Jurnal ini menguraikan isolasi oligosakarida dari madu lokal dan analisis aktivitas prebiotiknya. Oligosakarida berhasil diisolasi dari madu lokal menggunakan kromatografi kolom dan dianalisis aktivitas prebiotiknya terhadap bakteri probiotik. Hasil penelitian menunjukkan oligosakarida madu dapat berpotensi sebagai sumber prebiotik alami.
PENGARUH PEMBERIAN ZAT MULTI GIZI MIKRO DAN PENDIDIKAN GIZI TERHADAP PENGETAHUAN GIZI, PEMENUHAN ZAT GIZI DAN STATUS BESI REMAJA PUTRI
1.
2. Jurnal Gizi dan Pangan
Penanggung Jawab
Dewan Editor
Ketua
Anggota
Redaktur Pelaksana
Penerbitan
Langganan
Alamat Redaksi
ISSN : 1978-1059
1. Ketua Umum PERGIZI PANGAN Indonesia
2. Ketua Departemen Gizi Masyarakat, FEMA, IPB
Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, MS (pERGIZI PANGAN/IPB)
1. Prof. Dr. dr. Razak Thaha (PERGIZI PANGAN/UNHAS)
2. Prof. Dr. Ir. Giyatmi, M.Si (PERGIZI PANGAN/USAHID)
3. Dr. Ir. Hadi Riyadi, MS (lPB)
4. Dr. Drh. Clara M Kusharto, M.Sc (pokja PGKM IPB)
5. Dr. Ir. Ahmad Sulaeman, MS (pERGIZI PANGAN/IPB)
6. Dr. Ir. Avita Usfar, M.Sc (pERGIZI PANGAN)
7. Dr. dr. Masrul (pERGIZI PANGAN/UNAND)
8. Dr. Minarto, MPS (PERGIZI PANGAN/DEPKES)
9. Dr. Ir. Handewi PSaliem, MS (PERGIZI PANGAN/DEPTAN)
10. dr. Samuel Oetoro, MS, SpGK (pERGIZI PANGAN/UI)
LeilyAmalia Furkon, STP, MSi
MuhammadAries, SP
Katrin Roosita, SP, M.Si
tiga kali setahun (Maret, Juli h November)
Rp. 100.000,- Itahun; (tidak termasuk ongkos kirim)
(Tidak langganan Rp. 40.000, I edisi, tidak termasuk ongkos kirim)
Rek. NO.0116356117
A.n. Ali Khomsan
Bank BNI Darmaga-Bogor
Sekretariat PERGIZI PANGAN Indonesia
d I a Departemen Gizi Masyarakat
Fakultas Ekologi Manusia (FEMA), IPB
Kampus Darmaga Bogor
Telp : (0251)621258ext. 209
Fax: (0251)622276
Email: jurnalgp@yanoo.co.id
Jurnal Gizi dan Pangan terbit tiga kali setahun mulai tahun 2.006. Redaksi menerima naskah ilmiah
hasil-hasH penelitian, review, regulasi dan informasi di bidang gizi dan pangan. Naskah ilmiah ditulis
dengan mengikuti pedoman pada sampul belakang bagian dalam. Artikel yang dikirimkan harap
disertai biayaadministrasi Rp 100.000,
3. 9
KATA PENGANTAR
Jurl1al Gill da:l Panga" fJGP} ec'si Novecnber 2011 IIi sangat Istlmewa, karena akan rncn)dd'
terak"ir tarnpililn cover yal'g telah digunakan tahun 2006. t/,uldi edis! Maret 2012, JGP
akan tam;JiI den'lan wajar' balu terrnilsuk cover, pedoman penullsan, dan susuniln
Pcnampilali baru yang diirimp dengan semangat baru, perubahan rnanajernen dan strilte'li
pengelolaan tersebut dlharapkan dapat rncmbawa JGP rnenjadl jurnal nasional yang terakreditasl.
P:lciil cdlsi r<ovember 2011 Inl JGP menYilJikan beragam artikel hasil·hasil penelitlan meliputl
illtervcnsi , g'll masyarakat, ketal'anan pangan, dan preblotik pangan toka!. Studi intervensi zat
glZI rnlkro rldakukan tcri1:1dap anak ,ekolah (SMP) dan tenaga kerja wanita. Suatll studi yang
mengha)i tePtang pemprUh pember'an zat gizi mikro dan pendidikan gizi telhildap
gizi, penlcnuila!l zat diln pcmerut:an status bcsi telah dJlakukan. Penelitian lilln yang Juga
rl~t:ngka)l pengaruh suplernentasi besl telah dllakukan pada kelompok peker)a wanita. Hasil
peneliUan ini 1']enull)uhkan bahwa supiemciltasi yang dilakuka:l rnalTlpu lTleninghatka'l status besi
ke!ornpok Silsaran.
Stud] asupan (,man pada kclolTlpok arak USia sekolah dilakukiln cJj Kota Bogor. SUl11ber caircln
tubuh terutarna berasill dal i air putlh adalah susu. Tcrdapat kece:lderungilr: preferensi anakanah
Icbln rnenyukd: l11inu:r~n yimg ":)erasa" d:bandlngki1fl air PUti'l. Berdasarkan perlilal,m sucyekt If,
tcmyat') f11aslh bililyak dlJulr,uai anak·ililak yang rnendcr;ta clehicJrils: r:ngan. MeiTl<lSuk~iln rninUI11i1n
(air putihfteh/susu) dalam De".i,l lT1akanan dari rurnah maupun alokasi uang pjan sang)t
pentlng cJilaKukan dala:n r Ijagil cwak dgJr terhindar dari dehrdrasi,
DeSdln stllch as;roeholog; tel,,11 c:Jiilkukarl untuk me:'gevaludsi kontribllsi pangall su;nbel karbohielrat
liem;,l11 unit (Ol:toh wilayah kabupaten, Penyulnbang tercesal ,leJalah beras, narl:urn
kOlltribuSlf1ya lebl'l c,eelikit untuk rnasyarahat eli wrlayah perkotilan dibandingkan eli pedesaan,
KOnSlIrTlSl beras tersebut leb:h rendah dibandlrlgkan dC'I1':;an illlilllSIS dan pubUkasi yang Ini
dilclkllkCln oleh pe;nerrr1L1h, Surnber harbohldrat lilinnya ad;llah pgung, singkong dan ubi ]ali1r.
Penelltlan lain yang dlmuat diliai11 JlIrclal dan Pililgiln edis! t,jovember 2011 adalah tentang
Pe(Jlakli Hldup Bersih dan Sehat (PHBS) selta perilahu glZl seirnbJllg, kallan darnpak aneka program
pernberdilyaan masayal'akat terhadap ketahilnan pilnga:1 kcluilrga, dan penelitian rnengenai
oligosJkarJda l11adu lokal serta anallsis aktivitas prcb!otiknya.
