Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
ULASAN ARTIKEL 1
1. ULASAN ARTIKEL
PEMIKIRAN PENDIDIKAN MORAL ALBERT BANDURA
QUMUIN NURUL LAILA
Email:rony99arka@gmail.com
PEMIKIRAN ALBERT BANDURA
Teori pembelajaran Bandura disebut sosial kognitif kerana proses kognitif dalam diri
setiap individu berlaku melalui pembelajaran.
Proses pembelajaran individu itu pula berlaku kerana adanya faktor sosial.
Terdapat tiga asumsi dalam teori pembelajaran ini :
a) Pertama ialah setiap individu melakukan pembelajaran dengan meniru apa yang
berada dalam linkungannya terutama perilaku yang dipamerkan oleh orang lain.
Perilaku orang lain tersebut akan ditiru dan disebut sebagai perilaku model atau
perilaku contoh. Apabila peniruan berlaku, perilaku yang ditiru itu secara langsung
akan menjadi ikutan si peniru. Proses pembelajaran bergantung kepada proses
kognitif individu dan kecekapan dalam membuat keputusan.
b) Kedua ialah terdapat hubungan yang erat antara pelajar dengan lingkungannya.
Pembelajaran terjadi dalam keterkaitan antara tiga pihak iaitu keadaan sekeliling
atau linkungannya, perilaku dan faktor-faktor peribadi.
c) Ketiga pula ialah hasil pembelajaran adalah berdasarkan perilaku visual atau
pengamatan peniru terhadap sekellilingnya dan verbal yang diwujudkan dalam
tingkah laku yang ditunjukkan seharian.
Atas dasar ketiga-tiga asumsi tersebut, jelaslah bahawa teori pembelajaran Bandura
ialah teori pembelajaran melalui peniruan dan merupakan suatu proses bagaimana
membuat peniruan yang sebaik-baiknya sehingga bersesuaian dengan keadaan
dirinya dan tujuannya.
Seterusnya, terdapat tiga komponen yang terlibat dalam proses pembelajaran menurut
teori pembelajaran Bandura, iaitu :
a) Perilaku model
b) Pengaruh perilaku model
c) Proses internal pelajar
2. Jadi, seseorang individu akan melakukan pembelajaran dengan mengenal perilaku
yang akan ditiru, kemudian mempertimbangkan dan memutuskan untuk meniru
perilaku yang dirasakan bersesuaian dengan dirinya sehingga menjadi perlakunya
yang sendiri.
Setiap proses pembelajaran ini berlaku dalam urutan beberapa peristiwa. Antara tahap
dalam proses belajar tersebut adalah tahap perhatian.
Pada tahap ini, pelajar umumnya akan memerhatikan perilaku model atau guru dengan
sangat teliti dan untuk menarik para pelajar, guru hendaklah mengekspresikan suara
dengan intonasi ketika mengajar atau bergaya dengan mimik tersendiri ketika
menyajikan contoh perilaku tertentu.
Tahap yang kedua ialah tahap penyimpanan dalam ingatan. Pada tahap kedua ini,
informasi berupa materi dan contoh perilaku model itu ditangkap, diproses dan
disimpan dalam memori. Para peserta didik lazimnya akan lebih baik dalam
menangkap dan menyimpan segala informasi yang disampaikan atau perilaku yang
dicontohkan apabila disertai penyebutan atau penulisan nama, istilah, dan label yang
jelas serta contoh perbuatan yang tepat.
Tahap yang seterusnya ialah tahap reproduksi. Dalam tahap yang ketiga ini, segala
bayangan atau imaginasi atau kode-kode simbolis yang berisi informasi pengetahuan
dan perilaku yang telah tersimpan dalam memori peserta didik itu akan diproduksi
semula. Guru dapat menyuruh mereka membuat atau melakukan lagi apa-apa yang
telah mereka serap misalnya dengan menggunakan sarana post-test untuk
mengidentifikasi tingkat penguasaan para peserta didik.
Tahap yang terakhir ialah tahap motivasi. Tahap terakhir dalam proses terjadinya
peristiwa atau perilaku belajar adalah tahap penerimaan dorongan yang dapat
berfungsi sebagai penguatan. Pada tahap ini, guru digalakkan untuk memberi pujian,
hadiah, atau nilai tertentu kepada para peserta didik yang mempunyai kerja yang
memuaskan.
