SlideShare a Scribd company logo
1 of 5
Download to read offline
17
Jurnal Ilmiah Teknosains, Vol. 3 No. 1 Mei 2017
p-ISSN 2460-9986
e-ISSN 2476-9436
FORTIFIKASI TEPUNG TULANG IKAN NILA (OREOCHROMIS
NILOTICUS) SEBAGAI SUMBER KALSIUM DAN FOSFOR
SERTA MUTU COOKIES
Haqqy Sahri Syadeto, Sumardianto, Lukita Purnamayati
Program Studi Teknologi Hasil Perikanan, Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas
Diponegoro Jln. Prof. Soedarto, SH, Tembalang, Semarang. Email: haqqysahri01@gmail.com
Abstrak
Cookies merupakan produk olahan yang digemari masyarakat, hanya saja kurang ada perhatian mengenai kandungan gizinya
terutama kalsium dan fosfor. Tulang ikan Nila (Oreochromis niloticus) diketahui banyak mengandung kalsium dan fosfor.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh fortifikasi dan konsentrasi terbaik terhadap kandungan kalsium dan
fosfor pada cookies. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah experimental laboratories dengan 5 perlakuan yaitu
tanpa fortifikasi tepung tulang ikan Nila, fortifikasi tepung tulang ikan Nila 2%, 4%, 6% dan 8%. Hasil penelitian penda-
huluan menunjukkan pembuatan tepung tulang ikan Nila konsentrasi perendaman NaOH 6% menghasilkan nilai terbaik
dengan kandungan kalsium dan fosfor yang tinggi dan memenuhi persyaratan nilai perbandingan penyerapan pada tubuh
yaitu 2 : 1 dengan nilai 6,26% : 3,74%. Fortifikasi tepung tulang ikan Nila yang berbeda memberikan pengaruh yang nyata
(p<0,05) terhadap mutu serta kandungan kalsium fosfornya. Perlakuan dengan fortifikasi 8% menghasilkan nilai hardness
tertinggi yaitu 20,76 N; kadar kalsium 7,50%; kadar fosfor 4,87%; kadar protein 17,38% dan kadar air terendah yaitu 1,95%.
Semakin banyak tepung tulang yang difortifikasikan, semakin tinggi kadar kalsium, fosfor dan proteinnya..
Kata kunci: Tepung tulang ikan nila, Fortifikasi, Cookies, Mutu.
Abstract
Cookies are favorite food in public, but lack of concern about nutrient content mainly calcium and phosphorus. Bone of Tilapia (Oreochromis ni-
loticus) known much of contents calcium and phosphorus. This research purposes to understand the effect of fortification and good concentration on
the contents calcium and phosphorus in the cookies. The method of this research is experimental laboratories with 5 threatments, without fortifica-
tion Tilapia bone meal, fortification Tilapia bone meal by 2%, 4%, 6% and 8%. The Results of formely research showed that production of Ti-
lapia bone meal soaking concentrated NaOH 6% results good values with high content of calcium and phosphorus and complete requirement ratio
value absorption of the human body is 2 : 1 with value 6,26% ; 3,74%. The difference fortification Tilapia bone meal gives the real effect
(p<0,05) on quality and content calcium and phosphorus. Treatment with fortification 8% results highest hardness values 20,76 N; content of
calcium 7,50%; phosphorus 4,87%; Protein 17,38% and lowest contents water 1,95%. The increase added to fortification Tilapia bone meal,
that high content of calcium, phosphorus and protein.
Keywords: Tilapia Bone Meal, Fortification, Cookies, Quality.
1. PENDAHULUAN
Ikan Nila (Oreochromis niloticus Linnaeus)
merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang
dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia. Pada tahun
2008 jumlah produksi ikan Nila mencapai 233.000 ton
dan pada tahun 2009 akan mencapai 337.000 ton.
Pada tahun 2010 produksi ikan Nila semakin
meningkat yaitu mencapai 464.191 ton, tahun 2011
mencapai 567.078 ton, tahun 2012 mencapai 695,063
ton dan tahun 2013 mencapai 1.110.810 ton. Seiring
dengan permintaan yang cenderung meningkat,
budidaya ikan Nila di Indonesia dari tahun ke tahun
semakin meningkat (KKP, 2013).
Kalsium merupakan unsur penting yang sangat
dibutuhkan oleh tubuh, karena kalsium berfungsi
dalam metabolisme tubuh, pembentukan tulang dan
gigi. Tubuh manusia memiliki tingkat kebutuhan
kalsium yang berbeda menurut usia dan jenis kelamin.
Anak-anak membutuhkan kalsium 600 mg per hari
sedangkan usia dewasa 800 mg hingga 1000 mg per
hari (Widyakarya Pangan dan Gizi LIPI, 2004).
Fosfor merupakan mineral kedua terbanyak di dalam
tubuh. Sebagian besar terdapat dalam bentuk kalsium
fosfat yaitu bagian dari kristal hidroksiapatit di dalam
tulang dan gigi yang tidak larut. Fosfor mempunyai
peranan dalam metabolisme karbohidrat, lemak dan
protein. Sebagai fosfolipid, fosfor merupakan
komponen esensial bagi banyak sel dan merupakan
alat transport asam lemak. Fosfor berperan pula
dalam mempertahankan keseimbangan asam-basa
(Pudjiadi, 2002). Menurut Basmal et al. (2000)
perbandingan antara kalsium dan fosfor pada tulang
18
Jurnal Ilmiah Teknosains, Vol. 3 No. 1 Mei 2017
Syadeto, H.S., Sumardianto, & Purnamayati, L.
p-ISSN 2460-9986
e-ISSN 2476-9436
adalah 2:1. Perbandingan antara kalsium dan fosfor
1:1 sampai 3:1 pada proses penyerapan kalsium
didalam rongga usus merupakan perbandingan yang
terbaik.
Kekurangan kalsium pada masa pertumbuhan dapat
menyebabkan gangguan pertumbuhan. Tulang ikan
Nila diketahui banyak mengandung kalsium dan
fosfor. Adapun cara pengolahan tepung dengan
metode deproteinasi dari tulang ikan diharapkan dapat
menghasilkan tepung yang kaya kalsium dan fosfor.
Tepung tulang ikan Nila merupakan alternatif yang
dapat dimanfaatkan dalam pengolahan cookies yang
diharapkan mengandung kalsium dan fosfor pada
hasil akhirnya. Penelitian fortifikasi tepung tulang ikan
Nila (Oreochromis niloticus) pada cookies bertujuan
untuk meningkatkan kandungan mutu terutama
kalsium dan fosfor. Menurut Siagian (2003), fortifikasi
pangan dengan zat gizimikro adalah salah satu strategi
utama yang dapat digunakan untuk meningkatkan
status mikronutrien pangan
2. METODE
Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
gula, margarin, telur, susu skim, vanili, garam, soda
kue, tepung terigu dan tepung tulang ikan Nila. Alat
yang digunakan yaitu timbangan analitik merk HWH,
baskom adonan, mixer, gilingan adonan, cetakan
adonan, kertas minyak, loyang ukuran 25x11x3cm dan
oven merk Cosmos
Metode penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
experimental laboratories. Penelitian dilaksanakan
dalam dua tahap, yaitu penelitian pendahuluan dan
penelitian utama. Penelitian pendahuluan yaitu
pembuatan tepung tulang ikan Nila dengan metode
deproteinase menggunakan NaOH mengacu pada
Nabil (2005) dan Cucikodana (2012) yang sudah
dimodifikasi dengan perlakuan ekstraksi
menggunakan konsentrasi NaOH berbeda. Penelitian
utama adalah adalah pembuatan cookies fortifikasi
tepung tulang ikan Nila hasil terbaik dari penelitian
pendahuluan dengan konsentrasi yang berbeda yaitu
kontrol (KA), 2% (KB), 4% (KC), 6% (KD) dan 8%
(KE). yang mengacu pada Fajiarningsih (2013) dan
Millah, I., et al. (2014) yang dimodifikasi. Parameter
pengujian yang pada penelitian ini adalah hedonik,
hardness, kadar kalsium, fosfor, protein dan air.
Penelitian ini menggunakan rancangan dasar
Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari1
faktor, 5 perlakuan dan 3 kali pengulangan. Data
hedonik dianalisis menggunakan uji Kruskal-Wallis
dan uji Mann-Whitney. Uji parametrik yang dilakukan
adalah uji normalitas, uji homogenitas, uji ANOVA
dan uji lanjut BNJ menggunakan SPSS Statitics 20.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hedonik Cookies
Data pengujian hedonik pada cookies dengan
perlakuan fortifikasi konsentrasi tepung tulang ikan
Nila yang berbeda tersaji pada Tabel 1.
Tabel 1. Nilai Selang Kepercayaan Cookies
Perlakuan Nilai Hedonik
KA
KB
KC
KD
KE
7,02 < < 7,40
7,38 < < 7,72
7,50 < < 7,84
7,63 < < 7,97
7,28 < < 7,68
Hasil pengamatan uji hedonik didapatkan hasil bahwa
cookies dengan fortifikasi konsentrasi tepung tulang
ikan Nila berbeda menunjukkan hasil yang berbeda.
Pembuatan cookies dengan perlakuan fortifikasi
tepung tulan ikan Nila konsentrasi 6% mempunyai
nilai selang kepercayaan yang tertinggi yaitu 7,63 <
< 7,97 sedangkan perlakuan tanpa fortifikasi
mempunyai nilai selang kepercayaan yang terendah
yaitu 7,02 < < 7,40 akan tetapi masih dapat
diterima karena mempunyai nilai lebih dari 7.
Menurut Setyaningsih, et al. (2010), tujuan dari analisa
sensori adalah untuk mengetahui respon atau kesan
yang diperoleh pancaindra manusia terhadap suatu
rangsangan yang ditimbulkan oleh suatu produk.
Kekerasan (Hardness) Cookies
Data pengujian dari nilai hardness pada cookies
dengan perlakuan fortifikasi konsentrasi tepung tulang
ikan Nila yang berbeda tersaji pada Tabel 2.
Tabel 2. Nilai Hardness Cookies
Perlakuan Hardness (N)
KA 16,52 ± 0,44a
KB 17,55 ± 0,02b
KC 18,34 ± 0,18c
KD 19,56 ± 0,25d
KE 20,76 ± 0,60e
Data yang diperoleh menunjukkan adanya kenaikan
nilai kekerasan yang dihasilkan dimana setiap
perlakuan peningkatan konsentrasi tepung tulang ikan
yang difortifikasi pada cookies. Dapat disimpulkan
bahwa semakin tinggi konsentrasi tepung tulang ikan
Nila yang difortifikasikan pada cookies maka semakin
tinggi tingkat kekerasan produk cookies yang
dihasilkan. Nilai rata-rata kekerasan cookies dengan
penambahan konsentrasi tepung tulang ikan Nila
berbeda berkisar antara 16,52 N - 20,76 N. Adanya







