Upaya upaya peningkatan efektivitas program kemitraan bidan dan parajiHendrik Sutopo
Program Kemitraan Bidan dan Paraji diharapkan dapat meningkatkan cakupan linakes melalui upaya meningkatkan sosialisasi, menjamin akses biaya masyarakat miskin, pelatihan bersama, dan evaluasi rutin untuk mengatasi kendala seperti ekonomi, pengetahuan, dan komunikasi.
Strategi Komunikasi Manajemen Kebersihan MenstruasiReza Hendrawan
Manejemen kebersihan menstruasi (MKM) merupakan bagian dari pendidikan kesehatan reproduksi dan sanitasi yang diperlukan bagi anak usia sekolah dan remaja. Buku ini dapat digunakan sebagai panduan praktis bagi petugas di lembaga pemerintah atau pihak lainnya untuk melaksanakan strategi komunikasi manajemen kebersihan menstruasi melalui kegiatan advokasi, mobilisasi sosial, dan kampanye publik di sekolah dan luar sekolah.
Upaya upaya peningkatan efektivitas program kemitraan bidan dan parajiHendrik Sutopo
Program Kemitraan Bidan dan Paraji diharapkan dapat meningkatkan cakupan linakes melalui upaya meningkatkan sosialisasi, menjamin akses biaya masyarakat miskin, pelatihan bersama, dan evaluasi rutin untuk mengatasi kendala seperti ekonomi, pengetahuan, dan komunikasi.
Strategi Komunikasi Manajemen Kebersihan MenstruasiReza Hendrawan
Manejemen kebersihan menstruasi (MKM) merupakan bagian dari pendidikan kesehatan reproduksi dan sanitasi yang diperlukan bagi anak usia sekolah dan remaja. Buku ini dapat digunakan sebagai panduan praktis bagi petugas di lembaga pemerintah atau pihak lainnya untuk melaksanakan strategi komunikasi manajemen kebersihan menstruasi melalui kegiatan advokasi, mobilisasi sosial, dan kampanye publik di sekolah dan luar sekolah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi wanita dalam memilih kontrasepsi pil antara lain usia, paritas (jumlah anak), pekerjaan, pendidikan, ketersediaan sarana kesehatan, dukungan suami, jarak ke fasilitas kesehatan, dan sumber informasi. Usia, paritas, dan pendidikan berpengaruh terhadap pemahaman wanita dalam memilih jenis kontrasepsi.
Dokumen tersebut membahas tentang konsep kependudukan di Indonesia, termasuk dinamika penduduk, faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk, dan transisi demografi. Secara khusus membahas tentang pengertian penduduk, penyebab perubahan jumlah penduduk, dan faktor-faktor sosial ekonomi yang berpengaruh terhadap tingkat kelahiran dan kematian.
Dokumen ini membahas analisis isu-isu terkait kebidanan dan kandungan di RSUD Lakipadada dengan menggunakan alat analisis APKL dan USG. Isu yang mendapat peringkat tertinggi adalah rendahnya pengetahuan dan partisipasi pasien pasca salin terhadap kontrasepsi. Dokumen juga menjelaskan rencana kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan tentang keluarga berencana melalui penyuluhan dan konseling di ruang perawatan nif
Rendahnya pengetahuan ibu pasca bersalin mengenai kontrasepsi di RSUD Lakipadada. Rancangan ini mengusulkan pemberian konseling dan edukasi melalui penyuluhan dan buku saku untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang keluarga berencana.
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA)pjj_kemenkes
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA) bertujuan untuk memantau pelayanan KIA secara terus-menerus di setiap wilayah kerja agar dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat. PWS-KIA meliputi pemantauan pelayanan ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir, dan anak balita serta keluarga berencana.
MTBS merupakan sistem manajemen terpadu yang digunakan untuk menangani balita sakit dengan memberikan penilaian, klasifikasi, dan tindakan sesuai kondisi balita. Sistem ini bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan balita dengan melibatkan petugas kesehatan dan masyarakat.
