SlideShare a Scribd company logo
1 of 7
UNIVERSITAS TRISAKTI
AGING HARDENING
Disusun Oleh :
Nama : Haris Santoso
NIM : 061001700522
Dosen : Dr. Rianti Dewi S. A, ST, M.Eng, IPM
Bidang Studi : Teknik Mesin
PROGRAM STRATA SATU BIDANG ILMU TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
JAKARTA
2018
2
Aging Hardening
Haris Santoso
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Universitas Trisakti
Email : santosoharis7@gmail.com
Abstrak
Mesin merupakan alat yang sangat membantu kehidupan manusia. Mesin tersusun dari
berbagai macam komponen yang berasal dari material dengan sifat yang berbeda-beda.
Material yang banyak digunakan pada mesin adalah aluminium. Salah satu sifat yang
diperlukan untuk desain mesin adalah sifat keras. Salah satu proses pengerasan pada aluminium
adalah aging hardening. Pada karya ilmiah ini membahas tentang proses aging hardening pada
logam aluminium.
Kata kunci : aging, hardening, precipitation, aluminium
I. Pendahuluan
Pada era sekarang ini manusia banyak
tergantung pada mesin dalam kehidupan
sehari-hari. Mesin merupakan suatu
rangkaian komponen yang membentuk
mekanisme-mekanisme tertentu.
Komponen dibuat dari meterial yang
berbeda-beda. Sifat yang dibutuhkan dari
setiap komponen mesin juga berbeda-beda.
Aluminium merupakan material komponen
mesin yang banyak digunakan. Selain
digunakan sebagai komponen mesin,
aluminium juga banyak digunakan dalam
peralatan rumah tangga. Sifat alumunium
yang digunakan berbeda-beda tergantung
dari desain yang akan dibuat. Alumunium
juga merupakan material yang dapat diubah
sifatnya mengikuti kebutuhan desain. Salah
satu sifat yang dapat dirubah adalah
kekerasan. Kekerasan alumunium dapat
dinaikan dan dapat diturunkan. Salah satu
proses untuk menaikan tingkat kekerasan
aluminium adalah proses aging hardening.
II. Landasan Teori
II.1. Precipitation Hardening
(Pengerasan Presipitasi)
Penguatan dan pengerasan logam paduan
bisa ditingkatkan dengan pembentukan
penyebaran partikel-partikel dari fasa
kedua kedalam matrik fasa yang asli atau
pertama. Hal ini dilakukan dengan
perlakuan panas yang tepat. Prosesnya
disebut precipitation hardening karena
partikel-partikel kecil dari fasa yang baru
membentuk precipitasi atau endapan.
Terkadang disebut pula dengan sebutan age
hardening (pengerasan penuaan), karena
proses penguatan terjadi karena proses
waktu.
Contoh-contoh logam yang diperkeras
dengan pengerasan presipitasi adalah,
almunium-tembaga, tembaga-berylium,
tembaga-timah dan magnesium-
aluminium, dan lain sebagainya.
Precipitation hardening dan perlakuan baja
untuk membentuk martensit adalah
fenomena yang sama sekali berbeda
walaupun proses perlakuan panas hampir
sama.
3
Proses precipitation hardening terjadi atas
dua tahap yaitu:
II.1.1. Solution Heat Treating
Pada T0 struktur logam adalah α, dengan
komposisi C0. Kemudian dilakukan
pendinginan cepat hingga temperatur T1
yaitu temperatur ruang sehingga phase β
tidak bisa terbentuk. Karena itu kondisi
logam adalah tidak setimbang atau non
equilibrium dimana hanya ada phase α
jenuh dengan atom β didalamnya. Sifat
bahan adalah lunak dan lemah. Proses
solution heat treatment dapat dijelaskan
dalam gambar 4, pada temperatur T1
tersebut pemanasan ditahan beberapa saat
agar didapat larutan padat yang mendekati
homogen.
Gambar 1. Diagram fase pemanasan logam
paduan.
II.1.2. Precipitation Heat Treating
Setelah solution heat treatment dan
quenching tahap selanjutnya dalam proses
age hardening adalah aging atau penuaan.
Perubahan sifat-sifat dengan berjalanya
waktu pada umumnya dinamakan aging
atau penuaan. Aging atau penuaan pada
paduan aluminium dibedakan menjadi dua,
yaitu penuaan alami (natural aging ) dan
penuaan buatan (artificial aging ), adapun
penjelasan dari keduanya adalah sebagai
berikut ini.
II.1.2.1. Natural Aging
Penuaan alami (natural aging) adalah
penuaan untuk paduan aluminium yang di
age hardening dalam keadaan dingin.
Natural aging berlangsung pada temperatur
ruang antara 15oC - 25oC dan dengan
waktu penahanan 5 sampai 8 hari.
II.1.2.2. Artificial aging
Penuaan buatan (artifical aging) adalah
penuaan untuk paduan aluminium yang di
age hardening dalam keadaan panas.
Artifical aging berlangsung pada
temperatur antara 100℃-200℃ dan dengan
lamanya waktu penahanan antara 1 sampai
24 jam. Artificial aging dalam proses age
hardening dapat dilakukan beberapa variasi
perlakuan yang dapat mempengaruhi hasil
dari proses age hardening. Salah satu
variasi tersebut adalah variasi temperatur
artificial aging. Temperatur artificial
agiing dapat ditetapkan pada temperatur
saat pengkristalan paduan alumunium
(150℃), di bawah temperatur pengkristalan
atau di atas temperatur pengkristalan logam
paduan alumunium.
Pengambilan temperatur artificial aging
pada temperatur antara 100℃- 200℃ akan
berpengaruh pada tingkat kekerasan sebab
pada proses artificial aging akan terjadi
perubahan-perubahan fasa atau struktur.