19
Jurnal Ilmiah Teknosains, Vol. 3 No. 1 Mei 2017
Syadeto, H.S., Sumardianto, & Purnamayati, L.
p-ISSN 2460-9986
e-ISSN 2476-9436
perbedaan pada nilai hardness diduga karena adanya
pengaruh penggunaan tepung tulang ikan Nila.
Penambahan tepung tulang ikan Nila 8% memiliki
nilai hedonik yang sangat rendah terhadap parameter
tekstur dari pada konsentrasi 2% dan tanpa fortifikasi,
karena semakin banyak penambahan tepung tulang
ikan maka produk yang dihasilkan semakin keras hal
ini berhubungan dengan kandungan kalsium dan
fosfor yang besar dalam tepung tulang ikan Nila
sehingga tekstur dari produk yang dihasilkan juga
akan berubah sesuai banyaknya penambahan
konsentrasi tepung tulang Nila. Selain itu perbedaan
nilai hardness pada cookies dikarenakan pengaruh
formulasi bahan baku, kandungan protein pada
tepung terigu dan kandungan kalsium dalam tepung
tulang ikan, ketebalan produk. Menurut Maulida
(2005) pada penelitian yang sudah dilakukan dapat
disimpulkan semakin banyak konsentrasi penambahan
tepung tulang ikan Tuna maka produk yang dihasilkan
akan keras.
Berdasarkan hasil pengujian terhadap hardness pada
cookies,diketahui nilai rata-rata berkisar antara 16,52
N sampai 20,76 N yang menunjukkan kenaikan pada
hardness dari cookies seiring dengan penambahan
tepung tulang ikan Nila. Hasil ini menunjukkan
fortifikasi tepung tulang ikan Nila pada cookies lebih
baik dari pada penelitian Yanuar, et al. (2009) pada
fortifikasi tepung cangkang rajungan pada crackers
yang menunjukkan nilai rata-ratanya berkisar antara
5,46 N sampai 6,25 N dan penelitian Pratama, et al.
(2014) pada fortifikasi tepung tulang ikan Tuna pada
kue bagea dengan nilai rata-rata berkisar 3,13 N
sampai 7.46 N.
Kadar Kalsium Cookies
Data pengujian dari nilai kalsium pada cookies dengan
perlakuan fortifikasi konsentrasi tepung tulang ikan
Nila yang berbeda tersaji pada Tabel 3.
Tabel 3. Nilai Kadar Kalsium Cookies
Perlakuan Kadar Kalsium(%)
KA 2,54 ± 0,22a
KB 4,13 ± 0,49b
KC 5,11 ± 0,40c
KD 6,26 ± 0,34d
KE 7,50 ± 0,13e
Nilai rata-rata kadar kalsium cookies dengan
penambahan konsentrasi tepung tulang ikan Nila
berbeda berkisar antara 2,54% - 7,50%. Pembuatan
cookies tanpa fortifikasi tepung tulang ikan Nila atau
kontrol merupakan cookies pebanding terutama
untuk mengetahui kadar kalsium dan fosfor yang
belum terdapat standar SNI cookies. Hasil uji kadar
kalsium pada cookies dengan fortifikasi tepung tulang
konsentrasi berbeda menunjukkan kenaikan karena
adanya pengaruh fortifikasi tepung tulang. Hal ini
sesuai dengan penelitian Kaya (2008) pada penelitian
sejenis dengan tepung tulang ikan yang berbeda,
semakin tinggi penambahan tepung tulang ikan patin
maka semakin tinggi kadar kalsium pada biskuit. Hasil
ini menunjukkan fortifikasi tepung tulang ikan Nila
pada cookies lebih baik dari pada penelitian Maulida
(2005) pada fortifikasi tepung ikan Madihang pada
crackers yang menunjukkan nilai rata-ratanya berkisar
antara 1% sampai 7,42% dan penelitian Agustini, et al.
(2011) pada fortifikasi tepung cangkang kerang
Simping pada cookies dengan nilai rata-rata berkisar
5,44% sampai 6,57.
Kadar kalsium yang tinggi dalam tepung tulang ikan
Nila disebabkan karena dalam tulang terdapat matrik-
matrik anorganik yang terdiri dari kristal-kristal
kalsium. Kristal garam ini disimpan dalam matrik
organik di antara serat-serat kolagen dalam tulang.
Mineral utama didalam tulang adalah kalsium dan
fosfor. Menurut Almatsier (2004), kalsium tulang
maupun gigi biasanya dalam bentuk kalsium fosfat
atau dalam bentuk hidroksiapatit
{(3Ca3(PO4)2.Ca(OH)2}.
Kadar Fosfor Cookies
Data pengujian dari nilai fosfor pada cookies dengan
perlakuan fortifikasi konsentrasi tepung tulang ikan
Nila yang berbeda tersaji pada Tabel 4.
Tabel 4. Nilai Kadar Fosfor Cookies
Perlakuan Kadar Fosfor (%)
KA 0,75 ± 0,93a
KB 1,52 ± 0,38b
KC 2,56 ± 0,35c
KD 3,74 ± 0,11d
KE 4,87 ± 0,17e
Nilai rata-rata kadar fosfor berdasarkan berat kering
cookies dengan fortifikasi tepung tulang ikan Nila
berkisar antara 0,75% - 4,87%. Seiring dengan
semakin tingginya tingkat fortifikasi tepung tulang
ikan Nila pada pembuatan cookies juga dapat
meningkatkan kadar fosfor pada produk yang
dihasilkan. Hal ini disebabkan karena kandungan
fosfor yang sudah cukup tinggi pada tepung tulang
ikan Nila sebagai bahan baku yaitu 10,40%. Kadar
fosfor pada cookies lebih rendah daripada kadar
kalsiumnya, sehingga sudah sesuai dengan pernyataan
Nabil (2005) yang menyatakan perbandingan absorbsi
Ca:P yang baik adalah 2:1 pada pembentukan tulang.
Berdasarkan hasil pengujian terhadap kadar fosfor,
diketahui nilai rata-rata berkisar antara 0,75% sampai
4,87% yang menunjukkan terjadi kenaikan pada kadar
fosfor seiring dengan penambahan tepung tulang ikan
Nila. Hasil ini menunjukkan fortifikasi tepung tulang
ikan Nila pada cookies lebih baik dari pada penelitian
Yanuar, et al. (2009) pada fortifikasi tepung cangkang
Rajungan pada produk crackres yang menunjukkan
20
Jurnal Ilmiah Teknosains, Vol. 3 No. 1 Mei 2017
Syadeto, H.S., Sumardianto, & Purnamayati, L.
p-ISSN 2460-9986
e-ISSN 2476-9436
nilai rata-ratanya berkisar antara 1,38% sampai
1,992%.
Kadar Protein Cookies
Data pengujian dari nilai protein pada cookies dengan
perlakuan fortifikasi konsentrasi tepung tulang ikan
Nila yang berbeda tersaji pada Tabel 5.
Tabel 5. Nilai Kadar Protein Cookies
Perlakuan Kadar Protein (%)
KA 15,56 ± 0,11a
KB 16,07 ± 0,20b
KC 16,47 ± 0,10c
KD 16,89 ± 0,15d
KE 17,38 ± 0,17e
Nilai rata-rata kadar protein berdasarkan berat kering
cookies dengan fortifikasi tepung tulang ikan Nila
