SlideShare a Scribd company logo
1 of 11
1 
BAB I 
PEMBAHASAN 
A Latar Belakang 
Negara Indonesia telah merdeka selama 69 tahun, banyak hal yang dibutuhkan dalam 
sebuah negara, salahsatunya adalah hukum. Hukum merupakan keseluruhan kumpulan 
peraturan-peraturan atau kaedah-kaedah dalam suatu kehidupan bersama: keseluruhan 
peraturan tentang tingkah laku yang berlaku dalam suatu kehidupan bersama, yang dapat 
dipaksakan pelaksanaannya dengan sutu sanksi.1 Mengingat pentingnya peran hukum dalam 
Negara Indonesia guna mengatur kehidupan bersama, maka selayaknya warga Indonesia 
memiliki sebuah hukum yang sesuai dengan sosial warga Indonesia, namun pada 
kenyataanya hingga saat ini hukum yang ada dimasyarakat Indonesia merupakan hukum 
warisan penjajah (:belanda) atau pengadopsian hukum dari Amerika, sehingga banyak hukum 
yang belum sesuai dengan fundamental Negara Indonesia yaitu Pancasila. 
Ilmu-ilmu tentang hukum kini sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia, 
wawasan tentang hukum bisa dengan mudah diperoleh masyarakat melalui berbagai macam 
media, antara lain: media televisi, media elektronik, media cetak. Dengan mudahnya akses 
pengetahuan hukum, maka kini masyarakat Indonesia sudah tidak buta lagi dalam bidang 
hukum, bahkan ketika masyarakat mengalami masalah dalam persoalan hukum masyarakat 
bisa berkomunikasi langsung dengan Lembaga Bantuan Hukum atau Konsultan Hukum. 
Pakar-pakar hukum telah banyak bermunculan di Indonesia, hal ini menimbulkan 
kesadaran bahwa Indonesia mampu untuk menyusun hukum sendiri, tanpa harus selalu 
bergantungan dengan hukum warisan Belanda atau hukum yang diadopsi dari Amerika. 
Mengingat sosiokultur masyarakat Indonesia yang berbeda dengan Belanda atau Amerika, 
dimana di Negara tersebut menganut sistem kapitalis dan sistem liberal. Sistem kapitalis dan 
liberal tidak sesuai dengan Fundamental masyarakat Indonesia yaitu Pancasila. Pancasila 
mengajarkan kepada kita tentang kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, 
kerakyatan yang dipimpin oleh kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan, serta 
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. 
Melihat adanya kehendak masyarakat kususnya dalam hal kodifikasi hukum nasional 
dalam rangka pembangunan hukum nasional, maka penulis akan membahas lebih lanjut 
1 Prof. Dr. Soedikno Mertokusumo, SH, Mengenal Hukum (suatu pengantar), Liberty, Yogyakarta, 1988, hal.37.
2 
dalam makalah ini dengan judul: “Tinjauan Yuridis yang Menyebabkan Negara Republik 
Indonesia Belum Memiliki Hukum Nasional yang Terkodifikasi”. 
B Rumusan Masalah 
Melihat permasalahan yang terjadi diatas, maka kita bisa mengambil rumusan 
masalah, guna membahas tinjauan yuridis mengapa Negara Indonesia hingga saat ini belum 
memiliki hukum nasional yang terkodifikasi, rumusan masalah ini akan terbagi menjadi dua 
yaitu: 
1Mengapa hukum Indonesia dianggap masih belum sesuai dengan fundamental Negara 
yaitu Pancasila?? 
2Mengapa hukum Indonesia masih belum terkodifikasi?? 
C Tujuan Penulisan 
Tujuan penulisan makalah ini secara obyektif adalah: 
1 Memberi gambaran mengapa hukum Indonesia dianggap masih belum sesuai dengan 
fundamental Negara yaitu Pancasila. 
2 Memberi gambaran mengapa hukum Indonesia masih belum terkodifikasi.
3 
BAB II 
PEMBAHASAN 
A Negara adalah entitas nyata (sosiologis). 
Negara adalah komunitas yang diciptakan oleh suatu tatanan hukum nasional (sebgai 
lawan dari tatanan hukum internasional), Negara sebagai badan hukum adalah suatu 
personafikasi dari komunitas ini atau personafikasi dari tatanan hukum nasional yang 
membentuk komunitas ini.2 Sehingga pandangan dari sudut hukum, persoalan negara tampak 
sebagai persoalan tatanan hukum nasional. Untuk mendefinisikan hukum, tidak cukup 
menjelaskan hakikat sepesifik dari sistem norma yang merupakan manifestasi empirik dari 
hukum positif, hukum adalah masalah yang dimunculkan oleh negara sebagai fenomena 
hukum. 
Negara merupakan sebuah bentuk hubungan antara pihak yang memerintah dan 
mengatur dengan pihak yang mematuhi perintah dan diatur. Dalam kehidupan sosial yang 
sesungguhnya, terdapat hubungan motivasi demikian dalam jumlah yang tak terbatas, 
contohnya: seorang pekerja harus tunduk dengan aturan majikannya/pimpinannya. Namun 
pada saat menetapkan sebuah peraturan, pihak yang berkuasa/mengatur tidak bisa 
mengesampingkan kehidupan sosial pihak yang diatur, karena ketika aturan tidak sesuai 
dengan sosial masyarakat, maka peraturan atau hukum tidak bisa berjalan sebagaimana 
mestinya. 
Negara Indonesia merupakan Negara yang ber-asaskan Pancasila, Pancasila disusun 
sesuai dengan keanekaragaman masyarakat Indonesia, sehingga Bhinneka Tunggal Ika 
menjadi pedoman pokok dalam perjalanan ber-Negara warga Indonesia. Pada waktu 
pancasila dirumuskan pada tahun 1945 maka yang dirumuskan adalah suatu filsafat singkat, 
yang dimaksud sebagai dasar kehidupan berbangsa dan bernegara bagi masyarakat Indonesia. 
2 Raisul Muttaqien, Teori Umum Tentang Hukum dan Negara, Nusa Media, Bandung, 2010, hal. 261.
4 
Pada waktu itu belum sempat difikirkan agar Pancasila menjadi dasar filsafat untuk 
kehidupan bermasyarakat bagi warga negara Indonesia yang baru dibentuk pada waktu itu. 
Pola pemikiran yang demikian itu dapat kita fahami apabila kita melihat pada situasi politik 
di dunia dan di Indonesia khususnya setelah terjadi proklamasi kemerdekaan pada tanggal 17 
agustus 1945.3 
Menurut pandangan tradisional, tidak mungkin untuk memahami esesnsi suatu tatanan 
hukum nasional, yakni “principium individuatonis”nya. Kecuali kalau Negara dipostulasikan 
sebagai realitas sosial yang fundamental. Menurut pandangan ini, sistim norma memiliki 
kesatuan dan kekhasan sehingga pantas disebut sebagi suatu tatanan hukum nasional, semata-mata 
karena sistem norma ini, menurut cara yang satu atau cara yang lain, berkaitan dengan 
satu Negara sebagai satu fakta sosial yang sesungguhnya, karena sistem norma ini diciptakan 
oleh satu negara atau sistem norma invalid bagi suatu negara. Hukum prancis dianggap 
didasarkan pada eksistensi suatu negara Prancis sebagi satu realitas sosial, bukan realitas 
hukum. Hubungan antara hukum dengan negara dipandang sama seperti hubungan antara 
hukum dengan individu. 
Hukum walaupun diciptakan oleh negara dianggap mengatur perbuatan negara, yang 
dipahami layaknya sebagai seorang manusia, seperti halnya hukum mengatur perbuatan 
manusia. Konsep sosiologis tentang negara diyakini ada disamping konsep hukumnya dan 
bahkan secara logis dan historis mendahului konsep hukumnya, seperti halnya keberadaaan 
konsep “pribadi hukum”. Negara sebagai realitas sosial termasuk dalam kategori masyarakat, 
negara merupakan sebuah komunitas. Hukum termasuk dalam kategori norma, hukum adalah 
sebuah sistem norma, sebuah tatanan norma. Menurut pandangan ini, negara dan hukum 
merupakan kedua obyek yang berbeda. Dualisme antara negara dan hukum sebenarnya 
merupakan sebagai salah satu landasan dari ilmu politik dan ilmu hukum modern. 
Meski demikian, dualisme ini secara teoritis tidak dipertahankan. Negara sebagai satu 