Perubahan fasa tersebut akan memberikan
sumbangan terhadap pengerasan
Berikut adalah urutan perubahan fasa yang
terjadi pada proses artificial aging:
II.1.2.2.1. Larutan Padat Lewat Jenuh
(Super Saturated Solid
Solution α)
Setelah paduan alumunium melawati tahap
solution heat treatment dan quenching
maka akan didapatkan larutan padat lewat
jenuh pada temperatur kamar. Pada kondisi
ini secara simultan kekosongan atom dalam
keseimbangan termal pada temperatur
tinggi tetap pada tempatnya. Setelah
pendinginan atau quenching, maka logam
4
paduan alumunium menjadi lunak jika
dibandingkan dengan kondisi awalnya.
II.1.2.2.2. Zona [GP 1]
Zona [GP 1] adalah zona presipitasi yang
terbentuk oleh temperatur penuaan atau
aging yang rendah dan dibentuk oleh
segregasi atom Cu dalam larutan padat
lewat jenuh atau super saturated solid
solution α. 16 Zona [GP 1] akan muncul
pada tahap mula atau awal dari proses
artificial aging. Zona ini terbentuk ketika
temperatur artificial aging dibawah 100℃
atau mulai temperatur ruang hingga
temperatur 100℃ dan Zona [GP 1] tidak
akan terbentuk pada temperatur artificial
aging yang terlalu tinggi. Terbentuknya
Zona [GP 1] akan mulai dapat
meningkatkan kekerasan logam paduan
alumunium.
II.1.2.2.3. Zona [GP 2] atau Fasa θ”
Setelah temperatur artificial aging
melewati 100℃ ke atas, maka akan mulai
muncul fasa θ” atau zona [GP 2]. Pada
temperatur 1300C akan terbentuk zona
[GP2] dan apabila waktu penahanan
artificial agingnya terpenuhi maka akan
didapatkan tingkat kekerasan yang optimal.
Biasanya proses artificial aging berhenti
ketika sampai terbentuknya zona [GP 2]
dan terbentuknya fasa antara yang halus
(presipitasi θ”), karena setelah melewati
zona [GP 2] maka paduan akan kembali
menjadi lunak. Jika proses artificial aging
berlangsung sampai terbentuknya fasa θ”
atau zona [GP 2], maka disebut dengan
pengerasan tahap kedua.
II.1.2.2.4. Fasa θ’
Pada paduan alumunium dinaikan
temperatur aging atau waktu aging
diperpanjang tetapi temperaturnya tetap,
maka akan terbentuk presipitasi dengan
struktur kristal yang teratur yang berbeda
dengan fasa θ’. Fasa ini dinamakan fasa
antara atau fasa θ’. Terbentuknya fasa θ’ ini
masih dapat memberikan sumbangan
terhadap peningkatan kekerasan pada
paduan alumunium. Peningkatan kekerasan
yang terjadi pada fasa θ’ ini berjalan sangat
lambat.
II.1.2.2.5. Fasa θ
Apabila temperatur dinaikan atau waktu
penuaan diperpanjang, maka fasa θ’
berubah menjadi fasa θ. Jika fasa θ
terbentuk maka akan menyebabkan paduan
aluminium kembali menjadi lunak.
Sementara waktu penahanan dalam
artificial aging merupakan salah satu
komponen yang dapat mempengaruhi hasil
dari proses age hardening secara
keseluruhan. Seperti halnya temperatur,
waktu penahanan pada tahap artificial aging
akan mempengaruhi perubahan struktur
atau perubahan fasa paduan alumunium.
Sehingga pemilihan waktu penahan
artificial aging harus dilakukan dengan
hati-hati.
II.2. Uji Metalografi
Metalografi merupakan suatu disiplin ilu
yang mempelajari metode observasi atau
pemeriksaan atau pengamatan atau
pengujian dengan tujuan untuk menentukan
atau mempelajari hubungan antar struktur
dengan sifat atau karaktter yang pernah
dialami oleh logam atau paduan.
Kebanyakan sifat makroskopik dari
material berhubungan dengan mikrotruktur.
Sifat mekanik material seperti tensile
strengh ,elongasi, sifat terhadap panas dan
juga sifat keistrikan berhubungan langsung
dengan mikrostruktur. Pemahaman dari
hubungan antara mikrostruktur dan sifat
makroskopik yang mempunyai peran
penting dalam pengembangan material
merupakan tujuan utama dari metalografi.
Dengan menguji dan mengamati
mikrostruktur suatu material , maka
performa material tersebut dapat dilihat.
Karena itu metalografi digunakan di semua
tahap selama pembuatan material tersebut
dari mulai pengembangan, produksi,
manufaturing process control, dan bahkan
analisis kegagalan logam. Metalografi
5
biasanya dilakukan dengan alat mikroskop
optik. Untuk saat ini mikroskop yang
digunakan sudah dihubungkan dengan
komputer yang dilengkapi dengan sistem
analisis gambar yang akurat. Dari hasil
pengamatan mikroskop tersebut dapat
dihitung ukuran ,bentuk dan distribusi fasa
dan juga didapat matriks mikrostruktu.
Selain itu jika data mikrostruktur sudah
didapat, dengan data tesebut kita dapat
memprediksi sifat sifat mekanik seperti
deformasi plastis, elongasi, dan kekuatan
tarik.
Sebelum dilakukan pengamatan lebih
lanjut, preparasi spesimen yang harus
dilakukan meliputi pembingkaian
(mounting), pengamplasan, pemolesan
(polishing) dan pengetsaan (polishing).
Mounting dilakukan untuk melindungi tepi
material dan mempertahankan permukaan
material, mengisi kekosongan pada
material, memudahkan untuk memegang
material yang berbentuk iregular. Mounting
biasanya dilakukan dengan resin.
Selanjutnya pengamplasan dilakukan
dengan mengamplas bagian permukaan
yang akan diuji dengan amplas dengan
