SlideShare a Scribd company logo
1 of 51
1 
BAB I 
PENDAHULUAN 
A. Latar Belakang masalah 
Penguasaan bahasa Inggris merupakan persyaratan penting bagi 
keberhasilan individu, masyarakat dan bangsa Indonesia dalam menjawab 
tantangan zaman pada tingkat global karena bahasa Inggris merupakan bahasa 
global yang digunakan oleh lebih dari separuh penduduk dunia. Disamping 
berperan sebagai bahasa ilmu pengetahuan , teknologi dan seni,bahasa Inggris 
menjadi alat untuk mencapai tujuan ekonomi perdagangan , hubungan antar 
bangsa, tujuan sosial budaya dan pendidikan serta tujuan pengembangan karir. 
Oleh karena itu bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual , 
sosial dan emosional siswa dan menjadi kunci penentu dalam keberhasilan 
mempelajaari bidang-bidang lain. 
Dalam kehidupan sehari-hari bahasa menjadi alat untuk berkomunikasi baik 
secara lisan maupun tulisan. Makna komunikasi adalah upaya memahami dan 
mengungkapkan informasi , pikiran, perasaan, serta mengembangkan ilmu 
pengetahuan , teknologi dan budaya dengan menggunakan bahasa. Kemampuan 
berkomunikasi dalam pengertian yang utuh adalah menghasilkan teks lisan dan 
atau tulisan yang direalisasikan dalam empat ketrampilan bahasa , yakni 
mendengarkan (listening), berbicara (speaking), membaca (reading), dan menulis 
(writing). Keempat ketrampilan inilah yang digunakan untuk menanggapi atau 
menciptakan wacana dalam kehidupan bermasyarakat. 
Belajar bahasa bertujuan pada penggunaan bahasa dalam berkomunikasi. 
Dalam belajar bahasa ada 2 perbedaan ketrampilan berbahasa, yaitu ketrampilan 
1
2 
productive dan ketrampilan receptive . ketrampilan receptive merujuk pada 
listening dan reading , sedangkan ketarampilan productive merujuk pada writing 
and speaking . keduanya dibutuhkan dalam keaktifan komunikasi. Untuk itu guru 
dan siswa hendaknya mengembangkan semua kemampuan berbahasa yang efektif 
dalam proses belajar mengajar agar dapat meningkatkan penggunaan bahasa yang 
mereka pelajari dalam berbahasa . 
Hal ini sejalan dengan yang di kemukakan oleh (Halliday in Jack Richard; 
John Platt; Heldi Weber,1985) bahwa memiliki pengetahuan yang memadai 
tentang komponen bahasa seperti structure, vocabulary, pronounciation, 
intonation,as well as the field, tenor, dan mode dalam berbahasa, akan menjadikan 
siswa lebih berhasil dengan menggunakan bahasa dalam berkomunikasi. 
Dari hasil penilaian yang telah di lakukan di kelas VIII.2 SMP N 13 KDI 
menunjukan bahwa sekitar 80% dari 32 orang siswa memperoleh nilai speaking di 
bawah KKM . Hal ini mengindikasikan bahwa speaking adalah ketrampilan 
berbahasa sangat sulit untuk di pelajari . siswa merasa kesulitan akibat dari 
keterbatasan pengetahuan dalam komponen berbahasa dan juga keterbatasan dalam 
pemahaman tentang kultur social budaya dari penutur asli dan konteks social 
budaya bahasa asing tersebut. 
Tujuan pembelajaran speaking menurut Brown (2001: 113) adalah agar para siswa 
dapat berpartisipasi dalam percakapan singkat, memberi dan menjawab pertanyaan, 
menemukan cara untuk menyampaikan maksud, mengumpulkan informasi dari yang lain, 
dan masih banyak lagi. Anak usia sekolah dasar memiliki ciri tersendiri dalam belajar, 
dibandingkan dengan pelajar dewasa.
3 
Banyak pembicaraan melibatkan interkasi dengan satu atau lebih pelaku. Berbicara 
yang efektif juga meliputi pendengaran yang baik, sebuah pemahaman tentang 
bagaimana perasaan pihak lain, dan sebuah pengetahuan tentang bagaimana aturan 
untuk mengambil giliran atau membiarkan pihak lain untuk berbicara juga. Harmer 
(1997) mengemukakan bahwa ada beberapa unsur dalam speaking, yaitu: 
keistimewaan bahasa; pengelolaan bahasa; dan interaksi dengan pihak lain. 
Pengajaran speaking di SMP dimulai dari hal-hal yang termudah menuju hal yang 
kompleks, hal ini supaya memudahkan siswa dalam perkembangan proses 
kemampuan berbicaranya, apalagi dalam pembelajaran bahasa Inggris, karena 
bahasa Inggris adalah bahasa asing bagi mereka yang pelafalan dan intonasinya 
berbeda dengan bahasa yang sudah mereka ketahui sebelumnya. 
Teknik role play dalam proses pembelajaran digunakan untuk belajar 
tentang pengenalan perasaan dan persoalan yang dihadapi siswa, dan untuk 
mengembangkan kemampuan menyelesaikan masalah. Teknik role play diarahkan 
pada pemecahan masalah yang menyangkut hubungan antar manusia, terutama 
yang menyangkut kehidupan siswa dan untuk memotivasi siswa agar lebih 
memperhatikan materi yang sedang diajarkan. 
Role play adalah simulasi tingkah laku dari orang yang diperankan, yang bertujuan 
untuk melatih siswa dalam menghadapi situasi yang sebenarnya; melatih praktik 
berbahasa lisan secara intensif; dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk 
mengembangkan kemampuan berkomunikasi. Joyce dan Weil (2007: 70) 
menerangkan bahwa melalui teknik role play, siswa dapat meningkatkan 
kemampuan mereka untuk menghargai diri sendiri dan perasaan orang lain, mereka
4 
dapat belajar perilaku yang baik untuk menangani situasi yang sulit, dan mereka 
dapat melatih kemampuan mereka dalam memecahkan masalah 
B. Rumusan masalah dan Pemecahan Masalah 
1. Perumusan masalah 
Ketepatan memilih strategi pembelajaran menjadi penentu tingkat keberhasilan 
speaking siswa. Peningkatan kemampuan speaking siswa, kususnya untuk jenis 
teks transaksional dan interpersonal dapat dilakukan melalui strategi yang 
mendorong keingintahuan siswa dan menarik untuk dilaksanakan. Strategi bermain 
peran adalah alternatif yang digunakan dalam mendorong proses pembelajaran 
speaking dengan menekankan pada proses berbicara itu sendiri. Pada penerapan 
strategi bermain peran ini, antara guru dengan siswa atau siswa denagn siswa dapat 
berinteraksi terus- menerus pada proses pembelajaran. Penerapan strategi bermain 
peran menjadi fokus penelitian tindakan kelas ini 
Berdasarkaan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah yang dapat 
diajukan dalam penelitian ini adalah : Bagaimana peningkatan hasil belajar 
siswa setelah mendapatkan pembelajaran speaking dengan menggunakan 
teknik bermain peran ? 
2. Pemecahan masalah 
Berdasarkan analisa dan refleksi pada masalah tersebut di atas , peneliti 
memutuskan tekhnik bermain peran (role-play) dalam proses belajar mengajar 
dapat meningkatkan kualitas siswa dalam keterampilan berbicara dan kemampuan 
berbicara siswa dalam merespon pelaksanaan tekhnik bermain peran (role-play)
5 
3. Pertanyaan penelitian 
Berdasaarkan rumusan masalah diatas, maka pertanyaan penelitian ini adalah 
sebagai berikut : 
a. Apakah hasil belajar speaking siswa dengan menggunakan teknik bermain 
peran dapat ditingkatkan ? 
b. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar 
speaking yang menggunakan teknik bermain peran? 
c. Bagaimana aktivitas siswa pada pembelajaran speaking dengan 
menggunakan teknik bermain peran ? 
C. Tujuan Penelitian ; 
Untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa melalui tekhnik bermain 
peran pada kelas VIII.2 SMP NEGERI 13 KENDARI 
D. MANFAAT; 
1)Bagi siswa : Mereka dapat meningkatkan keterampilan berbahasa khususnya 
keterampilan berbicara dalam dialog pendek dan pengalaman proses belajar 
mengajar yang dapat menyenangkan dalam kelas yang mana dapat kesempatan 
yang lebih banyak untuk melatih ketrampilan berbicara (speaking ) mereka. 
2) Bagi guru : Guru yang mengajarkan speaking dapat menambah pengetahuan 
mereka sepanjang pengalaman mereka mengajar, terutama dalam keterampilan 
berbicara khususnya dalam dialog dengan teknik bermain peran (Role play) 
3) Bagi sekolah : Penelitian ini diharapkan akan menambah citra atau nama baik 
sekolah ketika memiliki siswa yang berprestasi tinggi dalam bidang bahasa Inggris
6 
BAB II 
KAJIAN PUSTAKA 
A. Hakikat Pembelajaran 
Dalam istilah pembelajaran tercakup dua konsep yang saling terkait, yaitu belajar 
dan mengajar. Belajar adalah suatu proses yang ditandai oleh adanya perubahan 
pada diri seseorang. Perubahan itu dapat berupa perubahan pengetahuannya, 
pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, kecakapan ketrampilannya, daya 
kreasinya, daya penerimaannya, dan lain-lain aspek yang ada pada individu. 
Sementara itu “mengajar” adalah fasilitas proses belajar yang membutuhkan 
perubahan atau peningkataan tersebut. Mengajar yaitu proses mengatur, 
mengorganisasikan lingkungan yang ada di sekitar siswa sehingga dapat 
menimbulkan atau mendorong siswa melakukan proses belajarnya. (Sudjana 1997: 
15-16) Menurut Darsono (2000: 71) pembelajaran harus mampu membina 
kemahiran pada peserta didik untuk secara kreatif sehinggadapat menghadapi 
situasi sejenis atau bahkan situasi yang baru sama sekali dengan cara yang 
memuaskan. Dalam rangka penyelenggaraaan kehendak tersebut diperlukan 
perencanaan yang terpadu atas komponen-komponen dan variabel-variabel yang 
ada dalam proses pembelajaran tersebut sehingga aktifitas tujuan dapat tercapai. 
Terdapat lima komponen utama yang saling terkait satu dengan lainnya dalam 
proses pembelajaran, yaitu tujuan, bahan, metode, media, dan penilaian. (Sudjana 
1997: 16). 
Mengajar dalam konteks standar proses pendidikan tidak hanya 
sekedar menyampaikan materi pelajaran, tetapi juga dimaknai sebagai proses 
6
7 
mengatur lingkungan belajar siswa supaya siswa belajar. Dalam pembelajaaran 
perlu memeberdayakan semua potensi siswa agar dapat menguasai kompetensi 
yang diharapkan sehingga mereka menjadi pebelajar sepanjang hayat dan dapat 
mewujudkan masyarakar belajar. 
Bruce Weil (1980) dalam (Sanjaya W, 2008) mengemukakan tiga prinsip 
penting dalam proses pembelajaran , yaitu : (1) proses pembelajaran adalah 
membentuk kreasi lingkungan yang dapat membentuk atau mengubah struktur 
kognitif siswa, sehingga proses pembelajaran menuntut aktivitas siswa secara 
penuh untuk mencari dan menemukan sendiri ; (2) pembelajaran adalah 
berhubungan dengan tipe pengetahuan yang harus dipelajari, masing-masing 
pengetahuan fisis, sosial dan logika; dan (3) proses pembelajaran adalah 
melibatkan lingkungan sosial. 
Ketika sedang mengajar di depan kelas , terjadi dua proses yang terpadu 
yaitu dua proses belajar dan mengajar. Seorang pengajar dapat mengartikan belajar 
sebagai kegiatan pengumpulan fakta atau proses penerapan prinsip. 
Kontruktivis mengemukakan bahwa belajar merupakan proses aktif dalam 
mengkontruksi teks, dialog, pengalaman fisik, dll. Lebih lanjut dikemukakan 
bahwa belajar juga merupakan proses mengasimilasikan dan menghubungkan 
pengalaman atau apa yang dipelajari dengan apa yang sudah dipunyai seseorang 
(suparno P, 1997).
8 
B. Pembelajaran Speaking 
Tarigan (1989:285) mengungkapkan bahwa metode-metode pembelajaran bahasa 
komunikatif dilandasi oleh teori pembelajaran yang mengacu pada tiga prinsip, 
yaitu (1) prinsip komunikasi, kegiatan-kegiatan yang melibatkan komunikasi nyata 
mampu mengembangkan proses pembelajaran dan (2) prinsip tugas, kegiatan-kegiatan 
tempat dipakainya bahasa untuk melaksanakan tugas-tugas yang 
bermakna dapat mengembangkan proses pembelajaran. Berdasarkan ketiga prinsip 
tersebut, Tarigan (1989: 195) mengungkapkan materi pembelajaran bahasa 
hendaknya memungkinkan dapat diterapkannya metode permainan, simulasi, 
bermain peran, dan komunikasi pasangan. Salah satu teknik yang dapat digunakan 
untuk mewujudkan metode-metode tersebut adalah teknik drama. 
C. Bermain Peran (Role Playing) 
Belajar dapat di pandang sebagai hasil dan proses. Belajar dipandang sebagai hasil 
yaitu dapat dilihat pada saat pembelajaran, guru melihat bentuk terakhir dari 
berbagai dipelajari. Dari situ timbullah klasifikasi yang perlu dimiliki oleh seorang 
murid, seperti hasil dalam bentuk keterampilan, konsep-konsep sikap. Belajar 
dipandang sebagai proses dapat dilihat pada saat pembelajaran guru terutama 
melihat apa yang terjadi selama murid menjalani pengalaman. Pengalaman edukatif 
untuk mencapai sesuatu tujuan yang diperhatikan adalah pola-pola perubahan 
tingkah laku selama pengalaman belajar itu berlangsung. Karena itulah ditekankan 
ditekankan pada daya-daya yang mendinamisir proses itu (Surakhmad : 74-75). 
Kedua cara memandang belajar itu berguna bagi seorang guru untuk saling 
melengkapi satu sama lain, karena tugas guru adalah merangsang, membina, 
fasilitator, dan menjuruskan belajar sedemikian rupa sehingga timbul hasil yang
9 
direncanakan dan dapat memaksimalkan hasil akhir dari kegiatan belajar mengajar 
atau proses pembelajaran. 
Kegiatan belajar dapat dikatakan efisien dengan usaha tertentu 
memberikan hasil belajar yang tinggi. Prestasi adalah hasil yang telah dicapai, 
dilakukan atau dikerjakan (Ali : 1992). Untuk memperoleh hasil belajar diperlukan 
suatu kegiatan yang lebih tinggi dengan ditandai adanya perubahan tingkah laku. 
Tidak semua perubahan tingkah laku dapat dikatakan atau diartikan sebagai hasil 
belajar. Suatu perubahan tingkah laku dapat dikatakan atau diartikan sebagai hasil 
belajar bila memenuhi syarat sebagai berikut : 
a. Sebagai pencapai tujuan belajar. 
b. Sebagai buah dari proses kegiatan yang disadari. 
c. Sebagai produk dari proses pelatihan. 
d. Harus merupakan tindak tanduk yang berfungsi efektif dalam waktu. 
e. Harus berfungsi operasional dan potensial. 
3. Pembelajaran Bahasa Inggris Di SMP 
Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi, oleh sebab 
itu, pembelajaran bahasa Inggris di arahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa 
dalam berkomunikasi dengan bahasa Inggris, baik secara lisan maupun tertulis. 
Pengertian komunikasi yang dimaksud adalah memahami dan mengungkapkan 
informasi, pikiran, perasaan serta mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, 
dan budaya dengan menggunakan bahasa Inggris (Depdikbud, 2003). 
Tujuan pengajaran bahasa Inggris di SMP adalah supaya siswa memiliki 
keterampilan berbahasa dengan tingkat penguasaan kosakata sebanyak 1.000 kata
10 
sesuai dengan minat, perkembangan siswa dan tata bahasa tertentu ( Depdiknas, 
2003). Selain tujuan, pelajaran bahasa Inggris juga mempunyai fungsi dan ruang 
lingkup sesuai dengan kurikulum KTSP bahasa Inggris 2008. 
Fungsi dari mata pelajaran bahasa Inggris adalah sebagai berikut: 
a. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Inggris, baik dalam 
bentuk lisan atau tertulis. Kemampuan berkomunikasi meliputi mendengarkan 
(reading), dan menulis (writing). 
b. Menumbuhkan kesadaran tentang hakikat bahasa baik bahasa Inggris sebagai 
bahasa asing dan bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu melalui perbandingan ke dua 
bahasa tersebut. budaya serta memperluas cakrawala budaya. Dengan demikian 
siswa 
dapat melintas budaya dan melibatkan diri dalam keragaman. Sedang ruang 
lingkup pelajaran bahasa Inggris meliputi : 
a. Ketrampilan berbahasa yaitu, menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. 
b. Unsur-unsur kebahasaan mencakup: tata bahasa, kosakata, lafal dan ejaan. 
c. Aspek budaya yang terkandung dalam teks lisan dan tulisan. 
d. Aspek sastra yang berupa penghayatan apresiasi sastra. 
Secara konsep,role play adalah sangat aplikatif dalam kelas CTL pada aktivitas 
belajar mengajar sebagai teknik pengajaran speaking. Role play dapat menarik 
siswa mendapatkan kesempatan untuk berlatih berbicara dengan menggunakan 
bahasa yang mereka pelajari dalam situasi yang nyata dalam berkomunikasi
11 
“Role play is drama like classroom activities in which students take role of the 
defferent participants in a situation and act out what might typically happen in that 
situation” (Richard,Jack,Platt,John,weber,Heidi,1985:246) 
“A well used role play can reduce the artificiality of the classroom,provide a reason 
for talking and allow the learner to talk meaningfully to other learners. Role play 
differ from the controlled practice of the dialogue or dialogue with slots for the 
learners to substitute alternatives. It has the element of freedom and possibility of 
surprise”. (Johnson,K dan Morrow, K,1986 ) 
Metode bermain peran adalah salah satu proses belajar mengajar yang tergolong 
dalam metode simulasi. Menurut Dawson yang dikutip oleh Moedjiono & Dimyati 
mengemukakan bahwa simulasi merupakan suatu istilah umum berhubungan 
dengan menyusun dan mengoperasikan suatu model yang mereplikasi proses-proses 
perilaku. Sedangkan menurut Ali mengemukakan bahwa metode simulasi 
adalah suatu cara pengajaran dengan melakukan proses tingkah laku secara tiruan. 
Metode pengajaran simulasi terbagi menjadi 3 kelompok, dikemukakan oleh Ali 
yang dikutip dari ProIbid, sebagai berikut ini: (a) Sosiodrama, yaitu semacam 
drama sosial berguna untuk menanamkan kemampuan menganalisa situasi sosial 
tertentu, (b) Psikodrama, yaitu hampir mirip dengan sosiodrama . Perbedaan 
terletak pada penekannya. Sosio drama menekankan kepada permasalahan sosial, 
sedangkan psikodrama menekankan pada pengaruh psikologisnya; dan (c) Role- 
Playing atau bermain peran yaitu metode yang bertujuan menggambarkan suatu 
peristiwa masa lampau.
12 
Sedangkan, Moedjiono dan Dimyati juga membagi metode pengajaran simulasi 
menjadi 3 kelompok seperti berikut ini : 
(1) Permainan simulasi (simulation games) yakni suatu permainan di mana para 
pemainnya berperan sebagai tempat pembuat keputusan, bertindak seperti jika 
mereka benar-benar terlibat dalam suatu situasi yang sebenarnya, dan / atau 
berkompetisi untuk mencapai tujuan tertentu sesuai dengan peran yang ditentukan 
untuk mereka; 
(2) Bermain peran (role playing) yakni memainkan peranan dari peran-peran yang 
sudah pasti berdasarkan kejadian terdahulu, yang dimaksudkan untuk menciptakan 
kembali situasi sejarah/peristiwa masa lalu, menciptakan kemungkinan-kemungkinan 
kejadian masa yang akan datang, menciptakan peristiwa mutakhir 
yang dapat diperkaya atau mengkhayal situasi pada suatu tempat dan/ atau waktu 
tertentu, dan 
(3) Sosiodrama (sociodrama) yakni suatu pembuatan pemecahan masalah 
kelompok yang dipusatkan pada suatu masalah yang berhubungan dengan relasi 
kemanusiaan. Sosiodrama memberikan kesempatan kepada siswa untuk 
menentukan alternatif pemecahan masalah yang timbul dan menjadi perhatian 
kelompok. 
Pembelajaran dengan metode bermain peran adalah pembelajaran dengan cara 
seolah – olah berada dalam suatu situasi untuk memperoleh suatu pemahaman 
tentang suatu konsep. Dalam metode ini siswa berkesempatanm terlibat secara aktif 
sehingga akan lebih memahami konsep dan lebih lama mengingat, tetapi 
memerlukan waktu lama. Pendekatan dan metode yang dipilih guru dalam
13 
memberikan suatu materi pelajaran sangat menentukan terhadap keberhasilan 
proses pembelajaran. Tidak pernah ada satu pendekatan dan metode yang cocok 
untuk semua materi pelajaran, dan pada umumnya untuk merealisasikan satu 
pendekatan dalam mencapai tujuan digunakan multi metode. 
Metode dibedakan dari pendekatan ; metode lebih menekankan pada pelaksanaan 
kegiatan, sedangkan pendekatan ditekankan pada perencanaannya. Menurut 
Rustiyah (2003), ada lima hal yang perlu diperhatikan guru dalam memilih suatu 
metode mengajar yaitu : 
(1) Kemampuan guru dalam menggunakan metode 
(2) Tujuan pengajaran yang akan dicapai 
(3) Bahan pengajaran yang perlu dipelajari siswa 
(4) Perbedaan individual dalam memanfaatkan inderanya 
(5) Sarana dan prasarana yang ada di sekolah 
Berdasarkan kutipan tersebut, berarti metode bermain peran adalah metode 
pembelajaran yang di dalamnya menampakkan adanya perilaku pura-pura dari 
siswa yang terlihat dan/atau peniruan situasi dari tokoh-tokoh sejarah sedemikian 
rupa. Dengan demikian metode bermain peran adalah metode yang melibatkan 
siswa untuk pura-pura memainkan peran/ tokoh yang terlibat dalam proses sejarah. 
Model Simulasi diartikan sebagai kegiatan pembelajaran yang memberi 
kesempatan kepada siswa untuk meniru satu kegiatan atau pekerjaan yang dituntut 
dalam kehidupan sehari-hari, atau yang berkaitan dengan tugas yang akan menjadi 
tanggung jawabnya jika kelak siswa sudah bekerja. Misalnya, simulasi mengajar, 
simulasi menolong orang sakit, simulasi mengatasi perampokan, atau simulasi
14 
pengaturan ruang. Dengan demikian, simulasi sebagai salah satu model 
pembelajaran merupakan peniruan pekerjaan yang menuntut kemampuan tertentu 
dari siswa sesuai dengan kurikulum yang ditetapkan. 
Simulasi bertujuan untuk memberi kesempatan berlatih menguasai keterampilan 
tertentu melalui situasi buatan sehingga siswa terbebas dari resiko pekerjaan 
berbahaya. 
Endang Komara, mengatakan bahwa : Bermain peran digunakan dalam 
pembelajaran dengan tujuan memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih 
menumbuhkan kesadaran dan kepekaan sosial serta sikap positif, di samping 
menemukan alternatif pemecahan masalah. Dengan perkataan lain, melalui bermain 
peran, siswa diharapkan mampu memahami dan menghayati berbagai masalah 
yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Inilah yang merupakan tekanan utama 
dalam bermain peran yang membedakannya dari simulasi. Simulasi lebih 
menekankan pada pembentukan keterampilan, sedangkan pembentukan sikap dan 
nilai merupakan tujuan tambahan 
Model Sajian Situasi merupakan kerangka prosedural pembelajaran yang 
menggunakan simulasi sebagai pemicu (trigger) belajar. Materi yang disajikan 
bukanlah konsep yang abstrak secara verbal tetapi situasi yang dibuat 
mencerminkan suatu konsep. Peserta didik dikondisikan untuk dapat menangkap 
konsep itu melalui proses analisis situasi yang disimulasikan. 
Role Playing atau bermain peran adalah metode pembelajaran sebagai bagian dari simulasi 
yang diarahkan untuk mengkreasi peristiwa sejarah, actual, kejadian-kejadian yang muncul
15 
pada masa mendatang. Contoh topik yang diangkat kejadian seputar G30S PKI, 
memainkan peran sebagai juru kampanye suatu partai atau gambaran keadaan yang 
mungkin pada abad teknologi informasi (Wina Sanjaya, 2006) 
Metode simulasi adalah metode pengajaran yang digunakan dalam proses belajar berupa 
tingkah laku dengan tujuan orang tersebut dapat mempelajari lebih dalam tentang 
bagaimana ia merasa dan berbuat sesuatu atau suatu metode pengajaran dimana siswa 
memerankan tugas orang lain dalam dirinya sebagai tiruan (Thoifuri, 2008). 
Bagi guru inisiator metode ini perlu mendapat tersendiri dalam rangka membentuk 
kemampuan siswanya untuk terpacu menjadi public figure sesuai yang diperankan anak 
didik dalam kehidupan kelak. 
Metode bermain peran adalah bentuk permainanan pendidikan yang dipakai untuk 