Modul 2 kb 3 peningkatan penanganan komplikasi kebidanan dan dan tanda bahaya...pjj_kemenkes
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Dokumen tersebut membahas tentang upaya peningkatan penanganan komplikasi kebidanan dan tanda bahaya bayi baru lahir oleh tenaga kesehatan, termasuk peningkatan fasilitas pelayanan kesehatan untuk penanganan komplikasi dan peningkatan kualitas pelayanan neonatus dengan komplikasi.
Modul 2 kb 1 peningkatan pelayanan antenatal, pertolongan persalinan oleh ten...pjj_kemenkes
Modul ini membahas upaya peningkatan pelayanan kesehatan ibu hamil, persalinan, dan balita yang menjangkau seluruh sasaran meliputi peningkatan pelayanan antenatal, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, serta pelayanan kesehatan bayi baru lahir, bayi, dan balita.
Modul 2 kb 1 mutu layanan kesehatan dan kebijakan kesehatanUwes Chaeruman
Dokumen tersebut membahas tentang konsep dasar standar mutu pelayanan kebidanan. Terdapat 24 standar pelayanan kebidanan yang dikelompokkan ke dalam 5 kelompok, yaitu standar pelayanan umum, antenatal, pertolongan persalinan, nifas, dan penanganan kegawatdaruratan obstetri-neonatal. Setiap standar memiliki tujuan, pernyataan standar, hasil yang diharapkan, prasyarat, dan proses pelaksanaannya.
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA)pjj_kemenkes
Dokumen tersebut membahas tentang Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA) yang bertujuan untuk memantau cakupan dan mutu pelayanan kesehatan ibu dan anak secara terus-menerus di setiap wilayah. PWS KIA meliputi pemantauan pelayanan antenatal, pertolongan persalinan, pelayanan ibu nifas, pelayanan neonatus, serta deteksi dini faktor risiko dan komplikasi kebidanan dan
Modul 2 kb 2 peningkatan deteksi dini risiko atau komplikasi kebidananpjj_kemenkes
Modul ini membahas upaya peningkatan deteksi dini risiko komplikasi kebidanan dan tanda bahaya bayi baru lahir oleh tenaga kesehatan dan masyarakat. Peningkatan deteksi dini diperlukan untuk mencegah kematian dan kesakitan ibu serta bayi. Faktor risiko kebidanan dan neonatus mencakup usia ibu, jumlah anak, status gizi, riwayat penyakit, dan riwayat persalinan sebelumnya."
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang hubungan dukungan suami dengan keikutsertaan ibu hamil dalam kelas hamil di Puskesmas Banjarsengon.
2. Variabel utama yang diteliti adalah dukungan suami dan keikutsertaan ibu hamil dalam kelas hamil.
3. Metode penelitian yang digunakan adalah survei dengan kuesioner kepada 80 responden ibu hamil.
Dokumen tersebut membahas tentang sistem rujukan dalam pelayanan kesehatan di Indonesia. Sistem rujukan merupakan mekanisme kerja sama antar pelayanan kesehatan dimana tanggung jawab pasien atau masalah kesehatan dirujuk dari fasilitas yang kurang mampu ke fasilitas yang lebih mampu. Tujuan sistem rujukan adalah meningkatkan mutu, cakupan, dan efisiensi pelayanan kesehatan secara terpad
Dokumen tersebut membahas tentang pentingnya pelayanan kontrasepsi yang didasarkan pada bukti ilmiah (evidence based). Pelayanan kontrasepsi harus mengintegrasikan bukti ilmiah terkini, keahlian klinis bidan, dan preferensi pasien untuk memastikan keamanan dan efektivitasnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi wanita dalam memilih kontrasepsi pil antara lain usia, paritas (jumlah anak), pekerjaan, pendidikan, ketersediaan sarana kesehatan, dukungan suami, jarak ke fasilitas kesehatan, dan sumber informasi. Usia, paritas, dan pendidikan berpengaruh terhadap pemahaman wanita dalam memilih jenis kontrasepsi.
Dokumen tersebut membahas tentang konsep kependudukan di Indonesia, termasuk dinamika penduduk, faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk, dan transisi demografi. Secara khusus membahas tentang pengertian penduduk, penyebab perubahan jumlah penduduk, dan faktor-faktor sosial ekonomi yang berpengaruh terhadap tingkat kelahiran dan kematian.