tingkat kekasaran yang menurun sampai
permukaan siap untuk dipoles. Selanjutnya
dipoles dengan menggunkan serbuk
alumina. Lalu dilakukan etching agar
mikrostruktur muncul dan dapat dilihat di
mikroskop. Dalam praktikum ini dijelaskan
analisis kuantitatif untuk menentukan
ukuran butiran rata rata berdasarkan ASTM
dengan metode point count, penentuan
fraksi volume butiran dengan
menggunakan metode Hillard Single-Circle
dan metode aspect ratio.
II.3. Uji kekerasan
Kekerasan suatu material dapat
didefinisikan sebagai ketahanan material
tersebut terhadap gaya penekanan dari
material lain yang lebih keras. Sedangkan
uji kekerasan adalah suatu proses untuk
mengetahui nilai kekerasan suatu material.
Penekanan tersebut dapat berupa
mekanisme penggoresan (stratching),
pantulan ataupun indentasi dari material
terhadap suatu permukaan benda uji.
Berdasarkan mekanisme penekanan
tersebut, dikenal 3 metode kekerasan:
III.3.1. Metode Gores
Metode ini dikenalkan oleh Fredrich Mohss
yang membagi kekerasan material di dunia
ini berdasarkan skala Mohs. Skala ini
bervariasi dari nilai 1 untuk kekerasan yang
paling rendah, sebagaimana dimiliki oleh
material talk, hingga skala 10 sebagai
kekerasan tertinggi, sebagaimana dimiliki
oleh intan.
III.3.2. Metode pantul (rebound)
Kekerasan suatu material ditentukan oleh
alat Scleroscope yang mengukur tinggi
pantulan suatu pemukul (hammer) dengan
berat tertentu yang dijatuhkan dari suatu
ketinggian terhadap benda uji. Tinggi
pantulan (rebound) yang dihasilkan
mewakili kekerasan benda uji. Semakin
tinggi pantulan tersebut, yang ditunjukkan
oleh dial pada alat pengukur, maka
kekerasan benda uji dinilai semakin tinggi.
III.3.3. Metode Identasi
Tipe pengetasan kekerasan material/logam
ini adalah dengan mengukur tahanan plastis
dari permukaan suatu material konstruksi
mesin dengan specimen standar terhadap
penetrator.
III. Pembahasan
Sebelum dilakukan pengerasan pada
aluminium, harus dilakukan uji metalografi
untuk mengetahui struktur mikro
aluminium. Setelah itu, dilakukan uji keras
pada aluminium untuk mengetahui nilai
kekerasan aluminium. Nilai kekerasan
tersebut akan dinaikan dengan proses aging
hardening. Proses awal aging hardening
adalah dengan memanaskan aluminium
didalam tungku pemanasan.
Mekanisme pengerasan presipitasi
umumnya dilakukan pada paduan
6
aluminium. Perlakuan panas pada
aluminium paduan dilakukan dengan
memanaskan sampai terjadi fase tunggal
kemudian ditahan beberapa saat dan
diteruskan dengan pendinginan cepat
hingga tidak sempat berubah ke fase lain.
Berikut ini merupakan grafik proses
pemanasan terhadap waktu bisa dilihat pada
gambar 2, dilengkapi dengan gambar
struktur mikro yang terbetuk pada setiap
perlakuan yang telah dilakukan.
Gambar 2. Diagram Pemanasan Aging
Hardening
Dalam kurva penuaan dibawah ini, pada
awal-awal tahap artificial aging struktur
atau fasanya masih berupa larutan padat
lewat jenuh (Super Saturated Solid
Solution).
Gambar 3. Kurva Hubungan Waktu Aging
dengan Kekerasan
Seiring dengan penambahan waktu
penuaan atau ketika penuaan sampai di
daerah under aged, maka mulai terbentuk
zona presipitat zona [GP 1] dan paduan
aluminium menjadi agak kuat dan keras.
Ketika waktu aging ditambah lagi maka
akan masuk dalam daerah peak aged. Pada
daerah peak aged presipitat mengumpul
atau mulai terbentuk zona [GP 2] dan fasa
antara yang halus (fasa θ’). Jika fasa-fasa
tersebut mulai terbentuk maka akan
didapatkan tingkat kekerasan dan kekuatan
logam 18 paduan alumunium yang optimal.
Apabila setelah mencapai peak aged
(puncak penuaan) waktu artificial aging
masih ditambah lagi maka akan masuk
dalam daerah over aged. Pada daerah over
aged ini akan didapatkan fasa θ, jika fasa θ
ini terbentuk maka akan menyebabkan
paduan alumunium menjadi lunak kembali
dan berkurang kekerasannya.
IV. Kesimpulan
Aging hardening merupakan proses
perlakuan panas yang dapat dilakukan
untuk menaikan nilai kekerasan paduan
aliminium. Proses yang dilakukan adalah
dengan memanaskan aluminium sampai
suhu tertentu dan ditahan beberapa saat
sebelum dilakukan pendinginan dengan
cepat. Setelah itu aluminium dipanaskan
dengan suhu dibawah suhu pemanasan
awal selama waktu tertentu. Proses
pengerasan terjadi saat zona [GP 1]. Zona
tersebut adalah zona presipitasi yang
terbentuk oleh temperatur penuaan atau
aging yang rendah dan dibentuk oleh
segregasi atom Cu dalam larutan padat
lewat jenuh atau super saturated solid
solution α. Terbentuknya Zona [GP 1]
akan mulai dapat meningkatkan kekerasan
logam paduan alumunium.
V. Daftar Pustaka
[1]. Subagyo, N. Imam. Analisis Pengaruh
Artificial Aging Terhadap Sifat
Mekanis Pada Aluminium Seri 6061.
Skripsi, Universitas Lampung, Bandar
Lampung, 2017.
7
[2]. Fadhilah, Irfan. Analisis Struktur
Mikro (Metalografi). Institut
Teknologi Bandung, Bandung.
[3]. Wahyuni, Ika. Uji Kekerasan Material
dengan Metode Rockwell. Universitas
Airlangga, Surabaya.