komunitas hukum bukanlah sesuatu yang terpisah dari tatanan hukumnya, sesuatu selain 
korporasi yang berbeda dari tata bentuknya (Anggaran Dasarnya). Sejumlah individu 
membentuk suatu komunitas hanya karena suatu tatanan norma mengatur perbuatan timbal-baliknya. 
Istilah “komunitas” hanaya menunjuk fakta bahwa perbuatan timbal-balik dari 
sejumlah individu tertentu diatur oleh suatu tatanan norma. Pernyataan bahwa sejumlah 
3 Oetojo Oesman Alfian, Pancasila Sebagai Idiologi (dalam berbagai bidang kehidupan bermasyarakat, 
berbangsa dan bernegara), BP-7 Pusat, Jakarta, 1990, hal. 169.
5 
individu adalah anggota dari suatu komunitas hanya suatu ungkapan kiasan, suatu deskripsi 
kiasan dari hubungan-hubungan yang dibentuk dari suatu tatanan norma. 
Menurut Undang-Undang Dasar 1945, hukumlah yang memimpin semua program-program 
kehidupan rakyat Indonesia dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara 
termasuk program sosial politiknya. Undang-Undang Dasar dalam penjelasannya 
menciptakan pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam pembukaan dalam pasal-pasalnya. 
Pokok-pokok pikiran tersebut mewujudkan cita hukum yang menguasai hukum dasar negara, 
baik hukum tertulis maupun hukum yang tidak tertulis, dengan demikian dalam kehidupan 
hukum bangsa Indonesia, pokok-pokok pikiran tersebut, yang tidak lain melainkan Pancasila, 
ialah cita hukum atau rechtsidee bangsa Indonesia. 
Pancasila merupakan cita hukum, maka nilai-nilai yang terdapat dalam Pancasila 
mempunyai fungsi konstitutif yang menentukan apakah tata hukum Indonesia merupakan tata 
hukum yang benar, disamping itu Pancasila juga mempunyai fungsi regulatif apakah hukum 
positif yang ada di Indonesia itu adil atau tidak. Apabila dikatakan, bahwa Pancasila adalah 
sumber dari segala sumber hukum atau sumber dari tertib hukum bagi kehidupan hukum 
bangsa Indonesia. Dengan perkataan lain, rumusan itu sama dengan rumusan yang 
menyatakan bahwa: Pancasila menguasai seluruh hukum yang berlaku bagi bangsa Indonesia, 
baik hukum yang tertulis maupun hukum yang tidak tertulis. 
Dalam pembentukan hukum tidak tertulis dan hukum tertulis, Pancasila berperan 
dengan cara yang berlain-lainan. Yang pertama Pancasila secara langsung mempengaruhi 
kesusilaan perorangan dan pada giliran kesusilaan masyarakat dalam menghasilkan cara dan 
kesusilaan umum dalam membentuk kebiasaan, tata kelakuan, adat istiadat dan hukum. Yang 
kedua Pancasila mempengaruhi perorangan dan masyarakat secara tidak langsung, dengan 
kata lain dalam pembentukan hukum-hukum tidaak tertulis, tahapan-tahapan dari cara ke 
kebiasaan, dari kebiasaan ke tata kelakuan, dan dari tata kelakuan ke adat istiadat, dan dari 
adat istiadat ke hukum, semuanya berlangsung melalui endapan-endapan nilai yang 
berjenjang-jenjang, terjadi dibawah bimbingan cita moral dan cita hukum yang ada dalam 
masyarakat. 
Sebagaimana dikemukakan oleh Benjamin Akzin, dalam kerucut struktur norma 
dalam hubungannya dengan kerucut struktur lembaga dalam suatu negara, pembentukan 
suatu norma hukum publik bergantung pada pejabat negara dan pejabat pemerintahan yang 
merupakan supra struktur dalam kerucut tersebut. Sedangkan pembentukan norma hukum
6 
perdata dan hukum perikatan bergantung pada rakyat sendiri yang merupakan infrastruktur 
dalam kerucut dimaksud. Pembentukan norma hukum publik oleh para pejabat negara dan 
pejabat pemerintahan mungkin tidak penting untuk negara dengan sitem yang liberal, tetapi 
sangat penting untuk negara dengan sistem totaliter.4 
Dalam mengutip pendapat Benjamin Akzin, bahwa makin dekat suatu pemerintahan 
kepada sistem totaliter makin sedikit pula partisipasi infra struktur dalam pembentukan 
hukum, kita dapat juga menerapkan pendapat tersebut dalam pembentukan hukum tertulis 
yang dibentuk oleh pejabat negara dan pejabat pemerintahan serta wakil rakyat, meskipun 
sistem pemerintahan negara yang bersangkutan tidak mempunyai hubungan dengan 
liberalisme atau dengan totalitarisme. 
Suatu pendekatan sosiologis lainterhadap masalah negara lahir dari asumsi bahwa 
para individu yang berasal dari satu negara yang sama dipersatukan oleh fakta bahwa mereka 
memiliki suatu kehendak atau kepentingan yang sama. Kita menyebutnya “kehendak 
kolektif”, dan menyatakan bahwa kehendak atau kepentingan kolektif ini membentuk suatu 
kesatuan dan oleh sebab itu membentuk realitas sosial negara. Kita juga menyebut “perasaan 
kolektif”, “kesadaran kolektif” semacam jiwa kelompok, sebagai fakta yang membentuk 
komunitas negara. Kesatuan yang nyata hanya ada hanya ada diantara mereka yang sungguh-sungguh 
memiliki keadaan jiwayang sama, dan ini hanya ada pada saat identitas benar-benar 
ada. Identitas seperti itu tidak akan ada kecuali dalam kelompok-kelompokyang relatif kecil 
yang kelulusan atau keanggotaannya akan terus berubah. Penegasan bahwa semua warga dari 
suatu negarasecara permanen memiliki kehendak, perasaan atau pikiran yang sama, jelas 
merupakan suatu fiksi politik. 
Apabila kita masih tetap ingin berpegang kepada pa yang telah digariskan oleh para 
pendiri Republik Indonesia dan para penyusun UUD 1945, maka kita tidak dapat melepaskan 
diri dari wawasan, bahwa pokok-pokok pikiranyang terkandung dalam pembukaan UUD 
1945 adalah dasar dari pada semua kehidupan rakyat indonesia dalam bermasyarakat, 
berbangsa dan bernegara. Dalam sistem Indonesia terdapat Cita Hukum yang tidak lain 
melainkan Pancasila, yang berfungsi konstitutif dan regulatif terhadap sistem norma hukum 
Indonesiadengan Norma Fundamental Negara yang tidak lain melainkan Pancasila. Norma 
Fundamental Negara membentuk norma-norma hukum bawahannya secara berjenjang, norma 
hukum yang dibawah terbentuk berdasar dan bersumber pada norma hukum yang lebih 
4 Ibid., hal. 81.
7 
tinggi, sehingga tidak ada pertentangan antara norma hukum yang lebih tinggi dan yang lebih 
rendah. Kita tidak dapat menerima sistem norma hukum yang berdiri sendiri tanpa disertai 
cita hukum, karena hal itu tidak sesuai dengan filsafat kehidupan rakyat kita dalam kehidupan 
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 
B Tinjauan yuridis Pancasila dan Konstitusi terhadap Indonesia yang belum 
memiliki hukum nasional yang terkodifikasi. 
Kodifikasi hukum adalah pembukuan jenis-jenis hukum tertentu dalam kitab Undang- 
Undang secara sistematis dan lengkap. Menurut bentuknya hukum itu dibedakan antara 
hukum tertulis dan hukum tidak tertulis, hukum tertulis yakni hukum yang dicantumkan 
dalam berbagai perundang-undangan, dan hukum tidak tertulis yakni hukum yang masih 
hidup dalam keyakinan masyarakat, tetapi tidak tertulis namun berlakunya ditaati seperti 
peraturan perundang-undangan. Mengenai hukum tertulis ada yang telah dikodifikasikan 
namun ada juga yang belum dikodifikasikan, unsur-unsur kodifikasi adalah jenis hukum 
tertentu (misalnya hukum perdata), sitematis dan lengkap. Tujuan kodifikasi dari hukum 
tertulis ialah untuk memperoleh kepastian hukum, penyederhanaan hukum dan kesatuan 
hukum. 
Melihat tujuan kodifikasi hukum yang ada, maka timbul pertanyaan mengapa sampai 
saat ini cita hukum nasional yang tidak lain adalah Pancasila, belum berhasil mengkodifikasi 
