SlideShare a Scribd company logo
1 of 18
Download to read offline
HEAT TREATMENT
PERLAKUAN PANAS (HEAT TREATMENT)
Proses laku-panas atau Heat Treatment
kombinasi dari operasi pemanasan dan pendinginan dengan
kecepatan tertentu yang dilakukan terhadap logam atau
paduan dalam keadaan padat, sebagai suatu upaya untuk
memperoleh sifat-sifat tertentu.
Proses heat treatment terdiri dari beberapa tahapan,
1. Pemanasan sampai ke temperatur tertentu
2. Penahanan selama beberapa saat
3. Pendinginan dengan kecepatan tertentu.
HOT WORKING DAN COLD WORKING
• pengerjaan panas, gaya deformasi yang diperlukan
adalah lebih rendah dan perubahan sifat mekanik tidak
seberapa.
• pengerjaan dingin. diperlukan gaya yang lebih besar,
akan tetapi kekuatan logam tersebut akan meningkat
dengan cukup berarti .
• Suhu rekristalisasi logam menentukan batas antara
pengerjaan panas dan dingin (Tr = ½ Tm).
• Pengerjaan panas logam dilakukan di atas suhu
rekristalisasi atau di atas daerah pengerasan kerja.
• Pengerjaan dingin dilakukan di bawah suhu rekristalisasi
dan kadang-kadang berlangsung pada suhu ruang.
Proses heat treatmen terdiri dari 2 pendekatan
1. Near Equilibrium (Mendekati Kesetimbangan)
2. Non Equilibrium (Tidak setimbang)
Near Equilibrium (Mendekati Kesetimbangan)
Tujuan dari perlakuan panas Near Equilibrium adalah :
a. Melunakkan struktur kristal
b. Menghaluskan butir
c. Menghilangkan tegangan dalam
d. Memperbaiki machineability.
Jenis dari perlakukan panas Near Equibrium, misalnya :
 Full Annealing (annealing)
 Stress relief Annealing
 Process annealing
 Spheroidizing
 Normalizing
 Homogenizing.
Non Equilirium (Tidak setimbang)
Tujuan panas Non Equilibrium adalah untuk
mendapatkan kekerasan dan kekuatan yang lebih
tinggi.
Jenis dari perlakukan panas Non Equibrium, misalnya :
 Hardening
 Martempering
 Austempering
 Surface Hardening (Carburizing, Nitriding,
Cyaniding, Flame hardening, Induction
hardening)
Annealing
Tahapan dari proses Anneling
1. dimulai dengan memanaskan logam (paduan)
sampai temperature tertentu,
2. menahan pada temperature tertentu tadi selama
beberapa waktu tertentu agar tercapai perubahan
yang diinginkan
3. mendinginkan logam atau paduan tadi dengan laju
pendinginan yang cukup lambat.
Jenis Anneling itu beraneka ragam, tergantung pada :
1. jenis atau kondisi benda kerja
2. temperature pemanasan
3. lamanya waktu penahanan
4. laju pendinginan (cooling rate)
5. dll.
Full annealing (annealing)
Proses perlakuan panas untuk menghasilkan perlite yang kasar
(coarse pearlite) tetapi lunak dengan pemanasan sampai
austenitisasi dan didinginkan dalam furnace
Tujuan untuk memperbaiki ukuran butir dan machinibility.
Pada proses full annealing ini biasanya dilakukan
1. memanaskan logam sampai keatas temperature kritis
 baja hypoeutectoid , 25 C - 50 C diatas garis A3
 baja hypereutectoid 25 C - 50 C diatas garis A1)
2. Dilanjutkan proses pendinginan yang cukup lambat (biasanya
dalam furnace atau dalam bahan yang mempunyai sifat penyekat
panas yang baik).
Baja yang mengalami pemanasan sampai temperatur terlalu tinggi
ataupun waktu tahan (holding time) terlalu lama biasanya butiran
kristal austenitenya akan kasar dan bila didinginkan dengan lambat
akan menghasilkan ferrit atau pearlite yang kasar sehingga sifat
mekaniknya juga kurang baik (akan lebih getas).
• Perlu diketahui bahwa selama pemanasan dibawah temperature kritis
garis A1 maka belum terjadi perubahan struktur mikro. Perubahan baru
mulai terjadi bila temperature pemanasan mencapai garis atau
temperature A1 (butir-butir Kristal pearlite bertransformasi menjadi
austenite yang halus).
• Pada baja hypoeutectoid bila pemanasan dilanjutkan ke temperature
yang lebih tinggi maka butir kristalnya mulai bertransformasi menjadi
sejumlah Kristal austenite yang halus, sedang butir Kristal austenite
yang sudah ada (yang berasal dari pearlite) hampir tidak tumbuh.
Perubahan ini selesai setelah menyentuh garis A3 (temperature kritis
A3). Pada temperature ini butir kristal austenite masih halus sekali dan
tidak homogen.
• Dengan menaikan temperature sedikit diatas temperature kritis A3
(garis A3) dan memberI waktu penahanan (holding time) seperlunya
maka akan diperoleh austenite yang lebih homogen dengan butiran
kristal yang juga masih halus sehingga bila nantinya didinginkan dengan
lambat akan menghasilkan butir-butir Kristal ferrite dan pearlite yang
halus.
• Untuk baja hypereutectoid, annealing merupakan persiapan untuk
proses selanjutnya dan tidak merupakan proses akhir.
Normalizing
• Merupakan proses perlakuan panas yang menghasilkan
perlite halus
• Sifat lebih keras dan kuat dari hasil anneal.
• pendinginannya dengan menggunakan media udara