More Related Content

What's hot (9)

825 1501-1-pb (1)
825 1501-1-pb (1)825 1501-1-pb (1)
825 1501-1-pb (1)
 
Makalah perlakuan panas
Makalah perlakuan panas Makalah perlakuan panas
Makalah perlakuan panas
 
Prosiding noviardi [fix1]
Prosiding noviardi [fix1]Prosiding noviardi [fix1]
Prosiding noviardi [fix1]
 
Material teknik (2)
Material teknik (2)Material teknik (2)
Material teknik (2)
 
heat treatment
heat treatmentheat treatment
heat treatment
 
1. pengecoran logam
1. pengecoran logam1. pengecoran logam
1. pengecoran logam
 
SIFAT BAHAN TEKNIK
SIFAT BAHAN TEKNIKSIFAT BAHAN TEKNIK
SIFAT BAHAN TEKNIK
 
Pp 3 seleksi bahan mesin dan bangunan
Pp 3 seleksi bahan mesin dan bangunanPp 3 seleksi bahan mesin dan bangunan
Pp 3 seleksi bahan mesin dan bangunan
 
2712100102-Paper
2712100102-Paper2712100102-Paper
2712100102-Paper
 

Similar to Aging hardening sipppp oke

Makalah proses pembentukan
Makalah proses pembentukanMakalah proses pembentukan
Makalah proses pembentukan12luthfi
 
File4433938146f4f
File4433938146f4fFile4433938146f4f
File4433938146f4fHandry J
 
Mekanisme penguatan bahan
Mekanisme penguatan bahanMekanisme penguatan bahan
Mekanisme penguatan bahanichsan_madya
 
Transformasi fasa
Transformasi fasaTransformasi fasa
Transformasi fasarombang
 
Its undergraduate-8731-4104100034-chapter1
Its undergraduate-8731-4104100034-chapter1Its undergraduate-8731-4104100034-chapter1
Its undergraduate-8731-4104100034-chapter1Alen Pepa
 
Dokumen.tips makalah uji-tarik-al-2024-t3
Dokumen.tips makalah uji-tarik-al-2024-t3Dokumen.tips makalah uji-tarik-al-2024-t3
Dokumen.tips makalah uji-tarik-al-2024-t3Septiana Nugraha
 
Teknologi Fabrikasi-2.pptx
Teknologi Fabrikasi-2.pptxTeknologi Fabrikasi-2.pptx
Teknologi Fabrikasi-2.pptxDhikaPurnomo
 
13.naskah jurnal upn sumiyanto & abdunnaser
13.naskah jurnal upn sumiyanto & abdunnaser13.naskah jurnal upn sumiyanto & abdunnaser
13.naskah jurnal upn sumiyanto & abdunnaserOsamaOsama30
 
Proses Pembentukan Logam
Proses Pembentukan LogamProses Pembentukan Logam
Proses Pembentukan LogamAhmad Faozi
 
97884 id-perancangan-dan-pembuatan-tungku-heat-tr
97884 id-perancangan-dan-pembuatan-tungku-heat-tr97884 id-perancangan-dan-pembuatan-tungku-heat-tr
97884 id-perancangan-dan-pembuatan-tungku-heat-trSerdadu Syahrul
 
pdfslide.net_komposit-material.ppt
pdfslide.net_komposit-material.pptpdfslide.net_komposit-material.ppt
pdfslide.net_komposit-material.pptMuhammadFadli772622
 
this is material
this is materialthis is material
this is materiallathifnurul
 

Similar to Aging hardening sipppp oke (20)

Makalah proses pembentukan
Makalah proses pembentukanMakalah proses pembentukan
Makalah proses pembentukan
 
File4433938146f4f
File4433938146f4fFile4433938146f4f
File4433938146f4f
 
Mekanisme penguatan bahan
Mekanisme penguatan bahanMekanisme penguatan bahan
Mekanisme penguatan bahan
 