hukum nasional, sebagai mana kita ketahui bahwa Pancasila menjadi cita hukum Republik 
Indonesia, sehingga otomatis nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila memiliki fungsi 
konstitutif yang menentukan apakah tata hukum Indonesia merupakan tata hukum yang 
benar, disamping itu Pancasila juga mempunyai fungsi regulatif apakah hukum positif yang 
ada di Indonesia itu adil atau tidak. Rumusan Pancasila yakni tercermin dari kelima silanya 
bersifat hierarkis dan berbentuk piramidal, hal ini memberi maksud bahwa tiap sila meliputi 
atau diliputi serta menjiwai sila yang lain. 
Alasan mengapa belum terkodifikasinya hukum nasional Indonesia menurut analisa 
kami adalah karena alasan sebagai berikut:
8 
1 Ketuhanan Yang Maha Esa. Konsep Ketuhanan Yang Maha Esa adalah konsep yang 
menunjukkan bahwa Indonesia adalah negara yang ber-agama, namun dalam keber-agamaan 
tersebut Indonesia tidak memaksakan warganya untuk menganut suatu agama 
tertantu, hal ini menunjukkan bahwa Indonesia memberi kebebasan kepada warganya 
untuk memilih mana agama yang diyakini. Dengan adanya berbagai macam agama 
yang ada di Indonesia, ketentuan-ketentuan dalam agama tersebut mempengaruhi pada 
tiap kehidupan umat beragama, yang tidak lain merupakan warga negara Indonesia. 
Hal ini menjadi pertimbangan untuk membentuk suatu perundang-undangan nasional 
sekaligus perundang-undangan yang dapat mewadahi kepentingan warga negara 
berkaitan dengan agamanya. Misalnya saja, ketentuan waris dalam agama Islam, tidak 
dapat disamakan dengan ketentuan waris nasional yang berlaku bagi warga negara 
Non Islam. 
2 Kemanusiaan yang adil dan beradab. Konsep kemanusiaan yang adil dan beradab 
mengandung makna bahwa manusia sebagai makhluk yang berbudaya dan beradab 
harus adil dalam hubungan dengan diri sendiri, manusia lain, masyarakat bangsa dan 
negara. Menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia, menghargai atas kesamaan dan 
derajat tanpa membedakan suku, ras, keturunan, dan status sosial maupun agama. 
Mengingat keberagaman masyarakat Indonesia, maka suliit sekali untuk 
menyamaratakan hukum kepada masyarakat ketika kita menghendaki sebuah keadilan 
yang berimbang, contohnya masyarakat di Aceh tidak mungkin bisa disamakan 
terhadap masyarakat Papua dimana antara kedua masyarakat tersebut sosiokulturnya 
berbeda. 
3 Persatuan Indonesia. Negara Indonesia merupakan persatuan dari berbagaimacam 
suku, ras, kempok baik itu kelompok golongan atau kelompok agama. Setiap suku 
memiliki kebiasaan atau peraturan yang berbeda dengan suku yang lain, setiap 
kelompok agama juga memiliki hukum agama yang harus mereka taati, tidak jarang 
antara hukum agama satu dengan yang lainnya memiliki perbedaan. Negara Indonesia 
harus mengayomi semua elemen masyarakat yang ada di negara, mengingat adanya 
perbedaan yang terdapat dimasyarakat, maka tidak dimungkinkan untuk 
menyamaratakan peraturan/hukum secara mutlak, karena jika ada golongan/kelompok 
yang merasa diperlakukan tidak adil dalam hukum, otomatis hal itu nantinya akan 
mengancam persatuan masyarakat indonesia. Perbedaan bukannya diruncingkan untuk 
menjadi konflik dan permusuhan melainkan diarahkan pada suatu sintesa yang saling
9 
menguntungkan yaitu persatuan dalam kehidupan bersama untuk mewujudkan tujuan 
bersama.5 
4 Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan 
perwakilan. Rakyat adalah merupakan subjek pendukung pokok negara, sedangkan 
negara adalah dari, oleh, dan untuk rakyat. Sehingga dalam sila kerakyatan terkandung 
nilai demokrasi yang secara mutlak harus dilaksanakan dalam hidup bernegara.6 
Demokrasi merupakan pemerintahan dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat, tidak 
hanya diperuntukkan bagi segolongan rakyat saja, sehingga peraturan-peraturan yang 
ada harus bisa mewakili dan mengayomi seluruh masyarakat yang memiliki latar 
belakang yang berbeda, sehingga peraturan-peraturan yang ada dalam negara 
Indonesia antara daerah satu dengan daerah yang lainnya mengalami perbedaan, 
perbedaan ini terjadi karena aspirasi masyarakat daerah satu dengan daerah yang 
lainnya berbeda, sehingga kodifikasi hukum dianggap sulit untuk dilakukan. 
5 Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Keadilan sosial didasari oleh hakikat 
keadilan kemanusiaan yaitu keadilan dalam hubungan manusia dengan masyarakat, 
bangsa dan negaranya serta hubungan manusia dengan Tuhannya. Sehingaga nilai-nilai 
keadilan yang harus terwujud dalam hidup bersama adalah meliputi: 
a Keadilan distributif, yaitu suatu hubungan keadilan antara negara terhadap 
warganya, dalam arti pihak negaralah yang wajib memenuhi keadilan dalam 
bentuk keadilan membagi, dalam bentuk kesejahteraan. 
b Keadilan legal (keadilan bertaat), dalam masalah ini pihak wargalah yang wajib 
memenuhi keadilan dalam bentuk menaati peraturan perundang-undangan yang 
berlaku dalam negara. 
c Keadilan komutatif, yaitu suatu hubungan keadilan antara warga negara secara 
timbal balik. Nilai-nilai keadilan tersebut haruslak merupakan suatu dasar yang 
harus diwujudkan dalam hidup bersama untuk mewujudkan tujuan negara. 
Adanya kodifikasi hukum dirasa akan menyatukan kesatuan hukum tanpa 
memamdang keadilan sosial masyarakat Indonesia yang beragam. 
5 Kaelan, Pendidikan Pancasila, Paradigma, Yogyakarta, 2010, hal. 13. 
6 Ibid., hal. 82.
10 
BAB III 
KESIMPULAN 
Pancasila menemukan masyarakat Indonesia sedang mengalami proses perubahan 
sosial budaya, proses perubahan ini merupakan akibat yang tidak dapat dihindarkan sebagai 
akibat dari pembangunan nasional yang merupakan pengamalan Pancasila sendiri, tetapi 
dalam masa yang selalu terjadi perubahan ini, Pancasila harus menjadi pedoman dalam 
menentukan bagi perkembangan kehidupan masyarakat Indonesia selanjutnya. Didalam 
keadaan yang demikian Pancasila diharapkan menjadi sumber nilai-nilai yang mampu 
menciptakan integrasi sosial bagi masyarakat kita, terutama dalam pembentukan hukum. 
Kodifikasi hukum nasional dirasa belum mampu untuk dilakukan di negara Indonesia, 
mengingat sosialkultur masyarakat Indonesia yang beragam, sehingga penyamarataan hukum 
dianggap bisa mencidrai nilai-nilai Pancasila. Indonesia merupakan negara persatuan dimana 
didalam persatuan tersebut terdapat elemen-elemen yang berbeda, elemen ini tidak mungkin 
dilebur menjadi satu, karena peleburan itu akan mengakibat kurang terwakilnya suatu 
masyarakat dalam ber-negara, ketika adanya ketidak terwakilan antara suatu elemen 
masyarakat, maka keadilan sosial sudah tidak terwujud disitu, sehingga nilai persatuanlah 
yang lebih tepat diaplikasikan di negara Indonesia, karena dalam persatuan sebuah perbedaan 
masih dimungkinkan untuk ada.
11 
DAFTAR PUSTAKA 
Kaelan, Pendidikan Pancasila, Paradigma, Yogyakarta, 2010. 
Oetojo Oesman Alfian, Pancasila Sebagai Idiologi (dalam berbagai bidang kehidupan 
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara), BP-7 Pusat, Jakarta, 1990. 
Prof. Dr. Soedikno Mertokusumo, SH, Mengenal Hukum (suatu pengantar), Liberty, 
Yogyakarta, 1988. 
Raisul Muttaqien, Teori Umum Tentang Hukum dan Negara, Nusa Media, Bandung, 2010.