Redaksi
r'ah
tJlis
~rap
4. JURNAL GIZI DAN PANGAN
(Journal of Nutrition and Food)
Volume 6, No 3, November 2011
DAFTAR lSI
L Pengilruh Pernberlar1 Z~t Gizi /vl"ro diln PeCididikap GiZI terhadilp Pengetahuan Glzi,
Pemeruhan Zat G'l) diln Status RernaJil Putr;
Ct'silio Meti Dwiriom, R;miJClwoll, Nordinsyoh, Hedi Riyedl, don Oro)ot Morlionto .171
2. Peflingkatan Status diU' Kebugilran Fislk Pekerja Warrta Usia subur
Yoktiworo indr!(Jlll, All KhonJsof] , DocJonQ, Sukondar, Hod; Riyod;, don Rt'ni IUlOido... .178
3. Keblilsailn KOllSlInlSI Minurnan dan Asuparl Callilll pada Ar~ilk USlil Sekolah di Perkotailil
Oodik Briowon, Poromitho ROC/JrTlO. dOll Kortlko .. 186
1. Pcr'ilaku IIIduD Bersill [Jill Sehat (PHBS) seftil Perllaku Gzi Ibu Ka-tannYil
Stiltus G:l! dan Keschat,l,l Bdl,ta di K.lbuiJ.lterl I)ojonegoro. JIlvi1 T:mur
Lindo OWl JOYOlltl, Yektl l1(lrioi; Effendi, cion Dadon,? Sukondor ........ 192
5. Filktorfaktor yilng BerpcngiHuh terhadap KonsufTlsi Dangeln SUlllber Kari)ohidrat dl
Pedesailn dan Perkotililn
Suei Apriam don Yayuk Eorido Boliwati .. .........200
6. Ketahanan Pangan Keluilrgil Pcscrta Progr,lm Pemt)crdi1Yilan t.asYilrZlkilt di
Tin lierowat/, Bosito Gintins Pons S. Asnson. Ojoko Susanto, don Herien Puspltawoti. .. .... 208
7, Isolasi Oligosakarida Madu Lokal dan Analisis Aktlvltas PrcblOtlknya
Umui Karimah, YoSi Nur Anssowo, Syamsu[ Faloh, dan Suryani .. ............... 217
5. Journal Nutrition and Food, 2011, 6(JJ:171177 Jurnal Glzi da" 2011. 6(3): 171·177
PENGARUH PEMBERIAN ZAT MULTI GIZI MIKRO DAN PENDIDIKAN GIZI TERHADAP
PENGETAHUAN GIZI, PEMENUHAN ZAT GIZI DAN STATUS BESI REMAJA PUTRI
(The effect of lr1ulti Micronutrients Supplementation and Nutrition Education on Nutrition
Knowledge, Nutrients Ratio and Iron Status of Young Adolescent
Cesilla Meti Dwiriani", Rimbawan', Hardinsyah', Hadi Riyadi', dan Dra]at Martianto'
, Departemen Gili Masyarakat, Fakultas Manusia, Institut Pertanian Bogor, Bogor 16680
•.Alamat korespondensi: Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian
Bogor, 16680. Telp: 0251·8621258; Fax: 02518622276: email: cmetid@yahoo.com
ABSTRACT
This study was aimed to analyze the effect of multi micronutrients (MMN)
and nutrition education on nutrition knowledge, mean adequacy ratio (MAR)
and iron status of young adolescent girts (YAG). The study was done in three purposively
selected junior high schools (JHS) in rural Bogar by implementing a quasi experiment control
trial for 112 YAG for 16 weeks: thirty five YAG in the first JIIS as a Mh1N group (SG) were given
three times of MMN tablets per week, forty two YAG in the second JHS were given MMN tablet
plus nutrition education delivered by trained teacher fortni'5htly called SGP '5roup and thirty
five YAG in the third JHS as a control '5roup- The result showed that the increment of
nutrition know/edge score as well as !.-1AR of SGP group were significantly than the
other two groups. The decrement level of (lib) in SG and SGP groups was
lower than in control group, but in the subset data of anemic group, both
intervention groups had increased level of Hb. This imply that nutrition education
improved nutrition knowledge of YAG, but M}.-1N tablet could not improve Hb level in general
and only had effect on YAG suffering from anemia.
Key words: multi-micro nutrients, nutrition education, iron status, adolescent girls
PENDAHULUAN
Anemia merupakan masalah utama
yang di]umpai pada rema]a wanita di dunia
maupun di IndoneSIa. Depkes RI (2005) me
laporkan prevalensi 26.5 persen remaja
wanita 15-19 tahun, sementara Permaesih dan
Herman (2005) melaporkan 30 persen pada
remaja wanita 10·19 tahun. Penelitian terse
rak di wilayah Indonesia menunjuk·
kan prevalensi yang bervariasi, yaitu 17.2-80.2
persen (Angeles-Agdeppa et 01. 1997, Depkes
RI 2003). Anemia disebabkan tidak hanya oleh
kekurangan zat besi, tetapi zat mikro
lainnya seperti a5am folat, vitamin A, vitamin
C, riboflavin dan vitamin B12 juga berperan
dalam terJadinya anemia, karena zat·zat gizi
tersebut berperan dalam eritropoiesis (pem
bentukan sel darah merah) dan metabolisme
besi (Beard 2000; Allen 2002).
Suplementasi zat besi dan folat dengan
penambahan zat gizi mlkro lainnya rema·
ja telah dilakukan beberapa peneliti Ahmed,
Khan, dan Jackson (2001); Soekarjo et 01.
(2004); Jayatissa dan Piyasena (1999); Angeles·
Agdeppa et 01. (1997); Dillon (2005); Briawan
(2008). Hasilnya menunjukkan penambahan zat
besi dan folat dengan vitamin dan mineral la
innya diantaranya dapat memperbaiki status
besi.
Upaya mengatasi masalah disaran·
kan dilakukan dengan pendekatan yang lebih
berkelanjutan dan mempunyai nilai pengemba·
lian ekonorni (economic return) yang relatif
tinggi (Worl.d Bank 2006), yaitu melalui inter
vensi pendidikan gizi agar terjadi perubahan
perilaku makan sehingga nantinya penurunan
prevalensi anemia dapat lebih dicapai. Remaja
dapat dikatakan merupakan target ideal pen
dldlkan , karena remaja umumnya bersifat
lebih terbuka serta menunjukkan keingintahu·
an dan ketertarikan terhadap ide atau penge
tahuan baru.