Proses perlakuanpanas
Proses perlakuanpanasProses perlakuanpanas
Proses perlakuanpanas
 
Transformasi fasa
Transformasi fasaTransformasi fasa
Transformasi fasa
 
39113
3911339113
39113
 
02. apa itu annealing
02. apa itu annealing02. apa itu annealing
02. apa itu annealing
 
Its undergraduate-8731-4104100034-chapter1
Its undergraduate-8731-4104100034-chapter1Its undergraduate-8731-4104100034-chapter1
Its undergraduate-8731-4104100034-chapter1
 
Dokumen.tips makalah uji-tarik-al-2024-t3
Dokumen.tips makalah uji-tarik-al-2024-t3Dokumen.tips makalah uji-tarik-al-2024-t3
Dokumen.tips makalah uji-tarik-al-2024-t3
 
Teknologi Fabrikasi-2.pptx
Teknologi Fabrikasi-2.pptxTeknologi Fabrikasi-2.pptx
Teknologi Fabrikasi-2.pptx
 
Perlakuan panas
Perlakuan panasPerlakuan panas
Perlakuan panas
 
13.naskah jurnal upn sumiyanto & abdunnaser
13.naskah jurnal upn sumiyanto & abdunnaser13.naskah jurnal upn sumiyanto & abdunnaser
13.naskah jurnal upn sumiyanto & abdunnaser
 
Proses Pembentukan Logam
Proses Pembentukan LogamProses Pembentukan Logam
Proses Pembentukan Logam
 
Pembentukan 1 2
Pembentukan 1 2Pembentukan 1 2
Pembentukan 1 2
 
Per
PerPer
Per
 
Presentasi keramik
Presentasi keramikPresentasi keramik
Presentasi keramik
 
ppt KLPOK 8.pptx
ppt KLPOK 8.pptxppt KLPOK 8.pptx
ppt KLPOK 8.pptx
 
97884 id-perancangan-dan-pembuatan-tungku-heat-tr
97884 id-perancangan-dan-pembuatan-tungku-heat-tr97884 id-perancangan-dan-pembuatan-tungku-heat-tr
97884 id-perancangan-dan-pembuatan-tungku-heat-tr
 
pdfslide.net_komposit-material.ppt
pdfslide.net_komposit-material.pptpdfslide.net_komposit-material.ppt
pdfslide.net_komposit-material.ppt
 
this is material
this is materialthis is material
this is material
 

Recently uploaded

Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docxLaporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docxJajang Sulaeman
 
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan BerkelanjutanTopik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan BerkelanjutanAyuApriliyanti6
 
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.pptPenyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.pptpalagoro17
 
MODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdfWebinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdfTeukuEriSyahputra
 
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdfSurat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdfEirinELS
 
Materi Modul 1.4_Fitriani Program guru penggerak
Materi Modul 1.4_Fitriani Program guru penggerakMateri Modul 1.4_Fitriani Program guru penggerak
Materi Modul 1.4_Fitriani Program guru penggerakAjiFauzi8
 
SISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOM
SISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOMSISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOM
SISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOMhanyakaryawan1
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docxcontoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docxdedyfirgiawan
 
sistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
sistem digesti dan ekskresi pada unggas pptsistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
sistem digesti dan ekskresi pada unggas ppthidayatn24
 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024ssuser0bf64e
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAppgauliananda03
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docxKisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docxFitriaSarmida1
 
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru PenggerakSkenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerakputus34
 
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusiaKonseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusiaharnosuharno5
 
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".Kanaidi ken
 
Detik-Detik Proklamasi Indonesia pada Tahun 1945
Detik-Detik Proklamasi Indonesia pada Tahun 1945Detik-Detik Proklamasi Indonesia pada Tahun 1945
Detik-Detik Proklamasi Indonesia pada Tahun 1945nrein671
 

Recently uploaded (20)

Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docxLaporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
 
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan BerkelanjutanTopik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
 
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.pptPenyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
 
MODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdfWebinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
 
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdfSurat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
 
Materi Modul 1.4_Fitriani Program guru penggerak
Materi Modul 1.4_Fitriani Program guru penggerakMateri Modul 1.4_Fitriani Program guru penggerak
Materi Modul 1.4_Fitriani Program guru penggerak
 
SISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOM
SISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOMSISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOM
SISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOM
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docxcontoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
 
sistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
sistem digesti dan ekskresi pada unggas pptsistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
sistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docxKisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
 
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru PenggerakSkenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
 
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusiaKonseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
 
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
 
Detik-Detik Proklamasi Indonesia pada Tahun 1945
Detik-Detik Proklamasi Indonesia pada Tahun 1945Detik-Detik Proklamasi Indonesia pada Tahun 1945
Detik-Detik Proklamasi Indonesia pada Tahun 1945
 