• Secara teknis prosesnya hampir sama dengan annealing
1. memanaskan logam sampai keatas temperature kritis
(untuk baja hypoeutectoid , 50 C diatas garis A3
sedang untuk baja hypereutectoid 50 Cdiatas garis
Acm).
2. dilanjutkan dengan pendinginan pada udara.
Pendinginan ini lebih cepat daripada pendinginan
pada annealing.
Spheroidizing
• process perlakuan panas untuk menghasilkan struktur carbida berbentuk
bulat (spheroid) pada matriks ferrite.
• Tujuan  memperbaiki machinibility baja paduan Carbon tinggi.
• Secara sederhana dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. baja hypereutectoid yang dianneal mempunyai struktur yang terdiri
dari pearlite yang “terbungkus” oleh jaringan cemented. Jaringan
cemented (cemented network) ini meyebabkan baja (hypereutectoid)
mempunyai machinibility rendah. Untuk memperbaikinya maka
cemented network tersebut harus dihancurkan dengan proses
spheroidizing
2. Spheroidizing ini dilaksanakan dengan melakukan pemanasan sampai
disekitar temperatur A1 bawah atau sedikit dibawahnya dan ditahan
dalam waktu yang lama (sekitar 24 jam) baru kemudian didinginkan.
3. Karena berada pada temperature yang tinggi dalam waktu yang lama
maka cemented yang tadinya berbentuk plat atau lempengan itu
akan hancur menjadi bola-bola kecil (sphere) yang disebut dengan
spheroidite yang tersebar dalam matriks ferrite.
Stress relief Annealing
 Process perlakuan panas untuk menghilangkan
tegangan sisa akibat proses sebelumnya.
 Perlu diingat bahwa baja dengan kandungan karbon
dibawah 0,3% C itu tidak bisa dikeraskan dengan
membuat struktur mikronya berupa martensite.
 agar kekerasannya meningkat tetapi struktur mikronya
tidak martensite, dapat dilakukan dengan pengerjaan
dingin (cold working) tetapi perlu diingat bahwa efek
dari cold working ini akan timbul yang namanya
tegangan dalam atau tegangan sisa
 untuk menghilangkan tegangan sisa ini perlu dilakukan
proses Stress relief Annealing.
DIAGRAMTTT
• Kurva pendinginan 1 menggambarkan pendinginan yang sangat
lambat (seperti pada annealing konvensional), baja akan memulai
bertransformasi pada titik A1 dan selesai pada A1’, dan akan
menghasilkan perlit kasar. Ini terjadi karena transformasi
berlangsung pada temperatur yang sangat tinggi. Kekerasannya
sekitar Rc 15.
• Kurva pendinginan 2 menggambarkan pendinginan seperti pada
proses “isothermal annealing”, proses dilakukan dengan
mendinginkan cepat sampai ke temperatur di bawah temperatur
kritis (diatas daerah nose diagram). Pada kurva 2 transformasi
berlangsung pada temperatur yang lebih rendah, akan dihasilkan
perlit yang lebih halus, kekerasan sekitar Rc 30.
• Kurva pendinginan 3 menggambarkan pendinginan yang agak cepat,
seperti pada normalizing. Disini tampak bahwa transformasi dimulai
dan selesai pada temperatur yang berbeda, sehingga akan diperoleh
perlit dengan ukuran butir yang bervariasi. Yang terjadi pada
temperatur lebih tinggi akan lebih kasar dan yang terjadi pada
temperatur lebih rendah akan lebih halus, sehingga ada sebagian
perlit kasar dan sisanya perlit medium.
• Perlit yang lebih halus akan dihasilkan dengan kurva pendinginan 4 yang
lebih cepat lagi, seperti pada quench.
• Kurva pendinginan 5, pendinginan yang cukup cepat, transformasi menjadi
perlit mulai lebih awal, tetapi akan berhenti ketika kurva pendinginan
menyinggung kurva transformasi 25% (transformasi baru berlangsung
25%). Transformasi akan mulai lagi ketika mencapai temperatur Ms,
austenit akan menjadi martensit. Sehingga setelah akhir transformasi akan
diperoleh 25% perlit dan 75% martensit.
• Kurva pendinginan 6 menggambarkan pendinginan yang sangat cepat,
seperti pada water quench. Tidak terjadi transformasi sebelum mencapai
temperatur Ms, transformasi selesai pada temperatur Mf, struktur
seluruhnya martensit. Struktur yang seluruhnya martensit juga masih
dapat dicapai dengan laju pendinginan yang sedikit lebih lambat, tetapi
paling tidak laju pendinginannya harus seperti kurva pendinginan 7, bila
lebih lambat akan ada sebagian austenit yang menjadi perlit. Karena itu
laju pendinginan yang tepat menghasilkan 100% martensit disebut laju
pendinginan kritis atau Critical Cooling Rate (CCR).
• Pada baja karbon bainit baru dapat diperoleh bila dilakukan pendinginan
secara isothermal, seperti pada kurva pendinginan 8. cara seperti ini
dilakukan pada proses austempering.
DIAGRAM CCT
• diagram CCT baja karbon
eutectoid diturunkan dari
diagram IT.
• Pada proses laku panas
biasanya pendinginan
dilakukan dengan
pendinginan kontinyu,
sehingga biasanya diagram
CCT lebih banyak
digunakan. Sedangkan
diagram IT digunakan
untuk proses laku panas
tertentu yang dilakukan
dengan pendinginan
isothermal.

