Dokumen tersebut membahas tentang manajemen puskesmas, mencakup perencanaan, organizing, actuating, dan controlling. Perencanaan meliputi program dan kegiatan rutin puskesmas berdasarkan visi dan misi. Organizing membahas struktur organisasi dan tugas pokok unit-unit di puskesmas. Actuating membahas sistem ketenagaan, pengembangan staf, dan motivasi. Controlling digunakan sebagai indikator pencapaian dan penggerak pembangunan kesehatan
2. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. PERENCANAAN
Puskesmas merupakan organisasi struktural dan sebagai unit pelaksana teknis dinas,
aspek fungsional bidang pelayanan kesehatan masyarakat yang merupakan unit pelaksana
pelayanan kesehatan masyarakat tingkat 1 yang dibina oleh DKK, bertanggungjawab untuk
melaksanakan identifikasi kondisi masalah kesehatan masyarakat dan lingkungan serta fasilitas
pelayanan kesehatan meliputi cakupan, mutu pelayanan, identifikasi mutu sumber daya manusia
dan provider, serta mentapkan kegiatan untuk menyelesaikan masalah. Perencanaan meliputi
kegiatan program dan kegiatan rutin puskesmas yang berdasarkan visi dan misi puskesmas
sebagai sarana pelayanan kesehatan primer dimana visi dan misi digunakan sebagia acuan dalam
melakukan setiap kegiatan pokok puskesmas . Selain itu, kebijakan sistem puskesmas perlu
ditinjau setiap akan melakukan perencanaan program, kebijakan tersebut meliputi kebijakan
mandiri dari Puskesmas serta adanay fungsi dan upaya puskesmas yang berlandaskan pada UUD
1945 pasal 28, UU No.22 tahun 1999 dan UU No.25 tahun 1999, PP No.25 tahun 2000 serta PP
No.48 tahun 2000dimana tujuan dari kebijakan tersebut adalah untuk mewujudkan puskesmas
yang kuat dari segi kemitraan, unit kesehatan amndiri, akontabilitas dan teknologi tepat guna.
Budgeting dalam perencanaan menejemn keuangan dikelola sendiri oleh puskesmas
sesuai tatacara pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan, adapun sumber biaya didapatkan
dari pemerintah daerah, retribusi puskesmas, swasta atau lembaga sosial masyarakat dan
pemerintah adapun pembiayaan tersebut ditujukan untuk jemis pembiayaan layanan kesehatan
yang mempunyai ciri – ciri barang atau jasa public seperti penyuluhan kesehatan, perbaikan gizi,
P2M dan pelayanan kesehatan yang mempunyai ciri – ciri barang atau jasa swasta seperti
pengobatan individu.
2. ORGANIZING
Dinas Kesehatan Kota mempunyai tugas untuk menenetukan menetapkan struktur
organisasi puskesmas dengan pertimbangan sebagai fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat
3. tingkat I, adapun pola organisasi meliputi kepala, wakil kepala, unit tata usaha, unit fungsional
agar tidak terajdi tumpang tindih dalam pelaksanaan kegiatan yang nantinya akan berpengaruh
terhadap kualitas program yang ditangani.
1. Struktur organisasi dan tata kerja :
Struktur organisasi puskesmas
a) Unsur pimpinan : Kepala Puskesmas
b) Unsur pembantu pimpinan : Tata usaha
c) Unsur pelaksana : Unit I, II, III, IV, V, VI, VII
Tugas pokok :
a) Kepala Puskesmas
Bertugas memimpin, mengawasi dan mengkoordinasikan kegiatan
puskesmas yang dapat dilakukan dalam jabatan structural, dan jabatan fungsional.
b) Kepala urusan tata usaha
Bertugas dibidang kepegawaian, keuangan perlengkapan dan surat
menyurat serta pencatatan dan pelaporan.
c) Unit I
Bertugas melaksanakan kegiatan kesejahteraan ibu dan anak, keluarga
berencana dan perbaikan gizi.
d) Unit II
Melaksanakan kegiatan pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
khususnya imunisasi, kesehatan lingkungan dan laboratorium sederhana.
e) Unit III
Melaksanakan kegiatan kesehatan gigi dan mulut, kesehatan tenaga kerja
dan manula.
f) Unit IV
Melaksanakan kegiatan perawatan kesehatan masyarakat, kesehatan
sekolah dan olahraga, kesehatan jiwa, kesehatan mata dan kesehatan khusus
lainnya.
