adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
Laporanptkspeakingsmp13 iisrosdiani
1. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang masalah
Penguasaan bahasa Inggris merupakan persyaratan penting bagi
keberhasilan individu, masyarakat dan bangsa Indonesia dalam menjawab
tantangan zaman pada tingkat global karena bahasa Inggris merupakan bahasa
global yang digunakan oleh lebih dari separuh penduduk dunia. Disamping
berperan sebagai bahasa ilmu pengetahuan , teknologi dan seni,bahasa Inggris
menjadi alat untuk mencapai tujuan ekonomi perdagangan , hubungan antar
bangsa, tujuan sosial budaya dan pendidikan serta tujuan pengembangan karir.
Oleh karena itu bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual ,
sosial dan emosional siswa dan menjadi kunci penentu dalam keberhasilan
mempelajaari bidang-bidang lain.
Dalam kehidupan sehari-hari bahasa menjadi alat untuk berkomunikasi baik
secara lisan maupun tulisan. Makna komunikasi adalah upaya memahami dan
mengungkapkan informasi , pikiran, perasaan, serta mengembangkan ilmu
pengetahuan , teknologi dan budaya dengan menggunakan bahasa. Kemampuan
berkomunikasi dalam pengertian yang utuh adalah menghasilkan teks lisan dan
atau tulisan yang direalisasikan dalam empat ketrampilan bahasa , yakni
mendengarkan (listening), berbicara (speaking), membaca (reading), dan menulis
(writing). Keempat ketrampilan inilah yang digunakan untuk menanggapi atau
menciptakan wacana dalam kehidupan bermasyarakat.
Belajar bahasa bertujuan pada penggunaan bahasa dalam berkomunikasi.
Dalam belajar bahasa ada 2 perbedaan ketrampilan berbahasa, yaitu ketrampilan
1
2. 2
productive dan ketrampilan receptive . ketrampilan receptive merujuk pada
listening dan reading , sedangkan ketarampilan productive merujuk pada writing
and speaking . keduanya dibutuhkan dalam keaktifan komunikasi. Untuk itu guru
dan siswa hendaknya mengembangkan semua kemampuan berbahasa yang efektif
dalam proses belajar mengajar agar dapat meningkatkan penggunaan bahasa yang
mereka pelajari dalam berbahasa .
Hal ini sejalan dengan yang di kemukakan oleh (Halliday in Jack Richard;
John Platt; Heldi Weber,1985) bahwa memiliki pengetahuan yang memadai
tentang komponen bahasa seperti structure, vocabulary, pronounciation,
intonation,as well as the field, tenor, dan mode dalam berbahasa, akan menjadikan
siswa lebih berhasil dengan menggunakan bahasa dalam berkomunikasi.
Dari hasil penilaian yang telah di lakukan di kelas VIII.2 SMP N 13 KDI
menunjukan bahwa sekitar 80% dari 32 orang siswa memperoleh nilai speaking di
bawah KKM . Hal ini mengindikasikan bahwa speaking adalah ketrampilan
berbahasa sangat sulit untuk di pelajari . siswa merasa kesulitan akibat dari
keterbatasan pengetahuan dalam komponen berbahasa dan juga keterbatasan dalam
pemahaman tentang kultur social budaya dari penutur asli dan konteks social
budaya bahasa asing tersebut.
Tujuan pembelajaran speaking menurut Brown (2001: 113) adalah agar para siswa
dapat berpartisipasi dalam percakapan singkat, memberi dan menjawab pertanyaan,
menemukan cara untuk menyampaikan maksud, mengumpulkan informasi dari yang lain,
dan masih banyak lagi. Anak usia sekolah dasar memiliki ciri tersendiri dalam belajar,
dibandingkan dengan pelajar dewasa.
3. 3
Banyak pembicaraan melibatkan interkasi dengan satu atau lebih pelaku. Berbicara
yang efektif juga meliputi pendengaran yang baik, sebuah pemahaman tentang
bagaimana perasaan pihak lain, dan sebuah pengetahuan tentang bagaimana aturan
untuk mengambil giliran atau membiarkan pihak lain untuk berbicara juga. Harmer
(1997) mengemukakan bahwa ada beberapa unsur dalam speaking, yaitu:
keistimewaan bahasa; pengelolaan bahasa; dan interaksi dengan pihak lain.
Pengajaran speaking di SMP dimulai dari hal-hal yang termudah menuju hal yang
kompleks, hal ini supaya memudahkan siswa dalam perkembangan proses
kemampuan berbicaranya, apalagi dalam pembelajaran bahasa Inggris, karena
bahasa Inggris adalah bahasa asing bagi mereka yang pelafalan dan intonasinya
berbeda dengan bahasa yang sudah mereka ketahui sebelumnya.
Teknik role play dalam proses pembelajaran digunakan untuk belajar
tentang pengenalan perasaan dan persoalan yang dihadapi siswa, dan untuk
mengembangkan kemampuan menyelesaikan masalah. Teknik role play diarahkan
pada pemecahan masalah yang menyangkut hubungan antar manusia, terutama
yang menyangkut kehidupan siswa dan untuk memotivasi siswa agar lebih
memperhatikan materi yang sedang diajarkan.
Role play adalah simulasi tingkah laku dari orang yang diperankan, yang bertujuan
untuk melatih siswa dalam menghadapi situasi yang sebenarnya; melatih praktik
berbahasa lisan secara intensif; dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengembangkan kemampuan berkomunikasi. Joyce dan Weil (2007: 70)
menerangkan bahwa melalui teknik role play, siswa dapat meningkatkan
kemampuan mereka untuk menghargai diri sendiri dan perasaan orang lain, mereka
4. 4
dapat belajar perilaku yang baik untuk menangani situasi yang sulit, dan mereka
dapat melatih kemampuan mereka dalam memecahkan masalah
B. Rumusan masalah dan Pemecahan Masalah
1. Perumusan masalah
Ketepatan memilih strategi pembelajaran menjadi penentu tingkat keberhasilan
speaking siswa. Peningkatan kemampuan speaking siswa, kususnya untuk jenis
teks transaksional dan interpersonal dapat dilakukan melalui strategi yang
mendorong keingintahuan siswa dan menarik untuk dilaksanakan. Strategi bermain
peran adalah alternatif yang digunakan dalam mendorong proses pembelajaran
speaking dengan menekankan pada proses berbicara itu sendiri. Pada penerapan
strategi bermain peran ini, antara guru dengan siswa atau siswa denagn siswa dapat
berinteraksi terus- menerus pada proses pembelajaran. Penerapan strategi bermain
peran menjadi fokus penelitian tindakan kelas ini
Berdasarkaan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah yang dapat
diajukan dalam penelitian ini adalah : Bagaimana peningkatan hasil belajar
siswa setelah mendapatkan pembelajaran speaking dengan menggunakan
teknik bermain peran ?
2. Pemecahan masalah
Berdasarkan analisa dan refleksi pada masalah tersebut di atas , peneliti
memutuskan tekhnik bermain peran (role-play) dalam proses belajar mengajar
dapat meningkatkan kualitas siswa dalam keterampilan berbicara dan kemampuan
berbicara siswa dalam merespon pelaksanaan tekhnik bermain peran (role-play)
5. 5
3. Pertanyaan penelitian
Berdasaarkan rumusan masalah diatas, maka pertanyaan penelitian ini adalah
sebagai berikut :
a. Apakah hasil belajar speaking siswa dengan menggunakan teknik bermain
peran dapat ditingkatkan ?
b. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar
speaking yang menggunakan teknik bermain peran?
c. Bagaimana aktivitas siswa pada pembelajaran speaking dengan
menggunakan teknik bermain peran ?
C. Tujuan Penelitian ;
Untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa melalui tekhnik bermain
peran pada kelas VIII.2 SMP NEGERI 13 KENDARI
D. MANFAAT;
1)Bagi siswa : Mereka dapat meningkatkan keterampilan berbahasa khususnya
keterampilan berbicara dalam dialog pendek dan pengalaman proses belajar
mengajar yang dapat menyenangkan dalam kelas yang mana dapat kesempatan
yang lebih banyak untuk melatih ketrampilan berbicara (speaking ) mereka.
2) Bagi guru : Guru yang mengajarkan speaking dapat menambah pengetahuan
mereka sepanjang pengalaman mereka mengajar, terutama dalam keterampilan
berbicara khususnya dalam dialog dengan teknik bermain peran (Role play)
3) Bagi sekolah : Penelitian ini diharapkan akan menambah citra atau nama baik
sekolah ketika memiliki siswa yang berprestasi tinggi dalam bidang bahasa Inggris
6. 6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hakikat Pembelajaran
Dalam istilah pembelajaran tercakup dua konsep yang saling terkait, yaitu belajar
dan mengajar. Belajar adalah suatu proses yang ditandai oleh adanya perubahan
pada diri seseorang. Perubahan itu dapat berupa perubahan pengetahuannya,
pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, kecakapan ketrampilannya, daya
kreasinya, daya penerimaannya, dan lain-lain aspek yang ada pada individu.
