SlideShare a Scribd company logo
1 of 10
Download to read offline
See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/335902689
INFORMED CHOICE DENGAN KEPUASAN PASIEN AKSEPTOR KELUARGA
BERENCANA (KB) BARU SEBAGAI ASPEK LEGAL DALAM PELAYANAN
KEBIDANAN DI PKM BENTENG KOTA PALOPO
Article  in  Voice of Midwifery · September 2018
DOI: 10.35906/vom.v4i06.9
CITATIONS
0
READS
3,114
2 authors:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
judul Informed Choice dengan Kepuasaan Pasien Akseptor Keluarga Berencana (KB) Baru sebagai Aspek Legal dalam Pelayanan Kebidanan di PKM Benteng Kota Palopo
View project
Mrs. Asmawati
Universitas Muhammadiyah Palopo
2 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   
SEE PROFILE
Sri Rahayu Amri
Universitas Muhammadiyah Palopo
13 PUBLICATIONS   1 CITATION   
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Sri Rahayu Amri on 19 April 2020.
The user has requested enhancement of the downloaded file.
1 ● Jurnal Voice of Midwifery, Vol. 04 No. 06 September 2015
ABSTRAK
Kesadaran masyarakat Kota Palopo terhadap
pentingnya mengatur jarak kehamilan sudah mengalami
peningkatan. Ini ditandai dengan partisipasi masyarakat
dalam program keluarga berencana. Jumlah akseptor KB
aktif dan KB baru mengalami peningkatan di tahun 2012.
Hal tersebut di atas sejalan dengan pernyataan
bahwa akseptor Keluarga Berencana (KB) tertinggi
adalah Sulawesi Selatan, dimana telah melampaui target
akseptor baru yang mencapai 385 ribu akseptor atau
mencapai 110,32 persen dan kabupaten Luwu
menyumbangkan peningkatan akseptor tertinggi atau
rangking pertama di Sulsel. Informed choice sebagai
salah satu hak bagi akseptor KB baru maupun KB aktif
sebagai acuan dari standar pelayanan kebidanan perlu
mendapat perhatian khusus karena merupakan bagian
dalam prinsip konseling KB, yang meliputi: percaya diri /
confidentiality; Tidak memaksa / Informed choice;
Informed consent; Hak klien / clien’t rights dan
Kewenangan / empowerment. Bahkan, karena begitu
pentingnya informed choice tersebut, maka dalam UU No
36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Pasal 56 dengan
jelas dikatakan bahwa setiap orang berhak menerima
atau menolak sebagian atau seluruh tindakan
pertolongan yang akan diberikan kepadanya setelah
menerima dan memahami informasi mengenai tindakan
tersebut secara lengkap.
Penelitian ini dengan menggunakan penjelasan
penelitian explanatory research menggunakan metode
survei dengan pendekatan cross sectional dimana data
yang menyangkut variabel bebas atau terikat akan
dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan. Variabel
dalam penelitian ini adalah umur, pendidikan, pekerjaan
dan informed choice.
Hasil penelitian kepuasan pasien akseptor keluarga
berencana baru sebagai aspek legal dalam pelayanan
kebidanan di pkm benteng menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan dengan Informed Choice.
Kata Kunci : Informed Choice, Kepuasaan, Akseptor KB
Baru
ABSTRACT
Palopo public awareness of the importance of
spacing pregnancies has increased. It is characterized by
community participation in family planning programs. The
number of family planning acceptors active and new
family planning has increased in 2012.
The foregoing is in line with the statement that family
planning acceptors is the highest in South Sulawesi,
which has exceeded the target for new acceptors which
reached 385 thousand acceptors or reached 110.32
percent and Luwu district contributed the highest increase
in acceptor or ranking first in southern Sulawesi. Informed
choice as one of the rights for the new family planning
acceptors and Family Planning active as the reference
standard obstetric care needs special attention because it
is part of the principle of family planning counseling,
which covers: confidentiality; Informed choice; Informed
consent; clien’t rights and empowerment. In fact, because
of the importance of informed choice, then in Law No. 36
Year 2009 on Health, Article 56 clearly says that every
person has the right to accept or reject some or all aid
measures that will be given to him after receiving and
understanding information about these measures in full.
This study using explanatory research using survey
method with cross sectional approach in which data
concerning the independent variables or dependent will
be collected at the same time. The variables in this study
were age, education, occupation and informed choice.
Jurnal Voice of Midwifery
,VOLUME 04 No. 06 September ● 2015 Halaman 80 - 89
HUBUNGAN ANTARA INFORMED CHOICE DENGAN KEPUASAN PASIEN
AKSEPTOR KELUARGA BERENCANA (KB) BARU SEBAGAI ASPEK
LEGAL DALAM PELAYANAN KEBIDANAN
DI PKM BENTENG KOTA PALOPO
RELATIONSHIP BETWEEN PATIENT SATISFACTION WITH THE
INFORMED CHOICE ACCEPTORS NEW FAMILY PLANNING SERVICES
AS A LEGAL ASPECTS IN MIDWIFERY
IN HEALTH BENTENG OF THE PALOPO CITY
IN THE PALOPO CITY
Asmawati¹, Sri Rahayu Amri2
1,2
Dosen Tetap Yayasan AKBID Muhammadiyah Palopo
1.Alamat Korespondensi : Jl. Andi Tenri Adjeng
Hp. 085 299 159 696 Email : Asmawati111@gmail.com.
2.Alamat Korespondensi: Jl. Nenas No. 5 Kota Palopo
Hp. 081 242 422 45 Email : srirahayuamri@yahoo.co.id
Artikel Penelitian
2 ● Jurnal Voice of Midwifery, Vol. 04 No. 06 September 2015
The results of patient satisfaction research new
family planning acceptors as legal aspects of midwifery
services in health centers in the castle show that there is
no relationship with Informed Choice.
Keywords : Informed Choice, Kepuasaan, Akseptor KB
Baru.
PENDAHULUAN
Informed choice merupakan aspek yang
sangat penting dalam pelayanan Keluarga
Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi
(KR). Dikatakan demikian, karena informed
choice sebagai langkah awal dari penerapan
informed consent sangat besar artinya, baik bagi
pasien, maupun tenaga kesehatan. Bahkan,
karena begitu pentingnya informed consent
tersebut, maka dalam UU No 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan, Pasal 56 dengan jelas
dikatakan bahwa setiap orang berhak menerima
atau menolak sebagian atau seluruh tindakan
pertolongan yang akan diberikan kepadanya
setelah menerima dan memahami informasi
mengenai tindakan tersebut secara lengkap.
Jadi, hak persetujuan atas dasar informasi
(informed consent) merupakan implementasi
dari hak pasien. Peran informed consent sangat
penting dalam pelayanan kesehatan karena
berfungsi sebagai aspek legal dalam pelaksaan
fungsi tenaga kesehatan. Salah satu faktor yang
menjadi penyebab belum terealisasinya
informed consent dengan baik dalam pelayanan
kesehatan saat ini ialah karena informasi
tentang tindakan yang akan dilakukan terhadap
pasien sebelum mengambil keputusan belum
terjabarkan secara detail sehingga informed
choice sebagai dasar pelaksanaan informed
consent juga tidak berjalan sebagaimana
mestinya.
Tahapan awal yang dilakukan dalam
memberikan informed choice ialah dengan
melakukan konseling, dimana petugas
membantu klien dalam memilih dan
memutuskan jenis kontrasepsi yang akan
digunakan sesuai dengan pilihannya dan klien
merasa puas. Konseling yang baik akan
membantu klien dalam menggunakan
kontrasepsinya lebih lama dan meningkatkan
keberhasilan KB. Konseling juga akan
mempengaruhi interaksi antara petugas dan
klien karena dapat meningkatkan hubungan dan
kepercayaan yang telah ada.
Konseling sering diabaikan dan tidak
dilaksanakan dengan baik karena petugas tidak
mempunyai waktu dan tidak menyadari
pentingnya konseling. Dengan adanya konseling
maka klien akan lebih mudah mengikuti nasihat
provider.
Konseling adalah proses yang berjalan dan
menyatu dengan semua aspek pelayanan
Keluarga Berencana dan bukan hanya informasi
yang diberikan dan dibicarakan pada satu
kesempatan yakni pada saat pemberian
pelayanan. Teknik konseling yang baik dan
informasi yang memadai secara interaktif
sepanjang kunjungan klien akan memberikan
keleluasaan kepada klien dalam memutuskan
untuk memilih kontrasepsi (informed Choice)
yang akan digunakan.
Informed choice merupakan bentuk
persetujuan pilihan tentang metode kontrasepsi
yang dipilih oleh klien setelah memahami
kebutuhan reproduksi yang paling sesuai
dengan dirinya / keluarganya. Pilihan tersebut
merupakan hasil bimbingan dan pemberian
informasi yang obyektif, akurat dan mudah
dimengerti oleh klien. Pilihan yang diambil
merupakan yang terbaik dari berbagai alternatif
yang tersedia.
Menurut data Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi
Sulsel bahwa Provinsi Sulsel secara nasional
dinilai sukses melaksanakan program KB,
dimana kita telah melampaui target akseptor
baru yang mencapai 385 ribu akseptor atau
mencapai 110,32 persen dan kabupaten Luwu
menyumbangkan peningkatan akseptor tertinggi
atau rangking pertama di Sulsel.
Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan
dan KB Kab Luwu, Hj Wahidah S.Sos MSi
mengatakan, Kabupaten Luwu mampu menekan
pertumbuhan jumlah penduduk secara signifikan
diangka 1,06 persen, berada dibawah ambang
batas dari laju pertumbuhan penduduk Provinsi
Sulawesi Selatan yang mencapai 1,17 persen.
Badan Pemberdayaan perempuan
Kabupaten Luwu mencatat, tahun 2011
pencapaian akseptor KB di kabupaten Luwu
sebanyak 16.826 akseptor. Pencapaian ini
melampaui target hingga 102,53 persen dari
target yang diberikan pemerintah RI kepada
kabupaten Luwu dengan capaian akseptor KB
ditahun 2011 harus mencapai 16.411 akseptor.
3 ● Jurnal Voice of Midwifery, Vol. 04 No. 06 September 2015
Dari data akseptor kabupaten Luwu, tergambar
pula penggunaan alat kontrasepsi, masih
didominasi kaum perempuan, dan hanya sedikit
kaum laki-laki yang mau menggunakan alat KB.
Tercatat dari 16.826 akseptor KB kaum
perempuan yang menggunakan alat kontrasepsi
mencapai 14.637 orang sementara kaum laki-
laki yang mau menggunakan alat kontrasepsi
hanya mencapai 2.189 orang, termasuk hanya
tiga orang kaum laki-laki yang mau
menggunakan alat kontrasepsi kondom hanya
sebanyak 2.186 akseptor, bahkan laki-laki yang
mau ber-KB dengan sistem fasektomi hanya 3
orang.
Dari pemanfaatan alat kontrasepsi ini pula,
tergambar bahwa kaum perempuan dalam
penggunaan alat kontrasepsi masih
menjatuhkan pilihan favorit pada penggunaan pil
yang mencapai 7.402 akseptor, disusul suntikan
6.367 akseptor, implant 525 akseptor iud atau
spiral 195 akseptor, dan MOW Tubektomi 148
orang. Hal tersebut berbeda dengan masyarakat
perkotaan, dimana kaum perempuan dalam ber-
KB lebih memilih penggunaan spiral atau iud
dan tubektomi. Namun mungkin hal ini masih
berkaitan dngan budaya malu, sebab
penggunaan kontrasepsi berupa IUD atau sprial
diletakkan pada bagian alat kelamin kaum
perempuan. Tetapi dari sisi efektivitas memang
lebih baik, karena tidak repot dan dapat
digunakan dalam jangka waktu yang lama
ketimbang suntikan dan pil yang harus setiap
saat.
Salah satu yang menjadi kendala dilapangan
untuk lebih meningkatkan akseptor KB di Luwu
Raya yakni berkaitan dengan luasnya wilayah
sehingga masih sangat membutuhkan banyak
petugas lapangan KB. Idealnya petugas KB
itukan satu orang menangani satu desa
sehingga praktis kita masih sangat
membutuhkan petugas lapangan KB.
Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian tentang
Hubungan Antara Informed Choice dengan
Kepuasan Pasien Akseptor Keluarga Berencana
(KB) Baru sebagai Aspek Legal dalam Pelayanan