Peningkatan pengetahuan remaj a
yang kemudian diharapkan dapat memperbaiki
sikap serta perilaku makan remaja dapat
dilakukan melalui sekolah dengan pertim·
bangan: 1) remaja menghabiskan sebagian
besar waktunya di sekolah dan 2) sekolah
nlpmiliki guru Bimbingan dan Konseling (8K)
yang berkewajiban memberi bantuan kepada
siswa dalam upaya menemukan pribadi,
mengenal lingkungan dan merencanakan masa
171
6. Journal of Nutrition and Food, 2011,6(3): 217'224 Jumal Gizi dan 2011,631 17·224
ISOlASI OLiGOSAKARIDA MADU lOKAl DAN ANALISIS AKTIVITAS PREBIOTIKNYA
(isolation of Olis;osaccharides Local Honey and Analysis of its Prebiotic Activity)
Umul Karimah . Yogi Nur ;, Syamsul Falah', dan Suryani'"
DqHrtefT,en Bloklrnla, i'akultas Matematika dan IIlnu PengetahUCln Alam, IPB
;'.iillnat kOiespondensi: Departernen Blckimia, Fakultas Matematlkil da:l ilmu Pengetahuan Alillll,
il1St'tut Pertarian Dogor 16680, Telp: 02518323166
ABSTRACT
Toe obJectlVe of this study was to isolate oligosaccharides from local honey of Pu/au
,,'''''JQwa and province of Kalimantan Timur and to analyze its prebiotic activity in vitro,
were isolated with activated charcoal adsorption and ethanol treatment.
:ileness of this method was evaluated by Thin Chromatography and colorimetry, The
,::ps were then a sample to prebiotic examinatlOn. Honey Sumbawa has
. ;';c r oUsosaccharides COntent than honey from Kalimantan, Qualitative and quantitative assays
'~"',ed that oligosaccharide isolation method was effective to concentrate the oligosaccharide
t,; high of polymerization but tive for mono, and disaccharides removal. The
percentages of hydrolysis of oligosaccharide from Sumbawa and Kalimantan by mimic
jUice were 1.78 and 0.59 Whereas, the hydrolysis wos higher with 11.8n,
~,'-,beIVa and 21.03~'u Kalimantan prebiotic activity was 0,32, and 0_09
< . ~ ~oney olisosaccharide from Sumbowa and Kalimantan respectively. Honey oligosaccharide
<"'1 Surnbawa presented prebiotic activity than inulin as reference (0,11). GC
'" showed L. ocidophilus cultured in media added with Sumbawo honey
cocchoride produced lactic OCJd as the metabolite 01
i{ey words: oligosaccharide, local prebiotic
PENDAHULUAN probiotlk dem~an polen dan madu sebagai
slimber prcblOtik.
Prebiotik merupakan komposisi pangan
Proc1uksi rnadu lokal di Indonesia menca·
:ldak tercerna dan memberikan keun
115 ton per' tahun dengan daya serap sebe
-:on melalui modulasi mikroblOta (FAO
sar 13';~ (Sill tonga & Munthe 2009). Apis dor·
. !. Prebiotik mampu menstimulasi pertum·
sota adalah lebah madu yang hidup di hutan
-:, mikroflora menguntungkan seperti Lac-
Indonesia dan merupakan Iebah rnadu lokal
Ii dan Bifidobacteria. Beberapa laporan
yang paling produktif (Hutagalung 2008), Pene·
:-:- efck prebiotik antara lain efek
litian ilrniah mengenai madu lokal di Indonesia
.~ (Schley & Field 2002), menurunkan Ie·
masih termasuk tentang komponen
.:.11cerson & Gilliland 1999) dan kolesterol
oligosakarida madu lokal serta potensinYil se
1:05 & Jackson 2002), meningkatkan ab
bagai prebiotik. Penelitian ini bertujuan meng
, --lneral (Scholz-Ahrens et at. 2007), dan
isolasi oligosakarida rnadu lokal dari lebah Apis
kanker (Reddy et 01. 1997). Sumber
dorsato asal Pulau Sumba'Na dan Provinsi
- : ~ umumnya merupakan ollgosakarida,
Kalirnantan Tirnur dan menganalisis aktivitas
- ::rbohidrat dengan panjang rantai 3
prebiotiknya secara in vitro.
1) unit (Roberfroid 2007).
','}du ad;)l;)h salah satu campuran k;)f
iFlg rumit di alam (Soga MATERI DAN METODE
rc~jllngan terbesar pada rnadu adalah
glukosa. Komponen lainnya yaitu Bahan dan Atat
(Ruiz-Matute et 01. 2010), mine·
madu berasal clari Huti'm Sukit
, et 01. 2003), senyawa fenolik
Gunung Tarnbora, (ab, Blma, Provir~sl l'hlSil
3" enZlrn, d,m air. Ol1gosakarida dar'i<
Tenggara Barat, clan I-iutan Kampung Bluan
_"~ jurnlah bakteri fe·
Kab. Kutai Provinsl KalImantan Tll1lur.
et at. 2005), Vamanu
Sampel pada blilan Februari 2010.
formulas! produk sim
Bah<ln yang digunakan a(lalah arang aktif.
:Jr:3 ::nkteri asam laktat
217
7. J"rllal Gizi da'l ,2011,6(3): 217224
etanol, kertas saring What man No.1, lempeng
KLT K6F slUka Uverck), piridIn, butanol,
t'J'(1 'naftil) etilendiamina dihidroklorida
(Merck), metanol, H2S04 , glukosa, fruktosa,
dan maltosa, a5am lambung buatan, HCl,
reagen Dinitr05alisilat (DNS), fenol, saliva,
bufer Na-fosfat, isolat Lactobacillus
acidophilus (koleksi Laboratorium Mikrobiologi,
Pusat Antar Universitas, PAU, kultur
Escherichia coli, kaldu de Mann Rogosa Sharpe
(MRS Broth, MRSB) (Oxoid), Nutrient Broth
(~m) (Oxoid), kaldu media Minimal M9 (MM9),
inulin chicory (/,erck),
Alat yang digunakan dalam penelitian ini
adalah oven, neraca analitik OHAUS GA 200,
vakum, hot plate stirrer (Gerhardt), inkubator
(Kottermann Wisebath), penangas em, spektro·
fotometer Genesys 10UV, laminar, otoklaf
TOlvW High Pressure Steam Sterilizer ES· 315,
GCMS pirolisis Shimadzu (Pusat Penelltian dan
Pengembangan Departemen Kehutanan).
Metode
Penelitian Ir.1 dlawall dengan isolasi oli
gosakarida madu lokal. Isolat kemudian diu]i
secara kualitatif dan kuantitatlf untuk menge
tahul kandungan karbohidrat Selain itu, diujl
pula kriteria prebiotik dari yaitu re'
sistensi terhadap hidrolisis asam lambung dan
a-amilase, stimulasi pertumbuhan bakteri, clan
aktivitas ferment(jsi bakteri.