Sementara itu “mengajar” adalah fasilitas proses belajar yang membutuhkan
perubahan atau peningkataan tersebut. Mengajar yaitu proses mengatur,
mengorganisasikan lingkungan yang ada di sekitar siswa sehingga dapat
menimbulkan atau mendorong siswa melakukan proses belajarnya. (Sudjana 1997:
15-16) Menurut Darsono (2000: 71) pembelajaran harus mampu membina
kemahiran pada peserta didik untuk secara kreatif sehinggadapat menghadapi
situasi sejenis atau bahkan situasi yang baru sama sekali dengan cara yang
memuaskan. Dalam rangka penyelenggaraaan kehendak tersebut diperlukan
perencanaan yang terpadu atas komponen-komponen dan variabel-variabel yang
ada dalam proses pembelajaran tersebut sehingga aktifitas tujuan dapat tercapai.
Terdapat lima komponen utama yang saling terkait satu dengan lainnya dalam
proses pembelajaran, yaitu tujuan, bahan, metode, media, dan penilaian. (Sudjana
1997: 16).
Mengajar dalam konteks standar proses pendidikan tidak hanya
sekedar menyampaikan materi pelajaran, tetapi juga dimaknai sebagai proses
6
7. 7
mengatur lingkungan belajar siswa supaya siswa belajar. Dalam pembelajaaran
perlu memeberdayakan semua potensi siswa agar dapat menguasai kompetensi
yang diharapkan sehingga mereka menjadi pebelajar sepanjang hayat dan dapat
mewujudkan masyarakar belajar.
Bruce Weil (1980) dalam (Sanjaya W, 2008) mengemukakan tiga prinsip
penting dalam proses pembelajaran , yaitu : (1) proses pembelajaran adalah
membentuk kreasi lingkungan yang dapat membentuk atau mengubah struktur
kognitif siswa, sehingga proses pembelajaran menuntut aktivitas siswa secara
penuh untuk mencari dan menemukan sendiri ; (2) pembelajaran adalah
berhubungan dengan tipe pengetahuan yang harus dipelajari, masing-masing
pengetahuan fisis, sosial dan logika; dan (3) proses pembelajaran adalah
melibatkan lingkungan sosial.
Ketika sedang mengajar di depan kelas , terjadi dua proses yang terpadu
yaitu dua proses belajar dan mengajar. Seorang pengajar dapat mengartikan belajar
sebagai kegiatan pengumpulan fakta atau proses penerapan prinsip.
Kontruktivis mengemukakan bahwa belajar merupakan proses aktif dalam
mengkontruksi teks, dialog, pengalaman fisik, dll. Lebih lanjut dikemukakan
bahwa belajar juga merupakan proses mengasimilasikan dan menghubungkan
pengalaman atau apa yang dipelajari dengan apa yang sudah dipunyai seseorang
(suparno P, 1997).
8. 8
B. Pembelajaran Speaking
Tarigan (1989:285) mengungkapkan bahwa metode-metode pembelajaran bahasa
komunikatif dilandasi oleh teori pembelajaran yang mengacu pada tiga prinsip,
yaitu (1) prinsip komunikasi, kegiatan-kegiatan yang melibatkan komunikasi nyata
mampu mengembangkan proses pembelajaran dan (2) prinsip tugas, kegiatan-kegiatan
tempat dipakainya bahasa untuk melaksanakan tugas-tugas yang
bermakna dapat mengembangkan proses pembelajaran. Berdasarkan ketiga prinsip
tersebut, Tarigan (1989: 195) mengungkapkan materi pembelajaran bahasa
hendaknya memungkinkan dapat diterapkannya metode permainan, simulasi,
bermain peran, dan komunikasi pasangan. Salah satu teknik yang dapat digunakan
untuk mewujudkan metode-metode tersebut adalah teknik drama.
C. Bermain Peran (Role Playing)
Belajar dapat di pandang sebagai hasil dan proses. Belajar dipandang sebagai hasil
yaitu dapat dilihat pada saat pembelajaran, guru melihat bentuk terakhir dari
berbagai dipelajari. Dari situ timbullah klasifikasi yang perlu dimiliki oleh seorang
murid, seperti hasil dalam bentuk keterampilan, konsep-konsep sikap. Belajar
dipandang sebagai proses dapat dilihat pada saat pembelajaran guru terutama
melihat apa yang terjadi selama murid menjalani pengalaman. Pengalaman edukatif
untuk mencapai sesuatu tujuan yang diperhatikan adalah pola-pola perubahan
tingkah laku selama pengalaman belajar itu berlangsung. Karena itulah ditekankan
ditekankan pada daya-daya yang mendinamisir proses itu (Surakhmad : 74-75).
Kedua cara memandang belajar itu berguna bagi seorang guru untuk saling
melengkapi satu sama lain, karena tugas guru adalah merangsang, membina,
fasilitator, dan menjuruskan belajar sedemikian rupa sehingga timbul hasil yang
9. 9
direncanakan dan dapat memaksimalkan hasil akhir dari kegiatan belajar mengajar
atau proses pembelajaran.
Kegiatan belajar dapat dikatakan efisien dengan usaha tertentu
memberikan hasil belajar yang tinggi. Prestasi adalah hasil yang telah dicapai,
dilakukan atau dikerjakan (Ali : 1992). Untuk memperoleh hasil belajar diperlukan
suatu kegiatan yang lebih tinggi dengan ditandai adanya perubahan tingkah laku.
Tidak semua perubahan tingkah laku dapat dikatakan atau diartikan sebagai hasil
belajar. Suatu perubahan tingkah laku dapat dikatakan atau diartikan sebagai hasil
belajar bila memenuhi syarat sebagai berikut :
a. Sebagai pencapai tujuan belajar.
b. Sebagai buah dari proses kegiatan yang disadari.
c. Sebagai produk dari proses pelatihan.
d. Harus merupakan tindak tanduk yang berfungsi efektif dalam waktu.
e. Harus berfungsi operasional dan potensial.
3. Pembelajaran Bahasa Inggris Di SMP
Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi, oleh sebab
itu, pembelajaran bahasa Inggris di arahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa
dalam berkomunikasi dengan bahasa Inggris, baik secara lisan maupun tertulis.
Pengertian komunikasi yang dimaksud adalah memahami dan mengungkapkan
informasi, pikiran, perasaan serta mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi,
dan budaya dengan menggunakan bahasa Inggris (Depdikbud, 2003).
Tujuan pengajaran bahasa Inggris di SMP adalah supaya siswa memiliki
keterampilan berbahasa dengan tingkat penguasaan kosakata sebanyak 1.000 kata
10. 10
sesuai dengan minat, perkembangan siswa dan tata bahasa tertentu ( Depdiknas,
2003). Selain tujuan, pelajaran bahasa Inggris juga mempunyai fungsi dan ruang
lingkup sesuai dengan kurikulum KTSP bahasa Inggris 2008.
Fungsi dari mata pelajaran bahasa Inggris adalah sebagai berikut:
a. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Inggris, baik dalam
bentuk lisan atau tertulis. Kemampuan berkomunikasi meliputi mendengarkan
(reading), dan menulis (writing).
b. Menumbuhkan kesadaran tentang hakikat bahasa baik bahasa Inggris sebagai
bahasa asing dan bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu melalui perbandingan ke dua
bahasa tersebut. budaya serta memperluas cakrawala budaya. Dengan demikian
siswa
dapat melintas budaya dan melibatkan diri dalam keragaman. Sedang ruang
lingkup pelajaran bahasa Inggris meliputi :
a. Ketrampilan berbahasa yaitu, menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
b. Unsur-unsur kebahasaan mencakup: tata bahasa, kosakata, lafal dan ejaan.
c. Aspek budaya yang terkandung dalam teks lisan dan tulisan.
d. Aspek sastra yang berupa penghayatan apresiasi sastra.
Secara konsep,role play adalah sangat aplikatif dalam kelas CTL pada aktivitas
belajar mengajar sebagai teknik pengajaran speaking. Role play dapat menarik
siswa mendapatkan kesempatan untuk berlatih berbicara dengan menggunakan
bahasa yang mereka pelajari dalam situasi yang nyata dalam berkomunikasi
11. 11
“Role play is drama like classroom activities in which students take role of the
defferent participants in a situation and act out what might typically happen in that
situation” (Richard,Jack,Platt,John,weber,Heidi,1985:246)
“A well used role play can reduce the artificiality of the classroom,provide a reason
for talking and allow the learner to talk meaningfully to other learners. Role play
differ from the controlled practice of the dialogue or dialogue with slots for the
learners to substitute alternatives. It has the element of freedom and possibility of
surprise”. (Johnson,K dan Morrow, K,1986 )
Metode bermain peran adalah salah satu proses belajar mengajar yang tergolong
dalam metode simulasi. Menurut Dawson yang dikutip oleh Moedjiono & Dimyati
mengemukakan bahwa simulasi merupakan suatu istilah umum berhubungan
dengan menyusun dan mengoperasikan suatu model yang mereplikasi proses-proses
perilaku. Sedangkan menurut Ali mengemukakan bahwa metode simulasi
adalah suatu cara pengajaran dengan melakukan proses tingkah laku secara tiruan.
Metode pengajaran simulasi terbagi menjadi 3 kelompok, dikemukakan oleh Ali
yang dikutip dari ProIbid, sebagai berikut ini: (a) Sosiodrama, yaitu semacam
drama sosial berguna untuk menanamkan kemampuan menganalisa situasi sosial
tertentu, (b) Psikodrama, yaitu hampir mirip dengan sosiodrama . Perbedaan
terletak pada penekannya. Sosio drama menekankan kepada permasalahan sosial,
sedangkan psikodrama menekankan pada pengaruh psikologisnya; dan (c) Role-
Playing atau bermain peran yaitu metode yang bertujuan menggambarkan suatu
peristiwa masa lampau.