4. g) Unit V
Melaksanakan kegiatan pembinaan dan pengembangan upaya masyarakat
dan penyuluhankesehatan masyarakat, kesehatan remaja dan dana sehat.
h) Unit VI
Melaksanakan kegiatan pengobatan rawat jalan dan rawat inap
i) Unit VII
Melaksanakan kegiatan kefarmasian
3. ACTUATING
a. Sistem ketenagaan
Juster (1984) menyatakan bahwa pendidikan merupakan faktor yang penting
dalam seorang pekerja. Melalui pendidikan akan menghasilkan perubahan keseluruhan
cara hidup seseorang. Pearlin dan Kohn (1966) menyatakan bahwa seseorang yang
memiliki tingkat pendidikan yang tinggi mempunyai keinginan untuk mengembangkan
dirinya sedangkan mereka yang berasal dari tingkat pendidikan rendah cenderung untuk
emmpertahnkan kondisi yang telah ada. Sistem ketenagaan yang ada di puskesmas
dilaksanakan sesuai program yang dikembangkan serta kemampuan dana dengan
diketahui oleh DKK, kuantitas tenaga didasarkan pada kebutuhan priorotas layanan
kesehatan dan pendayagunaan tenaga kesehatan disesuaikan dengan kebutuhan layanan
kesehatan dan profesionalisme pekerjaan. Sesuai PP RI No.32 tahun 1996 tentang tenaga
kesehatan yang seharusnya ada adalah tenaga medis, kesehatan masyarakat (penyuluh
kesehatan, sanitarian), tenaga gizi, tenaga keperawatan, farmasi, dan teknisi medis (analis
dan perawat gigi).
b. Pengembangan Staff
Tujuan : kegiatan pengembangan staff ditujukan untuk meningkatkan
produktifitas organisasi.
5. Jenis – jenis pengembangan staff :
i. Pelatihan induksi
Merupakan indoktrinasi standart dan singkat bagi filosofi unit
kerja, tujuan, program, kebijaksanaan dan peraturan yang diberikan
kepada masing – masing pekerja selam atiga hari pertama kerja untuk
memastikan identifikasi dengan filosofi unit kerja,tujuan dan norma –
norma.
ii. Orientasi
Merupakan pelatihan perseorangan yang dipakai untuk
mengakrabkan pegawai baru dengan tanggungjawab pekerjaan, tempat
kerja, pelangan dan rekan kerja.
iii. Kelanjutan pendidikan
Hal ini termasuk kegiatan pembelajaran yang direncanakandibalik
program pendidikan dasar keperawatan dan dirancang untuk memberikan
pengetahuan, ketrampilan, dan sikap bagi peningkatan praktek
keperawatan.
c. Konsep – konsep pengembangan staff
i. Daya saing
Ketidaksesuaian yang dapt diukur antara daya saing dan pekerjaaan
seseorang sebenarnya dengan tingkat daya saing ayng diinginkan.
ii. Minat
Faktor yang mempengaruhi seseorang untuk menerima atau menolak
objek, orang, untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan.
iii. Kebutuhan pendidikan
Merupakan keadaan memiliki kualitas atau kemampuan yang dianggap
perlu bagi peran tertentu.
iv. Pembelajaran teknis
6. Perubahan dalam perilaku yang disadari dan disengaja terutama kognitif
dan psikomotor yang terjadi sebagai respon terhadap stimulus yang diberikan oleh
pengajar.
d. Tahapan pengembangan staff
1. Awal usia 20 – 25 tahun : membuat arah pekerjaan
2. Usia 20 – 30 tahun : menjawab pekerjaan dan tekanan pribadi dengan
mempertanyakan komitmen pada pekerjaan dan hubungan keluarga.
3. Akhir usia 30 tahun : mengaitkan dirinya dengan pembimbing yang
memungkinkan mengunggulinya.
