1. ANJURAN MENUNTUT ILMU DAN
BERPAKAIAN SECARA ISLAM
ANGGOTA :
EXCEL GENIUS D
FATIHAH FIRDAUS
FITRI AINUN
HANIF WIRA
MAKALAH KELOMPOK 3
2. ANJURAN SUNNAH MEMAKAI PAKAIAN SESUAI
ANJURAN ISLAM
•
•
•
•
•
•
•
Berikut kita coba menelaah Anjuran Sunnah Memakai Pakaian Sesuai Lingkungan Sekitarnya.
Karena kadang kita temukan sebagian Kurang kurang berilmu fanatik memakai pakaian yang
dikira utama, malah sebeenarnya kurang bersesuaian dalam adab dakwah di lingkungan
sekitarnya.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Barangsiapa memakai pakaian syuhrah, niscaya Allah akan memakaikan kepadanya pakaian
semisal pada hari kiamat” [Diriwayatkan oleh Abu Daawud no. 4029, Ibnu Maajah no. 36063607, dan yang lainnya; shahih].
Asy-Syaukaaniy rahimahullah berkata :
:
“Ibnul-Atsiir berkata : ‘Asy-Syuhrah adalah tampaknya sesuatu. Maksudnya bahwa
pakaiannya populer di antara manusia karena warnanya yang berbeda sehingga orang-orang
mengangkat pandangan mereka (kepadanya). Dan ia menjadi sombong terhadap mereka
karena bangga dan takabur” [Nailul-Authaar, 2/111 – via Syamilah].
3. •
Beberapa ulama menjelaskan bahwa diantara syuhrah yang dilarang dalam hadits adalah
menyelisihi pakaian penduduk negerinya tanpa‘udzur.
•
:
:
:”
:
:
:
!
”
•
Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami
‘Abbaad bin Al-‘Awwaam, dari Al-Hushain, ia berkata : Dulu Zubaid Al-Yaamiy pernah
memakai burnus (sejenis tutup kepala). Lalu aku mendengar Ibraahiim mencelanya karena
perbuatannya yang memakai burnus tersebut. Aku berkata kepada Ibraahiim : “Sesungguhnya
orang-orang dulu pernah memakainya”. Ibraahiim berkata : “Ya. Akan tetapi orang-orang yang
memakainya sudah tidak ada lagi. Apabila ada seseorang yang memakainya hari ini, maka ia
berbuat syuhrah dengannya. Lalu orang-orang berisyarat dengan jari-jari mereka kepadanya
(karena heran)” [Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah no. 25655; sanadnya shahih].
4. AYAT – AYAT TENTANG MENUTUP AURAT
• Menutup aurat dan pakaian Muslimah ketika keluar rumah merupakan
dua pembahasan yang terpisah, karena Allah Swt. dan Rasul-Nya
memang telah memisahkannya. Menutup aurat merupakan kewajiban
bagi seluruh kaum Muslim, laki-laki dan perempuan. Untuk kaum
Muslimah, Allah Swt. telah mengatur ihwal menutup aurat ini al-Quran
• surat An-Nur ayat 31:
•
• Katakanlah kepada wanita yang beriman, “Hendaklah mereka menahan
pandangannya dan memelihara kehormatannya; janganlah mereka
menampakkan perhiasannya kecuali yang (biasa) tampak padanya.
Wajib atas mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya. (QS an-Nur
[24]: 31).
• Frasa mâ zhahara minhâ (yang biasa tampak padanya) mengandung
pengertian wajah dan kedua telapak tangan. Hal ini dapat dipahami
dari beberapa hadis Rasulullah saw., di antaranya: Pertama, hadis
penuturan ‘Aisyah r.a. yang menyatakan (yang artinya):
5. •
Suatu ketika datanglah anak perempuan dari saudaraku seibu dari ayah ‘Abdullah bin Thufail
dengan berhias. Ia mengunjungiku, tetapi tiba-tiba Rasulullah saw. masuk seraya membuang
mukanya. Aku pun berkata kepada beliau, “Wahai Rasulullah, ia adalah anak perempuan
saudaraku dan masih perawan tanggung.” Beliau kemudian bersabda, “Apabila seorang wanita
telah balig, ia tidak boleh menampakkan anggota badannya kecuali wajahnya dan ini.” Ia
berkata demikian sambil menggenggam pergelangan tangannya sendiri dan dibiarkannya
genggaman telapak tangan yang satu dengan genggaman terhadap telapak tangan yang
lainnya). (HR Ath-Thabari).
