
 
Makalah Teori Belajar
Makalah Teori Belajar Makalah Teori Belajar
Makalah Teori Belajar
 
Teori belajar bruner
Teori belajar brunerTeori belajar bruner
Teori belajar bruner
 
Teori belajar dan pembelajaran jenis belajar, prinsip belajar, dan asas pembe...
Teori belajar dan pembelajaran jenis belajar, prinsip belajar, dan asas pembe...Teori belajar dan pembelajaran jenis belajar, prinsip belajar, dan asas pembe...
Teori belajar dan pembelajaran jenis belajar, prinsip belajar, dan asas pembe...
 
Teori teori pembelajaran
Teori teori pembelajaranTeori teori pembelajaran
Teori teori pembelajaran
 
Makalah belajar dan pembelajaran___Prinsip-prinsip Pembelajaran kel 3
Makalah belajar dan pembelajaran___Prinsip-prinsip Pembelajaran kel 3Makalah belajar dan pembelajaran___Prinsip-prinsip Pembelajaran kel 3
Makalah belajar dan pembelajaran___Prinsip-prinsip Pembelajaran kel 3
 
Makalah teori belajar bruner
Makalah teori belajar brunerMakalah teori belajar bruner
Makalah teori belajar bruner
 
TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK, HUMANISTIK DAN KOGNITIF
TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK, HUMANISTIK DAN KOGNITIFTEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK, HUMANISTIK DAN KOGNITIF
TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK, HUMANISTIK DAN KOGNITIF
 
KONSEP DASAR BELAJAR
KONSEP DASAR BELAJARKONSEP DASAR BELAJAR
KONSEP DASAR BELAJAR
 
TEORI-TEORI BELAJAR DALAM PENDIDIKAN
TEORI-TEORI BELAJAR DALAM PENDIDIKANTEORI-TEORI BELAJAR DALAM PENDIDIKAN
TEORI-TEORI BELAJAR DALAM PENDIDIKAN
 
Makalah teori pembelajaran
Makalah teori pembelajaranMakalah teori pembelajaran
Makalah teori pembelajaran
 
Macam macam teori belajar
Macam macam teori belajarMacam macam teori belajar
Macam macam teori belajar
 
Tugasan penulisan kumpulan web 2.0
Tugasan penulisan kumpulan web 2.0Tugasan penulisan kumpulan web 2.0
Tugasan penulisan kumpulan web 2.0
 
KB 4 Teori Belajar Humanistik
KB 4 Teori Belajar HumanistikKB 4 Teori Belajar Humanistik
KB 4 Teori Belajar Humanistik
 

Similar to Belajar-Faktor-Mempengaruhi

Makalah teori belajar
Makalah teori belajarMakalah teori belajar
Makalah teori belajarNarendra
 
Teori belajar behaviorisme kemudian kognitivisme, dan terakhir konstrutivisme.
Teori belajar  behaviorisme kemudian kognitivisme, dan terakhir konstrutivisme.Teori belajar  behaviorisme kemudian kognitivisme, dan terakhir konstrutivisme.
Teori belajar behaviorisme kemudian kognitivisme, dan terakhir konstrutivisme.Nurulbanjar1996
 
4 Teori Belajar (Behavioristik, Kognitif,.pptx
4 Teori Belajar (Behavioristik, Kognitif,.pptx4 Teori Belajar (Behavioristik, Kognitif,.pptx
4 Teori Belajar (Behavioristik, Kognitif,.pptxRogsBuck
 
56-Article Text-111-1-10-20150806.pdf
56-Article Text-111-1-10-20150806.pdf56-Article Text-111-1-10-20150806.pdf
56-Article Text-111-1-10-20150806.pdfLuthfiyahSa
 
Makalah teori pembelajaran behavioristik
Makalah teori pembelajaran behavioristikMakalah teori pembelajaran behavioristik
Makalah teori pembelajaran behavioristikkhairil kabe
 
Makalah kelomppk 2 teoribelajar dan pembelajaran
Makalah kelomppk 2 teoribelajar dan pembelajaranMakalah kelomppk 2 teoribelajar dan pembelajaran
Makalah kelomppk 2 teoribelajar dan pembelajaransundelubek1
 
Makalah psikologi pendidikan 3
Makalah psikologi pendidikan 3Makalah psikologi pendidikan 3
Makalah psikologi pendidikan 3Narendra
 
Makalah psikologi pendidikan
Makalah psikologi pendidikanMakalah psikologi pendidikan
Makalah psikologi pendidikanNarendra
 
Martikulasi Pascasarjana "Teori Belajar dan Pembelajaran" M. Ifaldi Sidik
Martikulasi Pascasarjana "Teori Belajar dan Pembelajaran" M. Ifaldi SidikMartikulasi Pascasarjana "Teori Belajar dan Pembelajaran" M. Ifaldi Sidik
Martikulasi Pascasarjana "Teori Belajar dan Pembelajaran" M. Ifaldi SidikM. Ifaldi Sidik
 
TEORI BELAJAR SOSIAL.pdf
TEORI BELAJAR SOSIAL.pdfTEORI BELAJAR SOSIAL.pdf
TEORI BELAJAR SOSIAL.pdfAkhina3
 
Apakah itu pengajaran
Apakah itu pengajaranApakah itu pengajaran
Apakah itu pengajaranDidie Patient
 
Apakah itu pengajaran
Apakah itu pengajaranApakah itu pengajaran
Apakah itu pengajaranDidie Patient
 
Strategi pembelajaran
Strategi pembelajaranStrategi pembelajaran
Strategi pembelajaranAdefebrian3
 
Bab II PTK Oimpiade matematika pada Polinomial
Bab II PTK Oimpiade matematika pada PolinomialBab II PTK Oimpiade matematika pada Polinomial
Bab II PTK Oimpiade matematika pada PolinomialAri Sanjaya
 
KELOMPOK 1_5B_PERENCANAAN PEMBELAJARAN (1).pptx
KELOMPOK 1_5B_PERENCANAAN PEMBELAJARAN (1).pptxKELOMPOK 1_5B_PERENCANAAN PEMBELAJARAN (1).pptx
KELOMPOK 1_5B_PERENCANAAN PEMBELAJARAN (1).pptxDedeApriyanto2687
 

Similar to Belajar-Faktor-Mempengaruhi (20)

Makalah teori belajar
Makalah teori belajarMakalah teori belajar
Makalah teori belajar
 
Teori belajar behaviorisme kemudian kognitivisme, dan terakhir konstrutivisme.
Teori belajar  behaviorisme kemudian kognitivisme, dan terakhir konstrutivisme.Teori belajar  behaviorisme kemudian kognitivisme, dan terakhir konstrutivisme.
Teori belajar behaviorisme kemudian kognitivisme, dan terakhir konstrutivisme.
 