Isolasi O/igosakarida (Hernandez et al. 2009)
Sebanyak 500 mg madu ditambah
dengan 3 gram arang aktif kemudian dilarut
kan ke dalam 100 mL etanol 10 persen dan
diaduk selama 30 menit. Campuran disaring
dengan kertas saring Whatman No.1 pada
keadaan vakum dan arang aktif dibilas dengan
25 mL etanol 10 persen. Desorpsi oligosakarida
dilakukan dengan menambahkan 100 mL etanol
50 persen v/v, Campuran diaduk selama 30
menit dan disaring lagi dengan kertas saring
Whatman NO.1. Filtrat dievaporasi pada ke
adaan vakum pada s,uhu 40°(,
Deteksi Oligosakarida dengan Kromatogra/i
Lapis Tipis (KL T)
Efektivitas metode isolasi oligosakarida
diu]i secara kualitatif clengan KLT.
dilarut kan dal,lm ctanol 50 perscn ciengan
konsentrasi 5 persen b/v, stanciar kar-bohiclrat
dibuat pada konsentrasi 1 perscn b/v. Sarnpel
ditotolkan ke lempeng KLT dan dielusi c!em~an
cClmpuran pelarut pirid in :butanol: air (4:6: 3
v/v) IAso et at. 1960). Setelah kering, lei:lpeng
218
Journal of Nutrition and Food, 2011. 6(3): :2 :;
direndam hingga jenuh dengan larutan beriS]
O. 100 mL N*(1·naftil) etilenciiClmina
dihidrokloricla pada sistem pelarut yang tercilri
atas metanol:H,SO, (97:3 v/v) (Vergara et 0/.
2010). Lempeng dipanaskan pada oven
suhu 90°C hingga spot dapat terlihal.
Pengukuran Komposisi Korbohidrat
Gula pereduksi diukur dengan metodc
DNS (modifikasi Wichienchot et al. 2010).
Karbo-hidrat total diukur dengan metode
fenol-sulfat (modlfikasi Wichienchot et 01,
2010). Kurva standar glukosa dibuat pada kon
sentrasi 0-1 mg/mL,
Pengujion Kriteria Prebiotik
Resistensi terhadap hidrolisis asam lambung
(Wichlenchot et 01. 2010)
Isolat ollgosakarida dllarutkan dalam air
reverse osmosis (RO) clengan konsentrasi 1
mg/mL. Asarn lambung buatan dlbuat dengan
buffer HCl dengan kornposlsi dalam L: NaCl
(8), KCl (0.2), HPO,·2H}O (825), NaH:PO,
(14.35), CaCl2· (0.01), MgClr 6H20 (0.18)
Pengaturan pH 2 dilakukan dengan HCI 5 M.
Buffer HCl clitambahkan ke larutan sampel
dengan perbandingan 1: 1 dan dlinkubasi pada
suhu 37°C selarna 2 . Pada jam ke·O, 1, dan
2 diarnbil 0.2 mL untuk penguJian kandungan
gula pereduksi, sernentara itu untuk peng
ukuran karbohidrat total diambil sebanyak 0.2
mL dan hanya diukur pada jarn ke-O. Pengujian
dilakukan dengan dua kali ulangan. Persentase
hidrolisis dihitung dengan rumus sebagai
berikut:
. GI) . Gp " _ x I()()!Iidro/isIS ("0)
Vo/u! Kfl - C;p d)
Keterangan
GPt konsentrasi gula perecluksi ke·t
konsentrasi gula pereduksi jam ke-O
KH kOllsentrasi karbohidrat
Reslstensi terhadap hidrol1sis n-amilase
(Wichienchot et 01. 2010).
Amilase cliperoleh dari saliva yang dien
cerkan hingga konsentrasinya 3 unitlmL, Isolat
oligosakarlda disiapkan dengan membuat laru t·
an 1 persen sampel bufer N::-dosf :.
Kemuclian larutan enzirn clitambClhkan ke I.,',,:
an sZlinpel ciengan perbanclingan 1.1. C}';l::
an diinkubasi selarna 4 jam dan cJiu~,u,
pereduksinya pada Jam ke-O, 1,2, cliln 4. ,;
kah lainnya sesuai dengan pengujian resl:,k:
terhaclap hldrolisis asam lambung.
8. Journal of Nutntion and Food, 2011, 6(3): 217224
StlmulasJ pertumbuhan baktcn (rnodlfikasi
Huebner et 01. 2008)
Bakteri yang digunakan adalah bakteri
prOblOtlk L dan bakteri enterik E.
coli. Sebelum digunakan. kultur L acidophilus
dlturnbuhkan pada MRSB semalarn pada suhu
37°( secara aerob dengan aerasi 100 rpm,
Kultur E. coli diperlakukan sama dengan per
bedaan media kultur yaitu NB. Media uJi sti
mulasi terdiri atas 10 mL MRSB untuk bakten
probiotik dan media ,'AM9 untuk bakteri
cnterik. Setiap media ditambah dengan 1 mL
larutan berisi 10 mg Kultur bakten
kemudian diinokulasi sebanyak 5 persen v/v ke
dalarn media uji stirnulasi dan diinkubasl
selama 24 jam pada suhu 37"C dengan aerasi.
Rapat Optlk (Optical Density, 00) diukur pada
II 600 nm pada jam ke-O, dan 24. Sianko
adalah media uji stimulasi tanpa inokulasi
bakteri. Aktivitas stirnulasi dinyatakan secara
kuantitatif melalui
/ '/' Il
I ':; I) I ': i
Keterangan:
Ppt - OD protllotlk PdClu prcbloLlk sett':;,h t )i,'n
PpO OD probiolik pad,) preblOtJk s{'(elih 0 j,)rTI
Pgt OD probiotlk pada wntrol (gtukosal
PgO pi obioUk pilrJa kontro! (gtlikosa) setetah
(J Jam
Ept - OD entclik pada prebiotlv. le'Lelah t Jam
EpO OD entci ik p"cia setelah 0 Jam
Egt cOD cntcr;k pada ig!ukosa)
t Jcrn
OD enter ,v. pada kontrol (glukosa) 5t'telah oJam
:~s Fennentasi Bakteri
-..,ltu! L. acidophilus yang rnenunjukkan
,cr, stmlulasi pertumbuhan tertinggi diuji
untuk aktivitas fermentasi bakteri. Aktivltas
kultur ditentukan dengan mengukur produk
akhir ferrnentasi yang berupa asarn organik
dengan GC-MS Pirolisis Shimadzu_ Suhu injek
tor 200°C, helium sebagai gas pernbawa, dan
Flame Ionization Detector (FlO) sebagai detek
tor. Krornatogram yang diperoleh dibandingkan
dengan basis data Wiley7.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Wama dan Isolat Oligosakarida
Madu
Hutan Surnbawa dan Kalimantan meru
pakan sentra perburuan madu hutan di
Indonesia. Sampel rnadu hutan diambil pada
bulan Februari 2010 dengan bantuan penduduk
setempat. Madu lokal yang digunakan dihasil·
Jurnal G1ZI Pargan, 2011. 6(3j: 217·224
kan dan [ebah hutan lip is dorsoto, Kedua
sampel madu yang digunakan adalah madu
multifloral.