menjelaskan perasaan sikap dan tingkah laku dan nilai-nilai dalam kehidupan 
bermasyarakat dengan tujuan untuk menghayati perasaan sudut pandang dan cara berpikir 
orang lain (membayangkan diri sendiri seperti dalam keadaan orang lain (Depdiknas 
1998). 
Terdapat beberapa asumsi dalam model pembelajaran bermain peran untuk 
mengembangkan perilaku dan nilai-nilai sosial, yang kedudukannya sejajar dengan model-model 
mengajar lainnya. Mulyasa, menyatakan bahwa: terdapat empat asumsi yang 
mendasari pembelajaran bermain peran keempat asumsi tersebut, yaitu : 
(1) Bermain peran mendukung suatu situasi belajar berdasarkan pengalaman dengan 
menitikberatkan isi pelajaran pada situasi ”di sini pada saat ini”, 
(2) Bermain peran memungkinkan para siswa untuk mengungkapkan perasaannya yang 
tidak dapat dikenal tanpa bercermin pada orang lain, tujuan mengungkapkan perasaan
16 
adalah mengurangi beban emosional, 
(3) Bermain peran, berasumsi bahwa emosi dan ide-ide dapat diangkat ke taraf sadar untuk 
kemudian ditingkatkan melalui proses kelompok. Pemecahan masalah tidak selalu datang 
dari orang tertentu, tetapi bisa juga muncul dari reaksi pengamat terhadap masalah yang 
sedang diperankan. Dengan demikian, siswa dapat belajar dari pengalaman orang lain 
tentang cara memecahkan masalah yang pada gilirannya dapat dimanfaatkan untuk 
mengembangkan dirinya secara optimal, dan 
(4) Model bermain peran, berasumsi bahwa proses psikologis yang tersembunyi, berupa 
sikap, nilai, perasaan dan sistem keyakinan, dapat diangkat ke taraf sadar melalui 
kombinasi pemeranan secara spontan. Dengan demikian, para siswa dapat menguji sikap 
dan nilainya yang sesuai dengan orang lain, apakah sikap dan nilai yang dimilikinya perlu 
dipertahankan atau diubah (Mulyasa, E, 2005) 
Persiapan metode bermain peran : 
1. Menetapkan topik atau masalah serta tujuan yang hendak dicapai oleh simulasi 
2. Guru memberikan gambaran masalah dalam situasi yang akan disimulasikan 
3. Guru menetapkan pemain yang akan terlibat dalam simulasi peranan yang akan 
dimainkan oleh para pemeran serta waktu yang disediakan 
4. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya khususnya pada siswa yang 
terlibat dalam pemeran simulasi (Wina Sanjaya, 2006) 
Langkah yang harus dilakukan dalam pelaksanaan metode bermain peran adalah : 
a. Mempersiapkan situasi untuk memulai drama 
b. Menjelaskan kepada anak-anak apa yang diharapkan dari hasil dramatisasi yang 
dilakukan
17 
c. Menugaskan untuk memegang peranan tertentu kepada anak-anak 
d. Mengadakan konsultasi dan koordinasi dengan para pelaku 
e. Pelaksanakan drama 
f. Menilai drama secara bersama-sama antara guru dan siswa (M. Basyirudin U., 2002) 
Dari kutipan diatas dapat disimpulkan langkah-langkah dalam metode bermain peran 
menurut adalah sebagai berikut : 
a. Guru mempersiapkan rencana pembelajaran 
b. Guru membuat skenario yang akan ditampilkan atau diperankan 
c. Guru membentuk kelompok atau menentukkan pemeran 
d. Guru menentukkan pemeran utama dan pemeran figure 
e. Guru mengamati jalannya pertunjukan tersebut 
f. Guru menanyakan tanggapan terhadap pemeranan siswa 
g.Guru memberikan penilaian terhadap pemeran-pemeran dalam skenario 
h. Guru mengadakan triangjulasi 
Melalui bermain peran, para siswa mencoba mengekspresikan hubungan antar manusia 
dengan cara memperagakannya dan mendiskusikannya sehingga secara bersama-sama para 
siswa dapat mengeksplorasi perasaan, sikap, nilai dan berbagai strategi pemecahan 
masalah. Sebagai suatu model pembelajaran, bermain peran berakar pada dimensi pribadi 
dan sosial. Dari dimensi pribadi model ini berupaya membantu peserta didik menemukan 
makna dari lingkungan sosialnya yang bermanfaat bagi dirinya. Juga melalui model ini 
para siswa diajak untuk belajar memecahkan masalah pribadi yang sedang dihadapinya 
dengan bantuan kelompok sosial yang beranggotakan teman-teman sekelasnya. Sedangkan 
dari dari dimensi sosial, model pembelajaran bermain peran memberikan kesempatan
18 
kepada para siswa untuk bekerja sama dalam menganalisis situasi sosial, terutama masalah 
yang menyangkut hubungan antar pribadi siswa
19 
BAB III 
METODE PENELITIAN 
A. Sasaran penelitian 
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII.2 SMP Negeri 13 Kendari, 
semester genap tahun pelajaran 2010/2011 yang berjumlah 31 orang yang terdiri 
dari 13 siswa perempuan dan 18 orang siswa laki-laki. Kelas ini dipilih sebagai 
subjek penelitian berdasarkan observasi pendahuluan bahwa sekitar 80 % memliki 
masalah dalam keterampilan speaking. 
B. Waktu dan tempat penelitian 
Waktu pelaksanaan penelitian ini dari bulan Desember 2010 sampai bulan 
Januari 2011, dan tempat penelitian di kelas VIII-2 pada SMP Negeri 13 Kendari 
C. Faktor – faktor Penelitian 
Untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini, maka faktor yang ingin 
diselidiki adalah sebagai berikut : 
1). Faktor siswa 
Ada dua faktor yang diselidi tentang siswa yaitu : (1) hasil belajar siswa 
dalam pembelajaran speaking ( transaksional / interpersonal text) yang diajarkan 
(2) Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran 
2). Faktor Guru 
Hal yang diselidiki pada guru adalah bagaimana mempersiapkan materi 
pelajaran apakah telah sesuai dengan standar kompetensi yang telah ditetapkan, 
media/alat bantu yang digunakan, dan cara atau kemampuan guru dalam 
melaksanakan pembelajaran yang menggunakan teknik bermain peran (role 
playing)
20 
D. Prosedur Penelitian 
D. Prosedur Penelitian 
19 
Prosedur penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan terdiri atas dua (2) 
siklus. Setiap siklus dilaksanakan sesuai dengan kompetensi dasar yang ingin 
dicapai seperti pada faktor-faktor yang diselidiki. Selanjutnya, dilaksanakan 
penelitian tindakan kelas dengan tahapan : (1) perencanaan (planning); 
(2)pelaksanaan tindakan (action); (3) observasi dan evaluasi (observation and 
evaluation);dan (4) refleksi (reflection). 
Analisis dan refleksi 
Siklus 1 
Analisis Dan refleksi Siklus 2 Perbaikan Rencana 
Tindakan 
dst
21 
Secara rinci,prosedur penelitian tindakan kelas ini dapat dijabarkan sebagai berikut. 
1) SIKLUS 1 
a). Perencanaan 
pada tahap ini tim peneliti mempersiapkan hal-hal yang dibutuhkan dalam 
pelaksanaan penelitian tindakan kelas. Adapun kegiatan-kegiatan yang telah 
dilakukan dalam tahap perencanaan ini adalah sebagai berikut : (1) Membuat 
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang bersesuaian dengan 
kompetensi dasar 9.2 Mengungkapkan makna dalam perccakapan 
transaksional (to get thing done) dan interpersonal (bersosialisasi) pendek 
sederhana dengan menggunakan ragam bahasa lisan secara akurat, lancar, dan 
berterima untuk berinteraksi dengan lingkungan terdekat yang melibatkan 
tindak tutur: meminta, memberi persetujuan, merespon pernyataan, memberi 
perhatian terhadap pembicara, mengawali, memperpanjang, dan menutup 
percakapan telpon. (2) Membuat scenario bermain peran tentang percakapan 
dalam telpon. (3) Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS), (4) Membuat lembar 
observasi tentang kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran dan 
aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar, (5) Menyusun angket siswa 
untuk melihat tingkat minat siswa terhadap model /teknik bermain peran alam 
pembelajaran speaking, (6) Mendesain alat evaluasi atau tes hasil belajar untuk 
mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap materi speaking setelah siswa 
mengikuti kegiatan pembelajaran.
22 
b). Tindakan 
Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah melaksanakan Rencana 
Pelaksanaan Pembelajaran RPP-01 tentang ungkapan meminta,memberi 
persetujuan dan memberi perhatian terhadap pembicara/orang lain melalui 
percakapan dalam telpon, yang telah di buat oleh peneliti dan di amati oleh dua 
orang guru lain yang bertindak sebagai observer 
c). Observasi dan Evaluasi 
Kegiatan observasi yang dilakukan oleh peneliti dan dua guru yang bertindak 
sebagai observer bertujuan untuk mengetahui keterlaksanaan aspek- aspek 
yang diteliti. Pada akhir pelaksanaan tahap ini tim peneliti melakukan evaluasi 
sejauh mana guru telah menerapkan rencana pelaksanaan pembelajaran yang 
telah ditetapkan dan hasil belajar siswa dengan menggunakan tes performance 
berdasarkan materi yang telah diajarkan 
d). Refleksi 
Peneliti melaksanakan diskusi untuk merefleksi hasil observasi dan evaluasi 
yang dilakukan. Refleksi ini dilakaukan untuk mengkaji keunggulan dan 
kelemahan yang ditemukan pada pelaksanaan tindakan. Hasil refleksi 
digunakan untuk menetapkan langkah- langkah pada siklus berikutnya.
23 
e). Indikator Kinerja 
Penelitian Tindakan Kelas ini dikatakan berhasil bila hasil belajar siswa 
mencapai KKM yang ditetapkan yaitu 70 , dengan ketentuan bahwa 75 % siswa 
mencapai nilai NKM 70 
2) SIKLUS II 
a). Perencanaan 
kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan pada siklus 
II ini adalah sebagai berikut : (1) Mengidentifikasi kelemahan atau hal-hal 
yang belum tercapai pada siklus I untuk disempurnakan lebih lanjut, 
(2) Meninjau kembali Rencana Pelaksanaan Pembelajaran berupa RPP 
02 tentang meminta, memberi menolak barang, menolak jasa , meminta 
informasi ,dan meminta, memberi dan menolak pendapat dalam telpon, 
untuk diimplementasikan pada siklus II yang rencana pelaksanaannya 
sebanyak 2 kali tatap muka. 
b). Tindakan 
Kegiatan yang dilaksankan dalam tahap ini adalah melaksanakan 
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran pada RP 02 . Pelaksanaan 
pembelajaran dilakukan oleh guru (peneliti) sebagai guru model. 
Dengan langkah- langkah pembelajaran yang sesuai dengan RPP 
(kegiatan pendahuluan , inti dan kegiatan penutup) 
c). Observasi dan Evaluasi 
Pada tahap ini dilaksanakan kegiatan observasi yang dilakukan oleh 
peneliti dan dua guru dan satu pembimbing yang bertindak sebagai
24 
observer. Pada akhir pelaksanaan tahap ini dilakukan evaluasi untuk 
mengetahui penampilan guru, model dan prestasi belajar siswa berupa 
test hasil belajar. 
d). Refleksi 
Peneliti melaksanakan diskusi dan refleksi berdasarkan hasil 
observasi dan evaluasi yang dilakukan. Refleksi ini dilakukan untuk 
mengkaji keunggulan dan kelemahan yang di pandang ada dalam 
pelaksanaan tindakan. 
e). Indikator Keberhasilan 
Indikator keberhasilan proses pada siklus II apabila siswa telah 
mencapai KKM atau ketuntasan minimal yaitu 70 secara klasikal 
mencapi 75 %. 
E. Data dan Teknik Pengumpulan Data 
1. Sumber Data 
Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa dan guru 
2. Teknik Pengumpulan data 
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik-teknik sebagai 
berikut : 
a. Observasi 
Teknik observasi dipergunakan untuk menjaring data penelitian dengan 
menggunakan lembar pengamatan yang sesuai. Kegiatan observasi 
dilakukan untuk memperoleh data kemampuan gurudalam pengelolaan 
pembelajaran dan aktivitas siswa
25 
b. Angket 
Penggunaan angket ini dipakai untuk memperoleh data dan informasi 
tentang tingkat keberminatan siswa terhadap teknik pembelajaran 
speaking yang digunakan saat pembelajaran pada penelitian tindakan 
kelas ini 
c. Tes Hasil Belajar 
Tes digunakan untuk mengetahui ketuntasan dan pencapaian KKM. 
Penentuan ketuntasan hasil belajar siswa ini berdasarakan analisi KKM 
untuk kompetensi dasar yang diajarkan. 
F. Teknik Analisis Data 
1. Analisis Deskriptif Pengamatan Aktivitaas Siswa 
Data hasil pengamatan aktivitas siswa dianalisis dengan menghitung frekuensi dan 
prosentase masing-masing aktivitas yang muncul selama pembelajran , yaitu 
banyaknya frekuensi setiap aktivitas dibagi dengan seluruh frekuensi tiap aktivitas 
dikali 100. 
Persentase aktivitas siswa perkategori aktivitas selama pembelajaran dihitung 
dengan menggunakan rumus : 
P 
Persentase aktivitas siswa = Qx100% 
Keterangan : 
P = Frekuensi aktivitas siswa perkategori yang teramati oleh pengamat 
Q = jumlah aktivitas seluruh siswa selam pembelajaaran berlangsung
26 
2. Analisis Tes Hasil Belajar 
Analisis tes hasil belajar dilakukan untuk mengetahui ketuntasan belajart siswa 
dengan patokan pada nilai ketuntasan minimal (KKM) pada kompetensi dasar. 
Untuk menetukan ketuntasan belajar siswa (individual) dapat dihitung dengan 
menggunakan persamaan sebagai beriut : 
KB = 
푇 
푇1 
X 100 ( Muhammad, 2003 : 104) 
Keterangan : 
KB = Ketuntasan Belajar 
T = jumlah skor yang diperoeh siswa 
푇푡=jumlah skor total 
Setiap siswa dikatakan tuntas belajarnya ( ketuntasan individu) jika nilai 
perolehan siswa telah mencapai KKM atau jika T/Tt x 100 ≥ 72,22 pada 
kompetensi dasar tersebut. 
3. Analisis Deskriptif Pengamatan Kemampuan Guru dalam Kegiatan 
Pembelajaran 
Data hasil pengamatan kemampuan guru dalam mengelola kegatan 
pembelajaran dianalisis dengan menghitung skor rata-rata setiap aspek peniliain 
keterlaksanaan kegiatan pembelajaran.
27 
BAB IV 
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 
A. Hasil Penelitian Tindakan 
1. Pelaksanaan Sklus I 
Pada sklus I yang telah dlaksanakan untuk mengimplementasikan perangkat 
pembelajaran yang telah dikembangkan pada tahap persiapan yang berupa bahan 
berupa skenario percakapan dalam telpon , rencana pelaksanaan pembelajaran 
(RPP), lembar kerja siswa (LKS), instrumen hasil belajar (evaluasi formatif). 
Sedangkan untuk mengamati keterlaksanaan proses pembelajaran dilakukan 
pengamatan terhadap aktvitas siswa dan kemampuan guru dalam melaksanakan 
pembelajaran. 
a. Pengamatan aktvitas siswa pada siklus I 
Tatap muka pertama dlaksanakan pada hari selasa tanggal 11 Januari 2011, 
pukul 10.20 – 12.20 . pada menit-menit pertama, guru mengajak siswa 
berdiskusi tentang pembelajaran speaking yang sudah sering mereka lakukan 
yaitu dengan cara mengikuti guru untuk melafalkan kata demi kata atau 
kalimat demi kalimat dari suatu teks yang disajikan. Kemudian guru 
mengenalkan teknik berman peran untuk meningkatkan penguaasaan 
ketrampilan speaking khususnya untuk jenis teks transaksonal/interpersonal 
Selama proses kegatan berlangsung ,guru memperhatikan , membimbing, serta 
mengarahkan siswa , baik secara perorangan atau secara kelompok , dan juga 
memberi penilaian pada saat bermain peran berlangsung dengan menggunakan 
lembar penilaian proses. 
27
28 
Berdasarkan hasil wawancara melalui angket (tabel 4.5) tentang kegiatan 
pembelajaran , diperoleh gambaran secara umum bahwa siswa sangat antusias 
dengan cara belajar yang menggunakan teknik bermain peran. 
TABEL 4.5 
ANGKET SISWA 
Berilah tanda cheklis (√) pada kolom jawaban yang tersedia sesuai dengan pendapatmu. 
Pilihan jawaban terdiri dari sangat setuju (SS),setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat 
tidak setuju(STS). Isilah seluruh pertanyaan tersebut dengan sejujur-jujurnya.jawabanmu 
tidak akan mempengaruhi nilai bahasa inggrismu. 
No. Pertanyaan SS S TS STS 
1. Pembelajaran bahasa inggris khususnya speaking dengan 
menggunakan teknik role playing menarik bagi saya 
2. Pembelajaran dengan role playing membuat saya lebih 
mudah memahami materi 
3. Saya merasa senang dengan pembelajaran role playing 
4. Pembelajaran dengan role playing membuat saya 
merasakan secara nyata fungsi bahasa sebagai alat 
komunikasi 
5. Saya senang mempratekkan ungkapan bhs inggris yang 
berhubungan dengan kehidupan sehari-hari 
6. Pembelajaran dengan role playing membuat saya berani 
mengemukakan pendapat 
7. Masalah yang disajikan dapat dipahami setelah dibaca 
berulang-ulang 
8. Kesempatan berdiskusi dengan teman satu kelompok atau 
teman satu kelas memudahkan saya dalam memecahkan 
masalah 
9. Saya merasa tegang pada saat pembelajaran dengan role 
playing 
10. Pembelajaran dengan role playing sangat membosankan 
11. Saya lebih senang menentukan sendiri pembentukan 
kelompok 
12. Saya merasa cepat putus asa apabila tidak bisa 
mengerjakan soal yang diberikan 
13. Guru sangat membantu apabila siswa kesulitan dalam 
menyelesaikan soal 
14. Saya ingin materi yang lain diajarkan dengan metode role 
playing 
Kendari, ...Januari 2011 
Responden
29 
Berdasarkan data atau hasil temuan yang ada di lapangan dalam proses 
pembelajaran dengan materi ungkapan meminta,memberi,menolak 
persetujuan ,memberi perhatian kepada orang lain dalam sebuah percakapan 
dalam telpon,peneliti menganalsis bahwa pembelajaran siklus I ini sudah 
dilaksanakan sesuai perencanaan. Tetapi masih ada hal-hal yang perlu 
diperhatikan,diantaranya masih ada siswa yang kurang antusias dalam 
memainkan peran sehingga masih tampak ketidak-sungguhan dan kurang 
ekspresif dalam memainkan perannya. 
Siswa juga masih kurang aktif dalam memainkan peran tersebut karena siswa 
masih takut dan malu-malu serta mengalami kesulitan dalam mengucapkan 
kata Bahasa Inggris. Bahkan dalam melakukan peran ,banyak siswa yang 
mengganggu pemain lain dan situasi di kelas sangat ribut karena beberapa 
kelompok masih melakukan latihan , sehingga siswa sulit dalam 
mengekspresikan diri pada saat bermain peran dengan baik. Selain itu terdapat 
beberapa siswa yang masih belum hafal teks yang harus diucapkan. Beberapa 
diantaranya masih harus membaca teks saat bermain peran. 
Akitvitas siswa selama kegiatan pembelajaran diamati oleh pengamat dengan 
menggunakan instrument pengamatan aktivitas siswa. Hasil pengamatan 
aktivitas siswa selama kegiatan belajar mengajar dideskripsikan dalam bentuk 
persentase. Hasil pengamatan aktivitas siswa pada pertemuan pertama dan 
kedua siklus I disajikan dalam tabel 4.1 berikut
30 
Tabel 4.1 Analisis Aktivitas siswa pada pelaksanaan PBM 
NO. 
Aktivitas Siswa 
Persentase (%) 
Pert. 1 Pert. 2 Rerata 
1. M endengarkan /memperhatikan 
penjelasan guru 
15,6 9,7 12,65 
2. M embaca materi ajar /LKS 16,3 9,3 12,8 
3. M enulis (yang relevan dengan KBM) 12,5 14,0 13,25 
4. B ekerja sama menyelesaikan tugs dalam 
kelompok 
13,8 17,0 15,4 
5. M elakukan latihan performance 
berdasarkan skenario 
12,9 18,3 15,6 
6. M emperhatikan penampilan teman yang 
sedang bermain peran 
6,7 8,0 7,35 
7. M erangkum/menyimpulkan materi 
pelajaran 
7,1 8,3 7,7 
8. M elakukan aktivitas lain yang tidak 
relevan 
9. B erfdiskusi/bertanya jawab antar siswa 
dengan siswa dan siswa dengan guru 
6,3 7,0 6,65 
Berdasarkan tabel 4.1 di atas bisa dilihat bahwa rata-rata persentase tiap komponen 
aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran pada siklus I menunjukkan nilai yang 
bearvariasi dan beragam. Persentase komponen aktivitas siswa paling tinggi adalah 
Melakukan latihan performance berdasarkan skenario sebesar 15,6 % dan 
Memperhatikan penampilan teman yang sedang bermain peran sebesar 7,35 %. Ini 
menunjukkan bahwa teknik bermain peran dalam proses pembelajaran speakng 
sangatlah nampak dan berrdampak positif pada keaktifan siswa.
31 
b. Pengamatan Kemampuan guru dalam mengelola PBM pada siklus I 
Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran selama pembelajaran 
speakng berlangsung di amati oleh dua orang pengamat dengan menggunakan 
lembar pengamatan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran pada 
pertemuan 1 dan 2 di siklus I. Kemampuan yang diamati pada guru 
menyangkut membuka pelajaran, kegiatan inti, dan menutup pelajaran, 
termasuk pembelajaran yang menerapkan teknik bermain peran. Rata-rata skor 
kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran yang diamati dalam 
pelaksanaan pembelajaran siklus Idapat dilihat pada tabel 4.2 berikut : 
Tabel 4.2 Kemampuan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar 
No Aspek yang diamati 
Terlaksan 
a 
skor 
ya tidak Pert. 
1 
Pert 2 rerata 
Pengamatan PBM 
A. Pendahuluan 
1. Memberitahukan SK,KD dan indikator 
2. Menuliskan topik pembelajaran √ - 4.00 4.00 4.00 
3. Apersepsi dan motivasi √ - 4.00 4.00 4.00 
2 KEGIATAN POKOK 
1. Penyajian sesuai dengan urutan materi √ - 3.50 3.75 3.63 
2. Metode/pendekatan sesuai dengan materi √ - 4.00 4,00 4.00 
3. Keterlibatan siswa √ - 3.00 3.00 3.00
32 
4. Bimbingan kepada siswa sebagai fasilitator √ - 3.00 3.50 3.25 
5. Pengelolaan kelas √ - 4.00 4.00 4.00 
6. Pengembangan ketrampilan siswa 
- merespon penjelasan teman 
- memberikan ide dalam kelompok 
- kekompakan dalam bekerja sama 
√ - 
3.00 3.00 3.00 
7. pelaksanaan sesuai dengan waktu 
- bermain peran dalam kelompok 
- bermain peran di depan kelas 
√ - 3.00 3.50 3.25 
3 PENUTUP 
Memberi kesimpulan dan tugas rumah √ - 3.50 3.50 3.50 
Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat dilihat bahwa kemampuan guru dalam 
mengelola pembelajaran yang dilakukan dengan menerapakan teknik bermain 
peran (role playing) terutama pada saat pembimbingan terhadap siswa yang 
berlatih bermain peran sesuai skenario yang telah disiapkan dapat terlaksana 
dengan baik 
c. Tes Hasil Belajar Siswa pada Siklus I 
Berdasarkan hasil penelitian pada siklus I diperoleh nilai secara individu 
sebagai berikut : terdapat 26 siswa ( 83,87 %) yang mendapatkan nilai baik 
dengan kriteria pada kerja sama siswa mampu bekerja sama dengan baik dalam 
bermain peran, berekspresi dengan baik sesuai dengan tokoh yang diperankan , 
dan dapat melafalkan kata-kata dalam bahasa Inggris (pronounciaton) dengan
33 
baik pada dialog ; terdapat 6 siswa ( 19,35 %) yang mendapatkan nilai kurang 
pada kerja sama siswa mampu bekerja sama dengan baik dalam bermain peran, 
berekspresi dengan kurang baik sesuai dengan tokoh yang diperankan , dan 
kurang baik melafalkan kata-kata dalam bahasa Inggris (pronounciaton) 
Dalam hal ini, guru menentukan kriteria penilaian pada pembelajaran speaking 
dengan menggunakan teknik role playing sebagai tolak ukur pencapaian tingkat 
keberhasilan siswa, yaitu : nilai sangat baik (A) bagi siswa yang dapat bekerja sama 
dengan sangat baik dalam bermain peran (termasuk accuracy), siswa dapat 
berekspresi dengan sangat baik sesuai tokoh yang diperankan, dan siswa dapat 
melafalkan dengan sangat baik kata-kata bahasa Inggris pada dialog, yang ditandai 
dengan perolehan skor nilai antara 81 - 100 ; nilai baik (B) bagi siswa yang dapat 
bekerjasama dengan baik dalam bermain peran, siswa dapat berekspresi dengan 
baik sesuai dengan tokoh yang diperankan, dan melafalkan kata-kata bahasa 
Inggris dengan baik pada dialog yang ditandai dengan perolehan skor nilai antara 
70- 80 ; serta nilai kurang (K) bagi siswa yang dapat bekerjasama dengan baik 
dalam bermain peran, siswa kurang baik dalam berekspresi sesuai dengan tokoh 