More Related Content

What's hot

TTT diagram and Heat treatment processes
TTT diagram and Heat treatment processesTTT diagram and Heat treatment processes
TTT diagram and Heat treatment processesSaumy Agarwal
 
Jenis besi cor dan kandungan nya
Jenis besi cor dan kandungan nyaJenis besi cor dan kandungan nya
Jenis besi cor dan kandungan nyaMuhamad Awal
 
Cold and hot working
Cold and hot workingCold and hot working
Cold and hot workingFeliks Sitopu
 
Diagram fasa fe fe3 c
Diagram fasa fe fe3 cDiagram fasa fe fe3 c
Diagram fasa fe fe3 cBayu Fajri
 
Perawatan Mesin Frais (Maintenance of milling Machine)
Perawatan Mesin Frais (Maintenance of milling Machine)Perawatan Mesin Frais (Maintenance of milling Machine)
Perawatan Mesin Frais (Maintenance of milling Machine)Hamid Abdillah
 
Pengetahuan Bahan Teknik Cast Iron (Besi Tuang)
Pengetahuan Bahan Teknik Cast Iron (Besi Tuang)Pengetahuan Bahan Teknik Cast Iron (Besi Tuang)
Pengetahuan Bahan Teknik Cast Iron (Besi Tuang)Dewi Izza
 
Capitulo 2. tratamientos tèrmicos
Capitulo 2. tratamientos tèrmicosCapitulo 2. tratamientos tèrmicos
Capitulo 2. tratamientos tèrmicosraul cabrera f
 
Klasifikasi dan-karakteristik-material-keramik
Klasifikasi dan-karakteristik-material-keramikKlasifikasi dan-karakteristik-material-keramik
Klasifikasi dan-karakteristik-material-keramikPutra Perdana
 
Proses Pembentukan Logam
Proses Pembentukan LogamProses Pembentukan Logam
Proses Pembentukan LogamAhmad Faozi
 
Vertical mill
Vertical millVertical mill
Vertical millilham008
 
Ttt diagram for eutectoid steel(bainite, spherodite, martensite)
Ttt diagram for eutectoid steel(bainite, spherodite, martensite)Ttt diagram for eutectoid steel(bainite, spherodite, martensite)
Ttt diagram for eutectoid steel(bainite, spherodite, martensite)darshit1671998
 