berkisar antara 15,56% - 17,38%. Nilai kadar protein
yang diperoleh untuk seluruh perlakuan masih
memenuhi standar kadar protein yang ditetapkan SNI
No. 01-2973-2011 yaitu minimum 9%. Naik kadar
protein setelah diuji disebabkan karena adanya
kandungan protein pada tepung tulang ikan Nila.
Kandungan protein pada tepung tulang diduga karena
kurang kesempurnaan pada proses deproteinasi saat
pembuatan tepung tulang, sehingga penambahan
tepung tulang yang semakin tinggi dapat
meningkatkan kadar protein pada cookies. Hal ini
sesuai dengan penelitian yang sudah dilakukan oleh
Tababaka (2004) yang menyatakan bahwa
penambahan tepung tulang ikan patin pada kerupuk
berpengaruh nyata pada masing-masing perlakuan.
Kadar Air Cookies
Data pengujian dari nilai air pada cookies dengan
perlakuan fortifikasi konsentrasi tepung tulang ikan
Nila yang berbeda tersaji pada Tabel 6.
Tabel 6. Nilai Kadar Air Cookies
Perlakuan Kadar Air (%)
KA 4,05 ± 0,16a
KB 3,58 ± 0,07b
KC 3,04 ± 0,02c
KD 2,41 ± 0,22d
KE 1,95 ± 0,03e
Nilai kadar air dari kontrol dan perlakuan secara
berturut-turut adalah 4,05%, 3,58%, 3,04%, 2,41%
dan 1,95% telah sesuai dengan SNI 2973-2011 karena
batas maksimum kadar air cookies adalah 5%. Nilai
kadar air pada menunjukkan hasil yang menurun
bersamaan dengan semakin meningkatnya
penambahan tepung tulang. Seluruh cookies dengan
fortifikasi tepung tulang ikan Nila yang dihasilkan
menunjukkan jumlah kandungan air yang termasuk
rendah. Kadar air pada penelitian ini masih dapat
diterima karena sudah memenuhi syarat SNI yaitu
maksimal 5%. Menurut Linder (1992), hal ini terjadi
karena penambahan tepung tulang ikan berarti terjadi
penambahan partikel Ca++ yang akan mengikat
partikel OH- yang merupakan bagian dari unsur-unsur
air atau H2O sehingga kadar air berkurang.
4. SIMPULAN
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah
cookies fortifikasi tepung tulang ikan Nila yang
berbeda memberikan pengaruh perbedaan yang nyata
terhadap mutunya. Semakin tinggi konsentrasi yang
ditambahkan maka semakin tinggi nilai hardness,
kadar kalsium, fosfor, dan proteinnya serta semakin
rendah kadar airnya. Cookies dengan fortifikasi
konsentrasi 6% menghasilkan cookies dengan nilai
hedonik tertinggi yaitu 7,63 < < 7,97 yang artinya
paling disukai panelis dan fortifikasi 8% menghasilkan
nilai hardness, kadar kalsium, fosfor dan protein
tertinggi.
5. DAFTAR PUSTAKA
Agustini, T. W., A. S. Fahmi, I. Widowati dan A. Sar-
wono.. 2011. Pemanfaatan Limbah Cangkang
Kerang Simping (Amusium pleuronectes) dalam
Pembuatan Cookies Kaya Kalsium. Jurnal Pen-
golahan Hasil Perikanan Indonesia. 14(1):8-13
Almatsier, S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT.
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 61 hal
Badan Standardisasi Nasional [BSN], 2011. Standar
Nasional Indonesia Tentang Syarat Mutu Cookies
(SNI 2973-2011). Badan Standardisasi Nasional
(BSN). Jakarta
Basmal J, Suprapto dan Murtiningrum. 2000.
Penelitian Ekstraksi Kalsium dari Tulang Ikan
Cakalang (Katsuwonus pelamis). Jurnal Penelitian
Perikanan Indonesia. 6(1): 45-53
Cucikodana, Y., A. Supriadi dan B. Purwanto.. 2012.
Pengaruh Perbedaan Suhu Perebusan dan Kon-
sentrasi NaOh terhadap Kualitas Bubuk Tulang
Ikan Gabus (Channa striata). 1(1):91-101
Fajiarningsih, H. 2013. Pengaruh Penggunaan Kom-
posit Tepung Kentang (Solanum tubersum L.) ter-
hadap Kualitas Cookies [Skripsi]. Universitas
Negeri Semarang. Semarang. 205 hal
Kementrian Kelautan dan Perikanan [KKP]. 2013.
Laporan Tahunan Direktorat Produksi Tahun
2013. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya.
Jakarta
Linder, M. C. 1992. Biokimia Nutrisi dan Metabo-
lisme. UI Press. Jakarta.781 hal
Maulida, N. 2005. Pemanfaatan Tepung Tulang Ikan
Madidihang (Thunnus albacares) Sebagai Suplemen
Dalam Pembuatan Biskuit (Crackers). [Skripsi].
Program Studi Teknologi Hasil Perikanan
Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor. 65 hal
21
Jurnal Ilmiah Teknosains, Vol. 3 No. 1 Mei 2017
Syadeto, H.S., Sumardianto, & Purnamayati, L.
p-ISSN 2460-9986
e-ISSN 2476-9436
Millah, I. I., Wignyanto, Ika A. D. 2014. Pembuatan
Cookies dengan Kajian Penambahan Apel Mana-
lagi (Mallus sylvestris) Subgrade dan Margarin.
http//scripsitip.staff.ub.ac.id/files/2014/04/jur
nal-irma-ika-millah.pdf (diakses pada tanggal 19
November 2016)
Nabil, M. 2005. Pemanfaatan Limbah Tulang Ikan
Tuna (Thunnus sp.) sebagai Sumber Kalsium
dengan Metode Hidrolisis Protein. [Skripsi]. In-
stitut Pertanian Bogor. Bogor. 67 hal
Pratama, I. P., Iis R., Evi L. 2014. Karakteristik
Biskuit dengan Penambahan Tepung Tulang
ikan Jangilus (Istiophorus sp.). Jurnal Akuatik.
5(1):30-39
Pudjiadi, S. 2002. Ilmu Gizi Klinik pada Anak. Edisi
ke-empat. Penerbit FK UI. Jakarta. 261 hal
Setyaningsih, D., A. Apriyantono dan M. P. Sari.
2010. Analisis Sensori untuk Industri Pangan
dan Agro. IPB Press. Bogor. 180 hal
Siagian, A. 2013. Pendekatan Fortifikasi Pangan untuk
Mengatasi Masalah Kekurangan Zat Gizi
Mikro.Digitized. USU. 9 hlm
Tababaka, R. 2004. Pemanfaatan Tulang Ikan Patin
(Pangasius sp) Sebagai Bahan Tambahan
Kerupuk. [Skripsi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor. Bogor. 85 hal
Widyakarya Pangan dan Gizi LIPI. 2004. Meningkat-
kan Produktivitas dan Daya Saing Bangsa. Pan-
gan dan Gizi Masa Depan Serpong. Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta.
Yanuar, V., Joko S., Ella S. 2009. Pemanfaatan
Cangkang Rajungan (Portunus pelagicus) sebagai
Sumber Kalsium dan Fosfor dan Pembuatan
Crackers. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan. 12
(1):59-72..