12. 12
Sedangkan, Moedjiono dan Dimyati juga membagi metode pengajaran simulasi
menjadi 3 kelompok seperti berikut ini :
(1) Permainan simulasi (simulation games) yakni suatu permainan di mana para
pemainnya berperan sebagai tempat pembuat keputusan, bertindak seperti jika
mereka benar-benar terlibat dalam suatu situasi yang sebenarnya, dan / atau
berkompetisi untuk mencapai tujuan tertentu sesuai dengan peran yang ditentukan
untuk mereka;
(2) Bermain peran (role playing) yakni memainkan peranan dari peran-peran yang
sudah pasti berdasarkan kejadian terdahulu, yang dimaksudkan untuk menciptakan
kembali situasi sejarah/peristiwa masa lalu, menciptakan kemungkinan-kemungkinan
kejadian masa yang akan datang, menciptakan peristiwa mutakhir
yang dapat diperkaya atau mengkhayal situasi pada suatu tempat dan/ atau waktu
tertentu, dan
(3) Sosiodrama (sociodrama) yakni suatu pembuatan pemecahan masalah
kelompok yang dipusatkan pada suatu masalah yang berhubungan dengan relasi
kemanusiaan. Sosiodrama memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menentukan alternatif pemecahan masalah yang timbul dan menjadi perhatian
kelompok.
Pembelajaran dengan metode bermain peran adalah pembelajaran dengan cara
seolah – olah berada dalam suatu situasi untuk memperoleh suatu pemahaman
tentang suatu konsep. Dalam metode ini siswa berkesempatanm terlibat secara aktif
sehingga akan lebih memahami konsep dan lebih lama mengingat, tetapi
memerlukan waktu lama. Pendekatan dan metode yang dipilih guru dalam
13. 13
memberikan suatu materi pelajaran sangat menentukan terhadap keberhasilan
proses pembelajaran. Tidak pernah ada satu pendekatan dan metode yang cocok
untuk semua materi pelajaran, dan pada umumnya untuk merealisasikan satu
pendekatan dalam mencapai tujuan digunakan multi metode.
Metode dibedakan dari pendekatan ; metode lebih menekankan pada pelaksanaan
kegiatan, sedangkan pendekatan ditekankan pada perencanaannya. Menurut
Rustiyah (2003), ada lima hal yang perlu diperhatikan guru dalam memilih suatu
metode mengajar yaitu :
(1) Kemampuan guru dalam menggunakan metode
(2) Tujuan pengajaran yang akan dicapai
(3) Bahan pengajaran yang perlu dipelajari siswa
(4) Perbedaan individual dalam memanfaatkan inderanya
(5) Sarana dan prasarana yang ada di sekolah
Berdasarkan kutipan tersebut, berarti metode bermain peran adalah metode
pembelajaran yang di dalamnya menampakkan adanya perilaku pura-pura dari
siswa yang terlihat dan/atau peniruan situasi dari tokoh-tokoh sejarah sedemikian
rupa. Dengan demikian metode bermain peran adalah metode yang melibatkan
siswa untuk pura-pura memainkan peran/ tokoh yang terlibat dalam proses sejarah.
Model Simulasi diartikan sebagai kegiatan pembelajaran yang memberi
kesempatan kepada siswa untuk meniru satu kegiatan atau pekerjaan yang dituntut
dalam kehidupan sehari-hari, atau yang berkaitan dengan tugas yang akan menjadi
tanggung jawabnya jika kelak siswa sudah bekerja. Misalnya, simulasi mengajar,
simulasi menolong orang sakit, simulasi mengatasi perampokan, atau simulasi
14. 14
pengaturan ruang. Dengan demikian, simulasi sebagai salah satu model
pembelajaran merupakan peniruan pekerjaan yang menuntut kemampuan tertentu
dari siswa sesuai dengan kurikulum yang ditetapkan.
Simulasi bertujuan untuk memberi kesempatan berlatih menguasai keterampilan
tertentu melalui situasi buatan sehingga siswa terbebas dari resiko pekerjaan
berbahaya.
Endang Komara, mengatakan bahwa : Bermain peran digunakan dalam
pembelajaran dengan tujuan memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih
menumbuhkan kesadaran dan kepekaan sosial serta sikap positif, di samping
menemukan alternatif pemecahan masalah. Dengan perkataan lain, melalui bermain
peran, siswa diharapkan mampu memahami dan menghayati berbagai masalah
yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Inilah yang merupakan tekanan utama
dalam bermain peran yang membedakannya dari simulasi. Simulasi lebih
menekankan pada pembentukan keterampilan, sedangkan pembentukan sikap dan
nilai merupakan tujuan tambahan
Model Sajian Situasi merupakan kerangka prosedural pembelajaran yang
menggunakan simulasi sebagai pemicu (trigger) belajar. Materi yang disajikan
bukanlah konsep yang abstrak secara verbal tetapi situasi yang dibuat
mencerminkan suatu konsep. Peserta didik dikondisikan untuk dapat menangkap
konsep itu melalui proses analisis situasi yang disimulasikan.
Role Playing atau bermain peran adalah metode pembelajaran sebagai bagian dari simulasi
yang diarahkan untuk mengkreasi peristiwa sejarah, actual, kejadian-kejadian yang muncul
15. 15
pada masa mendatang. Contoh topik yang diangkat kejadian seputar G30S PKI,
memainkan peran sebagai juru kampanye suatu partai atau gambaran keadaan yang
mungkin pada abad teknologi informasi (Wina Sanjaya, 2006)
Metode simulasi adalah metode pengajaran yang digunakan dalam proses belajar berupa
tingkah laku dengan tujuan orang tersebut dapat mempelajari lebih dalam tentang
bagaimana ia merasa dan berbuat sesuatu atau suatu metode pengajaran dimana siswa
memerankan tugas orang lain dalam dirinya sebagai tiruan (Thoifuri, 2008).
Bagi guru inisiator metode ini perlu mendapat tersendiri dalam rangka membentuk
kemampuan siswanya untuk terpacu menjadi public figure sesuai yang diperankan anak
didik dalam kehidupan kelak.
Metode bermain peran adalah bentuk permainanan pendidikan yang dipakai untuk
menjelaskan perasaan sikap dan tingkah laku dan nilai-nilai dalam kehidupan
bermasyarakat dengan tujuan untuk menghayati perasaan sudut pandang dan cara berpikir
orang lain (membayangkan diri sendiri seperti dalam keadaan orang lain (Depdiknas
1998).
Terdapat beberapa asumsi dalam model pembelajaran bermain peran untuk
mengembangkan perilaku dan nilai-nilai sosial, yang kedudukannya sejajar dengan model-model
mengajar lainnya. Mulyasa, menyatakan bahwa: terdapat empat asumsi yang
mendasari pembelajaran bermain peran keempat asumsi tersebut, yaitu :
(1) Bermain peran mendukung suatu situasi belajar berdasarkan pengalaman dengan
menitikberatkan isi pelajaran pada situasi ”di sini pada saat ini”,
(2) Bermain peran memungkinkan para siswa untuk mengungkapkan perasaannya yang
tidak dapat dikenal tanpa bercermin pada orang lain, tujuan mengungkapkan perasaan
16. 16
adalah mengurangi beban emosional,
(3) Bermain peran, berasumsi bahwa emosi dan ide-ide dapat diangkat ke taraf sadar untuk
kemudian ditingkatkan melalui proses kelompok. Pemecahan masalah tidak selalu datang
dari orang tertentu, tetapi bisa juga muncul dari reaksi pengamat terhadap masalah yang
sedang diperankan. Dengan demikian, siswa dapat belajar dari pengalaman orang lain
tentang cara memecahkan masalah yang pada gilirannya dapat dimanfaatkan untuk
mengembangkan dirinya secara optimal, dan
(4) Model bermain peran, berasumsi bahwa proses psikologis yang tersembunyi, berupa
sikap, nilai, perasaan dan sistem keyakinan, dapat diangkat ke taraf sadar melalui
kombinasi pemeranan secara spontan. Dengan demikian, para siswa dapat menguji sikap
dan nilainya yang sesuai dengan orang lain, apakah sikap dan nilai yang dimilikinya perlu
dipertahankan atau diubah (Mulyasa, E, 2005)
Persiapan metode bermain peran :
1. Menetapkan topik atau masalah serta tujuan yang hendak dicapai oleh simulasi
2. Guru memberikan gambaran masalah dalam situasi yang akan disimulasikan
3. Guru menetapkan pemain yang akan terlibat dalam simulasi peranan yang akan
dimainkan oleh para pemeran serta waktu yang disediakan
4. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya khususnya pada siswa yang
terlibat dalam pemeran simulasi (Wina Sanjaya, 2006)
Langkah yang harus dilakukan dalam pelaksanaan metode bermain peran adalah :
a. Mempersiapkan situasi untuk memulai drama
b. Menjelaskan kepada anak-anak apa yang diharapkan dari hasil dramatisasi yang
dilakukan
17. 17
c. Menugaskan untuk memegang peranan tertentu kepada anak-anak
d. Mengadakan konsultasi dan koordinasi dengan para pelaku
e. Pelaksanakan drama
f. Menilai drama secara bersama-sama antara guru dan siswa (M. Basyirudin U., 2002)
Dari kutipan diatas dapat disimpulkan langkah-langkah dalam metode bermain peran
menurut adalah sebagai berikut :
a. Guru mempersiapkan rencana pembelajaran
b. Guru membuat skenario yang akan ditampilkan atau diperankan
c. Guru membentuk kelompok atau menentukkan pemeran
d. Guru menentukkan pemeran utama dan pemeran figure
e. Guru mengamati jalannya pertunjukan tersebut
f. Guru menanyakan tanggapan terhadap pemeranan siswa
g.Guru memberikan penilaian terhadap pemeran-pemeran dalam skenario
h. Guru mengadakan triangjulasi
Melalui bermain peran, para siswa mencoba mengekspresikan hubungan antar manusia
dengan cara memperagakannya dan mendiskusikannya sehingga secara bersama-sama para
siswa dapat mengeksplorasi perasaan, sikap, nilai dan berbagai strategi pemecahan
masalah. Sebagai suatu model pembelajaran, bermain peran berakar pada dimensi pribadi
dan sosial. Dari dimensi pribadi model ini berupaya membantu peserta didik menemukan
makna dari lingkungan sosialnya yang bermanfaat bagi dirinya. Juga melalui model ini
para siswa diajak untuk belajar memecahkan masalah pribadi yang sedang dihadapinya
dengan bantuan kelompok sosial yang beranggotakan teman-teman sekelasnya. Sedangkan
dari dari dimensi sosial, model pembelajaran bermain peran memberikan kesempatan
18. 18
kepada para siswa untuk bekerja sama dalam menganalisis situasi sosial, terutama masalah
yang menyangkut hubungan antar pribadi siswa
19. 19
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Sasaran penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII.2 SMP Negeri 13 Kendari,
semester genap tahun pelajaran 2010/2011 yang berjumlah 31 orang yang terdiri
dari 13 siswa perempuan dan 18 orang siswa laki-laki. Kelas ini dipilih sebagai
subjek penelitian berdasarkan observasi pendahuluan bahwa sekitar 80 % memliki
masalah dalam keterampilan speaking.