Dokumen ini membahas analisis isu-isu terkait kebidanan dan kandungan di RSUD Lakipadada dengan menggunakan alat analisis APKL dan USG. Isu yang mendapat peringkat tertinggi adalah rendahnya pengetahuan dan partisipasi pasien pasca salin terhadap kontrasepsi. Dokumen juga menjelaskan rencana kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan tentang keluarga berencana melalui penyuluhan dan konseling di ruang perawatan nif
Rendahnya pengetahuan ibu pasca bersalin mengenai kontrasepsi di RSUD Lakipadada. Rancangan ini mengusulkan pemberian konseling dan edukasi melalui penyuluhan dan buku saku untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang keluarga berencana.
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA)pjj_kemenkes
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA) bertujuan untuk memantau pelayanan KIA secara terus-menerus di setiap wilayah kerja agar dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat. PWS-KIA meliputi pemantauan pelayanan ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir, dan anak balita serta keluarga berencana.
MTBS merupakan sistem manajemen terpadu yang digunakan untuk menangani balita sakit dengan memberikan penilaian, klasifikasi, dan tindakan sesuai kondisi balita. Sistem ini bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan balita dengan melibatkan petugas kesehatan dan masyarakat.
Modul 2 kb 3 peningkatan penanganan komplikasi kebidanan dan dan tanda bahaya...pjj_kemenkes
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Dokumen tersebut membahas tentang upaya peningkatan penanganan komplikasi kebidanan dan tanda bahaya bayi baru lahir oleh tenaga kesehatan, termasuk peningkatan fasilitas pelayanan kesehatan untuk penanganan komplikasi dan peningkatan kualitas pelayanan neonatus dengan komplikasi.
Modul 2 kb 1 peningkatan pelayanan antenatal, pertolongan persalinan oleh ten...pjj_kemenkes
Modul ini membahas upaya peningkatan pelayanan kesehatan ibu hamil, persalinan, dan balita yang menjangkau seluruh sasaran meliputi peningkatan pelayanan antenatal, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, serta pelayanan kesehatan bayi baru lahir, bayi, dan balita.
Modul 2 kb 1 mutu layanan kesehatan dan kebijakan kesehatanUwes Chaeruman
Dokumen tersebut membahas tentang konsep dasar standar mutu pelayanan kebidanan. Terdapat 24 standar pelayanan kebidanan yang dikelompokkan ke dalam 5 kelompok, yaitu standar pelayanan umum, antenatal, pertolongan persalinan, nifas, dan penanganan kegawatdaruratan obstetri-neonatal. Setiap standar memiliki tujuan, pernyataan standar, hasil yang diharapkan, prasyarat, dan proses pelaksanaannya.
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA)pjj_kemenkes
Dokumen tersebut membahas tentang Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA) yang bertujuan untuk memantau cakupan dan mutu pelayanan kesehatan ibu dan anak secara terus-menerus di setiap wilayah. PWS KIA meliputi pemantauan pelayanan antenatal, pertolongan persalinan, pelayanan ibu nifas, pelayanan neonatus, serta deteksi dini faktor risiko dan komplikasi kebidanan dan
Modul 2 kb 2 peningkatan deteksi dini risiko atau komplikasi kebidananpjj_kemenkes
Modul ini membahas upaya peningkatan deteksi dini risiko komplikasi kebidanan dan tanda bahaya bayi baru lahir oleh tenaga kesehatan dan masyarakat. Peningkatan deteksi dini diperlukan untuk mencegah kematian dan kesakitan ibu serta bayi. Faktor risiko kebidanan dan neonatus mencakup usia ibu, jumlah anak, status gizi, riwayat penyakit, dan riwayat persalinan sebelumnya."
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang hubungan dukungan suami dengan keikutsertaan ibu hamil dalam kelas hamil di Puskesmas Banjarsengon.
