SlideShare a Scribd company logo
1 of 22
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA FISIK I
PENENTUAN TETAPAN KESETIMBANGAN IOD
DALAM KALIUM IODIDA MELALUI KOEFISIEN DISTRIBUSI
KELARUTAN YOD
OLEH :
NAMA : NURFIAH
STAMBUK : A1C4 12 044
KELOMPOK : VIII (DELAPAN)
ASISTEN PEMBIMBING : AMIRUL ADNIN
LABORATORIUM PENGEMBANGAN UNIT KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2013
ABSTRAK
Jika ke dalam sistem air dan CH3Cl dimasukkan yod, maka zat ini akan
terdistribusi kedalam dua fase cair sedemikian sehingga pada suhu tetap angka
banding konsentrasinya konstan. Nilai angka banding ini disebut koefisien
distribusi atau koefisien parsi. Praktikum ini bertujuan untuk menentukan tetapan
kesetimbangan reaksi antara yod dengan kalium iodida. Praktikum ini dilakukan
dengan membedakan antara kelarutan yod dalam CH3Cl dengan dua pelarut yang
berbeda yaitu air dan KI. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan diperoleh
hasil nilai nilai tetapan kesetimbangan iod dalam kalium iodida adalah
sebesar 5,323.
Kata kunci : kesetimbangan, koefisien distribusi, nilai Kc
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Pada umumnya reaksi-reaksi kimia tersebut berlangsung dalam arah
bolak-balik (reversible), dan hanya sebagian kecil saja yang berlangsung satu
arah. Pada awal proses bolak-balik, reaksi berlangsung ke arah pembentukan
produk, segera setelah terbentuk molekul produk maka terjadi reaksi
sebaliknya, yaitu pembentukan molekul reaktan dari molekul produk. Ketika
laju reaksi ke kanan dan ke kiri sama dan konsentrasi reaktan dan produk tidak
berubah maka kesetimbangan reaksi tercapai.
Keadaan setimbang adalah suatu keadaaan dimana konsentrasi seluruh
zat tidak lagi mengalami perubahan, sebab zat-zat diruas kanan terbentuk dan
terurai kembali dengan kecepatan yang sama. Keadaan kesetimbangan ini
bersifat dinamis, artinya reaksi terus berlangsung dalam dua arah dengan
kecepatan yang sama. Pada keadaan kesetimbangan tidak mengalami
perubahan secara mikrokopis (perubahan yang dapat diamati atau diukur).
Kesetimbangan kimia dibedakan atas kesetimbangan homogen dan
kesetimbangan heterogen. Pada kesetimbangan homogen semua zat yang ada
dalam sistem kesetimbangan memiliki fase yang sama ada dalam bentuk gas,
larutan. Sedangkan kesetimbangan heterogen semua zat-zat yang ada dalam
sistem kesetimbangan memiliki fase yang berbeda dalam bentuk padat-gas,
padat-larutan.
Yod sangat rendah kelarutannya dalam air, akan tetapi dalam larutan
kalium iodida dapat larut dengan mudah. Hal ini disebabkan karena yod dalam
kalium iodida membentuk ion kompleks triyodida. Dengan menentukan
konsentrasi kesetimbangan masing – masing spesies, maka dapat ditentukan
nilai ketetapan kesetimbangan (Kp).
Air dan karbon tetraklorida saling tidak melarutkan dan membentuk
suatu sistem dua lapisan. Jika kedalam sistem ini dimasukkan yod, maka zat
ini akan terdistribusi kedalam dua fase cair sedemikian sehingga pada suhu
tetap angka banding konsentrasinya konstan. Nilai angka banding ini disebut
koefisien distribusi atau koefisien parsi. Berdasarkan hal tersebut maka
dilakukan percobaan kesetimbangan kimia ini.
II. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah adalahBagaimana cara menentukan tetapan
kesetimbangan reaksi antara yod dengan kalium iodida.
III. Tujuan Praktikum
Tujuan yang ingin dicapai dalam percobaan ini adalah menentukan
tetapan kesetimbangan reaksi antara yod dengan kalium iodida.
IV. Prinsip Praktikum
Prinsip percobaan pada praktikum ini adalah didasarkan pada kelarutan
yod dalam air dan KI melalui koefisien distribusi.