yang diperankan, dan siswa kurang baik dalam melafalkan kata-kata bahasa 
Inggris pada dialog yang ditandai dengan perolehan skor nilai kurang dari 70 
Untuk mengetahui hasil belajar setelah pelaksanaan kegiatan belajar 
mengajar, maka peneliti melaksanakan evaluasi yang dilaksanakan pada akhir 
kegiatan tatap muka dengan menggunakan test performance. Berdasarkan 
indikator keberhasilan pada penelitian ini, maka keberhasilan pada kegiatan 
pembelajaran di siklus I tercapai karena 26 siswa dari 31 siswa atau 83,87 % 
siswa sudah memperoleh nilai di atas KKM yaitu 70
34 
Adapun analisis ketuntasan hasil belajar siswa pada materi speaking untuk 
jenis teks transaksional / interpersonal dengan ungkapan 
meminta,memberi,menolak persetujuan ,memberi perhatian kepada orang lain 
dalam sebuah perecakapan dalam telpon, dapat dilihat pada tabel 4. 
Tabel 4.3 Data analisis ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I 
DAFTAR NILAI SPEAKING 
Kelas : VIII.2 
KKM = 70 
No 
Nama 
. 
Aspek Penilaian SPEAKING Jumla 
h 
score 
Jumla 
h nilai 
KETERANGA 
accuracy(30% Fluncy 
Expression 
N 
) 
(30%) 
(40%) 
1 ADE FITRA 3 3 3 9 75 TUNTAS 
2 ANDI AN-NISA 3 3 3 9 75 T 
3 ANDI TENRI 3 3 3 9 75 T 
4 ARDIANSYAH 3 2 2 7 58,33 TT 
5 ASKING N. 3 3 3 9 75 T 
6 DARMI 3 2 3 8 66,67 TT 
7 
EDI 
HERMAWAN 3 3 3 9 75 T 
8 EPHI TRIANTI 3 3 3 9 75 T 
9 
HERMAN 
MAMAN 3 3 3 9 75 T 
10 HIDAYATULLAH 3 3 3 9 75 T 
11 IMAM 3 2 2 7 58,33 TT 
12 
IRFAN BUDIANI 
S. 3 3 3 9 75 T 
13 ISRAWATI 3 3 2 8 66,67 TT 
14 KARMILA 3 3 3 9 75 T 
15 MUH.ADIARNO 3 3 3 9 75 T 
16 MUH.ASWAD 3 3 3 9 75 T 
17 M.ARHAM 3 3 3 9 75 T 
18 MARGALAE 3 3 3 9 75 T 
19 
MUH,ZALDI 
ZAIN 3 3 3 9 75 T
35 
20 MUH.PRARIDO 3 3 3 9 75 T 
21 NIRMALA 3 3 3 9 75 T 
22 NURMANSYAH 2 2 2 6 50 TT 
23 PATMAWATI 3 3 3 9 75 T 
24 RIKA ADRIANI 3 3 3 9 75 T 
25 SAHRUL S. 2 3 3 8 66,67 TT 
26 SARMIDA 3 3 3 9 75 T 
27 
UMI 
RAHMAYANTI 3 2 3 8 66,67 TT 
28 WD,MURNIA 2 3 2 7 58,33 TT 
29 WD.NURIANA 2 3 3 8 66,67 TT 
30 WIRANTO 2 3 3 8 66,67 TT 
31 YUSLAN 2 2 2 6 50 TT 
Berdasarkan uraian hasil perolehan nilai siswa secara individu di atas dapat 
disimpulkan bahwa pada siklus I ini pembelajaran belum terlalau berhasil. Karena 
hanya 26 siswa yang memperoleh ketuntasan dari tingkat pencapaian keberhasilan 
siswa dalam kelas. Hal ini dikarenakan siswa masih banyak mengalami kesulitan, ragu 
dalam mengekspresikan diri, memiliki perasaan takut, masih mengganggu siswa 
lainnya, kurang tepat dalam pelafalan kata-kata bahasa Inggris, bahkan masih ada 
siswa yang kurang antusias terhadap pembelajaran. Sehingga siswa yang mengalami 
kesulitan perlu mendapatkan perhatian, bimbingan dan arahan dari guru agar hasil 
yang diperoleh lebih baik pada pembelajaran berikutnya. 
Dalam pembelajaran dengan menggunakan teknik role play ini, hasil penilaian, proses 
observasi, wawancara, dan catatan lapangan dijadikan bahan pertimbangan dalam 
merencanakan dan menentukan tindakan selanjutnya. Pada siklus I ini masih banyak 
siswa atau kelompok yang mengalami kesulitan dalam bermain peran yang telah 
ditentukan karena merasa malu dan ragu dalam mengekspresikan diri, takut dan juga
36 
gugup, sehingga dalam bermain peran kurang menguasai materi, kurang 
berekspresi dan kurang tepat dalam pronunciation. 
Pada tindakan ini ada juga siswa yang terlihat kurang antusias dan kurang aktif 
dalam bermain peran, begitu pula dalam memberikan penilaian dan mengemukakan 
pendapatnya masih mengalami kesulitan, merasa malu, takut dan belum berani dalam 
mengekspresikan diri, bahkan ada pula siswa yang ribut dan mengganggu temannya 
pada saat bermain peran. Rencana perbaikan pada tindakan selanjutnya yaitu tujuan 
pembelajaran dengan melatih siswa dalam mengucapkan kata yang berhubungan 
dengan pakaian untuk mengupayakan peningkatan minat dan aktivitas siswa agar 
dapat menambah vocabulary/kata-kata dalam bahasa Inggris. Dalam mengekspresikan 
suatu adegan peran, intonasi dan pronounciation, dan dalam bekerjasama dengan siswa 
lain perlu dibimbing agar dapat melakukan permainan peran dengan baik dan benar. 
Hal ini peneliti menyimpulkan kemungkinan dkarenakan pada saat bermain peran 
siswa dibiarkan hanya untuk menyaksikan penampilan tanpa harus menganalisanya 
melalui LKS Dengan demikian diharapkan kemampuan siswa dalam meningkatkan 
penambahan vocabulary dan perbaikan pronounciation siswa akan lebih baik dan 
benar. Maka untuk menindak lanjuti kekurangan tersebut, direncanakan kembali 
tindakan pada siklus II dengan menggunakan teknik role play dengan penambahan 
LKS yang lebih tepat dalam pembelajaran speaking dengan ungkapan meminta, 
memberi persetujuan, merespon pernyataan dalam percakapan di telpon. 
2. Pelaksanaan Sklus II 
Pada sklus II yang telah dlaksanakan untuk mengimplementasikan perangkat 
pembelajaran yang telah dikembangkan pada tahap persiapan yang berupa bahan 
berupa skenario percakapan dalam telpon , rencana pelaksanaan pembelajaran
37 
(RPP), lembar kerja siswa (LKS), instrumen hasil belajar (evaluasi formatif). 
Sedangkan untuk mengamati keterlaksanaan proses pembelajaran dilakukan 
pengamatan terhadap aktvitas siswa dan kemampuan guru dalam melaksanakan 
pembelajaran. 
a. Pengamatan aktvitas siswa pada siklus II 
Tatap muka pertama pada siklus II dlaksanakan pada hari Jum’at tanggal 21 
Januari 2011 pk. 09.40 -11.00 . pada menit-menit pertama, guru mengajak 
siswa berdiskusi tentang pembelajaran speaking pada siklus I dan membahas 
hasil nilai yang sudah mereka peroleh pada penilaian di siklus I. Kemudian 
guru menjelaskan kembali teknik berman peran untuk meningkatkan 
penguaasaan ketrampilan speaking khususnya untuk jenis teks 
transaksonal/interpersonal untuk ungkapan meminta,memberi pendapat dalam 
percakapan yang memuat tndak tutur mengawal,mewmperpanjang dan 
mengakhiri telpon. 
Selama proses kegatan berlangsung ,guru memperhatikan , membimbing, serta 
mengarahkan siswa , baik secara perorangan atau secara kelompok , dan juga 
memberi penilaian pada saat bermain peran berlangsung dengan menggunakan 
lembar penilaian proses. 
Berdasarkan pengamatan pada kegiatan pembelajaran , diperoleh gambaran 
secara umum bahwa siswa sangat antusias dengan cara belajar yang 
menggunakan teknik bermain peran dengan ungkapan yang berbeda dari 
ungkapan yang dipelajari pada siklus I. Berdasarkan data atau hasil temuan 
yang ada di lapangan dalam proses pembelajaran dengan materi ungkapan 
meminta,memberi pendapat dalam percakapan yang memuat tndak tutur
38 
mengawali, memperpanjang dan mengakhiri telpon, peneliti menganalsis 
bahwa pembelajaran siklus II ini sudah dilaksanakan sesuai perencanaan. Dan 
hasilnya sudah bisa dikatakan berhasail karena kekurangan-kekurangan yang 
terjadi pada sikus I sudah tidak nampak lagi 
Siswa sudah aktif dalam memainkan peran tersebut karena siswa sudah di beri 
penguasaan terhadap kata-kata yang harus dilafalkan dalam bermain peran.hal 
ini dengan diberikannya skenario dua hari sebelum pembelajaran. Bahkan 
dalam melakukan peran ,banyak siswa yang antusias bermain secara serius 
misalnya dengan menggunakan alat telpon sepertri mereka sedang menelpon 
yang sebenaranya sehngga stuasi di kelas tidak ribut lagi karena beberapaq 
kelompok lainnya sibuk untuk mengisi format yang ada dalam LKS 
berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap peran yang sedang 
dilakonkan oleh temannya. proses melakukan latihanpun tidak lagi meraka 
lakukan selama proses tersebut karena mereka sudah menguasai skenarionya 
yang sudah diterima sebelumnya , sehingga siswa nampak tidak sulit lagi 
dalam mengekspresikan diri pada saat bermain peran dengan baik. 
Akitvitas siswa selama kegiatan pembelajaran diamati oleh pengamat dengan 
menggunakan instrument pengamatan aktivitas siswa. Hasil pengamatan 
aktivitas siswa selama kegiatan belajar mengajar dideskripsikan dalam bentuk 
persentase. Hasil pengamatan aktivitas siswa pada pertemuan pertama dan 
kedua siklus I disajikan dalam tabel 4.6 berikut :
39 
Tabel 4.6 Analisis Aktivitas siswa pada pelaksanaan PBM 
NO. 
Aktivitas Siswa 
Persentase (%) 
Pert. 1 Pert. 2 Rerata 
1. Mendengarkan /memperhatikan 
penjelasan guru 
15,6 9,7 12,65 
2. Berdiskusi / tanya jawab antar siswa 
/guru 
16,3 9,3 12,8 
3. Membaca / mengerjakan LKS / materi 
ajar 
12,5 14,0 13,25 
4. Bekerja sama menyelesaikan tugs dalam 
kelompok 
13,8 17,0 15,4 
5. Melakukan latihan performance 
berdasarkan skenario 
12,9 18,3 15,6 
6. Memperhatikan penampilan teman yang 
sedang bermain peran 
6,7 8,0 7,35 
7. Merangkum/menyimpulkan materi 
pelajaran 
7,1 8,3 7,7 
8. Melakukan aktivitas lain yang tidak 
relevan 
6,3 7,0 6,65 
Berdasarkan tabel 4.6 di atas bisa dilihat bahwa rata-rata persentase tiap komponen 
aktivitas siswa selam kegiatan pembelajaran pada siklus I menunjukkan nilai yang 
bearvarias dan beragam. Persentase komponen aktivitas siswa paling tinggi adalah 
Melakukan latihan performance berdasarkan skenario sebesarm15,6 % dan
40 
Memperhatikan penampilan teman yang sedang bermain peran sebesar 7,35 %. Ini 
menunjukkan bahwa teknik bermain peran dalam proses pembelajaran speakng 
sangatlah nampak dan berrdampak postf pada keaktivan siswa. 
d. Pengamatan Kemampuan guru dalam mengelola PBM pada siklus II 
Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran selama pembelajaran 
speaking berlangsung diamati oleh dua orang pengamat dengan menggunakan 
lembar pengamatan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran pada 
pertemuan 1 dan 2 di siklus II. Kemampuan yang diamati pada guru 
menyangkut membuka pelajaran, kegiatan inti, dan menutup pelajaran, 
termasuk pembelajaran yang menerapkan teknik bermain peran. Rata-rata skor 
kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran yang diamati dalam 
pelaksanaan pembelajaran siklus II dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut : 
Tabel 4.7 Kemampuan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar 
No Aspek yang diamati 
Terlaksan 
a 
skor 
ya tidak Pert. 
1 
Pert 2 rerata 
Pengamatan PBM 
1 A. Pendahuluan 
1. Memberitahukan SK,KD dan indikator √ - 4.00 4.00 4.00 
2. Menuliskan topik pembelajaran √ - 4.00 4.00 4.00 
3. Apersepsi dan motivasi √ - 4.00 4.00
41 
2 B. KEGIATAN POKOK 3.50 3.75 3.63 
4. Penyajian sesuai dengan urutan materi √ - 4.00 4,00 4.00 
5. Metode/pendekatan sesuai dengan materi √ - 3.00 3.00 3.00 
6. Keterlibatan siswa √ - 3.00 3.50 3.25 
7. Bimbingan kepada siswa sebagai fasilitator √ - 4.00 4.00 4.00 
8. Pengelolaan kelas √ - 3.00 3.00 3.00 
9. Pengembangan ketrampilan siswa 
- merespon penjelasan teman 
- memberikan ide dalam kelompok 
- kekompakan dalam bekerja sama 
√ - 3.00 3.50 3.25 
10. pelaksanaan sesuai dengan waktu 
- bermain peran dalam kelompok 
- bermain peran di depan kelas 
√ - 3.00 3.00 3.00 
3 C. PENUTUP 
11. Memberi kesimpulan dan tugas rumah √ - 3.50 3.50 3.50 
Berdasarkan tabel 4.7 di atas dapat dilihat bahwa kemampuan guru dalam 
mengelola pembelajaran yang dilakukan dengan menerapakan teknik bermain 
peran (role playing) terutama pada saat pembimbingan terhadap siswa yang 
berlatih bermain peran sesuai skenario yang telah disiapkan dapat terlaksana 
dengan baik 
e. Tes Hasil Belajar Siswa pada Siklus II 
Berdasarkan hasil penelitian pada siklus I diperoleh nilai secara individu 
sebagai berikut : terdapat 28 siswa (87 %) yang mendapatkan nilai baik
42 
dengan kriteria pada kerja sama siswa mampu bekerja sama dengan baik dalam 
bermain peran, berekspresi dengan baik sesuai dengan tokoh yang diperankan , 
dan dapat melafalkan kata-kata dalam bahasa Inggris (pronounciaton) dengan 
baik pada dialog ;tidak terdapat siswa yang mendapatkan nilai cukup dengan 
kriteria pada kerja sama siswa mampu bekerja sama dengan baik dalam 
bermain peran, berekspresi dengan baik sesuai dengan tokoh yang diperankan , 
dan kurang baik dalam melafalkan kata-kata dalam bahasa Inggris 
(pronounciaton) dengan baik pada dialog; dan terdapat 3 siswa ( 33 %) yang 
mendapatkan nila kurang pada kerja sama siswa mampu bekerja sama dengan 
baik dalam bermain peran, berekspresi dengan kurang baik sesuai dengan 
tokoh yang diperankan , dan kurang baik melafalkan kata-kata dalam bahasa 
Inggris (pronounciaton) dengan baik pada dialog 
Untuk mengetahui hasil belajar setelah pelaksanaan kegiatan belajar 
mengajar, maka peneliti melaksanakan evaluasi yang dilaksanakan pada akhir 
kegiatan tatap muka dengan menggunakan test performance. Berdasarkan 
indikator keberhasilan pada penelitian ini, maka keberhasilan pada kegiatan 
pembelajaran di siklus II tercapai karena 28 siswa dari 31 siswa atau 87 % 
siswa sudah memperoleh nilai di atas KKM yaitu 70 
Adapun analisis ketuntasan hasil belajar siswa pada materi speaking untuk 
jenis teks transaksional / interpersonal dengan ungkapan 
meminta,memberi,menolak persetujuan ,memberi perhatian kepada orang lain 
dalam sebuah perecakapan dalam telpon, dapat dilihat pada tabel 4.8
43 
Tabel 4.8Data analisis ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus II 
DAFTAR NILAI SPEAKING 
Kelas : VIII.2 
KKM = 70 
No 
Nama 
. 
Aspek Penilaian SPEAKING Jumla 
h 
score 
Jumla 
h nilai 
KETERANGA 
accuracy(30% Fluncy 
Expression 
N 
) 
(30%) 
(40%) 
1 ADE FITRA 4 3 4 11 91,67 TUNTAS 
2 
ANDI AN-NISA 
A. 4 4 4 12 100 TUNTAS 
3 ANDI TENRI 4 4 4 12 100 TUNTAS 
4 ARDIANSYAH 3 3 3 9 75 TUNTAS 
5 ASKING N. 4 4 3 11 91,67 TUNTAS 
6 DARMI TAK TUNTAS 
7 
EDI 
HERMAWAN 3 3 3 9 75 TUNTAS 
8 EPHI TRIANTI 4 4 4 12 100 TUNTAS 
9 
HERMAN 
MAMAN 4 4 3 11 91,67 TUNTAS 
10 HIDAYATULLAH 4 3 3 10 83,33 TUNTAS 
11 IMAM 3 3 3 9 75 TUNTAS 
12 
IRFAN BUDIANI 
S. 4 4 3 11 91,67 TUNTAS 
13 ISRAWATI 3 3 3 9 75 TUNTAS 
14 KARMILA 3 3 3 9 75 TUNTAS 
15 
LD. 
MUH.ADIARNO 4 4 3 11 91,67 TUNTAS 
16 
LD.MUH.ASWA 
D 4 4 4 12 100 TUNTAS 
17 M.ARHAM 3 3 3 9 75 TUNTAS 
18 MARGALAE 4 4 3 11 91,67 TUNTAS 
19 
MUH,ZALDI 
ZAIN 4 4 4 12 100 TUNTAS 
20 MUH.PRARIDO 4 3 3 10 83,33 TUNTAS 
21 NIRMALA 4 3 3 10 83,33 TUNTAS 
22 NURMANSYAH 3 2 3 8 66,67 TAK TUNTAS 
23 PATMAWATI 3 3 3 9 75 TUNTAS 
24 RIKA ADRIANI 4 4 4 12 100 TUNTAS 
25 SAHRUL S. 3 3 3 9 75 TUNTAS
44 
26 SARMIDA 4 4 4 12 100 TUNTAS 
27 
UMI 
RAHMAYANTI 3 3 3 9 75 TUNTAS 
28 WD,MURNIA 3 3 3 9 75 TUNTAS 
29 WD.NURIANA 3 3 3 9 75 TUNTAS 
30 WIRANTO 3 3 3 9 75 TUNTAS 
31 YUSLAN 3 2 3 8 66,67 TAK TUNTAS
45 
Dalam hal ini, guru menentukan kriteria penilaian pada pembelajaran speaking dengan 
menggunakan teknik role playing sebagai tolak ukur pencapaian tingkat keberhasilan 
siswa, yaitu : nilai sangat baik (A) bagi siswa yang dapat bekerja sama dengan sangat baik 
dalam bermain peran (termasuk accuracy), siswa dapat berekspresi dengan sangat baik 
sesuai tokoh yang diperankan, dan siswa dapat melafalkan dengan sangat baik kata-kata 
bahasa Inggris pada dialog, yang ditandai dengan perolehan skor nilai antara 81 - 100 ; 
nilai baik (B) bagi siswa yang dapat bekerjasama dengan baik dalam bermain peran, siswa 
dapat berekspresi dengan baik sesuai dengan tokoh yang diperankan, dan melafalkan kata-kata 
bahasa Inggris dengan baik pada dialog yang ditandai dengan perolehan skor nilai antara 
70- 80 ; serta nilai kurang (K) bagi siswa yang dapat bekerjasama dengan baik dalam bermain 
peran, siswa kurang baik dalam berekspresi sesuai dengan tokoh yang diperankan, dan siswa 
kurang baik dalam melafalkan kata-kata bahasa Inggris pada dialog yang ditandai dengan 
perolehan skor nilai kurang dari 70 
Berdasarkan uraian hasil perolehan nilai siswa secara individu di atas dapat disimpulkan 
bahwa pada siklus II ini pembelajaran sudah bisa dikatakan berhasil. Karena sudah 
memperoleh 90,32 % dari tingkat pencapaian keberhasilan siswa dalam kelas. Hal ini 
menunjukkan bahwa ada pengaruh yang sangat besar terhadap pemberian skenario yang 
dilakukan sebelum pembelajaran dan pemberian LKS yang relevan dengan materi. Terbukti 
bahwa bahkan ada 15 0rang siswa (48,39%) memperoleh predikat sangat baik Sehingga siswa 
yang mengalami kesulitan hampir tidak ada dengan ditunjukkan hanya 3 orang siswa (9,67%) 
saja yang mendapatkan predikat kurang atau tidak tuntas. 
Dalam pembelajaran dengan menggunakan teknik role play ini, hasil penilaian, proses 
observasi, wawancara, dan catatan lapangan pada siklus II ini dijadikan bahan pertimbangan 
bahwa peneliti tidak perlu melanjutkan ke siklus berikutnya.
46 
Pada tindakan ini ada juga siswa yang terlihat kurang antusias dan kurang aktif dalam bermain 
peran, begitu pula dalam memberikan penilaian dan mengemukakan pendapatnya masih 
mengalami kesulitan, merasa malu, takut dan belum berani dalam mengekspresikan diri, 
bahkan ada pula siswa yang ribut dan mengganggu temannya pada saat bermain peran. 
Rencana perbaikan pada tindakan selanjutnya yaitu tujuan pembelajaran dengan melatih siswa 
dalam mengucapkan kata yang berhubungan dengan pakaian untuk mengupayakan 
peningkatan minat dan aktivitas siswa agar dapat menambah vocabulary/kata-kata dalam 
bahasa Inggris. Dalam mengekspresikan suatu adegan peran, intonasi dan pronounciation, dan 
dalam bekerjasama dengan siswa lain perlu dibimbing agar dapat melakukan permainan peran 
dengan baik dan benar. Dengan demikian diharapkan kemampuan siswa dalam meningkatkan 
penambahan vocabulary dan perbaikan pronounciation siswa akan lebih baik dan benar. Maka 
untuk menindak lanjuti kekurangan tersebut, direncanakan kembali tindakan pada siklus II 
dengan menggunakan teknik role play dalam pembelajaran speaking dengan ungkapan 
meminta, memberi persetujuan, merespon pernyataan dalam percakapan di telpon. 
b.membahas materi pokok dengan ungkapan meminta, memberi persetujuan, merespon 
pernyataan dalam percakapan di telpon, yang dilaksanakan pada hari selasa tanggal 18 Januari 
2011 pukul 10.20 -12.20 wita Pada pelaksanaan tindakan, guru melaksanakan kegiatan 
pembelajaran sesuai dengan pembelajaran yang telah disiapkan, dengan langkah-langkah sama 
yang ditempuh pada siklus I . 
Temuan yang diperoleh dalam proses pembelajaran dengan tema dress, pada siklus II tindakan 
1 ini, siswa maupun kelompok sangat antusias dalam memainkan peran. Tampak kesungguhan 
siswa dalam belajar. Siswa terlihat sangat aktif pada saat memerankan peran mereka masing-masing 
karena mereka sudah tidak merasa malu dalam bermain peran. Siswa yang tidak tampil 
sudah tidak mengganggu para pemain.
47 
Berdasarkan hasil penelitian pada siklus II maka diperoleh nilai secara, yaitu 28 siswa (87 %) 
mendapatkan nilai baik (A), dan 3 siswa (33%) mendapatkan nilai kurang (K). Kriteria 
penilaian yang digunakan, sama dengan kriteria penilaian pada siklus I 
Berdasarkan uraian hasil perolehan nilai siswa secara individu di atas dapat disimpulkan 
bahwa pada siklus II tindakan 1 ini pembelajaran dapat dikatakan berhasil, karena tingkat 
keberhasilan siswa mencapai 87 % dari keseluruhan siswa dalam kelas. Hal ini disebabkan 
karena beberapa siswa masih mengalami sedikit kesulitan, di antaranya sedikit kurang yakin 
dalam mengekspresikan diri, dan sedikit kurang tepat dalam pelafalan kata-kata bahasa Inggris 
dalam dialog, sehingga siswa yang mengalami kesulitan perlu mendapatkan perhatian, 
bimbingan dan arahan dari guru agar hasil yang diperoleh lebih baik dari pada pembelajaran 
sebelumnya
48 
. 
KESIMPULAN DAN SARAN 
Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan 
sebagai berikut : 
1. Pembelajaran speaking dengan menggunakan teknik role play di kelas VIII-4 
dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa. 
2. Kemampuan guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar dengan teknik 
role play dapat terlaksana dengan baik sesua dengan yang telah drencanakan 
3. Aktvitas siswa selama kegiatan pembelajaran menunjukan bahwa siswa dapat 
berperan secara aktif dan dapat dilihat dari tingginya rata-rata aktivitas siswa 
pada peran yang mereka mainkan dan bekerja sama dalam kelompoknya. 
4. Komponen utama pada pembelajaran speaking dengan teknik role play pada saat 
pembelajaran yang dominan adalah :pronounciation dan expression. 
B.Rekomendasi dan Tindak lanjut. 
Berapa hal yang patut direkomendasikan sebagai tindak lanjut dari 
penelitian ini adalah sebagai berikut : 
1. Seyogyanya sebagai guru bahasa Inggris senantiasa dalam pembelajaran dapat 
membantu siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri dengan 
melakukan peranan –peranan yang dituntut sesuai denagan fakta dalam 
kehidupan sehari-hari 
2. Sedapat mungkin siswa dibiasakan melakukan percakapan di depan kelas 
bahkan di luaar kealas sehingga siswa memiliki kemampuan untuk berspeaking 
dengan baik dan benar. 
48
49 
3. Dalam pembelajaran bahasa Inggris dengan melakukan teknik role play sangat di 
tuntut kesabaran yang tinggi bagi guru.
50 
M. DAFTAR PUSTAKA 
Anonim, 2009. Modul diklat pendidikan dan latihan profesi guru rayon 26.Fakultas 
keguruan dan ilmu pendidikan universitas haluoleo 
Depdiknas , 2005 . Materi Pelatihan terintegrasi bahasa Inggris, Jaakarta: Kegiatan 
pengembangan system dan pengendalian program sltp Jakarta tahun anggaran 
2005 
Richard , Jack ; Platt; John; Weber, Heidi , 1995. Longman dictionary of applied 
linguistics, England; longman group limited 
John , K & Morrow, k (1986) Communication in the classroom : Application and methods 
for a communicative approach. Longman handbooks for language teacher, 
Hongkong longman group (FE) Ltd. 
Wijaya Kusumah, Dedi Dwitagama,(2010) Mengenal Penelitian Tindakan Kelas PT 
Indeks ,Jakarta 
Sisadinugroho @g mail.com 
Abidin, Yunus. (2009). Guru dan Pembelajaran Bermutu. Bandung: Rizqi Press. 
Alwasilah, A. Chaedar. 2000. Perspektif Pendidikan Bahasa Inggris di Indonesia 
dalam Konteks Persaingan Global. Bandung: CV Andira. 
Aqib, Zainal.(2006). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yama Widya. 
BNSP. (2006). Kurikulum 2006. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan. 
Cameron, Lynne. 2001. Teaching Language to Young Leraners. Cambridge: CUP. 
Harmer, Jeremy. (1997). The Practice of English language Teaching. New York: 
Longman. Inc Orr, Jannet K. 1999. Growing Up with English. 
Washington, DC 20547: Office of English Language Programs. United States 
Department of State. Richards, Jack C., and Theodore S. Rodgers. 1992. 
Approaches and Methods in Language Teaching. A Description and Analysis. 
Cambridge: CUP. 
Wiriaatmaja, Rochiati. (2007). Metode Penelitian Tindakan Kelas untuk Meningkatkan 
Kinerja Guru dan Dosen. Bandung: Remaja Rosdakarya.
51