2. Variabel utama yang diteliti adalah dukungan suami dan keikutsertaan ibu hamil dalam kelas hamil.
3. Metode penelitian yang digunakan adalah survei dengan kuesioner kepada 80 responden ibu hamil.
Dokumen tersebut membahas tentang sistem rujukan dalam pelayanan kesehatan di Indonesia. Sistem rujukan merupakan mekanisme kerja sama antar pelayanan kesehatan dimana tanggung jawab pasien atau masalah kesehatan dirujuk dari fasilitas yang kurang mampu ke fasilitas yang lebih mampu. Tujuan sistem rujukan adalah meningkatkan mutu, cakupan, dan efisiensi pelayanan kesehatan secara terpad
Dokumen tersebut membahas tentang pentingnya pelayanan kontrasepsi yang didasarkan pada bukti ilmiah (evidence based). Pelayanan kontrasepsi harus mengintegrasikan bukti ilmiah terkini, keahlian klinis bidan, dan preferensi pasien untuk memastikan keamanan dan efektivitasnya.
Program pemerintah dalam penanggulangan masalah kesehatan reproduksiAsih Astuti
1. Pemerintah memiliki program untuk menangani masalah kesehatan reproduksi melalui 6 komponen utama yaitu kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, pencegahan HIV/AIDS, kesehatan reproduksi remaja, reproduksi usia lanjut, dan pemberdayaan perempuan
2. Program-program tersebut diimplementasikan dengan strategi seperti peningkatan kesadaran masyarakat, integrasi pelayanan, peningkatan akses pelayanan kesehatan, dan pemberday
Dokumen tersebut membahas tentang konseling dan persetujuan tindakan medis dalam pelayanan keluarga berencana, mencakup tujuan, prinsip, keuntungan, hak pasien, peran konselor, jenis dan faktor penghambat konseling serta langkah-langkah konseling KB menggunakan metode SATU TUJU.
ADVOKASI KEMITRAAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM MENDUKUNG UPAYA-UPAYA KE...Veranica Widi
Dokumen tersebut membahas tentang advokasi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat. Secara ringkas, dokumen tersebut menjelaskan bahwa advokasi merupakan upaya strategis untuk memperoleh dukungan terhadap tujuan kesehatan tertentu, sedangkan pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk meningkatkan kapasitas masyarakat agar mampu menyelesaikan masalah kesehatan mereka sendiri. Dokumen tersebut juga
[Ringkasan]
Dokumen tersebut membahas konsep dasar asuhan kehamilan yang mencakup filosofi, lingkup, prinsip, sejarah, dan tujuan asuhan kehamilan serta peran bidan dalam memberikan asuhan kehamilan yang efektif dan berfokus pada deteksi dini komplikasi serta persiapan persalinan.
1. Dokumen tersebut membahas tentang konsep kebidanan komunitas dan peran serta fungsi bidan dalam pelayanan kebidanan komunitas.
2. Bidan komunitas adalah bidan yang bekerja melayani keluarga dan masyarakat di wilayah tertentu dengan pendekatan proses manajemen kebidanan atau penyelesaian masalah.
3. Lingkup tugas bidan komunitas meliputi antenatal care, pertolongan persalinan, asuhan ibu nifas dan balita,
Dokumen tersebut membahas tentang asuhan kebidanan dalam pendekatan studi kasus. Secara garis besar, dokumen menjelaskan tentang tujuan, lingkup, dan komponen asuhan kebidanan selama kehamilan, persalinan, dan nifas yang dilakukan dengan pendekatan studi kasus. Dokumen juga membahas tentang hak-hak perempuan hamil dan strategi pembelajaran klinik dengan pendekatan studi kasus.
Dokumen tersebut membahas tentang promosi kesehatan khususnya untuk ibu hamil. Terdapat beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesehatan ibu hamil seperti program bidan desa, posyandu, serta peningkatan kesadaran dan motivasi berbagai pihak terkait dengan menerapkan strategi promosi kesehatan secara tepat sesuai rumusan WHO 1994 yaitu advokasi, dukungan sosial, dan pemberdayaan m
Dokumen tersebut membahas tentang promosi kesehatan khususnya untuk ibu hamil. Terdapat beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesehatan ibu hamil seperti program bidan desa, posyandu, serta peningkatan kesadaran dan motivasi berbagai pihak terkait dengan menerapkan strategi promosi kesehatan secara tepat sesuai rumusan WHO 1994 yaitu advokasi, dukungan sosial, dan pemberdayaan m
1. Solusi Masalah Tingginya Angka Drop Out Kontrasepsi Di Indonesia
Berdasarkan telaah di atas, kami memberikan rekomendasi untuk mengatasi tingginya angka
drop out kontrasepsi di Indonesia sebagai berikut:
1. Meningkatkan investasi dalam keluarga berencana dalam kebijakan nasional serta
rencana pembangunan.