Makalah Tentang Mekanisme Penguatan Material Teknik
Makalah Tentang Mekanisme Penguatan Material TeknikMakalah Tentang Mekanisme Penguatan Material Teknik
Makalah Tentang Mekanisme Penguatan Material TeknikHera Rosdiana
 
proses pengecoran logam
proses pengecoran logamproses pengecoran logam
proses pengecoran logamYudi Hartono
 

What's hot (20)

TTT diagram and Heat treatment processes
TTT diagram and Heat treatment processesTTT diagram and Heat treatment processes
TTT diagram and Heat treatment processes
 
Jenis besi cor dan kandungan nya
Jenis besi cor dan kandungan nyaJenis besi cor dan kandungan nya
Jenis besi cor dan kandungan nya
 
Besi tuang
Besi tuangBesi tuang
Besi tuang
 
Diagram ttt
Diagram tttDiagram ttt
Diagram ttt
 
Makalah perlakuan panas
Makalah perlakuan panas Makalah perlakuan panas
Makalah perlakuan panas
 
Cold and hot working
Cold and hot workingCold and hot working
Cold and hot working
 
Perlakuan panas
Perlakuan panasPerlakuan panas
Perlakuan panas
 
Diagram fasa fe fe3 c
Diagram fasa fe fe3 cDiagram fasa fe fe3 c
Diagram fasa fe fe3 c
 
Perawatan Mesin Frais (Maintenance of milling Machine)
Perawatan Mesin Frais (Maintenance of milling Machine)Perawatan Mesin Frais (Maintenance of milling Machine)
Perawatan Mesin Frais (Maintenance of milling Machine)
 
Pengetahuan Bahan Teknik Cast Iron (Besi Tuang)
Pengetahuan Bahan Teknik Cast Iron (Besi Tuang)Pengetahuan Bahan Teknik Cast Iron (Besi Tuang)
Pengetahuan Bahan Teknik Cast Iron (Besi Tuang)
 
Capitulo 2. tratamientos tèrmicos
Capitulo 2. tratamientos tèrmicosCapitulo 2. tratamientos tèrmicos
Capitulo 2. tratamientos tèrmicos
 
Heat Treatment
Heat TreatmentHeat Treatment
Heat Treatment
 
Klasifikasi dan-karakteristik-material-keramik
Klasifikasi dan-karakteristik-material-keramikKlasifikasi dan-karakteristik-material-keramik
Klasifikasi dan-karakteristik-material-keramik
 
Proses Pembentukan Logam
Proses Pembentukan LogamProses Pembentukan Logam
Proses Pembentukan Logam
 
Diagram fasa
Diagram fasaDiagram fasa
Diagram fasa
 
Vertical mill
Vertical millVertical mill
Vertical mill
 
Fe-C diagram
Fe-C diagramFe-C diagram
Fe-C diagram
 
Ttt diagram for eutectoid steel(bainite, spherodite, martensite)
Ttt diagram for eutectoid steel(bainite, spherodite, martensite)Ttt diagram for eutectoid steel(bainite, spherodite, martensite)
Ttt diagram for eutectoid steel(bainite, spherodite, martensite)
 
Makalah Tentang Mekanisme Penguatan Material Teknik
Makalah Tentang Mekanisme Penguatan Material TeknikMakalah Tentang Mekanisme Penguatan Material Teknik
Makalah Tentang Mekanisme Penguatan Material Teknik
 
proses pengecoran logam
proses pengecoran logamproses pengecoran logam
proses pengecoran logam
 

Similar to HEAT TREATMENT

Transformasi fasa
Transformasi fasaTransformasi fasa
Transformasi fasarombang
 
MATERIAL TECHNOLOGY - CHAPTER 8
MATERIAL TECHNOLOGY - CHAPTER 8MATERIAL TECHNOLOGY - CHAPTER 8
MATERIAL TECHNOLOGY - CHAPTER 8Asraf Malik
 
Makalah proses pembentukan
Makalah proses pembentukanMakalah proses pembentukan
Makalah proses pembentukan12luthfi
 
83357228 tegangan-sisa-perlakuan-permukaan-dalam-mengatasinya
83357228 tegangan-sisa-perlakuan-permukaan-dalam-mengatasinya83357228 tegangan-sisa-perlakuan-permukaan-dalam-mengatasinya
83357228 tegangan-sisa-perlakuan-permukaan-dalam-mengatasinyaM Arif
 