,~adu lokal Sumbawa memiliki warna
coklat keruh. sementara madu Kalimantan
berwarna coklat bemng. Aso et 01. (1960)
menyebutkan beberapa wama madu antar'a
lain kuning, kuning pucat, coklat, coklat
pucat, dan coklat gelap. Faktor utama yang
menyebabkan perbedaan warna pada madu
adalah sumber nektar (National Honey Boord).
Faktor lam yang rnempengaruhi wama madu
adalah proses penyimpanan, kadar senyawa
fenolik, dan kadar mineral (Anklam 1997).
Rendemen lsolat oligosakarida madu
Surnbawa adalah 1.79 persen, sedangkan ren
dernen isolah madu Kalimantan sebesar 2,06
per·sen. Isolat yang dihasilkan berwama hitam
untuk rnadu Surnbawa dan coklat untuk madu
Kalimantan. Hal ini terkait clengan wama
madu sebelum isolasi. Kedua isolat yang diper
oleh terlihat mengilap yang diduga merupakan
gulZl yang mengalarni karamelisasi.
Kromatogram Oligosakarida Madu Sumbawa
dan Kalimantan
Krornatogram yang dihasilkan menun
jukkc:m kiwclungan madu dan isolat oligo
sakarida madu SUlllbawa relatlf sarna yakni
monosakarida campuran glukosa dan fr'uktosa.
dan karbohidrat dengan OP~Z (Garnbar 1a)
Terdapat sedlkit perbedaan nitai Rf yang
diduga berasal dari rnatriks sampel yang
mempengaruhi pergerakan karbohidrat selama
proses eLusi.
Spot krornatograrn isolat oligosakarida
dengan nilai Rf 0.46, 0.56, dan 0.68 mernlliki
ketebalan yang hampir sama dengan spot pada
madu Surnbawa. Ini rnengindikasikan bahwa ta
hap isolasi tidak begitu rnernpengaruhi jumlah
karbohidrat tersebut. Spot untuk di- dan mo
nosakarida yang tebal menunjukkan kandungan
keduanya rnasih tinggi. Hal mi memperkuat ha
sH yang diperoleh pada visualisasi isolat oligo
sakarida yang rnengkilap,
Krornatogram isolat oligosakarida juga
menunjukkan 2 spot baru dengan Rf 0.12 dan
0.46 yang dapat dibedakan menJadi spot se·
cara jelas clan diduga merupakan oligosa·
karicla yang paling banyak dikandung oLeh rna·
du Surnbawa. Selain itu eli antara kedua spot
terdapat ekor yang menunjukkall kumpuLan
oLigosakarieia Ekor tersebut tidak dapat dibe
dakan secara menjadi spot·spot tcrtentu.
Hal ini dikarenakan pada madu terdapat pu
luhan Jenis senyawa karbohidrat clengan kadar
219
9. Jurnal .2011,6(3): 217-224
yang rendah sehingga tidak memberikan batas
antarspot yang spesifik.
Kromatogram madu Kalimantan meng
hasilkan cmpat spot sementara isolat oligo
sakaridanya menghasilkan lima spot (Gambar
Ib). Kromatogram isolat menunjukkan kompo
sisi karbohidrat yang relatif sama dengan madu
tanpa isolasi yakni mono-, disakarida, dan
karboh Id rat DP::::2. Jika dibandingkan dengan
nilai Rf standar, spot dengan nilai Rf 0.69
scbenarnya terdirr atas dua spot yaitu
mono- dan disakarida. Spot ini jauh lebih tebal
spot lain. Oleh karenanya isolat
madu Kalimantan juga diper
kirakan masih mengandung mono- dan disa·
Kanda yang tinggi. Terdapat dua spot
dengan nilai Rf 0.11 dan 0.37,
ini hanya muneul pada kroma
isolat oligosakarida. Isolat
sakarida madu Kalimantan juga menun]ukkan
ekor pada kromatogram yang
mcngindlkasikan beragam karbohidrat datam
]umlah yang rendah (Gambar 1b).
a b
';8 0.68
O.5f:P·6
0.46
0.12
1
1
SX G S M 1F KX G K M
Gambar 1. Kromatogram Isolat 01 igosakarrda
Madu (a) Sumbawa; (b) Kalimantan.
F: fruktosa, G: glukosa, M: Maltosa,
SX: madu Sumbawa, S: isolat
oligosakarida madu Sumbawa, KX:
madu Kalimantan, K: isolat
oligosakarida madu Kalimantan.
Ekor kromatogram ditunjukkan
dengan tanda panah.
Kromatogram isolat oligosakarida madu
Sumbawa dan Kalimantan mcnunjukkan meto
de isolasi oligosakarida yang dlgunakan efektif
dalam mcmekatkan Kadar karbohldrat
DP yang lebih tinggi (DP,,3). Ini clapat dilihZlt
dari sampcl Isolat oligosakarida yang menun
Jukkan Jclanya spot-spot bClrll Hasil kroma·
togram isolat oligosakaric!a maclu Surnbawa
dJn Kalimantan juga menun]ukkan
ekor pacJa krornatograrn. Hal ini rnenandakan
bahwa pada konsentrasi dan penotolan
KLT yang sama, oligosZlkarida pada rnadu
berada Kadar yang sangat rendah
Journal of Nutrition and Food. 2011, 6(3): 217-224
tidak dapat dldeteksi dan rnengha·
silkan spot. Sementara itu proses isolasi
mampu meningkatkan Kadar oligosakarida se
terlihat pada kromatogram mes
kipun belum dapat digolongkan menjadi spot
yang Masih adanya spot mono dan
disakarida menandakan senyawa-senyawa ter
sebut belum berhasrl dlhilangkan dan masih
berada dalam ]umlah yang tinggi.