•
Kedua, juga hadis penuturan ‘Aisyah r.a. yang menyakan bahwa Rasulullah saw. pernah
bersabda:
• «
»
•
Wahai Asma’, sesungguhnya seorang wanita, apabila telah balig (mengalami haid), tidak layak
tampak dari tubuhnya kecuali ini dan ini (seraya menunjuk muka dan telapak tangannya). (HR
Abu Dawud).
•
Dari penjelasan di atas, jelaslah bahwa yang biasa tampak adalah muka dan kedua telapak
tangan, sebagaimana dijelaskan pula oleh para ulama, bahwa yang dimaksud adalah wajah dan
telapak tangan (Lihat: Tafsîr ash-Shabuni, Tafsîr Ibn Katsîr). Ath-Thabari menyatakan,
“Pendapat yang paling kuat dalam masalah itu adalah pendapat yang menyatakan bahwa
sesuatu yang biasa tampak adalah muka dan telapak tangan.” (Tafsîr ath-Thabari).
•
Jelaslah bahwa seorang Muslimah wajib untuk menutupi seluruh tubuhnya, kecuali wajah dan
kedua telapak tangan. Artinya, selain wajah dan telapak tangan tidak boleh terlihat oleh lakilaki yang bukan mahram-nya
7. HIKMAH MENUNTUT ILMU DALAM ISLAM
Manusia dilahirkan dan datang ke dunia ini dalam keadaan polos, buta
ilmu pengetahuan, walaupun ia dibekali dengan kekuatan dan panca
indera yang dapat menyiapkannya untuk mengetahui dan belajar.
8. Q.S AN-NAHL AYAT 78
•
•
Allah swt. berfirman:
KANDUNGAN AYAT Q.S AN-NAHL AYAT 78
•
Allah swt. telah mengluarkan manusia dari perut ibunya, dan memberi karunia berupa
pendengaran, penglihatan, akal, dan kalbu. Manusia harus bersyukur kepada Allah swt.
atas segala karunia yang telah diberikan kepada manusia.
•
Manusia dilarang bersikap sombong karena ilmunya, Sebab, pada waktu dilahirkan
manusia tidak mempunya ilmu sedikirpun, dan ilmu yang dimiliki sekarang tidak
seberapa jika dibandingkan ilmu yang dimiliki Allah swt.
•
•
Contoh Perilaku yang Menggambarkan Q.S An-Nahl Ayat 78
Bersikap rendah hati dan tidak boleh somobong dengan ilmunya, sebab ilmu Allah luas
dan tidak terbatas oleh apapun.
Selalu menggunakan akal, pikiran, hati nuraninya unutk menggali ilmu-ilmu Allah swt.
Selalu menjaga keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt.
•
•
9. SURAH AL-MUJADILAH AYAT 11
• Artinya:
• “Hai orang-orang yang beriman,
apabila dikatakan kepadamu:
“Berlapang-lapanglah dalam
majlis.” maka lapangkanlah,
niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. Dan
apabila dikatakan: “Berdirilah
kamu.” maka berdirilah, niscaya
Allah akan meninggikan orangorang yang beriman di antaramu,
dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat.
Dan Allah Maha Mengetahui apa
yang kamu kerjakan.” (Q.S. alMujadilah: 11).
•
10. QS. Aali 'Imran (Ali 'Imran) [3] : ayat 7
•
huwa alladzii anzala 'alayka alkitaaba
minhu aayaatun muhkamaatun hunna
ummualkitaabi waukharu mutasyaabihaatun
fa-ammaa alladziina fii quluubihim zayghun
fayattabi'uuna maa tasyaabaha minhu
ibtighaa-a alfitnati waibtighaa-a ta/wiilihi
wamaa ya'lamu ta/wiilahu illaa allaahu
waalrraasikhuuna
fii
al'ilmi
yaquuluunaaamannaa bihi kullun min 'indi
rabbinaa wamaa yadzdzakkaru illaa uluu alalbaabi
[3:7] Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al Qur'an) kepada kamu. Di antara (isi) nya
ada ayat-ayat yang muhkamaat, itulah pokok-pokok isi Al qur'an dan yang lain (ayatayat) mu-tasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada
kesesatan, maka mereka mengikuti sebagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat
daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari takwilnya, padahal tidak
ada yang mengetahui takwilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam
ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya
itu dari sisi Tuhan kami." Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya)
melainkan orang-orang yang berakal.