Aging hardening sipppp oke

  • 1. UNIVERSITAS TRISAKTI AGING HARDENING Disusun Oleh : Nama : Haris Santoso NIM : 061001700522 Dosen : Dr. Rianti Dewi S. A, ST, M.Eng, IPM Bidang Studi : Teknik Mesin PROGRAM STRATA SATU BIDANG ILMU TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI JAKARTA 2018
  • 2. 2 Aging Hardening Haris Santoso Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Universitas Trisakti Email : santosoharis7@gmail.com Abstrak Mesin merupakan alat yang sangat membantu kehidupan manusia. Mesin tersusun dari berbagai macam komponen yang berasal dari material dengan sifat yang berbeda-beda. Material yang banyak digunakan pada mesin adalah aluminium. Salah satu sifat yang diperlukan untuk desain mesin adalah sifat keras. Salah satu proses pengerasan pada aluminium adalah aging hardening. Pada karya ilmiah ini membahas tentang proses aging hardening pada logam aluminium. Kata kunci : aging, hardening, precipitation, aluminium I. Pendahuluan Pada era sekarang ini manusia banyak tergantung pada mesin dalam kehidupan sehari-hari. Mesin merupakan suatu rangkaian komponen yang membentuk mekanisme-mekanisme tertentu. Komponen dibuat dari meterial yang berbeda-beda. Sifat yang dibutuhkan dari setiap komponen mesin juga berbeda-beda. Aluminium merupakan material komponen mesin yang banyak digunakan. Selain digunakan sebagai komponen mesin, aluminium juga banyak digunakan dalam peralatan rumah tangga. Sifat alumunium yang digunakan berbeda-beda tergantung dari desain yang akan dibuat. Alumunium juga merupakan material yang dapat diubah sifatnya mengikuti kebutuhan desain. Salah satu sifat yang dapat dirubah adalah kekerasan. Kekerasan alumunium dapat dinaikan dan dapat diturunkan. Salah satu proses untuk menaikan tingkat kekerasan aluminium adalah proses aging hardening. II. Landasan Teori II.1. Precipitation Hardening (Pengerasan Presipitasi) Penguatan dan pengerasan logam paduan bisa ditingkatkan dengan pembentukan penyebaran partikel-partikel dari fasa kedua kedalam matrik fasa yang asli atau pertama. Hal ini dilakukan dengan perlakuan panas yang tepat. Prosesnya disebut precipitation hardening karena partikel-partikel kecil dari fasa yang baru membentuk precipitasi atau endapan. Terkadang disebut pula dengan sebutan age hardening (pengerasan penuaan), karena proses penguatan terjadi karena proses waktu. Contoh-contoh logam yang diperkeras dengan pengerasan presipitasi adalah, almunium-tembaga, tembaga-berylium, tembaga-timah dan magnesium- aluminium, dan lain sebagainya. Precipitation hardening dan perlakuan baja untuk membentuk martensit adalah fenomena yang sama sekali berbeda walaupun proses perlakuan panas hampir sama.
  • 3. 3 Proses precipitation hardening terjadi atas dua tahap yaitu: II.1.1. Solution Heat Treating Pada T0 struktur logam adalah α, dengan komposisi C0. Kemudian dilakukan pendinginan cepat hingga temperatur T1 yaitu temperatur ruang sehingga phase β tidak bisa terbentuk. Karena itu kondisi logam adalah tidak setimbang atau non equilibrium dimana hanya ada phase α jenuh dengan atom β didalamnya. Sifat bahan adalah lunak dan lemah. Proses solution heat treatment dapat dijelaskan dalam gambar 4, pada temperatur T1 tersebut pemanasan ditahan beberapa saat agar didapat larutan padat yang mendekati homogen. Gambar 1. Diagram fase pemanasan logam paduan. II.1.2. Precipitation Heat Treating Setelah solution heat treatment dan quenching tahap selanjutnya dalam proses age hardening adalah aging atau penuaan. Perubahan sifat-sifat dengan berjalanya waktu pada umumnya dinamakan aging atau penuaan. Aging atau penuaan pada paduan aluminium dibedakan menjadi dua, yaitu penuaan alami (natural aging ) dan penuaan buatan (artificial aging ), adapun penjelasan dari keduanya adalah sebagai berikut ini. II.1.2.1. Natural Aging Penuaan alami (natural aging) adalah penuaan untuk paduan aluminium yang di age hardening dalam keadaan dingin. Natural aging berlangsung pada temperatur ruang antara 15oC - 25oC dan dengan waktu penahanan 5 sampai 8 hari. II.1.2.2. Artificial aging Penuaan buatan (artifical aging) adalah penuaan untuk paduan aluminium yang di age hardening dalam keadaan panas. Artifical aging berlangsung pada temperatur antara 100℃-200℃ dan dengan lamanya waktu penahanan antara 1 sampai 24 jam. Artificial aging dalam proses age hardening dapat dilakukan beberapa variasi perlakuan yang dapat mempengaruhi hasil dari proses age hardening. Salah satu variasi tersebut adalah variasi temperatur artificial aging. Temperatur artificial agiing dapat ditetapkan pada temperatur saat pengkristalan paduan alumunium (150℃), di bawah temperatur pengkristalan atau di atas temperatur pengkristalan logam paduan alumunium. Pengambilan temperatur artificial aging pada temperatur antara 100℃- 200℃ akan berpengaruh pada tingkat kekerasan sebab pada proses artificial aging akan terjadi perubahan-perubahan fasa atau struktur. Perubahan fasa tersebut akan memberikan sumbangan terhadap pengerasan Berikut adalah urutan perubahan fasa yang terjadi pada proses artificial aging: II.1.2.2.1. Larutan Padat Lewat Jenuh (Super Saturated Solid Solution α) Setelah paduan alumunium melawati tahap solution heat treatment dan quenching maka akan didapatkan larutan padat lewat jenuh pada temperatur kamar. Pada kondisi ini secara simultan kekosongan atom dalam keseimbangan termal pada temperatur tinggi tetap pada tempatnya. Setelah pendinginan atau quenching, maka logam