More Related Content

Similar to FORTIFIKASI

PKM: Efektivitas Teripang Hitam (Holothuria atra) Sebagai Suplemen Pakan Ikan...
PKM: Efektivitas Teripang Hitam (Holothuria atra) Sebagai Suplemen Pakan Ikan...PKM: Efektivitas Teripang Hitam (Holothuria atra) Sebagai Suplemen Pakan Ikan...
PKM: Efektivitas Teripang Hitam (Holothuria atra) Sebagai Suplemen Pakan Ikan...UNESA
 
PENGARUH PEMBERIAN ZAT MULTI GIZI MIKRO DAN PENDIDIKAN GIZI TERHADAP PENGETAH...
PENGARUH PEMBERIAN ZAT MULTI GIZI MIKRO DAN PENDIDIKAN GIZI TERHADAP PENGETAH...PENGARUH PEMBERIAN ZAT MULTI GIZI MIKRO DAN PENDIDIKAN GIZI TERHADAP PENGETAH...
PENGARUH PEMBERIAN ZAT MULTI GIZI MIKRO DAN PENDIDIKAN GIZI TERHADAP PENGETAH...Repository Ipb
 
Udangkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk
UdangkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkUdangkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk
UdangkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkTeamCheck88
 
33.laju pertumbuhandanefisiensipakanikannilaoreochromisniloticusy
33.laju pertumbuhandanefisiensipakanikannilaoreochromisniloticusy33.laju pertumbuhandanefisiensipakanikannilaoreochromisniloticusy
33.laju pertumbuhandanefisiensipakanikannilaoreochromisniloticusySafeiMufti1
 
INDUKSI MUTASI GENETIK MELALUI PENGGANDAAN KROMOSOM KEDELAI(Glycine max L. Me...
INDUKSI MUTASI GENETIK MELALUI PENGGANDAAN KROMOSOM KEDELAI(Glycine max L. Me...INDUKSI MUTASI GENETIK MELALUI PENGGANDAAN KROMOSOM KEDELAI(Glycine max L. Me...
INDUKSI MUTASI GENETIK MELALUI PENGGANDAAN KROMOSOM KEDELAI(Glycine max L. Me...Repository Ipb
 
Hubungan asupan kalsium, aktivitas fisik, paritas, indeks
Hubungan asupan kalsium, aktivitas fisik, paritas, indeksHubungan asupan kalsium, aktivitas fisik, paritas, indeks
Hubungan asupan kalsium, aktivitas fisik, paritas, indeksUlya Rozsa
 
KAJIAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANAME DENGAN SISTEM PERGILIRAN PAKA...
KAJIAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA  UDANG VANAME DENGAN SISTEM PERGILIRAN PAKA...KAJIAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA  UDANG VANAME DENGAN SISTEM PERGILIRAN PAKA...
KAJIAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANAME DENGAN SISTEM PERGILIRAN PAKA...Hilmansyah16
 
Aplikasi magot sebagai pakan merupakan materi pelatihan budidaya magot yang b...
Aplikasi magot sebagai pakan merupakan materi pelatihan budidaya magot yang b...Aplikasi magot sebagai pakan merupakan materi pelatihan budidaya magot yang b...
Aplikasi magot sebagai pakan merupakan materi pelatihan budidaya magot yang b...MeltaRiniFahmi
 
PPT RIZKI ARIESTA PUTRI.pptx
PPT RIZKI ARIESTA PUTRI.pptxPPT RIZKI ARIESTA PUTRI.pptx
PPT RIZKI ARIESTA PUTRI.pptxRizkyAriestaPutri
 
PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP GELONDONGAN IKAN KANCRA (Labeobarbus douro...
PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP GELONDONGAN IKAN KANCRA (Labeobarbus douro...PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP GELONDONGAN IKAN KANCRA (Labeobarbus douro...
PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP GELONDONGAN IKAN KANCRA (Labeobarbus douro...Repository Ipb
 
In vivo evaluation on synbiotic effect of fermented rice bran by probiotic la...
In vivo evaluation on synbiotic effect of fermented rice bran by probiotic la...In vivo evaluation on synbiotic effect of fermented rice bran by probiotic la...
In vivo evaluation on synbiotic effect of fermented rice bran by probiotic la...Mochamad Nurcholis
 
Tugas mkp 2 ringkas jurnal
Tugas mkp 2 ringkas jurnalTugas mkp 2 ringkas jurnal
Tugas mkp 2 ringkas jurnalYunita Fahni
 
Review Manajemen ternak unggas - Ayam Arab
Review Manajemen ternak unggas - Ayam ArabReview Manajemen ternak unggas - Ayam Arab
Review Manajemen ternak unggas - Ayam ArabIlmianisa Azizah
 
Ppt bahan pakan kelelompok 5.pptx
Ppt bahan pakan kelelompok 5.pptxPpt bahan pakan kelelompok 5.pptx
Ppt bahan pakan kelelompok 5.pptxAlamstaSuarjuniarta
 
DIFUSI TEKNOLOGI PRODUKSI KONSENTRAT PROTEIN DARI IKAN GABUS
DIFUSI TEKNOLOGI PRODUKSI KONSENTRAT PROTEIN DARI IKAN GABUSDIFUSI TEKNOLOGI PRODUKSI KONSENTRAT PROTEIN DARI IKAN GABUS
DIFUSI TEKNOLOGI PRODUKSI KONSENTRAT PROTEIN DARI IKAN GABUSbrawijaya university
 
Artikel ilmiah PKM-P
Artikel ilmiah PKM-PArtikel ilmiah PKM-P
Artikel ilmiah PKM-PFANIAANDYANI
 

Similar to FORTIFIKASI (20)

PKM: Efektivitas Teripang Hitam (Holothuria atra) Sebagai Suplemen Pakan Ikan...
PKM: Efektivitas Teripang Hitam (Holothuria atra) Sebagai Suplemen Pakan Ikan...PKM: Efektivitas Teripang Hitam (Holothuria atra) Sebagai Suplemen Pakan Ikan...
PKM: Efektivitas Teripang Hitam (Holothuria atra) Sebagai Suplemen Pakan Ikan...
 