Selain itu, pendidikan baik yang berlaku secara formal di sekolah mahupun yang
berlangsung secara tidak formal di linkungan keluarga memiliki peranan penting dalam
mengembangkan psikosial pelajar.
Perkembangan psikososial pelajar adalah proses perkembangan kepribadian pelajar
selaku seorang anggota masyarakat dalam berhubung dengan orang lain.
Perkembangan ini berlangsung dari masa bayi sehingga akhir hayatnya.
Dalam pada itu, proses-proses perkembangan sosial dan moral pelajar juga selalu
berkaitan dengan proses belajar.
3. Kesannya, kualiti hasil perkembangan sosial pelajar sangat bergantung pada kualiti
proses belajar pelajar tersebut baik di lingkungan sekolah dan keluarga mahupun di
lingkungan yang lebih luas.
Ini bermakna bahawa proses belajar itu amat menentukan kemampuan siswa dalam
bersikap dan berperilaku sosial yang selaras dengan norma moral, agama, moral
tradisi, moral hukum dan norma moral lainnya yang berlaku dalam masyarakat pelajar
yang bersangkutan.
Teori pembelajaran sosial Bandura ini lebih menekankan kepada proses bagaimana
anak-anak belajar tentang norma-norma kemasyarakatan.
Jika pesan yang disampaikan oleh ibu bapa dan agen-agen lain adalah positif dan jika
anak-anak menerimanya dengan baik, maka anak itu akan cenderung untuk
membesar dengan nilai-nilai yang baik.
Teori pembelajaran sosial juga melihat bagaimana norma-norma yang diterima
masyarakat dipindahkan dalam lingkungan keluarga.
Jika pengajaran ini lemah atau tidak dilakukan dengan berkesan, anak-anak
cenderung untuk melakukan yang sebaliknya.
PENDIDIK MENURUT ALBERT BANDURA
Menurut Albert Bandura, pendidik juga disebut sebagai guru.
Guru berperanan sebagai model bagi murid-muridnya. Yang disebut model sendiri
adalah orang-orang yang perilakunya dipelajari atau ditiru orang lain.
Peranan utama model adalah untuk memindahkan informasi ke dalam diri individu.
Peranan pendidik ini juga dapat dikategorikan kepada tiga jenis :
I. Sebagai contoh untuk ditiru
II. Untuk memperkuat atau memperlemah perilaku yang telah ada dan
III. Untuk memindahkan pola-pola perilaku yang baru.
Selain itu, terdapat tiga jenis model :
I. Model hidup
model yang berasal daripada kehidupan nyata seperti perilaku ibu bapa,
perilaku guru, teman sebaya atau perilaku yang dilihat sehari-hari di
lingkungan.
4. Dalam kehidupan seharian, seseorang akan memperoleh informasi dari
hubungan sosial ini.
II. Model yang kedua ialah model simbolik.
Model ini adalah model-model yang berasal dari sesuatuperumpamaan
atau gambaran tingkah laku dalam pemikiran.
Contohnya, kini, media masa merupakan sumber model-model tingkah
laku dan dari media masa juga, seseornag akan memperoleh informasi
tentang situasi sosial yang luas.
III. Model yang ketiga ialah deskripsi verbal iaitu model yang dinyatakan dalam
suatu huraian kata-kata.
Misalnya, petunjuk atau arahan untuk melakukan sesuatu seperti resepi
yang memberikan langkah-langkah bagaimana membuat sesuatu
masakan.
Dari segi faktor peribadi, individu yang kurang memiliki rasa percaya diri
akan lebih banyak melakukan peniruan, sedangkan individu yang
memiliki rasa percaya diri akan melakukan peniruan secara selektif.
Dalam kaitan dengan pengajaran di dalam kelas, guru hendaknya
merupakan tokoh perilaku bagi para pelajar.
Proses kognitif pelajar hendaklah memberikan dukungan bagi proses
pembelajaran, dan guru membantu pelajar dalam mengembangkan
perilaku pembelajaran.
Guru hendaknya memperhatikan karakteristik pelajar, terutama yang
berkenaan dengan perbezaan individual, kesediaan, motivasi dan
proses kognitifnya.
Hal lain yang harus diperhatikan adalah kecekapan pelajar dalam
pembelajaran untuk belajar, dan penyelesaian masalah dalam
pengajaran.
PESERADIDIK MENURUT ALBERT BANDURA
Belajar menurut Bandura itu lebih dari sekadar adanya perubahan dalam tingkah laku
yang diamati; belajar adalah pencapaian pengetahuan dan tingkah laku yang dapat
diamati yang berdasarkan pada pengetahuan tersebut.