B. Waktu dan tempat penelitian
Waktu pelaksanaan penelitian ini dari bulan Desember 2010 sampai bulan
Januari 2011, dan tempat penelitian di kelas VIII-2 pada SMP Negeri 13 Kendari
C. Faktor – faktor Penelitian
Untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini, maka faktor yang ingin
diselidiki adalah sebagai berikut :
1). Faktor siswa
Ada dua faktor yang diselidi tentang siswa yaitu : (1) hasil belajar siswa
dalam pembelajaran speaking ( transaksional / interpersonal text) yang diajarkan
(2) Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran
2). Faktor Guru
Hal yang diselidiki pada guru adalah bagaimana mempersiapkan materi
pelajaran apakah telah sesuai dengan standar kompetensi yang telah ditetapkan,
media/alat bantu yang digunakan, dan cara atau kemampuan guru dalam
melaksanakan pembelajaran yang menggunakan teknik bermain peran (role
playing)
20. 20
D. Prosedur Penelitian
D. Prosedur Penelitian
19
Prosedur penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan terdiri atas dua (2)
siklus. Setiap siklus dilaksanakan sesuai dengan kompetensi dasar yang ingin
dicapai seperti pada faktor-faktor yang diselidiki. Selanjutnya, dilaksanakan
penelitian tindakan kelas dengan tahapan : (1) perencanaan (planning);
(2)pelaksanaan tindakan (action); (3) observasi dan evaluasi (observation and
evaluation);dan (4) refleksi (reflection).
Analisis dan refleksi
Siklus 1
Analisis Dan refleksi Siklus 2 Perbaikan Rencana
Tindakan
dst
21. 21
Secara rinci,prosedur penelitian tindakan kelas ini dapat dijabarkan sebagai berikut.
1) SIKLUS 1
a). Perencanaan
pada tahap ini tim peneliti mempersiapkan hal-hal yang dibutuhkan dalam
pelaksanaan penelitian tindakan kelas. Adapun kegiatan-kegiatan yang telah
dilakukan dalam tahap perencanaan ini adalah sebagai berikut : (1) Membuat
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang bersesuaian dengan
kompetensi dasar 9.2 Mengungkapkan makna dalam perccakapan
transaksional (to get thing done) dan interpersonal (bersosialisasi) pendek
sederhana dengan menggunakan ragam bahasa lisan secara akurat, lancar, dan
berterima untuk berinteraksi dengan lingkungan terdekat yang melibatkan
tindak tutur: meminta, memberi persetujuan, merespon pernyataan, memberi
perhatian terhadap pembicara, mengawali, memperpanjang, dan menutup
percakapan telpon. (2) Membuat scenario bermain peran tentang percakapan
dalam telpon. (3) Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS), (4) Membuat lembar
observasi tentang kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran dan
aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar, (5) Menyusun angket siswa
untuk melihat tingkat minat siswa terhadap model /teknik bermain peran alam
pembelajaran speaking, (6) Mendesain alat evaluasi atau tes hasil belajar untuk
mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap materi speaking setelah siswa
mengikuti kegiatan pembelajaran.
22. 22
b). Tindakan
Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah melaksanakan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran RPP-01 tentang ungkapan meminta,memberi
persetujuan dan memberi perhatian terhadap pembicara/orang lain melalui
percakapan dalam telpon, yang telah di buat oleh peneliti dan di amati oleh dua
orang guru lain yang bertindak sebagai observer
c). Observasi dan Evaluasi
Kegiatan observasi yang dilakukan oleh peneliti dan dua guru yang bertindak
sebagai observer bertujuan untuk mengetahui keterlaksanaan aspek- aspek
yang diteliti. Pada akhir pelaksanaan tahap ini tim peneliti melakukan evaluasi
sejauh mana guru telah menerapkan rencana pelaksanaan pembelajaran yang
telah ditetapkan dan hasil belajar siswa dengan menggunakan tes performance
berdasarkan materi yang telah diajarkan
d). Refleksi
Peneliti melaksanakan diskusi untuk merefleksi hasil observasi dan evaluasi
yang dilakukan. Refleksi ini dilakaukan untuk mengkaji keunggulan dan
kelemahan yang ditemukan pada pelaksanaan tindakan. Hasil refleksi
digunakan untuk menetapkan langkah- langkah pada siklus berikutnya.
23. 23
e). Indikator Kinerja
Penelitian Tindakan Kelas ini dikatakan berhasil bila hasil belajar siswa
mencapai KKM yang ditetapkan yaitu 70 , dengan ketentuan bahwa 75 % siswa
mencapai nilai NKM 70
2) SIKLUS II
a). Perencanaan
kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan pada siklus
II ini adalah sebagai berikut : (1) Mengidentifikasi kelemahan atau hal-hal
yang belum tercapai pada siklus I untuk disempurnakan lebih lanjut,
(2) Meninjau kembali Rencana Pelaksanaan Pembelajaran berupa RPP
02 tentang meminta, memberi menolak barang, menolak jasa , meminta
informasi ,dan meminta, memberi dan menolak pendapat dalam telpon,
untuk diimplementasikan pada siklus II yang rencana pelaksanaannya
sebanyak 2 kali tatap muka.
b). Tindakan
Kegiatan yang dilaksankan dalam tahap ini adalah melaksanakan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran pada RP 02 . Pelaksanaan
pembelajaran dilakukan oleh guru (peneliti) sebagai guru model.
Dengan langkah- langkah pembelajaran yang sesuai dengan RPP
(kegiatan pendahuluan , inti dan kegiatan penutup)
c). Observasi dan Evaluasi
Pada tahap ini dilaksanakan kegiatan observasi yang dilakukan oleh
peneliti dan dua guru dan satu pembimbing yang bertindak sebagai
24. 24
observer. Pada akhir pelaksanaan tahap ini dilakukan evaluasi untuk
mengetahui penampilan guru, model dan prestasi belajar siswa berupa
test hasil belajar.
d). Refleksi
Peneliti melaksanakan diskusi dan refleksi berdasarkan hasil
observasi dan evaluasi yang dilakukan. Refleksi ini dilakukan untuk
mengkaji keunggulan dan kelemahan yang di pandang ada dalam
pelaksanaan tindakan.
e). Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan proses pada siklus II apabila siswa telah
mencapai KKM atau ketuntasan minimal yaitu 70 secara klasikal
mencapi 75 %.
E. Data dan Teknik Pengumpulan Data
1. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa dan guru
2. Teknik Pengumpulan data
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik-teknik sebagai
berikut :
a. Observasi
Teknik observasi dipergunakan untuk menjaring data penelitian dengan
menggunakan lembar pengamatan yang sesuai. Kegiatan observasi
dilakukan untuk memperoleh data kemampuan gurudalam pengelolaan
pembelajaran dan aktivitas siswa
25. 25
b. Angket
Penggunaan angket ini dipakai untuk memperoleh data dan informasi
tentang tingkat keberminatan siswa terhadap teknik pembelajaran
speaking yang digunakan saat pembelajaran pada penelitian tindakan
kelas ini
c. Tes Hasil Belajar
Tes digunakan untuk mengetahui ketuntasan dan pencapaian KKM.
Penentuan ketuntasan hasil belajar siswa ini berdasarakan analisi KKM
untuk kompetensi dasar yang diajarkan.