Kebidanan di PKM Benteng Kota Palopo.
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam tinjauan pustaka ini diuraikan mengenai
informed choice, kepuasaan, akseptor KB baru.
1. Informed Choice
Informed Choice adalah membuat pilihan
setelah mendapatkan penjelasan tentang
alternatif asuhan yang akan dialaminya. Pilihan
(choice) harus dibedakan dari persetujuan
(concent). Persetujuan penting dari sudut
pandang bidan, karena itu berkaitan dengan
aspek hukum yang memberikan otoritas untuk
semua prosedur yang dilakukan oleh bidan.
Sedangkan pilihan (choice) lebih penting dari
sudut pandang wanita (pasien) sebagai
konsumen penerima jasa asuhan kebidanan.
Tujuannya adalah untuk mendorong wanita
memilih asuhannya.
Peran bidan tidak hanya membuat asuhan
dalam manajemen asuhan kebidanan tetapi juga
menjamin bahwa hak wanita untuk memilih
asuhan dan keinginannya terpenuhi. Hal ini
sejalan dengan kode etik internasional bidan
yang dinyatakan oleh ICM 1993, bahwa bidan
harus menghormati hak wanita setelah
mendapatkan penjelasan dan mendorong wanita
untuk menerima tanggung jawab untuk hasil dari
pilihannya.
Informed choice merupakan bentuk persetujuan
pilihan tentang:
1) Metode kontrasepsi yang dipilih oleh klien
setelah memahami kebutuhan reproduksi
yang paling sesuai dengan dirinya /
keluarganya.
2) Pilihan tersebut merupakan hasil bimbingan
dan pemberian informasi yang obyektif,
akurat dan mudah dimengerti oleh klien.
3) Pilihan yang diambil merupakan yang terbaik
dari berbagai alternatif yang tersedia.
Hal-hal yang dapat dilakukan bidan untuk dapat
dapat memberikan pelayanan informed choice
dengan baik adalah :
1) Bidan harus terusmeningkatkan pengetahuan
dan keterampilannya dalam berbagai aspek
agar dapat membuat keputusan klinis dan
secara teoritis agar dapat memberikan
pelayanan yang aman dan dapat memuaskan
kliennya.
2) Bidan wajib memberikan informasi secara
rinci dan jujur dalam bentuk yang dapat
dimengerti oleh wanita dengan menggunakan
media laternatif dan penerjemah, kalau perlu
dalam bentuk tatap muka secara langsung
3) Bidan dan petugas kesehatan lainnya perlu
belajar untuk membantu wanita melatih diri
4 ● Jurnal Voice of Midwifery, Vol. 04 No. 06 September 2015
dalam menggunakan haknya dan menerima
tanggung jawab untuk keputusan yang
mereka ambil sendiri.
4) Dengan berfokus pada asuhan yang berpusat
pada wanita dan berdasarkan fakta,
diharapkan bahwa konflik dapat ditekan
serendah mungkin
5) Tidak perlu takut akan konflik tapi
menganggapnya sebagai suatu kesempatan
untuk saling memberi dan mungkin suatu
penilaian ulang yang objektif, bermitra
dengan wanita dari sistem asuhan dan suatu
tekanan positif.
2. Kepuasaan
Kepuasan menurut Kamus Bahasa
Indonesia adalah puas; merasa senang; perihal
(hal yang bersifat puas, kesenangan, kelegaan
dan sebagainya). Kepuasan dapat diartikan
sebagai perasaan puas, rasa senang dan
kelegaan seseorang dikarenakan
mengkonsumsi suatu produk atau jasa untuk
mendapatkan pelayanan suatu jasa.
Menurut Kotler (2008) kepuasan adalah
tingkat kepuasan seseorang setelah
membandingkan kinerja atau hasil yang
dirasakan dibandingkan dengan harapannya.
Jadi kepuasan atau ketidakpuasan adalah
kesimpulan dari interaksi antara harapan dan
pengalaman sesudah memakai jasa atau
pelayanan yang diberikan. Apabila penampilan
kurang dari harapan, maka pelanggan tidak
dipuaskan, namun apabila penampilan
sebanding dengan harapan, pelanggan puas,
dan apabila penampilan melebihi harapan
pelanggan akan sangat puas atau senang.
Menurut Oliver mendefinisikan kepuasan
sebagai tingkat perasaan seseorang setelah
membandingkan kinerja atau hasil yang
dirasakan dengan harapannya. Tingkat
kepuasan merupakan fungsi dari perbedaan
antara kinerja yang dirasakan dengan harapan.
Apabila kinerja dibawah harapan, maka
pelanggan akan sangat kecewa, namun
sebaliknya bila kinerja sesuai harapan, maka
pelanggan akan puas, dan bila kinerja melebihi
harapan pelanggan akan sangat puas. Harapan
pelanggan dibentuk oleh masa lampau,
komentar dari kerabatnya serta janji dan
informasi dari berbagai media. Pelanggan yang
puas akan setia lebih lama, kurang sensitive
terhadap harga dan memberi komentar yang
baik tentang perusahaan tersebut.
Wijono (1999) berpendapat bahwa
kepuasan adalah tingkat keadaan yang
dirasakan seseorang yang merupakan hasil dari
membandingkan penampilan atau outcome
produk yang dirasakan dalam hubungannya
dalam harapan seseorang. Ada tiga tingkat
kepuasan yaitu bila penampilan kurang dari
harapan, pelanggan tidak dipuaskan. Bila
penampilan sebanding dengan harapan,
pelanggan puas. Apabila penampilan melebihi
harapan, pelanggan amat puas atau senang
Menurut Muninjaya (2004) kepuasan
adalah tingkat kepuasan seseorang setelah
membandingkan kinerja atau hasil yang
dirasakan dibandingkan dengan harapannya.
Jadi kepuasan atau ketidakpuasan adalah
kesimpulan dari interaksi antara harapan dan
pengalaman sesudah memakai jasa atau
pelayanan yang diberikan. Upaya untuk
mewujudkan kepuasan pelanggan total
bukanlah hal yang mudah, Mudie dan Cottom
menyatakan bahwa kepuasan pelanggan.
Freud (sitatdalam Hall & Lindzey, 1970)
menjelaskan bahwa individu dalam
kehidupannya sehari-hari selalu ingin
mendapatkan kepuasan. Peranan lingkungan
terhadap diri individu dalam pemenuhan
kebutuhannya sangat besar. Lingkungan dapat
memberi kepuasan pada diri individu dan
mereduksi ketegangan, tetapi sebaliknya
lingkungan juga dapat mengecewakan individu
dan menimbulkan perasaan tidak aman
sehingga individu akan merasa cemas dan takut
serta tegang. Jika ketegangan tersebut tidak
bisa dikontrol terjadilah kecemasan pada diri
individu.
Pasien yang menilai layanan keperawatan
sebagai layanan yang tidak memuaskan dapat
merasa kecewa karena harapannya terhadap
layanan yang seharusnya diterima tidak
terpenuhi. Hal ini kemudian dapat menimbulkan
rasa tidak aman untuk tinggal di rumah sakit.
Persepsi seperti ini, menurut Abraham dan
Shanley (1997) dapat mengaktifkan sistem saraf
simpatetik, kelenjar pituitary dan hypothalamus,
5 ● Jurnal Voice of Midwifery, Vol. 04 No. 06 September 2015
yang kemudian berakibat pada perubahan
detak jantung, pola sirkulasi darah dan
perubahan lemak menjadi sumber energi yang
digunakan. Perubahan - perubahan fisiologis ini
akhimya mcnimbulkan kekhawatiran pasicn,
sehingga kecemasan pasien meningkat. Namun
bila layanan keperawatan dipandang pasien
dapat memberikan kepuasan, pasien dapat
mereduksi ketegangannya dan merasa mudah
menjalani hari-harinya di rumah sakit. Keluhan-
keluhan pasien tentang layanan keperawatan di
rumah sakit menunjukkan bahwa perawat
mempunyai peranan yang penting dalam
meningkatkan kualitas layanan rumah sakit.
3. Akseptor KB baru
Akseptor KB adalah anggota
masyarakat yang mengikuti gerakan KB dengan
melaksanakan penggunaan alat kontrasepsi.
Akseptor atau peserta KB baru, yaitu Pasangan
Usia Subur yang pertama kali menggunakan
kontrasepsi setelah mengalami kehamilan yang
berakhir dengan keguguran atau persalinan.
Akseptor KB menurut sasarannya
terbagi menjadi tiga fase yaitu fase menunda
atau mencegah kehamilan, fase penjarangan
kehamilan dan fase menghentikan atau
mengakhiri kehamilan atau kesuburan. Akseptor
KB lebih disarankan untuk Pasangan Usia Subur
(PUS) dengan menggunakan alat kontrasepsi.
Karena pada pasangan usia subur inilah yang
lebih berpeluang besar untuk menghasilkan
keturunan dan dapat meningkatkan angka
kelahiran.
Sikap petugas kesehatan dalam melaksanakan
konseling yang baik pada calon klien KB baru :
1) Memperlakukan klien dengan baik
Petugas bersikap sabar, memperlihatkan
sikap menghargai klien dan menciptakan
rasa percaya diri sehingga klien dapat
berbicara secara terbuka dalam segala hal
termasuk masalah-masalah pribadi
sekalipun. Petugas meyakinkan klien bahwa
ia tidak akan mendiskusikan rahasia klien
terhadap orang lain.
2) Interaksi antara petugas dan klien
Petugas harus mendengarkan, mempelajari
dan menanggapi keadaan klien karena
setiap klien mempunyai kebutuhan dan
tujuan reproduksi yang berbeda. Bantuan
terbaik seorang petugas adalah cara
memahami bahwa klien adalah manusia
yang membutuhkan perhatian dan bantuan.
Oleh karena itu, petugas harus mendorong
agar klien berani berbicara dan bertanya.
3) Memberikan informasi yang baik dan benar
kepada klien
Dengan mendengarkan apa yang
disampaikan klien berarti petugas belajar
mendengarkan informasi apa saja yang
dibutuhkan oleh setiap klien. Dalam
memberikan informasi petugas harus
menggunakan bahasa yang mudah
dimengerti klien dan hendaknya
menggunakan alat bantu visual (ABPK).
4) Menghindari informasi yang berlebihan
Klien membutuhkan penjelasan yang cukup
dan tepat untuk menentukan pilihan
(Informed Choice). Namun tidak semua klien
menangkap semua informasi tentang
berbagai macam kontrasepsi. Terlalu
banyak informasi akan menyebabkan
kesulitan bagi klien dalam mengingat
informasi yang penting. Hal ini disebut
kelebihan informasi. Pada waktu
memberikan informasi petugas harus
memberikan waktu bagi klien untuk
berdiskusi, bertanya dan mengajukan
pendapat.
5) Membahas metode yang diinginkan klien
Petugas membantu klien membuat
keputusan mengenai pilihannya dan tanggap
terhadap pilihan klien meskipun klien
menolak memutuskan atau menangguhkan
penggunaan kontrasepsi. Dalam konseling
petugas mengkaji apakah klien sudah
mengerti mengenai jenis kontrasepsi
termasuk keuntungan dan kerugian serta
bagaimana cara penggunaannya.
Konseling mengenai kontrasepsi yang dipilih
klien dimulai dengan mengenalkan berbagai
jenis kontrasepsi dalam Keluarga
Berencana. Petugas mendorong klien untuk
berpikir melihat persamaan yang ada dan
membandingkan antar jenis kontrasepsi
tersebut. Dengan cara ini maka klien akan
membuat sebuah pilihan (informed Choice).
Bila tidak ada halangan dalam bidang
kesehatan maka baiknya klien
menggunakan kontrasepsi sesuai dengan
pilihannya sehingga klien akan
6 ● Jurnal Voice of Midwifery, Vol. 04 No. 06 September 2015
menggunakan kontrasepsi tersebut lebih
lama dan lebih efektif.
6) Membantu klien untuk mengerti dan
mengingat
Petugas memberikan contoh alat
kontrasepsi dan menjelaskan pada klien
agar memahami dengan memperlihatkan
bagaimana cara penggunaannya. Petugas
juga memperlihatkan dan menjelaskan
dengan flip charts, poster, pamphlet, atau
halaman bergambar.
Hak Pasien Pasien sebagai calon maupun
akseptor KB mempunyai hak sebagai
berikut:
1) Terjaga harga diri dan martabatnya.
2) Dilayani secara pribadi (privasi) dan
terpeliharanya kerahasiaan.
3) Memperoleh informasi tentang kondisi
dan tindakan yang akan dilaksanakan.
4) Mendapat kenyamanan dan pelayanan
terbaik.
5) Menerima atau menolak pelayanan atau
tindakan yang akan dilakukan.
Kebebasan dalam memilih metode yang akan
digunakan.
METODE
Jenis penelitian ini adalah penelitian
explanatory research menggunakan metode survei
dengan pendekatan cross sectional dimana data
yang menyangkut variabel bebas atau terikat akan
dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan. Dalam
penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif
sehingga hasil penelitian diharapkan saling
memperkaya dan meningkatkan validitas
kesimpulan penelitian.
Populasi dalam penelitian ini adalah
Akseptor KB Baru yang ada di Puskesmas Benteng