Korosi pada temperatur tinggi
Korosi pada temperatur tinggiKorosi pada temperatur tinggi
Korosi pada temperatur tinggidaswan wawan
 
File4433938146f4f
File4433938146f4fFile4433938146f4f
File4433938146f4fHandry J
 
This is My Material
This is My MaterialThis is My Material
This is My Materiallathifnurul
 
Laporan praktikum Fislab heat treatment
Laporan praktikum Fislab heat treatmentLaporan praktikum Fislab heat treatment
Laporan praktikum Fislab heat treatmentBogiva Mirdyanto
 
Aging hardening sipppp oke
Aging hardening sipppp okeAging hardening sipppp oke
Aging hardening sipppp okeviolabonver
 
97884 id-perancangan-dan-pembuatan-tungku-heat-tr
97884 id-perancangan-dan-pembuatan-tungku-heat-tr97884 id-perancangan-dan-pembuatan-tungku-heat-tr
97884 id-perancangan-dan-pembuatan-tungku-heat-trSerdadu Syahrul
 
pengaruh preheat
pengaruh preheatpengaruh preheat
pengaruh preheatSubi Yanto
 
this is material
this is materialthis is material
this is materiallathifnurul
 
Surface hardening
Surface hardeningSurface hardening
Surface hardeningMn Hidayat
 

Similar to HEAT TREATMENT (20)

Transformasi fasa
Transformasi fasaTransformasi fasa
Transformasi fasa
 
MATERIAL TECHNOLOGY - CHAPTER 8
MATERIAL TECHNOLOGY - CHAPTER 8MATERIAL TECHNOLOGY - CHAPTER 8
MATERIAL TECHNOLOGY - CHAPTER 8
 
Proses perlakuanpanas
Proses perlakuanpanasProses perlakuanpanas
Proses perlakuanpanas
 
ppt KLPOK 8.pptx
ppt KLPOK 8.pptxppt KLPOK 8.pptx
ppt KLPOK 8.pptx
 
Per
PerPer
Per
 
Makalah proses pembentukan
Makalah proses pembentukanMakalah proses pembentukan
Makalah proses pembentukan
 
83357228 tegangan-sisa-perlakuan-permukaan-dalam-mengatasinya
83357228 tegangan-sisa-perlakuan-permukaan-dalam-mengatasinya83357228 tegangan-sisa-perlakuan-permukaan-dalam-mengatasinya
83357228 tegangan-sisa-perlakuan-permukaan-dalam-mengatasinya
 
T t t diagram
T t t diagramT t t diagram
T t t diagram
 
Korosi pada temperatur tinggi
Korosi pada temperatur tinggiKorosi pada temperatur tinggi
Korosi pada temperatur tinggi
 
File4433938146f4f
File4433938146f4fFile4433938146f4f
File4433938146f4f
 
This is My Material
This is My MaterialThis is My Material
This is My Material
 
Laporan praktikum Fislab heat treatment
Laporan praktikum Fislab heat treatmentLaporan praktikum Fislab heat treatment
Laporan praktikum Fislab heat treatment
 
Aging hardening sipppp oke
Aging hardening sipppp okeAging hardening sipppp oke
Aging hardening sipppp oke
 
97884 id-perancangan-dan-pembuatan-tungku-heat-tr
97884 id-perancangan-dan-pembuatan-tungku-heat-tr97884 id-perancangan-dan-pembuatan-tungku-heat-tr
97884 id-perancangan-dan-pembuatan-tungku-heat-tr
 
Material teknik
Material teknikMaterial teknik
Material teknik
 
pengaruh preheat
pengaruh preheatpengaruh preheat
pengaruh preheat
 
this is material
this is materialthis is material
this is material
 
Heat treatment
Heat treatmentHeat treatment
Heat treatment
 
Surface hardening
Surface hardeningSurface hardening
Surface hardening
 
Pak nandi
Pak nandiPak nandi
Pak nandi
 

More from Niko Sh

6. mesin perkakas
6. mesin perkakas6. mesin perkakas
6. mesin perkakasNiko Sh
 
5. welding
5. welding5. welding
5. weldingNiko Sh
 
4. proses manufacturing
4. proses manufacturing4. proses manufacturing
4. proses manufacturingNiko Sh
 
2. teori kekuatan_material
2. teori kekuatan_material2. teori kekuatan_material
2. teori kekuatan_materialNiko Sh
 
