1. KEHALUSAN SERAT
Kehalusan dan panjang merupakan dimensi
terpenting serat tekstil.
Flexibility comes from fineness, length provides
coherence.
Menentukan mutu dan sifat-sifat fisik serat
lainnya dan sifat-sifat benang maupun kain.
2. PARAMETER KEHALUSAN
Kehalusan serat pada awalnya dinyatakan dengan
ukuran diameter penampang lintangnya.
Tidak semua serat memiliki bentuk penampang yang
teratur maka kehalusan lebih tepat dinyatakan menurut
“berat jenis linier”-nya, yaitu perbandingan berat dan
panjangnya: (berat/panjang)
Parameter kehalusan serat:
– Berat (g)
– Panjang (m)
3. TERMINOLOGI KEHALUSAN SERAT
Denier
– Berat serat untuk tiap 9000 m panjangnya
– Banyak digunakan di AS dan Inggris
– Berasal dari kata dalam bahasa Perancis yang berarti
koin (Latin: denarius).
Tex
– Berat serat untuk tiap 1000 m panjangnya
– banyak digunakan di Canada dan Eropa daratan.
4. CONTOH: DENIER
Denier :
– Hasil penimbangan serat A sepanjang 27.000 meter
menunjukkan berat sebesar 27 gram.
– Kehalusan serat = 27/(27.000/9000)
= 27 x (9000/27.000)
= 9 denier
Kehalusan serat (denier) = [B (g)/P (m)] x 9000
5. CONTOH: DENIER
1. Panjang serat = 36.000 m
Beratnya = 27 g
Tentukan kehalusan seratnya dalam denier
Kehalusan serat = 27 x (9000/36.000) = 6,75 denier
2. Panjang serat = 27.000 m
Beratnya = 21 g
Tentukan kehalusan seratnya dalam denier
Kehalusan serat = 21 x (9000/27.000) = 7 denier
6. CONTOH: TEX
Contoh:
– Hasil penimbangan serat A sepanjang 27.000 meter
menunjukkan berat sebesar 27 gram.
– Kehalusan serat = 27/(27.000/1000)
= 27 x (1000/27.000)
= 1 tex
Kehalusan serat (tex) = [B (g)/P (m)] x 1000
7. KONVERSI DENIER ↔ TEX
9 denier = 1 tex
Dalam praktek industri dikenal juga istilah
desitex atau disingkat dtex.
1 tex = 10 dtex
?
1 denier = 1,1 dtex
– 1 denier = 1/9 tex
= (1/9) x 10 dtex
= 1,1 dtex
8.
9. PENGARUH KEHALUSAN SERAT TERHADAP
SIFAT-SIFAT BENANG DAN KAIN
1. Kekakuan, pegangan dan kelangsaian
– Bending atau tekukan lebih mudah terjadi pada benang atau
kain yang tersusun atas serat-serat halus.
– Kain yang terbuat dari serat halus memiliki pegangan supel
dan kelangsaian yang baik.
1. Kekakuan torsional
– Serat kasar memiliki resistensi lebih besar terhadap puntiran.
– Benang yang terbuat dari serat kasar memiliki energi torsional
dan internal stress lebih besar kain krep dan benang tekstur
10. 3. Pemantulan cahaya
– Kain yang terbuat dari serat halus memiliki lebih banyak serat,
sehingga bidang pantulnya pun lebih banyak.
– Kehalusan serat ikut menentukan sifat kilau kain:
• Serat halus menghasilkan kilau yang lembut
• Serat kasar menghasilkan kilau yang kuat
– Kehalusan serat juga menentukan kedalaman warna kain
berwarna:
• Serat halus membuat warna kain tampak menjadi lebih muda.
4. Daya serap
– Kain yang terbuat dari serat halus memiliki jumlah luas
permukaan lebih besar sehingga daya serapnya terhadap
larutan juga lebih besar.
11. 5. Kohesi serat dan puntiran
– Kohesi serat dalam struktur benang ditentukan oleh friksi antar
serat yang berdempetan akibat puntiran.
– Tekanan yang dibutuhkan agar tidak terjadi slip ditentukan oleh
pµS, dimana
• p adalah tekanan normal pada permukaan serat yang besar-
kecilnya ditentukan oleh derajat puntiran benang
• µ adalah koefisien friksi antar serat
• S luas permukaan spesifik serat
– Serat halus tidak memerlukan puntiran tinggi untuk
menghasilkan benang dengan kohesi serat baik.
12. 6. Keseragaman benang
– Serat halus menghasilkan benang dengan diameter yang lebih
seragam di sepanjang benang.
– Keseragaman benang merupakan salah satu sifat terpenting
benang karena ikut menentukan:
• kekuatan benang,
• mulur dan kilau,
• jumlah putus benang dalam pemintalan, winding, warping dan
pertenunan,
• ketahanan gosoknya.
14. TERMINOLOGI
Tenacity adalah gaya tetap
(steady force) yang dibutuhkan
untuk memutuskan satu helai
serat atau beban maksimum yang
dapat ditahan oleh serat sebelum
putus. (N/tex, g/denier).
Mulur saat putus, yaitu
perpanjangan maksimum hingga
putus saat serat mengalami
penarikan. (%)
Keliatan, yaitu jumlah energi yang
dibutuhkan untuk memutuskan
serat. (J = joules)
15. MULUR DAN ELASTISITAS
Mulur saat putus: kemampuan serat bertambah
panjang sebelum putus
Elastisitas: kemampuan serat/bahan untuk
kembali ke bentuknya semula setelah beban
dihilangkan
Elastisitas baik stabilitas dimensi baik,
mudah kembali ke bentuk semula, tidak mudah
kusut.
16.
17.
18. KURVA REGANG-TEGANG BAHAN
• Menyatakan kekuatan suatu
bahan harus memperhatikan
kondisi yang menyebabkan
putusnya bahan tersebut:
– Tenacity, untuk menyatakan
kekuatan bahan yang putus
akibat tarikan tetap (steady
pull).
– Mulur saat putus, biasanya
berlaku pada kondisi
peregangan.
– Keliatan, berlaku pada kondisi
dimana bahan mengalami
hentakan dengan energi
tertentu secara tiba-tiba
19.
20.
21.
22. PERHITUNGAN KEKUATAN SERAT
CONTOH 1 CONTOH 2
– Serat B mempunyai kekuatan – Serat C memiliki kehalusan
2 g/denier sebesar 25 denier. Ketika
– Jika kehalusannya 1 denier diberi beban serat tersebut
maka serat B mampu putus saat beban tarik
menahan tarikan sebesar 2 mencapai 75 gram.
gram. – Berapakah kekuatan tarik
– Jika serat B dibuat dengan serat tersebut ?
kehalusan 10 denier, maka 75 g/25 denier = 3 g/denier
serat tersebut mampu
menahan beban 20 gram
Sifat-sifat mekanik serat tekstil, yaitu responnya terhadap gaya-gaya luar, merupakan sifat-sifat teknis terpenting yang harus diperhatikan dalam kaitannya dengan pemrosesan serat dan kinerja produk akhir.