Artikel ini membahas konsep-konsep dasar dalam pendidikan moral menurut beberapa ahli, termasuk domain moral, pertimbangan moral, prinsip-prinsip moral, perkembangan moral, dan tiga dimensi pendidikan moral yaitu pemikiran, perasaan, dan tindakan moral. Pengajaran pendidikan moral seharusnya tidak bersifat indoktrinasi tetapi membimbing siswa untuk membuat pertimbangan moral yang berprinsip.
1. ARTIKEL 1 – PEMIKIRAN PENDIDIKAN MORAL ALBERT BANDURA
Albert Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran yang disebut teori
pembelajaran sosial-kognitif dan disebut pula sebagai teori pembelajaran melalui peniruan.
Pemikiran Albert Badura mengenai teori ini juga dikembangkan untuk menjelaskan
bagaimana seseorang belajar dalam keadaan atau lingkungan sebenarnya. Bandura
menghipotesiskan bahawa tingkah laku, lingkungan dan kejadian -kejadian internal pada
pelajar yang mempengaruhi persepsi dan aksi adalah merupakan hubungan yang saling
berpengaruh atau berkaitan.
Setiap proses belajar dalam hal ini belajar sosial terjadi dalam urutan tahap
peristiwa. Tahap-tahap dalam proses belajar tersebut adalah sebagai tahap perhatian
(attentional phase), tahap penyimpanan dalam ingatan (retention phase), tahap reproduksi
(reproduction phase) dan tahap motivasi (motivation phase). Maksudnya, setiap tahapan
perkembangan sosial anak selalu dihubungkan dengan perkembangan perilaku moral yaitu
perilaku baik dan buruk menurut norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Teori
pembelajaran sosial melihat bagaimana norma-norma yang diterima masyarakat
dipindahkan dalam lingkungan keluarga. Jika pengajaran ini lemah atau tidak dilakukan
dengan berkesan, anak-anak cenderung untuk melakukan yang sebaliknya.
Dalam teori yang dikemukakan Bandura ini, guru berperan sebagai model atau
contoh bagi murid-muridnya. Sebagai model (contoh atau teladan) tentu saja pribadi dan
apa yang dilakukan guru akan mendapat sorotan murid-muridnya atau peserta didik serta
orang di sekitar lingkungannya yang menganggap atau mengakuinya sebagai guru. Peranan
utama model tersebut adalah untuk memindahkan informasi ke dalam diri individu
(pengamat). Peranan ini dapat dirinci menjadi tiga macam iaitu sebagai contoh untuk ditiru,
Untuk memperkuat atau memperlemah perilaku yang telah ada dan untuk memindahkan
pola-pola perilaku yang baru. Selain itu, model-model yang ada di lingkungan senantiasa
memberikan rangsangan kepada individu. Antara modelnya ialah live model (model hidup),
symbolic model (model simbolik) dan verbal description model (deskripsi verbal). Sedangkan
dari faktor pribadi, peniruan banyak tergantung pada kualitas individu. Individu yang kurang
memiliki rasa percaya diri akan lebih banyak melakukan peniruan, sedangkan individu yang
memiliki rasa percaya diri akan melakukan peniruan secara selektif.
Dalam sub topik seterusnya, kita akan kaji tentang peserta didik menurut Albert
Bandura. Belajar menurut Albert Bandura itu lebih dari sekedar adanya perubahan dalam
tingkah laku yang diamati; belajar adalah pencapaian pengetahuan dan tingkah laku yang
2. dapat diamati yang berdasar pada pengetahuan tersebut. Sedangkan pilihan untuk meniru
atau tidak meniru suatu perilaku yang diperagakan oleh model sering tergantung pada
apakah pengamat melihat sang model mendapat reinforcement berupa reward, punishment,
motivation, emotion setelah memperagakan suatu model.
Lingkungan menurut Albert Bandura adalah Belajar merupakan interaksi segitiga
yang saling berpengaruh dan mengikat antara lingkungan, faktor-faktor personal dan tingkah
laku. Tingkah laku sebagai interaksi timbal balik yang terus menerus antara seseorang dan
lingkungan. Pengaruh yang relatif dari setiap faktor bervariasi dalam situasi yang berbeda
untuk tingkah laku tertentu, oleh karena itu dalam beberapa situasi faktor lingkungan lebih
mempengaruhi, padahal dalam situasi lain seseorang mengatur kejadian-kejadian
lingkungan.20 Dalam proses pembelajarannya, teori belajar sosial ini, melibatkan lingkungan
sosial artinya apa yang dilakukan dalam pembelajaran dan pengajaran hendaknya memiliki
keterkaitan dan padanan dengan kehidupan sosial yang nyata. Teori belajar ini
dikembangkan untuk menjelaskan bagaimana orang belajar dalam seting yang alami/
lingkungan sebenarnya.
Prinsip dasar belajar hasil temuan Bandura termasuk belajar sosial dan moral.
Menurut Bandura seperti yang dikutip Barlow (1985), sebagian besar dari yang dipelajari
manusia terjadi melalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh perilaku (modeling).