BAB II
TEORI PENDUKUNG
Reaksi dalam keadaan setimbang apabila pada temperatur, tekanan dan
konsentrasi tertentu, titik pada saat reaksi tersebut berhenti sama. Dalam hal ini
konsentrasi antara pereaksi dan basil reaksi.adalah tetap. Pada saat setimbang,
kecepatan reaksi kanan sama dengan kecepatan reaksi kiri. Kesetimbangan ini
merupakan kesetimbangan dinamis. Dalam hal ini sebenarnya reaksi masih ada
tetapi karena kecepatannya sama, seakan-akan reaksi telah berhenti
(Soekardjo, 1989).
Keadaan suatu reaksi dimana tidak ada perubahan yang dapat diamati
atau diukur (sifat makroskopis tidak berubah), reaksi seolaholah telah berhenti
disebut keadaan setimbang (kesetimbangan). Suatu reaksi dimana pereaksi dan
produk reaksi berada dalam satu keadaan yang disebut kesetimbangan dinamis.
Reaksi yang dapat balik kita sebut reaksi reversible (reaksi bolak-balik).
Kesetimbangan yang semua komponennya satu fase kita sebut kesetimbangan
homogen, sedangkan kesetimbangan yang terdiri dari dua fase atau lebih kita
sebut kesetimbangan heterogen. Kesetimbangan homogen dapat berupa sistem gas
atau larutan. Sedangkan kesetimbangan heterogen umumnya melibatkan
komponen padat-gas atau cair-gas (Nasrudin, 2004).
Bagian sesuatu yang menjadi pusat perhatian dan dipelajari disebut
sebagai sistem. Suatu sistem heterogen terdiri dari berbagai bagian yang homogen
yang saling bersentuhan dengan batas yang jelas. Bagian homogen ini disebut
sebagai fasa dapat dipisahkan secara mekanik. Tekanan dan temperatur
menentukan keadaan suatu materi kesetimbangan fasa dari materi yang sama.
Kesetimbangan fasa dari suatu sistem harus memenuhi syarat berikut :
a. Sistem mempunyai lebih dari satu fasa meskipun materinya sama
b. Terjadi perpindahan reversibel spesi kimia dari satu fasa ke fasa lain
c. Seluruh bagian sistem mempunyai tekanan dan temperatur sama
Kesetimbangan fasa dikelompokan menurut jumlah komponen
penyusunnya yaitu sistem satu komponen, dua komponen dan tiga komponen
Pemahaman mengenai perilaku fasa berkembang dengan adanya aturan fasa
Gibbs. Sedangkan persamaan Clausius dan persamaan Clausius Clayperon
menghubungkan perubahan tekanan kesetimbangan dan perubahan suhu pada
sistem satu komponen. Adanya penyimpangan dari sistem dua komponen cair-
cair ideal konsep sifat koligatif larutan dapat dijelaskan (Widjajanti, 2008).
Peristiwa adsorpsi merupakan suatu fenomena permukaan, yaitu
terjadinya penambahan konsentrasi komponen tertentu pada permukaan antara
dua fase. Adsorpsi dapat dibedakan menjadi adsorpsi fisis (physical adsorption)
dan adsorpsi kimia (chemical adsoption). Secara umum adsorpsi fisis mempunyai
gaya intermolekular yang relative lemah, sedangkan pada adsorpsi kimia terjadi
pembentukan ikatan kimia antara molekul adsorbat dengan molekul yang terikat
pada permukaan adsorben.
Tembaga (Cu) adalah logam dengan nomor atom 29, massa atom
63,546, titik lebur 1083°C, titik didih 2310 °C, jari-jari atom 1,173 A° dan jari-jari
ion Cu2+ 0,96 A°. Tembaga adalah logam transisi (golongan I B) yang berwarna
kemerahan, mudah regang dan mudah ditempa. Tembaga bersifat racun bagi
makhluk hidup. Isoterm adsorpsi merupakan suatu keadaan kesetimbangan yaitu
tidak ada lagi perubahan konsentrasi adsorbat baik di fase terjerap maupun pada
fase gas atau cair. Isoterm adsorpsi biasanya digambarkan dalam bentuk kurva
berupa plot distribusi kesetimbangan adsorbat antara fase padat dengan fase gas
atau cair pada suhu konstan. Isoterm adsorpsi merupakan hal yang mendasar
dalam penentuan kapasitas dan afinitas adsorpsi suatu adsorbat pada permukaan
adsorben (Kundari, 2008).