More Related Content

What's hot

Keadilan dan ketertiban
Keadilan dan ketertibanKeadilan dan ketertiban
Keadilan dan ketertibanAfdal Zikri
 
Pentingnya Konstitusi Negara
Pentingnya Konstitusi NegaraPentingnya Konstitusi Negara
Pentingnya Konstitusi NegaraSurya Surya
 
PPT teori dan hukum konstitusi (Hakikat Konstitusi)
PPT teori dan hukum konstitusi (Hakikat Konstitusi)PPT teori dan hukum konstitusi (Hakikat Konstitusi)
PPT teori dan hukum konstitusi (Hakikat Konstitusi)Adinda siti Hapsoh
 
Dasar negara dan konstitusi
Dasar negara dan konstitusiDasar negara dan konstitusi
Dasar negara dan konstitusiHans Sagita
 
Pkn hubungan konstitusi dan dasar negara
Pkn hubungan konstitusi dan dasar negaraPkn hubungan konstitusi dan dasar negara
Pkn hubungan konstitusi dan dasar negaraoniharnanyo
 
Makalah negara dan konstitusi
Makalah negara dan konstitusiMakalah negara dan konstitusi
Makalah negara dan konstitusiJawa Timur
 
Asas dan sistem hukum
Asas dan sistem hukumAsas dan sistem hukum
Asas dan sistem hukumNakano
 
Makalah kedudukan dan fungsi hukum
Makalah kedudukan dan fungsi hukumMakalah kedudukan dan fungsi hukum
Makalah kedudukan dan fungsi hukumInternet Explorer
 
PKn - Pengertian Dasar Negara & Konstitusi Negara
PKn - Pengertian Dasar Negara & Konstitusi NegaraPKn - Pengertian Dasar Negara & Konstitusi Negara
PKn - Pengertian Dasar Negara & Konstitusi NegaraAdam Hars
 
Konsep negara dalam politik islam Ppt
Konsep negara dalam politik islam Ppt Konsep negara dalam politik islam Ppt
Konsep negara dalam politik islam Ppt Irfan Pathurahman
 
Menganalisis hubungan dasar negara dengaan konstitusi
Menganalisis hubungan dasar negara dengaan konstitusiMenganalisis hubungan dasar negara dengaan konstitusi
Menganalisis hubungan dasar negara dengaan konstitusiRindha Tanizah
 
Pkn, negara dan konstitusi
Pkn, negara dan konstitusiPkn, negara dan konstitusi
Pkn, negara dan konstitusiRahma Sheilla
 
Bab 4 dasar negara dan konstitusi
Bab 4 dasar negara dan konstitusiBab 4 dasar negara dan konstitusi
Bab 4 dasar negara dan konstitusiHendrastuti Retno
 

What's hot (19)

Keadilan dan ketertiban
Keadilan dan ketertibanKeadilan dan ketertiban
Keadilan dan ketertiban
 
Pentingnya Konstitusi Negara
Pentingnya Konstitusi NegaraPentingnya Konstitusi Negara
Pentingnya Konstitusi Negara
 
TEORI KONSTITUSI DAN NEGARA HUKUM
TEORI KONSTITUSI DAN NEGARA HUKUMTEORI KONSTITUSI DAN NEGARA HUKUM
TEORI KONSTITUSI DAN NEGARA HUKUM
 
PPT teori dan hukum konstitusi (Hakikat Konstitusi)
PPT teori dan hukum konstitusi (Hakikat Konstitusi)PPT teori dan hukum konstitusi (Hakikat Konstitusi)
PPT teori dan hukum konstitusi (Hakikat Konstitusi)
 
Fungsi Filsafat Hukum
Fungsi Filsafat HukumFungsi Filsafat Hukum
Fungsi Filsafat Hukum
 
Dasar negara dan konstitusi
Dasar negara dan konstitusiDasar negara dan konstitusi
Dasar negara dan konstitusi
 
Pkn hubungan konstitusi dan dasar negara
Pkn hubungan konstitusi dan dasar negaraPkn hubungan konstitusi dan dasar negara
Pkn hubungan konstitusi dan dasar negara
 
Makalah negara dan konstitusi
Makalah negara dan konstitusiMakalah negara dan konstitusi
Makalah negara dan konstitusi
 
Asas dan sistem hukum
Asas dan sistem hukumAsas dan sistem hukum
Asas dan sistem hukum
 
Makalah kedudukan dan fungsi hukum
Makalah kedudukan dan fungsi hukumMakalah kedudukan dan fungsi hukum
Makalah kedudukan dan fungsi hukum
 
PKn - Pengertian Dasar Negara & Konstitusi Negara
PKn - Pengertian Dasar Negara & Konstitusi NegaraPKn - Pengertian Dasar Negara & Konstitusi Negara
PKn - Pengertian Dasar Negara & Konstitusi Negara
 
Hukum perdata
Hukum perdataHukum perdata
Hukum perdata
 
Makalah hukum tata negara
Makalah hukum tata negaraMakalah hukum tata negara
Makalah hukum tata negara
 
Legislations
LegislationsLegislations
Legislations
 
Konsep negara dalam politik islam Ppt
Konsep negara dalam politik islam Ppt Konsep negara dalam politik islam Ppt
Konsep negara dalam politik islam Ppt
 
Menganalisis hubungan dasar negara dengaan konstitusi
Menganalisis hubungan dasar negara dengaan konstitusiMenganalisis hubungan dasar negara dengaan konstitusi
Menganalisis hubungan dasar negara dengaan konstitusi
 
Pkn, negara dan konstitusi
Pkn, negara dan konstitusiPkn, negara dan konstitusi
Pkn, negara dan konstitusi
 
Law Sociology
Law SociologyLaw Sociology
Law Sociology
 
Bab 4 dasar negara dan konstitusi
Bab 4 dasar negara dan konstitusiBab 4 dasar negara dan konstitusi
Bab 4 dasar negara dan konstitusi
 

Similar to Negara ri belum memiliki hukum nasional

Pancasila sebagai-sumber-dari-segala-sember-hukum-ppt
Pancasila sebagai-sumber-dari-segala-sember-hukum-pptPancasila sebagai-sumber-dari-segala-sember-hukum-ppt
Pancasila sebagai-sumber-dari-segala-sember-hukum-pptandhika perceka
 
2. POLITIK DAN SISTEM HUKUM-KONFIGURASI POLITIK HUKUM-OK.pptx
2. POLITIK DAN SISTEM HUKUM-KONFIGURASI POLITIK HUKUM-OK.pptx2. POLITIK DAN SISTEM HUKUM-KONFIGURASI POLITIK HUKUM-OK.pptx
2. POLITIK DAN SISTEM HUKUM-KONFIGURASI POLITIK HUKUM-OK.pptxNadnosWolfrider
 
Hukum sebagai sistem norma yang berlaku bagi masyarakat indonesia
Hukum sebagai sistem norma yang berlaku bagi masyarakat indonesiaHukum sebagai sistem norma yang berlaku bagi masyarakat indonesia
Hukum sebagai sistem norma yang berlaku bagi masyarakat indonesiadestarizki
 
Ketidakadilan hukum indonesia sebuah refleksi sila kelima pancasila
Ketidakadilan hukum indonesia sebuah refleksi sila kelima pancasilaKetidakadilan hukum indonesia sebuah refleksi sila kelima pancasila
Ketidakadilan hukum indonesia sebuah refleksi sila kelima pancasilaMeilana Lestari
 