11. QS. Aali 'Imran (Ali 'Imran) [3] : ayat 18
•
syahida allaahu annahu laa ilaaha illaa huwa waalmalaa-ikatu wauluu al'ilmi
qaa-iman bialqisthi laa ilaaha illaa huwa al'aziizu alhakiimu
•
[3:18] Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang
berhak disembah), Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orangorang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan
melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.
12. QS. An-Nisaa' (An-Nisa') [4] : ayat 83
•
wa-idzaa jaa-ahum amrun mina al-amni awi alkhawfi adzaa'uu bihi walaw radduuhu
ilaa alrrasuuli wa-ilaa ulii al-amri minhum la'alimahu alladziina yastanbithuunahu minhum
walawlaa fadhlu allaahi 'alaykum warahmatuhu laittaba'tumu alsysyaythaana
illaa qaliilaan
•
[4:83] Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun
ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul
dan Ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui
kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan Ulil Amri). Kalau
tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut setan,
kecuali sebagian kecil saja (di antaramu).
13. QS. Huud (Hud) [11] : ayat 24
• matsalu alfariiqayni kaal-a'maa waal-ashammi waalbashiiri
waalssamii'i hal yastawiyaani matsalan afalaa tadzakkaruuna
• [11:24] Perbandingan kedua golongan itu (orang-orang kafir
dan orang-orang mukmin), seperti orang buta dan tuli dengan
orang yang dapat melihat dan dapat mendengar. Adakah
kedua golongan itu sama keadaan dan sifatnya?. Maka
tidakkah kamu mengambil pelajaran (daripada perbandingan
itu)?.
14. QS. Ar-Ra'd [13] : ayat 16
•
qul man rabbu alssamaawaati waal-ardhi quli allaahu qul afaittakhadztum min duunihi awliyaa-a
laa yamlikuuna li-anfusihim naf'an walaa dharran qul hal yastawii al-a'maa waalbashiiru am hal
tastawii alzhzhulumaatu waalnnuuru am ja'aluu lillaahi syurakaa-a khalaquu kakhalqihi
fatasyaabahaalkhalqu 'alayhim quli allaahu khaaliqu kulli syay-in wahuwa alwaahidualqahhaaru
•
[13:16] Katakanlah: "Siapakah Tuhan langit dan bumi?" Jawabnya: "Allah". Katakanlah: "Maka
patutkah kamu mengambil pelindung-pelindungmu dari selain Allah, padahal mereka tidak
menguasai kemanfaatan dan tidak (pula) kemudharatan bagi diri mereka sendiri?". Katakanlah:
"Adakah sama orang buta dan yang dapat melihat, atau samakah gelap gulita dan terang
benderang; apakah mereka menjadikan beberapa sekutu bagi Allah yang dapat menciptakan
seperti ciptaan-Nya sehingga kedua ciptaan itu serupa menurut pandangan mereka?" Katakanlah:
"Allah adalah Pencipta segala sesuatu dan Dia-lah Tuhan Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa".
15. QS. Al-'Ankabuut (Al-'Ankabut) [29] : ayat 43
•
watilka
al-amtsaalu
wamaa ya'qiluhaa illaaal'aalimuuna
nadhribuhaa
lilnnaasi
•
[29:43] Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat untuk manusia;
dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.
16. QS. Faathir (Fatir) [35] : ayat 19
• wamaa yastawii al-a'maa waalbashiiru
• [35:19] Dan tidaklah sama orang yang
buta ( Kafir )dengan orang yang melihat
( Mukmin ).
17. QS. Faathir (Fatir) [35] : ayat 28
• wamina
alnnaasi
waalddawaabbi
waal-an'aami
mukhtalifun alwaanuhu kadzaalika innamaa yakhsyaa allaaha min
'ibaadihi al'ulamaau inna allaaha 'aziizun ghafuurun
• [35:28] Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang
melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam
warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah
di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya
Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.