Tekhnologi pembelajaran
Tekhnologi pembelajaranTekhnologi pembelajaran
Tekhnologi pembelajaran
 
4 Teori Belajar (Behavioristik, Kognitif,.pptx
4 Teori Belajar (Behavioristik, Kognitif,.pptx4 Teori Belajar (Behavioristik, Kognitif,.pptx
4 Teori Belajar (Behavioristik, Kognitif,.pptx
 
56-Article Text-111-1-10-20150806.pdf
56-Article Text-111-1-10-20150806.pdf56-Article Text-111-1-10-20150806.pdf
56-Article Text-111-1-10-20150806.pdf
 
Makalah teori pembelajaran behavioristik
Makalah teori pembelajaran behavioristikMakalah teori pembelajaran behavioristik
Makalah teori pembelajaran behavioristik
 
Makalah kelomppk 2 teoribelajar dan pembelajaran
Makalah kelomppk 2 teoribelajar dan pembelajaranMakalah kelomppk 2 teoribelajar dan pembelajaran
Makalah kelomppk 2 teoribelajar dan pembelajaran
 
Makalah psikologi pendidikan 3
Makalah psikologi pendidikan 3Makalah psikologi pendidikan 3
Makalah psikologi pendidikan 3
 
Makalah psikologi pendidikan
Makalah psikologi pendidikanMakalah psikologi pendidikan
Makalah psikologi pendidikan
 
Martikulasi Pascasarjana "Teori Belajar dan Pembelajaran" M. Ifaldi Sidik
Martikulasi Pascasarjana "Teori Belajar dan Pembelajaran" M. Ifaldi SidikMartikulasi Pascasarjana "Teori Belajar dan Pembelajaran" M. Ifaldi Sidik
Martikulasi Pascasarjana "Teori Belajar dan Pembelajaran" M. Ifaldi Sidik
 
TEORI BELAJAR SOSIAL.pdf
TEORI BELAJAR SOSIAL.pdfTEORI BELAJAR SOSIAL.pdf
TEORI BELAJAR SOSIAL.pdf
 
Apakah itu pengajaran
Apakah itu pengajaranApakah itu pengajaran
Apakah itu pengajaran
 
Apakah itu pengajaran
Apakah itu pengajaranApakah itu pengajaran
Apakah itu pengajaran
 
Strategi pembelajaran
Strategi pembelajaranStrategi pembelajaran
Strategi pembelajaran
 
Bab II PTK Oimpiade matematika pada Polinomial
Bab II PTK Oimpiade matematika pada PolinomialBab II PTK Oimpiade matematika pada Polinomial
Bab II PTK Oimpiade matematika pada Polinomial
 
Prinsip prinsip belajar
Prinsip prinsip belajarPrinsip prinsip belajar
Prinsip prinsip belajar
 
makna belajar
makna belajarmakna belajar
makna belajar
 
Bab ii
Bab ii Bab ii
Bab ii
 
Bab ii
Bab ii Bab ii
Bab ii
 
KELOMPOK 1_5B_PERENCANAAN PEMBELAJARAN (1).pptx
KELOMPOK 1_5B_PERENCANAAN PEMBELAJARAN (1).pptxKELOMPOK 1_5B_PERENCANAAN PEMBELAJARAN (1).pptx
KELOMPOK 1_5B_PERENCANAAN PEMBELAJARAN (1).pptx
 

Recently uploaded

implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023DodiSetiawan46
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfIndri117648
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxc9fhbm7gzj
 

Recently uploaded (20)

implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
 

Belajar-Faktor-Mempengaruhi

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Dalam kegiatan sehari-hari, baik disadari atau tidak disadari kita pasti mengalami sebuah kegiatan yaitu belajar. Belajar secara teori maupun praktek dari lingkungan sekitar. Belajar mengerti arti kehidupan dan belajar menjadi lebih baik. Anak-anak kecil pun belajar bagaimana cara mereka berjalan dan berkomunikasi dengan baik. Sebagai calon pendidik kita juga dituntut untuk mengetahui tentang arti penting belajar. Karena belajar merupakan masalah yang pasti dihadapi setiap orang. Belajar merupakan suatu proses yang kompleks, karena dipengaruhi oleh banyak hal, dan apabila hal-hal yang mempengaruhi itu tidak diperhatikan, maka akan mengakibatkan siswa mengalami kesulitan dalam belajarnya.Semua kesulitan-kesulitan yang dialami siswa tersebut akan menyebabkan tinggi rendahnya prestasi belajar, bahkan akan membuat siswa mengalami kegagalan dalam studinya. Dalam proses belajar, situasi dan kondisi siswa akan sangat mempengaruhi dan menentukan aktifitas yang akan dilakukan dalam belajar. Proses belajar mengajar pada intinya bertumpu pada suatu persoalan yaitu bagaimana pengajar memberi kemungkinan agar terjadi proses belajar mengajar yang efektif atau dapat mencapai hasil belajar sesuai dengan tujuan sebelumnya. Namun, pada kenyataan yang ada masih banyak ditemukan siswa yang malas belajar, siswa yang kurang menyenangi pelajaran, tidak mempunyai perhatian sama sekali terhadap sesuatu yang akan dipelajari, tugas sekolah dijadikan beban, hasil belajar hanya untuk naik kelas dan lulus dari sekolah. Semua itu merupakan gambaran dari aktifitas belajar siswa yang masih rendah. Sebagai akibatnya mereka mengalami kesulitan belajar. Dari setiap sekolah
  • 2. 2 pastinya kita dapat melihat siswa-siswi yang berprestasi tinggi dan kurang berprestasi. Hal ini dapat disebabkan adanya berbagai faktor yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi dalam belajar, yang menyebabkan setiap siswa mempunyai prestasi yang berbeda-beda. Namun penulis hanya akan meneliti tentang siswa yang berprestasi. B.Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Apa yang dimaksud dengan belajar? 2. Apa manfaat belajar? 3. Apa yang dimaksud dengan hasil belajar? 4. Apa saja faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar? 5. Upaya apa saja yang dapat dilakukan dalam mengatasi penyebab hasil belajar? C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan belajar. 2. Mengetahui manfaat belajar. 3. Mengetahui apa yang dimaksud dengan hasil belajar. 4. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar. 5. Mengetahui upaya yang dapat dilakukan dalam mengatasi penyebab hasil belajar.
  • 3. 3 BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Pengertian Belajar Usaha pemahaman mengenai makna belajar ini akan diawali dengan mengemukakan beberapa definisi Beberapa definisi tentang belajar. Ada beberapa definisi tentang belajar, antara lain dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Cronbach memberikan definisi: Learning is shown by a change in behavior as a result of experience. 2. Harold Spears memberikan batasan: Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction. 3. Geoch, mengatakan: Learning is a change in performance as a result of practice. Dari ketiga definisi di atas, maka dapat diterangkan bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegitan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan lain sebagainya. Juga belajar itu akan lebih baik, kalau si subjek belajar itu mengalami atau melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik. Di samping definisi-definisi tersebut, ada beberapa pengertian lain dan cukup banyak, baik yang dilihat secara mikro maupun secara makro, dilihat dalam arti luas maupun terbatas/khusus. Dalam pengertian luas, belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psiko-fisik menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit, belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya. Relevan dengan ini, ada
  • 4. 4 pengertian bahwa belajar adalah “penambahan pengetahuan”. Definisi atau konsep ini dalam praktiknya banyak dianut di sekolah-sekolah. Para guru berusaha memberikan ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya dan siswa giat untuk mengumpulkan/menerimanya. Dalam kasus yang demikian, guru hanya berperan sebagai “pengajar”. Sebagai konsekuensi dari pengertian yang terbatas ini, kemudian muncul banyak pendapat yang mengatakan bahwa belajar itu menghafal. Hal ini terbukti, misalnya kalau siswa (subjek belajar) itu akan ujian, mereka akan menghafal terlebih dahulu. Sudah barang tentu pengertian seperti ini, secara esensial belum memadai. Selanjutnya ada yang mendefinisikan: “belajar adalah berubah”. Dalam hal ini yang dimaksudkan belajar berarti usaha mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan pada individu-individu yang belajar. Perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian diri. Jelasnya menyangkut segala aspek organisme dan tingkah lau pribadi seseorang. Dengan demikian, dapatlah dikatakan bahwa belajar itu sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga, psiko-fisik untuk menuju perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ada beberapa teori yang berpendapat bahwa proses belajar pada prinsipnya bertumpu pada struktur kognitif, yakni penataan fakta, konsep serta prinsip-prinsip, sehingga membentuk satu kesatuan yang memiliki makna bagi subjek didik. Teori semacam ini boleh jadi diterima, dengan suatu alasan bahwa dari struktur kognitif itu dapat memengaruhi perkembangan afeksi ataupun penampilan seseorang. Dari konsep ini, pada perkembangan berikut akan melahirkan teori belajar yang bertumpu pada konsep pembentukan super ego, yakni suatu proses belajar melalui suatu peniruan, proses interaksi antara pribadi seseorang dengan pihak lain, misalnya seorang tokoh (super ego, menyangkut dimensi sosial). Yang perlu ditegaskan adalah siapa pun yang
  • 5. 5 menjadi figur untuk ditiru, bagi si peniru akan mendapatkan pengalaman yang berguna bagi dirinya. Semakin banyak orang itu belajar melalui peniruan terhadap tokoh, semakin banyak pula pengalaman yang diperoleh. Sesuai dengan konsep super ego, maka pengalaman yang diperoleh si subjek didik, akan banyak menyangkut segi moral. Hal ini sesuai dengan penegasan Brend bahwa struktur kepribadian individu manusia itu terdiri dari tiga komponen yang dinamakan: id, ego, dan super ego. Id lebih menekankan pemenuhan nafsu, super ego lebih bersifat sosial dan moral, sedang ego akan menjembatani antara keduanya, terutama kalau berkembang menghadapi lingkungannya, atau dalam aktivitas belajar. Menurut konsep super ego, bagaimana seorang belajar itu dapat membina moralitas dirinya, yang mungkin melalui berinteraksi dengan pribadi-pribadi manusia yang lain. Secara umum, belajar boleh dikatakan juga sebagai suatu proses interaksi antara diri manusia (id – ego – super ego) dengan lingkungannya, yang mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep ataupun teori. Dalam hal ini terkandung suatu maksud bahwa proses interaksi itu adalah: 1. Proses internalisasi dari sesuatu ke dalam diri yang belajar, dan 2. Dilakukan secara aktif, dengan segenap panca indera ikut berperan. Proses internalisasi dan dilakukan secara aktif dengan segenap panca indera perlu ada follow up-nya yakni proses “sosialisasi”. Proses “sosialisasi” dalam hal ini dimaksudkan mensosialisasikan atau menginteraksikan atau menularkan kepada pihak lain. Dalam proses sosialisasi, karena berinteraksi dengan pihak lain sudah barang tentu melahirkan suatu pengalaman. Dari pengalaman yang satu ke pengalaman yang lain, akan menyebabkan proses perubahan pada diri seseorang. Sudah dikatakan di muka bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku. Orang yang tadinya tidak tahu setelah belajar menjadi tahu. Jelasnya, proses belajar senantiasa merupakan perubahan tingkah laku, dan terjadi karena hasil pengalaman. Oleh karena itu, dapat dikatakan terjadi proses belajar, apabila seseorang menunjukkan “tingkah laku yang berbeda”.