Prosedur –prosedur belajar sosial dan moral menurut teori belajar sosial ini ada dua iaitu
conditioning (pembiasaan merespon) dan imitation (peniruan).Menurut prinsip-prinsip
conditioning, prosedur belajar dalam mengembangkan perilaku sosial dan moral pada
dasarnya sama dengan prosedur belajar dalam mengembangkan perilaku-perilaku lainnya,
yakni dengan reward (ganjaran atau memberi hadiah atau mengganjar) dan punishment
(hukuman atau memberi hukuman). Prosedur lain yang juga penting dan menjadi bagian
yang integral dengan prosedur-prosedur belajar menurut teori social learning, ialah proses
imitasi.
Menurut Albert Bandura, proses perkembangan sosial dan moral siswa selalu
berkaitan dengan proses belajar karena menentukan kemampuan siswa dalam bersikap dan
berperilaku sosial yang selaras dengan norma moral agama, moral tradisi, moral hukum,
dan norma moral lainnya yang berlaku dalam masyarakat. Teori pembelajaran ini disebut
teori pembelajaran social-kognitif atau teori pembelajaran melalui peniruan.
3. ARTIKEL 2: KONSEP ASAS DALAM PENDIDIKAN MORAL
Konsep asas berkaitan dengan pendidikan moral telahpun dikaji oleh beberapa ahli.
Domain moral/etika memberi tumpuan kepada nilai normatif yang dianggapkan baik, benar
betul dan patut seperti mana yang diwajarkan dalam perwatakan seseorang individu dan
hubungan antara individu. Ada juga pernyataan normatif yang melibatkan domain nilai yang
lain seperti estetika, agama, adat/tradisi dan undang-undang serta ada juga pernyataan
berbentuk deskriptif.
Dalam bahagian pertimbangan moral pula, pertimbangan moral melibatkan
pertimbangan normatif dalam domain moral yang berasaskan kepada teori etika, kegunaan
prinsip moral serta berdasarkan kepada logik dan fakta yang relevan dengan isu atau situasi
yang dipertimbangkan.Oleh kerana pertimbangan moral adalah preskritif maka
pertimbangan ini mengarah atau mewajibkan seseorang mengambil sesuatu tindakan yang
berasaskan kepada peraturan atau prinsip.
Prinsip moral biasanya digunakan sebagai satu tujuk arah dalam pertimbangan
moral. Terdapat dua prinsip moral asas iaitu: adil dan penyayang (care). Prinsip adil
melibatkan konsep hak, kesaksamaan dan balasan serta konsep autonomi atau kebebasan.
Prinsip penyayang atau care melibatkan konsep hormat, tanggungjawab dan kasih sayang
dalam mengekalkan perhubungan antara individu dan perkembangan kebajikan orang lain.
Perkembangan moral memberi tumpuan kepada perkembangan karaktor moral,
sikap terhadap peraturan moral dan membuat pertimbangan moral. Terdapatnya beberapa
perspektif atau teori perkembangan moral yang membawa implikasi terhadap pendidikan
moral. Antara perspektif perkembangan moral ini adalah seperti perspektif perkembangan
moral kognitif, perspektif psikoanalisis atau personaliti, perspektif pembelajaran sosial atau
behaviourisme dan perspektif integratif dalam perkembangan moral. Kesemua perspektif
atau teori perkembangan moral yang diberikan di atas walaupun nampaknya bertentangan,
tetapi sebenarnya adalah komplimentari dan memberi penekanan kepada aspek yang
berlainan tentang pertumbuhan dan perkembangan moral. Perkembangan moral harus
meliputi tiga rangkaian pertumbuhan moral yang saling berkaitan iaitu perkembangan
pemikiran moral, perkembangan perasaan moral dan perkembangan tingkah laku moral.
Apabila merujuk bahagian pemikiran, perasaan dan tingkahlaku moral, ia
menggangap bahawa pendidikan moral meliputi tiga aspek atau dimensi utama iaitu
pemikiran dan penaakulan moral, perasaan dan motivasi moral, serta tindakan dan
4. perlakuan moral. Walaupun terdapat pelbagai penekanan yang berlainan serta persamaan
dan perbezaan dalam tafsiran ketiga-tiga aspek atau dimensi moral di antara penulis yang
ditinjaukan, aspek atau dimensi moral ini boleh diringkaskan seperti perkembangan
pemikiran dan penaakulan moral yang berprinsip, perkembangan perasaan dan motivasi
moral dan perkembangan tindakan dan perlakuan moral.
Pengajaran dan pembelajaran pendidikan moral meliputi pengajaran dan
pembelajaran “apa” (kandungan) yang dianggapkan baik, betul, benar dan patut dalam
domain moral dan “bagaimana” (bentuk) membuat pertimbangan moral yang berprinsip. Ini
membawa implikasi bahawa pengajaran secara “indoktrinasi” harus dielakkan dalam
pendidikan moral. Dalam dunia yang begitu kompleks, di mana seorang individu
menghadapi pelbagai cabaran dan pilihan dalam kehidupan mereka, maka adalah menjadi
satu cabaran bagi setiap pendidik Pendidikan Moral untuk mengalak dan membimbing
seorang individu dalam domain moral supaya mereka dapat menjadikan seorang individu
yang bermoral atau berakhlak mulia, sepertimana yang dihasratkan dalam Rukun Negara
kita.