Komposisi Karbohidrat Madu HasH Isolasi
Kandungan karbohidrat isolat ollgosaka·
rica madu Juga ditentukan seeara kuantitatif
dengan metode spektrofotometri. Madu Sum·
bawa mengandung gula pereduksi 36.24±0.24
persen dan karbohldrat total 66.021:0.54 per·
sen bib. Adapun Isolat oligo-sakarida rnadu
Sumbawa mengandung gula peredllksi dan kar
bohidrat total berturut-turut 33,591:0.66 dan
64.381:2,99 persen bib. Madu Kalimantan
pereduksi 67.8±0.38 persen
dan karbohidrat total 82.45±3.7 persen bib,
Semen tara itu Isolat oligosakaridanya mengan
peredllksi 42.39±1.19 persen dan
karbohidrat total 73.99±2.55 persen bib.
Menurut Khalil et 01. (2001), kandungan
perec1uksi madu sekltar 75 persen, dan
karbohidrat totalnya meneapai 85 persen.
Madu Sumbawa mengandung gula pereduksi
dan karbohidrat total yang lebih rendah.
Sementara ItU, madu Kalimantan mengandung
dan karbohidrat total dalam
rentang umum tersebur. Namun demikian,
madu Sumbawa mengandung lebih banyak
oligosakarida dlbandingkan rnadu Kalimantan.
Kandungan oligosakarida ini dapat dilihat dar;
selisih antara karbohidrat total dengan gula
pereduksrnya. Oligosakarida tergolong gula
Beberapa disakarida rneru
pakan gula nonpereduksi. Kandungan oligo
sakanda madu Sumbawa sek;tar 29.78 persen,
sementara oligosakarida madu Kalimantan
sekitar 14.65 persen.
UJi kuantitatif menunjukkan metode ad
sorpsi arang aktif dan konsentrasi etanol ber
tingkat hampir tidak memberi pengaruh pada
madu Surnbawa. Kandungan gula ;so
lat ollgosakarrda yang masih tinggi ini memo
perkllat' hasH visllalisasl dan kromatogram
isolat.
Metocle isolasi menurullkan Kadar gula
rereduksi hingga 25 persen isolat
oligosakaridCl madu Kalimantan, semen tara
karbohidrat total hanya secJikit.
Berclasarkzrn kroma tograrn nya, isolat oligo
sakarida madu Kalimantan spot
220
10. ~iOU; of Nutntion end Food, 2011,6(3): 217224
mOllO- dan disakarida yang masih tebal,
Scmentara ltu metode kolorimetri menun
J:~ l.;an kandungan gula pereduksinya sudah
'l:h dan madu awaL Hal
dap,lt terjadi karena tldak semua disa
~}"da adalah gula pereduksi, pada
disakarida
tidilk terdeteksi
KLT terdeteksi
kolorimetri
Hernandez et 01. (2009) dan Sanz et 01.
120051 menyebutkan mono- dan disakarida
dlhllangkan hampir seluruhnya dengan
metode adsorpsl arang aktif. Hill ini berbeda
hasH yang diperoleh baik dengan
kualitatif maupun kuantitatlf. Per
bCl~JJ,l hasll yang diperoleh ini dapat dise
ca:)·]r; perbedaan grade bahan isolasi yang
Resistensi terhadap Asam Lambung dan
Am11ase
Res1stensi torhadap asam lilmbung dan
"dalah salah saW sy,lrat dari prebiotik
! Re'E-'frOid 2007)_ Sampel per-
sc:ntase hidrolisls lsolat madll
SCJmt;a'.va dan madu Kalimantan berbeda_
memiliki tingkat hlcirolisis asam
tertinggi pada Jam pertama inkubasl
,78 persen untuk isolat
Sumbawa dan 0,59 persen untuk madu
Ka;;'11antan, Jumlah ini kemudian menurun
pad3 pm kedlla 1, Z7 person untuk isolat
nda madu Sumbawa dan -0,4 persen
untc,k madu Kalimantan.
Pengukuran pada ke-2 menunjukkan
pe'sentase hidrolisis bernilai negatif untuk
!solcH oligosakarida madu Kalimantan. Nilai
mi dapat disebabkan adanya gangguan
10n dari garam yang menyusun asam lambung
blElt3". Metode ONS yang digunakan untuk
pereduksi akan terganggu bila
SJr--,pcl mengandung banyak ion (Sinegani &
Ernt')zi 2.006).
Hidrolisis amilase saliva meningkat se
'::aktu untuk masing-masmg lsolat oligo
sa~ :;nda madu, Isolat oligosakarida madu SLIm
bJ i. mengalarni hldrolisis sebanyak 8.18.
ic;,= dan 11.87 persen pada]am ke-1, 2, dan
4_ :,entara isolat oligosakarida rnacJu Kali
mengalami hidrolisis sebesar 13.76,
dan 21.03 persen, Bcrbeda dengan
,,;'JI1 resistensi terhac1ap asam lambung,
madu Kalimantilfl menga
. tngkat hidrolisis yang lebih tinggi. Hal im
(1,,:::]' dikaitkan dengan hast! pengukuran kom
p'=,: ~"Hbonidrat sebelumnya yang menunjuk·
JUlnal Glzi dan Pangan, 2011, 6{h 17-224
kan jumlah gula pada isolat
sakarida madu Kalimantan yang leb1h tinggi di
bandingkan madu Sumbawa. ReSlStensi oligosa
karida ini sesuai dengan Rlttig (2001) dalam
Sanz et 01_ (2005) yang rnenyebutkan bahwa
oLJgosakarida madu memiliki resistensi terha
dap asam dan enZlm pencernaan se
cara in vitro,
Stimulasi Pertumbuhan Bakteri
Kurva pertumbuhan L. acidophi/us yang
ditumbuhkan dalam MRSB menunjukkan kultur
usia 24 jam telah berada di fase stationer
(Gambar 2). Kurva pertumbuhan E. coli berpe
doman pada Kao et 01. (2004) dan KJur &
Chakraborti (2010) yang menyebutka n pada
jam ke-2.4, kultL,r E. coli telah berada pada
lase stasioner_ Fase stasioner terJadi saat sum
ber nutrisi yang berasal dari media mulal ha
bis. UJi st1mulasi dllakukan memberi
kan isolat ollgosakarida sebagal sumber karbon
(e) tambahan ke dalarn media kultur bakteri.
Bakteri yang mampu memanfaatkan sampet
isolat ollgosakarJda madu sumber kar
akan ukkan pertumbuhan yang
lebih balk kultur bakteri tJinnya,
Hal ini dltunjukkan melJlul sellslh nilal 00 an
tara jam ke-24 dan Jam keO yang lcblh
Gambar 2. Kurva Pertumbuhan Lactobacillus
acidophilus dalam MRSB
Berdasarkan OD yang diperoleh pada
Jam ke-O dan ke,24, diperoleh bahwa isolat
oligosakanda madu Sumbawa, Kalimantan, dan
inulin memil.ikl aktivltas preblot1k yaHu mam
pu menstlmulaSl pertumbuhan bak teri L.
acidophilus. Isolat rTlaciu Sumba
wa mcmberikan pengaruh prebiotik sebesC1r
0.3274, yon'S, hamplr kali lcbll1 besar
dibal1c1ing inulin yakni sebcsar 0.1189, Sernen,
tara isolat ol;gosdkancia madu Kalimantan me
nunJukkan stllTllIlilSI y,lng paling
renclah yaknl 0.0973.