  • 6. 6 Sebagai contoh, misalnya orang yang belajar itu dapat membuktikan pengetahuan tentang fakta-fakta baru atau dapat melakukan sesuatu yang sebelumnya ia tidak dapat melakukannya. Jadi, belajar menempatkan seseorang dari status abilitas yang lain. Mengenai perubahan status abilitas itu, menurut Bloom, meliputi tiga ranah/matra, yaitu: matra kognitif, afektif dan psikomotorik. Masing-masing matra atau domain ini dirinci lagi menjadi beberap jangkauan kemampuan (level of competence). Rincian ini dapat disebutkan sebagai berikut: 1. Kognitif domain: a. Knowledge (pengetahuan, ingatan). b. Comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh). c. Analysis (menguraikan, menentukan hubungan). d. Synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru). e.Evaluation (menilai). f.Application ( menerapkan). 2. Affective domain: a. Recieving (sikap menerima). b. Responding (memberikan respons). c. Valuing (nilai). d. Organization (organisasi). e. Characterization (karakterisasi). 3. Psychomotor domain: a. Initiatory level. b. Pre-routine level. c. Rountinized level.
  • 7. 7 Target jangkauan mengenai pencapaian level sebagaimana dijajarkan di tiap-tiap domain/matra, sudah barang tentu sesuai dengan tujuan belajarnya, tidak mesti harus mencapai yang tertinggi. Untuk melengkapi pengertian mengenai makna belajar, perlu kiranya dikemukakan prinsip-prinsip yang berkaitan dengan belajar. Dalam hal ini ada beberapa prinsip yang penting untuk diketahui, antara lain: a. Belajar pada hakikatnya menyangkut potensi manusiawi dan kelakuannya. b. Belajar memerlukan proses dan penahapan serta kematangan diri para siswa. c. Belajar akan lebih mantap dan efektif, bila didorong dengan motivasi, terutama motivasi dari dalam/dasar kebutuhan/kesadaran atau intrinsic motivation, lain halnya belajar dengan rasa takut atau dibarengi dengan rasa tertekan dan menderita. d. Dalam banyak hal, belajar merupakan proses percoban (dengan kemungkinan berbuat keliru) dan conditioning atau pembiasaan. e. Kemampuan belajar seseorang siswa harus diperhitungkan dalam rangka menentukan isi pelajaran. f. Belajar dapat melakukan tiga cara yaitu: 1) Diajar secara langsung; 2) Kontrol, kontak, penghayatan, pengalaman langsung (seperti anak belajar bicara, sopan santun, dan lain-lain); 3) Pengenalan dan/atau peniruan. g. Belajar melalui praktik atau mengalami secara langsung akan lebih efektif mampu membina sikap, keterampilan, cara berpikir kritis dan lain-lain, bila dibandingkan dengan belajar hafalan saja. h. Perkembangan pengalaman anak didik akan banyak memengaruhi kemampuan belajar yang bersangkutan.
  • 8. 8 i. Bahan pelajar yang bermakna/berarti, lebih mudah dan menarik untuk dipelajari, daripada bahan yang kurang bermakna. j. Informasi tentang kelakuan baik, pengetahuan , kesalahan serta keberhasilan siswa, banyak membantu kelancaran dan gairah belajar. k. Belajar sedapat mungkin diubah ke dalam bentuk aneka ragam tugas, sehingga anakanak melakukan dialog dalam dirinya atau mengalaminya sendiri. B.Tujuan Belajar Dalam usaha pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan (kondisi) belajar yang lebih kondusif. Hal ini akan berkaitan dengan mengajar. Mengajar diartikan sebagai suatu usaha penciptaan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Sistem lingkungan belajar ini sendiri terdiri atau dipengaruhi oleh berbagai komponen yang masing-masing akan saling mempengaruhi. Komponen-komponen itu misalnya tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, materi yang ingin diajarkan, guru dan siswa yang memainkan peranan serta dalam hubungan sosial tertentu, jenis kegiatan yang dilakukan serta sarana belajar-mengajar yang tersedia. Komponen-komponen sistem lingkungan itu saling memengaruhi secara bervariasi sehingga setiap peristiwa belajar memiliki profil yang unik dan kompleks. Masing-masing profil sistem lingkungan belajar, diperuntukkan tujuan-tujuan belajar yang berbeda. Dengan kata lain, untuk mencapai tujuan belajar tertentu harus diciptakan sistem lingkungan belajar yang tertentu pula. Tujuan belajar untuk pengembangan nilai afeksi memerlukan penciptaan sistem lingkungan yang berbeda dengan sistem yang dibutuhkan untuk tujuan belajar pengembangan gerak, dan begitu seterusnya. Dari uraian di atas, kalau dirangkum dan ditinjau secara umum, maka tujuan belajar itu ada tiga jenis yaitu:
  • 9. 9 1. Untuk mendapatkan pengetahuan Hal ini ditandai dengan kemampuan berpikir. Pemilikan pengetahuan dan kemampuan berpikir sebagai yang tidak dapat dipisahkan. Dengan kata lain, tidak dapat mengembangkan kemampuan berpikir tanpa bahan pengetahuan, sebaliknya kemampuan berpikir akan memperkaya pengetahuan. Tujuan inilah yang memiliki kecenderungan lebih besar perkembangannya di dalam kegiatan belajr. Dalam hal ini peranan guru sebagai pengajar lebih menonjol. Adapun jenis interaksi atau cara yang digunakan untuk kepentingan pada umumnya dengan model kuliah (presentasi), pemberian tugas-tugas bacaan. Dengan cara demikian, anak didik/siswa akan diberikan pengetahuan sehingga menambah pengetahuannya dan sekaligus akan mencarinya sendiri untuk mengembangkan cara berpikir dalam rangka memperkaya pengetahuannya. 2. Penanaman konsep dan keterampilan Penanaman konsep atau merumuskan konsep, juga memerlukan suatu keterampilan. Jadi soal keterampilan yang bersifat jsmani maupun rohani. Keterampilan jasmaniah adalah keterampilan-keterampilan yang dapat dilihat, diamati, sehingga akan menitikberatkan pada keterampilan gerak/penampilan dari anggota tubuh seseorang yang sedang belajar. Termasuk dalam hal ini masalah-masalah “teknik” dan “pengulangan”. Sedangkan keterampilan rohani lebih rumit, karena tidak selalu berurusan dengan masalah-masalah keterampilan yang dapat dilihat bagaimana ujung pangkalnya, tetapi lebih abstrak, menyangkut persoalan-persoalan penghayatan, dan keterampilan berpikir serta kreativitas untuk menyelesaikan dan merumuskan suatu masalah atau konsep. Jadi semata- mata bukan soal “pengulangan”, tetapi mencari jawaban yang cepat dan tepat.