PENGARUH PEMBERIAN ZAT MULTI GIZI MIKRO DAN PENDIDIKAN GIZI TERHADAP PENGETAH...
PENGARUH PEMBERIAN ZAT MULTI GIZI MIKRO DAN PENDIDIKAN GIZI TERHADAP PENGETAH...PENGARUH PEMBERIAN ZAT MULTI GIZI MIKRO DAN PENDIDIKAN GIZI TERHADAP PENGETAH...
PENGARUH PEMBERIAN ZAT MULTI GIZI MIKRO DAN PENDIDIKAN GIZI TERHADAP PENGETAH...
 
fisnut 12 (1).docx
fisnut 12 (1).docxfisnut 12 (1).docx
fisnut 12 (1).docx
 
Udangkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk
UdangkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkUdangkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk
Udangkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk
 
33.laju pertumbuhandanefisiensipakanikannilaoreochromisniloticusy
33.laju pertumbuhandanefisiensipakanikannilaoreochromisniloticusy33.laju pertumbuhandanefisiensipakanikannilaoreochromisniloticusy
33.laju pertumbuhandanefisiensipakanikannilaoreochromisniloticusy
 
Jurnal borks pada bakso
Jurnal borks pada baksoJurnal borks pada bakso
Jurnal borks pada bakso
 
INDUKSI MUTASI GENETIK MELALUI PENGGANDAAN KROMOSOM KEDELAI(Glycine max L. Me...
INDUKSI MUTASI GENETIK MELALUI PENGGANDAAN KROMOSOM KEDELAI(Glycine max L. Me...INDUKSI MUTASI GENETIK MELALUI PENGGANDAAN KROMOSOM KEDELAI(Glycine max L. Me...
INDUKSI MUTASI GENETIK MELALUI PENGGANDAAN KROMOSOM KEDELAI(Glycine max L. Me...
 
Hubungan asupan kalsium, aktivitas fisik, paritas, indeks
Hubungan asupan kalsium, aktivitas fisik, paritas, indeksHubungan asupan kalsium, aktivitas fisik, paritas, indeks
Hubungan asupan kalsium, aktivitas fisik, paritas, indeks
 
1299 2564-1-pb
1299 2564-1-pb1299 2564-1-pb
1299 2564-1-pb
 
KAJIAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANAME DENGAN SISTEM PERGILIRAN PAKA...
KAJIAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA  UDANG VANAME DENGAN SISTEM PERGILIRAN PAKA...KAJIAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA  UDANG VANAME DENGAN SISTEM PERGILIRAN PAKA...
KAJIAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANAME DENGAN SISTEM PERGILIRAN PAKA...
 
Aplikasi magot sebagai pakan merupakan materi pelatihan budidaya magot yang b...
Aplikasi magot sebagai pakan merupakan materi pelatihan budidaya magot yang b...Aplikasi magot sebagai pakan merupakan materi pelatihan budidaya magot yang b...
Aplikasi magot sebagai pakan merupakan materi pelatihan budidaya magot yang b...
 
PPT RIZKI ARIESTA PUTRI.pptx
PPT RIZKI ARIESTA PUTRI.pptxPPT RIZKI ARIESTA PUTRI.pptx
PPT RIZKI ARIESTA PUTRI.pptx
 
PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP GELONDONGAN IKAN KANCRA (Labeobarbus douro...
PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP GELONDONGAN IKAN KANCRA (Labeobarbus douro...PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP GELONDONGAN IKAN KANCRA (Labeobarbus douro...
PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP GELONDONGAN IKAN KANCRA (Labeobarbus douro...
 
In vivo evaluation on synbiotic effect of fermented rice bran by probiotic la...
In vivo evaluation on synbiotic effect of fermented rice bran by probiotic la...In vivo evaluation on synbiotic effect of fermented rice bran by probiotic la...
In vivo evaluation on synbiotic effect of fermented rice bran by probiotic la...
 
Tugas mkp 2 ringkas jurnal
Tugas mkp 2 ringkas jurnalTugas mkp 2 ringkas jurnal
Tugas mkp 2 ringkas jurnal
 
Review Manajemen ternak unggas - Ayam Arab
Review Manajemen ternak unggas - Ayam ArabReview Manajemen ternak unggas - Ayam Arab
Review Manajemen ternak unggas - Ayam Arab
 
Ppt bahan pakan kelelompok 5.pptx
Ppt bahan pakan kelelompok 5.pptxPpt bahan pakan kelelompok 5.pptx
Ppt bahan pakan kelelompok 5.pptx
 
DIFUSI TEKNOLOGI PRODUKSI KONSENTRAT PROTEIN DARI IKAN GABUS
DIFUSI TEKNOLOGI PRODUKSI KONSENTRAT PROTEIN DARI IKAN GABUSDIFUSI TEKNOLOGI PRODUKSI KONSENTRAT PROTEIN DARI IKAN GABUS
DIFUSI TEKNOLOGI PRODUKSI KONSENTRAT PROTEIN DARI IKAN GABUS
 
Artikel ilmiah PKM-P
Artikel ilmiah PKM-PArtikel ilmiah PKM-P
Artikel ilmiah PKM-P
 
15787-31634-1-SM.pdf
15787-31634-1-SM.pdf15787-31634-1-SM.pdf
15787-31634-1-SM.pdf
 

Recently uploaded

Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxssuser8905b3
 
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdfaksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdfwalidumar
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...asepsaefudin2009
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaafarmasipejatentimur
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfChananMfd
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdfDiskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdfHendroGunawan8
 
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptxPPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptxSaefAhmad
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 

Recently uploaded (20)

Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
 
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdfaksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdfDiskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
 
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptxPPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 