  • 4. 4 paduan alumunium menjadi lunak jika dibandingkan dengan kondisi awalnya. II.1.2.2.2. Zona [GP 1] Zona [GP 1] adalah zona presipitasi yang terbentuk oleh temperatur penuaan atau aging yang rendah dan dibentuk oleh segregasi atom Cu dalam larutan padat lewat jenuh atau super saturated solid solution α. 16 Zona [GP 1] akan muncul pada tahap mula atau awal dari proses artificial aging. Zona ini terbentuk ketika temperatur artificial aging dibawah 100℃ atau mulai temperatur ruang hingga temperatur 100℃ dan Zona [GP 1] tidak akan terbentuk pada temperatur artificial aging yang terlalu tinggi. Terbentuknya Zona [GP 1] akan mulai dapat meningkatkan kekerasan logam paduan alumunium. II.1.2.2.3. Zona [GP 2] atau Fasa θ” Setelah temperatur artificial aging melewati 100℃ ke atas, maka akan mulai muncul fasa θ” atau zona [GP 2]. Pada temperatur 1300C akan terbentuk zona [GP2] dan apabila waktu penahanan artificial agingnya terpenuhi maka akan didapatkan tingkat kekerasan yang optimal. Biasanya proses artificial aging berhenti ketika sampai terbentuknya zona [GP 2] dan terbentuknya fasa antara yang halus (presipitasi θ”), karena setelah melewati zona [GP 2] maka paduan akan kembali menjadi lunak. Jika proses artificial aging berlangsung sampai terbentuknya fasa θ” atau zona [GP 2], maka disebut dengan pengerasan tahap kedua. II.1.2.2.4. Fasa θ’ Pada paduan alumunium dinaikan temperatur aging atau waktu aging diperpanjang tetapi temperaturnya tetap, maka akan terbentuk presipitasi dengan struktur kristal yang teratur yang berbeda dengan fasa θ’. Fasa ini dinamakan fasa antara atau fasa θ’. Terbentuknya fasa θ’ ini masih dapat memberikan sumbangan terhadap peningkatan kekerasan pada paduan alumunium. Peningkatan kekerasan yang terjadi pada fasa θ’ ini berjalan sangat lambat. II.1.2.2.5. Fasa θ Apabila temperatur dinaikan atau waktu penuaan diperpanjang, maka fasa θ’ berubah menjadi fasa θ. Jika fasa θ terbentuk maka akan menyebabkan paduan aluminium kembali menjadi lunak. Sementara waktu penahanan dalam artificial aging merupakan salah satu komponen yang dapat mempengaruhi hasil dari proses age hardening secara keseluruhan. Seperti halnya temperatur, waktu penahanan pada tahap artificial aging akan mempengaruhi perubahan struktur atau perubahan fasa paduan alumunium. Sehingga pemilihan waktu penahan artificial aging harus dilakukan dengan hati-hati. II.2. Uji Metalografi Metalografi merupakan suatu disiplin ilu yang mempelajari metode observasi atau pemeriksaan atau pengamatan atau pengujian dengan tujuan untuk menentukan atau mempelajari hubungan antar struktur dengan sifat atau karaktter yang pernah dialami oleh logam atau paduan. Kebanyakan sifat makroskopik dari material berhubungan dengan mikrotruktur. Sifat mekanik material seperti tensile strengh ,elongasi, sifat terhadap panas dan juga sifat keistrikan berhubungan langsung dengan mikrostruktur. Pemahaman dari hubungan antara mikrostruktur dan sifat makroskopik yang mempunyai peran penting dalam pengembangan material merupakan tujuan utama dari metalografi. Dengan menguji dan mengamati mikrostruktur suatu material , maka performa material tersebut dapat dilihat. Karena itu metalografi digunakan di semua tahap selama pembuatan material tersebut dari mulai pengembangan, produksi, manufaturing process control, dan bahkan analisis kegagalan logam. Metalografi
  • 5. 5 biasanya dilakukan dengan alat mikroskop optik. Untuk saat ini mikroskop yang digunakan sudah dihubungkan dengan komputer yang dilengkapi dengan sistem analisis gambar yang akurat. Dari hasil pengamatan mikroskop tersebut dapat dihitung ukuran ,bentuk dan distribusi fasa dan juga didapat matriks mikrostruktu. Selain itu jika data mikrostruktur sudah didapat, dengan data tesebut kita dapat memprediksi sifat sifat mekanik seperti deformasi plastis, elongasi, dan kekuatan tarik. Sebelum dilakukan pengamatan lebih lanjut, preparasi spesimen yang harus dilakukan meliputi pembingkaian (mounting), pengamplasan, pemolesan (polishing) dan pengetsaan (polishing). Mounting dilakukan untuk melindungi tepi material dan mempertahankan permukaan material, mengisi kekosongan pada material, memudahkan untuk memegang material yang berbentuk iregular. Mounting biasanya dilakukan dengan resin. Selanjutnya pengamplasan dilakukan dengan mengamplas bagian permukaan yang akan diuji dengan amplas