1. pengantar ilmu_material
1. pengantar ilmu_material1. pengantar ilmu_material
1. pengantar ilmu_materialNiko Sh
 
0 kekuatan kapal (2014)
0 kekuatan kapal (2014)0 kekuatan kapal (2014)
0 kekuatan kapal (2014)Niko Sh
 
Lembaga sekolah yang menerapkan pembelajaran aktif
Lembaga sekolah yang menerapkan pembelajaran aktifLembaga sekolah yang menerapkan pembelajaran aktif
Lembaga sekolah yang menerapkan pembelajaran aktifNiko Sh
 
Bambang method dalam tugas rencana garis
Bambang method dalam tugas rencana garisBambang method dalam tugas rencana garis
Bambang method dalam tugas rencana garisNiko Sh
 
Materi kuliah s1 jtp ftk rencana garis 220313
Materi kuliah s1 jtp ftk rencana garis 220313Materi kuliah s1 jtp ftk rencana garis 220313
Materi kuliah s1 jtp ftk rencana garis 220313Niko Sh
 

More from Niko Sh (10)

6. mesin perkakas
6. mesin perkakas6. mesin perkakas
6. mesin perkakas
 
5. welding
5. welding5. welding
5. welding
 
4. proses manufacturing
4. proses manufacturing4. proses manufacturing
4. proses manufacturing
 
2. teori kekuatan_material
2. teori kekuatan_material2. teori kekuatan_material
2. teori kekuatan_material
 
1. pengantar ilmu_material
1. pengantar ilmu_material1. pengantar ilmu_material
1. pengantar ilmu_material
 
0 kekuatan kapal (2014)
0 kekuatan kapal (2014)0 kekuatan kapal (2014)
0 kekuatan kapal (2014)
 
Lembaga sekolah yang menerapkan pembelajaran aktif
Lembaga sekolah yang menerapkan pembelajaran aktifLembaga sekolah yang menerapkan pembelajaran aktif
Lembaga sekolah yang menerapkan pembelajaran aktif
 
Marpol
MarpolMarpol
Marpol
 
Bambang method dalam tugas rencana garis
Bambang method dalam tugas rencana garisBambang method dalam tugas rencana garis
Bambang method dalam tugas rencana garis
 
Materi kuliah s1 jtp ftk rencana garis 220313
Materi kuliah s1 jtp ftk rencana garis 220313Materi kuliah s1 jtp ftk rencana garis 220313
Materi kuliah s1 jtp ftk rencana garis 220313
 

Recently uploaded

Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023DodiSetiawan46
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 

Recently uploaded (20)

Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 

HEAT TREATMENT

  • 2. PERLAKUAN PANAS (HEAT TREATMENT) Proses laku-panas atau Heat Treatment kombinasi dari operasi pemanasan dan pendinginan dengan kecepatan tertentu yang dilakukan terhadap logam atau paduan dalam keadaan padat, sebagai suatu upaya untuk memperoleh sifat-sifat tertentu. Proses heat treatment terdiri dari beberapa tahapan, 1. Pemanasan sampai ke temperatur tertentu 2. Penahanan selama beberapa saat 3. Pendinginan dengan kecepatan tertentu.
  • 3. HOT WORKING DAN COLD WORKING • pengerjaan panas, gaya deformasi yang diperlukan adalah lebih rendah dan perubahan sifat mekanik tidak seberapa. • pengerjaan dingin. diperlukan gaya yang lebih besar, akan tetapi kekuatan logam tersebut akan meningkat dengan cukup berarti . • Suhu rekristalisasi logam menentukan batas antara pengerjaan panas dan dingin (Tr = ½ Tm). • Pengerjaan panas logam dilakukan di atas suhu rekristalisasi atau di atas daerah pengerasan kerja. • Pengerjaan dingin dilakukan di bawah suhu rekristalisasi dan kadang-kadang berlangsung pada suhu ruang.
  • 4. Proses heat treatmen terdiri dari 2 pendekatan 1. Near Equilibrium (Mendekati Kesetimbangan) 2. Non Equilibrium (Tidak setimbang)
  • 5. Near Equilibrium (Mendekati Kesetimbangan) Tujuan dari perlakuan panas Near Equilibrium adalah : a. Melunakkan struktur kristal b. Menghaluskan butir c. Menghilangkan tegangan dalam d. Memperbaiki machineability. Jenis dari perlakukan panas Near Equibrium, misalnya :  Full Annealing (annealing)  Stress relief Annealing  Process annealing  Spheroidizing  Normalizing  Homogenizing.
  • 6. Non Equilirium (Tidak setimbang) Tujuan panas Non Equilibrium adalah untuk mendapatkan kekerasan dan kekuatan yang lebih tinggi. Jenis dari perlakukan panas Non Equibrium, misalnya :  Hardening  Martempering  Austempering  Surface Hardening (Carburizing, Nitriding, Cyaniding, Flame hardening, Induction hardening)
  • 7. Annealing Tahapan dari proses Anneling 1. dimulai dengan memanaskan logam (paduan) sampai temperature tertentu, 2. menahan pada temperature tertentu tadi selama beberapa waktu tertentu agar tercapai perubahan yang diinginkan 3. mendinginkan logam atau paduan tadi dengan laju pendinginan yang cukup lambat. Jenis Anneling itu beraneka ragam, tergantung pada : 1. jenis atau kondisi benda kerja 2. temperature pemanasan 3. lamanya waktu penahanan 4. laju pendinginan (cooling rate) 5. dll.
  • 8. Full annealing (annealing) Proses perlakuan panas untuk menghasilkan perlite yang kasar (coarse pearlite) tetapi lunak dengan pemanasan sampai austenitisasi dan didinginkan dalam furnace Tujuan untuk memperbaiki ukuran butir dan machinibility. Pada proses full annealing ini biasanya dilakukan 1. memanaskan logam sampai keatas temperature kritis  baja hypoeutectoid , 25 C - 50 C diatas garis A3  baja hypereutectoid 25 C - 50 C diatas garis A1) 2. Dilanjutkan proses pendinginan yang cukup lambat (biasanya dalam furnace atau dalam bahan yang mempunyai sifat penyekat panas yang baik). Baja yang mengalami pemanasan sampai temperatur terlalu tinggi ataupun waktu tahan (holding time) terlalu lama biasanya butiran kristal austenitenya akan kasar dan bila didinginkan dengan lambat akan menghasilkan ferrit atau pearlite yang kasar sehingga sifat mekaniknya juga kurang baik (akan lebih getas).
  • 9.
  • 10. • Perlu diketahui bahwa selama pemanasan dibawah temperature kritis garis A1 maka belum terjadi perubahan struktur mikro. Perubahan baru mulai terjadi bila temperature pemanasan mencapai garis atau temperature A1 (butir-butir Kristal pearlite bertransformasi menjadi austenite yang halus). • Pada baja hypoeutectoid bila pemanasan dilanjutkan ke temperature yang lebih tinggi maka butir kristalnya mulai bertransformasi menjadi sejumlah Kristal austenite yang halus, sedang butir Kristal austenite yang sudah ada (yang berasal dari pearlite) hampir tidak tumbuh. Perubahan ini selesai setelah menyentuh garis A3 (temperature kritis A3). Pada temperature ini butir kristal austenite masih halus sekali dan tidak homogen. • Dengan menaikan temperature sedikit diatas temperature kritis A3 (garis A3) dan memberI waktu penahanan (holding time) seperlunya maka akan diperoleh austenite yang lebih homogen dengan butiran kristal yang juga masih halus sehingga bila nantinya didinginkan dengan lambat akan menghasilkan butir-butir Kristal ferrite dan pearlite yang halus. • Untuk baja hypereutectoid, annealing merupakan persiapan untuk proses selanjutnya dan tidak merupakan proses akhir.