Advokat harus membantu pemerintah meningkatkan anggaran berdasarkan item,
meningkatkan komitmen mulai dari perencanaan dan kementerian keuangan, dan
mengimplementasikan rencana dengan mengidentifikasi dan mengalokasikan biaya
dengan spesifik, seperti baru-baru ini yang dikembangkan di Tanzania yaitu Tanzania
Family Planning Costed Implementation Program.
2. Memperluas akses dan meningkatkan permintaan yang lebih luas dari metode
kontrasepsi campuran dengan melibatkan pemangku kepentingan masyarakat dan
lain-lain.
Pemimpin agama, sesepuh desa, media, kelompok perempuan, laki-laki, dan pemuda
semua dapat membantu membuat penerimaan dan minat pada keluarga berencana.
Beberapa strategi dapat membantu mencapai akses, seperti melibatkan advokasi
masyarakat, mengintegrasikan layanan pada ibu dan program HIV dan kesehatan anak,
menggunakan media, dan mengintegrasikan keluarga berencana ke dalam sistem yang
sedang berlangsung. Upaya yang perlu untuk membuat metode kontrasepsi jangka
panjang dan lebih murah yang lebih tersedia, termasuk Sino-Implan dan versi subkutan
dari DMPA injeksi.
3. Meningkatkan kolaborasi antara pemasok kontrasepsi dan dukungan berbagai
sistem pembiayaan untuk keluarga berencana.
Selebihnya negara membuat rencana yang diperlukan untuk membantu perubahan
persediaan yang tersedia saat dibutuhkan. Di negara-negara yang menekankan
desentralisasi, menggunakan "keranjang" pendekatan pendanaan, pelatihan yang
diperlukan pada tingkatan yang lebih rendah di pemerintahan untuk membantu
memastikan perencanaan yang baik dan untuk akses ke komoditas dan persediaan. Selain
itu, dukungan diperlukan tidak hanya untuk klinik umum tetapi juga untuk pendekatan
social marketing, sistem waralaba dan skema asuransi swasta
4. Mengintegrasikan pelayanan keluarga berencana baik di dalam maupun di luar
sektor kesehatan.
Akses untuk kontrasepsi di masyarakat dapat meningkat jika informasi dan pelayanan
rujukan dikoordinasikan dan tersedia melalui HIV / AIDS dan sistem kesehatan ibu dan
anak. Keluarga berencana juga dapat dipromosikan sebagai pelengkap misi dari
pertanian, lingkungan, dan proyek lainnya. Jasa konsolidasi dan aliansi yang inovatif
pada berbagai sektor dapat membantu memperluas jangkauan informasi dan jasa,
khususnya sebagai pendekatan inovatif yang ditingkatkan. Tanpa tindakan tersebut,
bidang keluarga berencana dan mitra pembangunan terkait akan terus kehilangan
kesempatan untuk menyediakan informasi dan layanan untuk wanita, pria, dan remaja.
5. Menjangkau perempuan yang sudah menikah untuk melibatkan suaminya dan
menangani kebutuhan remaja yang belum menikah tentang kontrasepsi.
Pasangan diberitahu dan lebih ditekankan tentang kebutuhan keluarga berencana, sebagai
program untuk melibatkan laki-laki dalam refleksi terhadap norma-norma jender, dampak
dari jumlah anggota keluarga tanah dan makanan, dan pilihan untuk vasektomi.
2. Pendekatan keluarga berencana secara tradisional ditawarkan melalui fasilitas kesehatan
dan pada pasangan yang sudah menikah – perlu diperluas untuk mencapai orang-orang
yang lebih muda, mempromosikan akses kontrasepsi terutama bagi mereka yang aktif
secara seksual, lajang, yang tinggal di kota-kota besar, atau yang baru menikah dan
kurang terlayani. Kondom perlu dipromosikan untuk perlindungan ganda untuk
mencegah kehamilan yang tidak diinginkan dan pencegahan penyakit. Kekerasan
berbasis gender perlu menjadi prioritas, sebagaimana anak perempuan sering dipaksa
inisiasi seksual atau kehamilan yang tidak diinginkan. Program perlu untuk menjawab
pertanyaan yang menyangkut laki-laki dan remaja dan menawarkan layanan yang mereka
inginkan.