More Related Content

What's hot

Proposal ptk mgmp 2013
Proposal ptk mgmp 2013Proposal ptk mgmp 2013
Proposal ptk mgmp 2013Hamzah Yuddin
 
Kb ing upayameningkatkankemampuanberbicrabhsinggris
Kb ing upayameningkatkankemampuanberbicrabhsinggrisKb ing upayameningkatkankemampuanberbicrabhsinggris
Kb ing upayameningkatkankemampuanberbicrabhsinggrisBahrul Ulum
 
Prinsip pengajaran kosakata bahasa asing
Prinsip pengajaran kosakata bahasa asingPrinsip pengajaran kosakata bahasa asing
Prinsip pengajaran kosakata bahasa asingWidya Ajeng Pemila
 
model pembelajaran speaking inovatif (juara 1 tgkt Prov. Jateng)
model pembelajaran speaking inovatif (juara 1 tgkt Prov. Jateng)model pembelajaran speaking inovatif (juara 1 tgkt Prov. Jateng)
model pembelajaran speaking inovatif (juara 1 tgkt Prov. Jateng)Bunyamin Yusuf
 
Improving vocabulary through drilling method and game
Improving vocabulary through drilling method and gameImproving vocabulary through drilling method and game
Improving vocabulary through drilling method and gameAnie01
 
Pengajaran dan pembelajaran bahasa indonesia sebagai bahasa kedua
Pengajaran dan pembelajaran bahasa indonesia sebagai bahasa keduaPengajaran dan pembelajaran bahasa indonesia sebagai bahasa kedua
Pengajaran dan pembelajaran bahasa indonesia sebagai bahasa keduaAndi Sahtiani Jahrir
 
Upaya peningkatan vocabulary siswa dengan media wordwall
Upaya peningkatan vocabulary siswa dengan media wordwallUpaya peningkatan vocabulary siswa dengan media wordwall
Upaya peningkatan vocabulary siswa dengan media wordwall921920
 
Pengajaran Bahasa Indonesia Penutur Asing Tingkat Madya (Menulis)
Pengajaran Bahasa Indonesia Penutur Asing Tingkat Madya (Menulis)Pengajaran Bahasa Indonesia Penutur Asing Tingkat Madya (Menulis)
Pengajaran Bahasa Indonesia Penutur Asing Tingkat Madya (Menulis)Rini Adiani
 
Pendekatan komunikatif
Pendekatan komunikatifPendekatan komunikatif
Pendekatan komunikatifrahmatnofian
 
Penelitian Tindakan kelas by dalilah
Penelitian Tindakan kelas by dalilahPenelitian Tindakan kelas by dalilah
Penelitian Tindakan kelas by dalilahdalilah77
 
Contoh ptk bahasa inggris sma
Contoh ptk bahasa inggris smaContoh ptk bahasa inggris sma
Contoh ptk bahasa inggris smaArif Munawar
 
Laporan penelitian-tindakan-kelas-kelompok-5
Laporan penelitian-tindakan-kelas-kelompok-5Laporan penelitian-tindakan-kelas-kelompok-5
Laporan penelitian-tindakan-kelas-kelompok-5Rusinah21
 
Meningkatkan kemampuan menulis dalam bahasa inggris melalui metode mind mapping
Meningkatkan kemampuan menulis dalam bahasa inggris melalui metode mind mapping Meningkatkan kemampuan menulis dalam bahasa inggris melalui metode mind mapping
Meningkatkan kemampuan menulis dalam bahasa inggris melalui metode mind mapping Erika Marta Lestari
 
Makalah Metode Khusus Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas Tinggi
Makalah Metode Khusus Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas TinggiMakalah Metode Khusus Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas Tinggi
Makalah Metode Khusus Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas TinggiSeptiana Farikha
 
Ketrampilan berbahasa
Ketrampilan berbahasaKetrampilan berbahasa
Ketrampilan berbahasadaud5530
 

What's hot (20)

Proposal ptk mgmp 2013
Proposal ptk mgmp 2013Proposal ptk mgmp 2013
Proposal ptk mgmp 2013
 
Kb ing upayameningkatkankemampuanberbicrabhsinggris
Kb ing upayameningkatkankemampuanberbicrabhsinggrisKb ing upayameningkatkankemampuanberbicrabhsinggris
Kb ing upayameningkatkankemampuanberbicrabhsinggris
 
Prinsip pengajaran kosakata bahasa asing
Prinsip pengajaran kosakata bahasa asingPrinsip pengajaran kosakata bahasa asing
Prinsip pengajaran kosakata bahasa asing
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
Pengembangan materi ajar bipa
Pengembangan materi ajar bipaPengembangan materi ajar bipa
Pengembangan materi ajar bipa
 
Role playing2
Role playing2Role playing2
Role playing2
 
model pembelajaran speaking inovatif (juara 1 tgkt Prov. Jateng)
model pembelajaran speaking inovatif (juara 1 tgkt Prov. Jateng)model pembelajaran speaking inovatif (juara 1 tgkt Prov. Jateng)
model pembelajaran speaking inovatif (juara 1 tgkt Prov. Jateng)
 
50749853 skripsi
50749853 skripsi50749853 skripsi
50749853 skripsi
 
Improving vocabulary through drilling method and game
Improving vocabulary through drilling method and gameImproving vocabulary through drilling method and game
Improving vocabulary through drilling method and game
 
Pengajaran dan pembelajaran bahasa indonesia sebagai bahasa kedua
Pengajaran dan pembelajaran bahasa indonesia sebagai bahasa keduaPengajaran dan pembelajaran bahasa indonesia sebagai bahasa kedua
Pengajaran dan pembelajaran bahasa indonesia sebagai bahasa kedua
 
Upaya peningkatan vocabulary siswa dengan media wordwall
Upaya peningkatan vocabulary siswa dengan media wordwallUpaya peningkatan vocabulary siswa dengan media wordwall
Upaya peningkatan vocabulary siswa dengan media wordwall
 
Pengajaran Bahasa Indonesia Penutur Asing Tingkat Madya (Menulis)
Pengajaran Bahasa Indonesia Penutur Asing Tingkat Madya (Menulis)Pengajaran Bahasa Indonesia Penutur Asing Tingkat Madya (Menulis)
Pengajaran Bahasa Indonesia Penutur Asing Tingkat Madya (Menulis)
 
Pendekatan komunikatif
Pendekatan komunikatifPendekatan komunikatif
Pendekatan komunikatif
 
Penelitian Tindakan kelas by dalilah
Penelitian Tindakan kelas by dalilahPenelitian Tindakan kelas by dalilah
Penelitian Tindakan kelas by dalilah
 
Contoh ptk bahasa inggris sma
Contoh ptk bahasa inggris smaContoh ptk bahasa inggris sma
Contoh ptk bahasa inggris sma
 
Laporan penelitian-tindakan-kelas-kelompok-5
Laporan penelitian-tindakan-kelas-kelompok-5Laporan penelitian-tindakan-kelas-kelompok-5
Laporan penelitian-tindakan-kelas-kelompok-5
 
Faktor yang mempengaruhi belajar
Faktor yang mempengaruhi belajarFaktor yang mempengaruhi belajar
Faktor yang mempengaruhi belajar
 