  • 10. 10 Keterampilan memang dapat dididik, yaitu dengan banyak melatih kemampuan. Demikian juga mengungapkan perasaan melalui bahasa tulis atau lisan, bukan soal kosakata atau tata arah pada pencapaian keterampilan itu akan menuruti kaidah-kaidah tertentu dan bukan semata-mata hanya menghafal atau meniru. 3. Pembentukan sikap Pembentukam sikap mental dan perilaku anak didik, tidak akan terlepas dari soal penanaman nilai-nilai, transfer of values. Oleh karena itu, guru tidak sekadar “pengajar”, tetapi betul-betul sebagai pendidik yang akan memindahkan nilai-nilai itu kepada anak didiknya. Dengan dilandasi nilai-nilai itu, anak didik/siswa akan tumbuh kesadaran dan kemauannya, untuk mempraktikkan segala sesuatu yang sudah dipelajarinya. Cara berinteraksi atau metode-metode yang dapat digunakan misalnya dengan diskusi, demonstrasi, sosiodrama, role playing. Jadi, pada intinya tujuan belajar itu adalah ingin mendapatkan pengetahuan, keterampilan dan penanaman sikap mental/nilai-nilai. Pencapaian tujuan belajar berarti akan menghasilkan, hasil belajar. Relevan dengan uraian mengenai tujuan belajar tersebut, hasil belajar itu meliputi: a. Hal ihwal keilmuan dan pengetahuan, konsep atau fakta (kognitif). b. Hal ihwal personal, kepribadian atau sikap (afektif). c. Hal ihwal kelakuan, keterampilan atau penampilan (psikomotorik). Ketiga hasil belajar di atas dalam pengajaran merupakan tiga hal yang secara perencanaan dan programatik terpisah, namun dalam kenyataannya pada diri siswa akan merupakan satu kesatuan yang utuh dan bulat. Ketiganya itu dalam kegiatan belajarmengajar, masing-masing direncanakan sesuai dengan butir-butir bahan pelajaran (content). Karena semua itu bermuara kepada anak didik, maka setelah terjadi proses internalisasi, terbentuklah suatu kepribadian
  • 11. 11 yang utuh. Dan untuk itu semua, diperlukan sistem lingkungan yang mendukung. C.Teori Tentang Belajar 1. Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Daya Menurut teori ini, jiwa manusia teriri dari bermacam-macam daya. Masing-masing daya dapat dilatih dalam rangka untuk memenuhi fungsinya. Untuk melatih suatu daya itu dapat digunakan berbagai cara atau bahan. Sebagai contoh untuk melatih daya ingat dalam belajar misalnya dengan menghafal kata-kata atau angka, istilah-istilah asing. Begitu pula untuk daya-daya yang lain. Yang penting dalam hal ini bukan penguasaan bahan atau materinya, melainkan hasil pembentukan dari daya-daya itu. Kalau sudah demikian, maka seseorang yang belajar itu akan berhasil. 2. Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Gestalt Dari aliran ilmu jiwa Gestalt/keseluruhan ini memberikan beberapa prinsip belajar yang penting, antara lain: a. Manusia bereaksi dengan lingkungannya secara keseluruhan, tidak hanya secara intelektual, tetapi juga secara fisik, emosional, sosial dan sebagainya; b. Belajar adalah penyesuaian diri dengan lingkungan; c. Manusia berkembang sebagai keseluruhan sejak dari kecil sampai dewasa, lengkap dengan segala aspek-aspeknya; d. Belajar adalah perkembangan ke arah diferensiasi yang lebih luas; e. Belajar hanya berhasil, apabila tercapai kematangan untuk memperoleh insight; f. Tidak mungkin ada belajar tanpa kemauan untuk belajar, motivasi memberi dorongan yang menggerakkan seluruh organisme; g. Belajar akan berhasil kalau ada tujuan;
  • 12. 12 h. Belajar merupakan suatu proses bila seseorang itu aktif, bukan ibarat suatu bejana yang diisi. 3. Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Asosiasi Teori ini berprinsip bahwa keseluruhan itu sebenarnya terdiri dari penjumlahan bagian-bagian atau unsur-unsurnya. Dari aliran ini ada dua teori yang sangat terkenal, yakni: Teori Konektionisme dari Thorndike dan Teori Conditioning dari Pavlov. a.Teori Konektionisme Menurut Thorndike, dasar belajar itu adalah asosiasi antara kesan panca indera (sense impresion) dengan impuls untuk bertindak (impuls to action). Dengan kata lain, belajar adalah pembentukan hubungan antara stimulus dan respons, antara aksi dan reaksi. Jika dilatih terus-menerus, hubungan antara stimulus dan respons itu akan terbiasa, otomatis. Mengenai hubungan stimulus dan respons tersebut, Thorndike mengemukakan beberapa prinsip atau hukum di antaranya sebagai berikut: 1) Law of effect Hubungan stimulus dan respons akan bertambah erat, kalau disertai dengan perasaan sengan atau puas, dan sebaliknya kurang erat atau bahkan bisa lenyap kalau disertai perasaan tidak senang. 2) Law of multiple response Dalam situasi problematis, kemungkinan besarrespons yang tepat itu tidak segera tampak, sehingga individu yang baru belajar harus berulang kali mengadakan percobaan sampai respons itu muncul dengan tepat. Prosedur inilah yang dalam belajr lazim disebutnya dengan istilah trial and error. 3) Law of exercise atau Law of use and disuse Hubungan stimulus dan repons akan bertambah erat kalu sering dipakai dan akan berkurang bahkan lenyap jika jarang atau tidak
  • 13. 13 pernah digunakan. Oleh karena itu perlu banyak latihan, ulangan, dan pembiasn. 4) Law of assimilation atau Law of analogy Seseorang dapat menyesuaikan diri atau memberi respons yang sesuai dengan situasi sebelumnya. b.Teori Conditioning Kalau seseorang mencium bau cate, air liur pun mulai keluar. Demikian juga kalau naik kendaran di jalan raya, begitu lampu merah, berhenti. Bentuk kelakuan itu pernah dipelajari berkat conditioning. Bentuk kelakuan macm ini pernah dipelajri oleh Pavlov dengan mengadakan percoban dengan anjing. Tiap kali anjing itu diberi makan, lampu dinyalakan. Karena melihat makanan, air liurnya keluar. Begitu seterusnya hal itu dilakukan berkali-kali dan sering diulangi, sehingga menjadi kebiasaan. Karena sudah menjadi kebiasan, maka pada suatu ketika lampu dinyalakan tetapi tidak diberi makanan, air liur anjing pun keluar. Melihat ketiga teori belajar yang dirumuskan menurut ilmu jiwa daya, Gestalt maupun asosiasi, ternyata memang berbeda-beda. Namun demikian sebagai teori yang berkait dengan kegiatan belajar, ketiganya ada beberapa persamaannya. Persamaan itu antara lain mengakui adanya prinsip-prinsip berikut ini: a. Dalam kegiatan belajar, motivasi merupakan faktor yang sangat penting; b. Dalam kegiatan belajar selalu ada halangan/kesulitan; c. Dalam belajar memerlukan aktifitas; d. Dalam menghadapi kesulitan, sering terdapat kemungkinan bermacam- macam respons.
  • 14. 14 4. Teori Konstruktivisme Menurut teori konstruktivisme, belajar adalah kegiatan yang aktif di mana si subjek belajar membangun sendiri pengetahuannya. Subjek belajar juga mencari sendiri makna dari sesuatu yang mereka pelajari. D.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat kita bedakan menjadi tiga macam, yakni: 1.Faktor Internal Siswa Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat memengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi faktor fisiologis dan psikologis. Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam. Pertama, keadaan tonus jasmani. Keadaan tonus jasmani pada umumnya sangat memengaruhi aktivitas belajar seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal. Oleh karena keadaan tonus jasmani sangat memengaruhi proses belajar, maka perlu ada usaha untuk menjaga kesehatan jasmani Faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat memengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama memengaruhi proses belajar adalah kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap, dan bakat. a. Kecerdasan/ intelegensi siswa