18. QS. Az-Zumar [39] : ayat 9
•
amman huwa qaanitun aanaa-a allayli saajidan waqaa-iman yahtsarualaakhirata wayarjuu rahmata rabbihi qul hal yastawii alladziina ya'lamuuna
waalladziina laa ya'lamuuna innamaa yatadzakkaru uluu al-albaabi
•
[39:9] (Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah
orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri,
sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya?
Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orangorang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang
dapat menerima pelajaran.
19. MANFAAT DARI MENUNTUT ILMU
•
Di antara bimbingan yang telah Rasulullah Saw. berikan kepada umatnya adalah
anjuran pentingnya menuntut ilmu Allah. Beberapa hikmah menuntut ilmu dalam
Islam adalah:
1. Berada di jalan Allah
“Barang siapa yang keluar rumah untuk menuntut ilmu, berarti dia berada di jalan
Allah hingga pulang” (HR Turmudzi)
2. Mendapatkan pahala yang mengalir terus menerus
“Jika anak adam meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecualai 3 hal, yaitu
shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, anak shaleh yang selalu mendoakan orang
tuanya.”(HR Muslim)
3.
Agar tidak terlaknat
“Dunia dan seisinya terlaknat, kecuali yang memanfaatkannya demi kepentingan
dzikrullah dan yang serupa dengan itu, para ulama dan orang-orang yang menuntut
ilmu.” (HR Turmudzi)
20. Ditinggikan derajatnya
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”.
Dimudahkan jalan menuju surga
“Barang siapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu agama, pasti Allah membuat
mudah baginya jalan menuju surga.” (HR Muslim)
21. prilaku orang yang semangat mencari ilmu
•
Perilaku yang mencerminkan sikap menuntut ilmu antara lain:
• a. Rajin menghadiri majelis-majelis ilmu
• b. Rajin membaca buku-buku keilmuan
• c. Tidak malu bertanya jika belum mengetahuinya
• d. Rela mengeluarkan biaya dalam rangka memperoleh ilmu
• e. Menggunakan waktu luang untuk menambah pengetahuan
• f. Selalu mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru
• g. Melakukan diskusi atau tukar pikiran dengan orang lain
• h. Mengikuti lomba-lomba yang berkaitan dengan keilmuan.
22. IBLIS LEBIH TAKUT KEPADA ORANG YANG
BERILMU DIBANDING AHLI IBADAH
•
Diriwayatkan bahwa seorang ahli ibadah dari kalangan Bani Israil beribadah kepada
Allah SWT. di biaranya yang terletak di atas gunung. Pada suatu hari sebagaimana biasa dia
keluar dari tempat ibadahnya untuk berkeliling merenungkan kekuasaan Allah SWT. di sekitar
tempat ibadahnya. Di sela-sela berkelilingi, dia melihat di jalan sesosok manusia yang
menebarkan bau tidak sedap darinya. Ahli ibadah itu berpaling menuju ke tempat lain,
sehingga dia terlindungi dari bau tersebut. Ketika itu setan menampakkan diri dalam bentuk
seorang laki-laki shalih yang memberi nasihat. Setan berkata kepadanya, “Sungguh amal-amal
kebaikanmu telah menguap (sirna), dan persediaan amal kebaikanmu tidak dihitung di sisi
Allah SWT.”. Lantas si ahli ibadah bertanya, “Mengapa?” Dia menjawab, “Karena engkau
enggan mencium bau anak cucu Adam semisal kamu.” Ketika wajah si ahli ibadah terlihat
sedih, setan pun pura-pura merasa kasihan dan memberinya nasihat, “Jika engkau ingin agar
AllahSWT. mengampuni kesalahanmu, saya akan memberi nasihat kepadamu agar engkau
mencari tikus gunung, lalu engkau gantungkan tikus itu di lehermu seraya beribadah kepada
Allah SWT. sepanjang hidupmu. Si ahli ibadah yang bodoh ini pun melaksanakan nasihat setan
yang sengaja mencari kesempatan ini. Selanjutnya, si ahli ibadah memburu tikus gunung. Dia
pun terus-menerus beribadah dengan membawa najis dari enam puluh tahun sampai dia
meninggal dunia (semua ibadahnya pun tidak sah).
•
Terdapat riwayat bahwa Nabi Muhammad saw. bersabda mengomentari kisah tersebut,
“Suatu masalah ilmiah –atau majelis ilmu- lebih baik daripada beribadah enam puluh tahun.”