Meningkatkan kemampuan menulis dalam bahasa inggris melalui metode mind mapping
Meningkatkan kemampuan menulis dalam bahasa inggris melalui metode mind mapping Meningkatkan kemampuan menulis dalam bahasa inggris melalui metode mind mapping
Meningkatkan kemampuan menulis dalam bahasa inggris melalui metode mind mapping
 
Makalah Metode Khusus Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas Tinggi
Makalah Metode Khusus Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas TinggiMakalah Metode Khusus Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas Tinggi
Makalah Metode Khusus Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas Tinggi
 
Ketrampilan berbahasa
Ketrampilan berbahasaKetrampilan berbahasa
Ketrampilan berbahasa
 

Viewers also liked

Proposal IbK Hery Budiyanto Universitas Merdeka Malang
Proposal IbK Hery Budiyanto Universitas Merdeka MalangProposal IbK Hery Budiyanto Universitas Merdeka Malang
Proposal IbK Hery Budiyanto Universitas Merdeka MalangHery budiyanto
 
Contoh KTI SMA N 1 Purbalingga
Contoh KTI SMA N 1 PurbalinggaContoh KTI SMA N 1 Purbalingga
Contoh KTI SMA N 1 PurbalinggaPrima Nur R
 
Kuesioner pengetahuan kader posyandu
Kuesioner pengetahuan kader posyanduKuesioner pengetahuan kader posyandu
Kuesioner pengetahuan kader posyanduRatna Arditya
 
Kuisioner SERVQUAL untuk Tesis Magister Manajemen UNMUL Samarinda
Kuisioner SERVQUAL untuk Tesis Magister Manajemen UNMUL SamarindaKuisioner SERVQUAL untuk Tesis Magister Manajemen UNMUL Samarinda
Kuisioner SERVQUAL untuk Tesis Magister Manajemen UNMUL SamarindaIbnu Khayath Farisanu
 
Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Guru Sebelum Pembelajaran
Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Guru Sebelum PembelajaranKisi-Kisi Pedoman Wawancara Guru Sebelum Pembelajaran
Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Guru Sebelum PembelajaranMuhammad Imam BW
 
Contoh lampiran OJL (Instrumen observasi Guru Yunior)
Contoh lampiran OJL (Instrumen observasi Guru Yunior)Contoh lampiran OJL (Instrumen observasi Guru Yunior)
Contoh lampiran OJL (Instrumen observasi Guru Yunior)Kahar Muzakkir
 
Pedoman wawancara
Pedoman wawancaraPedoman wawancara
Pedoman wawancaraAlby Alyubi
 
Lesson plan reading - speaking
Lesson plan   reading - speakingLesson plan   reading - speaking
Lesson plan reading - speakingActivian Grapiter
 
Pedoman penulisan skripsi fekon unikarta
Pedoman penulisan skripsi fekon unikartaPedoman penulisan skripsi fekon unikarta
Pedoman penulisan skripsi fekon unikartaBang Udin
 
RPP greeting and leave taking - Kurikulum 2013 Bahasa Inggris SMP/MTs
RPP greeting and leave taking - Kurikulum 2013 Bahasa Inggris SMP/MTsRPP greeting and leave taking - Kurikulum 2013 Bahasa Inggris SMP/MTs
RPP greeting and leave taking - Kurikulum 2013 Bahasa Inggris SMP/MTsPesantren Persatuan Islam 04 Cianjur
 
Contoh kuesioner riset perilaku konsumen
Contoh kuesioner riset perilaku konsumenContoh kuesioner riset perilaku konsumen
Contoh kuesioner riset perilaku konsumenIkhsan Bz
 

Viewers also liked (20)

8 pedoman wawancara
8 pedoman wawancara8 pedoman wawancara
8 pedoman wawancara
 
Bahasa inggris-kti-ku
Bahasa inggris-kti-kuBahasa inggris-kti-ku
Bahasa inggris-kti-ku
 
Proposal IbK Hery Budiyanto Universitas Merdeka Malang
Proposal IbK Hery Budiyanto Universitas Merdeka MalangProposal IbK Hery Budiyanto Universitas Merdeka Malang
Proposal IbK Hery Budiyanto Universitas Merdeka Malang
 
11 pedoman dokumentasi
11 pedoman dokumentasi11 pedoman dokumentasi
11 pedoman dokumentasi
 
File 7
File  7File  7
File 7
 
Contoh KTI SMA N 1 Purbalingga
Contoh KTI SMA N 1 PurbalinggaContoh KTI SMA N 1 Purbalingga
Contoh KTI SMA N 1 Purbalingga
 
Kuesioner
KuesionerKuesioner
Kuesioner
 
Kuesioner pengetahuan kader posyandu
Kuesioner pengetahuan kader posyanduKuesioner pengetahuan kader posyandu
Kuesioner pengetahuan kader posyandu
 
Kuisioner SERVQUAL untuk Tesis Magister Manajemen UNMUL Samarinda
Kuisioner SERVQUAL untuk Tesis Magister Manajemen UNMUL SamarindaKuisioner SERVQUAL untuk Tesis Magister Manajemen UNMUL Samarinda
Kuisioner SERVQUAL untuk Tesis Magister Manajemen UNMUL Samarinda
 
Laporan pkp martia
Laporan  pkp martiaLaporan  pkp martia
Laporan pkp martia
 
Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Guru Sebelum Pembelajaran
Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Guru Sebelum PembelajaranKisi-Kisi Pedoman Wawancara Guru Sebelum Pembelajaran
Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Guru Sebelum Pembelajaran
 
Contoh lampiran OJL (Instrumen observasi Guru Yunior)
Contoh lampiran OJL (Instrumen observasi Guru Yunior)Contoh lampiran OJL (Instrumen observasi Guru Yunior)
Contoh lampiran OJL (Instrumen observasi Guru Yunior)
 
Pedoman wawancara
Pedoman wawancaraPedoman wawancara
Pedoman wawancara
 
Lesson plan reading - speaking
Lesson plan   reading - speakingLesson plan   reading - speaking
Lesson plan reading - speaking
 
Pedoman penulisan skripsi fekon unikarta
Pedoman penulisan skripsi fekon unikartaPedoman penulisan skripsi fekon unikarta
Pedoman penulisan skripsi fekon unikarta
 
RPP greeting and leave taking - Kurikulum 2013 Bahasa Inggris SMP/MTs
RPP greeting and leave taking - Kurikulum 2013 Bahasa Inggris SMP/MTsRPP greeting and leave taking - Kurikulum 2013 Bahasa Inggris SMP/MTs
RPP greeting and leave taking - Kurikulum 2013 Bahasa Inggris SMP/MTs
 
Rpp bahasa inggris k13
Rpp bahasa inggris k13Rpp bahasa inggris k13
Rpp bahasa inggris k13
 
Contoh kuesioner riset perilaku konsumen
Contoh kuesioner riset perilaku konsumenContoh kuesioner riset perilaku konsumen
Contoh kuesioner riset perilaku konsumen
 
Media dan teknologi pembelajaran
Media dan teknologi pembelajaranMedia dan teknologi pembelajaran
Media dan teknologi pembelajaran
 
1 lembar-observasi-ptk
1 lembar-observasi-ptk1 lembar-observasi-ptk
1 lembar-observasi-ptk
 

Similar to Laporanptkspeakingsmp13 iisrosdiani

Tesis hubungan minat membaca dan penguasaan kosakata dengan keterampilan berb...
Tesis hubungan minat membaca dan penguasaan kosakata dengan keterampilan berb...Tesis hubungan minat membaca dan penguasaan kosakata dengan keterampilan berb...
Tesis hubungan minat membaca dan penguasaan kosakata dengan keterampilan berb...Activian Grapiter
 
345-Article Text-1070-1-10-20210722.pdf
345-Article Text-1070-1-10-20210722.pdf345-Article Text-1070-1-10-20210722.pdf
345-Article Text-1070-1-10-20210722.pdfjumN
 
Proposal ptk
Proposal ptkProposal ptk
Proposal ptkzhiendar
 
MAKALAH BINDOS KEL. 6 BERBICARA LANJUTAN STRATEGI DAN EVALUASI.pptx
MAKALAH BINDOS KEL. 6 BERBICARA LANJUTAN STRATEGI DAN EVALUASI.pptxMAKALAH BINDOS KEL. 6 BERBICARA LANJUTAN STRATEGI DAN EVALUASI.pptx
MAKALAH BINDOS KEL. 6 BERBICARA LANJUTAN STRATEGI DAN EVALUASI.pptxPolisiBahasa
 
Meningkatkan kemampuan berbicara anak melalui slc
Meningkatkan kemampuan berbicara anak melalui slcMeningkatkan kemampuan berbicara anak melalui slc
Meningkatkan kemampuan berbicara anak melalui slcBu Pur
 
Contoh proposal ptk
Contoh proposal ptkContoh proposal ptk
Contoh proposal ptkMier Ajah
 
SRISURYAS_858946008_TT1BI.docx
SRISURYAS_858946008_TT1BI.docxSRISURYAS_858946008_TT1BI.docx
SRISURYAS_858946008_TT1BI.docxSssusi
 
14.vina serevina fandi cahya
14.vina serevina fandi cahya14.vina serevina fandi cahya
14.vina serevina fandi cahyavinaserevina
 
CP BAHASA INGGRIS FASE A KURIKULUM MERDEKA
CP BAHASA INGGRIS FASE A KURIKULUM MERDEKACP BAHASA INGGRIS FASE A KURIKULUM MERDEKA
CP BAHASA INGGRIS FASE A KURIKULUM MERDEKAModul Guruku
 
CP (Capaian Pembelajaran) Fase E Kelas 10 Bahasa Inggris
CP (Capaian Pembelajaran) Fase E Kelas 10 Bahasa InggrisCP (Capaian Pembelajaran) Fase E Kelas 10 Bahasa Inggris
CP (Capaian Pembelajaran) Fase E Kelas 10 Bahasa InggrisModul Guruku
 

Similar to Laporanptkspeakingsmp13 iisrosdiani (20)

Meningkatkan keterampilan berbicara
Meningkatkan keterampilan berbicaraMeningkatkan keterampilan berbicara
Meningkatkan keterampilan berbicara
 
Tesis hubungan minat membaca dan penguasaan kosakata dengan keterampilan berb...
Tesis hubungan minat membaca dan penguasaan kosakata dengan keterampilan berb...Tesis hubungan minat membaca dan penguasaan kosakata dengan keterampilan berb...
Tesis hubungan minat membaca dan penguasaan kosakata dengan keterampilan berb...
 
345-Article Text-1070-1-10-20210722.pdf
345-Article Text-1070-1-10-20210722.pdf345-Article Text-1070-1-10-20210722.pdf
345-Article Text-1070-1-10-20210722.pdf
 
Proposal ptk
Proposal ptkProposal ptk
Proposal ptk
 
MAKALAH BINDOS KEL. 6 BERBICARA LANJUTAN STRATEGI DAN EVALUASI.pptx
MAKALAH BINDOS KEL. 6 BERBICARA LANJUTAN STRATEGI DAN EVALUASI.pptxMAKALAH BINDOS KEL. 6 BERBICARA LANJUTAN STRATEGI DAN EVALUASI.pptx
MAKALAH BINDOS KEL. 6 BERBICARA LANJUTAN STRATEGI DAN EVALUASI.pptx
 
Ppt tugas bahasa indonesia
Ppt tugas bahasa indonesiaPpt tugas bahasa indonesia
Ppt tugas bahasa indonesia
 
Komunikasi guru
Komunikasi guruKomunikasi guru
Komunikasi guru
 
Meningkatkan kemampuan berbicara anak melalui slc
Meningkatkan kemampuan berbicara anak melalui slcMeningkatkan kemampuan berbicara anak melalui slc
Meningkatkan kemampuan berbicara anak melalui slc
 
Buku BBM
Buku BBMBuku BBM
Buku BBM
 
Bbm 4
Bbm 4Bbm 4
Bbm 4
 
Contoh proposal ptk
Contoh proposal ptkContoh proposal ptk
Contoh proposal ptk
 
Makalah bahasa
Makalah bahasaMakalah bahasa
Makalah bahasa
 
Pertemuan ke 15
Pertemuan ke 15Pertemuan ke 15
Pertemuan ke 15
 
SRISURYAS_858946008_TT1BI.docx
SRISURYAS_858946008_TT1BI.docxSRISURYAS_858946008_TT1BI.docx
SRISURYAS_858946008_TT1BI.docx
 
14.vina serevina fandi cahya
14.vina serevina fandi cahya14.vina serevina fandi cahya
14.vina serevina fandi cahya
 
Jurnal ptk
Jurnal ptkJurnal ptk
Jurnal ptk
 
Jurnal ptk
Jurnal ptkJurnal ptk
Jurnal ptk
 
Bab ii okkk
Bab ii okkkBab ii okkk
Bab ii okkk
 
CP BAHASA INGGRIS FASE A KURIKULUM MERDEKA
CP BAHASA INGGRIS FASE A KURIKULUM MERDEKACP BAHASA INGGRIS FASE A KURIKULUM MERDEKA
CP BAHASA INGGRIS FASE A KURIKULUM MERDEKA
 
CP (Capaian Pembelajaran) Fase E Kelas 10 Bahasa Inggris
CP (Capaian Pembelajaran) Fase E Kelas 10 Bahasa InggrisCP (Capaian Pembelajaran) Fase E Kelas 10 Bahasa Inggris
CP (Capaian Pembelajaran) Fase E Kelas 10 Bahasa Inggris
 

Recently uploaded

HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxrofikpriyanto2
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023DodiSetiawan46
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 

Recently uploaded (20)

HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 

Laporanptkspeakingsmp13 iisrosdiani

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Penguasaan bahasa Inggris merupakan persyaratan penting bagi keberhasilan individu, masyarakat dan bangsa Indonesia dalam menjawab tantangan zaman pada tingkat global karena bahasa Inggris merupakan bahasa global yang digunakan oleh lebih dari separuh penduduk dunia. Disamping berperan sebagai bahasa ilmu pengetahuan , teknologi dan seni,bahasa Inggris menjadi alat untuk mencapai tujuan ekonomi perdagangan , hubungan antar bangsa, tujuan sosial budaya dan pendidikan serta tujuan pengembangan karir. Oleh karena itu bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual , sosial dan emosional siswa dan menjadi kunci penentu dalam keberhasilan mempelajaari bidang-bidang lain. Dalam kehidupan sehari-hari bahasa menjadi alat untuk berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan. Makna komunikasi adalah upaya memahami dan mengungkapkan informasi , pikiran, perasaan, serta mengembangkan ilmu pengetahuan , teknologi dan budaya dengan menggunakan bahasa. Kemampuan berkomunikasi dalam pengertian yang utuh adalah menghasilkan teks lisan dan atau tulisan yang direalisasikan dalam empat ketrampilan bahasa , yakni mendengarkan (listening), berbicara (speaking), membaca (reading), dan menulis (writing). Keempat ketrampilan inilah yang digunakan untuk menanggapi atau menciptakan wacana dalam kehidupan bermasyarakat. Belajar bahasa bertujuan pada penggunaan bahasa dalam berkomunikasi. Dalam belajar bahasa ada 2 perbedaan ketrampilan berbahasa, yaitu ketrampilan 1
  • 2. 2 productive dan ketrampilan receptive . ketrampilan receptive merujuk pada listening dan reading , sedangkan ketarampilan productive merujuk pada writing and speaking . keduanya dibutuhkan dalam keaktifan komunikasi. Untuk itu guru dan siswa hendaknya mengembangkan semua kemampuan berbahasa yang efektif dalam proses belajar mengajar agar dapat meningkatkan penggunaan bahasa yang mereka pelajari dalam berbahasa . Hal ini sejalan dengan yang di kemukakan oleh (Halliday in Jack Richard; John Platt; Heldi Weber,1985) bahwa memiliki pengetahuan yang memadai tentang komponen bahasa seperti structure, vocabulary, pronounciation, intonation,as well as the field, tenor, dan mode dalam berbahasa, akan menjadikan siswa lebih berhasil dengan menggunakan bahasa dalam berkomunikasi. Dari hasil penilaian yang telah di lakukan di kelas VIII.2 SMP N 13 KDI menunjukan bahwa sekitar 80% dari 32 orang siswa memperoleh nilai speaking di bawah KKM . Hal ini mengindikasikan bahwa speaking adalah ketrampilan berbahasa sangat sulit untuk di pelajari . siswa merasa kesulitan akibat dari keterbatasan pengetahuan dalam komponen berbahasa dan juga keterbatasan dalam pemahaman tentang kultur social budaya dari penutur asli dan konteks social budaya bahasa asing tersebut. Tujuan pembelajaran speaking menurut Brown (2001: 113) adalah agar para siswa dapat berpartisipasi dalam percakapan singkat, memberi dan menjawab pertanyaan, menemukan cara untuk menyampaikan maksud, mengumpulkan informasi dari yang lain, dan masih banyak lagi. Anak usia sekolah dasar memiliki ciri tersendiri dalam belajar, dibandingkan dengan pelajar dewasa.
  • 3. 3 Banyak pembicaraan melibatkan interkasi dengan satu atau lebih pelaku. Berbicara yang efektif juga meliputi pendengaran yang baik, sebuah pemahaman tentang bagaimana perasaan pihak lain, dan sebuah pengetahuan tentang bagaimana aturan untuk mengambil giliran atau membiarkan pihak lain untuk berbicara juga. Harmer (1997) mengemukakan bahwa ada beberapa unsur dalam speaking, yaitu: keistimewaan bahasa; pengelolaan bahasa; dan interaksi dengan pihak lain. Pengajaran speaking di SMP dimulai dari hal-hal yang termudah menuju hal yang kompleks, hal ini supaya memudahkan siswa dalam perkembangan proses kemampuan berbicaranya, apalagi dalam pembelajaran bahasa Inggris, karena bahasa Inggris adalah bahasa asing bagi mereka yang pelafalan dan intonasinya berbeda dengan bahasa yang sudah mereka ketahui sebelumnya. Teknik role play dalam proses pembelajaran digunakan untuk belajar tentang pengenalan perasaan dan persoalan yang dihadapi siswa, dan untuk mengembangkan kemampuan menyelesaikan masalah. Teknik role play diarahkan pada pemecahan masalah yang menyangkut hubungan antar manusia, terutama yang menyangkut kehidupan siswa dan untuk memotivasi siswa agar lebih memperhatikan materi yang sedang diajarkan. Role play adalah simulasi tingkah laku dari orang yang diperankan, yang bertujuan untuk melatih siswa dalam menghadapi situasi yang sebenarnya; melatih praktik berbahasa lisan secara intensif; dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi. Joyce dan Weil (2007: 70) menerangkan bahwa melalui teknik role play, siswa dapat meningkatkan kemampuan mereka untuk menghargai diri sendiri dan perasaan orang lain, mereka
  • 4. 4 dapat belajar perilaku yang baik untuk menangani situasi yang sulit, dan mereka dapat melatih kemampuan mereka dalam memecahkan masalah B. Rumusan masalah dan Pemecahan Masalah 1. Perumusan masalah Ketepatan memilih strategi pembelajaran menjadi penentu tingkat keberhasilan speaking siswa. Peningkatan kemampuan speaking siswa, kususnya untuk jenis teks transaksional dan interpersonal dapat dilakukan melalui strategi yang mendorong keingintahuan siswa dan menarik untuk dilaksanakan. Strategi bermain peran adalah alternatif yang digunakan dalam mendorong proses pembelajaran speaking dengan menekankan pada proses berbicara itu sendiri. Pada penerapan strategi bermain peran ini, antara guru dengan siswa atau siswa denagn siswa dapat berinteraksi terus- menerus pada proses pembelajaran. Penerapan strategi bermain peran menjadi fokus penelitian tindakan kelas ini Berdasarkaan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah : Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa setelah mendapatkan pembelajaran speaking dengan menggunakan teknik bermain peran ? 2. Pemecahan masalah Berdasarkan analisa dan refleksi pada masalah tersebut di atas , peneliti memutuskan tekhnik bermain peran (role-play) dalam proses belajar mengajar dapat meningkatkan kualitas siswa dalam keterampilan berbicara dan kemampuan berbicara siswa dalam merespon pelaksanaan tekhnik bermain peran (role-play)
  • 5. 5 3. Pertanyaan penelitian Berdasaarkan rumusan masalah diatas, maka pertanyaan penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Apakah hasil belajar speaking siswa dengan menggunakan teknik bermain peran dapat ditingkatkan ? b. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar speaking yang menggunakan teknik bermain peran? c. Bagaimana aktivitas siswa pada pembelajaran speaking dengan menggunakan teknik bermain peran ? C. Tujuan Penelitian ; Untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa melalui tekhnik bermain peran pada kelas VIII.2 SMP NEGERI 13 KENDARI D. MANFAAT; 1)Bagi siswa : Mereka dapat meningkatkan keterampilan berbahasa khususnya keterampilan berbicara dalam dialog pendek dan pengalaman proses belajar mengajar yang dapat menyenangkan dalam kelas yang mana dapat kesempatan yang lebih banyak untuk melatih ketrampilan berbicara (speaking ) mereka. 2) Bagi guru : Guru yang mengajarkan speaking dapat menambah pengetahuan mereka sepanjang pengalaman mereka mengajar, terutama dalam keterampilan berbicara khususnya dalam dialog dengan teknik bermain peran (Role play) 3) Bagi sekolah : Penelitian ini diharapkan akan menambah citra atau nama baik sekolah ketika memiliki siswa yang berprestasi tinggi dalam bidang bahasa Inggris
  • 6. 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Pembelajaran Dalam istilah pembelajaran tercakup dua konsep yang saling terkait, yaitu belajar dan mengajar. Belajar adalah suatu proses yang ditandai oleh adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan itu dapat berupa perubahan pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, kecakapan ketrampilannya, daya kreasinya, daya penerimaannya, dan lain-lain aspek yang ada pada individu. Sementara itu “mengajar” adalah fasilitas proses belajar yang membutuhkan perubahan atau peningkataan tersebut. Mengajar yaitu proses mengatur, mengorganisasikan lingkungan yang ada di sekitar siswa sehingga dapat menimbulkan atau mendorong siswa melakukan proses belajarnya. (Sudjana 1997: 15-16) Menurut Darsono (2000: 71) pembelajaran harus mampu membina kemahiran pada peserta didik untuk secara kreatif sehinggadapat menghadapi situasi sejenis atau bahkan situasi yang baru sama sekali dengan cara yang memuaskan. Dalam rangka penyelenggaraaan kehendak tersebut diperlukan perencanaan yang terpadu atas komponen-komponen dan variabel-variabel yang ada dalam proses pembelajaran tersebut sehingga aktifitas tujuan dapat tercapai. Terdapat lima komponen utama yang saling terkait satu dengan lainnya dalam proses pembelajaran, yaitu tujuan, bahan, metode, media, dan penilaian. (Sudjana 1997: 16). Mengajar dalam konteks standar proses pendidikan tidak hanya sekedar menyampaikan materi pelajaran, tetapi juga dimaknai sebagai proses 6
  • 7. 7 mengatur lingkungan belajar siswa supaya siswa belajar. Dalam pembelajaaran perlu memeberdayakan semua potensi siswa agar dapat menguasai kompetensi yang diharapkan sehingga mereka menjadi pebelajar sepanjang hayat dan dapat mewujudkan masyarakar belajar. Bruce Weil (1980) dalam (Sanjaya W, 2008) mengemukakan tiga prinsip penting dalam proses pembelajaran , yaitu : (1) proses pembelajaran adalah membentuk kreasi lingkungan yang dapat membentuk atau mengubah struktur kognitif siswa, sehingga proses pembelajaran menuntut aktivitas siswa secara penuh untuk mencari dan menemukan sendiri ; (2) pembelajaran adalah berhubungan dengan tipe pengetahuan yang harus dipelajari, masing-masing pengetahuan fisis, sosial dan logika; dan (3) proses pembelajaran adalah melibatkan lingkungan sosial. Ketika sedang mengajar di depan kelas , terjadi dua proses yang terpadu yaitu dua proses belajar dan mengajar. Seorang pengajar dapat mengartikan belajar sebagai kegiatan pengumpulan fakta atau proses penerapan prinsip. Kontruktivis mengemukakan bahwa belajar merupakan proses aktif dalam mengkontruksi teks, dialog, pengalaman fisik, dll. Lebih lanjut dikemukakan bahwa belajar juga merupakan proses mengasimilasikan dan menghubungkan pengalaman atau apa yang dipelajari dengan apa yang sudah dipunyai seseorang (suparno P, 1997).
  • 8. 8 B. Pembelajaran Speaking Tarigan (1989:285) mengungkapkan bahwa metode-metode pembelajaran bahasa komunikatif dilandasi oleh teori pembelajaran yang mengacu pada tiga prinsip, yaitu (1) prinsip komunikasi, kegiatan-kegiatan yang melibatkan komunikasi nyata mampu mengembangkan proses pembelajaran dan (2) prinsip tugas, kegiatan-kegiatan tempat dipakainya bahasa untuk melaksanakan tugas-tugas yang bermakna dapat mengembangkan proses pembelajaran. Berdasarkan ketiga prinsip tersebut, Tarigan (1989: 195) mengungkapkan materi pembelajaran bahasa hendaknya memungkinkan dapat diterapkannya metode permainan, simulasi, bermain peran, dan komunikasi pasangan. Salah satu teknik yang dapat digunakan untuk mewujudkan metode-metode tersebut adalah teknik drama. C. Bermain Peran (Role Playing) Belajar dapat di pandang sebagai hasil dan proses. Belajar dipandang sebagai hasil yaitu dapat dilihat pada saat pembelajaran, guru melihat bentuk terakhir dari berbagai dipelajari. Dari situ timbullah klasifikasi yang perlu dimiliki oleh seorang murid, seperti hasil dalam bentuk keterampilan, konsep-konsep sikap. Belajar dipandang sebagai proses dapat dilihat pada saat pembelajaran guru terutama melihat apa yang terjadi selama murid menjalani pengalaman. Pengalaman edukatif untuk mencapai sesuatu tujuan yang diperhatikan adalah pola-pola perubahan tingkah laku selama pengalaman belajar itu berlangsung. Karena itulah ditekankan ditekankan pada daya-daya yang mendinamisir proses itu (Surakhmad : 74-75). Kedua cara memandang belajar itu berguna bagi seorang guru untuk saling melengkapi satu sama lain, karena tugas guru adalah merangsang, membina, fasilitator, dan menjuruskan belajar sedemikian rupa sehingga timbul hasil yang
  • 9. 9 direncanakan dan dapat memaksimalkan hasil akhir dari kegiatan belajar mengajar atau proses pembelajaran. Kegiatan belajar dapat dikatakan efisien dengan usaha tertentu memberikan hasil belajar yang tinggi. Prestasi adalah hasil yang telah dicapai, dilakukan atau dikerjakan (Ali : 1992). Untuk memperoleh hasil belajar diperlukan suatu kegiatan yang lebih tinggi dengan ditandai adanya perubahan tingkah laku. Tidak semua perubahan tingkah laku dapat dikatakan atau diartikan sebagai hasil belajar. Suatu perubahan tingkah laku dapat dikatakan atau diartikan sebagai hasil belajar bila memenuhi syarat sebagai berikut : a. Sebagai pencapai tujuan belajar. b. Sebagai buah dari proses kegiatan yang disadari. c. Sebagai produk dari proses pelatihan. d. Harus merupakan tindak tanduk yang berfungsi efektif dalam waktu. e. Harus berfungsi operasional dan potensial. 3. Pembelajaran Bahasa Inggris Di SMP Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi, oleh sebab itu, pembelajaran bahasa Inggris di arahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan bahasa Inggris, baik secara lisan maupun tertulis. Pengertian komunikasi yang dimaksud adalah memahami dan mengungkapkan informasi, pikiran, perasaan serta mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya dengan menggunakan bahasa Inggris (Depdikbud, 2003). Tujuan pengajaran bahasa Inggris di SMP adalah supaya siswa memiliki keterampilan berbahasa dengan tingkat penguasaan kosakata sebanyak 1.000 kata
  • 10. 10 sesuai dengan minat, perkembangan siswa dan tata bahasa tertentu ( Depdiknas, 2003). Selain tujuan, pelajaran bahasa Inggris juga mempunyai fungsi dan ruang lingkup sesuai dengan kurikulum KTSP bahasa Inggris 2008. Fungsi dari mata pelajaran bahasa Inggris adalah sebagai berikut: a. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Inggris, baik dalam bentuk lisan atau tertulis. Kemampuan berkomunikasi meliputi mendengarkan (reading), dan menulis (writing). b. Menumbuhkan kesadaran tentang hakikat bahasa baik bahasa Inggris sebagai bahasa asing dan bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu melalui perbandingan ke dua bahasa tersebut. budaya serta memperluas cakrawala budaya. Dengan demikian siswa dapat melintas budaya dan melibatkan diri dalam keragaman. Sedang ruang lingkup pelajaran bahasa Inggris meliputi : a. Ketrampilan berbahasa yaitu, menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. b. Unsur-unsur kebahasaan mencakup: tata bahasa, kosakata, lafal dan ejaan. c. Aspek budaya yang terkandung dalam teks lisan dan tulisan. d. Aspek sastra yang berupa penghayatan apresiasi sastra. Secara konsep,role play adalah sangat aplikatif dalam kelas CTL pada aktivitas belajar mengajar sebagai teknik pengajaran speaking. Role play dapat menarik siswa mendapatkan kesempatan untuk berlatih berbicara dengan menggunakan bahasa yang mereka pelajari dalam situasi yang nyata dalam berkomunikasi
  • 11. 11 “Role play is drama like classroom activities in which students take role of the defferent participants in a situation and act out what might typically happen in that situation” (Richard,Jack,Platt,John,weber,Heidi,1985:246) “A well used role play can reduce the artificiality of the classroom,provide a reason for talking and allow the learner to talk meaningfully to other learners. Role play differ from the controlled practice of the dialogue or dialogue with slots for the learners to substitute alternatives. It has the element of freedom and possibility of surprise”. (Johnson,K dan Morrow, K,1986 ) Metode bermain peran adalah salah satu proses belajar mengajar yang tergolong dalam metode simulasi. Menurut Dawson yang dikutip oleh Moedjiono & Dimyati mengemukakan bahwa simulasi merupakan suatu istilah umum berhubungan dengan menyusun dan mengoperasikan suatu model yang mereplikasi proses-proses perilaku. Sedangkan menurut Ali mengemukakan bahwa metode simulasi adalah suatu cara pengajaran dengan melakukan proses tingkah laku secara tiruan. Metode pengajaran simulasi terbagi menjadi 3 kelompok, dikemukakan oleh Ali yang dikutip dari ProIbid, sebagai berikut ini: (a) Sosiodrama, yaitu semacam drama sosial berguna untuk menanamkan kemampuan menganalisa situasi sosial tertentu, (b) Psikodrama, yaitu hampir mirip dengan sosiodrama . Perbedaan terletak pada penekannya. Sosio drama menekankan kepada permasalahan sosial, sedangkan psikodrama menekankan pada pengaruh psikologisnya; dan (c) Role- Playing atau bermain peran yaitu metode yang bertujuan menggambarkan suatu peristiwa masa lampau.
  • 12. 12 Sedangkan, Moedjiono dan Dimyati juga membagi metode pengajaran simulasi menjadi 3 kelompok seperti berikut ini : (1) Permainan simulasi (simulation games) yakni suatu permainan di mana para pemainnya berperan sebagai tempat pembuat keputusan, bertindak seperti jika mereka benar-benar terlibat dalam suatu situasi yang sebenarnya, dan / atau berkompetisi untuk mencapai tujuan tertentu sesuai dengan peran yang ditentukan untuk mereka; (2) Bermain peran (role playing) yakni memainkan peranan dari peran-peran yang sudah pasti berdasarkan kejadian terdahulu, yang dimaksudkan untuk menciptakan kembali situasi sejarah/peristiwa masa lalu, menciptakan kemungkinan-kemungkinan kejadian masa yang akan datang, menciptakan peristiwa mutakhir yang dapat diperkaya atau mengkhayal situasi pada suatu tempat dan/ atau waktu tertentu, dan (3) Sosiodrama (sociodrama) yakni suatu pembuatan pemecahan masalah kelompok yang dipusatkan pada suatu masalah yang berhubungan dengan relasi kemanusiaan. Sosiodrama memberikan kesempatan kepada siswa untuk menentukan alternatif pemecahan masalah yang timbul dan menjadi perhatian kelompok. Pembelajaran dengan metode bermain peran adalah pembelajaran dengan cara seolah – olah berada dalam suatu situasi untuk memperoleh suatu pemahaman tentang suatu konsep. Dalam metode ini siswa berkesempatanm terlibat secara aktif sehingga akan lebih memahami konsep dan lebih lama mengingat, tetapi memerlukan waktu lama. Pendekatan dan metode yang dipilih guru dalam
  • 13. 13 memberikan suatu materi pelajaran sangat menentukan terhadap keberhasilan proses pembelajaran. Tidak pernah ada satu pendekatan dan metode yang cocok untuk semua materi pelajaran, dan pada umumnya untuk merealisasikan satu pendekatan dalam mencapai tujuan digunakan multi metode. Metode dibedakan dari pendekatan ; metode lebih menekankan pada pelaksanaan kegiatan, sedangkan pendekatan ditekankan pada perencanaannya. Menurut Rustiyah (2003), ada lima hal yang perlu diperhatikan guru dalam memilih suatu metode mengajar yaitu : (1) Kemampuan guru dalam menggunakan metode (2) Tujuan pengajaran yang akan dicapai (3) Bahan pengajaran yang perlu dipelajari siswa (4) Perbedaan individual dalam memanfaatkan inderanya (5) Sarana dan prasarana yang ada di sekolah Berdasarkan kutipan tersebut, berarti metode bermain peran adalah metode pembelajaran yang di dalamnya menampakkan adanya perilaku pura-pura dari siswa yang terlihat dan/atau peniruan situasi dari tokoh-tokoh sejarah sedemikian rupa. Dengan demikian metode bermain peran adalah metode yang melibatkan siswa untuk pura-pura memainkan peran/ tokoh yang terlibat dalam proses sejarah. Model Simulasi diartikan sebagai kegiatan pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk meniru satu kegiatan atau pekerjaan yang dituntut dalam kehidupan sehari-hari, atau yang berkaitan dengan tugas yang akan menjadi tanggung jawabnya jika kelak siswa sudah bekerja. Misalnya, simulasi mengajar, simulasi menolong orang sakit, simulasi mengatasi perampokan, atau simulasi
  • 14. 14 pengaturan ruang. Dengan demikian, simulasi sebagai salah satu model pembelajaran merupakan peniruan pekerjaan yang menuntut kemampuan tertentu dari siswa sesuai dengan kurikulum yang ditetapkan. Simulasi bertujuan untuk memberi kesempatan berlatih menguasai keterampilan tertentu melalui situasi buatan sehingga siswa terbebas dari resiko pekerjaan berbahaya. Endang Komara, mengatakan bahwa : Bermain peran digunakan dalam pembelajaran dengan tujuan memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih menumbuhkan kesadaran dan kepekaan sosial serta sikap positif, di samping menemukan alternatif pemecahan masalah. Dengan perkataan lain, melalui bermain peran, siswa diharapkan mampu memahami dan menghayati berbagai masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Inilah yang merupakan tekanan utama dalam bermain peran yang membedakannya dari simulasi. Simulasi lebih menekankan pada pembentukan keterampilan, sedangkan pembentukan sikap dan nilai merupakan tujuan tambahan Model Sajian Situasi merupakan kerangka prosedural pembelajaran yang menggunakan simulasi sebagai pemicu (trigger) belajar. Materi yang disajikan bukanlah konsep yang abstrak secara verbal tetapi situasi yang dibuat mencerminkan suatu konsep. Peserta didik dikondisikan untuk dapat menangkap konsep itu melalui proses analisis situasi yang disimulasikan. Role Playing atau bermain peran adalah metode pembelajaran sebagai bagian dari simulasi yang diarahkan untuk mengkreasi peristiwa sejarah, actual, kejadian-kejadian yang muncul