F. Teknik Analisis Data
1. Analisis Deskriptif Pengamatan Aktivitaas Siswa
Data hasil pengamatan aktivitas siswa dianalisis dengan menghitung frekuensi dan
prosentase masing-masing aktivitas yang muncul selama pembelajran , yaitu
banyaknya frekuensi setiap aktivitas dibagi dengan seluruh frekuensi tiap aktivitas
dikali 100.
Persentase aktivitas siswa perkategori aktivitas selama pembelajaran dihitung
dengan menggunakan rumus :
P
Persentase aktivitas siswa = Qx100%
Keterangan :
P = Frekuensi aktivitas siswa perkategori yang teramati oleh pengamat
Q = jumlah aktivitas seluruh siswa selam pembelajaaran berlangsung
26. 26
2. Analisis Tes Hasil Belajar
Analisis tes hasil belajar dilakukan untuk mengetahui ketuntasan belajart siswa
dengan patokan pada nilai ketuntasan minimal (KKM) pada kompetensi dasar.
Untuk menetukan ketuntasan belajar siswa (individual) dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan sebagai beriut :
KB =
푇
푇1
X 100 ( Muhammad, 2003 : 104)
Keterangan :
KB = Ketuntasan Belajar
T = jumlah skor yang diperoeh siswa
푇푡=jumlah skor total
Setiap siswa dikatakan tuntas belajarnya ( ketuntasan individu) jika nilai
perolehan siswa telah mencapai KKM atau jika T/Tt x 100 ≥ 72,22 pada
kompetensi dasar tersebut.
3. Analisis Deskriptif Pengamatan Kemampuan Guru dalam Kegiatan
Pembelajaran
Data hasil pengamatan kemampuan guru dalam mengelola kegatan
pembelajaran dianalisis dengan menghitung skor rata-rata setiap aspek peniliain
keterlaksanaan kegiatan pembelajaran.
27. 27
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian Tindakan
1. Pelaksanaan Sklus I
Pada sklus I yang telah dlaksanakan untuk mengimplementasikan perangkat
pembelajaran yang telah dikembangkan pada tahap persiapan yang berupa bahan
berupa skenario percakapan dalam telpon , rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP), lembar kerja siswa (LKS), instrumen hasil belajar (evaluasi formatif).
Sedangkan untuk mengamati keterlaksanaan proses pembelajaran dilakukan
pengamatan terhadap aktvitas siswa dan kemampuan guru dalam melaksanakan
pembelajaran.
a. Pengamatan aktvitas siswa pada siklus I
Tatap muka pertama dlaksanakan pada hari selasa tanggal 11 Januari 2011,
pukul 10.20 – 12.20 . pada menit-menit pertama, guru mengajak siswa
berdiskusi tentang pembelajaran speaking yang sudah sering mereka lakukan
yaitu dengan cara mengikuti guru untuk melafalkan kata demi kata atau
kalimat demi kalimat dari suatu teks yang disajikan. Kemudian guru
mengenalkan teknik berman peran untuk meningkatkan penguaasaan
ketrampilan speaking khususnya untuk jenis teks transaksonal/interpersonal
Selama proses kegatan berlangsung ,guru memperhatikan , membimbing, serta
mengarahkan siswa , baik secara perorangan atau secara kelompok , dan juga
memberi penilaian pada saat bermain peran berlangsung dengan menggunakan
lembar penilaian proses.
27
28. 28
Berdasarkan hasil wawancara melalui angket (tabel 4.5) tentang kegiatan
pembelajaran , diperoleh gambaran secara umum bahwa siswa sangat antusias
dengan cara belajar yang menggunakan teknik bermain peran.
TABEL 4.5
ANGKET SISWA
Berilah tanda cheklis (√) pada kolom jawaban yang tersedia sesuai dengan pendapatmu.
Pilihan jawaban terdiri dari sangat setuju (SS),setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat
tidak setuju(STS). Isilah seluruh pertanyaan tersebut dengan sejujur-jujurnya.jawabanmu
tidak akan mempengaruhi nilai bahasa inggrismu.
No. Pertanyaan SS S TS STS
1. Pembelajaran bahasa inggris khususnya speaking dengan
menggunakan teknik role playing menarik bagi saya
2. Pembelajaran dengan role playing membuat saya lebih
mudah memahami materi
3. Saya merasa senang dengan pembelajaran role playing
4. Pembelajaran dengan role playing membuat saya
merasakan secara nyata fungsi bahasa sebagai alat
komunikasi
5. Saya senang mempratekkan ungkapan bhs inggris yang
berhubungan dengan kehidupan sehari-hari
6. Pembelajaran dengan role playing membuat saya berani
mengemukakan pendapat
7. Masalah yang disajikan dapat dipahami setelah dibaca
berulang-ulang
8. Kesempatan berdiskusi dengan teman satu kelompok atau
teman satu kelas memudahkan saya dalam memecahkan
masalah
9. Saya merasa tegang pada saat pembelajaran dengan role
playing
10. Pembelajaran dengan role playing sangat membosankan
11. Saya lebih senang menentukan sendiri pembentukan
kelompok
12. Saya merasa cepat putus asa apabila tidak bisa
mengerjakan soal yang diberikan
13. Guru sangat membantu apabila siswa kesulitan dalam
menyelesaikan soal
14. Saya ingin materi yang lain diajarkan dengan metode role
playing
Kendari, ...Januari 2011
Responden
29. 29
Berdasarkan data atau hasil temuan yang ada di lapangan dalam proses
pembelajaran dengan materi ungkapan meminta,memberi,menolak
persetujuan ,memberi perhatian kepada orang lain dalam sebuah percakapan
dalam telpon,peneliti menganalsis bahwa pembelajaran siklus I ini sudah
dilaksanakan sesuai perencanaan. Tetapi masih ada hal-hal yang perlu
diperhatikan,diantaranya masih ada siswa yang kurang antusias dalam
memainkan peran sehingga masih tampak ketidak-sungguhan dan kurang
ekspresif dalam memainkan perannya.
Siswa juga masih kurang aktif dalam memainkan peran tersebut karena siswa
masih takut dan malu-malu serta mengalami kesulitan dalam mengucapkan
kata Bahasa Inggris. Bahkan dalam melakukan peran ,banyak siswa yang
mengganggu pemain lain dan situasi di kelas sangat ribut karena beberapa
kelompok masih melakukan latihan , sehingga siswa sulit dalam
mengekspresikan diri pada saat bermain peran dengan baik. Selain itu terdapat
beberapa siswa yang masih belum hafal teks yang harus diucapkan. Beberapa
diantaranya masih harus membaca teks saat bermain peran.
Akitvitas siswa selama kegiatan pembelajaran diamati oleh pengamat dengan
menggunakan instrument pengamatan aktivitas siswa. Hasil pengamatan
aktivitas siswa selama kegiatan belajar mengajar dideskripsikan dalam bentuk
persentase. Hasil pengamatan aktivitas siswa pada pertemuan pertama dan
kedua siklus I disajikan dalam tabel 4.1 berikut
30. 30
Tabel 4.1 Analisis Aktivitas siswa pada pelaksanaan PBM
NO.
Aktivitas Siswa
Persentase (%)
Pert. 1 Pert. 2 Rerata
1. M endengarkan /memperhatikan
penjelasan guru
15,6 9,7 12,65
2. M embaca materi ajar /LKS 16,3 9,3 12,8
3. M enulis (yang relevan dengan KBM) 12,5 14,0 13,25
4. B ekerja sama menyelesaikan tugs dalam
kelompok
13,8 17,0 15,4
5. M elakukan latihan performance
berdasarkan skenario
12,9 18,3 15,6
6. M emperhatikan penampilan teman yang
sedang bermain peran
6,7 8,0 7,35
7. M erangkum/menyimpulkan materi
pelajaran
7,1 8,3 7,7
8. M elakukan aktivitas lain yang tidak
relevan
9. B erfdiskusi/bertanya jawab antar siswa
dengan siswa dan siswa dengan guru
6,3 7,0 6,65
Berdasarkan tabel 4.1 di atas bisa dilihat bahwa rata-rata persentase tiap komponen
aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran pada siklus I menunjukkan nilai yang
bearvariasi dan beragam. Persentase komponen aktivitas siswa paling tinggi adalah
Melakukan latihan performance berdasarkan skenario sebesar 15,6 % dan
Memperhatikan penampilan teman yang sedang bermain peran sebesar 7,35 %. Ini
menunjukkan bahwa teknik bermain peran dalam proses pembelajaran speakng
sangatlah nampak dan berrdampak positif pada keaktifan siswa.
31. 31
b. Pengamatan Kemampuan guru dalam mengelola PBM pada siklus I
Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran selama pembelajaran
speakng berlangsung di amati oleh dua orang pengamat dengan menggunakan
lembar pengamatan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran pada
pertemuan 1 dan 2 di siklus I. Kemampuan yang diamati pada guru
menyangkut membuka pelajaran, kegiatan inti, dan menutup pelajaran,
termasuk pembelajaran yang menerapkan teknik bermain peran. Rata-rata skor
kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran yang diamati dalam
pelaksanaan pembelajaran siklus Idapat dilihat pada tabel 4.2 berikut :
Tabel 4.2 Kemampuan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar
No Aspek yang diamati
Terlaksan
a
skor
ya tidak Pert.