Menurut Bandura ada lima perkaran yang dapat dipelajari seseorang melalui
pengamatan terhadap model.
5. I. Pertama ialah pengamat dapat mempelajari keterampilan kognitif, afektif atau
psikomotor yang baru.
II. Kedua, pengamatan terhadap model dapat menguatkan atau melemahkan
pelbagai halangan untuk pengamat melakukan perilaku yang sama.
III. Ketiga, para pengamat dapat belajar apa keuntungan dari melakukan sesuatu
perbuatan terutamanya perbuatan-perbuatan yang bermanfaat.
IV. Keempat, dengan memerhatikan model, pengamat dapat belajar bagaimana
memanfaatkan lingkungan sekitar serta benda-benda yang ada di dalamnya.
V. Kelima ialah apabila pengamat melihat model mengekspresikan reaksi-reaksi
emosional dapat membangkitkan ransangan pengamat untuk
mengekspresikan reaksi emosional yang sama.
METODE PEMBELAJARAN DALAM PENDIDIKAN SOSIAL DAN MORAL MENURUT
ALBERT BANDURA
Pada dasarnya perilaku seseorang bersandar pada ukuran-ukuran moral yang
seseorang individu itu yakini.
Menurut Bandura, seseorang tidak merasa nyaman jika perbuatan yang dilakukannya
menyalahi atau melanggar nilai-nilai kebaikan yang diyakininya.
Perasaan tidak nyaman tersebut mencegah seseorang dari perbuatan yang
diyakininya tidak baik.
Prosedur-prosedur belajar sosial dan moral menurut teori sosial ini ada dua. Yang
pertama ialah pembiasan merespon.
Menurut prinsip-prinsip kondisioning, prosedur belajar dalam mengembangkan
perilaku sosial dan moral pada dasarnya sama dengan prosedur belajar dalam
mengembangkan perilaku-perilaku lainnya, yakni dengan pemberian ganjaran dan
hukuman.
Dasar pemikirannya ialah seseorang pelajar mempelajari tentang perbezaan antara
perilaku-perilaku yang menghasilkan ganjaran dengan perilaku-perilaku yang
mengakibatkan hukuman.
Pengamat akan sentiasa berfikir dan memutuskan perilaku sosial mana yang perlu
dilakukan. Prosedur belajar yang kedua ialah peniruan.
6. Kemampuan pelajar dalam melakukan perilaku sosial hasil pengamatan terhadap
model tersebut; antara lain bergantung pada ketajaman persepsinya mengenai
ganjaran dan hukuman yang berkaitan dengan benar dan salahnya perilaku yang ia
tiru dari model tadi.
Selain itu, imitasi pengamat terhadap model juga bergantung pada persepsi pelajar
tentang “siapa” yang menjadi model.
Maksudnya, semakin tinggi kewibawaan seorang model, semakin baik peniruan atau
imitasi perilaku sosial dan moral pelajar tersebut.
KESIMPULAN
Menurut Albert Bandura, proses perkembangan sosial dan moral pelajar selalunya
berkaitan dengan proses belajar kerana menentukan kemampuan pelajar dalam
bersikap dan berperilaku sosial yang selaras dengan norma moral agama, moral
tradisi, moral hukum dan norma moral lainnya yang berlaku dalam masyarakat.
Teori pembelajaran ini disebut sebagai teori pembelajaran sosial-kognitif atau teori
pembelajaran melalui peniruan.
Teori ini berdasarkan kepada tiga asumsi.
I. Pertama ialah individu melakukan pembelajaran dengan meniru perilaku orang
lain di sekitarnya.
II. Kedua, pembelajaran terjadi kerana adanya keterkaitan antara tiga pihak iaitu
lingkungan, perilaku dan faktor-faktor peribadi.
III. Ketiga, hasil pembelajaran adalah seperti perilaku visual dan verbal.
Seterusnya, terdapat tiga garis besar yang menjadikan pemikiran Albert Bandura
berkaitan dengan pendidikan moral iaitu beliau memandang pendidik sebagai teladan
yang baik, lingkungan mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan moral pelajar
baik secara langsung ataupun tidak langsung dan terdapatnya dua kaedah dalam
pendidikan moral iaitu pembiasa merespon dan peniruan di mana seseorang individu
akan meniru suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang yang ada di sekitarnya
apakah perilaku itu mendapat hadiah atau hukuman.