Hubungan dasar negara dan konstitusi
Hubungan dasar negara dan konstitusiHubungan dasar negara dan konstitusi
Hubungan dasar negara dan konstitusiAstrid Widhowaty
 
Tugas2_Pancasila_HendroGunawan.pdf
Tugas2_Pancasila_HendroGunawan.pdfTugas2_Pancasila_HendroGunawan.pdf
Tugas2_Pancasila_HendroGunawan.pdfHendroGunawan8
 
Hubungan pancasila-uud-45
Hubungan pancasila-uud-45Hubungan pancasila-uud-45
Hubungan pancasila-uud-45Rini Dwi
 
Hubungan pancasila-uud-45
Hubungan pancasila-uud-45Hubungan pancasila-uud-45
Hubungan pancasila-uud-45Ainul Fikri
 
Materi pkn kelas 10
Materi pkn kelas 10Materi pkn kelas 10
Materi pkn kelas 10Aisyah Nisa
 
Bab III hakikat pancasila bagi bangsa indonesia
Bab III hakikat pancasila bagi bangsa indonesiaBab III hakikat pancasila bagi bangsa indonesia
Bab III hakikat pancasila bagi bangsa indonesiayudikrismen1
 
Makalah : Pancasila Sebagai Sistem Hukum
Makalah : Pancasila Sebagai Sistem HukumMakalah : Pancasila Sebagai Sistem Hukum
Makalah : Pancasila Sebagai Sistem HukumRiyanto Kasnuri
 
Hubungan dasar negara dengan konstitus
Hubungan dasar negara dengan konstitusHubungan dasar negara dengan konstitus
Hubungan dasar negara dengan konstitusRudiana Part
 
Pancasila sebagai etika politik dan ham
Pancasila sebagai etika politik dan hamPancasila sebagai etika politik dan ham
Pancasila sebagai etika politik dan hamSurveyan Adhi Laksana
 

Similar to Negara ri belum memiliki hukum nasional (20)

Pancasila sebagai-sumber-dari-segala-sember-hukum-ppt
Pancasila sebagai-sumber-dari-segala-sember-hukum-pptPancasila sebagai-sumber-dari-segala-sember-hukum-ppt
Pancasila sebagai-sumber-dari-segala-sember-hukum-ppt
 
2. POLITIK DAN SISTEM HUKUM-KONFIGURASI POLITIK HUKUM-OK.pptx
2. POLITIK DAN SISTEM HUKUM-KONFIGURASI POLITIK HUKUM-OK.pptx2. POLITIK DAN SISTEM HUKUM-KONFIGURASI POLITIK HUKUM-OK.pptx
2. POLITIK DAN SISTEM HUKUM-KONFIGURASI POLITIK HUKUM-OK.pptx
 
Hukum sebagai sistem norma yang berlaku bagi masyarakat indonesia
Hukum sebagai sistem norma yang berlaku bagi masyarakat indonesiaHukum sebagai sistem norma yang berlaku bagi masyarakat indonesia
Hukum sebagai sistem norma yang berlaku bagi masyarakat indonesia
 
Ketidakadilan hukum indonesia sebuah refleksi sila kelima pancasila
Ketidakadilan hukum indonesia sebuah refleksi sila kelima pancasilaKetidakadilan hukum indonesia sebuah refleksi sila kelima pancasila
Ketidakadilan hukum indonesia sebuah refleksi sila kelima pancasila
 
Hubungan dasar negara dan konstitusi
Hubungan dasar negara dan konstitusiHubungan dasar negara dan konstitusi
Hubungan dasar negara dan konstitusi
 
Penegakan Hukum di Indonesia
Penegakan Hukum di IndonesiaPenegakan Hukum di Indonesia
Penegakan Hukum di Indonesia
 
Tugas2_Pancasila_HendroGunawan.pdf
Tugas2_Pancasila_HendroGunawan.pdfTugas2_Pancasila_HendroGunawan.pdf
Tugas2_Pancasila_HendroGunawan.pdf
 
233938998.pdf
233938998.pdf233938998.pdf
233938998.pdf
 
Ppt roniiiiiiyyyy
Ppt roniiiiiiyyyyPpt roniiiiiiyyyy
Ppt roniiiiiiyyyy
 
Hubungan pancasila-uud-45
Hubungan pancasila-uud-45Hubungan pancasila-uud-45
Hubungan pancasila-uud-45
 
Hubungan pancasila-uud-45
Hubungan pancasila-uud-45Hubungan pancasila-uud-45
Hubungan pancasila-uud-45
 
Materi pkn kelas 10
Materi pkn kelas 10Materi pkn kelas 10
Materi pkn kelas 10
 
Antropologi hukum umk cabang raha
Antropologi hukum umk cabang rahaAntropologi hukum umk cabang raha
Antropologi hukum umk cabang raha
 
Bab III hakikat pancasila bagi bangsa indonesia
Bab III hakikat pancasila bagi bangsa indonesiaBab III hakikat pancasila bagi bangsa indonesia
Bab III hakikat pancasila bagi bangsa indonesia
 
Jenis Jenis lapangan Hukum
Jenis Jenis lapangan HukumJenis Jenis lapangan Hukum
Jenis Jenis lapangan Hukum
 
Konsekuensi yuridis dari kemajemukan bangsa indonesia terhadap pembangunan hu...
Konsekuensi yuridis dari kemajemukan bangsa indonesia terhadap pembangunan hu...Konsekuensi yuridis dari kemajemukan bangsa indonesia terhadap pembangunan hu...
Konsekuensi yuridis dari kemajemukan bangsa indonesia terhadap pembangunan hu...
 
Makalah : Pancasila Sebagai Sistem Hukum
Makalah : Pancasila Sebagai Sistem HukumMakalah : Pancasila Sebagai Sistem Hukum
Makalah : Pancasila Sebagai Sistem Hukum
 
Hubungan dasar negara dengan konstitus
Hubungan dasar negara dengan konstitusHubungan dasar negara dengan konstitus
Hubungan dasar negara dengan konstitus
 
Kebuntuan dari pendekatan legalitas formal menuju pendekatan interdisipliner
Kebuntuan dari pendekatan legalitas formal menuju pendekatan interdisiplinerKebuntuan dari pendekatan legalitas formal menuju pendekatan interdisipliner
Kebuntuan dari pendekatan legalitas formal menuju pendekatan interdisipliner
 
Pancasila sebagai etika politik dan ham
Pancasila sebagai etika politik dan hamPancasila sebagai etika politik dan ham
Pancasila sebagai etika politik dan ham
 

Recently uploaded

Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptxSistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptxFucekBoy5
 
materi penkum kec. mowewe mengenai jaga desa
materi penkum kec. mowewe mengenai jaga desamateri penkum kec. mowewe mengenai jaga desa
materi penkum kec. mowewe mengenai jaga desassuser274be0
 
file power point Hukum acara PERDATA.pdf
file power point Hukum acara PERDATA.pdffile power point Hukum acara PERDATA.pdf
file power point Hukum acara PERDATA.pdfAgungIstri3
 
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan pptpembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan pptJhonatanMuram
 
MAQASHID SYARI'AH DALAM DISPENSASI NIKAH.pptx
MAQASHID SYARI'AH DALAM DISPENSASI NIKAH.pptxMAQASHID SYARI'AH DALAM DISPENSASI NIKAH.pptx
MAQASHID SYARI'AH DALAM DISPENSASI NIKAH.pptxadesofyanelabqory
 
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptxKel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptxFeniannisa
 
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptxYudisHaqqiPrasetya
 
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptx
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptxPengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptx
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptxEkoPriadi3
 
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertamaLuqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertamaIndra Wardhana
 
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptxKelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptxbinsar17
 

Recently uploaded (10)

Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptxSistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
 
materi penkum kec. mowewe mengenai jaga desa
materi penkum kec. mowewe mengenai jaga desamateri penkum kec. mowewe mengenai jaga desa
materi penkum kec. mowewe mengenai jaga desa
 
file power point Hukum acara PERDATA.pdf
file power point Hukum acara PERDATA.pdffile power point Hukum acara PERDATA.pdf
file power point Hukum acara PERDATA.pdf
 