1
Pert 2 rerata
Pengamatan PBM
A. Pendahuluan
1. Memberitahukan SK,KD dan indikator
2. Menuliskan topik pembelajaran √ - 4.00 4.00 4.00
3. Apersepsi dan motivasi √ - 4.00 4.00 4.00
2 KEGIATAN POKOK
1. Penyajian sesuai dengan urutan materi √ - 3.50 3.75 3.63
2. Metode/pendekatan sesuai dengan materi √ - 4.00 4,00 4.00
3. Keterlibatan siswa √ - 3.00 3.00 3.00
32. 32
4. Bimbingan kepada siswa sebagai fasilitator √ - 3.00 3.50 3.25
5. Pengelolaan kelas √ - 4.00 4.00 4.00
6. Pengembangan ketrampilan siswa
- merespon penjelasan teman
- memberikan ide dalam kelompok
- kekompakan dalam bekerja sama
√ -
3.00 3.00 3.00
7. pelaksanaan sesuai dengan waktu
- bermain peran dalam kelompok
- bermain peran di depan kelas
√ - 3.00 3.50 3.25
3 PENUTUP
Memberi kesimpulan dan tugas rumah √ - 3.50 3.50 3.50
Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat dilihat bahwa kemampuan guru dalam
mengelola pembelajaran yang dilakukan dengan menerapakan teknik bermain
peran (role playing) terutama pada saat pembimbingan terhadap siswa yang
berlatih bermain peran sesuai skenario yang telah disiapkan dapat terlaksana
dengan baik
c. Tes Hasil Belajar Siswa pada Siklus I
Berdasarkan hasil penelitian pada siklus I diperoleh nilai secara individu
sebagai berikut : terdapat 26 siswa ( 83,87 %) yang mendapatkan nilai baik
dengan kriteria pada kerja sama siswa mampu bekerja sama dengan baik dalam
bermain peran, berekspresi dengan baik sesuai dengan tokoh yang diperankan ,
dan dapat melafalkan kata-kata dalam bahasa Inggris (pronounciaton) dengan
33. 33
baik pada dialog ; terdapat 6 siswa ( 19,35 %) yang mendapatkan nilai kurang
pada kerja sama siswa mampu bekerja sama dengan baik dalam bermain peran,
berekspresi dengan kurang baik sesuai dengan tokoh yang diperankan , dan
kurang baik melafalkan kata-kata dalam bahasa Inggris (pronounciaton)
Dalam hal ini, guru menentukan kriteria penilaian pada pembelajaran speaking
dengan menggunakan teknik role playing sebagai tolak ukur pencapaian tingkat
keberhasilan siswa, yaitu : nilai sangat baik (A) bagi siswa yang dapat bekerja sama
dengan sangat baik dalam bermain peran (termasuk accuracy), siswa dapat
berekspresi dengan sangat baik sesuai tokoh yang diperankan, dan siswa dapat
melafalkan dengan sangat baik kata-kata bahasa Inggris pada dialog, yang ditandai
dengan perolehan skor nilai antara 81 - 100 ; nilai baik (B) bagi siswa yang dapat
bekerjasama dengan baik dalam bermain peran, siswa dapat berekspresi dengan
baik sesuai dengan tokoh yang diperankan, dan melafalkan kata-kata bahasa
Inggris dengan baik pada dialog yang ditandai dengan perolehan skor nilai antara
70- 80 ; serta nilai kurang (K) bagi siswa yang dapat bekerjasama dengan baik
dalam bermain peran, siswa kurang baik dalam berekspresi sesuai dengan tokoh
yang diperankan, dan siswa kurang baik dalam melafalkan kata-kata bahasa
Inggris pada dialog yang ditandai dengan perolehan skor nilai kurang dari 70
Untuk mengetahui hasil belajar setelah pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar, maka peneliti melaksanakan evaluasi yang dilaksanakan pada akhir
kegiatan tatap muka dengan menggunakan test performance. Berdasarkan
indikator keberhasilan pada penelitian ini, maka keberhasilan pada kegiatan
pembelajaran di siklus I tercapai karena 26 siswa dari 31 siswa atau 83,87 %
siswa sudah memperoleh nilai di atas KKM yaitu 70
34. 34
Adapun analisis ketuntasan hasil belajar siswa pada materi speaking untuk
jenis teks transaksional / interpersonal dengan ungkapan
meminta,memberi,menolak persetujuan ,memberi perhatian kepada orang lain
dalam sebuah perecakapan dalam telpon, dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4.3 Data analisis ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I
DAFTAR NILAI SPEAKING
Kelas : VIII.2
KKM = 70
No
Nama
.
Aspek Penilaian SPEAKING Jumla
h
score
Jumla
h nilai
KETERANGA
accuracy(30% Fluncy
Expression
N
)
(30%)
(40%)
1 ADE FITRA 3 3 3 9 75 TUNTAS
2 ANDI AN-NISA 3 3 3 9 75 T
3 ANDI TENRI 3 3 3 9 75 T
4 ARDIANSYAH 3 2 2 7 58,33 TT
5 ASKING N. 3 3 3 9 75 T
6 DARMI 3 2 3 8 66,67 TT
7
EDI
HERMAWAN 3 3 3 9 75 T
8 EPHI TRIANTI 3 3 3 9 75 T
9
HERMAN
MAMAN 3 3 3 9 75 T
10 HIDAYATULLAH 3 3 3 9 75 T
11 IMAM 3 2 2 7 58,33 TT
12
IRFAN BUDIANI
S. 3 3 3 9 75 T
13 ISRAWATI 3 3 2 8 66,67 TT
14 KARMILA 3 3 3 9 75 T
15 MUH.ADIARNO 3 3 3 9 75 T
16 MUH.ASWAD 3 3 3 9 75 T
17 M.ARHAM 3 3 3 9 75 T
18 MARGALAE 3 3 3 9 75 T
19
MUH,ZALDI
ZAIN 3 3 3 9 75 T
35. 35
20 MUH.PRARIDO 3 3 3 9 75 T
21 NIRMALA 3 3 3 9 75 T
22 NURMANSYAH 2 2 2 6 50 TT
23 PATMAWATI 3 3 3 9 75 T
24 RIKA ADRIANI 3 3 3 9 75 T
25 SAHRUL S. 2 3 3 8 66,67 TT
26 SARMIDA 3 3 3 9 75 T
27
UMI
RAHMAYANTI 3 2 3 8 66,67 TT
28 WD,MURNIA 2 3 2 7 58,33 TT
29 WD.NURIANA 2 3 3 8 66,67 TT
30 WIRANTO 2 3 3 8 66,67 TT
31 YUSLAN 2 2 2 6 50 TT
Berdasarkan uraian hasil perolehan nilai siswa secara individu di atas dapat
disimpulkan bahwa pada siklus I ini pembelajaran belum terlalau berhasil. Karena
hanya 26 siswa yang memperoleh ketuntasan dari tingkat pencapaian keberhasilan
siswa dalam kelas. Hal ini dikarenakan siswa masih banyak mengalami kesulitan, ragu
dalam mengekspresikan diri, memiliki perasaan takut, masih mengganggu siswa
lainnya, kurang tepat dalam pelafalan kata-kata bahasa Inggris, bahkan masih ada
siswa yang kurang antusias terhadap pembelajaran. Sehingga siswa yang mengalami
kesulitan perlu mendapatkan perhatian, bimbingan dan arahan dari guru agar hasil
yang diperoleh lebih baik pada pembelajaran berikutnya.
Dalam pembelajaran dengan menggunakan teknik role play ini, hasil penilaian, proses
observasi, wawancara, dan catatan lapangan dijadikan bahan pertimbangan dalam
merencanakan dan menentukan tindakan selanjutnya. Pada siklus I ini masih banyak
siswa atau kelompok yang mengalami kesulitan dalam bermain peran yang telah
ditentukan karena merasa malu dan ragu dalam mengekspresikan diri, takut dan juga
36. 36
gugup, sehingga dalam bermain peran kurang menguasai materi, kurang
berekspresi dan kurang tepat dalam pronunciation.
Pada tindakan ini ada juga siswa yang terlihat kurang antusias dan kurang aktif
dalam bermain peran, begitu pula dalam memberikan penilaian dan mengemukakan
pendapatnya masih mengalami kesulitan, merasa malu, takut dan belum berani dalam
mengekspresikan diri, bahkan ada pula siswa yang ribut dan mengganggu temannya
pada saat bermain peran. Rencana perbaikan pada tindakan selanjutnya yaitu tujuan
pembelajaran dengan melatih siswa dalam mengucapkan kata yang berhubungan
dengan pakaian untuk mengupayakan peningkatan minat dan aktivitas siswa agar
dapat menambah vocabulary/kata-kata dalam bahasa Inggris. Dalam mengekspresikan
suatu adegan peran, intonasi dan pronounciation, dan dalam bekerjasama dengan siswa
lain perlu dibimbing agar dapat melakukan permainan peran dengan baik dan benar.
Hal ini peneliti menyimpulkan kemungkinan dkarenakan pada saat bermain peran
siswa dibiarkan hanya untuk menyaksikan penampilan tanpa harus menganalisanya
melalui LKS Dengan demikian diharapkan kemampuan siswa dalam meningkatkan
penambahan vocabulary dan perbaikan pronounciation siswa akan lebih baik dan
benar. Maka untuk menindak lanjuti kekurangan tersebut, direncanakan kembali
tindakan pada siklus II dengan menggunakan teknik role play dengan penambahan
LKS yang lebih tepat dalam pembelajaran speaking dengan ungkapan meminta,
memberi persetujuan, merespon pernyataan dalam percakapan di telpon.