(USAID, WHO and UNFPA. Family planning for health and development: action for change, two major
rivers – family planning and development – joined at the International Conference on Family Planning in
Kampala, Uganda, to create a powerful flow of knowledge, ideas, and information.Uganda, 2009.
https://www.google.co.id/#q=family+planning+kampala+report+IBP+pdf
([accessed February 25, 2013].
3. Untuk Penyedia Layanan
1. Memberikan dukungan terus-menerus untuk penggunaan kontrasepsi.
Penawaran konseling kontrasepsi secara individu tentang pemilihan metode dan
kontrsepsi jangka panjang menggunakan dengan yang didasarkan pada penilaian
aktivitas seksual teratur perempuan, karakteristik hubungan dan perubahan, dan
peristiwa kehidupan lainnya, seperti krisis dalam keluarga, pekerjaan atau
sekolah.
Menasihati wanita tentang dampak potensial dari peristiwa kehidupan tertentu
pada penggunaan kontrasepsi secara inkonsisten, dan membantu mereka untuk
mempersiapkan saat terjadinya transisi dengan memberikan metode cadangan,
yaitu dengan kontrasepsi darurat atau keduanya.
2. Meningkatkan pengetahuan perempuan tentang risiko dan manfaat kontrasepsi.
Menilai motivasi perempuan untuk memilih metode tertentu, untuk memastikan
bahwa pilihan mereka adalah tidak didasarkan pada kesalahan persepsi tentang
metode lain. Beberapa wanita mungkin membutuhkan informasi lebih tentang
metode yang tersedia, termasuk benefit jika tidak memnggunakan kontrasepsi.
Mengembangkan materi pasien, sesuai dengan pendidikan klien tingkat dan
budaya, yang menginformasikan wanita tentang risiko (aktual versus dirasakan),
manfaat dan penggunaan metode yang tepat
3. Mengantisipasi dan mengelola efek samping.
Mereview pengalaman pasien dan kepuasan dengan menggunakan metode
kontrasepsi yang mereka gunakan pada setiap kunjungan dan segera mengatasi
masalah ketidakpuasan atau kekhawatiran tentang efek samping. Menasihati
perempuan tentang kemungkinan penggunaan inkonsisten tertinggi segera setelah
mulai metode, dan membahas cara-cara untuk meningkatkan keberhasilan.
Menerapkan praktik-praktik yang memberikan kemudahan bagi klien untuk
beralih metode atau formulasi pil sampai mereka menemukan yang paling cocok
untuk mereka. Wanita membutuhkan dukungan dan tambahan dorongan ketika
beralih metode.
Pastikan semua pertanyaan klien tentang kontrasepsi telah diatasi, dan
memberikan klien cara yang sederhana dan efisien untuk menghubungi staf jika
ada pertanyaan lebih lanjut atau masalah muncul.
4. Kenalkan fluiditas pada tujuan reproduksi wanita
Diskusikan sikap saat perempuan pada saat hamil -dan tingkat motivasi untuk
menghindarinya-selama kunjungan kontrasepsi .
Bagi wanita yang memiliki motivasi rendah untuk mencegah kehamilan atau
yang mengungkapkan ambivalensi, pemberian konseling ditargetkan dan
difokuskan untuk membahas risiko menjadi hamil, Pilihan kontrasepsi yang
4. risikonya lebih rendah, dan nilai dipersiapkan untuk kehamilan dan perencanaan
yang tepat untuk memastikan kehamilan yang sehat .
5. Menawarkan jangkauan seluas mungkin untuk pilihan kontrasepsi.
Menjaga informasi agar tetap up to date tentang segala metode kontrasepsi.
Mengintegrasikan pilihan kontrasepsi baru segera setelah mereka disetujui atau
memberikan arahan untuk memastikan bahwa klien memiliki akses ke setiap
metode yang tersedia.