  • 15. 15 pada masa mendatang. Contoh topik yang diangkat kejadian seputar G30S PKI, memainkan peran sebagai juru kampanye suatu partai atau gambaran keadaan yang mungkin pada abad teknologi informasi (Wina Sanjaya, 2006) Metode simulasi adalah metode pengajaran yang digunakan dalam proses belajar berupa tingkah laku dengan tujuan orang tersebut dapat mempelajari lebih dalam tentang bagaimana ia merasa dan berbuat sesuatu atau suatu metode pengajaran dimana siswa memerankan tugas orang lain dalam dirinya sebagai tiruan (Thoifuri, 2008). Bagi guru inisiator metode ini perlu mendapat tersendiri dalam rangka membentuk kemampuan siswanya untuk terpacu menjadi public figure sesuai yang diperankan anak didik dalam kehidupan kelak. Metode bermain peran adalah bentuk permainanan pendidikan yang dipakai untuk menjelaskan perasaan sikap dan tingkah laku dan nilai-nilai dalam kehidupan bermasyarakat dengan tujuan untuk menghayati perasaan sudut pandang dan cara berpikir orang lain (membayangkan diri sendiri seperti dalam keadaan orang lain (Depdiknas 1998). Terdapat beberapa asumsi dalam model pembelajaran bermain peran untuk mengembangkan perilaku dan nilai-nilai sosial, yang kedudukannya sejajar dengan model-model mengajar lainnya. Mulyasa, menyatakan bahwa: terdapat empat asumsi yang mendasari pembelajaran bermain peran keempat asumsi tersebut, yaitu : (1) Bermain peran mendukung suatu situasi belajar berdasarkan pengalaman dengan menitikberatkan isi pelajaran pada situasi ”di sini pada saat ini”, (2) Bermain peran memungkinkan para siswa untuk mengungkapkan perasaannya yang tidak dapat dikenal tanpa bercermin pada orang lain, tujuan mengungkapkan perasaan
  • 16. 16 adalah mengurangi beban emosional, (3) Bermain peran, berasumsi bahwa emosi dan ide-ide dapat diangkat ke taraf sadar untuk kemudian ditingkatkan melalui proses kelompok. Pemecahan masalah tidak selalu datang dari orang tertentu, tetapi bisa juga muncul dari reaksi pengamat terhadap masalah yang sedang diperankan. Dengan demikian, siswa dapat belajar dari pengalaman orang lain tentang cara memecahkan masalah yang pada gilirannya dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan dirinya secara optimal, dan (4) Model bermain peran, berasumsi bahwa proses psikologis yang tersembunyi, berupa sikap, nilai, perasaan dan sistem keyakinan, dapat diangkat ke taraf sadar melalui kombinasi pemeranan secara spontan. Dengan demikian, para siswa dapat menguji sikap dan nilainya yang sesuai dengan orang lain, apakah sikap dan nilai yang dimilikinya perlu dipertahankan atau diubah (Mulyasa, E, 2005) Persiapan metode bermain peran : 1. Menetapkan topik atau masalah serta tujuan yang hendak dicapai oleh simulasi 2. Guru memberikan gambaran masalah dalam situasi yang akan disimulasikan 3. Guru menetapkan pemain yang akan terlibat dalam simulasi peranan yang akan dimainkan oleh para pemeran serta waktu yang disediakan 4. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya khususnya pada siswa yang terlibat dalam pemeran simulasi (Wina Sanjaya, 2006) Langkah yang harus dilakukan dalam pelaksanaan metode bermain peran adalah : a. Mempersiapkan situasi untuk memulai drama b. Menjelaskan kepada anak-anak apa yang diharapkan dari hasil dramatisasi yang dilakukan
  • 17. 17 c. Menugaskan untuk memegang peranan tertentu kepada anak-anak d. Mengadakan konsultasi dan koordinasi dengan para pelaku e. Pelaksanakan drama f. Menilai drama secara bersama-sama antara guru dan siswa (M. Basyirudin U., 2002) Dari kutipan diatas dapat disimpulkan langkah-langkah dalam metode bermain peran menurut adalah sebagai berikut : a. Guru mempersiapkan rencana pembelajaran b. Guru membuat skenario yang akan ditampilkan atau diperankan c. Guru membentuk kelompok atau menentukkan pemeran d. Guru menentukkan pemeran utama dan pemeran figure e. Guru mengamati jalannya pertunjukan tersebut f. Guru menanyakan tanggapan terhadap pemeranan siswa g.Guru memberikan penilaian terhadap pemeran-pemeran dalam skenario h. Guru mengadakan triangjulasi Melalui bermain peran, para siswa mencoba mengekspresikan hubungan antar manusia dengan cara memperagakannya dan mendiskusikannya sehingga secara bersama-sama para siswa dapat mengeksplorasi perasaan, sikap, nilai dan berbagai strategi pemecahan masalah. Sebagai suatu model pembelajaran, bermain peran berakar pada dimensi pribadi dan sosial. Dari dimensi pribadi model ini berupaya membantu peserta didik menemukan makna dari lingkungan sosialnya yang bermanfaat bagi dirinya. Juga melalui model ini para siswa diajak untuk belajar memecahkan masalah pribadi yang sedang dihadapinya dengan bantuan kelompok sosial yang beranggotakan teman-teman sekelasnya. Sedangkan dari dari dimensi sosial, model pembelajaran bermain peran memberikan kesempatan
  • 18. 18 kepada para siswa untuk bekerja sama dalam menganalisis situasi sosial, terutama masalah yang menyangkut hubungan antar pribadi siswa
  • 19. 19 BAB III METODE PENELITIAN A. Sasaran penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII.2 SMP Negeri 13 Kendari, semester genap tahun pelajaran 2010/2011 yang berjumlah 31 orang yang terdiri dari 13 siswa perempuan dan 18 orang siswa laki-laki. Kelas ini dipilih sebagai subjek penelitian berdasarkan observasi pendahuluan bahwa sekitar 80 % memliki masalah dalam keterampilan speaking. B. Waktu dan tempat penelitian Waktu pelaksanaan penelitian ini dari bulan Desember 2010 sampai bulan Januari 2011, dan tempat penelitian di kelas VIII-2 pada SMP Negeri 13 Kendari C. Faktor – faktor Penelitian Untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini, maka faktor yang ingin diselidiki adalah sebagai berikut : 1). Faktor siswa Ada dua faktor yang diselidi tentang siswa yaitu : (1) hasil belajar siswa dalam pembelajaran speaking ( transaksional / interpersonal text) yang diajarkan (2) Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran 2). Faktor Guru Hal yang diselidiki pada guru adalah bagaimana mempersiapkan materi pelajaran apakah telah sesuai dengan standar kompetensi yang telah ditetapkan, media/alat bantu yang digunakan, dan cara atau kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran yang menggunakan teknik bermain peran (role playing)
  • 20. 20 D. Prosedur Penelitian D. Prosedur Penelitian 19 Prosedur penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan terdiri atas dua (2) siklus. Setiap siklus dilaksanakan sesuai dengan kompetensi dasar yang ingin dicapai seperti pada faktor-faktor yang diselidiki. Selanjutnya, dilaksanakan penelitian tindakan kelas dengan tahapan : (1) perencanaan (planning); (2)pelaksanaan tindakan (action); (3) observasi dan evaluasi (observation and evaluation);dan (4) refleksi (reflection). Analisis dan refleksi Siklus 1 Analisis Dan refleksi Siklus 2 Perbaikan Rencana Tindakan dst
  • 21. 21 Secara rinci,prosedur penelitian tindakan kelas ini dapat dijabarkan sebagai berikut. 1) SIKLUS 1 a). Perencanaan pada tahap ini tim peneliti mempersiapkan hal-hal yang dibutuhkan dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas. Adapun kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan dalam tahap perencanaan ini adalah sebagai berikut : (1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang bersesuaian dengan kompetensi dasar 9.2 Mengungkapkan makna dalam perccakapan transaksional (to get thing done) dan interpersonal (bersosialisasi) pendek sederhana dengan menggunakan ragam bahasa lisan secara akurat, lancar, dan berterima untuk berinteraksi dengan lingkungan terdekat yang melibatkan tindak tutur: meminta, memberi persetujuan, merespon pernyataan, memberi perhatian terhadap pembicara, mengawali, memperpanjang, dan menutup percakapan telpon. (2) Membuat scenario bermain peran tentang percakapan dalam telpon. (3) Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS), (4) Membuat lembar observasi tentang kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran dan aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar, (5) Menyusun angket siswa untuk melihat tingkat minat siswa terhadap model /teknik bermain peran alam pembelajaran speaking, (6) Mendesain alat evaluasi atau tes hasil belajar untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap materi speaking setelah siswa mengikuti kegiatan pembelajaran.
  • 22. 22 b). Tindakan Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah melaksanakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP-01 tentang ungkapan meminta,memberi persetujuan dan memberi perhatian terhadap pembicara/orang lain melalui percakapan dalam telpon, yang telah di buat oleh peneliti dan di amati oleh dua orang guru lain yang bertindak sebagai observer c). Observasi dan Evaluasi Kegiatan observasi yang dilakukan oleh peneliti dan dua guru yang bertindak sebagai observer bertujuan untuk mengetahui keterlaksanaan aspek- aspek yang diteliti. Pada akhir pelaksanaan tahap ini tim peneliti melakukan evaluasi sejauh mana guru telah menerapkan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah ditetapkan dan hasil belajar siswa dengan menggunakan tes performance berdasarkan materi yang telah diajarkan d). Refleksi Peneliti melaksanakan diskusi untuk merefleksi hasil observasi dan evaluasi yang dilakukan. Refleksi ini dilakaukan untuk mengkaji keunggulan dan kelemahan yang ditemukan pada pelaksanaan tindakan. Hasil refleksi digunakan untuk menetapkan langkah- langkah pada siklus berikutnya.
  • 23. 23 e). Indikator Kinerja Penelitian Tindakan Kelas ini dikatakan berhasil bila hasil belajar siswa mencapai KKM yang ditetapkan yaitu 70 , dengan ketentuan bahwa 75 % siswa mencapai nilai NKM 70 2) SIKLUS II a). Perencanaan kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan pada siklus II ini adalah sebagai berikut : (1) Mengidentifikasi kelemahan atau hal-hal yang belum tercapai pada siklus I untuk disempurnakan lebih lanjut, (2) Meninjau kembali Rencana Pelaksanaan Pembelajaran berupa RPP 02 tentang meminta, memberi menolak barang, menolak jasa , meminta informasi ,dan meminta, memberi dan menolak pendapat dalam telpon, untuk diimplementasikan pada siklus II yang rencana pelaksanaannya sebanyak 2 kali tatap muka. b). Tindakan Kegiatan yang dilaksankan dalam tahap ini adalah melaksanakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran pada RP 02 . Pelaksanaan pembelajaran dilakukan oleh guru (peneliti) sebagai guru model. Dengan langkah- langkah pembelajaran yang sesuai dengan RPP (kegiatan pendahuluan , inti dan kegiatan penutup) c). Observasi dan Evaluasi Pada tahap ini dilaksanakan kegiatan observasi yang dilakukan oleh peneliti dan dua guru dan satu pembimbing yang bertindak sebagai
  • 24. 24 observer. Pada akhir pelaksanaan tahap ini dilakukan evaluasi untuk mengetahui penampilan guru, model dan prestasi belajar siswa berupa test hasil belajar. d). Refleksi Peneliti melaksanakan diskusi dan refleksi berdasarkan hasil observasi dan evaluasi yang dilakukan. Refleksi ini dilakukan untuk mengkaji keunggulan dan kelemahan yang di pandang ada dalam pelaksanaan tindakan. e). Indikator Keberhasilan Indikator keberhasilan proses pada siklus II apabila siswa telah mencapai KKM atau ketuntasan minimal yaitu 70 secara klasikal mencapi 75 %. E. Data dan Teknik Pengumpulan Data 1. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa dan guru 2. Teknik Pengumpulan data Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik-teknik sebagai berikut : a. Observasi Teknik observasi dipergunakan untuk menjaring data penelitian dengan menggunakan lembar pengamatan yang sesuai. Kegiatan observasi dilakukan untuk memperoleh data kemampuan gurudalam pengelolaan pembelajaran dan aktivitas siswa
  • 25. 25 b. Angket Penggunaan angket ini dipakai untuk memperoleh data dan informasi tentang tingkat keberminatan siswa terhadap teknik pembelajaran speaking yang digunakan saat pembelajaran pada penelitian tindakan kelas ini c. Tes Hasil Belajar Tes digunakan untuk mengetahui ketuntasan dan pencapaian KKM. Penentuan ketuntasan hasil belajar siswa ini berdasarakan analisi KKM untuk kompetensi dasar yang diajarkan. F. Teknik Analisis Data 1. Analisis Deskriptif Pengamatan Aktivitaas Siswa Data hasil pengamatan aktivitas siswa dianalisis dengan menghitung frekuensi dan prosentase masing-masing aktivitas yang muncul selama pembelajran , yaitu banyaknya frekuensi setiap aktivitas dibagi dengan seluruh frekuensi tiap aktivitas dikali 100. Persentase aktivitas siswa perkategori aktivitas selama pembelajaran dihitung dengan menggunakan rumus : P Persentase aktivitas siswa = Qx100% Keterangan : P = Frekuensi aktivitas siswa perkategori yang teramati oleh pengamat Q = jumlah aktivitas seluruh siswa selam pembelajaaran berlangsung
  • 26. 26 2. Analisis Tes Hasil Belajar Analisis tes hasil belajar dilakukan untuk mengetahui ketuntasan belajart siswa dengan patokan pada nilai ketuntasan minimal (KKM) pada kompetensi dasar. Untuk menetukan ketuntasan belajar siswa (individual) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai beriut : KB = 푇 푇1 X 100 ( Muhammad, 2003 : 104) Keterangan : KB = Ketuntasan Belajar T = jumlah skor yang diperoeh siswa 푇푡=jumlah skor total Setiap siswa dikatakan tuntas belajarnya ( ketuntasan individu) jika nilai perolehan siswa telah mencapai KKM atau jika T/Tt x 100 ≥ 72,22 pada kompetensi dasar tersebut. 3. Analisis Deskriptif Pengamatan Kemampuan Guru dalam Kegiatan Pembelajaran Data hasil pengamatan kemampuan guru dalam mengelola kegatan pembelajaran dianalisis dengan menghitung skor rata-rata setiap aspek peniliain keterlaksanaan kegiatan pembelajaran.
  • 27. 27 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Tindakan 1. Pelaksanaan Sklus I Pada sklus I yang telah dlaksanakan untuk mengimplementasikan perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan pada tahap persiapan yang berupa bahan berupa skenario percakapan dalam telpon , rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa (LKS), instrumen hasil belajar (evaluasi formatif). Sedangkan untuk mengamati keterlaksanaan proses pembelajaran dilakukan pengamatan terhadap aktvitas siswa dan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran. a. Pengamatan aktvitas siswa pada siklus I Tatap muka pertama dlaksanakan pada hari selasa tanggal 11 Januari 2011, pukul 10.20 – 12.20 . pada menit-menit pertama, guru mengajak siswa berdiskusi tentang pembelajaran speaking yang sudah sering mereka lakukan yaitu dengan cara mengikuti guru untuk melafalkan kata demi kata atau kalimat demi kalimat dari suatu teks yang disajikan. Kemudian guru mengenalkan teknik berman peran untuk meningkatkan penguaasaan ketrampilan speaking khususnya untuk jenis teks transaksonal/interpersonal Selama proses kegatan berlangsung ,guru memperhatikan , membimbing, serta mengarahkan siswa , baik secara perorangan atau secara kelompok , dan juga memberi penilaian pada saat bermain peran berlangsung dengan menggunakan lembar penilaian proses. 27
  • 28. 28 Berdasarkan hasil wawancara melalui angket (tabel 4.5) tentang kegiatan pembelajaran , diperoleh gambaran secara umum bahwa siswa sangat antusias dengan cara belajar yang menggunakan teknik bermain peran. TABEL 4.5 ANGKET SISWA Berilah tanda cheklis (√) pada kolom jawaban yang tersedia sesuai dengan pendapatmu. Pilihan jawaban terdiri dari sangat setuju (SS),setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju(STS). Isilah seluruh pertanyaan tersebut dengan sejujur-jujurnya.jawabanmu tidak akan mempengaruhi nilai bahasa inggrismu. No. Pertanyaan SS S TS STS 1. Pembelajaran bahasa inggris khususnya speaking dengan menggunakan teknik role playing menarik bagi saya 2. Pembelajaran dengan role playing membuat saya lebih mudah memahami materi 3. Saya merasa senang dengan pembelajaran role playing 4. Pembelajaran dengan role playing membuat saya merasakan secara nyata fungsi bahasa sebagai alat komunikasi 5. Saya senang mempratekkan ungkapan bhs inggris yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari 6. Pembelajaran dengan role playing membuat saya berani mengemukakan pendapat 7. Masalah yang disajikan dapat dipahami setelah dibaca berulang-ulang 8. Kesempatan berdiskusi dengan teman satu kelompok atau teman satu kelas memudahkan saya dalam memecahkan masalah 9. Saya merasa tegang pada saat pembelajaran dengan role playing 10. Pembelajaran dengan role playing sangat membosankan 11. Saya lebih senang menentukan sendiri pembentukan kelompok 12. Saya merasa cepat putus asa apabila tidak bisa mengerjakan soal yang diberikan 13. Guru sangat membantu apabila siswa kesulitan dalam menyelesaikan soal 14. Saya ingin materi yang lain diajarkan dengan metode role playing Kendari, ...Januari 2011 Responden
  • 29. 29 Berdasarkan data atau hasil temuan yang ada di lapangan dalam proses pembelajaran dengan materi ungkapan meminta,memberi,menolak persetujuan ,memberi perhatian kepada orang lain dalam sebuah percakapan dalam telpon,peneliti menganalsis bahwa pembelajaran siklus I ini sudah dilaksanakan sesuai perencanaan. Tetapi masih ada hal-hal yang perlu diperhatikan,diantaranya masih ada siswa yang kurang antusias dalam memainkan peran sehingga masih tampak ketidak-sungguhan dan kurang ekspresif dalam memainkan perannya. Siswa juga masih kurang aktif dalam memainkan peran tersebut karena siswa masih takut dan malu-malu serta mengalami kesulitan dalam mengucapkan kata Bahasa Inggris. Bahkan dalam melakukan peran ,banyak siswa yang mengganggu pemain lain dan situasi di kelas sangat ribut karena beberapa kelompok masih melakukan latihan , sehingga siswa sulit dalam mengekspresikan diri pada saat bermain peran dengan baik. Selain itu terdapat beberapa siswa yang masih belum hafal teks yang harus diucapkan. Beberapa diantaranya masih harus membaca teks saat bermain peran. Akitvitas siswa selama kegiatan pembelajaran diamati oleh pengamat dengan menggunakan instrument pengamatan aktivitas siswa. Hasil pengamatan aktivitas siswa selama kegiatan belajar mengajar dideskripsikan dalam bentuk persentase. Hasil pengamatan aktivitas siswa pada pertemuan pertama dan kedua siklus I disajikan dalam tabel 4.1 berikut
  • 30. 30 Tabel 4.1 Analisis Aktivitas siswa pada pelaksanaan PBM NO. Aktivitas Siswa Persentase (%) Pert. 1 Pert. 2 Rerata 1. M endengarkan /memperhatikan penjelasan guru 15,6 9,7 12,65 2. M embaca materi ajar /LKS 16,3 9,3 12,8 3. M enulis (yang relevan dengan KBM) 12,5 14,0 13,25 4. B ekerja sama menyelesaikan tugs dalam kelompok 13,8 17,0 15,4 5. M elakukan latihan performance berdasarkan skenario 12,9 18,3 15,6 6. M emperhatikan penampilan teman yang sedang bermain peran 6,7 8,0 7,35 7. M erangkum/menyimpulkan materi pelajaran 7,1 8,3 7,7 8. M elakukan aktivitas lain yang tidak relevan 9. B erfdiskusi/bertanya jawab antar siswa dengan siswa dan siswa dengan guru 6,3 7,0 6,65 Berdasarkan tabel 4.1 di atas bisa dilihat bahwa rata-rata persentase tiap komponen aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran pada siklus I menunjukkan nilai yang bearvariasi dan beragam. Persentase komponen aktivitas siswa paling tinggi adalah Melakukan latihan performance berdasarkan skenario sebesar 15,6 % dan Memperhatikan penampilan teman yang sedang bermain peran sebesar 7,35 %. Ini menunjukkan bahwa teknik bermain peran dalam proses pembelajaran speakng sangatlah nampak dan berrdampak positif pada keaktifan siswa.
  • 31. 31 b. Pengamatan Kemampuan guru dalam mengelola PBM pada siklus I Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran selama pembelajaran speakng berlangsung di amati oleh dua orang pengamat dengan menggunakan lembar pengamatan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran pada pertemuan 1 dan 2 di siklus I. Kemampuan yang diamati pada guru menyangkut membuka pelajaran, kegiatan inti, dan menutup pelajaran, termasuk pembelajaran yang menerapkan teknik bermain peran. Rata-rata skor kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran yang diamati dalam pelaksanaan pembelajaran siklus Idapat dilihat pada tabel 4.2 berikut : Tabel 4.2 Kemampuan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar No Aspek yang diamati Terlaksan a skor ya tidak Pert. 1 Pert 2 rerata Pengamatan PBM A. Pendahuluan 1. Memberitahukan SK,KD dan indikator 2. Menuliskan topik pembelajaran √ - 4.00 4.00 4.00 3. Apersepsi dan motivasi √ - 4.00 4.00 4.00 2 KEGIATAN POKOK 1. Penyajian sesuai dengan urutan materi √ - 3.50 3.75 3.63 2. Metode/pendekatan sesuai dengan materi √ - 4.00 4,00 4.00 3. Keterlibatan siswa √ - 3.00 3.00 3.00
  • 32. 32 4. Bimbingan kepada siswa sebagai fasilitator √ - 3.00 3.50 3.25 5. Pengelolaan kelas √ - 4.00 4.00 4.00 6. Pengembangan ketrampilan siswa - merespon penjelasan teman - memberikan ide dalam kelompok - kekompakan dalam bekerja sama √ - 3.00 3.00 3.00 7. pelaksanaan sesuai dengan waktu - bermain peran dalam kelompok - bermain peran di depan kelas √ - 3.00 3.50 3.25 3 PENUTUP Memberi kesimpulan dan tugas rumah √ - 3.50 3.50 3.50 Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat dilihat bahwa kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran yang dilakukan dengan menerapakan teknik bermain peran (role playing) terutama pada saat pembimbingan terhadap siswa yang berlatih bermain peran sesuai skenario yang telah disiapkan dapat terlaksana dengan baik c. Tes Hasil Belajar Siswa pada Siklus I Berdasarkan hasil penelitian pada siklus I diperoleh nilai secara individu sebagai berikut : terdapat 26 siswa ( 83,87 %) yang mendapatkan nilai baik dengan kriteria pada kerja sama siswa mampu bekerja sama dengan baik dalam bermain peran, berekspresi dengan baik sesuai dengan tokoh yang diperankan , dan dapat melafalkan kata-kata dalam bahasa Inggris (pronounciaton) dengan
  • 33. 33 baik pada dialog ; terdapat 6 siswa ( 19,35 %) yang mendapatkan nilai kurang pada kerja sama siswa mampu bekerja sama dengan baik dalam bermain peran, berekspresi dengan kurang baik sesuai dengan tokoh yang diperankan , dan kurang baik melafalkan kata-kata dalam bahasa Inggris (pronounciaton) Dalam hal ini, guru menentukan kriteria penilaian pada pembelajaran speaking dengan menggunakan teknik role playing sebagai tolak ukur pencapaian tingkat keberhasilan siswa, yaitu : nilai sangat baik (A) bagi siswa yang dapat bekerja sama dengan sangat baik dalam bermain peran (termasuk accuracy), siswa dapat berekspresi dengan sangat baik sesuai tokoh yang diperankan, dan siswa dapat melafalkan dengan sangat baik kata-kata bahasa Inggris pada dialog, yang ditandai dengan perolehan skor nilai antara 81 - 100 ; nilai baik (B) bagi siswa yang dapat bekerjasama dengan baik dalam bermain peran, siswa dapat berekspresi dengan baik sesuai dengan tokoh yang diperankan, dan melafalkan kata-kata bahasa Inggris dengan baik pada dialog yang ditandai dengan perolehan skor nilai antara 70- 80 ; serta nilai kurang (K) bagi siswa yang dapat bekerjasama dengan baik dalam bermain peran, siswa kurang baik dalam berekspresi sesuai dengan tokoh yang diperankan, dan siswa kurang baik dalam melafalkan kata-kata bahasa Inggris pada dialog yang ditandai dengan perolehan skor nilai kurang dari 70 Untuk mengetahui hasil belajar setelah pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, maka peneliti melaksanakan evaluasi yang dilaksanakan pada akhir kegiatan tatap muka dengan menggunakan test performance. Berdasarkan indikator keberhasilan pada penelitian ini, maka keberhasilan pada kegiatan pembelajaran di siklus I tercapai karena 26 siswa dari 31 siswa atau 83,87 % siswa sudah memperoleh nilai di atas KKM yaitu 70