Kota Palopo berjumlah 20 orang.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah teknik populasi dan
sampel. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh akseptor KB baru yang ada di Puskesmas
Benteng Palopo. Pengambilan sampel dilakukan
dengan metode accidental yaitu mengambil
responden yang kebetulan ada dan tersedia pada
saat itu di Puskesmas Benteng Kota Palopo.
HASIL
Analisis Univariat
1. Umur
Berdasarkan karakteristik umur responden
menunjukkan bahwa responden yang memiliki
umur yang paling banyak yaitu umur 32 tahun
sebanyak 4 orang (20 %), sedangkan umur yang
paling sedikit yaitu umur 19, 20, 22, 27, 28, 29,
dan 40 Tahun yaitu sebanyak 1 Orang (5,0%).
2. Pendidikan
Berdasarkan karakteristik pendidikan
akseptor KB Baru menunjukkan bahwa pendidikan
SD dan SMP paling banyak yaitu 6 responden
(30,0%), sedangkan yang paling sedikit yaitu
pendidikan S1 sebanyak 3 Orang (15.0%)
3. Pekerjaan
Berdasarkan karakteristik pekerjaan akseptor
KB Baru pada tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa
sebagian besar pekerjaan IRT yaitu 17 responden
(85%), sedangkan yang paling sedikit yaitu
mahasiswa sebanyak 1 responden (5%).
4. Informed Choice
Sebagian besar responden mengatakan
Informed Chioce dengan kategori Ya yaitu
sebanyak 12 atau 60% dibandingkan Informed
Chioce dengan kategori Tidak sebanyak 8 atau 40
%.
5. Kepuasan Pasien Akseptor KB Baru Sebagai
Aspek Legal Dalam Pelayanan Kebidanan
Kepuasan pasien akseptor KB Baru sebagian
besar dengan kategori Ya yaitu sebanyak 11 atau
55% dibandingkan dengan kategori Tidak sebanyak
9 atau 45 %.
6. Hubungan antara Informed Choice dengan
Kepuasan Pasien Akseptor KB Baru sebagai
Aspek Legal dalam Pelayanan Kebidanan.
Kepuasan pasien akseptor KB Baru terhadap
Informed Choice dibagi menjadi dua kategori yaitu
Ya dan Tidak. Dikatakan puas jika pasien
menjawab Ya dan dikatakan tidak puas jika pasien
menjawab tidak. Responden yang memiliki skor
55% atau 11 orang menjawab Ya dilakukan
informed choice sedangkan 45% atau 9 orang
mengatakan Tidak dilakukan Informed Choice.
Hal-hal yang menyangkut kepuasan atas
pemenuhan kebutuhan seseorang relatif sifatnya.
Seperti yang dikatakan oleh Mc Gregor bahwa
manusia merupakan makhluk yang terus menerus
memiliki keinginankeinginan, segera apabila
kebutuhan tertentu terpenuhi maka kebutuhan lain
muncul. Manusia secara terus menerus melakukan
usaha-usaha untuk memuaskan kebutuhan-
7 ● Jurnal Voice of Midwifery, Vol. 04 No. 06 September 2015
kebutuhannya. Individu dalam kehidupannya sehari-
hari selalu ingin mendapatkan kepuasan. Peranan
lingkungan terhadap diri individu dalam pemenuhan
kebutuhannya sangat besar. Lingkungan dapat
memberi kepuasan pada diri individu dan mereduksi
ketegangan, tetapi sebaliknya lingkungan juga
dapat mengecewakan individu dan menimbulkan
perasaan tidak aman sehingga individu akan
merasa cemas dan takut serta tegang. Jika
ketegangan tersebut tidak bisa dikontrol terjadilah
kecemasan pada diri individu.
Hasil uji statistik dengan taraf signifikan 5 %
diperoleh p value 0,062 (p > 0,05) yang berarti tidak
ada hubungan antara Informed Choice dengan
Kepuasan Pasien Akseptor KB Baru sebagai aspek
legal dalam pelayanan Kebidanan di PKM Benteng
Kota Palopo
PEMBAHASAN
1. Umur
Dari hasil penelitian diketahui bahwa
responden yang memiliki umur yang paling banyak
yaitu umur 30 tahun sebanyak 3 orang (15 %). Usia
tersebut adalah kelompok usia remaja lanjut.
Semakin lanjut usia seseorang diharapkan
kedewasaan teknisnya semakin meningkat
demikian juga psikologisnya. Mampu menunjukkan
kematangan jiwa, mampu mengambil keputusan
yang bijaksana dan mampu berpikir rasional,
sehingga dalam menentukan sikap pun mereka
cenderung lebih evaluatif dan lebih matang.
Sedangkan umur yang paling sedikit yaitu umur 19,
20, 22, 27, 28, 29, dan 40 Tahun yaitu sebanyak 1
Orang (5,0%).
Teori Notoatmodjo mengemukakan bahwa
umur merupakan lama hidup yang dihitung sejak
dilahirkan. Semakin bertambah umur seseorang,
semakin bertambah pula daya tanggapnya. Melalui
perjalanan umurnya semakin dewasa individu yang
bersangkutan akan melakukan adaptasi perilaku
terhadap lingkungan. Atau dimaksudkan bahwa
semakin dewasa usia seseorang akan mudah
beradaptasi dengan lingkungan. Oleh karena itu
idealnya seorang Akseptor KB Baru yang memiliki
kematangan usia akan lebih peka terhadap
masalah.
2. Pendidikan
Responden dengan pendidikan Dasar dan
menengah pertama paling banyak yaitu 6
responden (30,0%), sedangkan yang paling sedikit
yaitu pendidikan S1 sebanyak 3 Orang (15.0%).
Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh
dalam memberikan respon yang lebih rasional
terhadap informasi yang datang dan akan berpikir
sejauhmana keuntungan yang mungkin diperoleh
dari gagasan tersebut. Dalam hal ini semakin tinggi
pendidikan seseorang, maka kesempatan dia untuk
memperoleh informasi dan pengetahuan akan
semakin lebar, di mana melalui lama pendidikan
yang ditempuh melalui jenjang sekolah, maka
responden dalam hal ini pasien juga akan
mendapatkan informasi dari berbagai sumber.
3. Pekerjaan
Berdasarkan karakteristik pekerjaan,
pekerjaan diartikan sebagai sebuah aktivitas yang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
dan sebagai sarana untuk mendapatkan
penghasilan sebagai imbalan atas aktivitas yang
telah dilakukan. Dalam penelitian ini menunjukkan
bahwa sebagian besar pekerjaan IRT yaitu 17
responden (85%), sedangkan yang paling sedikit
yaitu mahasiswa sebanyak 1 responden (5%).
Dalam teori Psikologi keperawatan, menurut
Endang Ekowarni, dalam hal ini jenis pekerjaan
dapat mempengaruhi kepuasan pasien atas
pelayanan yang diselenggarakan oleh rumah sakit,
misalnya pada pasien yang pekerjaan sehari-
harinya sebagai pejabat Pemerintah atau PNS atau
aparat militer dengan pangkat tinggi, terkadang
akan lupa bahwa dokter dan perawat adalah orang
yang membantu untuk mengatasi penyakit yang
dideritanya, dan mereka lebih banyak menganggap
bahwa dokter dan perawat sebagai staf atau
bawahan mereka, yang bisa menuruti atau
mematuhi perintah mereka setiap dibutuhkan,
sehingga mereka cenderung seenaknya terhadap
kehadiran dokter dan perawat.
Sedangkan pasien dengan kategori
pekerjaan buruh cenderung takut untuk bertanya
kemajuan pengobatan terhadap penyakit yang
dideritanya, sehingga mereka lebih banyak diam
dan bersifat pasif, karena status yang mereka miliki
atas pekerjaan yang mereka lakukan dianggap
”tidak mampu” untuk mempertanyakan kemajuan
pengobatan dan pelayanan. Mereka tidak
cenderung dengan kondisi pelayanan yang
diberikan oleh pemberi layanan.
KESIMPULAN
Responden yang memiliki skor 55% atau 11
orang menjawab Ya dilakukan informed choice
sedangkan 45% atau 9 orang mengatakan Tidak
8 ● Jurnal Voice of Midwifery, Vol. 04 No. 06 September 2015
dilakukan Informed Choice. Hasil uji statistik dengan
taraf signifikan 5 % diperoleh p value 0,062 (p >
0,05) yang berarti tidak ada hubungan antara
Informed Choice dengan Kepuasan Pasien
Akseptor KB Baru sebagai aspek legal dalam
pelayanan Kebidanan di PKM Benteng Kota
Palopo. Dilihat dari umur responden yang memiliki
umur yang paling banyak yaitu umur 30 tahun
sebanyak 3 orang (15 %). Dilihat dari tingkat
pendidikan responden yang memiliki pendidikan
dasar dan menengah pertama paling banyak yaitu 6
responden (30,0%), sedangkan yang paling sedikit
yaitu pendidikan S1 sebanyak 3 Orang (15.0%). Di
lihat dari tingkat pekerjaan bahwa sebagian besar
pekerjaan IRT yaitu 17 responden (85%),
sedangkan yang paling sedikit yaitu mahasiswa
sebanyak 1 responden (5%).
Saran
Diharapkan petugas keluarga berencana
berperan aktif dalam membantu pasien akseptor KB
Baru memenuhi kebutuhan dasarnya dengan cara
membantu langsung, memberi pengajaran,
informasi yang jujur dan akurat atau dengan cara
mendiskusikan kebutuhan pasien sehingga pasien
dapat mengambil suatu keputusan yang tepat
tentang tindakan medis yang akan dilakukan
terhadapnya.. Semua informasi yang telah dibahas
dalam penelitian ini bisa menjadi sumber informasi
yang berharga untuk dikembangkan dan dibahas
oleh peneliti selanjutnya. Sangat disarankan kepada
peneliti selanjutnya untuk menelaah dan
mengembangkan lebih jauh lagi indikator -indikator
pelayanan kesehatan yang berhubungan dengan
aspek-aspek pelayanan yang prima.
DAFTAR PUSTAKA
Anna Glasier, Ailsa Gabbie. 2006. Keluarga
Berencana & Kesehatan Reproduksi.
Penerbit EGC. Jakarta
Anonim. Undang-Undang Kesehatan. Pustaka
Pelajar : Jakarta. 2006
Arikunto. S, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek, Rineka Cipta : Jakarta. 2002
Ari suliatywati. 2011. Pelayanan Keluarga
Berencana. Peneribit Salemba Medika.
Jakarta.
Asmawati, Rahayu Sri. Etika Profesi dan Hukum
Kesehatan. Pustaka Refleksi : Makassar. 2011
Azwar, S. Sikap Manusia Teori dan
Pengukurannya, Pustaka Pelajar Offset :
Yogyakarta. 2005
BKKBN. 2007. Bultin Program KB Nasional, No. 2
Tahun 2007.
. 2012. Pembinaan PUS dan Kesertaan
Ber-KB Seluruh Tahan Keluarga.
BPS, DIY dalam angka tahun 2001, Badan pusat
statistik Propinsi DIY : Yogyakarta. 2001
Dyah Novita Setia Arum. 2009. Panduan Lengkap
Pelayanan KB Terkini. Penerbit Mitra Cendikia.
Yogyakarta.
Hartanto H. 2010. Keluarga Berencana dan
Kontrasepsi. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.
Hidayat, Alimul A. 2007. Metode Penelitian
Kebidanan Dan Teknik Analisa Data.
Penerbit; Salemba Medika.Jakarta. Hal.28-
30.
Hutamaean Serri. 2009. Asuhan Keperawatan
Dalam Maternitas & Ginekologi. Penerbit : CV.
Trans Info Media. Jakarta.
IKAPI. 2007. Ragam Metode Kontrasepsi.Penerbit ;
EGC. Jakarta.
Leon Speroff & Philip Darney. 2005. Pedoman
Klinis Kontrasepsi, Edisi 2. Penerbit EGC.
Jakarta.
Machfoeds, I. Statistik Induktif Bidang Kesehatan,
Keperawatan dan Kebidanan, Fitramaya :
Yogyakarta. 2006,
Manuaba. Ilmu kebidanan, Penyakit Kandungan
dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan
Bidan. EGC : Jakarta. 1998
Notoatmodjo. S. Metodologi Penelitian Kesehatan.
Rineka Cipta : Jakarta. 2003
9 ● Jurnal Voice of Midwifery, Vol. 04 No. 06 September 2015
Notoatmodjo. S. Penghantar Pendidikan Kesehatan
dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Andi Offset :
Yogyakarta. 2003
Nursalam. Konsep & Penerapan Metodologi
Penelitian Ilmu Keperawatan. Salemba Medika
: Jakarta. 2003
Profil Puskesmas Maroangin. Data Sekunder
Akseptor KB Suntik. 2013. Palopo
Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Yayasan
Bina Pustaka : Jakarta. 2002
Riyanto, A. 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian
Kesehatan. Penerbit; Nuha Medika.
Yogyakarta.
Saifuddin Abdul Bari. 2006. Buku Panduan Praktis
Pelayanan Kontrasepsi, Edisi 2. Penerbit
Sagung Seto. Jakarta.
Sarwono Prawirahadjo.2007. Ilmu Kebidanan, Edisi
2. Penerbit ; YBPS. Jakarta.
Soekanto, S. Sosiologi Suatu Pengantar. Raja
Grafindo Persada : Jakarta. . 2003
Soepardan Suryani. Etika Kebidanan dan Hukum
Kesehatan. EGC : Jakarta. 2007
Soeparto P, Hariadi R, Koeswadji HH, Daeng H,
Atmodirono AH. Etika dan Hukum di Bidang
Kesehatan. Airlangga University Press : Surabaya.
2006
Sulistyaningsih. 2011. Metodologi Penelitian
Kebidanan Kualitatif-Kuantitatif. Penerbit ;
Graha Ilmu. Yogyakarta.
Varney, Hellen (et.all). 2006. Buku Ajar Asuhan
Kebidanan Edisi 4 Volume 1. Penerbit;
EGC. Jakarta.
View publication stats
View publication stats