2. Pelaksanaan Sklus II
Pada sklus II yang telah dlaksanakan untuk mengimplementasikan perangkat
pembelajaran yang telah dikembangkan pada tahap persiapan yang berupa bahan
berupa skenario percakapan dalam telpon , rencana pelaksanaan pembelajaran
37. 37
(RPP), lembar kerja siswa (LKS), instrumen hasil belajar (evaluasi formatif).
Sedangkan untuk mengamati keterlaksanaan proses pembelajaran dilakukan
pengamatan terhadap aktvitas siswa dan kemampuan guru dalam melaksanakan
pembelajaran.
a. Pengamatan aktvitas siswa pada siklus II
Tatap muka pertama pada siklus II dlaksanakan pada hari Jum’at tanggal 21
Januari 2011 pk. 09.40 -11.00 . pada menit-menit pertama, guru mengajak
siswa berdiskusi tentang pembelajaran speaking pada siklus I dan membahas
hasil nilai yang sudah mereka peroleh pada penilaian di siklus I. Kemudian
guru menjelaskan kembali teknik berman peran untuk meningkatkan
penguaasaan ketrampilan speaking khususnya untuk jenis teks
transaksonal/interpersonal untuk ungkapan meminta,memberi pendapat dalam
percakapan yang memuat tndak tutur mengawal,mewmperpanjang dan
mengakhiri telpon.
Selama proses kegatan berlangsung ,guru memperhatikan , membimbing, serta
mengarahkan siswa , baik secara perorangan atau secara kelompok , dan juga
memberi penilaian pada saat bermain peran berlangsung dengan menggunakan
lembar penilaian proses.
Berdasarkan pengamatan pada kegiatan pembelajaran , diperoleh gambaran
secara umum bahwa siswa sangat antusias dengan cara belajar yang
menggunakan teknik bermain peran dengan ungkapan yang berbeda dari
ungkapan yang dipelajari pada siklus I. Berdasarkan data atau hasil temuan
yang ada di lapangan dalam proses pembelajaran dengan materi ungkapan
meminta,memberi pendapat dalam percakapan yang memuat tndak tutur
38. 38
mengawali, memperpanjang dan mengakhiri telpon, peneliti menganalsis
bahwa pembelajaran siklus II ini sudah dilaksanakan sesuai perencanaan. Dan
hasilnya sudah bisa dikatakan berhasail karena kekurangan-kekurangan yang
terjadi pada sikus I sudah tidak nampak lagi
Siswa sudah aktif dalam memainkan peran tersebut karena siswa sudah di beri
penguasaan terhadap kata-kata yang harus dilafalkan dalam bermain peran.hal
ini dengan diberikannya skenario dua hari sebelum pembelajaran. Bahkan
dalam melakukan peran ,banyak siswa yang antusias bermain secara serius
misalnya dengan menggunakan alat telpon sepertri mereka sedang menelpon
yang sebenaranya sehngga stuasi di kelas tidak ribut lagi karena beberapaq
kelompok lainnya sibuk untuk mengisi format yang ada dalam LKS
berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap peran yang sedang
dilakonkan oleh temannya. proses melakukan latihanpun tidak lagi meraka
lakukan selama proses tersebut karena mereka sudah menguasai skenarionya
yang sudah diterima sebelumnya , sehingga siswa nampak tidak sulit lagi
dalam mengekspresikan diri pada saat bermain peran dengan baik.
Akitvitas siswa selama kegiatan pembelajaran diamati oleh pengamat dengan
menggunakan instrument pengamatan aktivitas siswa. Hasil pengamatan
aktivitas siswa selama kegiatan belajar mengajar dideskripsikan dalam bentuk
persentase. Hasil pengamatan aktivitas siswa pada pertemuan pertama dan
kedua siklus I disajikan dalam tabel 4.6 berikut :
39. 39
Tabel 4.6 Analisis Aktivitas siswa pada pelaksanaan PBM
NO.
Aktivitas Siswa
Persentase (%)
Pert. 1 Pert. 2 Rerata
1. Mendengarkan /memperhatikan
penjelasan guru
15,6 9,7 12,65
2. Berdiskusi / tanya jawab antar siswa
/guru
16,3 9,3 12,8
3. Membaca / mengerjakan LKS / materi
ajar
12,5 14,0 13,25
4. Bekerja sama menyelesaikan tugs dalam
kelompok
13,8 17,0 15,4
5. Melakukan latihan performance
berdasarkan skenario
12,9 18,3 15,6
6. Memperhatikan penampilan teman yang
sedang bermain peran
6,7 8,0 7,35
7. Merangkum/menyimpulkan materi
pelajaran
7,1 8,3 7,7
8. Melakukan aktivitas lain yang tidak
relevan
6,3 7,0 6,65
Berdasarkan tabel 4.6 di atas bisa dilihat bahwa rata-rata persentase tiap komponen
aktivitas siswa selam kegiatan pembelajaran pada siklus I menunjukkan nilai yang
bearvarias dan beragam. Persentase komponen aktivitas siswa paling tinggi adalah
Melakukan latihan performance berdasarkan skenario sebesarm15,6 % dan
40. 40
Memperhatikan penampilan teman yang sedang bermain peran sebesar 7,35 %. Ini
menunjukkan bahwa teknik bermain peran dalam proses pembelajaran speakng
sangatlah nampak dan berrdampak postf pada keaktivan siswa.
d. Pengamatan Kemampuan guru dalam mengelola PBM pada siklus II
Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran selama pembelajaran
speaking berlangsung diamati oleh dua orang pengamat dengan menggunakan
lembar pengamatan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran pada
pertemuan 1 dan 2 di siklus II. Kemampuan yang diamati pada guru
menyangkut membuka pelajaran, kegiatan inti, dan menutup pelajaran,
termasuk pembelajaran yang menerapkan teknik bermain peran. Rata-rata skor
kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran yang diamati dalam
pelaksanaan pembelajaran siklus II dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut :
Tabel 4.7 Kemampuan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar
No Aspek yang diamati
Terlaksan
a
skor
ya tidak Pert.
1
Pert 2 rerata
Pengamatan PBM
1 A. Pendahuluan
1. Memberitahukan SK,KD dan indikator √ - 4.00 4.00 4.00
2. Menuliskan topik pembelajaran √ - 4.00 4.00 4.00
3. Apersepsi dan motivasi √ - 4.00 4.00
41. 41
2 B. KEGIATAN POKOK 3.50 3.75 3.63
4. Penyajian sesuai dengan urutan materi √ - 4.00 4,00 4.00
5. Metode/pendekatan sesuai dengan materi √ - 3.00 3.00 3.00
6. Keterlibatan siswa √ - 3.00 3.50 3.25
7. Bimbingan kepada siswa sebagai fasilitator √ - 4.00 4.00 4.00
8. Pengelolaan kelas √ - 3.00 3.00 3.00
9. Pengembangan ketrampilan siswa
- merespon penjelasan teman
- memberikan ide dalam kelompok
- kekompakan dalam bekerja sama
√ - 3.00 3.50 3.25
10. pelaksanaan sesuai dengan waktu
- bermain peran dalam kelompok
- bermain peran di depan kelas
√ - 3.00 3.00 3.00
3 C. PENUTUP
11. Memberi kesimpulan dan tugas rumah √ - 3.50 3.50 3.50
Berdasarkan tabel 4.7 di atas dapat dilihat bahwa kemampuan guru dalam
mengelola pembelajaran yang dilakukan dengan menerapakan teknik bermain
peran (role playing) terutama pada saat pembimbingan terhadap siswa yang
berlatih bermain peran sesuai skenario yang telah disiapkan dapat terlaksana
dengan baik
e. Tes Hasil Belajar Siswa pada Siklus II
Berdasarkan hasil penelitian pada siklus I diperoleh nilai secara individu
sebagai berikut : terdapat 28 siswa (87 %) yang mendapatkan nilai baik
42. 42
dengan kriteria pada kerja sama siswa mampu bekerja sama dengan baik dalam
bermain peran, berekspresi dengan baik sesuai dengan tokoh yang diperankan ,
dan dapat melafalkan kata-kata dalam bahasa Inggris (pronounciaton) dengan
baik pada dialog ;tidak terdapat siswa yang mendapatkan nilai cukup dengan
kriteria pada kerja sama siswa mampu bekerja sama dengan baik dalam
bermain peran, berekspresi dengan baik sesuai dengan tokoh yang diperankan ,
dan kurang baik dalam melafalkan kata-kata dalam bahasa Inggris
(pronounciaton) dengan baik pada dialog; dan terdapat 3 siswa ( 33 %) yang
mendapatkan nila kurang pada kerja sama siswa mampu bekerja sama dengan
baik dalam bermain peran, berekspresi dengan kurang baik sesuai dengan
tokoh yang diperankan , dan kurang baik melafalkan kata-kata dalam bahasa
Inggris (pronounciaton) dengan baik pada dialog
Untuk mengetahui hasil belajar setelah pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar, maka peneliti melaksanakan evaluasi yang dilaksanakan pada akhir
kegiatan tatap muka dengan menggunakan test performance. Berdasarkan
indikator keberhasilan pada penelitian ini, maka keberhasilan pada kegiatan
pembelajaran di siklus II tercapai karena 28 siswa dari 31 siswa atau 87 %
siswa sudah memperoleh nilai di atas KKM yaitu 70
Adapun analisis ketuntasan hasil belajar siswa pada materi speaking untuk
jenis teks transaksional / interpersonal dengan ungkapan
meminta,memberi,menolak persetujuan ,memberi perhatian kepada orang lain
dalam sebuah perecakapan dalam telpon, dapat dilihat pada tabel 4.8
45. 45
Dalam hal ini, guru menentukan kriteria penilaian pada pembelajaran speaking dengan
menggunakan teknik role playing sebagai tolak ukur pencapaian tingkat keberhasilan
siswa, yaitu : nilai sangat baik (A) bagi siswa yang dapat bekerja sama dengan sangat baik
dalam bermain peran (termasuk accuracy), siswa dapat berekspresi dengan sangat baik
sesuai tokoh yang diperankan, dan siswa dapat melafalkan dengan sangat baik kata-kata
bahasa Inggris pada dialog, yang ditandai dengan perolehan skor nilai antara 81 - 100 ;
nilai baik (B) bagi siswa yang dapat bekerjasama dengan baik dalam bermain peran, siswa
dapat berekspresi dengan baik sesuai dengan tokoh yang diperankan, dan melafalkan kata-kata
bahasa Inggris dengan baik pada dialog yang ditandai dengan perolehan skor nilai antara
70- 80 ; serta nilai kurang (K) bagi siswa yang dapat bekerjasama dengan baik dalam bermain
peran, siswa kurang baik dalam berekspresi sesuai dengan tokoh yang diperankan, dan siswa
kurang baik dalam melafalkan kata-kata bahasa Inggris pada dialog yang ditandai dengan
perolehan skor nilai kurang dari 70
Berdasarkan uraian hasil perolehan nilai siswa secara individu di atas dapat disimpulkan
bahwa pada siklus II ini pembelajaran sudah bisa dikatakan berhasil. Karena sudah
memperoleh 90,32 % dari tingkat pencapaian keberhasilan siswa dalam kelas. Hal ini
menunjukkan bahwa ada pengaruh yang sangat besar terhadap pemberian skenario yang
dilakukan sebelum pembelajaran dan pemberian LKS yang relevan dengan materi. Terbukti
bahwa bahkan ada 15 0rang siswa (48,39%) memperoleh predikat sangat baik Sehingga siswa
yang mengalami kesulitan hampir tidak ada dengan ditunjukkan hanya 3 orang siswa (9,67%)
saja yang mendapatkan predikat kurang atau tidak tuntas.