FORTIFIKASI

  • 1. 17 Jurnal Ilmiah Teknosains, Vol. 3 No. 1 Mei 2017 p-ISSN 2460-9986 e-ISSN 2476-9436 FORTIFIKASI TEPUNG TULANG IKAN NILA (OREOCHROMIS NILOTICUS) SEBAGAI SUMBER KALSIUM DAN FOSFOR SERTA MUTU COOKIES Haqqy Sahri Syadeto, Sumardianto, Lukita Purnamayati Program Studi Teknologi Hasil Perikanan, Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro Jln. Prof. Soedarto, SH, Tembalang, Semarang. Email: haqqysahri01@gmail.com Abstrak Cookies merupakan produk olahan yang digemari masyarakat, hanya saja kurang ada perhatian mengenai kandungan gizinya terutama kalsium dan fosfor. Tulang ikan Nila (Oreochromis niloticus) diketahui banyak mengandung kalsium dan fosfor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh fortifikasi dan konsentrasi terbaik terhadap kandungan kalsium dan fosfor pada cookies. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah experimental laboratories dengan 5 perlakuan yaitu tanpa fortifikasi tepung tulang ikan Nila, fortifikasi tepung tulang ikan Nila 2%, 4%, 6% dan 8%. Hasil penelitian penda- huluan menunjukkan pembuatan tepung tulang ikan Nila konsentrasi perendaman NaOH 6% menghasilkan nilai terbaik dengan kandungan kalsium dan fosfor yang tinggi dan memenuhi persyaratan nilai perbandingan penyerapan pada tubuh yaitu 2 : 1 dengan nilai 6,26% : 3,74%. Fortifikasi tepung tulang ikan Nila yang berbeda memberikan pengaruh yang nyata (p<0,05) terhadap mutu serta kandungan kalsium fosfornya. Perlakuan dengan fortifikasi 8% menghasilkan nilai hardness tertinggi yaitu 20,76 N; kadar kalsium 7,50%; kadar fosfor 4,87%; kadar protein 17,38% dan kadar air terendah yaitu 1,95%. Semakin banyak tepung tulang yang difortifikasikan, semakin tinggi kadar kalsium, fosfor dan proteinnya.. Kata kunci: Tepung tulang ikan nila, Fortifikasi, Cookies, Mutu. Abstract Cookies are favorite food in public, but lack of concern about nutrient content mainly calcium and phosphorus. Bone of Tilapia (Oreochromis ni- loticus) known much of contents calcium and phosphorus. This research purposes to understand the effect of fortification and good concentration on the contents calcium and phosphorus in the cookies. The method of this research is experimental laboratories with 5 threatments, without fortifica- tion Tilapia bone meal, fortification Tilapia bone meal by 2%, 4%, 6% and 8%. The Results of formely research showed that production of Ti- lapia bone meal soaking concentrated NaOH 6% results good values with high content of calcium and phosphorus and complete requirement ratio value absorption of the human body is 2 : 1 with value 6,26% ; 3,74%. The difference fortification Tilapia bone meal gives the real effect (p<0,05) on quality and content calcium and phosphorus. Treatment with fortification 8% results highest hardness values 20,76 N; content of calcium 7,50%; phosphorus 4,87%; Protein 17,38% and lowest contents water 1,95%. The increase added to fortification Tilapia bone meal, that high content of calcium, phosphorus and protein. Keywords: Tilapia Bone Meal, Fortification, Cookies, Quality. 1. PENDAHULUAN Ikan Nila (Oreochromis niloticus Linnaeus) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia. Pada tahun 2008 jumlah produksi ikan Nila mencapai 233.000 ton dan pada tahun 2009 akan mencapai 337.000 ton. Pada tahun 2010 produksi ikan Nila semakin meningkat yaitu mencapai 464.191 ton, tahun 2011 mencapai 567.078 ton, tahun 2012 mencapai 695,063 ton dan tahun 2013 mencapai 1.110.810 ton. Seiring dengan permintaan yang cenderung meningkat, budidaya ikan Nila di Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat (KKP, 2013). Kalsium merupakan unsur penting yang sangat dibutuhkan oleh tubuh, karena kalsium berfungsi dalam metabolisme tubuh, pembentukan tulang dan gigi. Tubuh manusia memiliki tingkat kebutuhan kalsium yang berbeda menurut usia dan jenis kelamin. Anak-anak membutuhkan kalsium 600 mg per hari sedangkan usia dewasa 800 mg hingga 1000 mg per hari (Widyakarya Pangan dan Gizi LIPI, 2004). Fosfor merupakan mineral kedua terbanyak di dalam tubuh. Sebagian besar terdapat dalam bentuk kalsium fosfat yaitu bagian dari kristal hidroksiapatit di dalam tulang dan gigi yang tidak larut. Fosfor mempunyai peranan dalam metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Sebagai fosfolipid, fosfor merupakan komponen esensial bagi banyak sel dan merupakan alat transport asam lemak. Fosfor berperan pula dalam mempertahankan keseimbangan asam-basa (Pudjiadi, 2002). Menurut Basmal et al. (2000) perbandingan antara kalsium dan fosfor pada tulang
  • 2. 18 Jurnal Ilmiah Teknosains, Vol. 3 No. 1 Mei 2017 Syadeto, H.S., Sumardianto, & Purnamayati, L. p-ISSN 2460-9986 e-ISSN 2476-9436 adalah 2:1. Perbandingan antara kalsium dan fosfor 1:1 sampai 3:1 pada proses penyerapan kalsium didalam rongga usus merupakan perbandingan yang terbaik. Kekurangan kalsium pada masa pertumbuhan dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan. Tulang ikan Nila diketahui banyak mengandung kalsium dan fosfor. Adapun cara pengolahan tepung dengan metode deproteinasi dari tulang ikan diharapkan dapat menghasilkan tepung yang kaya kalsium dan fosfor. Tepung tulang ikan Nila merupakan alternatif yang dapat dimanfaatkan dalam pengolahan cookies yang diharapkan mengandung kalsium dan fosfor pada hasil akhirnya. Penelitian fortifikasi tepung tulang ikan Nila (Oreochromis niloticus) pada cookies bertujuan untuk meningkatkan kandungan mutu terutama kalsium dan fosfor. Menurut Siagian (2003), fortifikasi pangan dengan zat gizimikro adalah salah satu strategi utama yang dapat digunakan untuk meningkatkan status mikronutrien pangan 2. METODE Alat dan Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah gula, margarin, telur, susu skim, vanili, garam, soda kue, tepung terigu dan tepung tulang ikan Nila. Alat yang digunakan yaitu timbangan analitik merk HWH, baskom adonan, mixer, gilingan adonan, cetakan adonan, kertas minyak, loyang ukuran 25x11x3cm dan oven merk Cosmos Metode penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah experimental laboratories. Penelitian dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu penelitian pendahuluan dan penelitian utama. Penelitian pendahuluan yaitu pembuatan tepung tulang ikan Nila dengan metode deproteinase menggunakan NaOH mengacu pada Nabil (2005) dan Cucikodana (2012) yang sudah dimodifikasi dengan perlakuan ekstraksi menggunakan konsentrasi NaOH berbeda. Penelitian utama adalah adalah pembuatan cookies fortifikasi tepung tulang ikan Nila hasil terbaik dari penelitian pendahuluan dengan konsentrasi yang berbeda yaitu kontrol (KA), 2% (KB), 4% (KC), 6% (KD) dan 8% (KE). yang mengacu pada Fajiarningsih (2013) dan Millah, I., et al. (2014) yang dimodifikasi. Parameter pengujian yang pada penelitian ini adalah hedonik, hardness, kadar kalsium, fosfor, protein dan air. Penelitian ini menggunakan rancangan dasar Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari1 faktor, 5 perlakuan dan 3 kali pengulangan. Data hedonik dianalisis menggunakan uji Kruskal-Wallis dan uji Mann-Whitney. Uji parametrik yang dilakukan adalah uji normalitas, uji homogenitas, uji ANOVA dan uji lanjut BNJ menggunakan SPSS Statitics 20. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Hedonik Cookies Data pengujian hedonik pada cookies dengan perlakuan fortifikasi konsentrasi tepung tulang ikan Nila yang berbeda tersaji pada Tabel 1. Tabel 1. Nilai Selang Kepercayaan Cookies Perlakuan Nilai Hedonik KA KB KC KD KE 7,02 < < 7,40 7,38 < < 7,72 7,50 < < 7,84 7,63 < < 7,97 7,28 < < 7,68 Hasil pengamatan uji hedonik didapatkan hasil bahwa cookies dengan fortifikasi konsentrasi tepung tulang ikan Nila berbeda menunjukkan hasil yang berbeda. Pembuatan cookies dengan perlakuan fortifikasi tepung tulan ikan Nila konsentrasi 6% mempunyai nilai selang kepercayaan yang tertinggi yaitu 7,63 < < 7,97 sedangkan perlakuan tanpa fortifikasi mempunyai nilai selang kepercayaan yang terendah yaitu 7,02 < < 7,40 akan tetapi masih dapat diterima karena mempunyai nilai lebih dari 7. Menurut Setyaningsih, et al. (2010), tujuan dari analisa sensori adalah untuk mengetahui respon atau kesan yang diperoleh pancaindra manusia terhadap suatu rangsangan yang ditimbulkan oleh suatu produk. Kekerasan (Hardness) Cookies Data pengujian dari nilai hardness pada cookies dengan perlakuan fortifikasi konsentrasi tepung tulang ikan Nila yang berbeda tersaji pada Tabel 2. Tabel 2. Nilai Hardness Cookies Perlakuan Hardness (N) KA 16,52 ± 0,44a KB 17,55 ± 0,02b KC 18,34 ± 0,18c KD 19,56 ± 0,25d KE 20,76 ± 0,60e Data yang diperoleh menunjukkan adanya kenaikan nilai kekerasan yang dihasilkan dimana setiap perlakuan peningkatan konsentrasi tepung tulang ikan yang difortifikasi pada cookies. Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi konsentrasi tepung tulang ikan Nila yang difortifikasikan pada cookies maka semakin tinggi tingkat kekerasan produk cookies yang dihasilkan. Nilai rata-rata kekerasan cookies dengan penambahan konsentrasi tepung tulang ikan Nila berbeda berkisar antara 16,52 N - 20,76 N. Adanya       
  • 3. 19 Jurnal Ilmiah Teknosains, Vol. 3 No. 1 Mei 2017 Syadeto, H.S., Sumardianto, & Purnamayati, L. p-ISSN 2460-9986 e-ISSN 2476-9436 perbedaan pada nilai hardness diduga karena adanya pengaruh penggunaan tepung tulang ikan Nila. Penambahan tepung tulang ikan Nila 8% memiliki nilai hedonik yang sangat rendah terhadap parameter tekstur dari pada konsentrasi 2% dan tanpa fortifikasi, karena semakin banyak penambahan tepung tulang ikan maka produk yang dihasilkan semakin keras hal ini berhubungan dengan kandungan kalsium dan fosfor yang besar dalam tepung tulang ikan Nila sehingga tekstur dari produk yang dihasilkan juga akan berubah sesuai banyaknya penambahan konsentrasi tepung tulang Nila. Selain itu perbedaan nilai hardness pada cookies dikarenakan pengaruh formulasi bahan baku, kandungan protein pada tepung terigu dan kandungan kalsium dalam tepung tulang ikan, ketebalan produk. Menurut Maulida (2005) pada penelitian yang sudah dilakukan dapat disimpulkan semakin banyak konsentrasi penambahan tepung tulang ikan Tuna maka produk yang dihasilkan akan keras. Berdasarkan hasil pengujian terhadap hardness pada cookies,diketahui nilai rata-rata berkisar antara 16,52 N sampai 20,76 N yang menunjukkan kenaikan pada hardness dari cookies seiring dengan penambahan tepung tulang ikan Nila. Hasil ini menunjukkan fortifikasi tepung tulang ikan Nila pada cookies lebih baik dari pada penelitian Yanuar, et al. (2009) pada fortifikasi tepung cangkang rajungan pada crackers yang menunjukkan nilai rata-ratanya berkisar antara 5,46 N sampai 6,25 N dan penelitian Pratama, et al. (2014) pada fortifikasi tepung tulang ikan Tuna pada kue bagea dengan nilai rata-rata berkisar 3,13 N sampai 7.46 N. Kadar Kalsium Cookies Data pengujian dari nilai kalsium pada cookies dengan perlakuan fortifikasi konsentrasi tepung tulang ikan Nila yang berbeda tersaji pada Tabel 3. Tabel 3. Nilai Kadar Kalsium Cookies Perlakuan Kadar Kalsium(%) KA 2,54 ± 0,22a KB 4,13 ± 0,49b KC 5,11 ± 0,40c KD 6,26 ± 0,34d KE 7,50 ± 0,13e Nilai rata-rata kadar kalsium cookies dengan penambahan konsentrasi tepung tulang ikan Nila berbeda berkisar antara 2,54% - 7,50%. Pembuatan cookies tanpa fortifikasi tepung tulang ikan Nila atau kontrol merupakan cookies pebanding terutama untuk mengetahui kadar kalsium dan fosfor yang belum terdapat standar SNI cookies. Hasil uji kadar kalsium pada cookies dengan fortifikasi tepung tulang konsentrasi berbeda menunjukkan kenaikan karena adanya pengaruh fortifikasi tepung tulang. Hal ini sesuai dengan penelitian Kaya (2008) pada penelitian sejenis dengan tepung tulang ikan yang berbeda, semakin tinggi penambahan tepung tulang ikan patin maka semakin tinggi kadar kalsium pada biskuit. Hasil ini menunjukkan fortifikasi tepung tulang ikan Nila pada cookies lebih baik dari pada penelitian Maulida (2005) pada fortifikasi tepung ikan Madihang pada crackers yang menunjukkan nilai rata-ratanya berkisar antara 1% sampai 7,42% dan penelitian Agustini, et al. (2011) pada fortifikasi tepung cangkang kerang Simping pada cookies dengan nilai rata-rata berkisar 5,44% sampai 6,57. Kadar kalsium yang tinggi dalam tepung tulang ikan Nila disebabkan karena dalam tulang terdapat matrik- matrik anorganik yang terdiri dari kristal-kristal kalsium. Kristal garam ini disimpan dalam matrik organik di antara serat-serat kolagen dalam tulang. Mineral utama didalam tulang adalah kalsium dan fosfor. Menurut Almatsier (2004), kalsium tulang maupun gigi biasanya dalam bentuk kalsium fosfat atau dalam bentuk hidroksiapatit {(3Ca3(PO4)2.Ca(OH)2}. Kadar Fosfor Cookies Data pengujian dari nilai fosfor pada cookies dengan perlakuan fortifikasi konsentrasi tepung tulang ikan Nila yang berbeda tersaji pada Tabel 4. Tabel 4. Nilai Kadar Fosfor Cookies Perlakuan Kadar Fosfor (%) KA 0,75 ± 0,93a KB 1,52 ± 0,38b KC 2,56 ± 0,35c KD 3,74 ± 0,11d KE 4,87 ± 0,17e Nilai rata-rata kadar fosfor berdasarkan berat kering cookies dengan fortifikasi tepung tulang ikan Nila berkisar antara 0,75% - 4,87%. Seiring dengan semakin tingginya tingkat fortifikasi tepung tulang ikan Nila pada pembuatan cookies juga dapat meningkatkan kadar fosfor pada produk yang dihasilkan. Hal ini disebabkan karena kandungan fosfor yang sudah cukup tinggi pada tepung tulang ikan Nila sebagai bahan baku yaitu 10,40%. Kadar fosfor pada cookies lebih rendah daripada kadar kalsiumnya, sehingga sudah sesuai dengan pernyataan Nabil (2005) yang menyatakan perbandingan absorbsi Ca:P yang baik adalah 2:1 pada pembentukan tulang. Berdasarkan hasil pengujian terhadap kadar fosfor, diketahui nilai rata-rata berkisar antara 0,75% sampai 4,87% yang menunjukkan terjadi kenaikan pada kadar fosfor seiring dengan penambahan tepung tulang ikan Nila. Hasil ini menunjukkan fortifikasi tepung tulang ikan Nila pada cookies lebih baik dari pada penelitian Yanuar, et al. (2009) pada fortifikasi tepung cangkang Rajungan pada produk crackres yang menunjukkan