  • 15. 15 Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik dalam mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang tepat. Dengan demikian, kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan kualitas otak saja, tetapi juga organ-organ tubuh yang lain. Namun bila dikaitkan dengan kecerdasan, tentunya otak merupakan organ yang penting dibandingkan organ yang lain, karena fungsi otak itu sendiri sebagai pengendali tertinggi (executive control) dari hampir seluruh aktivitas manusia. Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam proses belajar siswa, karena itu menenentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi tingkat inteligensi seorang individu, semakin besar peluang individu tersebut meraih sukses dalam belajar. Sebaliknya, semakin rendah tingkat inteligensi individu, semakin sulit individu itu mencapai kesuksesan belajar. Oleh karena itu, perlu bimbingan belajar dari orang lain, seperti guru, orangtua, dan lain sebagainya. Sebagai faktor psikologis yang penting dalam mencapai kesuksesan belajar, maka pengetahuan dan pemahaman tentang kecerdasan perlu dimiliki oleh setiap calon guru atau guru profesional, sehingga mereka dapat memahami tingkat kecerdasan siswanya. Pemahaman tentang tingkat kecerdasan individu dapat diperoleh oleh orang tua dan guru atau pihak-pihak yang berkepentingan melalui konsultasi dengan psikolog atau psikiater. Sehingga dapat diketahui anak didik berada pada tingkat kecerdasan yang mana, amat superior, superior, rata-rata, atau mungkin lemah mental. Informasi tentang taraf kecerdasan seseorang merupakan hal yang sangat berharga untuk memprediksi kemampuan belajar seseorang. Pemahaman terhadap tingkat kecerdasan peserta didik akan membantu mengarahkan dan merencanakan bantuan yang akan diberikan kepada siswa.
  • 16. 16 b. Motivasi Motivasi adalah salah satu faktor yang memengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa. Motivasilah yang mendorong siswa ingin melakukan kegiatan belajar. Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses di dalam diri individu yang aktif, mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat. Motivasi juga diartikan sebagai pengaruh kebutuhan-kebutuhan dan keinginan terhadap intensitas dan arah perilaku seseorang. c. Sikap Dalam proses belajar, sikap individu dapat memengaruhi keberhasilan proses belajarnya. Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dengan cara yang relatif tetap terhadap objek, orang, peristiwa dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif. Sikap siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak senang pada performan guru, pelajaran, atau lingkungan sekitarnya. Dan untuk mengantisipasi munculnya sikap yang negatif dalam belajar, guru sebaiknya berusaha untuk menjadi guru yang profesional dan bertanggung jawab terhadap profesi yang dipilihnya. Dengan profesionalitas, seorang guru akan berusaha memberikan yang terbaik bagi siswanya; berusaha mengembangkan kepribadian sebagai seorang guru yang empatik, sabar, dan tulus kepada muridnya; berusaha untuk menyajikan pelajaran yang diampunya dengan baik dan menarik sehingga membuat siswa dapat mengikuti pelajaran dengan senang dan tidak menjemukan; meyakinkan siswa bahwa bidang studi yang dipelajari bermanfaat bagi diri siswa.
  • 17. 17 d. Bakat Faktor psikologis lain yang memengaruhi proses belajar adalah bakat. Secara umum, bakat (aptitude) didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Syah, 2003). Berkaitan dengan belajar, Slavin (1994) mendefinisikan bakat sebagai kemampuan umum yang dimiliki seorang siswa untuk belajar. Dengan demikian, bakat adalah kemampuan seseorang yang menjadi salah satu komponen yang diperlukan dalam proses belajar seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung proses belajarnya sehingga kemungkinan besar ia akan berhasil. Pada dasarnya, setiap orang mempunyai bakat atau potensi untuk mencapai prestasi belajar sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Karena itu, bakat juga diartikan sebagai kemampuan dasar individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa tergantung upaya pendidikan dan latihan. Individu yang telah memiliki bakat tertentu, akan lebih mudah menyerap segala informasi yang berhubungan dengan bakat yang dimilikinya. Misalnya, siswa yang berbakat di bidang bahasa akan lebih mudah mempelajari bahasa-bahasa lain selain bahasanya sendiri. e. Faktor Eksternal Siswa Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa. Seperti faktor internal siswa, faktor eksternal siswa juga terdiri atas faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial. Lingkungan sosial di sekolah seperti para guru, para tenaga kependidikan dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. Selanjutnya, yang termasuk lingkungan sosial siswa adalah masyarakat dan tetangga juga teman sepermainan di sekitar perkampungan siswa tersebut. Lingkungan sosial yang lebih banyak memengaruhi kegiatan belajar ialah orangtua dan keluarga siswa itu
  • 18. 18 sendiri. Sifat-sifat orangtua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, dan demografi keluarga (letak rumah), semua dapat memberi dampak baik atau buruk terhadap kegiatan belajar dan hasi yang dicapai oleh siswa. Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. 2. Faktor Pendekatan Belajar Faktor pendekatan belajar juga berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses belajar siswa tersebut. Semakin mendalam cara belajar siswa semakin baik hasilnya. Untuk memeperjelas uraian mengenai faktor- faktor yang memengaruhi belajar tersebut, berikut ini penyusun sajikan sebuah tabel. TABEL 1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar Ragam Faktor dan Elemen Internal Siswa Eksternal Siswa Pendekatan Belajar Siswa 1. Aspek Fisiologis • Tonus jasmani • Mata dan telinga 2. Aspek Psikologis • Intelegensi • Sikap • Minat • Bakat 1. Lingkungan Sosial Keluarga • Guru dan staf • Masyarakat • Teman 2. Lingkungan Nonsosial • Rumah 1. Pendekatan Tinggi Speculative • Achieving • Pendekatan Sedang • Analitical • Deep 2. Pendekatan Rendah • Reproductive
  • 19. 19 • Motivasi • Sekolah • Peralatan • Alam • Surface Thomas F. Staton menguraikan enam macam faktor psikologis dalam belajar yaitu. a.Motivasi Seseorang akan berhasil dalam belajar, kalau pada dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar. Inilah prinsip dan hukum pertama dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran. Keinginan atau dorongan untuk belajar inilah yang disebut motivasi. Motivasi dalam hal ini meliputi dua hal: (1) mengetahui apa yang akan dipelajari; dan (2) memahami mengapa hal tersebut patut dipelajari. Dengan berpijak pada kedua unsur motivasi inilah sebagai dasar permulaan yang baik untuk belajar. Sebab tanpa motivasi (tidak mengerti apa yang akan dipelajari dan tidak memahami mengapa hal itu perlu dipelajari) kegiatan belajar-mengajar sulit untuk berhasil. b. Konsentrasi Konsentrasi dimaksudkan untuk memusatkan segenap kekuatan perhatian pada suatu situasi belajar. Unsur motivasi dalam hal ini sangat membantu tumbuhnya proses pemusatan perhatian. Di dalam konsentrasi ini keterlibatan mental secara detail sangat diperlukan, sehingga tidak “perhatian” sekadarnya. c. Reaksi Di dalam kegiatan belajar diperlukan keterlibatan unsur fisik maupun mental, sebagai suatu wujud reaksi. Pikiran dan ototnya harus dapat bekerja secara harmonis, sehingga subjek belajar itu bertindak atau melakukannya. Belajar harus aktif, tidak sekadar apa adanya, menyerah pada lingkungan, tetapi semua itu harus dipandang sebagai tantangan yang memerlukan