Untuk sistem biner etanol(1)-air(2) semakin besar fraksi mol maka
temperatur pada dew point dan bubble point semakin menurun. Hal ini disebabkan
karena komponen etanol bersifat volatile dengan titik didih 78,32oC sedangkan air
bersifat non-volatile dengan titik didih 100 oC. Temperatur pada eksperimen lebih
tinggi dari literatur, hal ini disebabkan karena kadar bahan yang digunakan pada
penelitian adalah 99,8% sedangkan pada literature adalah etanol absolute. Karena
salah satu faktor yang mempengaruhi titik didih adalah kadar etanol (Sari, 2012).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
I. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum kimia permukaan adalah sebagai
berikut :
1. Corong pisah 2 buah
2. Pipet tetes 3 buah
3. Labu Erlenmeyer 3 buah
4. Buret 50 mL 1 buah
5. Statif dan Klem 2 pasang
6. Gelas ukur 25 mL, 100 mL @1 buah
7. Pipet skala 5 mL dan 25 mL @1 buah
8. Botol semprot 1 buah
9. Spatula 1 buah
10. Batang pengaduk 1 buah
11. Filler 1 buah
Bahan yang digunakan dalam praktikum kimia permukaan adalah
sebagai berikut :
1. Larutan Na-tiosulfat 0,02 M
2. Larutan KI 0,1 M
3. LarutanAmilum 1%
4. Kristal KI
5. Larutan Iod jenuh dalam CHCl3
II. Prosedur Kerja
Larutan I2 jenuh dalam CH3Cl
Dimasukkan kedalam dua buah corong pisah masing – masing 30 ml
Label A Label B
Dimasukkan 200 ml air Dimasukkan 200 ml larutan KI 0,1 M
Ditutup corongnya
Diguncang selama beberapa menit
Didiamkan selama 15 – 20 menit
Larutan dalam kedaan setimbang
Diambil masing – masing 5 ml lapisan CH3Cl dan dimasukkan
kedalam erlenmeyer
Ditambahkan 2 g KI dan 20 ml air kedalam 2 cuplikan tersebut lalu digoyang
Ditetesi dengan indikator amilum lalu dititrasi dengan larutan standar
Na-tiosulfat
Terbentuk warna biru
Label A Label B
Diambil lapisan airnya
Ditambahkan 2 g KI dan 20 ml air kedalam 2 cuplikan tersebut lalu digoyang
Ditetesi dengan indikator amilum lalu dititrasi dengan larutan standar
Na-tiosulfat
Warna bening
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
I. Data Pengamatan
Volume
Botol A Botol B
Lapisan air
Lapisan
CHCl3
Lapisan KI
Lapisan
CHCl3
Volume yang
dipipet
50 ml 5 ml 50 ml 5 mL
Volume yang
dititrasi
50 ml 25 ml 50 ml 25 mL
Volume
Na2S2O3
7.8 ml 8.9 ml 10.5 ml 8.5 ml
II. Reaksi Lengkap
Reaksi – reaksi yang terjadi dalam percobaan ini antara lain:
1. KIKII 32
2. 222
O4HIO2H2I
3. 6423222
OSNa2NaIOS2NaI
III. Perhitungan
1. Botol A
KD =
KD = 41.11
156.0
78.1
50
8.7
5
9.8
ml
ml
ml
ml
2. Botol B
Diketahui mol I2 = 1. 10-5
mol
 Konsentrasi I2 dalam CHCl3
[I2]CHCl3 =
M
ml
ml
5
5
1034.0
10.1
25
5.8
 Konsentrasi I2 dalam H2O
[I2]H2O bebas =
M
M
5
5
10029.0
41.11
1034.0
= x mol I2
M
ml
ml
5
5
1021.0
10
50
5.10
= - H2O
= (0.21 x 10-5
) – (0.029 x 10-5
)
= 0.181 x 10-5
M
setimbang = 0.1 –
= 0.1 – (0.181 x 10-5
)
= 0.1 – 0.00000181
= 0.09999819 M ≈ 0,1 M
 Tetapan kesetimbangan (Kc)
Kc =
]][[
][
2
3
II
I
323.5
105323.0
1034.0
10181.0
)1.0)(1034.0(
)10181.0(
6
5
5
5
IV. Pembahasan
Suatu keadaan dimana konsentrasi seluruh zat tidak lagi mengalami
perubahan, sebab zat-zat diruas kanan terbentuk dan terurai kembali dengan
kecepatan yang sama merupakan ciri dari terjadinya keadaan setimbang.