dengan tingkat kekasaran yang menurun sampai permukaan siap untuk dipoles. Selanjutnya dipoles dengan menggunkan serbuk alumina. Lalu dilakukan etching agar mikrostruktur muncul dan dapat dilihat di mikroskop. Dalam praktikum ini dijelaskan analisis kuantitatif untuk menentukan ukuran butiran rata rata berdasarkan ASTM dengan metode point count, penentuan fraksi volume butiran dengan menggunakan metode Hillard Single-Circle dan metode aspect ratio. II.3. Uji kekerasan Kekerasan suatu material dapat didefinisikan sebagai ketahanan material tersebut terhadap gaya penekanan dari material lain yang lebih keras. Sedangkan uji kekerasan adalah suatu proses untuk mengetahui nilai kekerasan suatu material. Penekanan tersebut dapat berupa mekanisme penggoresan (stratching), pantulan ataupun indentasi dari material terhadap suatu permukaan benda uji. Berdasarkan mekanisme penekanan tersebut, dikenal 3 metode kekerasan: III.3.1. Metode Gores Metode ini dikenalkan oleh Fredrich Mohss yang membagi kekerasan material di dunia ini berdasarkan skala Mohs. Skala ini bervariasi dari nilai 1 untuk kekerasan yang paling rendah, sebagaimana dimiliki oleh material talk, hingga skala 10 sebagai kekerasan tertinggi, sebagaimana dimiliki oleh intan. III.3.2. Metode pantul (rebound) Kekerasan suatu material ditentukan oleh alat Scleroscope yang mengukur tinggi pantulan suatu pemukul (hammer) dengan berat tertentu yang dijatuhkan dari suatu ketinggian terhadap benda uji. Tinggi pantulan (rebound) yang dihasilkan mewakili kekerasan benda uji. Semakin tinggi pantulan tersebut, yang ditunjukkan oleh dial pada alat pengukur, maka kekerasan benda uji dinilai semakin tinggi. III.3.3. Metode Identasi Tipe pengetasan kekerasan material/logam ini adalah dengan mengukur tahanan plastis dari permukaan suatu material konstruksi mesin dengan specimen standar terhadap penetrator. III. Pembahasan Sebelum dilakukan pengerasan pada aluminium, harus dilakukan uji metalografi untuk mengetahui struktur mikro aluminium. Setelah itu, dilakukan uji keras pada aluminium untuk mengetahui nilai kekerasan aluminium. Nilai kekerasan tersebut akan dinaikan dengan proses aging hardening. Proses awal aging hardening adalah dengan memanaskan aluminium didalam tungku pemanasan. Mekanisme pengerasan presipitasi umumnya dilakukan pada paduan
  • 6. 6 aluminium. Perlakuan panas pada aluminium paduan dilakukan dengan memanaskan sampai terjadi fase tunggal kemudian ditahan beberapa saat dan diteruskan dengan pendinginan cepat hingga tidak sempat berubah ke fase lain. Berikut ini merupakan grafik proses pemanasan terhadap waktu bisa dilihat pada gambar 2, dilengkapi dengan gambar struktur mikro yang terbetuk pada setiap perlakuan yang telah dilakukan. Gambar 2. Diagram Pemanasan Aging Hardening Dalam kurva penuaan dibawah ini, pada awal-awal tahap artificial aging struktur atau fasanya masih berupa larutan padat lewat jenuh (Super Saturated Solid Solution). Gambar 3. Kurva Hubungan Waktu Aging dengan Kekerasan Seiring dengan penambahan waktu penuaan atau ketika penuaan sampai di daerah under aged, maka mulai terbentuk zona presipitat zona [GP 1] dan paduan aluminium menjadi agak kuat dan keras. Ketika waktu aging ditambah lagi maka akan masuk dalam daerah peak aged. Pada daerah peak aged presipitat mengumpul atau mulai terbentuk zona [GP 2] dan fasa antara yang halus (fasa θ’). Jika fasa-fasa tersebut mulai terbentuk maka akan didapatkan tingkat kekerasan dan kekuatan logam 18 paduan alumunium yang optimal. Apabila setelah mencapai peak aged (puncak penuaan) waktu artificial aging masih ditambah lagi maka akan masuk dalam daerah over aged. Pada daerah over aged ini akan didapatkan fasa θ, jika fasa θ ini terbentuk maka akan menyebabkan paduan alumunium menjadi lunak kembali dan berkurang kekerasannya. IV. Kesimpulan Aging hardening merupakan proses perlakuan panas yang dapat dilakukan untuk menaikan nilai kekerasan paduan aliminium. Proses yang dilakukan adalah dengan memanaskan aluminium sampai suhu tertentu dan ditahan beberapa saat sebelum dilakukan pendinginan dengan cepat. Setelah itu aluminium dipanaskan dengan suhu dibawah suhu pemanasan awal selama waktu tertentu. Proses pengerasan terjadi saat zona [GP 1]. Zona tersebut adalah zona presipitasi yang terbentuk oleh temperatur penuaan atau aging yang rendah dan dibentuk oleh segregasi atom Cu dalam larutan padat lewat jenuh atau super saturated solid solution α. Terbentuknya Zona [GP 1] akan mulai dapat meningkatkan kekerasan logam paduan alumunium. V. Daftar Pustaka [1]. Subagyo, N. Imam. Analisis Pengaruh Artificial Aging Terhadap Sifat Mekanis Pada Aluminium Seri 6061. Skripsi, Universitas Lampung, Bandar Lampung, 2017.
  • 7. 7 [2]. Fadhilah, Irfan. Analisis Struktur Mikro (Metalografi). Institut Teknologi Bandung, Bandung. [3]. Wahyuni, Ika. Uji Kekerasan Material dengan Metode Rockwell. Universitas Airlangga, Surabaya.