  • 20. 20 reaksi. Jadi orang yang belajar harus aktif, bertindak dan melakukannya dengan segala panca indranya secara optimal. Ibaratnya dalam permainan sepak bola, seorang penjaga gawang yang menangkap bola yang nyaris akan membobolkan gawang yang dijaganya. Pada saat seperti itu si penjaga gawang betulbetul bereaksi dengan memerlukan segala ketangkasan mental, kewaspadaan, perhitungan dan ketekunan. Begitu juga dalam belajar, membutuhkan reaksi yang melibatkan ketangkasan mental, kewaspadaan, perhitungan, ketekunan, dan kecermatan untuk menangkap fakta-fakta dan ide-ide sebagaimana disampaikan oleh pengajarnya. Jadi kecepatan jiwa seseorang dalam memberikan respons pada suatu pelajar merupakan faktor yang penting dalam belajar. 4. Organisasi Belajar dapat juga dikatakan sebagai kegiatan mengorganisasikan, menata atau menempatkan bagian-bagian bahan pelajaran ke dalam suatu kesatuan pengertian. Hal semacam inikah yang dapat membuat seseorang belajar akan menjadi mengerti dan lebih jelas, tetapi mungkin juga bertambah buingung. Perbedaan belajar yang berhasil dengan kebingungan, kemungkinan besar hanyalah perbedaan antara cara penerimaan dan pengaturan fakta-fakta dan ide-ide dalam pikiran siswa yang belajar. Dalam hal ini dibutuhkan keterampilan mental untuk mengorganisasikan stimulus (fakta-fakta, ideide). Untuk membantu siswa agar cepat dapat mengorganisasikan fakta atau ide-ide dalam pikirannya, maka diperlukan perumusan tujuan yang jelas dalam belajar. Dengan demikian akan terajdi proses yang logis. e.Pemahaman Pemahaman atau comprehension dapat diartikan menguasai sesuatu dengan pikiran. Karena itu belajar berarti harus mengerti secara mental makna dan filosofisnya, maksud dan implikasi serta aplikasi-aplikasinya, seingga menyebabkan siswa dapat memahami suatu situasi. Hal ini sangat
  • 21. 21 penting bagi siswa yang belajar. Memahami maksudnya, menangkap maknanya, adalah tujuan akhir dari setiap belajar. Comprehension atau pemahaman, memiliki arti yang sangat mendasar yang meletakkan bagian- bagian belajar pada proporsinya. Tanpa itu, skill pengetahuan dan sikap tidak akan bermakna. f.Ulangan Sehubungan dengan kenyataan, untuk mengatasi kelupaan, diperlukan “ulangan”. Mengulang-ulang suatu pekerjaan atau fakta yang sudah dipelajari membuat kemampuan para siswa untuk mengingatnya akan semakin bertambah. Mengulangi atau memeriksa dan mempelajari kembali apa yang sudah dipelajari, maka kemungkinan untuk mengingat bahan pelajaran menjadi lebih besar. Hanya perlu ditegaskan bahwa kegiatan mengulang harus disertai dengan pikiran dan bertujuan. Ulangan tanpa pemikiran akan sia-sia. Mengulang dengan pemikiran dan bertujuan inilah yang membedakan dengan kegiatan mengulang yang sekadar mengulang secara otomatis. Dengan demikian, dalam mengulang ini akan lebih baik kalau dipadukan dengan faktor-faktor psikologis yang lain. E.Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar menurut Sudjana (1990) adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Menurut Sudjana (2004) bahwa hasil belajar siswa adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Kingsley mengemukakan bahwa terdapat tiga macam hasil belajar siswa yaitu: 1) keterampilan dan kebiasaan; 2) pengetahuan dan pengertian; 3) sikap dan cita-cita. Macam-macam jenis hasil belajar siswa dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Gagne mengungkapkan ada lima kategori hasil belajar, yakni : informasi verbal, kecakapan intelektul, strategi kognitif, sikap dan keterampilan.
  • 22. 22 Sementara Bloom mengungkapkan tiga tujuan pengajaran yang merupakan kemampuan seseorang yang harus dicapai dan merupakan hasil belajar yaitu : kognitif, afektif dan psikomotorik (Sudjana, 1990:22).1 Istilah hasl belajar berasal dari bahasa Belanda “prestatie”, yang kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha. Prestasi selalu dihubungkan dengan aktivitas tertentu, misalnya belajar. Syah (1997) menjelaskan bahwa prestasi belajar merupakan taraf keberhasilan siswa atau santri dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah atau pondok pesantren yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu. Prestasi belajar berfungsi untuk mengetahui tingkat kemajuan atau penguasaan yang telah dicapai siswa dalam segala aspek meliputi ranah cipta (prestasi kognitif), ranah rasa (prestasi afektif), dan ranah karsa (prestasi psikomotorik). Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai dari suatu kegiatan atau usaha yang dapat memberikan kepuasan emosional, dan dapat diukur dengan alat tes atau tes tertentu. Dalam proses pendidikan, prsetasi dapat diartikan sebagai hasil dari proses belajar mengajar yakni penguasaan, perubahan emosional, atau perubahan tingkah laku yang dapat diukur dengan tes tertentu. Biggs (2003) mengatakan bahwa dalam proses belajar mengajar setiap guru menginginkan agar siswa memahami materi yang diajarkan sebagai hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Perubahan tersebut dapat terlihat dari segi kuantitatif, kualitatif, dan afektif. Biggs menambahkan bahwa hasil atau prestasi belajar dapat dilihat juga melalui keterlibatan siswa terhadap proses pembelajaran. Elliot dan Harackiewicz (1994) menyebutkan bahwa keterlibatan siswa terhadap proses pembelajaran merupakan aspek afektif yang dapat dilihat melalui sejauh mana siswa memiliki kepedulian akan hasil terbaik
  • 23. 23 yang dicapai dalam proses belajar, waktu yang dicurahkan untuk tugas-tugas yang harus dikerjakan, serta sejauh mana siswa berkonsentrasi dan terlibat dalam aktivitas pembelajaran, baik dikelas maupun di luar kelas, persiapan ujian, serta mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru. F. Upaya Mengatasi Penyebab Hasil Belajar Upaya yang dapat dilakukan dalam mengatasi penyebab hasil belajar siswa seperti: 1. Orang tua harus lebih memperhatikan kondisi anaknya, seperti menjaga kesehatan anaknya. 2. Guru dan orang tua harus memperhatikan anak didik dalam belajar. Jika ada anak didik yang mempunyai kesulitan dalam belajar, maka anak tersebut harus dididik dengan baik. 3. Guru harus memperbaiki cara mengajarnya, agar dapat menumbuhkan minat belajar anak. 4. Sebaiknya guru dan orang tua harus memberikan motivasi kepada siswa untuk meningkatkan prestasi belajarnya. Misalnya motivasi dari guru yaitu guru harus memperbaiki cara mengajarnya dan memperhatikan siswa yang menemukan kesulitan dalam belajar. Kemudian motivasi dari orang tua yaitu orang tua harus memperhatikan cara belajar anak serta menyediakan fasilitas belajar anak di rumah. 5. Sebaikanya sekolah menyediakan apa yang dibutuhkan siswa dalam pembelajaran agama khususnya dan sebaiknya orang tua lebih memperhatikan kebutuhan anaknya, baik kebutuhan fasilitas belajar maupun kasih sayang dan juga memberi motivasi kepada anak.
  • 24. 24 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.Subjek Penelitian Narasumber 1 (siswa berprestasi tinggi) 1. Nama : Eka Deviana 2. Tempat, Tanggal Lahir : Bogor, 01 Januari 1998 3. Jenis Kelamin : Laki laki 4. Agama : Islam 5. Alamat Peserta Didik : Kp, Baros. Rt 01/05, Ds. Cipelang, Kec. Cijeruk, Kab. Bogor. 6. Nama Orang Tua a. Ayah : Mulyadi b. Ibu : Imas Riyaningsih 7. Pekerjaan Orang Tua : a. Ayah : Buruh Bangunan b. Ibu : Ibu Rumah Tangga 8. Alamat Orang Tua : Kp, Baros. Rt 01/05, Ds. Cipelang, Kec. Cijeruk, Kab. Bogor.