  • 11. Normalizing • Merupakan proses perlakuan panas yang menghasilkan perlite halus • Sifat lebih keras dan kuat dari hasil anneal. • pendinginannya dengan menggunakan media udara • Secara teknis prosesnya hampir sama dengan annealing 1. memanaskan logam sampai keatas temperature kritis (untuk baja hypoeutectoid , 50 C diatas garis A3 sedang untuk baja hypereutectoid 50 Cdiatas garis Acm). 2. dilanjutkan dengan pendinginan pada udara. Pendinginan ini lebih cepat daripada pendinginan pada annealing.
  • 12. Spheroidizing • process perlakuan panas untuk menghasilkan struktur carbida berbentuk bulat (spheroid) pada matriks ferrite. • Tujuan  memperbaiki machinibility baja paduan Carbon tinggi. • Secara sederhana dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. baja hypereutectoid yang dianneal mempunyai struktur yang terdiri dari pearlite yang “terbungkus” oleh jaringan cemented. Jaringan cemented (cemented network) ini meyebabkan baja (hypereutectoid) mempunyai machinibility rendah. Untuk memperbaikinya maka cemented network tersebut harus dihancurkan dengan proses spheroidizing 2. Spheroidizing ini dilaksanakan dengan melakukan pemanasan sampai disekitar temperatur A1 bawah atau sedikit dibawahnya dan ditahan dalam waktu yang lama (sekitar 24 jam) baru kemudian didinginkan. 3. Karena berada pada temperature yang tinggi dalam waktu yang lama maka cemented yang tadinya berbentuk plat atau lempengan itu akan hancur menjadi bola-bola kecil (sphere) yang disebut dengan spheroidite yang tersebar dalam matriks ferrite.
  • 13. Stress relief Annealing  Process perlakuan panas untuk menghilangkan tegangan sisa akibat proses sebelumnya.  Perlu diingat bahwa baja dengan kandungan karbon dibawah 0,3% C itu tidak bisa dikeraskan dengan membuat struktur mikronya berupa martensite.  agar kekerasannya meningkat tetapi struktur mikronya tidak martensite, dapat dilakukan dengan pengerjaan dingin (cold working) tetapi perlu diingat bahwa efek dari cold working ini akan timbul yang namanya tegangan dalam atau tegangan sisa  untuk menghilangkan tegangan sisa ini perlu dilakukan proses Stress relief Annealing.
  • 15.
  • 16. • Kurva pendinginan 1 menggambarkan pendinginan yang sangat lambat (seperti pada annealing konvensional), baja akan memulai bertransformasi pada titik A1 dan selesai pada A1’, dan akan menghasilkan perlit kasar. Ini terjadi karena transformasi berlangsung pada temperatur yang sangat tinggi. Kekerasannya sekitar Rc 15. • Kurva pendinginan 2 menggambarkan pendinginan seperti pada proses “isothermal annealing”, proses dilakukan dengan mendinginkan cepat sampai ke temperatur di bawah temperatur kritis (diatas daerah nose diagram). Pada kurva 2 transformasi berlangsung pada temperatur yang lebih rendah, akan dihasilkan perlit yang lebih halus, kekerasan sekitar Rc 30. • Kurva pendinginan 3 menggambarkan pendinginan yang agak cepat, seperti pada normalizing. Disini tampak bahwa transformasi dimulai dan selesai pada temperatur yang berbeda, sehingga akan diperoleh perlit dengan ukuran butir yang bervariasi. Yang terjadi pada temperatur lebih tinggi akan lebih kasar dan yang terjadi pada temperatur lebih rendah akan lebih halus, sehingga ada sebagian perlit kasar dan sisanya perlit medium.
  • 17. • Perlit yang lebih halus akan dihasilkan dengan kurva pendinginan 4 yang lebih cepat lagi, seperti pada quench. • Kurva pendinginan 5, pendinginan yang cukup cepat, transformasi menjadi perlit mulai lebih awal, tetapi akan berhenti ketika kurva pendinginan menyinggung kurva transformasi 25% (transformasi baru berlangsung 25%). Transformasi akan mulai lagi ketika mencapai temperatur Ms, austenit akan menjadi martensit. Sehingga setelah akhir transformasi akan diperoleh 25% perlit dan 75% martensit. • Kurva pendinginan 6 menggambarkan pendinginan yang sangat cepat, seperti pada water quench. Tidak terjadi transformasi sebelum mencapai temperatur Ms, transformasi selesai pada temperatur Mf, struktur seluruhnya martensit. Struktur yang seluruhnya martensit juga masih dapat dicapai dengan laju pendinginan yang sedikit lebih lambat, tetapi paling tidak laju pendinginannya harus seperti kurva pendinginan 7, bila lebih lambat akan ada sebagian austenit yang menjadi perlit. Karena itu laju pendinginan yang tepat menghasilkan 100% martensit disebut laju pendinginan kritis atau Critical Cooling Rate (CCR). • Pada baja karbon bainit baru dapat diperoleh bila dilakukan pendinginan secara isothermal, seperti pada kurva pendinginan 8. cara seperti ini dilakukan pada proses austempering.
  • 18. DIAGRAM CCT • diagram CCT baja karbon eutectoid diturunkan dari diagram IT. • Pada proses laku panas biasanya pendinginan dilakukan dengan pendinginan kontinyu, sehingga biasanya diagram CCT lebih banyak digunakan. Sedangkan diagram IT digunakan untuk proses laku panas tertentu yang dilakukan dengan pendinginan isothermal.