Keadaan setimbang bersifat dinamis yakni keadaan dimana dua proses yang
berlawanan terjadi dengan laju yang sama. Akibatnya tak terjadi perubahan
bersih dalam sistem pada kesetimbangan. Ciri suatu sistem pada
kesetimbangan ialah adanya nilai tertentu yang tidak berubah dengan
berubahnya waktu.
Kesetimbangan kimia dapat dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain
temperatur, tekenan, volume, konsentrasi dan katalis. Perubahan temperatur
dapat mengubah nilai konstan kesetimbangan. Perubahan tekanan dan volume
memungkinkan adanya pengaruh terhadap sistem gas dalam kesetimbangan.
Perubahan konsentrasi dapat mempengaruhi posisi keadaan kesetimbangan,
atau berpengaruh terhadap jumlah relatif reaktan dan produk. pengaruh yang
terkhir yaitu katalis, katalis tidak berpengaruh terhadap posisi kesetimbangan
atau konstanta kesetimbangan melainkan katalis ini hanya dapat mempercepat
jalannya reaksi yang berlangsung.
Pada percobaan ini bertujuan untuk menentukan tetapan kesetimbangan
reaksi I2. Dalam percobaan ini konsentrasi yod tidak disebutkan secara
langsung melainkan melalui koefisien distribusi yod antara fase air dan fase
karbon tetraklorida. Sehingga dalam percobaan ini digunakan dua pelarut
yaitu air dan CHCl3.
Pada corong pertama diberi perlakuan I2 jenuh dalam CHCl3
dicampurkan kedalam air kemudian diguncang. Proses pengguncangan ini
bertujuan untuk mendistribusikan yod kedalam dua fase yakni fase air dan
fase CHCl3. Kemudian corong tersebut didiamkan kembali, ini
bertujuan untuk menstabilkan kembali yod yang telah diguncang
tadi. Setelah didiamkan diperoleh hasil ternyata air tersebut tidak
dapat bercampur dengan CHCl3, terjadi dua lapisan dimana lapisan
air berada diatas dan lapisan CHCl3 berada pada lapisan bawah. Air
berada dibagian atas karena masa jenis air lebih ringan
dibandingkan masa jenis CHCl3. Air dan CHCl3 tidak menyatu karena
dikarenakan sifat fisik dan sifat kimia dari air dan CHCl3 ini
berbeda dimana air termaksud senyawa polar sedangkan CHCl3
merupakan senyawa non polar. Seperti yang telah kita ketahui
pelarut polar hanya akan larut dalam senyawa polar begitupula
dengan air. Ketika yod masuk kedalam sistem air dan CHCl3 pada
suhu tetap angka banding konsentrasi adalah konstan. Nilai angka
banding atau koefisien distribusi yang diperoleh adalah sebesar
11,41.
Pada corong kedua diberi perlakuan I2 jenuh dimasukkan
kedalam KI 0,1 M. Sama seperti pada corong A pada corong B
cuplikan ini juga diguncang dan didiamkan selama beberapa menit.
Setelah didiamkan hasilnya pun sama dengan CHCl3 yang berada
didalam air. CHCl3 dan KI tidak bercampur melainkan membentuk
lapisan dimana pada lapisan atas terdapat KI sedangkan I2 terdapat
di lapisan bawah. Dari data yang diperoleh terdapat perbedaan
antara kelarutan I2 dalam air dan kelarutan I2 dalam CHCl3. Dimana
nilai kelarutan I2 dalam CHCl3 adalah sebesar 0,34 x10-5
M
sedangkan kelarutan I2 dalam air adalah sebesar 0,029 x10-5
M.
Berarti kelarutan I2 dalam CHCl3 lebih besar.