More Related Content

Similar to JURNALInformedChoice.pdf

Contoh proposal kebidanan pak hasariy AKBID PARAMATA RAHA
Contoh proposal kebidanan pak hasariy AKBID PARAMATA RAHA Contoh proposal kebidanan pak hasariy AKBID PARAMATA RAHA
Contoh proposal kebidanan pak hasariy AKBID PARAMATA RAHA
Operator Warnet Vast Raha
 
Contoh makalah-keperawatan
Contoh makalah-keperawatanContoh makalah-keperawatan
Contoh makalah-keperawatan
Terminal Purba
 
KB 2 Posyandu Balita & Posyandu Lansia
KB 2 Posyandu Balita & Posyandu LansiaKB 2 Posyandu Balita & Posyandu Lansia
KB 2 Posyandu Balita & Posyandu Lansia
Uwes Chaeruman
 
Pelayanan Kontrasepsi dan KB di Masyarakat Poltekkes Surakarta
Pelayanan Kontrasepsi dan KB di Masyarakat Poltekkes SurakartaPelayanan Kontrasepsi dan KB di Masyarakat Poltekkes Surakarta
Pelayanan Kontrasepsi dan KB di Masyarakat Poltekkes Surakarta
shashamarta
 
Solusi drop out kb on family planning
Solusi drop out kb on family planningSolusi drop out kb on family planning
Solusi drop out kb on family planning
irwansyah vlot
 
presentasi proposal Imas Ayuutari.ppt
presentasi proposal Imas Ayuutari.pptpresentasi proposal Imas Ayuutari.ppt
presentasi proposal Imas Ayuutari.ppt
ssuser99c912
 

Similar to JURNALInformedChoice.pdf (20)

Faktor yang berhubungan dengan pengambilan keputusan
Faktor yang berhubungan dengan pengambilan keputusanFaktor yang berhubungan dengan pengambilan keputusan
Faktor yang berhubungan dengan pengambilan keputusan
 
Fasilitas Kesehatan.pdf
Fasilitas Kesehatan.pdfFasilitas Kesehatan.pdf
Fasilitas Kesehatan.pdf
 
Issue Legal dan Tantangan Praktik Keperawatan Profesional
Issue Legal dan Tantangan Praktik Keperawatan ProfesionalIssue Legal dan Tantangan Praktik Keperawatan Profesional
Issue Legal dan Tantangan Praktik Keperawatan Profesional
 
Issue Legal dan Tantangan Praktik Keperawatan Profesional
Issue Legal dan Tantangan Praktik Keperawatan ProfesionalIssue Legal dan Tantangan Praktik Keperawatan Profesional
Issue Legal dan Tantangan Praktik Keperawatan Profesional
 
Dasar promosi kesehatan
Dasar promosi kesehatanDasar promosi kesehatan
Dasar promosi kesehatan
 
Contoh proposal kebidanan pak hasariy AKBID PARAMATA RAHA
Contoh proposal kebidanan pak hasariy AKBID PARAMATA RAHA Contoh proposal kebidanan pak hasariy AKBID PARAMATA RAHA
Contoh proposal kebidanan pak hasariy AKBID PARAMATA RAHA
 
Lpt informed consent
Lpt informed consentLpt informed consent
Lpt informed consent
 
Makalah masalah kb
Makalah masalah kbMakalah masalah kb
Makalah masalah kb
 
MAKALAH paper 1.docx
MAKALAH paper 1.docxMAKALAH paper 1.docx
MAKALAH paper 1.docx
 
Contoh makalah-keperawatan
Contoh makalah-keperawatanContoh makalah-keperawatan
Contoh makalah-keperawatan
 
Ryda.pptx
Ryda.pptxRyda.pptx
Ryda.pptx
 
KB 2 Posyandu Balita & Posyandu Lansia
KB 2 Posyandu Balita & Posyandu LansiaKB 2 Posyandu Balita & Posyandu Lansia
KB 2 Posyandu Balita & Posyandu Lansia
 
Pelayanan Kontrasepsi dan KB di Masyarakat Poltekkes Surakarta
Pelayanan Kontrasepsi dan KB di Masyarakat Poltekkes SurakartaPelayanan Kontrasepsi dan KB di Masyarakat Poltekkes Surakarta
Pelayanan Kontrasepsi dan KB di Masyarakat Poltekkes Surakarta
 
Solusi drop out kb on family planning
Solusi drop out kb on family planningSolusi drop out kb on family planning
Solusi drop out kb on family planning
 
Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana Kontap (MOW dan MOP)
Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana Kontap (MOW dan MOP)Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana Kontap (MOW dan MOP)
Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana Kontap (MOW dan MOP)
 
5_6309615512569513632.pptx
5_6309615512569513632.pptx5_6309615512569513632.pptx
5_6309615512569513632.pptx
 
presentasi proposal Imas Ayuutari.ppt
presentasi proposal Imas Ayuutari.pptpresentasi proposal Imas Ayuutari.ppt
presentasi proposal Imas Ayuutari.ppt
 
Posyandu Balita & Lansia
Posyandu Balita & LansiaPosyandu Balita & Lansia
Posyandu Balita & Lansia
 
Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS)
Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS)Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS)
Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS)
 
PROGRAM_KIE_DALAM_PELAYANAN_KB.ppt
PROGRAM_KIE_DALAM_PELAYANAN_KB.pptPROGRAM_KIE_DALAM_PELAYANAN_KB.ppt
PROGRAM_KIE_DALAM_PELAYANAN_KB.ppt
 

Recently uploaded

TEMPAT JUAL OBAT CYTOTEC ASLI DI JAKARTA 081399993834
TEMPAT JUAL OBAT CYTOTEC ASLI DI JAKARTA 081399993834TEMPAT JUAL OBAT CYTOTEC ASLI DI JAKARTA 081399993834
TEMPAT JUAL OBAT CYTOTEC ASLI DI JAKARTA 081399993834
Jual Cytotec Asli Di RIAU 081399993834
 