L.acidophilus mcmil1kl cnzim
yang mampu mendegrac!dsl oligosakclrlda madu
dan slImbcr k21rbon.
L. acidophilu5 mernilikl 5'211 msm dan Bfr,1I yang
221
11. Jdrnal Gizi dan Panga,). 2011, 6(3j: 217·224
terlibat dalarn pernanfaatan FOS, salah satu
jenis prebiotik, sumber karbon. Gen
rnsm mengodekan ATP binding cassette (ABC)
transporter yang menyalurkan SLirnber karbon
ke dalam sel. Sementara itu gen BfrA
rnengodekan fruktosidase yang berfungsi untuk
mencerna FOS. Efek stirnulasi pertumbuhan
yang ditunjukkan oleh prebiotik ber'sifat
spesifik terhadap galur bakten. Tidak semua
bakteri probiotik dapat rnernanfaatkan semua
prebiotik (Artanti 2009).
Isolat oligosakarida rnadu Surnbawa
menunjukkan aktivitas prebiotik yang lebih
tinggi dlbandingkan inulin Biedrzycka dan
Bielecka (2004) menyebutkan oligosakarida
rantal pendek. tanpa percabangan, dan larut
air lebih mudah dimanfaatkan oleh bakteri.
Oligosakarlda rnadu urnumnya merupakan di-,
trio, dan tetrasakarida, sernentara inulin
adalah oligosakarida dengan DP 10-60.
Aktiyitas Fermentasi
Kriteria prebiotik ketiga ialah mem
pengaruhi aktivitas ferrnentasi. AktlYitas fer
rnentasi cliukur melalui produk fermentaSI yang
clihasllkan kultur. Isolat oligosakarida madu
Sumbawa menunjukkan efek stimulasl pertum
buhan yang paling tlnggi sehingga kultur L.
acidophilus yang ditumbuhkan pada media
tersebut diLiji untuk mengetahui produk
fermentasi yang dihasilkan. Krornatogram me
Ilunjukkan 19 puncak senyawa tercleteksi dari
kultur terse but (Gambar 3)_
Kultur bakteri usia 24 jam yang clitum
buhkan dalam lingkungan aerob menghasilkan
A
F
Journal of Nutrition and Food, 201/. 6(3}: 217-224
asarn laktat (puncak E) sebagai metabolit uta
ma yaitu 48.01 persen. L. acidophilus tergo
long bakteri asarn laktat hornoferrnentatif se
hlllgga metaboiit utarnanya adalah asarn lak
tat. Berdasarkan kroma togram. asarn laktat
yang dibentuk seluruhnya merupakan t ipe L(+).
Hasil ini berbeda dengan Sanders dan
Klaenhamrner (2001) yang menyebutkan bahwa
L. acidophilus rnenghasilkan asam laktat tipe
L(+) dan D{-).
Dalam lingkungan aerob, L. ocidophilus
menghasilkan asam laktat sebaga; metabolit
utama, namun dalam keadaan anaerob seperti
pada kolon, bakteri illl Juga menghasilkan
asam asetat yang merupakan asarn lemak
rantai pendek (t-,jaaber et 01. 2004). Asam
asetat Juga mungkin terbentuk kilrena asam
laktat digunakan oleh bakteri hetero
fermentatif. GIbson et 01. (1996) menyebutkan
bahwa dalarn kolon, rnetabolit yang dlhasilkan
suatu Jenis bakteri dapat digunakan oleh
bakten lain dan menghasllkan rnctabolit yang
baru. Jiang dan Savaiano (1997) rnenyebutkan
bahwa penambahan L. acidophilus pada fer
rncntasi kultur berkesmarnbLingall yang
diinokulasi dengan baktcrr feces rncnghasilkan
peningkatan produksi asam asetat. /sam laktat
adalah asam organik yang rnenguntungkan
pada pencernaan karena dapa t berfungsi
sebagai antimikrob bagi bakteri di dalarn kolon
(Sanders & Klaenharnmer 2001). Selain itu,
salah satu rnekanisrne penurunan kolesterol
oleh L. acidophitus adalah pengikatan
kolesterol dengan asam laktat (Suzuki et al.
1991 dalarn Jiang & Savaiano 1997).
S
K 0
0
0 Ip
L ~ RI
I
•
III
•
Gambar 3. Krornatogram Gel'AS Piroli'>ls Kultur L. acidophilus dalarn MRSB dengan Isolat
Oligosakarida Madu Surnbawa sebagai Tambahan Surnber Karbon Menunjukkan Asarn
Laktat (E) sebagai Metabolit Ekstraseluler yang Utama
222
12. Journal of Nutrition and Food, 2011, 6(3): 217~224
KESIMPULAN
Madu Sumbawa mengandung Jumlah
ollgosakarida yang lebih tinggi dibandmgkan
madu Kalimantan. Isolasi oligosakarida dengan
arang aktif dan etanol bertingkat 10 dan 50%
tldak efektif untuk menghilangkan mono~ dan
dlsakarida tetapi efektif untuk memekatkan
"onsentrasi oligosakarida DP~3.
Pengujian in vitro menunjukkan isolat
ollgosakarida madu Sumbawa dan Kalimantan
mcmenuhi kriteria prebiotik yakni resistcn ter
hadap a5am lambung dan enzim pencernaan,
.-ncmillki efek stimulasi pertumbuhan yang
celek t1f, dan mempengaruhi aktivitas fermen~
:asi. lsolat oligosakarida madu Sumbawa me~
~unJukkan efek 5timulasi pertumbuhan bakteri
L. acidophilus terbe5ar. Kultur L acidophilus
fang ditumbuhkan flilda media dengan isolat
cllgosakarida madu Sumbawa sebagai tambah
an sumber C menghasilkan asam laktat sebagai
,~12t'l'Jolit utama (48.01%)
Selam itu pemanfaatan potensi ekonoml
"s" perlu dioptimalkan untuk menmgkatkan
::Jr .. kapita dan dilakllkan pendistribusian
.3·'g merata agar pembangunan pangan dapat
'3sakan oleh semlla pihak.