Setelah mengetahui nilai kelarutan I2 dalam air dan CHCl3
maka dilakukan proses pengeluaran I2 yang terdapat dalam CHCl3.
Dilakukan dengan cara menstandarisasinya dengan larutan baku Na-
tiosulfat, standarisasi dilakukan dengan cara titrasi. Indikator yang
digunakan yaitu amilum. Amilum ditambahkan untuk mengetahui
adanya yod. Titik akhir titrasi yang diperoleh yaitu adanya
perubahan warna menjadi warna biru. Setelah mengelola data yang
ada diperoleh hasil nilai kesetimbangan (Kc) I2 yang diperoleh
yaitu sebesar 5,323.
BAB V
PENUTUP
I. Kesimpulan
Berdasarkan serangkaian percobaan yang telah dilakukan
dapat disimpulkan bahwa nilai tetapan kesetimbangan iod dalam
kalium iodida adalah sebesar 5,323.
II. Saran
Saran yang dapat saya berikan pada praktikum kali ini yaitu
agar kedepannya kelayakan alat yang digunakan harusnya di cek
kembali utamanya corong pisah yang merupakan alat utama dalam
praktikum ini.
DAFTAR PUSTAKA
Kundari, 2008. Tinjauan Kesetimbangan Adsorpsi Tembaga Dalam Limbah
Pencuci Pcb Dengan Zeolit. Jurnal Batan. Vol.1. Hal.490 – 491
[20 November 2013].
Nasrudin., Harun. 2004. Modul Kesetimbangan Kimia. Departemen
Pendidikan Nasional : Surabaya.
Sari, 2012. Data Kesetimbangan Uap-Air Dan Ethanol-Air Dari Hasil Fermentasi
Rumput Gajah. Berkala Ilmiah Teknik Kimia. Vol.1. Hal. 37
[20 November 2013].
Soekardjo., 1989. Kimia Fisik. Bina Aksara. Jakarta.
Widjajanti, Endang. 2008. Kesetimbangan Fasa. UGM : Yogyakarta
TUGAS PENDAHULUAN
KIMIA FISIK I
PERCOBAAAN III
KIMIA PERMUKAAN I
OLEH :
NAMA : NURFIAH
STAMBUK : A1C4 12 044
KELOMPOK : VIII (DELAPAN)
LABORATORIUM PENGEMBANGAN UNIT KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2013
1. Apakah proses adsorpsi dalam percobaan ini merupakan adsorpsi fisik atau
kimisorpsi ? Jelaskan perbedaan anatara kedua jenis adsorpsi tersebuut dan
berikan contoh ?
Jawab :
 Percobaan ini termasuk dalam kimisorpsi.
Perbedaan adsorpsi fisik ( Fifisorpsi) dan kimisorpsi :
 Pada adsorpsi fisik atau fisisorpsi terdapat antaraksi van der Waals antara
adsorpsi dan substrat. Antaraksi van der Waals mempunyai jarak jauh,
tetapi lemah dan energi yag dilepaskan jika partikel terfisisopsi
mempunyai orde besaran yang sama dengan entalpi kondensasi. Entalpi
fisisorpsi dapat diukur dengan mencatat kenaikan temperature sampel
dengan kapasitas kalor yang diketahui dan nilai khasnya berada sekitar 20
kJ mol-1
. Kuantitas energi sekecil ini dapat diabsorpsi sebagai vibrasi kisi
dan dihilangkan sebagai gerakan termal. Molekul yang melambung pada
permukaan seperti batuan akan kehilangan energinya perlahan-lahan dan
akhirnya terabsorpsi pada permukaan.
Contohnya : Dispersi atau interaksi dipolar
 Pada Kimisorpsi partikel melekat pada permukaan dengan membentuk
ikatan kimia (biasanya ikatan kovalen) dan cenderung mencari tempat
memaksimumkan bilangan koordinasinya dengan substrat. Entalpi
kimisorpsi jauh lebih besar dari pada untuk fisisorpsi , dan nilai khasnya
adalah sekitar -200 kJ mol-1
. Molekul yang terkimisorpsi dapat terpisah
karena tuntutan valensi atom permukaan yang tidak terpenuhi.
Contohnya : adsorpsi pada larutan HCl dengan arang aktif.