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan pptpembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
 
MAQASHID SYARI'AH DALAM DISPENSASI NIKAH.pptx
MAQASHID SYARI'AH DALAM DISPENSASI NIKAH.pptxMAQASHID SYARI'AH DALAM DISPENSASI NIKAH.pptx
MAQASHID SYARI'AH DALAM DISPENSASI NIKAH.pptx
 
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptxKel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
 
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx
5E _ Kel 4 _ Merger, Akuisisi, dan Konsolidasi.pptx
 
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptx
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptxPengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptx
Pengertian & Prinsip-Prinsip Anti Korupsi.pptx
 
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertamaLuqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
 
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptxKelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
 

Negara ri belum memiliki hukum nasional

  • 1. 1 BAB I PEMBAHASAN A Latar Belakang Negara Indonesia telah merdeka selama 69 tahun, banyak hal yang dibutuhkan dalam sebuah negara, salahsatunya adalah hukum. Hukum merupakan keseluruhan kumpulan peraturan-peraturan atau kaedah-kaedah dalam suatu kehidupan bersama: keseluruhan peraturan tentang tingkah laku yang berlaku dalam suatu kehidupan bersama, yang dapat dipaksakan pelaksanaannya dengan sutu sanksi.1 Mengingat pentingnya peran hukum dalam Negara Indonesia guna mengatur kehidupan bersama, maka selayaknya warga Indonesia memiliki sebuah hukum yang sesuai dengan sosial warga Indonesia, namun pada kenyataanya hingga saat ini hukum yang ada dimasyarakat Indonesia merupakan hukum warisan penjajah (:belanda) atau pengadopsian hukum dari Amerika, sehingga banyak hukum yang belum sesuai dengan fundamental Negara Indonesia yaitu Pancasila. Ilmu-ilmu tentang hukum kini sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia, wawasan tentang hukum bisa dengan mudah diperoleh masyarakat melalui berbagai macam media, antara lain: media televisi, media elektronik, media cetak. Dengan mudahnya akses pengetahuan hukum, maka kini masyarakat Indonesia sudah tidak buta lagi dalam bidang hukum, bahkan ketika masyarakat mengalami masalah dalam persoalan hukum masyarakat bisa berkomunikasi langsung dengan Lembaga Bantuan Hukum atau Konsultan Hukum. Pakar-pakar hukum telah banyak bermunculan di Indonesia, hal ini menimbulkan kesadaran bahwa Indonesia mampu untuk menyusun hukum sendiri, tanpa harus selalu bergantungan dengan hukum warisan Belanda atau hukum yang diadopsi dari Amerika. Mengingat sosiokultur masyarakat Indonesia yang berbeda dengan Belanda atau Amerika, dimana di Negara tersebut menganut sistem kapitalis dan sistem liberal. Sistem kapitalis dan liberal tidak sesuai dengan Fundamental masyarakat Indonesia yaitu Pancasila. Pancasila mengajarkan kepada kita tentang kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan, serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Melihat adanya kehendak masyarakat kususnya dalam hal kodifikasi hukum nasional dalam rangka pembangunan hukum nasional, maka penulis akan membahas lebih lanjut 1 Prof. Dr. Soedikno Mertokusumo, SH, Mengenal Hukum (suatu pengantar), Liberty, Yogyakarta, 1988, hal.37.
  • 2. 2 dalam makalah ini dengan judul: “Tinjauan Yuridis yang Menyebabkan Negara Republik Indonesia Belum Memiliki Hukum Nasional yang Terkodifikasi”. B Rumusan Masalah Melihat permasalahan yang terjadi diatas, maka kita bisa mengambil rumusan masalah, guna membahas tinjauan yuridis mengapa Negara Indonesia hingga saat ini belum memiliki hukum nasional yang terkodifikasi, rumusan masalah ini akan terbagi menjadi dua yaitu: 1Mengapa hukum Indonesia dianggap masih belum sesuai dengan fundamental Negara yaitu Pancasila?? 2Mengapa hukum Indonesia masih belum terkodifikasi?? C Tujuan Penulisan Tujuan penulisan makalah ini secara obyektif adalah: 1 Memberi gambaran mengapa hukum Indonesia dianggap masih belum sesuai dengan fundamental Negara yaitu Pancasila. 2 Memberi gambaran mengapa hukum Indonesia masih belum terkodifikasi.
  • 3. 3 BAB II PEMBAHASAN A Negara adalah entitas nyata (sosiologis). Negara adalah komunitas yang diciptakan oleh suatu tatanan hukum nasional (sebgai lawan dari tatanan hukum internasional), Negara sebagai badan hukum adalah suatu personafikasi dari komunitas ini atau personafikasi dari tatanan hukum nasional yang membentuk komunitas ini.2 Sehingga pandangan dari sudut hukum, persoalan negara tampak sebagai persoalan tatanan hukum nasional. Untuk mendefinisikan hukum, tidak cukup menjelaskan hakikat sepesifik dari sistem norma yang merupakan manifestasi empirik dari hukum positif, hukum adalah masalah yang dimunculkan oleh negara sebagai fenomena hukum. Negara merupakan sebuah bentuk hubungan antara pihak yang memerintah dan mengatur dengan pihak yang mematuhi perintah dan diatur. Dalam kehidupan sosial yang sesungguhnya, terdapat hubungan motivasi demikian dalam jumlah yang tak terbatas, contohnya: seorang pekerja harus tunduk dengan aturan majikannya/pimpinannya. Namun pada saat menetapkan sebuah peraturan, pihak yang berkuasa/mengatur tidak bisa mengesampingkan kehidupan sosial pihak yang diatur, karena ketika aturan tidak sesuai dengan sosial masyarakat, maka peraturan atau hukum tidak bisa berjalan sebagaimana mestinya. Negara Indonesia merupakan Negara yang ber-asaskan Pancasila, Pancasila disusun sesuai dengan keanekaragaman masyarakat Indonesia, sehingga Bhinneka Tunggal Ika menjadi pedoman pokok dalam perjalanan ber-Negara warga Indonesia. Pada waktu pancasila dirumuskan pada tahun 1945 maka yang dirumuskan adalah suatu filsafat singkat, yang dimaksud sebagai dasar kehidupan berbangsa dan bernegara bagi masyarakat Indonesia. 2 Raisul Muttaqien, Teori Umum Tentang Hukum dan Negara, Nusa Media, Bandung, 2010, hal. 261.
  • 4. 4 Pada waktu itu belum sempat difikirkan agar Pancasila menjadi dasar filsafat untuk kehidupan bermasyarakat bagi warga negara Indonesia yang baru dibentuk pada waktu itu. Pola pemikiran yang demikian itu dapat kita fahami apabila kita melihat pada situasi politik di dunia dan di Indonesia khususnya setelah terjadi proklamasi kemerdekaan pada tanggal 17 agustus 1945.3 Menurut pandangan tradisional, tidak mungkin untuk memahami esesnsi suatu tatanan hukum nasional, yakni “principium individuatonis”nya. Kecuali kalau Negara dipostulasikan sebagai realitas sosial yang fundamental. Menurut pandangan ini, sistim norma memiliki kesatuan dan kekhasan sehingga pantas disebut sebagi suatu tatanan hukum nasional, semata-mata karena sistem norma ini, menurut cara yang satu atau cara yang lain, berkaitan dengan satu Negara sebagai satu fakta sosial yang sesungguhnya, karena sistem norma ini diciptakan oleh satu negara atau sistem norma invalid bagi suatu negara. Hukum prancis dianggap didasarkan pada eksistensi suatu negara Prancis sebagi satu realitas sosial, bukan realitas hukum. Hubungan antara hukum dengan negara dipandang sama seperti hubungan antara hukum dengan individu. Hukum walaupun diciptakan oleh negara dianggap mengatur perbuatan negara, yang dipahami layaknya sebagai seorang manusia, seperti halnya hukum mengatur perbuatan manusia. Konsep sosiologis tentang negara diyakini ada disamping konsep hukumnya dan bahkan secara