Perlu dilakukan penentuan konsentrasi
':3ro[ yang optlmum untuk menghilangkan
dan disaka(ida madu. Oligosakanda ma
: .•c:kal perlll diidentifikasi lebih lanjut. Uji
.Hasi pertumbuhan bakteri perlu dilakukan
3,):11 keadaan anaerob sesual keadaan in vivo
kolon, dengan isolat berupa campuran
=",~ reri kolon dan fruktoollgosakarida (FOS)
prebiotik pembanding.
UCAPAN TERIMA KASI H
Terirnakasih kepada Direktorat Jenderal
::':-i(~idikan Tinggi (Ditjen Dikti) yang telah
'-'::',d,Hlai Program Kreativitas Mahasiswa
::_].' I Penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
. >::·;son JW & Gilliland SE, 1999. Effect of
ferrnented milk (yogurt) containing
Lactobacillus ocidophilus L1 on serum
cholesterol in hypercholesterolemic
humans. J Am Col Nutrition, 18(1), 43·
50.
.:'n E. 1997. A review of the analyitical
methods to determine the geographical
Jurnal Gili dan Pangan, 2011, 6(3): 217-224
and botanical origin of honey. Food
Chem, 63(4), 549·562.
Artanti A. 2009. Pengaruh Prebiotik Inulin dan
Fruktooligosakarida (FOS) Terhadap
Pertumbuhan Tiga Jenis Probiotik.
Skripsi Sa rjana Departemen Ilmu dan
Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi
Pertanian, IPB, Bogor.
Aso K, Watanabe T & Yamao K. 1960. Studies
on honey: on the sugar composition of
honey. Tohoku Journal of Agriculture
Research, 1, 101-108.
Biedrzycka & Bielecka M. 2004. Prebiotic
effectiveness of fructans different
degrees polymerization. Trends in Food
Sci & Tech, 15, 170-175_
[FAO] Food Agriculture Organization. 2007.
FAO Technical Meeting on Prebiotics.
FAO, Rome.
Gibson GR, Willems A, Reading S, & Collins MD.
1996. Fermentation of non-digestible
oligosaccharides by human colonic
bacteria. Proceedings of the Nutrition
Society, 55, 899·912.
Hernandez 0, Ruiz-Matute AI, Olano A, Moreno
FJ & Sanz ML. 2009. Comparison of
fractionation techniques to obtam
prebiotic galactooligosaccharides_ Int
Oairy J, 19,531-536.
Huebner J, Wehling RL, Parkhurst A & Hutkins
RW. Z008. Effect of processing
conditions on the prebiotic activity of
commercial prebiotics. Int Oairy J, 18,
287-293.
Hutagalung LE. Z008. Perkembangan Perolehan
Iv'.adu Lebah Hutan (Apis dorsota) oleh
Pemanen Madu di Kabupaten Tapanuli
Utara. Skripsi Sarjana Departernen
Teknologi HasH Hutan, Fakultas
Kehutanan, IPB, Bogar.
Jiang T & Savaiano DA. 1997. In vitro lactose
ferm'entatlon by human colonic bacteria
IS modified by Lactobocillu5 ocidophilus
supplementation. J Nut, 127, 1489
1495.
Kao et aL 2003. Transcriptome-based
determination of multiple transcription
regulator actiVities in Escherichia coli
by using network component analysis.
PN/1S, 101,641-646.
..
223
13. Jurnal Gizl dan Pangan, 2011, 6(3): 217-224 Journal of Nutrition and Food, 2011, 6(3): 217-224
Kaur P & Chakraborti A. 2010. Proteome
analysis of food borne pathogen
enteroaggregative Escherichia coli
under acid stress. J Proteomics
Bioinform, 3, 10-19
Khalil et at. 2001. Biochemical analysis of
different brands of unifloral honey
available at the northern region of
Bangladesh. The Sciences, 1(6), 385
388.
Naaber et al. 2004. Inhibition of Clostridium
difficile strains by intestinal
Lactobacillus species. J Med Microbial,
53, 551-554.
Nanda et at. 2003. Physico'chemical properties
and estimation of mineral content in
honey produced from different plants in
Northern India. Journal of Food
CompOSition and Analysis, 16,613-619.
[NHB] National Honey Board. Honey color.
YII"""",.nhb.org (4 Nov 2010).
Reddy BS, Hamid R, & Rao CV. 1997. Effect of
dietary oligofructose and inulin on
colonic preneoplastic aberrant crypt
foci inhibition. Carcinogenesis, 18(7),
1371-1374.
Roberfroid M. 2007. Prebiotics: the concept
revisited. J Nut, 137, 830-837.
RUlz-Matute AI, Brokl M, Soria AC, Sanz ML, &
Matinez-Castro. 2010_ Gas chroma
tographic-mass spectrometric charac
terisation of tri- and tetrasaccharides in
honey. Food Chem, 120,637-642.
Sanders ME & Klaenhammer TR. 2001. Invited
review: the scientific basis of
Lactobacillus acidophilus NCFM
functionality as a probiotic. J Dairy Sci,
84(2),319-331.
Sanz et al. 2005. In vitro investigation into the
potential prebiotic activity of honey
oligosaccharides. J Agric Food Chem,
53(8), 2914-2921.
Schley PO & Field CJ. 2002. The immune
enliancing effects of dietnry fibres and
prebiotics. British J Nutr, 87, 221-230.
Scholz Ahrens et of. 2007. Prebiotics,
probiotics, and synbiotics affect mineral
absorption, bone mineraI content, and
bone structure. J Nutr, 137, 838-846_
Silitonga LT & Munthe MG. 2009. Amway jajaki
rnadu RI masuk pasar dunia. Bisnis
Indonesia, 11 September.
Sinegani AAS & Emtiazi G. 2006_ The relative
effects of some elements on the DNS
method in cellulose assay. J Appl Sci
Environ, 10(3), 93-96.
Soga T. 2002_ Analysis of carbohydrates in food
and bevarages by HPLC and CE. J
Chromatogr Library, 66, 483-502.
Vamanu et of. 2008. Obtaining of a symbiotics
product based on lactic acid bacteria,
pollen and honey. Pakistan J BioI Sci,
11 (4),613-617.
Vergara CMAC, Honorato TL, Maia GA, &
Rodrigues S. 2010. Prebiotic effect of
fermented 'cashew apple (Anacardium
occidentale L) juice. Food Sci Tech, 43,
141-145.
Wichienchot S, Jatupornpipat M, & Rastall RA_
2010_ Oligosaccharides of pitaya (dragon
fruit) flesh and their prebiotic
properties. Food Chern, 120, 850-857.
Williams CM & Jackson KG. 2002. Inulin and
oligofructose: effects on lipid
metabolism from human studies_ British
J Nutr, 87, 261-264.
Yao et of. 2003. Flavonoids, phenolic acids and
abscisic acid in Australian and New
Zealand Leptospermum honeys. Food
Chem, 81,159-168.
224