Kimia Farma Surabaya jual obat penggugur kandungan/Aborsi janin
Kimia Farma Surabaya jual obat penggugur kandungan/Aborsi janinKimia Farma Surabaya jual obat penggugur kandungan/Aborsi janin
Kimia Farma Surabaya jual obat penggugur kandungan/Aborsi janin
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
PENGELOLAAN OBAT PADA ANAK DAN LANSIA (1).pptx
PENGELOLAAN OBAT PADA ANAK DAN LANSIA (1).pptxPENGELOLAAN OBAT PADA ANAK DAN LANSIA (1).pptx
PENGELOLAAN OBAT PADA ANAK DAN LANSIA (1).pptx
sandiharyanto
 
Kimia Farma Jambi jual obat penggugur kandungan
Kimia Farma Jambi jual obat penggugur kandunganKimia Farma Jambi jual obat penggugur kandungan
Kimia Farma Jambi jual obat penggugur kandungan
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
Presentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptx
Presentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptxPresentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptx
Presentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptx
PeniMSaptoargo2
 
materi skrining epidemiologi epidemiologi
materi skrining epidemiologi epidemiologimateri skrining epidemiologi epidemiologi
materi skrining epidemiologi epidemiologi
ZulAzhri
 
∆×@ OBAT PENGGUGUR MALAYSIA §™{^¥ +6287776558899 §°™ ABORSI JANIN MALAYSIA §✓{®
∆×@ OBAT PENGGUGUR MALAYSIA §™{^¥ +6287776558899 §°™ ABORSI JANIN MALAYSIA §✓{®∆×@ OBAT PENGGUGUR MALAYSIA §™{^¥ +6287776558899 §°™ ABORSI JANIN MALAYSIA §✓{®
∆×@ OBAT PENGGUGUR MALAYSIA §™{^¥ +6287776558899 §°™ ABORSI JANIN MALAYSIA §✓{®
Obat Cytotec
 
Presentation3 kelas ibu hamil p tm pertama.pptx
Presentation3 kelas ibu hamil p tm pertama.pptxPresentation3 kelas ibu hamil p tm pertama.pptx
Presentation3 kelas ibu hamil p tm pertama.pptx
YesicaAprilliaPutriA
 
Cara Menggugurkan Kandungan usia kehamilan 2 bulan +6287776558899
Cara Menggugurkan Kandungan usia kehamilan 2 bulan +6287776558899Cara Menggugurkan Kandungan usia kehamilan 2 bulan +6287776558899
Cara Menggugurkan Kandungan usia kehamilan 2 bulan +6287776558899
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
Kimia Farma Banjarmasin jual obat penggugur kandungan
Kimia Farma Banjarmasin jual obat penggugur kandunganKimia Farma Banjarmasin jual obat penggugur kandungan
Kimia Farma Banjarmasin jual obat penggugur kandungan
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 

Recently uploaded (20)

pengobatan penyakit kusta (morbus hansen)
pengobatan penyakit kusta (morbus hansen)pengobatan penyakit kusta (morbus hansen)
pengobatan penyakit kusta (morbus hansen)
 
Bahan Ajar Mata Kuliah Urinalisis Edisi Tahun 2024
Bahan Ajar Mata Kuliah Urinalisis Edisi Tahun 2024Bahan Ajar Mata Kuliah Urinalisis Edisi Tahun 2024
Bahan Ajar Mata Kuliah Urinalisis Edisi Tahun 2024
 
buku tentang terbaru stroke iskemik akut ebook.pdf
buku tentang terbaru stroke iskemik akut ebook.pdfbuku tentang terbaru stroke iskemik akut ebook.pdf
buku tentang terbaru stroke iskemik akut ebook.pdf
 
PPS (perencanaan perbaikan strategis) PUSKESMAS.pptx
PPS (perencanaan perbaikan strategis) PUSKESMAS.pptxPPS (perencanaan perbaikan strategis) PUSKESMAS.pptx
PPS (perencanaan perbaikan strategis) PUSKESMAS.pptx
 
PRESENTASI KELOMPOK 3 OJT PUS UNMET NEED.pptx
PRESENTASI KELOMPOK 3 OJT PUS UNMET NEED.pptxPRESENTASI KELOMPOK 3 OJT PUS UNMET NEED.pptx
PRESENTASI KELOMPOK 3 OJT PUS UNMET NEED.pptx
 
TEMPAT JUAL OBAT CYTOTEC ASLI DI JAKARTA 081399993834
TEMPAT JUAL OBAT CYTOTEC ASLI DI JAKARTA 081399993834TEMPAT JUAL OBAT CYTOTEC ASLI DI JAKARTA 081399993834
TEMPAT JUAL OBAT CYTOTEC ASLI DI JAKARTA 081399993834
 
Kimia Farma Surabaya jual obat penggugur kandungan/Aborsi janin
Kimia Farma Surabaya jual obat penggugur kandungan/Aborsi janinKimia Farma Surabaya jual obat penggugur kandungan/Aborsi janin
Kimia Farma Surabaya jual obat penggugur kandungan/Aborsi janin
 
PENGELOLAAN OBAT PADA ANAK DAN LANSIA (1).pptx
PENGELOLAAN OBAT PADA ANAK DAN LANSIA (1).pptxPENGELOLAAN OBAT PADA ANAK DAN LANSIA (1).pptx
PENGELOLAAN OBAT PADA ANAK DAN LANSIA (1).pptx
 
Kimia Farma Jambi jual obat penggugur kandungan
Kimia Farma Jambi jual obat penggugur kandunganKimia Farma Jambi jual obat penggugur kandungan
Kimia Farma Jambi jual obat penggugur kandungan
 
Sistemm Klasifikasi Virus Baltimore.docx
Sistemm Klasifikasi Virus Baltimore.docxSistemm Klasifikasi Virus Baltimore.docx
Sistemm Klasifikasi Virus Baltimore.docx
 
Presentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptx
Presentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptxPresentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptx
Presentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptx
 
Cytotec di Sabah: Solusi dan Pertimbangan Penting obat aborsiterbukti tuntas
Cytotec di Sabah: Solusi dan Pertimbangan Penting obat aborsiterbukti tuntasCytotec di Sabah: Solusi dan Pertimbangan Penting obat aborsiterbukti tuntas
Cytotec di Sabah: Solusi dan Pertimbangan Penting obat aborsiterbukti tuntas
 
Prosedur FFR & Instalasi FFR di Ruang Cathlab.pptx
Prosedur FFR & Instalasi FFR di Ruang Cathlab.pptxProsedur FFR & Instalasi FFR di Ruang Cathlab.pptx
Prosedur FFR & Instalasi FFR di Ruang Cathlab.pptx
 
materi skrining epidemiologi epidemiologi
materi skrining epidemiologi epidemiologimateri skrining epidemiologi epidemiologi
materi skrining epidemiologi epidemiologi
 
∆×@ OBAT PENGGUGUR MALAYSIA §™{^¥ +6287776558899 §°™ ABORSI JANIN MALAYSIA §✓{®
∆×@ OBAT PENGGUGUR MALAYSIA §™{^¥ +6287776558899 §°™ ABORSI JANIN MALAYSIA §✓{®∆×@ OBAT PENGGUGUR MALAYSIA §™{^¥ +6287776558899 §°™ ABORSI JANIN MALAYSIA §✓{®
∆×@ OBAT PENGGUGUR MALAYSIA §™{^¥ +6287776558899 §°™ ABORSI JANIN MALAYSIA §✓{®
 
Materi Sosialisasi Kompetensi Kader Kesehatan di Puskesmas materi 25 kompeten...
Materi Sosialisasi Kompetensi Kader Kesehatan di Puskesmas materi 25 kompeten...Materi Sosialisasi Kompetensi Kader Kesehatan di Puskesmas materi 25 kompeten...
Materi Sosialisasi Kompetensi Kader Kesehatan di Puskesmas materi 25 kompeten...
 
Movi Tri Wulandari - Portofolio Perawat
Movi Tri Wulandari -  Portofolio PerawatMovi Tri Wulandari -  Portofolio Perawat
Movi Tri Wulandari - Portofolio Perawat
 
Presentation3 kelas ibu hamil p tm pertama.pptx
Presentation3 kelas ibu hamil p tm pertama.pptxPresentation3 kelas ibu hamil p tm pertama.pptx
Presentation3 kelas ibu hamil p tm pertama.pptx
 
Cara Menggugurkan Kandungan usia kehamilan 2 bulan +6287776558899
Cara Menggugurkan Kandungan usia kehamilan 2 bulan +6287776558899Cara Menggugurkan Kandungan usia kehamilan 2 bulan +6287776558899
Cara Menggugurkan Kandungan usia kehamilan 2 bulan +6287776558899
 
Kimia Farma Banjarmasin jual obat penggugur kandungan
Kimia Farma Banjarmasin jual obat penggugur kandunganKimia Farma Banjarmasin jual obat penggugur kandungan
Kimia Farma Banjarmasin jual obat penggugur kandungan
 