4. Usia 40 tahun : memisahkan diri dari pembimbing
5. Usia 50 tahun : pengembangann dan perbaikan pengetahuan dan keterampilan
e. Mengorganisir sumber daya pengembangan staf
Keberhasilan usaha pengembangan staf tergantung pada penataan sumber daya
yang sesuai. Sumber – sumber pendidikan lanjutan untuk pegawai keperwatan dapat
brupa pengajar, sumber daya dari konsorsia kesehatan, afiliasi dengan perguruan tinggi,
organisasi keperawatan professional dan tugas belajar.
f. Motivasi staf
Menurut Stoner dan Freeman (1995), Ngalim Purwanto (2000), Shortel & Kaluzni
(1994) motivasi adalah karakteristik psikologi manusia yang membrikan kontribusi pada
tingkat komitmen seseorang. Hal in termasuk faktor – faktor yang menyebabkan,
menyalurkan dan mempertahankan tingkah laku manusia dalam arah tekad tertentu.
Motivasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi, motivasi yang
tepat dapat memajukan dan mengembangkan oraganisasi. Unsur manusia dalam
organisasi terdiri dari 2 kelompok orang yaitu orang yang memimpin (manajer) dan orang
7. yang dipimpin (pegawai / pekerja). Manajer bertanggungjawab untuk memotivasi orang
yang dipimpinnya untuk mencapai tujuan organisasi.
Motivasi dalam organisasi kerja ditinjau dari segi perannya terdapat 2 macam
yaitu motivasi positif dan motivasi negatif. Motivasi positif adalah motivasi yang
menimbulkan harapan yang sifatnay menguntungkan atau menggembirakan bagi pegawai
misalnya gaji, fasilitas, karier, jaminan hari tua, jaminan kesehatan, jaminan keselamatan
dan lain – lain. Sedangkan motivasi negatif adalah motivasi yang menimbulkan rasa
takutmisalnya ancaman, tekanan, intimidasi dan semacamnya. Dengan motivasi negatif
orang lain dapat digerakkan oleh pihak yang memotivasi untuk tujuan tertentu, namun hal
ini tidak dapat dipertahankan dalam waktu yang lama.
Stanford (1970), mengatakan bahwa ada 3 unsur penting dalam motivasi yaitu
antara kebutuhan, dorongan dan tujuan. Kebutuhan muncul karena ada sesuatu yang
kurang dirasakan oleh seseorang, baik fisiologis maupun psikologis. Dorongan
merupakan arahan untuk memenuhi kebutuhan sedangkan tujuan adalah akhir dari suatu
siklus motivasi.
g. Komunikasi dalam manajemen
1) Proses komunikasi
Tappen (1995) mendefinisikan komuniksi adalah suatu pertukaran pikiran,
perasaan dan pendapat dan memberikan nasehat dimana terjadi antara dua orang atau
lebih bekerjasama. Komunikassi juga merupakan suatuseni untuk dapat menyusun dan
menghantarkan suatu pesan dengan cara yang muadah sehinga orang lain dapat mnegrti
dan menerima.
2) Komunikasi dalam keperawatan
Unsur yang ada dalam setiap komunikasi adalah pengirim pesan (sender), pesan
(massage), penerima pesan (receiver). Pesan dapat berupa verbal, tertulis maupun non
verbal. Lingkungan internal maupun eksternal juga dilibatkan, yang termasuk lingkungan
8. internal adalah nilai – nilai, kepercayaan, temperamen dan tingkat stress sedangkan faktor
eksternal meliputi keadaan cuaca, suhu, waktu.
3) Prinsip komunikasi manajer keperawatan
Tahapan komunikasi :
a. Manajer harus mengerti struktur organisasiagar dapat memahami sasaran dai
pengambilan keputusan
b. Komunikasi merupakanbagian proses yang tak terpisahkan dalam kebijakan
organisasi. Manajer harus mempertimbangkan isi komunikasi termasuk
dampaknya terhadap orang yg dipimpinnya.
c. Komunikasi harus jelas, sederhana dan tepat.
d. Manajer harus meminta umpan balik agar dapat mengetahui keefektifan dan
keakuratan komunikasi.
e. Komponen penting lainnya bagi seorang manajer adalah menajdi pendengar
yang baik.