  • 25. 25 B.Desaindan Prosedur Penelitian Pada penelitian ini, kami mendapatkan data dari beberapa sumber, yaitu: 1. Data Primer, merupakan data yang diperoleh melalui observasi dan wawancara dengan siswa yang dapat memberikan informasi sehubungan dengan masalah yang diteliti. 2. Data sekunder, merupakan data-data yang diperoleh secara tertulis melalui buku-buku referensi berupa pengertian dan teori-teori yang ada hubungannya dengan permasalahan yang diteliti. Untuk mendukung penelitian ini diperoleh data melalui: 1. Observasi Observasi dilakukan di kediaman peserta didik 2. Wawancara Wawancara dilakukan dengan cara melakukan tanya jawab terhadap siswa yang yang menjadi objek penelitian. C. Laporan Observasi Peneliti : Ai Nurlailiah, Megasari Sakti, Rifqi Ichlasul Wiliyanto. Lokasi : kp. Baros ke. Cijeruk kab. Bogor Objek : Siswa beprestasi tinggi Narasumber : Eka Deviana
  • 26. 26 D. Wawancara 1.Wawancara siswa berprestasi tinggi: Eka Deviana A : “ Bagaimana cara kamu belajar?” B : “ Saya sebetulnya kurang suka belajar dengan metode membaca, tapi saya lebih suka belajar dengan cara melihat dan mendengarkan.” A :“Mata pelajaran apa yang kamu sukai?” B : “Saya sangat menyukai pelajaran Matematika karena matematika merupakan ilmu pasti yang menggunakan logika, sedangkan pelajaran yang tidak disukai oleh saya yaitu Bahasa Inggris, karena bagi saya Bahasa Inggris sangat sulit dimengerti.” A : “Apa yang membuat kamu semangat untuk datang ke sekolah?” B : “ Karena saya memiliki cita cita yang harus saya capai.” A : “Apakah kamu sering bertanya ketika pembelajaran berlangsung?” B : “Ya, saya akan bertanya kepada guru saya ketika saya kurang faham tentang pelajaran yang telah di jelaskan oleh guru saya.” A : “ Apakah kamu sering diberi penghargaan oleh gurumu?” B : “ Ya sering.” A : “ Bagaimana perilaku teman teman mu terhadap kamu?” B : “ Semua yang berteman dengan saya itu baik baik semua, tapi ada pula orang yang kurang suka sama saya.”
  • 27. 27 A : “ Lalu bagaimana perilaku guru guru yang ada disana terhadap mu?” B : “ Guru guru semua yang ada disana baik baik, ramah dan sangat patut untuk jadi teladan” A : “ Apakah orangtua mu selalu menyediakan media pembelajaran kepada kamu? B : “ Tidak, karena dengan keterbatasan dari segi ekonomi, mungkin hanya ada beberapa yang bisa saya beli sendiri.” A : “ Apa Hobi kamu?” B : “Saya hobi dengan olahraga seperti main bola, futsal, berenang dan volly” A : “ Sesering apa kamu melakukan hobi dibanding belajar?” B : “ Saya lebih sering melakukan hobi saya, karena hobi merupakan media refreshing saya untuk melepaskan penat setelah belajar.” A : “ Apakah kamu di sekolah mengikuti ekstrakulikuler? jika ada ekstrakulikuler apa yang kamu ikuti?” B : “ Ya saya mengikuti ekstrakulikuler yang ada di sekolah seperti Pramuka, Osis, Volly, Jipong.” A : “ Apakah kamu mengikuti les, privat?” B : “Tidak, saya belajar dengan cara saya sendiri” A : “ Bagaimana kamu menggunakan metode belajar kamu sendiri?”
  • 28. 28 B : “ Saya belajar dengan cara yang nyaman, maksudnya ketika hendak belajar cari tempat yang bagi kita nyaman ketika belajar, karena jika kita ingin cepat memahami butuh fokus yang cukup tinggi, sedangkan kenyamanan merupakan hal yang penting agar ketika kita belajar kita bisa fokus.” A : “ Lalu tips apakah agar belajar bisa menjadi suatu hal yang menyenangkan?” B : “ Yang pertama, kita harus merubah pola pikir kita bahwa belajar merupakan suatu kebutuhan bagi setiap orang, kedua, sebelum belajar usahakan dalam keadaan yang fresh, ketiga, adalah menjadikan belajar sebagai bagian dari hobi kita.”
  • 29. 29 BAB IV ANALISIS DATA Pada penelitian ini, kami menggunakan dua metode penelitian, yaitu observasi dan wawancara. Observasi dilakukan dikediaman peserta didik. Observasi ini dilakukan pada hari Minggu tanggal 01 Juli 2018. Kami memulai penelitian mulai pukul 07.30 sampai 10.30. Kemudian kami melakukan wawancara dengan narasumber yang bernama Eka Deviana. Eka Deviana adalah siswa berprestasi tinggi di kelas 12 SMK 1 Desa Semesta Bogor, dilihat dari hasil wawancara yang telah dilakukan, walaupun tidak pernah diperintahkan oleh orang tuanya untuk belajar namun anak ini memiliki motivasi belajar yang cukup tinggi dengan adanya kesadaran akan pentingnya belajar. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa ini adalah: 1. Faktor internal a. Keadaan jasmani: tingkat kebugaran yang dimilikinya yang mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Aspek psikologis yang mempengaruhi proses dan hasil belajar: 1) Tingkat kecerdasan/inteligensi yang tinggi pada anak berprestasi ini membuat hasil belajarnya sangat memuaskan. 2) Tingkat emosi pada anak berprestasi ini sudah cukup terlatih, dilihat dari caranya menanggapi berbagai pertanyaan yang diajukan saat wawancara. 3) Tingkat motivasi yang tinggi pada anak berprestasi ini dilihat dari adanya kesadaran akan pentingnya belajar, dan lebih memprioritaskan waktunya untuk belajar. 4) Bakat dan minat siswa Anak berprestasi ini sudah terlihat memiliki bakat yang luar biasa dibidang akademik karena memperoleh hasil belajar memuaskan, dengan
  • 30. 30 semua mata pelajaran mendapatkan hasil belajar diatas 9. Siswa ini pun sudah mempunyai rencana untuk menjadi seorang dokter dan berkuliah di UGM. 2. Faktor eksternal Walaupun tanpa adanya dorongan dari orang tua pun siswa ini sudah memiliki hasil belajar yang memuaskan. 3. Faktor pendekatan (approach to learning) Strategi dan metode belajar yang digunakan yaitu metode audio visual karena daya tangkap siswa lebih efektif ketika memahami suatu pelajaran dengan cara mendengarkan dan menyaksikan.
  • 31. 31 KESIMPULAN Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Belajar merupakan perubahan tingkah laku, dan terjadi karena hasil pengalaman. 2. Manfaat belajar yaitu: a. Mengadakan perubahan dalam diri yang buruk menjadi baik; b. Mengubah kebiasaan diri yang buruk menjadi lebih baik; c. Menambah pengetahuan dalam berbagai bidang ilmu. 3. Tujuan belajar yaitu: a. Untuk mendapatkan pengetahuan; b. Pemahaman konsep dan keterampilan; c. Pembentukan sikap. 4. Hasil belajar adalah suatu hasil yang diharapkan dari pembelajaran yang telah ditetapkan dalam rumusan perilaku siswa dalam mengikuti program pembelajaran sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan, yang mencakup tiga aspek yaitu aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik. 5. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar: a. faktor internal (dari dalam siswa) b. faktor eksternal (dari luar/lingkungan siswa) c. faktor pendekatan belajar (approach to learning)
  • 32. 32 6. Upaya yang dapat dilakukan dalam mengatasi penyebab hasil belajar siswa seperti: a. Orang tua harus lebih memperhatikan kondisi kesehatan anaknya. b. Guru dan orang tua harus memperhatikan anak didik dalam belajar. Jika ada anak didik yang mempunyai kesulitan dalam belajar, maka anak tersebut harus dididik dengan baik. c. Guru harus memperbaiki cara mengajarnya, agar dapat menumbuhkan minat belajar anak. d. Guru dan orang tua harus memberikan motivasi kepada siswa untuk meningkatkan prestasi belajarnya.
  • 33. 33 DAFTAR PUSTAKA Sardiman A.M. 2012. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta:Rajawali Pers. Suralaga, Fadhilah dan Solicha. 2010. Psikologi Pendidikan. Jakarta: UIN Press. Syah, Muhibbin. 2014. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Syaodih Nana, Sukmadinata. 2009. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
  • 34. 34 LAMPIRAN . a. Saat kegiatan wawancara berlangsung
  • 35. 35 B. Piagam prestasi narasumber.