JURNALInformedChoice.pdf

  • 1. See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/335902689 INFORMED CHOICE DENGAN KEPUASAN PASIEN AKSEPTOR KELUARGA BERENCANA (KB) BARU SEBAGAI ASPEK LEGAL DALAM PELAYANAN KEBIDANAN DI PKM BENTENG KOTA PALOPO Article  in  Voice of Midwifery · September 2018 DOI: 10.35906/vom.v4i06.9 CITATIONS 0 READS 3,114 2 authors: Some of the authors of this publication are also working on these related projects: judul Informed Choice dengan Kepuasaan Pasien Akseptor Keluarga Berencana (KB) Baru sebagai Aspek Legal dalam Pelayanan Kebidanan di PKM Benteng Kota Palopo View project Mrs. Asmawati Universitas Muhammadiyah Palopo 2 PUBLICATIONS   0 CITATIONS    SEE PROFILE Sri Rahayu Amri Universitas Muhammadiyah Palopo 13 PUBLICATIONS   1 CITATION    SEE PROFILE All content following this page was uploaded by Sri Rahayu Amri on 19 April 2020. The user has requested enhancement of the downloaded file.
  • 2. 1 ● Jurnal Voice of Midwifery, Vol. 04 No. 06 September 2015 ABSTRAK Kesadaran masyarakat Kota Palopo terhadap pentingnya mengatur jarak kehamilan sudah mengalami peningkatan. Ini ditandai dengan partisipasi masyarakat dalam program keluarga berencana. Jumlah akseptor KB aktif dan KB baru mengalami peningkatan di tahun 2012. Hal tersebut di atas sejalan dengan pernyataan bahwa akseptor Keluarga Berencana (KB) tertinggi adalah Sulawesi Selatan, dimana telah melampaui target akseptor baru yang mencapai 385 ribu akseptor atau mencapai 110,32 persen dan kabupaten Luwu menyumbangkan peningkatan akseptor tertinggi atau rangking pertama di Sulsel. Informed choice sebagai salah satu hak bagi akseptor KB baru maupun KB aktif sebagai acuan dari standar pelayanan kebidanan perlu mendapat perhatian khusus karena merupakan bagian dalam prinsip konseling KB, yang meliputi: percaya diri / confidentiality; Tidak memaksa / Informed choice; Informed consent; Hak klien / clien’t rights dan Kewenangan / empowerment. Bahkan, karena begitu pentingnya informed choice tersebut, maka dalam UU No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Pasal 56 dengan jelas dikatakan bahwa setiap orang berhak menerima atau menolak sebagian atau seluruh tindakan pertolongan yang akan diberikan kepadanya setelah menerima dan memahami informasi mengenai tindakan tersebut secara lengkap. Penelitian ini dengan menggunakan penjelasan penelitian explanatory research menggunakan metode survei dengan pendekatan cross sectional dimana data yang menyangkut variabel bebas atau terikat akan dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan. Variabel dalam penelitian ini adalah umur, pendidikan, pekerjaan dan informed choice. Hasil penelitian kepuasan pasien akseptor keluarga berencana baru sebagai aspek legal dalam pelayanan kebidanan di pkm benteng menunjukkan bahwa tidak ada hubungan dengan Informed Choice. Kata Kunci : Informed Choice, Kepuasaan, Akseptor KB Baru ABSTRACT Palopo public awareness of the importance of spacing pregnancies has increased. It is characterized by community participation in family planning programs. The number of family planning acceptors active and new family planning has increased in 2012. The foregoing is in line with the statement that family planning acceptors is the highest in South Sulawesi, which has exceeded the target for new acceptors which reached 385 thousand acceptors or reached 110.32 percent and Luwu district contributed the highest increase in acceptor or ranking first in southern Sulawesi. Informed choice as one of the rights for the new family planning acceptors and Family Planning active as the reference standard obstetric care needs special attention because it is part of the principle of family planning counseling, which covers: confidentiality; Informed choice; Informed consent; clien’t rights and empowerment. In fact, because of the importance of informed choice, then in Law No. 36 Year 2009 on Health, Article 56 clearly says that every person has the right to accept or reject some or all aid measures that will be given to him after receiving and understanding information about these measures in full. This study using explanatory research using survey method with cross sectional approach in which data concerning the independent variables or dependent will be collected at the same time. The variables in this study were age, education, occupation and informed choice. Jurnal Voice of Midwifery ,VOLUME 04 No. 06 September ● 2015 Halaman 80 - 89 HUBUNGAN ANTARA INFORMED CHOICE DENGAN KEPUASAN PASIEN AKSEPTOR KELUARGA BERENCANA (KB) BARU SEBAGAI ASPEK LEGAL DALAM PELAYANAN KEBIDANAN DI PKM BENTENG KOTA PALOPO RELATIONSHIP BETWEEN PATIENT SATISFACTION WITH THE INFORMED CHOICE ACCEPTORS NEW FAMILY PLANNING SERVICES AS A LEGAL ASPECTS IN MIDWIFERY IN HEALTH BENTENG OF THE PALOPO CITY IN THE PALOPO CITY Asmawati¹, Sri Rahayu Amri2 1,2 Dosen Tetap Yayasan AKBID Muhammadiyah Palopo 1.Alamat Korespondensi : Jl. Andi Tenri Adjeng Hp. 085 299 159 696 Email : Asmawati111@gmail.com. 2.Alamat Korespondensi: Jl. Nenas No. 5 Kota Palopo Hp. 081 242 422 45 Email : srirahayuamri@yahoo.co.id Artikel Penelitian
  • 3. 2 ● Jurnal Voice of Midwifery, Vol. 04 No. 06 September 2015 The results of patient satisfaction research new family planning acceptors as legal aspects of midwifery services in health centers in the castle show that there is no relationship with Informed Choice. Keywords : Informed Choice, Kepuasaan, Akseptor KB Baru. PENDAHULUAN Informed choice merupakan aspek yang sangat penting dalam pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi (KR). Dikatakan demikian, karena informed choice sebagai langkah awal dari penerapan informed consent sangat besar artinya, baik bagi pasien, maupun tenaga kesehatan. Bahkan, karena begitu pentingnya informed consent tersebut, maka dalam UU No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Pasal 56 dengan jelas dikatakan bahwa setiap orang berhak menerima atau menolak sebagian atau seluruh tindakan pertolongan yang akan diberikan kepadanya setelah menerima dan memahami informasi mengenai tindakan tersebut secara lengkap. Jadi, hak persetujuan atas dasar informasi (informed consent) merupakan implementasi dari hak pasien. Peran informed consent sangat penting dalam pelayanan kesehatan karena berfungsi sebagai aspek legal dalam pelaksaan fungsi tenaga kesehatan. Salah satu faktor yang menjadi penyebab belum terealisasinya informed consent dengan baik dalam pelayanan kesehatan saat ini ialah karena informasi tentang tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien sebelum mengambil keputusan belum terjabarkan secara detail sehingga informed choice sebagai dasar pelaksanaan informed consent juga tidak berjalan sebagaimana mestinya. Tahapan awal yang dilakukan dalam memberikan informed choice ialah dengan melakukan konseling, dimana petugas membantu klien dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan digunakan sesuai dengan pilihannya dan klien merasa puas. Konseling yang baik akan membantu klien dalam menggunakan kontrasepsinya lebih lama dan meningkatkan keberhasilan KB. Konseling juga akan mempengaruhi interaksi antara petugas dan klien karena dapat meningkatkan hubungan dan kepercayaan yang telah ada. Konseling sering diabaikan dan tidak dilaksanakan dengan baik karena petugas tidak mempunyai waktu dan tidak menyadari pentingnya konseling. Dengan adanya konseling maka klien akan lebih mudah mengikuti nasihat provider. Konseling adalah proses yang berjalan dan menyatu dengan semua aspek pelayanan Keluarga Berencana dan bukan hanya informasi yang diberikan dan dibicarakan pada satu kesempatan yakni pada saat pemberian pelayanan. Teknik konseling yang baik dan informasi yang memadai secara interaktif sepanjang kunjungan klien akan memberikan keleluasaan kepada klien dalam memutuskan untuk memilih kontrasepsi (informed Choice) yang akan digunakan. Informed choice merupakan bentuk persetujuan pilihan tentang metode kontrasepsi yang dipilih oleh klien setelah memahami kebutuhan reproduksi yang paling sesuai dengan dirinya / keluarganya. Pilihan tersebut merupakan hasil bimbingan dan pemberian informasi yang obyektif, akurat dan mudah dimengerti oleh klien. Pilihan yang diambil merupakan yang terbaik dari berbagai alternatif yang tersedia. Menurut data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Sulsel bahwa Provinsi Sulsel secara nasional dinilai sukses melaksanakan program KB, dimana kita telah melampaui target akseptor baru yang mencapai 385 ribu akseptor atau mencapai 110,32 persen dan kabupaten Luwu menyumbangkan peningkatan akseptor tertinggi atau rangking pertama di Sulsel. Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB Kab Luwu, Hj Wahidah S.Sos MSi mengatakan, Kabupaten Luwu mampu menekan pertumbuhan jumlah penduduk secara signifikan diangka 1,06 persen, berada dibawah ambang batas dari laju pertumbuhan penduduk Provinsi Sulawesi Selatan yang mencapai 1,17 persen. Badan Pemberdayaan perempuan Kabupaten Luwu mencatat, tahun 2011 pencapaian akseptor KB di kabupaten Luwu sebanyak 16.826 akseptor. Pencapaian ini melampaui target hingga 102,53 persen dari target yang diberikan pemerintah RI kepada kabupaten Luwu dengan capaian akseptor KB ditahun 2011 harus mencapai 16.411 akseptor.
  • 4. 3 ● Jurnal Voice of Midwifery, Vol. 04 No. 06 September 2015 Dari data akseptor kabupaten Luwu, tergambar pula penggunaan alat kontrasepsi, masih didominasi kaum perempuan, dan hanya sedikit kaum laki-laki yang mau menggunakan alat KB. Tercatat dari 16.826 akseptor KB kaum perempuan yang menggunakan alat kontrasepsi mencapai 14.637 orang sementara kaum laki- laki yang mau menggunakan alat kontrasepsi hanya mencapai 2.189 orang, termasuk hanya tiga orang kaum laki-laki yang mau menggunakan alat kontrasepsi kondom hanya sebanyak 2.186 akseptor, bahkan laki-laki yang mau ber-KB dengan sistem fasektomi hanya 3 orang. Dari pemanfaatan alat kontrasepsi ini pula, tergambar bahwa kaum perempuan dalam penggunaan alat kontrasepsi masih menjatuhkan pilihan favorit pada penggunaan pil yang mencapai 7.402 akseptor, disusul suntikan 6.367 akseptor, implant 525 akseptor iud atau spiral 195 akseptor, dan MOW Tubektomi 148 orang. Hal tersebut berbeda dengan masyarakat perkotaan, dimana kaum perempuan dalam ber- KB lebih memilih penggunaan spiral atau iud dan tubektomi. Namun mungkin hal ini masih berkaitan dngan budaya malu, sebab penggunaan kontrasepsi berupa IUD atau sprial diletakkan pada bagian alat kelamin kaum perempuan. Tetapi dari sisi efektivitas memang lebih baik, karena tidak repot dan dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama ketimbang suntikan dan pil yang harus setiap saat. Salah satu yang menjadi kendala dilapangan untuk lebih meningkatkan akseptor KB di Luwu Raya yakni berkaitan dengan luasnya wilayah sehingga masih sangat membutuhkan banyak petugas lapangan KB. Idealnya petugas KB itukan satu orang menangani satu desa sehingga praktis kita masih sangat membutuhkan petugas lapangan KB. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Hubungan Antara Informed Choice dengan Kepuasan Pasien Akseptor Keluarga Berencana (KB) Baru sebagai Aspek Legal dalam Pelayanan Kebidanan di PKM Benteng Kota Palopo. TINJAUAN PUSTAKA Dalam tinjauan pustaka ini diuraikan mengenai informed choice, kepuasaan, akseptor KB baru. 1. Informed Choice Informed Choice adalah membuat pilihan setelah mendapatkan penjelasan tentang alternatif asuhan yang akan dialaminya. Pilihan (choice) harus dibedakan dari persetujuan (concent). Persetujuan penting dari sudut pandang bidan, karena itu berkaitan dengan aspek hukum yang memberikan otoritas untuk semua prosedur yang dilakukan oleh bidan. Sedangkan pilihan (choice) lebih penting dari sudut pandang wanita (pasien) sebagai konsumen penerima jasa asuhan kebidanan. Tujuannya adalah untuk mendorong wanita memilih asuhannya. Peran bidan tidak hanya membuat asuhan dalam manajemen asuhan kebidanan tetapi juga menjamin bahwa hak wanita untuk memilih asuhan dan keinginannya terpenuhi. Hal ini sejalan dengan kode etik internasional bidan yang dinyatakan oleh ICM 1993, bahwa bidan harus menghormati hak wanita setelah mendapatkan penjelasan dan mendorong wanita untuk menerima tanggung jawab untuk hasil dari pilihannya. Informed choice merupakan bentuk persetujuan pilihan tentang: 1) Metode kontrasepsi yang dipilih oleh klien setelah memahami kebutuhan reproduksi yang paling sesuai dengan dirinya / keluarganya. 2) Pilihan tersebut merupakan hasil bimbingan dan pemberian informasi yang obyektif, akurat dan mudah dimengerti oleh klien. 3) Pilihan yang diambil merupakan yang terbaik dari berbagai alternatif yang tersedia. Hal-hal yang dapat dilakukan bidan untuk dapat dapat memberikan pelayanan informed choice dengan baik adalah : 1) Bidan harus terusmeningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dalam berbagai aspek agar dapat membuat keputusan klinis dan secara teoritis agar dapat memberikan pelayanan yang aman dan dapat memuaskan kliennya. 2) Bidan wajib memberikan informasi secara rinci dan jujur dalam bentuk yang dapat dimengerti oleh wanita dengan menggunakan media laternatif dan penerjemah, kalau perlu dalam bentuk tatap muka secara langsung 3) Bidan dan petugas kesehatan lainnya perlu belajar untuk membantu wanita melatih diri
  • 5. 4 ● Jurnal Voice of Midwifery, Vol. 04 No. 06 September 2015 dalam menggunakan haknya dan menerima tanggung jawab untuk keputusan yang mereka ambil sendiri. 4) Dengan berfokus pada asuhan yang berpusat pada wanita dan berdasarkan fakta, diharapkan bahwa konflik dapat ditekan serendah mungkin 5) Tidak perlu takut akan konflik tapi menganggapnya sebagai suatu kesempatan untuk saling memberi dan mungkin suatu penilaian ulang yang objektif, bermitra dengan wanita dari sistem asuhan dan suatu tekanan positif. 2. Kepuasaan Kepuasan menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah puas; merasa senang; perihal (hal yang bersifat puas, kesenangan, kelegaan dan sebagainya). Kepuasan dapat diartikan sebagai perasaan puas, rasa senang dan kelegaan seseorang dikarenakan mengkonsumsi suatu produk atau jasa untuk mendapatkan pelayanan suatu jasa. Menurut Kotler (2008) kepuasan adalah tingkat kepuasan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakan dibandingkan dengan harapannya. Jadi kepuasan atau ketidakpuasan adalah kesimpulan dari interaksi antara harapan dan pengalaman sesudah memakai jasa atau pelayanan yang diberikan. Apabila penampilan kurang dari harapan, maka pelanggan tidak dipuaskan, namun apabila penampilan sebanding dengan harapan, pelanggan puas, dan apabila penampilan melebihi harapan pelanggan akan sangat puas atau senang. Menurut Oliver mendefinisikan kepuasan sebagai tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakan dengan harapannya. Tingkat kepuasan merupakan fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan harapan. Apabila kinerja dibawah harapan, maka pelanggan akan sangat kecewa, namun sebaliknya bila kinerja sesuai harapan, maka pelanggan akan puas, dan bila kinerja melebihi harapan pelanggan akan sangat puas. Harapan pelanggan dibentuk oleh masa lampau, komentar dari kerabatnya serta janji dan informasi dari berbagai media. Pelanggan yang puas akan setia lebih lama, kurang sensitive terhadap harga dan memberi komentar yang baik tentang perusahaan tersebut. Wijono (1999) berpendapat bahwa kepuasan adalah tingkat keadaan yang dirasakan seseorang yang merupakan hasil dari membandingkan penampilan atau outcome produk yang dirasakan dalam hubungannya dalam harapan seseorang. Ada tiga tingkat kepuasan yaitu bila penampilan kurang dari harapan, pelanggan tidak dipuaskan. Bila penampilan sebanding dengan harapan, pelanggan puas. Apabila penampilan melebihi harapan, pelanggan amat puas atau senang Menurut Muninjaya (2004) kepuasan adalah tingkat kepuasan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakan dibandingkan dengan harapannya. Jadi kepuasan atau ketidakpuasan adalah kesimpulan dari interaksi antara harapan dan pengalaman sesudah memakai jasa atau pelayanan yang diberikan. Upaya untuk mewujudkan kepuasan pelanggan total bukanlah hal yang mudah, Mudie dan Cottom menyatakan bahwa kepuasan pelanggan. Freud (sitatdalam Hall & Lindzey, 1970) menjelaskan bahwa individu dalam kehidupannya sehari-hari selalu ingin mendapatkan kepuasan. Peranan lingkungan terhadap diri individu dalam pemenuhan kebutuhannya sangat besar. Lingkungan dapat memberi kepuasan pada diri individu dan mereduksi ketegangan, tetapi sebaliknya lingkungan juga dapat mengecewakan individu dan menimbulkan perasaan tidak aman sehingga individu akan merasa cemas dan takut serta tegang. Jika ketegangan tersebut tidak bisa dikontrol terjadilah kecemasan pada diri individu. Pasien yang menilai layanan keperawatan sebagai layanan yang tidak memuaskan dapat merasa kecewa karena harapannya terhadap layanan yang seharusnya diterima tidak terpenuhi. Hal ini kemudian dapat menimbulkan rasa tidak aman untuk tinggal di rumah sakit. Persepsi seperti ini, menurut Abraham dan Shanley (1997) dapat mengaktifkan sistem saraf simpatetik, kelenjar pituitary dan hypothalamus,
  • 6. 5 ● Jurnal Voice of Midwifery, Vol. 04 No. 06 September 2015 yang kemudian berakibat pada perubahan detak jantung, pola sirkulasi darah dan perubahan lemak menjadi sumber energi yang digunakan. Perubahan - perubahan fisiologis ini akhimya mcnimbulkan kekhawatiran pasicn, sehingga kecemasan pasien meningkat. Namun bila layanan keperawatan dipandang pasien dapat memberikan kepuasan, pasien dapat mereduksi ketegangannya dan merasa mudah menjalani hari-harinya di rumah sakit. Keluhan- keluhan pasien tentang layanan keperawatan di rumah sakit menunjukkan bahwa perawat mempunyai peranan yang penting dalam meningkatkan kualitas layanan rumah sakit. 3. Akseptor KB baru Akseptor KB adalah anggota masyarakat yang mengikuti gerakan KB dengan melaksanakan penggunaan alat kontrasepsi. Akseptor atau peserta KB baru, yaitu Pasangan Usia Subur yang pertama kali menggunakan kontrasepsi setelah mengalami kehamilan yang berakhir dengan keguguran atau persalinan. Akseptor KB menurut sasarannya terbagi menjadi tiga fase yaitu fase menunda atau mencegah kehamilan, fase penjarangan kehamilan dan fase menghentikan atau mengakhiri kehamilan atau kesuburan. Akseptor KB lebih disarankan untuk Pasangan Usia Subur (PUS) dengan menggunakan alat kontrasepsi. Karena pada pasangan usia subur inilah yang lebih berpeluang besar untuk menghasilkan keturunan dan dapat meningkatkan angka kelahiran. Sikap petugas kesehatan dalam melaksanakan konseling yang baik pada calon klien KB baru : 1) Memperlakukan klien dengan baik Petugas bersikap sabar, memperlihatkan sikap menghargai klien dan menciptakan rasa percaya diri sehingga klien dapat berbicara secara terbuka dalam segala hal termasuk masalah-masalah pribadi sekalipun. Petugas meyakinkan klien bahwa ia tidak akan mendiskusikan rahasia klien terhadap orang lain. 2) Interaksi antara petugas dan klien Petugas harus mendengarkan, mempelajari dan menanggapi keadaan klien karena setiap klien mempunyai kebutuhan dan tujuan reproduksi yang berbeda. Bantuan terbaik seorang petugas adalah cara memahami bahwa klien adalah manusia yang membutuhkan perhatian dan bantuan. Oleh karena itu, petugas harus mendorong agar klien berani berbicara dan bertanya. 3) Memberikan informasi yang baik dan benar kepada klien Dengan mendengarkan apa yang disampaikan klien berarti petugas belajar mendengarkan informasi apa saja yang dibutuhkan oleh setiap klien. Dalam memberikan informasi petugas harus menggunakan bahasa yang mudah dimengerti klien dan hendaknya menggunakan alat bantu visual (ABPK). 4) Menghindari informasi yang berlebihan Klien membutuhkan penjelasan yang cukup dan tepat untuk menentukan pilihan (Informed Choice). Namun tidak semua klien menangkap semua informasi tentang berbagai macam kontrasepsi. Terlalu banyak informasi akan menyebabkan kesulitan bagi klien dalam mengingat informasi yang penting. Hal ini disebut kelebihan informasi. Pada waktu memberikan informasi petugas harus memberikan waktu bagi klien untuk berdiskusi, bertanya dan mengajukan pendapat. 5) Membahas metode yang diinginkan klien Petugas membantu klien membuat keputusan mengenai pilihannya dan tanggap terhadap pilihan klien meskipun klien menolak memutuskan atau menangguhkan penggunaan kontrasepsi. Dalam konseling petugas mengkaji apakah klien sudah mengerti mengenai jenis kontrasepsi termasuk keuntungan dan kerugian serta bagaimana cara penggunaannya. Konseling mengenai kontrasepsi yang dipilih klien dimulai dengan mengenalkan berbagai jenis kontrasepsi dalam Keluarga Berencana. Petugas mendorong klien untuk berpikir melihat persamaan yang ada dan membandingkan antar jenis kontrasepsi tersebut. Dengan cara ini maka klien akan membuat sebuah pilihan (informed Choice). Bila tidak ada halangan dalam bidang kesehatan maka baiknya klien menggunakan kontrasepsi sesuai dengan pilihannya sehingga klien akan