4. CONTROLLING
Controlling dalam manajemen puskesmas merupakan indikator keberhasilan puskesmas
yang meliputi 2 faktor yaitu menjadi indikator pencapaian sehat meliputi lingkungan, perilaku
masyarakat, layanan kesehatan dan status kesehatan mrliputi KEP balita, insiden penyakit yang
berbasis lingkungan dan kesehatna ibu dan anak. Selain itu juga merupakan indicator penggerak
pembangunan berwawasan kesehatan, pemberdayaan masyarakat dan keluarga, pelayanan
kesehatan tingkat I meluputi :
9. a. Evaluasi
Salah satu ukuran pengawasan yang digunakan oleh manajer guna mencapai
ahsil organisasi adalah system penilaian kerja karyawan. Melalui evaluasi regular dari
setiap pelaksanaan kerja pegawai manajer dapat mencapai beberapa tujuan.
Prinsip – prinsip evaluasi :
1. Evaluasi pekerja sebaiknya didasarkan pada standar pelaksanaan kerja,
orientasi tingkah laku untuk posisi yang ditempati.
2. Sample tingkah laku perawat yang cukup representative
3. Perawat sebaiknya diberi salinan deskripsi kerja, standar pelaksanaan
kerjadan bentuk evaluasi untuk peninjauan ulang.
4. Terdapat strategi pelaksanaan kerja yang memuaskan dan strategi
perbaikan yang diperlukan.
5. Manajer menjelaskan area mana yang dijadiakn prioritas
6. Pertemuan evaluasi antara perawat dan menajer sebaiknya dilakukan
dalam waktu yang tepat.
7. Laporan evaluasi maupun pertemuan tersusun secara rapih sehingga
membantu dalam pelaksanaan kerja.
Alat evalausi :
1. laporan tanggapan bebas
2. Pengurutan ayng sederhana
3. Checklist pelaksanaan kerja
4. Penilian grafik (Henderson, 1984)
10. b. Kontrol kualitas
Merupakan suatu upaya organisasi dalam menyediakan pelayanan yang
memenuhi standar professional dan dapat diterima oleh klien.
Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang
dapat memuaskan setiap pemakaian jasa pelayanan kesehatan sesuai
dengan tingkat kepuasan rata – rata penduduk, serta yang
penyelenggaraannya sesuai dengan standar atau kode etik profesi yang
telah ditetapkan (Azwar, 1996)
Kriteria mutu pelayanan kesehatan
1. Struktur
Kriteria rumah sakit, unit keperawatan (LOD, visi dan misi,
konsep asuhan keperawatan)
2. Proses
Fungsi, proses interpersonal, metode pengorganisasian,
perspektif keperawatan proesional, praktek keperawatan
professional
3. Tujuan
Tingkat kesehatan atau kesejahteraan, kemampuan
fungsional, kepuasan pasien, sumberpenggunaan/ pengeluaran
efektif dan efisien, kejadian dan proses yang tidak
menyenangkan.
Syarat pelayanan berkualitas
Efficacy
a) Efficacy (kamanjuran)
b) Appropriatennes (kepantasan)
c) Accebility (mudah dicapai)
d) Accepbility (diterima)
e) Effectiveness (keberhasilan)
f) Efficiency (ketepatan)
g) Continuity (terus - menerus)
11. - Pelaksanaan kegiatan pengendalian mutu
a) Menetapkan masalah mutu pelayanan kesehatan yang diselenggarakan
b) Menetapkan penyebab masalah mutu pelayanan kesehatan yang diselenggarakan
c) Menetapkan cara penyelesaian masalah mutu pelayanan kesehatan yang diselenggarakan
d) Menetapkan cara penyelesaian masalah mutu pelayanan kesehatanan.
e) Menyusun sasaran tudak lanjut untuk lebih memantapkan serta meningkatkan mutu pelayanan.
DAFTAR PUSTAKA
Pedoman Kerja Puskesmas Jelid 1