logis dan historis mendahului konsep hukumnya, seperti halnya keberadaaan konsep “pribadi hukum”. Negara sebagai realitas sosial termasuk dalam kategori masyarakat, negara merupakan sebuah komunitas. Hukum termasuk dalam kategori norma, hukum adalah sebuah sistem norma, sebuah tatanan norma. Menurut pandangan ini, negara dan hukum merupakan kedua obyek yang berbeda. Dualisme antara negara dan hukum sebenarnya merupakan sebagai salah satu landasan dari ilmu politik dan ilmu hukum modern. Meski demikian, dualisme ini secara teoritis tidak dipertahankan. Negara sebagai satu komunitas hukum bukanlah sesuatu yang terpisah dari tatanan hukumnya, sesuatu selain korporasi yang berbeda dari tata bentuknya (Anggaran Dasarnya). Sejumlah individu membentuk suatu komunitas hanya karena suatu tatanan norma mengatur perbuatan timbal-baliknya. Istilah “komunitas” hanaya menunjuk fakta bahwa perbuatan timbal-balik dari sejumlah individu tertentu diatur oleh suatu tatanan norma. Pernyataan bahwa sejumlah 3 Oetojo Oesman Alfian, Pancasila Sebagai Idiologi (dalam berbagai bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara), BP-7 Pusat, Jakarta, 1990, hal. 169.
  • 5. 5 individu adalah anggota dari suatu komunitas hanya suatu ungkapan kiasan, suatu deskripsi kiasan dari hubungan-hubungan yang dibentuk dari suatu tatanan norma. Menurut Undang-Undang Dasar 1945, hukumlah yang memimpin semua program-program kehidupan rakyat Indonesia dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara termasuk program sosial politiknya. Undang-Undang Dasar dalam penjelasannya menciptakan pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam pembukaan dalam pasal-pasalnya. Pokok-pokok pikiran tersebut mewujudkan cita hukum yang menguasai hukum dasar negara, baik hukum tertulis maupun hukum yang tidak tertulis, dengan demikian dalam kehidupan hukum bangsa Indonesia, pokok-pokok pikiran tersebut, yang tidak lain melainkan Pancasila, ialah cita hukum atau rechtsidee bangsa Indonesia. Pancasila merupakan cita hukum, maka nilai-nilai yang terdapat dalam Pancasila mempunyai fungsi konstitutif yang menentukan apakah tata hukum Indonesia merupakan tata hukum yang benar, disamping itu Pancasila juga mempunyai fungsi regulatif apakah hukum positif yang ada di Indonesia itu adil atau tidak. Apabila dikatakan, bahwa Pancasila adalah sumber dari segala sumber hukum atau sumber dari tertib hukum bagi kehidupan hukum bangsa Indonesia. Dengan perkataan lain, rumusan itu sama dengan rumusan yang menyatakan bahwa: Pancasila menguasai seluruh hukum yang berlaku bagi bangsa Indonesia, baik hukum yang tertulis maupun hukum yang tidak tertulis. Dalam pembentukan hukum tidak tertulis dan hukum tertulis, Pancasila berperan dengan cara yang berlain-lainan. Yang pertama Pancasila secara langsung mempengaruhi kesusilaan perorangan dan pada giliran kesusilaan masyarakat dalam menghasilkan cara dan kesusilaan umum dalam membentuk kebiasaan, tata kelakuan, adat istiadat dan hukum. Yang kedua Pancasila mempengaruhi perorangan dan masyarakat secara tidak langsung, dengan kata lain dalam pembentukan hukum-hukum tidaak tertulis, tahapan-tahapan dari cara ke kebiasaan, dari kebiasaan ke tata kelakuan, dan dari tata kelakuan ke adat istiadat, dan dari adat istiadat ke hukum, semuanya berlangsung melalui endapan-endapan nilai yang berjenjang-jenjang, terjadi dibawah bimbingan cita moral dan cita hukum yang ada dalam masyarakat. Sebagaimana dikemukakan oleh Benjamin Akzin, dalam kerucut struktur norma dalam hubungannya dengan kerucut struktur lembaga dalam suatu negara, pembentukan suatu norma hukum publik bergantung pada pejabat negara dan pejabat pemerintahan yang merupakan supra struktur dalam kerucut tersebut. Sedangkan pembentukan norma hukum
  • 6. 6 perdata dan hukum perikatan bergantung pada rakyat sendiri yang merupakan infrastruktur dalam kerucut dimaksud. Pembentukan norma hukum publik oleh para pejabat negara dan pejabat pemerintahan mungkin tidak penting untuk negara dengan sitem yang liberal, tetapi sangat penting untuk negara dengan sistem totaliter.4 Dalam mengutip pendapat Benjamin Akzin, bahwa makin dekat suatu pemerintahan kepada sistem totaliter makin sedikit pula partisipasi infra struktur dalam pembentukan hukum, kita dapat juga menerapkan pendapat tersebut dalam pembentukan hukum tertulis yang dibentuk oleh pejabat negara dan pejabat pemerintahan serta wakil rakyat, meskipun sistem pemerintahan negara yang bersangkutan tidak mempunyai hubungan dengan liberalisme atau dengan totalitarisme. Suatu pendekatan sosiologis lainterhadap masalah negara lahir dari asumsi bahwa para individu yang berasal dari satu negara yang sama dipersatukan oleh fakta bahwa mereka memiliki suatu kehendak atau kepentingan yang sama. Kita menyebutnya “kehendak kolektif”, dan menyatakan bahwa kehendak atau kepentingan kolektif ini membentuk suatu kesatuan dan oleh sebab itu membentuk realitas sosial negara. Kita juga menyebut “perasaan kolektif”, “kesadaran kolektif” semacam jiwa kelompok, sebagai fakta yang membentuk komunitas negara. Kesatuan yang nyata hanya ada hanya ada diantara mereka yang sungguh-sungguh memiliki keadaan jiwayang sama, dan ini hanya ada pada saat identitas benar-benar ada. Identitas seperti itu tidak akan ada kecuali dalam kelompok-kelompokyang relatif kecil yang kelulusan atau keanggotaannya akan terus berubah. Penegasan bahwa semua warga dari suatu negarasecara permanen memiliki kehendak, perasaan atau pikiran yang sama, jelas merupakan suatu fiksi politik. Apabila kita masih tetap ingin berpegang kepada pa yang telah digariskan oleh para pendiri Republik Indonesia dan para penyusun UUD 1945, maka kita tidak dapat melepaskan diri dari wawasan, bahwa pokok-pokok pikiranyang terkandung dalam pembukaan UUD 1945 adalah dasar dari pada semua kehidupan rakyat indonesia dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dalam sistem Indonesia terdapat Cita Hukum yang tidak lain melainkan Pancasila, yang berfungsi konstitutif dan regulatif terhadap sistem norma hukum Indonesiadengan Norma Fundamental Negara yang tidak lain melainkan Pancasila. Norma Fundamental Negara membentuk norma-norma hukum bawahannya secara berjenjang, norma hukum yang dibawah terbentuk berdasar dan bersumber pada norma hukum yang lebih 4 Ibid., hal. 81.
  • 7. 7 tinggi, sehingga tidak ada pertentangan antara norma hukum yang lebih tinggi dan yang lebih rendah. Kita tidak dapat menerima sistem norma hukum yang berdiri sendiri tanpa disertai cita hukum, karena hal itu tidak sesuai dengan filsafat kehidupan rakyat kita dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. B Tinjauan yuridis Pancasila dan Konstitusi terhadap Indonesia yang belum memiliki hukum nasional yang terkodifikasi. Kodifikasi hukum adalah pembukuan jenis-jenis hukum tertentu dalam kitab Undang- Undang secara sistematis dan lengkap. Menurut bentuknya hukum itu dibedakan antara hukum tertulis dan hukum tidak tertulis, hukum tertulis yakni hukum yang dicantumkan dalam berbagai perundang-undangan, dan hukum tidak tertulis yakni hukum yang masih hidup dalam keyakinan masyarakat, tetapi tidak tertulis namun berlakunya ditaati seperti peraturan perundang-undangan. Mengenai hukum tertulis ada yang telah dikodifikasikan namun ada juga yang belum dikodifikasikan, unsur-unsur kodifikasi adalah jenis hukum tertentu (misalnya hukum perdata), sitematis dan lengkap. Tujuan kodifikasi dari hukum tertulis ialah untuk memperoleh kepastian hukum, penyederhanaan hukum dan kesatuan hukum. Melihat tujuan kodifikasi hukum yang ada, maka timbul pertanyaan mengapa sampai saat ini cita hukum nasional yang tidak lain adalah Pancasila, belum berhasil mengkodifikasi hukum nasional, sebagai mana kita ketahui bahwa Pancasila menjadi cita hukum Republik Indonesia, sehingga otomatis nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila memiliki fungsi konstitutif yang menentukan apakah tata hukum Indonesia merupakan tata hukum yang benar, disamping itu Pancasila juga mempunyai fungsi regulatif apakah hukum positif yang ada di Indonesia itu adil atau tidak. Rumusan Pancasila yakni tercermin dari kelima silanya bersifat hierarkis dan berbentuk piramidal, hal ini memberi maksud bahwa tiap sila meliputi atau diliputi serta menjiwai sila yang lain. Alasan mengapa belum terkodifikasinya hukum nasional Indonesia menurut analisa kami adalah karena alasan sebagai berikut:
  • 8. 8 1 Ketuhanan Yang Maha Esa. Konsep Ketuhanan Yang Maha Esa adalah konsep yang menunjukkan bahwa Indonesia adalah negara yang ber-agama, namun dalam keber-agamaan tersebut Indonesia tidak memaksakan warganya untuk menganut suatu agama tertantu, hal ini menunjukkan bahwa Indonesia memberi kebebasan kepada warganya untuk memilih mana agama yang diyakini. Dengan adanya berbagai macam agama yang ada di Indonesia, ketentuan-ketentuan dalam agama tersebut mempengaruhi pada tiap kehidupan umat beragama, yang tidak lain merupakan warga negara Indonesia. Hal ini menjadi pertimbangan untuk membentuk suatu perundang-undangan nasional sekaligus perundang-undangan yang dapat mewadahi kepentingan warga negara berkaitan dengan agamanya. Misalnya saja, ketentuan waris dalam agama Islam, tidak dapat disamakan dengan ketentuan waris nasional yang berlaku bagi warga negara Non Islam. 2 Kemanusiaan yang adil dan beradab. Konsep kemanusiaan yang adil dan beradab mengandung makna bahwa manusia sebagai makhluk yang berbudaya dan beradab harus adil dalam hubungan dengan diri sendiri, manusia lain, masyarakat bangsa dan negara. Menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia, menghargai atas kesamaan dan derajat tanpa membedakan suku, ras, keturunan, dan status sosial maupun agama. Mengingat keberagaman masyarakat Indonesia, maka suliit sekali untuk menyamaratakan hukum kepada masyarakat ketika kita menghendaki sebuah keadilan yang berimbang, contohnya masyarakat di Aceh tidak mungkin bisa disamakan terhadap masyarakat Papua dimana antara kedua masyarakat tersebut sosiokulturnya berbeda. 3 Persatuan Indonesia. Negara Indonesia merupakan persatuan dari berbagaimacam suku, ras, kempok baik itu kelompok golongan atau kelompok agama. Setiap suku memiliki kebiasaan atau peraturan yang berbeda dengan suku yang lain, setiap kelompok agama juga memiliki hukum agama yang harus mereka taati, tidak jarang antara hukum agama satu dengan yang lainnya memiliki perbedaan. Negara Indonesia harus mengayomi semua elemen masyarakat yang ada di negara, mengingat adanya perbedaan yang terdapat dimasyarakat, maka tidak dimungkinkan untuk menyamaratakan peraturan/hukum secara mutlak, karena jika ada golongan/kelompok yang merasa diperlakukan tidak adil dalam hukum, otomatis hal itu nantinya akan mengancam persatuan masyarakat indonesia. Perbedaan bukannya diruncingkan untuk menjadi konflik dan permusuhan melainkan diarahkan pada suatu sintesa yang saling
  • 9. 9 menguntungkan yaitu persatuan dalam kehidupan bersama untuk mewujudkan tujuan bersama.5 4 Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan. Rakyat adalah merupakan subjek pendukung pokok negara, sedangkan negara adalah dari, oleh, dan untuk rakyat. Sehingga dalam sila kerakyatan terkandung nilai demokrasi yang secara mutlak harus dilaksanakan dalam hidup bernegara.6 Demokrasi merupakan pemerintahan dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat, tidak hanya diperuntukkan bagi segolongan rakyat saja, sehingga peraturan-peraturan yang ada harus bisa mewakili dan mengayomi seluruh masyarakat yang memiliki latar belakang yang berbeda, sehingga peraturan-peraturan yang ada dalam negara Indonesia antara daerah satu dengan daerah yang lainnya mengalami perbedaan, perbedaan ini terjadi karena aspirasi masyarakat daerah satu dengan daerah yang lainnya berbeda, sehingga kodifikasi hukum dianggap sulit untuk dilakukan. 5 Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Keadilan sosial didasari oleh hakikat keadilan kemanusiaan yaitu keadilan dalam hubungan manusia dengan masyarakat, bangsa dan negaranya serta hubungan manusia dengan Tuhannya. Sehingaga nilai-nilai keadilan yang harus terwujud dalam hidup bersama adalah meliputi: a Keadilan distributif, yaitu suatu hubungan keadilan antara negara terhadap warganya, dalam arti pihak negaralah yang wajib memenuhi keadilan dalam bentuk keadilan membagi, dalam bentuk kesejahteraan. b Keadilan legal (keadilan bertaat), dalam masalah ini pihak wargalah yang wajib memenuhi keadilan dalam bentuk menaati peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam negara. c Keadilan komutatif, yaitu suatu hubungan keadilan antara warga negara secara timbal balik. Nilai-nilai keadilan tersebut haruslak merupakan suatu dasar yang harus diwujudkan dalam hidup bersama untuk mewujudkan tujuan negara. Adanya kodifikasi hukum dirasa akan menyatukan kesatuan hukum tanpa memamdang keadilan sosial masyarakat Indonesia yang beragam. 5 Kaelan, Pendidikan Pancasila, Paradigma, Yogyakarta, 2010, hal. 13. 6 Ibid., hal. 82.
  • 10. 10 BAB III KESIMPULAN Pancasila menemukan masyarakat Indonesia sedang mengalami proses perubahan sosial budaya, proses perubahan ini merupakan akibat yang tidak dapat dihindarkan sebagai akibat dari pembangunan nasional yang merupakan pengamalan Pancasila sendiri, tetapi dalam masa yang selalu terjadi perubahan ini, Pancasila harus menjadi pedoman dalam menentukan bagi perkembangan kehidupan masyarakat Indonesia selanjutnya. Didalam keadaan yang demikian Pancasila diharapkan menjadi sumber nilai-nilai yang mampu menciptakan integrasi sosial bagi masyarakat kita, terutama dalam pembentukan hukum. Kodifikasi hukum nasional dirasa belum mampu untuk dilakukan di negara Indonesia, mengingat sosialkultur masyarakat Indonesia yang beragam, sehingga penyamarataan hukum dianggap bisa mencidrai nilai-nilai Pancasila. Indonesia merupakan negara persatuan dimana didalam persatuan tersebut terdapat elemen-elemen yang berbeda, elemen ini tidak mungkin dilebur menjadi satu, karena peleburan itu akan mengakibat kurang terwakilnya suatu masyarakat dalam ber-negara, ketika adanya ketidak terwakilan antara suatu elemen masyarakat, maka keadilan sosial sudah tidak terwujud disitu, sehingga nilai persatuanlah yang lebih tepat diaplikasikan di negara Indonesia, karena dalam persatuan sebuah perbedaan masih dimungkinkan untuk ada.
  • 11. 11 DAFTAR PUSTAKA Kaelan, Pendidikan Pancasila, Paradigma, Yogyakarta, 2010. Oetojo Oesman Alfian, Pancasila Sebagai Idiologi (dalam berbagai bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara), BP-7 Pusat, Jakarta, 1990. Prof. Dr. Soedikno Mertokusumo, SH, Mengenal Hukum (suatu pengantar), Liberty, Yogyakarta, 1988. Raisul Muttaqien, Teori Umum Tentang Hukum dan Negara, Nusa Media, Bandung, 2010.