  • 4. 20 Jurnal Ilmiah Teknosains, Vol. 3 No. 1 Mei 2017 Syadeto, H.S., Sumardianto, & Purnamayati, L. p-ISSN 2460-9986 e-ISSN 2476-9436 nilai rata-ratanya berkisar antara 1,38% sampai 1,992%. Kadar Protein Cookies Data pengujian dari nilai protein pada cookies dengan perlakuan fortifikasi konsentrasi tepung tulang ikan Nila yang berbeda tersaji pada Tabel 5. Tabel 5. Nilai Kadar Protein Cookies Perlakuan Kadar Protein (%) KA 15,56 ± 0,11a KB 16,07 ± 0,20b KC 16,47 ± 0,10c KD 16,89 ± 0,15d KE 17,38 ± 0,17e Nilai rata-rata kadar protein berdasarkan berat kering cookies dengan fortifikasi tepung tulang ikan Nila berkisar antara 15,56% - 17,38%. Nilai kadar protein yang diperoleh untuk seluruh perlakuan masih memenuhi standar kadar protein yang ditetapkan SNI No. 01-2973-2011 yaitu minimum 9%. Naik kadar protein setelah diuji disebabkan karena adanya kandungan protein pada tepung tulang ikan Nila. Kandungan protein pada tepung tulang diduga karena kurang kesempurnaan pada proses deproteinasi saat pembuatan tepung tulang, sehingga penambahan tepung tulang yang semakin tinggi dapat meningkatkan kadar protein pada cookies. Hal ini sesuai dengan penelitian yang sudah dilakukan oleh Tababaka (2004) yang menyatakan bahwa penambahan tepung tulang ikan patin pada kerupuk berpengaruh nyata pada masing-masing perlakuan. Kadar Air Cookies Data pengujian dari nilai air pada cookies dengan perlakuan fortifikasi konsentrasi tepung tulang ikan Nila yang berbeda tersaji pada Tabel 6. Tabel 6. Nilai Kadar Air Cookies Perlakuan Kadar Air (%) KA 4,05 ± 0,16a KB 3,58 ± 0,07b KC 3,04 ± 0,02c KD 2,41 ± 0,22d KE 1,95 ± 0,03e Nilai kadar air dari kontrol dan perlakuan secara berturut-turut adalah 4,05%, 3,58%, 3,04%, 2,41% dan 1,95% telah sesuai dengan SNI 2973-2011 karena batas maksimum kadar air cookies adalah 5%. Nilai kadar air pada menunjukkan hasil yang menurun bersamaan dengan semakin meningkatnya penambahan tepung tulang. Seluruh cookies dengan fortifikasi tepung tulang ikan Nila yang dihasilkan menunjukkan jumlah kandungan air yang termasuk rendah. Kadar air pada penelitian ini masih dapat diterima karena sudah memenuhi syarat SNI yaitu maksimal 5%. Menurut Linder (1992), hal ini terjadi karena penambahan tepung tulang ikan berarti terjadi penambahan partikel Ca++ yang akan mengikat partikel OH- yang merupakan bagian dari unsur-unsur air atau H2O sehingga kadar air berkurang. 4. SIMPULAN Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah cookies fortifikasi tepung tulang ikan Nila yang berbeda memberikan pengaruh perbedaan yang nyata terhadap mutunya. Semakin tinggi konsentrasi yang ditambahkan maka semakin tinggi nilai hardness, kadar kalsium, fosfor, dan proteinnya serta semakin rendah kadar airnya. Cookies dengan fortifikasi konsentrasi 6% menghasilkan cookies dengan nilai hedonik tertinggi yaitu 7,63 < < 7,97 yang artinya paling disukai panelis dan fortifikasi 8% menghasilkan nilai hardness, kadar kalsium, fosfor dan protein tertinggi. 5. DAFTAR PUSTAKA Agustini, T. W., A. S. Fahmi, I. Widowati dan A. Sar- wono.. 2011. Pemanfaatan Limbah Cangkang Kerang Simping (Amusium pleuronectes) dalam Pembuatan Cookies Kaya Kalsium. Jurnal Pen- golahan Hasil Perikanan Indonesia. 14(1):8-13 Almatsier, S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 61 hal Badan Standardisasi Nasional [BSN], 2011. Standar Nasional Indonesia Tentang Syarat Mutu Cookies (SNI 2973-2011). Badan Standardisasi Nasional (BSN). Jakarta Basmal J, Suprapto dan Murtiningrum. 2000. Penelitian Ekstraksi Kalsium dari Tulang Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis). Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. 6(1): 45-53 Cucikodana, Y., A. Supriadi dan B. Purwanto.. 2012. Pengaruh Perbedaan Suhu Perebusan dan Kon- sentrasi NaOh terhadap Kualitas Bubuk Tulang Ikan Gabus (Channa striata). 1(1):91-101 Fajiarningsih, H. 2013. Pengaruh Penggunaan Kom- posit Tepung Kentang (Solanum tubersum L.) ter- hadap Kualitas Cookies [Skripsi]. Universitas Negeri Semarang. Semarang. 205 hal Kementrian Kelautan dan Perikanan [KKP]. 2013. Laporan Tahunan Direktorat Produksi Tahun 2013. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Jakarta Linder, M. C. 1992. Biokimia Nutrisi dan Metabo- lisme. UI Press. Jakarta.781 hal Maulida, N. 2005. Pemanfaatan Tepung Tulang Ikan Madidihang (Thunnus albacares) Sebagai Suplemen Dalam Pembuatan Biskuit (Crackers). [Skripsi]. Program Studi Teknologi Hasil Perikanan Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. 65 hal
  • 5. 21 Jurnal Ilmiah Teknosains, Vol. 3 No. 1 Mei 2017 Syadeto, H.S., Sumardianto, & Purnamayati, L. p-ISSN 2460-9986 e-ISSN 2476-9436 Millah, I. I., Wignyanto, Ika A. D. 2014. Pembuatan Cookies dengan Kajian Penambahan Apel Mana- lagi (Mallus sylvestris) Subgrade dan Margarin. http//scripsitip.staff.ub.ac.id/files/2014/04/jur nal-irma-ika-millah.pdf (diakses pada tanggal 19 November 2016) Nabil, M. 2005. Pemanfaatan Limbah Tulang Ikan Tuna (Thunnus sp.) sebagai Sumber Kalsium dengan Metode Hidrolisis Protein. [Skripsi]. In- stitut Pertanian Bogor. Bogor. 67 hal Pratama, I. P., Iis R., Evi L. 2014. Karakteristik Biskuit dengan Penambahan Tepung Tulang ikan Jangilus (Istiophorus sp.). Jurnal Akuatik. 5(1):30-39 Pudjiadi, S. 2002. Ilmu Gizi Klinik pada Anak. Edisi ke-empat. Penerbit FK UI. Jakarta. 261 hal Setyaningsih, D., A. Apriyantono dan M. P. Sari. 2010. Analisis Sensori untuk Industri Pangan dan Agro. IPB Press. Bogor. 180 hal Siagian, A. 2013. Pendekatan Fortifikasi Pangan untuk Mengatasi Masalah Kekurangan Zat Gizi Mikro.Digitized. USU. 9 hlm Tababaka, R. 2004. Pemanfaatan Tulang Ikan Patin (Pangasius sp) Sebagai Bahan Tambahan Kerupuk. [Skripsi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Bogor. 85 hal Widyakarya Pangan dan Gizi LIPI. 2004. Meningkat- kan Produktivitas dan Daya Saing Bangsa. Pan- gan dan Gizi Masa Depan Serpong. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta. Yanuar, V., Joko S., Ella S. 2009. Pemanfaatan Cangkang Rajungan (Portunus pelagicus) sebagai Sumber Kalsium dan Fosfor dan Pembuatan Crackers. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan. 12 (1):59-72..