Memberikan dukungan kepada wanita untuk menggunakan beberapa metode, dan
mendiskusikan strategi untuk mengoptimalkan efektivitas kontrasepsi dan
pencegahan STD, termasuk mempromosikan penggunaan kondom secara
konsisten.
Menginformasikan bahwa perempuan yang jarang melakukan hubungan seksual
memiliki kebutuhan kontrasepsi tertentu, tetapi mungkin tidak mencari pelayanan
kontrasepsi. Mempertimbangkan dan menilai risiko dari kehamilan yang tidak
diinginkan dari semua perempuan usia reproduksi dan berikan konseling bagi
mereka yang jarang berhubungan seks tentang kemungkinan kehamilan dan
efektivitas dari metode individual.
Dalam mengantisipasi kebutuhan perempuan yang jarang berhubungan seksual
pada masa mendatang, pertimbangkan untuk menyediakan atau metode resep,
termasuk kontrasepsi darurat.
6. Menangani logistik serta hambatan biaya.
Protokol Pasang di tempat itu meningkatkan kemampuan perempuan untuk mulai
menggunakan metode hormonal tanpa penundaan, seperti menunda pemeriksaan
panggul untuk pengguna metode hormonal yang baru.
Menilai apakah perempuan memiliki kesulitan membayar untuk jasa atau Metode
yang diinginkan, jika demikian, pastikan mereka menyadari setiap layanan itu
gratis atau diskon dan perlengkapan mereka memenuhi syarat.
Pastikan bahwa semua mekanisme yang ada untuk memperoleh penggantian
untuk layanan konseling yang digunakan.
7. Meningkatkan pendidikan profesional dan memberikan dukungan.
Mengembangkan mekanisme bagi penyedia layanan untuk berbagi "praktek
terbaik "tentang pelayanan kontrasepsi.
Memperluas basis pengetahuan kontrasepsi bagi penyedia layanan/provider yang
fokus pada perawatan primer, seperti praktisi keluarga.
Penawaran pelatihan komunikasi untuk meningkatkan interaksi antara klien-
provider agar lebih efektif dalam memotivasi klien.
5. Untuk pembuat kebijakan, Peneliti dan Advokat
1. Advokasi untuk peningkatan layanan kontrasepsi di asuransi swasta terutama
konseling, dimana jarang dicakup/cover secara eksplisit oleh asuransi. Dukungan
kebijakan untuk menghindari kesenjangan potensial dalam penggunaan pil kadang-
kadang terjadi.
2. Advokasi untuk peningkatan pendanaan publik untuk memperluas akses pelayanan
kontrasepsi bagi perempuan yang tidak mampu membayar atau mengalami kesulitan
melakukannya.
3. Melakukan riset yang lebih luas pada masalah yang masih kurang dipahami tapi
topiknya penting, seperti bagaimana ambivalensi terhadap kehamilan, perubahan
dalam keadaan hidup, dan takut serta pengalaman dengan efek samping berkontribusi
inkonsisten menggunakan metode
4. Mendorong badan-badan federal dan farmasi industri untuk berinvestasi lebih banyak
dalam penelitian dan pengembangan untuk meningkatkan metode yang sudah ada dan
membuat yang baru. Pengalaman kesulitan yang dirasakan oleh pengguna metode
saat ini membuat hal ini menjadi prioritas tinggi untuk tindakan. Membuat
kontrasepsi lebih mudah dan lebih nyaman untuk digunakan akan membuat sangat
banyak menolong dalam meningkatkan keberhasilan, mengingat kesulitan yang
dihadapi banyak wanita pada saat menggunakan beberapa metode.
5. Dukungan media yang luas dan kampanye pendidikan publik yang menyediakan
informasi yang akurat tentang risikio kehamilan dan yang menekankan bahwa bukti
ilmiah mendukung keamanan dan efektivitas kontrasepsi.
6. Dukungan kampanye pendidikan publik yang menekankan pentingnya perencanaan
untuk kehamilan dan yang menyediakan informasi tentang konsekuensi dari
kehamilan yang tidak diinginkan bagi perempuan dan keluarga mereka.
(Jennifer J. Frost, Jacqueline E. Darroch and Lisa Remez. Improving Contraceptive Use In the United
States, In Brief. New York: Guttmacher Institute. 2008, No. 1.)