2. Nernst pertama kalinya memberi pernyataan yang jelas mengenai
hukum distribusi ketika tahun 1891, ia menunjukkan bahwa suatu zat
terlarut akan membagi dirinya antara dua cairan yang tidak dapat
bercampur sedemikian rupa sehingga angka banding konsentrasi
pada kesetimbangan adalah konstanta pada suatu temperature
tertentu. Menurut hukum distribusi Nernst, bila ke dalam dua
pelarut yang tidak saling bercampur dimasukkan solute yang dapat
larut dalam kedua pelarut tersebut maka akan terjadi pembagian
kelarutan.
D
A
S
A
R
T
E
O
R
O
I
3. Dalam praktek solute akan terdistribusi dengan sendirinya ke dalam dua pelarut
tersebut setelah dikocok dan dibiarkan terpisah. Perbandingan konsentrasi solute
di dalam kedua pelarut tersebut tetap dan merupakan suatu tetapan pada suhu
tetap. Tetapan tersebut disebut tetapan distribusi atau koefisien distribusi.
Koefisien distribusi dinyatakan dengan berbagai rumus sebagai berikut : Kd= C2/C1
atau Kd= Co/Ca dengan Kd = Koefisien distrribusi, dan C1, C2, Co, dan Ca adalah
konsentrasi solute pada pelarut 1,2 organik dan air.
Titrasi adalah cara analisis untuk menghitung jumlah cairan yang
dibutuhkan untuk bereaksi dengan sejumlah cairan lain yang
diketahui volumenya sampai terjadi reaksi sempurna. Atau dengan
perkataan lain untuk mengukur volume titran yang diperlukan
untuk mencapai titik ekivalen.. Titik ekivalen adalah saat yang
menunjukkan bahwa ekivalen perekasi-pereaksi sama.
4. Corong pisah 250ml 3 buah
Erlenmeyer 250ml 3 buah
Buret 50ml 2 buah
Pipet ukur 10ml 2 buah
Labu ukur 50ml 2 buah
Asam asetat 1M
Petroleum eter
NaOH 0,5 M
Indikator phenol
5. • Buat masing-masing 50ml larutan asam asetat dengan konsentrasi 1M ;
0,8 M ; 0,6 M; 0,4 M; dan 0,2 M.
• Masing-masing larutan diambil 25 mL, masukkan kedalam corong pisah,
sisanya 10 mL dimasukkan kedalam erlenmeyer untuk dititrasi dengan
larutan standar NaOH 0,5 M sehingga dapat diketahui konsentrasi asam
asetat yang sesungguhnya. Titrasi ini dilakukan dua kali.
• Larutan asam asetat dalam corong pisah ditambah 25 mL eter kemudian
dikocok sampai terjadi kesetimbangan selama 10 menit. Kemudian
dibiarkan sampai terjadi pemisahan yang jelas antara air dan eter. Lapisan
air dipisahkan kemudian diambil 10 mL dititrasi dengan larutan NaOH 0,5
M sehingga dapat diketahui konsentrasi dalam air setelah kesetimbangan
• Percobaan ini dilakukan untuk setiap konsentrasi asam asetat yang
berbeda seperti yang dilakukan pada tahap 2 dan 3.
6.
7. Solute yang digunakan pada percobaan ini yakni larutan CH3COOH (asam asetat),
di mana digunakan beberapa variasi konsentrasi asam asetat (1 M, 0,8 M, 0,6 M,
0,4 M, dan 0,2 M). Sedangkan kedua pelarut yang tidak saling bercampur yakni
digunakan akuades (pelarut air) dan petroleum eter (pelarut organic).
Sebelum dilakukan proses ekstraksi, pada larutan asam asetat perlu
dititrasi terlebih dahulu menggunakan larutan NaOH 0,5 M. .
8. Pada titrasi CH3COOH dan NaOH digunakan
indicator fenolftalein (PP). Seperti yang telah diketahui
bahwa indicator PP memiliki range pH antara 8,2 – 10
(pH basa). Perubahan warna yang terjadi pada indicator
PP saat kondisi asam dan basa adalah sebagai berikut:
9. Warna merah muda pada larutan menunjukkan warna indicator PP yang berubah
karena suasana larutan yang telah menjadi basa.
Reaksi yang terjadi pada proses titrasi antara asam asetat dan NaOH adalah
sebagai berikut:
10. Saat tercapai kesetimbangan, larutan dalam corong pisah akan
membentuk dua lapisan. Kedua lapisan tersebut merupakan dua
fasa yang tidak saling bercampur. Lapisan organic yang
mengandung petroleum eter berada pada lapisan atas, sedangkan
lapisan air berada pada lapisan bawah. Lapisan organic berasa di
atas, karena adanya perbedaan massa jenis antara petroleum eter
dan air, di mana massa jenis air lebih besar dibandingkan massa
jenis petroleum eter (massa jenis air sekitar 0,99 g/ml, sedangkan
massa jenis petroleum eter sekitar 0,66 g/ml).