  • 7. 6 ● Jurnal Voice of Midwifery, Vol. 04 No. 06 September 2015 menggunakan kontrasepsi tersebut lebih lama dan lebih efektif. 6) Membantu klien untuk mengerti dan mengingat Petugas memberikan contoh alat kontrasepsi dan menjelaskan pada klien agar memahami dengan memperlihatkan bagaimana cara penggunaannya. Petugas juga memperlihatkan dan menjelaskan dengan flip charts, poster, pamphlet, atau halaman bergambar. Hak Pasien Pasien sebagai calon maupun akseptor KB mempunyai hak sebagai berikut: 1) Terjaga harga diri dan martabatnya. 2) Dilayani secara pribadi (privasi) dan terpeliharanya kerahasiaan. 3) Memperoleh informasi tentang kondisi dan tindakan yang akan dilaksanakan. 4) Mendapat kenyamanan dan pelayanan terbaik. 5) Menerima atau menolak pelayanan atau tindakan yang akan dilakukan. Kebebasan dalam memilih metode yang akan digunakan. METODE Jenis penelitian ini adalah penelitian explanatory research menggunakan metode survei dengan pendekatan cross sectional dimana data yang menyangkut variabel bebas atau terikat akan dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan. Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif sehingga hasil penelitian diharapkan saling memperkaya dan meningkatkan validitas kesimpulan penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah Akseptor KB Baru yang ada di Puskesmas Benteng Kota Palopo berjumlah 20 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik populasi dan sampel. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh akseptor KB baru yang ada di Puskesmas Benteng Palopo. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode accidental yaitu mengambil responden yang kebetulan ada dan tersedia pada saat itu di Puskesmas Benteng Kota Palopo. HASIL Analisis Univariat 1. Umur Berdasarkan karakteristik umur responden menunjukkan bahwa responden yang memiliki umur yang paling banyak yaitu umur 32 tahun sebanyak 4 orang (20 %), sedangkan umur yang paling sedikit yaitu umur 19, 20, 22, 27, 28, 29, dan 40 Tahun yaitu sebanyak 1 Orang (5,0%). 2. Pendidikan Berdasarkan karakteristik pendidikan akseptor KB Baru menunjukkan bahwa pendidikan SD dan SMP paling banyak yaitu 6 responden (30,0%), sedangkan yang paling sedikit yaitu pendidikan S1 sebanyak 3 Orang (15.0%) 3. Pekerjaan Berdasarkan karakteristik pekerjaan akseptor KB Baru pada tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa sebagian besar pekerjaan IRT yaitu 17 responden (85%), sedangkan yang paling sedikit yaitu mahasiswa sebanyak 1 responden (5%). 4. Informed Choice Sebagian besar responden mengatakan Informed Chioce dengan kategori Ya yaitu sebanyak 12 atau 60% dibandingkan Informed Chioce dengan kategori Tidak sebanyak 8 atau 40 %. 5. Kepuasan Pasien Akseptor KB Baru Sebagai Aspek Legal Dalam Pelayanan Kebidanan Kepuasan pasien akseptor KB Baru sebagian besar dengan kategori Ya yaitu sebanyak 11 atau 55% dibandingkan dengan kategori Tidak sebanyak 9 atau 45 %. 6. Hubungan antara Informed Choice dengan Kepuasan Pasien Akseptor KB Baru sebagai Aspek Legal dalam Pelayanan Kebidanan. Kepuasan pasien akseptor KB Baru terhadap Informed Choice dibagi menjadi dua kategori yaitu Ya dan Tidak. Dikatakan puas jika pasien menjawab Ya dan dikatakan tidak puas jika pasien menjawab tidak. Responden yang memiliki skor 55% atau 11 orang menjawab Ya dilakukan informed choice sedangkan 45% atau 9 orang mengatakan Tidak dilakukan Informed Choice. Hal-hal yang menyangkut kepuasan atas pemenuhan kebutuhan seseorang relatif sifatnya. Seperti yang dikatakan oleh Mc Gregor bahwa manusia merupakan makhluk yang terus menerus memiliki keinginankeinginan, segera apabila kebutuhan tertentu terpenuhi maka kebutuhan lain muncul. Manusia secara terus menerus melakukan usaha-usaha untuk memuaskan kebutuhan-
  • 8. 7 ● Jurnal Voice of Midwifery, Vol. 04 No. 06 September 2015 kebutuhannya. Individu dalam kehidupannya sehari- hari selalu ingin mendapatkan kepuasan. Peranan lingkungan terhadap diri individu dalam pemenuhan kebutuhannya sangat besar. Lingkungan dapat memberi kepuasan pada diri individu dan mereduksi ketegangan, tetapi sebaliknya lingkungan juga dapat mengecewakan individu dan menimbulkan perasaan tidak aman sehingga individu akan merasa cemas dan takut serta tegang. Jika ketegangan tersebut tidak bisa dikontrol terjadilah kecemasan pada diri individu. Hasil uji statistik dengan taraf signifikan 5 % diperoleh p value 0,062 (p > 0,05) yang berarti tidak ada hubungan antara Informed Choice dengan Kepuasan Pasien Akseptor KB Baru sebagai aspek legal dalam pelayanan Kebidanan di PKM Benteng Kota Palopo PEMBAHASAN 1. Umur Dari hasil penelitian diketahui bahwa responden yang memiliki umur yang paling banyak yaitu umur 30 tahun sebanyak 3 orang (15 %). Usia tersebut adalah kelompok usia remaja lanjut. Semakin lanjut usia seseorang diharapkan kedewasaan teknisnya semakin meningkat demikian juga psikologisnya. Mampu menunjukkan kematangan jiwa, mampu mengambil keputusan yang bijaksana dan mampu berpikir rasional, sehingga dalam menentukan sikap pun mereka cenderung lebih evaluatif dan lebih matang. Sedangkan umur yang paling sedikit yaitu umur 19, 20, 22, 27, 28, 29, dan 40 Tahun yaitu sebanyak 1 Orang (5,0%). Teori Notoatmodjo mengemukakan bahwa umur merupakan lama hidup yang dihitung sejak dilahirkan. Semakin bertambah umur seseorang, semakin bertambah pula daya tanggapnya. Melalui perjalanan umurnya semakin dewasa individu yang bersangkutan akan melakukan adaptasi perilaku terhadap lingkungan. Atau dimaksudkan bahwa semakin dewasa usia seseorang akan mudah beradaptasi dengan lingkungan. Oleh karena itu idealnya seorang Akseptor KB Baru yang memiliki kematangan usia akan lebih peka terhadap masalah. 2. Pendidikan Responden dengan pendidikan Dasar dan menengah pertama paling banyak yaitu 6 responden (30,0%), sedangkan yang paling sedikit yaitu pendidikan S1 sebanyak 3 Orang (15.0%). Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberikan respon yang lebih rasional terhadap informasi yang datang dan akan berpikir sejauhmana keuntungan yang mungkin diperoleh dari gagasan tersebut. Dalam hal ini semakin tinggi pendidikan seseorang, maka kesempatan dia untuk memperoleh informasi dan pengetahuan akan semakin lebar, di mana melalui lama pendidikan yang ditempuh melalui jenjang sekolah, maka responden dalam hal ini pasien juga akan mendapatkan informasi dari berbagai sumber. 3. Pekerjaan Berdasarkan karakteristik pekerjaan, pekerjaan diartikan sebagai sebuah aktivitas yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan sebagai sarana untuk mendapatkan penghasilan sebagai imbalan atas aktivitas yang telah dilakukan. Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar pekerjaan IRT yaitu 17 responden (85%), sedangkan yang paling sedikit yaitu mahasiswa sebanyak 1 responden (5%). Dalam teori Psikologi keperawatan, menurut Endang Ekowarni, dalam hal ini jenis pekerjaan dapat mempengaruhi kepuasan pasien atas pelayanan yang diselenggarakan oleh rumah sakit, misalnya pada pasien yang pekerjaan sehari- harinya sebagai pejabat Pemerintah atau PNS atau aparat militer dengan pangkat tinggi, terkadang akan lupa bahwa dokter dan perawat adalah orang yang membantu untuk mengatasi penyakit yang dideritanya, dan mereka lebih banyak menganggap bahwa dokter dan perawat sebagai staf atau bawahan mereka, yang bisa menuruti atau mematuhi perintah mereka setiap dibutuhkan, sehingga mereka cenderung seenaknya terhadap kehadiran dokter dan perawat. Sedangkan pasien dengan kategori pekerjaan buruh cenderung takut untuk bertanya kemajuan pengobatan terhadap penyakit yang dideritanya, sehingga mereka lebih banyak diam dan bersifat pasif, karena status yang mereka miliki atas pekerjaan yang mereka lakukan dianggap ”tidak mampu” untuk mempertanyakan kemajuan pengobatan dan pelayanan. Mereka tidak cenderung dengan kondisi pelayanan yang diberikan oleh pemberi layanan. KESIMPULAN Responden yang memiliki skor 55% atau 11 orang menjawab Ya dilakukan informed choice sedangkan 45% atau 9 orang mengatakan Tidak
  • 9. 8 ● Jurnal Voice of Midwifery, Vol. 04 No. 06 September 2015 dilakukan Informed Choice. Hasil uji statistik dengan taraf signifikan 5 % diperoleh p value 0,062 (p > 0,05) yang berarti tidak ada hubungan antara Informed Choice dengan Kepuasan Pasien Akseptor KB Baru sebagai aspek legal dalam pelayanan Kebidanan di PKM Benteng Kota Palopo. Dilihat dari umur responden yang memiliki umur yang paling banyak yaitu umur 30 tahun sebanyak 3 orang (15 %). Dilihat dari tingkat pendidikan responden yang memiliki pendidikan dasar dan menengah pertama paling banyak yaitu 6 responden (30,0%), sedangkan yang paling sedikit yaitu pendidikan S1 sebanyak 3 Orang (15.0%). Di lihat dari tingkat pekerjaan bahwa sebagian besar pekerjaan IRT yaitu 17 responden (85%), sedangkan yang paling sedikit yaitu mahasiswa sebanyak 1 responden (5%). Saran Diharapkan petugas keluarga berencana berperan aktif dalam membantu pasien akseptor KB Baru memenuhi kebutuhan dasarnya dengan cara membantu langsung, memberi pengajaran, informasi yang jujur dan akurat atau dengan cara mendiskusikan kebutuhan pasien sehingga pasien dapat mengambil suatu keputusan yang tepat tentang tindakan medis yang akan dilakukan terhadapnya.. Semua informasi yang telah dibahas dalam penelitian ini bisa menjadi sumber informasi yang berharga untuk dikembangkan dan dibahas oleh peneliti selanjutnya. Sangat disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk menelaah dan mengembangkan lebih jauh lagi indikator -indikator pelayanan kesehatan yang berhubungan dengan aspek-aspek pelayanan yang prima. DAFTAR PUSTAKA Anna Glasier, Ailsa Gabbie. 2006. Keluarga Berencana & Kesehatan Reproduksi. Penerbit EGC. Jakarta Anonim. Undang-Undang Kesehatan. Pustaka Pelajar : Jakarta. 2006 Arikunto. S, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta : Jakarta. 2002 Ari suliatywati. 2011. Pelayanan Keluarga Berencana. Peneribit Salemba Medika. Jakarta. Asmawati, Rahayu Sri. Etika Profesi dan Hukum Kesehatan. Pustaka Refleksi : Makassar. 2011 Azwar, S. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, Pustaka Pelajar Offset : Yogyakarta. 2005 BKKBN. 2007. Bultin Program KB Nasional, No. 2 Tahun 2007. . 2012. Pembinaan PUS dan Kesertaan Ber-KB Seluruh Tahan Keluarga. BPS, DIY dalam angka tahun 2001, Badan pusat statistik Propinsi DIY : Yogyakarta. 2001 Dyah Novita Setia Arum. 2009. Panduan Lengkap Pelayanan KB Terkini. Penerbit Mitra Cendikia. Yogyakarta. Hartanto H. 2010. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta. Hidayat, Alimul A. 2007. Metode Penelitian Kebidanan Dan Teknik Analisa Data. Penerbit; Salemba Medika.Jakarta. Hal.28- 30. Hutamaean Serri. 2009. Asuhan Keperawatan Dalam Maternitas & Ginekologi. Penerbit : CV. Trans Info Media. Jakarta. IKAPI. 2007. Ragam Metode Kontrasepsi.Penerbit ; EGC. Jakarta. Leon Speroff & Philip Darney. 2005. Pedoman Klinis Kontrasepsi, Edisi 2. Penerbit EGC. Jakarta. Machfoeds, I. Statistik Induktif Bidang Kesehatan, Keperawatan dan Kebidanan, Fitramaya : Yogyakarta. 2006, Manuaba. Ilmu kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. EGC : Jakarta. 1998 Notoatmodjo. S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta : Jakarta. 2003
  • 10. 9 ● Jurnal Voice of Midwifery, Vol. 04 No. 06 September 2015 Notoatmodjo. S. Penghantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Andi Offset : Yogyakarta. 2003 Nursalam. Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Salemba Medika : Jakarta. 2003 Profil Puskesmas Maroangin. Data Sekunder Akseptor KB Suntik. 2013. Palopo Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka : Jakarta. 2002 Riyanto, A. 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Penerbit; Nuha Medika. Yogyakarta. Saifuddin Abdul Bari. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, Edisi 2. Penerbit Sagung Seto. Jakarta. Sarwono Prawirahadjo.2007. Ilmu Kebidanan, Edisi 2. Penerbit ; YBPS. Jakarta. Soekanto, S. Sosiologi Suatu Pengantar. Raja Grafindo Persada : Jakarta. . 2003 Soepardan Suryani. Etika Kebidanan dan Hukum Kesehatan. EGC : Jakarta. 2007 Soeparto P, Hariadi R, Koeswadji HH, Daeng H, Atmodirono AH. Etika dan Hukum di Bidang Kesehatan. Airlangga University Press : Surabaya. 2006 Sulistyaningsih. 2011. Metodologi Penelitian Kebidanan Kualitatif-Kuantitatif. Penerbit ; Graha Ilmu. Yogyakarta. Varney, Hellen (et.all). 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume 1. Penerbit; EGC. Jakarta. View publication stats View publication stats