  • 34. 34 Adapun analisis ketuntasan hasil belajar siswa pada materi speaking untuk jenis teks transaksional / interpersonal dengan ungkapan meminta,memberi,menolak persetujuan ,memberi perhatian kepada orang lain dalam sebuah perecakapan dalam telpon, dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4.3 Data analisis ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I DAFTAR NILAI SPEAKING Kelas : VIII.2 KKM = 70 No Nama . Aspek Penilaian SPEAKING Jumla h score Jumla h nilai KETERANGA accuracy(30% Fluncy Expression N ) (30%) (40%) 1 ADE FITRA 3 3 3 9 75 TUNTAS 2 ANDI AN-NISA 3 3 3 9 75 T 3 ANDI TENRI 3 3 3 9 75 T 4 ARDIANSYAH 3 2 2 7 58,33 TT 5 ASKING N. 3 3 3 9 75 T 6 DARMI 3 2 3 8 66,67 TT 7 EDI HERMAWAN 3 3 3 9 75 T 8 EPHI TRIANTI 3 3 3 9 75 T 9 HERMAN MAMAN 3 3 3 9 75 T 10 HIDAYATULLAH 3 3 3 9 75 T 11 IMAM 3 2 2 7 58,33 TT 12 IRFAN BUDIANI S. 3 3 3 9 75 T 13 ISRAWATI 3 3 2 8 66,67 TT 14 KARMILA 3 3 3 9 75 T 15 MUH.ADIARNO 3 3 3 9 75 T 16 MUH.ASWAD 3 3 3 9 75 T 17 M.ARHAM 3 3 3 9 75 T 18 MARGALAE 3 3 3 9 75 T 19 MUH,ZALDI ZAIN 3 3 3 9 75 T
  • 35. 35 20 MUH.PRARIDO 3 3 3 9 75 T 21 NIRMALA 3 3 3 9 75 T 22 NURMANSYAH 2 2 2 6 50 TT 23 PATMAWATI 3 3 3 9 75 T 24 RIKA ADRIANI 3 3 3 9 75 T 25 SAHRUL S. 2 3 3 8 66,67 TT 26 SARMIDA 3 3 3 9 75 T 27 UMI RAHMAYANTI 3 2 3 8 66,67 TT 28 WD,MURNIA 2 3 2 7 58,33 TT 29 WD.NURIANA 2 3 3 8 66,67 TT 30 WIRANTO 2 3 3 8 66,67 TT 31 YUSLAN 2 2 2 6 50 TT Berdasarkan uraian hasil perolehan nilai siswa secara individu di atas dapat disimpulkan bahwa pada siklus I ini pembelajaran belum terlalau berhasil. Karena hanya 26 siswa yang memperoleh ketuntasan dari tingkat pencapaian keberhasilan siswa dalam kelas. Hal ini dikarenakan siswa masih banyak mengalami kesulitan, ragu dalam mengekspresikan diri, memiliki perasaan takut, masih mengganggu siswa lainnya, kurang tepat dalam pelafalan kata-kata bahasa Inggris, bahkan masih ada siswa yang kurang antusias terhadap pembelajaran. Sehingga siswa yang mengalami kesulitan perlu mendapatkan perhatian, bimbingan dan arahan dari guru agar hasil yang diperoleh lebih baik pada pembelajaran berikutnya. Dalam pembelajaran dengan menggunakan teknik role play ini, hasil penilaian, proses observasi, wawancara, dan catatan lapangan dijadikan bahan pertimbangan dalam merencanakan dan menentukan tindakan selanjutnya. Pada siklus I ini masih banyak siswa atau kelompok yang mengalami kesulitan dalam bermain peran yang telah ditentukan karena merasa malu dan ragu dalam mengekspresikan diri, takut dan juga
  • 36. 36 gugup, sehingga dalam bermain peran kurang menguasai materi, kurang berekspresi dan kurang tepat dalam pronunciation. Pada tindakan ini ada juga siswa yang terlihat kurang antusias dan kurang aktif dalam bermain peran, begitu pula dalam memberikan penilaian dan mengemukakan pendapatnya masih mengalami kesulitan, merasa malu, takut dan belum berani dalam mengekspresikan diri, bahkan ada pula siswa yang ribut dan mengganggu temannya pada saat bermain peran. Rencana perbaikan pada tindakan selanjutnya yaitu tujuan pembelajaran dengan melatih siswa dalam mengucapkan kata yang berhubungan dengan pakaian untuk mengupayakan peningkatan minat dan aktivitas siswa agar dapat menambah vocabulary/kata-kata dalam bahasa Inggris. Dalam mengekspresikan suatu adegan peran, intonasi dan pronounciation, dan dalam bekerjasama dengan siswa lain perlu dibimbing agar dapat melakukan permainan peran dengan baik dan benar. Hal ini peneliti menyimpulkan kemungkinan dkarenakan pada saat bermain peran siswa dibiarkan hanya untuk menyaksikan penampilan tanpa harus menganalisanya melalui LKS Dengan demikian diharapkan kemampuan siswa dalam meningkatkan penambahan vocabulary dan perbaikan pronounciation siswa akan lebih baik dan benar. Maka untuk menindak lanjuti kekurangan tersebut, direncanakan kembali tindakan pada siklus II dengan menggunakan teknik role play dengan penambahan LKS yang lebih tepat dalam pembelajaran speaking dengan ungkapan meminta, memberi persetujuan, merespon pernyataan dalam percakapan di telpon. 2. Pelaksanaan Sklus II Pada sklus II yang telah dlaksanakan untuk mengimplementasikan perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan pada tahap persiapan yang berupa bahan berupa skenario percakapan dalam telpon , rencana pelaksanaan pembelajaran
  • 37. 37 (RPP), lembar kerja siswa (LKS), instrumen hasil belajar (evaluasi formatif). Sedangkan untuk mengamati keterlaksanaan proses pembelajaran dilakukan pengamatan terhadap aktvitas siswa dan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran. a. Pengamatan aktvitas siswa pada siklus II Tatap muka pertama pada siklus II dlaksanakan pada hari Jum’at tanggal 21 Januari 2011 pk. 09.40 -11.00 . pada menit-menit pertama, guru mengajak siswa berdiskusi tentang pembelajaran speaking pada siklus I dan membahas hasil nilai yang sudah mereka peroleh pada penilaian di siklus I. Kemudian guru menjelaskan kembali teknik berman peran untuk meningkatkan penguaasaan ketrampilan speaking khususnya untuk jenis teks transaksonal/interpersonal untuk ungkapan meminta,memberi pendapat dalam percakapan yang memuat tndak tutur mengawal,mewmperpanjang dan mengakhiri telpon. Selama proses kegatan berlangsung ,guru memperhatikan , membimbing, serta mengarahkan siswa , baik secara perorangan atau secara kelompok , dan juga memberi penilaian pada saat bermain peran berlangsung dengan menggunakan lembar penilaian proses. Berdasarkan pengamatan pada kegiatan pembelajaran , diperoleh gambaran secara umum bahwa siswa sangat antusias dengan cara belajar yang menggunakan teknik bermain peran dengan ungkapan yang berbeda dari ungkapan yang dipelajari pada siklus I. Berdasarkan data atau hasil temuan yang ada di lapangan dalam proses pembelajaran dengan materi ungkapan meminta,memberi pendapat dalam percakapan yang memuat tndak tutur
  • 38. 38 mengawali, memperpanjang dan mengakhiri telpon, peneliti menganalsis bahwa pembelajaran siklus II ini sudah dilaksanakan sesuai perencanaan. Dan hasilnya sudah bisa dikatakan berhasail karena kekurangan-kekurangan yang terjadi pada sikus I sudah tidak nampak lagi Siswa sudah aktif dalam memainkan peran tersebut karena siswa sudah di beri penguasaan terhadap kata-kata yang harus dilafalkan dalam bermain peran.hal ini dengan diberikannya skenario dua hari sebelum pembelajaran. Bahkan dalam melakukan peran ,banyak siswa yang antusias bermain secara serius misalnya dengan menggunakan alat telpon sepertri mereka sedang menelpon yang sebenaranya sehngga stuasi di kelas tidak ribut lagi karena beberapaq kelompok lainnya sibuk untuk mengisi format yang ada dalam LKS berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap peran yang sedang dilakonkan oleh temannya. proses melakukan latihanpun tidak lagi meraka lakukan selama proses tersebut karena mereka sudah menguasai skenarionya yang sudah diterima sebelumnya , sehingga siswa nampak tidak sulit lagi dalam mengekspresikan diri pada saat bermain peran dengan baik. Akitvitas siswa selama kegiatan pembelajaran diamati oleh pengamat dengan menggunakan instrument pengamatan aktivitas siswa. Hasil pengamatan aktivitas siswa selama kegiatan belajar mengajar dideskripsikan dalam bentuk persentase. Hasil pengamatan aktivitas siswa pada pertemuan pertama dan kedua siklus I disajikan dalam tabel 4.6 berikut :
  • 39. 39 Tabel 4.6 Analisis Aktivitas siswa pada pelaksanaan PBM NO. Aktivitas Siswa Persentase (%) Pert. 1 Pert. 2 Rerata 1. Mendengarkan /memperhatikan penjelasan guru 15,6 9,7 12,65 2. Berdiskusi / tanya jawab antar siswa /guru 16,3 9,3 12,8 3. Membaca / mengerjakan LKS / materi ajar 12,5 14,0 13,25 4. Bekerja sama menyelesaikan tugs dalam kelompok 13,8 17,0 15,4 5. Melakukan latihan performance berdasarkan skenario 12,9 18,3 15,6 6. Memperhatikan penampilan teman yang sedang bermain peran 6,7 8,0 7,35 7. Merangkum/menyimpulkan materi pelajaran 7,1 8,3 7,7 8. Melakukan aktivitas lain yang tidak relevan 6,3 7,0 6,65 Berdasarkan tabel 4.6 di atas bisa dilihat bahwa rata-rata persentase tiap komponen aktivitas siswa selam kegiatan pembelajaran pada siklus I menunjukkan nilai yang bearvarias dan beragam. Persentase komponen aktivitas siswa paling tinggi adalah Melakukan latihan performance berdasarkan skenario sebesarm15,6 % dan
  • 40. 40 Memperhatikan penampilan teman yang sedang bermain peran sebesar 7,35 %. Ini menunjukkan bahwa teknik bermain peran dalam proses pembelajaran speakng sangatlah nampak dan berrdampak postf pada keaktivan siswa. d. Pengamatan Kemampuan guru dalam mengelola PBM pada siklus II Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran selama pembelajaran speaking berlangsung diamati oleh dua orang pengamat dengan menggunakan lembar pengamatan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran pada pertemuan 1 dan 2 di siklus II. Kemampuan yang diamati pada guru menyangkut membuka pelajaran, kegiatan inti, dan menutup pelajaran, termasuk pembelajaran yang menerapkan teknik bermain peran. Rata-rata skor kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran yang diamati dalam pelaksanaan pembelajaran siklus II dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut : Tabel 4.7 Kemampuan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar No Aspek yang diamati Terlaksan a skor ya tidak Pert. 1 Pert 2 rerata Pengamatan PBM 1 A. Pendahuluan 1. Memberitahukan SK,KD dan indikator √ - 4.00 4.00 4.00 2. Menuliskan topik pembelajaran √ - 4.00 4.00 4.00 3. Apersepsi dan motivasi √ - 4.00 4.00
  • 41. 41 2 B. KEGIATAN POKOK 3.50 3.75 3.63 4. Penyajian sesuai dengan urutan materi √ - 4.00 4,00 4.00 5. Metode/pendekatan sesuai dengan materi √ - 3.00 3.00 3.00 6. Keterlibatan siswa √ - 3.00 3.50 3.25 7. Bimbingan kepada siswa sebagai fasilitator √ - 4.00 4.00 4.00 8. Pengelolaan kelas √ - 3.00 3.00 3.00 9. Pengembangan ketrampilan siswa - merespon penjelasan teman - memberikan ide dalam kelompok - kekompakan dalam bekerja sama √ - 3.00 3.50 3.25 10. pelaksanaan sesuai dengan waktu - bermain peran dalam kelompok - bermain peran di depan kelas √ - 3.00 3.00 3.00 3 C. PENUTUP 11. Memberi kesimpulan dan tugas rumah √ - 3.50 3.50 3.50 Berdasarkan tabel 4.7 di atas dapat dilihat bahwa kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran yang dilakukan dengan menerapakan teknik bermain peran (role playing) terutama pada saat pembimbingan terhadap siswa yang berlatih bermain peran sesuai skenario yang telah disiapkan dapat terlaksana dengan baik e. Tes Hasil Belajar Siswa pada Siklus II Berdasarkan hasil penelitian pada siklus I diperoleh nilai secara individu sebagai berikut : terdapat 28 siswa (87 %) yang mendapatkan nilai baik
  • 42. 42 dengan kriteria pada kerja sama siswa mampu bekerja sama dengan baik dalam bermain peran, berekspresi dengan baik sesuai dengan tokoh yang diperankan , dan dapat melafalkan kata-kata dalam bahasa Inggris (pronounciaton) dengan baik pada dialog ;tidak terdapat siswa yang mendapatkan nilai cukup dengan kriteria pada kerja sama siswa mampu bekerja sama dengan baik dalam bermain peran, berekspresi dengan baik sesuai dengan tokoh yang diperankan , dan kurang baik dalam melafalkan kata-kata dalam bahasa Inggris (pronounciaton) dengan baik pada dialog; dan terdapat 3 siswa ( 33 %) yang mendapatkan nila kurang pada kerja sama siswa mampu bekerja sama dengan baik dalam bermain peran, berekspresi dengan kurang baik sesuai dengan tokoh yang diperankan , dan kurang baik melafalkan kata-kata dalam bahasa Inggris (pronounciaton) dengan baik pada dialog Untuk mengetahui hasil belajar setelah pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, maka peneliti melaksanakan evaluasi yang dilaksanakan pada akhir kegiatan tatap muka dengan menggunakan test performance. Berdasarkan indikator keberhasilan pada penelitian ini, maka keberhasilan pada kegiatan pembelajaran di siklus II tercapai karena 28 siswa dari 31 siswa atau 87 % siswa sudah memperoleh nilai di atas KKM yaitu 70 Adapun analisis ketuntasan hasil belajar siswa pada materi speaking untuk jenis teks transaksional / interpersonal dengan ungkapan meminta,memberi,menolak persetujuan ,memberi perhatian kepada orang lain dalam sebuah perecakapan dalam telpon, dapat dilihat pada tabel 4.8
  • 43. 43 Tabel 4.8Data analisis ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus II DAFTAR NILAI SPEAKING Kelas : VIII.2 KKM = 70 No Nama . Aspek Penilaian SPEAKING Jumla h score Jumla h nilai KETERANGA accuracy(30% Fluncy Expression N ) (30%) (40%) 1 ADE FITRA 4 3 4 11 91,67 TUNTAS 2 ANDI AN-NISA A. 4 4 4 12 100 TUNTAS 3 ANDI TENRI 4 4 4 12 100 TUNTAS 4 ARDIANSYAH 3 3 3 9 75 TUNTAS 5 ASKING N. 4 4 3 11 91,67 TUNTAS 6 DARMI TAK TUNTAS 7 EDI HERMAWAN 3 3 3 9 75 TUNTAS 8 EPHI TRIANTI 4 4 4 12 100 TUNTAS 9 HERMAN MAMAN 4 4 3 11 91,67 TUNTAS 10 HIDAYATULLAH 4 3 3 10 83,33 TUNTAS 11 IMAM 3 3 3 9 75 TUNTAS 12 IRFAN BUDIANI S. 4 4 3 11 91,67 TUNTAS 13 ISRAWATI 3 3 3 9 75 TUNTAS 14 KARMILA 3 3 3 9 75 TUNTAS 15 LD. MUH.ADIARNO 4 4 3 11 91,67 TUNTAS 16 LD.MUH.ASWA D 4 4 4 12 100 TUNTAS 17 M.ARHAM 3 3 3 9 75 TUNTAS 18 MARGALAE 4 4 3 11 91,67 TUNTAS 19 MUH,ZALDI ZAIN 4 4 4 12 100 TUNTAS 20 MUH.PRARIDO 4 3 3 10 83,33 TUNTAS 21 NIRMALA 4 3 3 10 83,33 TUNTAS 22 NURMANSYAH 3 2 3 8 66,67 TAK TUNTAS 23 PATMAWATI 3 3 3 9 75 TUNTAS 24 RIKA ADRIANI 4 4 4 12 100 TUNTAS 25 SAHRUL S. 3 3 3 9 75 TUNTAS
  • 44. 44 26 SARMIDA 4 4 4 12 100 TUNTAS 27 UMI RAHMAYANTI 3 3 3 9 75 TUNTAS 28 WD,MURNIA 3 3 3 9 75 TUNTAS 29 WD.NURIANA 3 3 3 9 75 TUNTAS 30 WIRANTO 3 3 3 9 75 TUNTAS 31 YUSLAN 3 2 3 8 66,67 TAK TUNTAS
  • 45. 45 Dalam hal ini, guru menentukan kriteria penilaian pada pembelajaran speaking dengan menggunakan teknik role playing sebagai tolak ukur pencapaian tingkat keberhasilan siswa, yaitu : nilai sangat baik (A) bagi siswa yang dapat bekerja sama dengan sangat baik dalam bermain peran (termasuk accuracy), siswa dapat berekspresi dengan sangat baik sesuai tokoh yang diperankan, dan siswa dapat melafalkan dengan sangat baik kata-kata bahasa Inggris pada dialog, yang ditandai dengan perolehan skor nilai antara 81 - 100 ; nilai baik (B) bagi siswa yang dapat bekerjasama dengan baik dalam bermain peran, siswa dapat berekspresi dengan baik sesuai dengan tokoh yang diperankan, dan melafalkan kata-kata bahasa Inggris dengan baik pada dialog yang ditandai dengan perolehan skor nilai antara 70- 80 ; serta nilai kurang (K) bagi siswa yang dapat bekerjasama dengan baik dalam bermain peran, siswa kurang baik dalam berekspresi sesuai dengan tokoh yang diperankan, dan siswa kurang baik dalam melafalkan kata-kata bahasa Inggris pada dialog yang ditandai dengan perolehan skor nilai kurang dari 70 Berdasarkan uraian hasil perolehan nilai siswa secara individu di atas dapat disimpulkan bahwa pada siklus II ini pembelajaran sudah bisa dikatakan berhasil. Karena sudah memperoleh 90,32 % dari tingkat pencapaian keberhasilan siswa dalam kelas. Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh yang sangat besar terhadap pemberian skenario yang dilakukan sebelum pembelajaran dan pemberian LKS yang relevan dengan materi. Terbukti bahwa bahkan ada 15 0rang siswa (48,39%) memperoleh predikat sangat baik Sehingga siswa yang mengalami kesulitan hampir tidak ada dengan ditunjukkan hanya 3 orang siswa (9,67%) saja yang mendapatkan predikat kurang atau tidak tuntas. Dalam pembelajaran dengan menggunakan teknik role play ini, hasil penilaian, proses observasi, wawancara, dan catatan lapangan pada siklus II ini dijadikan bahan pertimbangan bahwa peneliti tidak perlu melanjutkan ke siklus berikutnya.
  • 46. 46 Pada tindakan ini ada juga siswa yang terlihat kurang antusias dan kurang aktif dalam bermain peran, begitu pula dalam memberikan penilaian dan mengemukakan pendapatnya masih mengalami kesulitan, merasa malu, takut dan belum berani dalam mengekspresikan diri, bahkan ada pula siswa yang ribut dan mengganggu temannya pada saat bermain peran. Rencana perbaikan pada tindakan selanjutnya yaitu tujuan pembelajaran dengan melatih siswa dalam mengucapkan kata yang berhubungan dengan pakaian untuk mengupayakan peningkatan minat dan aktivitas siswa agar dapat menambah vocabulary/kata-kata dalam bahasa Inggris. Dalam mengekspresikan suatu adegan peran, intonasi dan pronounciation, dan dalam bekerjasama dengan siswa lain perlu dibimbing agar dapat melakukan permainan peran dengan baik dan benar. Dengan demikian diharapkan kemampuan siswa dalam meningkatkan penambahan vocabulary dan perbaikan pronounciation siswa akan lebih baik dan benar. Maka untuk menindak lanjuti kekurangan tersebut, direncanakan kembali tindakan pada siklus II dengan menggunakan teknik role play dalam pembelajaran speaking dengan ungkapan meminta, memberi persetujuan, merespon pernyataan dalam percakapan di telpon. b.membahas materi pokok dengan ungkapan meminta, memberi persetujuan, merespon pernyataan dalam percakapan di telpon, yang dilaksanakan pada hari selasa tanggal 18 Januari 2011 pukul 10.20 -12.20 wita Pada pelaksanaan tindakan, guru melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan pembelajaran yang telah disiapkan, dengan langkah-langkah sama yang ditempuh pada siklus I . Temuan yang diperoleh dalam proses pembelajaran dengan tema dress, pada siklus II tindakan 1 ini, siswa maupun kelompok sangat antusias dalam memainkan peran. Tampak kesungguhan siswa dalam belajar. Siswa terlihat sangat aktif pada saat memerankan peran mereka masing-masing karena mereka sudah tidak merasa malu dalam bermain peran. Siswa yang tidak tampil sudah tidak mengganggu para pemain.
  • 47. 47 Berdasarkan hasil penelitian pada siklus II maka diperoleh nilai secara, yaitu 28 siswa (87 %) mendapatkan nilai baik (A), dan 3 siswa (33%) mendapatkan nilai kurang (K). Kriteria penilaian yang digunakan, sama dengan kriteria penilaian pada siklus I Berdasarkan uraian hasil perolehan nilai siswa secara individu di atas dapat disimpulkan bahwa pada siklus II tindakan 1 ini pembelajaran dapat dikatakan berhasil, karena tingkat keberhasilan siswa mencapai 87 % dari keseluruhan siswa dalam kelas. Hal ini disebabkan karena beberapa siswa masih mengalami sedikit kesulitan, di antaranya sedikit kurang yakin dalam mengekspresikan diri, dan sedikit kurang tepat dalam pelafalan kata-kata bahasa Inggris dalam dialog, sehingga siswa yang mengalami kesulitan perlu mendapatkan perhatian, bimbingan dan arahan dari guru agar hasil yang diperoleh lebih baik dari pada pembelajaran sebelumnya
  • 48. 48 . KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Pembelajaran speaking dengan menggunakan teknik role play di kelas VIII-4 dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa. 2. Kemampuan guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar dengan teknik role play dapat terlaksana dengan baik sesua dengan yang telah drencanakan 3. Aktvitas siswa selama kegiatan pembelajaran menunjukan bahwa siswa dapat berperan secara aktif dan dapat dilihat dari tingginya rata-rata aktivitas siswa pada peran yang mereka mainkan dan bekerja sama dalam kelompoknya. 4. Komponen utama pada pembelajaran speaking dengan teknik role play pada saat pembelajaran yang dominan adalah :pronounciation dan expression. B.Rekomendasi dan Tindak lanjut. Berapa hal yang patut direkomendasikan sebagai tindak lanjut dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Seyogyanya sebagai guru bahasa Inggris senantiasa dalam pembelajaran dapat membantu siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri dengan melakukan peranan –peranan yang dituntut sesuai denagan fakta dalam kehidupan sehari-hari 2. Sedapat mungkin siswa dibiasakan melakukan percakapan di depan kelas bahkan di luaar kealas sehingga siswa memiliki kemampuan untuk berspeaking dengan baik dan benar. 48
  • 49. 49 3. Dalam pembelajaran bahasa Inggris dengan melakukan teknik role play sangat di tuntut kesabaran yang tinggi bagi guru.
  • 50. 50 M. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2009. Modul diklat pendidikan dan latihan profesi guru rayon 26.Fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas haluoleo Depdiknas , 2005 . Materi Pelatihan terintegrasi bahasa Inggris, Jaakarta: Kegiatan pengembangan system dan pengendalian program sltp Jakarta tahun anggaran 2005 Richard , Jack ; Platt; John; Weber, Heidi , 1995. Longman dictionary of applied linguistics, England; longman group limited John , K & Morrow, k (1986) Communication in the classroom : Application and methods for a communicative approach. Longman handbooks for language teacher, Hongkong longman group (FE) Ltd. Wijaya Kusumah, Dedi Dwitagama,(2010) Mengenal Penelitian Tindakan Kelas PT Indeks ,Jakarta Sisadinugroho @g mail.com Abidin, Yunus. (2009). Guru dan Pembelajaran Bermutu. Bandung: Rizqi Press. Alwasilah, A. Chaedar. 2000. Perspektif Pendidikan Bahasa Inggris di Indonesia dalam Konteks Persaingan Global. Bandung: CV Andira. Aqib, Zainal.(2006). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yama Widya. BNSP. (2006). Kurikulum 2006. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan. Cameron, Lynne. 2001. Teaching Language to Young Leraners. Cambridge: CUP. Harmer, Jeremy. (1997). The Practice of English language Teaching. New York: Longman. Inc Orr, Jannet K. 1999. Growing Up with English. Washington, DC 20547: Office of English Language Programs. United States Department of State. Richards, Jack C., and Theodore S. Rodgers. 1992. Approaches and Methods in Language Teaching. A Description and Analysis. Cambridge: CUP. Wiriaatmaja, Rochiati. (2007). Metode Penelitian Tindakan Kelas untuk Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen. Bandung: Remaja Rosdakarya.
  • 51. 51