Dalam pembelajaran dengan menggunakan teknik role play ini, hasil penilaian, proses
observasi, wawancara, dan catatan lapangan pada siklus II ini dijadikan bahan pertimbangan
bahwa peneliti tidak perlu melanjutkan ke siklus berikutnya.
46. 46
Pada tindakan ini ada juga siswa yang terlihat kurang antusias dan kurang aktif dalam bermain
peran, begitu pula dalam memberikan penilaian dan mengemukakan pendapatnya masih
mengalami kesulitan, merasa malu, takut dan belum berani dalam mengekspresikan diri,
bahkan ada pula siswa yang ribut dan mengganggu temannya pada saat bermain peran.
Rencana perbaikan pada tindakan selanjutnya yaitu tujuan pembelajaran dengan melatih siswa
dalam mengucapkan kata yang berhubungan dengan pakaian untuk mengupayakan
peningkatan minat dan aktivitas siswa agar dapat menambah vocabulary/kata-kata dalam
bahasa Inggris. Dalam mengekspresikan suatu adegan peran, intonasi dan pronounciation, dan
dalam bekerjasama dengan siswa lain perlu dibimbing agar dapat melakukan permainan peran
dengan baik dan benar. Dengan demikian diharapkan kemampuan siswa dalam meningkatkan
penambahan vocabulary dan perbaikan pronounciation siswa akan lebih baik dan benar. Maka
untuk menindak lanjuti kekurangan tersebut, direncanakan kembali tindakan pada siklus II
dengan menggunakan teknik role play dalam pembelajaran speaking dengan ungkapan
meminta, memberi persetujuan, merespon pernyataan dalam percakapan di telpon.
b.membahas materi pokok dengan ungkapan meminta, memberi persetujuan, merespon
pernyataan dalam percakapan di telpon, yang dilaksanakan pada hari selasa tanggal 18 Januari
2011 pukul 10.20 -12.20 wita Pada pelaksanaan tindakan, guru melaksanakan kegiatan
pembelajaran sesuai dengan pembelajaran yang telah disiapkan, dengan langkah-langkah sama
yang ditempuh pada siklus I .
Temuan yang diperoleh dalam proses pembelajaran dengan tema dress, pada siklus II tindakan
1 ini, siswa maupun kelompok sangat antusias dalam memainkan peran. Tampak kesungguhan
siswa dalam belajar. Siswa terlihat sangat aktif pada saat memerankan peran mereka masing-masing
karena mereka sudah tidak merasa malu dalam bermain peran. Siswa yang tidak tampil
sudah tidak mengganggu para pemain.
47. 47
Berdasarkan hasil penelitian pada siklus II maka diperoleh nilai secara, yaitu 28 siswa (87 %)
mendapatkan nilai baik (A), dan 3 siswa (33%) mendapatkan nilai kurang (K). Kriteria
penilaian yang digunakan, sama dengan kriteria penilaian pada siklus I
Berdasarkan uraian hasil perolehan nilai siswa secara individu di atas dapat disimpulkan
bahwa pada siklus II tindakan 1 ini pembelajaran dapat dikatakan berhasil, karena tingkat
keberhasilan siswa mencapai 87 % dari keseluruhan siswa dalam kelas. Hal ini disebabkan
karena beberapa siswa masih mengalami sedikit kesulitan, di antaranya sedikit kurang yakin
dalam mengekspresikan diri, dan sedikit kurang tepat dalam pelafalan kata-kata bahasa Inggris
dalam dialog, sehingga siswa yang mengalami kesulitan perlu mendapatkan perhatian,
bimbingan dan arahan dari guru agar hasil yang diperoleh lebih baik dari pada pembelajaran
sebelumnya
48. 48
.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Pembelajaran speaking dengan menggunakan teknik role play di kelas VIII-4
dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa.
2. Kemampuan guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar dengan teknik
role play dapat terlaksana dengan baik sesua dengan yang telah drencanakan
3. Aktvitas siswa selama kegiatan pembelajaran menunjukan bahwa siswa dapat
berperan secara aktif dan dapat dilihat dari tingginya rata-rata aktivitas siswa
pada peran yang mereka mainkan dan bekerja sama dalam kelompoknya.
4. Komponen utama pada pembelajaran speaking dengan teknik role play pada saat
pembelajaran yang dominan adalah :pronounciation dan expression.
B.Rekomendasi dan Tindak lanjut.
Berapa hal yang patut direkomendasikan sebagai tindak lanjut dari
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Seyogyanya sebagai guru bahasa Inggris senantiasa dalam pembelajaran dapat
membantu siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri dengan
melakukan peranan –peranan yang dituntut sesuai denagan fakta dalam
kehidupan sehari-hari
2. Sedapat mungkin siswa dibiasakan melakukan percakapan di depan kelas
bahkan di luaar kealas sehingga siswa memiliki kemampuan untuk berspeaking
dengan baik dan benar.
48
49. 49
3. Dalam pembelajaran bahasa Inggris dengan melakukan teknik role play sangat di
tuntut kesabaran yang tinggi bagi guru.
50. 50
M. DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2009. Modul diklat pendidikan dan latihan profesi guru rayon 26.Fakultas
keguruan dan ilmu pendidikan universitas haluoleo
Depdiknas , 2005 . Materi Pelatihan terintegrasi bahasa Inggris, Jaakarta: Kegiatan
pengembangan system dan pengendalian program sltp Jakarta tahun anggaran
2005
Richard , Jack ; Platt; John; Weber, Heidi , 1995. Longman dictionary of applied
linguistics, England; longman group limited
John , K & Morrow, k (1986) Communication in the classroom : Application and methods
for a communicative approach. Longman handbooks for language teacher,
Hongkong longman group (FE) Ltd.
Wijaya Kusumah, Dedi Dwitagama,(2010) Mengenal Penelitian Tindakan Kelas PT
Indeks ,Jakarta
Sisadinugroho @g mail.com
Abidin, Yunus. (2009). Guru dan Pembelajaran Bermutu. Bandung: Rizqi Press.
Alwasilah, A. Chaedar. 2000. Perspektif Pendidikan Bahasa Inggris di Indonesia
dalam Konteks Persaingan Global. Bandung: CV Andira.
Aqib, Zainal.(2006). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yama Widya.
BNSP. (2006). Kurikulum 2006. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan.
Cameron, Lynne. 2001. Teaching Language to Young Leraners. Cambridge: CUP.
Harmer, Jeremy. (1997). The Practice of English language Teaching. New York:
Longman. Inc Orr, Jannet K. 1999. Growing Up with English.
Washington, DC 20547: Office of English Language Programs. United States
Department of State. Richards, Jack C., and Theodore S. Rodgers. 1992.
Approaches and Methods in Language Teaching. A Description and Analysis.
Cambridge: CUP.
Wiriaatmaja, Rochiati. (2007). Metode Penelitian Tindakan Kelas untuk Meningkatkan
Kinerja Guru dan Dosen. Bandung: Remaja Rosdakarya.