2. Bagaimana isotermal adsorpsi Freundich untuk adsorpsi gas pada permukaan
zat padat ? Jelaskan apa batasannya ?
Jawab :
Entalpi absorpsi bergantung pada tingkat peutupan permukaan terutama
karena partikel absorpat berinteraksi. Jika partikel saling menolakkan maka
entalpi absorpsinya menjadi kurang isoterm (kurang negatif) dengan
bertambahnya penutupan. Untuk absorpsi gas, partikel-partikel berdiam pada
permukaan secara tidak teratur sampai pemadatan menuntut keteraturan. Jika
partikel absorpat saling menarik, parikel itu cennderung membentuk pulau-
pulau dan pertumbuhan terjadi pada perbatasannya. Absorpat ini juga
memperlihatkan transisi teratur-tak teratur, jika cukup dipanaskan agar
gerakan termal mengatasi atraksi partikel-partikel, tetapi tidak terlalu panas
sehingga partikel itu terdesorpsi.
3. Mengapa isotermal adsorpsi Freundich untuk adsorpsi pada pemukaan zat
padat kurang memuaskan dibandingkan dengan adsorpsi Langmuir ?
Jawab :
Isoterm Langmuir meramalkan diperolehnya garis lurus jika p/V dialurkan
terhadap p sedangkan pada isoterm Freundich garis lurus dapat diramalkan
dengan mengalurkan ln V terhadap ln p. Pada permukaan zat padat, partikel-
partikel zat yang terabsorpsi akan menunjukkan nilai entalpi yang kurang
negatif saat bertambah. Berdasarkan isoterm Freundich hal ini akan menjadi
tidak linear sehingga isoterm Freundich akan menghasilkan nilai yang kurang
memuaskan saat diberlakukan pada permukaan zat padat.
4. Pada persamaan (x/m = ap/(1+bp). Ubahlah persamaan tersebut dalam bentuk
praktis untuk menyelidiki apakah suatu proses adsorpsi menurut isotermal
Langmuir ?
Jawab :
Berdasarkan persamaan (x/m = ap/(1+bp) suatu proses adsorpsi dapat dikatan
berlangsung menurut isoterm Langmuir jika menunjukkan garis lurus pada
grafik berdasarkan data yang dijadikan patokan. Garis lurus ini menunjukkan
p/V dialurkan terhadap p.
Berdasarkan kesetimbangan dinamika :
AMMA permukaang )()(
Dengan konstanta laju ka untuk absorpsi, kd untuk desorpsi, Laju perubahan
penutupan permukaan karena adsorpsi sebanding dengan tekanan A sebesar p
dan jumlah tempat kosong N(1- ) dengan N merupakan jumlah tempat total :
)1(pNk a
Laju perubahan karena desorpsi sebanding dengan jumlah spesies yang
terabsorpsi, N , maka :
Nk d
Pada keseimbangan, kedua laju itu sama, dan penyelesaian untuk
menghasilkan isoterm Langmuir ;
d
a
p
p
k
k
K
K
K
dimana
1
5. Jika pada persamaan tersebut diatas, tekanan “p” diganti dengan konsentrasi
zat pada kesetimbangan, apakah persamaan Langmuir juga berlaku pada
percobaan ini ?
Jawab :
Tidak, persamaan Langmuir tidak akan berlaku pada percobaan ini jika nilai p
pada (x/m = ap/(1+bp) digantikan dengan konsentrasi zat, karena konsentrasi
zat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi jumlah zat yang
terabsorpsi. Artinya perubahan isotermal adsorpsi akan tidak beraturan dengan
nilai konsentrasi yang berbeda-beda untuk masing-masing zat uji.

More Related Content

What's hot

Kinetika reaksi hidrogen peroksida dengan asam iodida (repaired) (repaired)
Kinetika reaksi hidrogen peroksida dengan asam iodida (repaired) (repaired)Kinetika reaksi hidrogen peroksida dengan asam iodida (repaired) (repaired)
Kinetika reaksi hidrogen peroksida dengan asam iodida (repaired) (repaired)qlp
 
laporan praktikum titrasi pengendapan
laporan praktikum titrasi pengendapanlaporan praktikum titrasi pengendapan
laporan praktikum titrasi pengendapanwd_amaliah
 
laporan praktikum hidrokarbon
laporan praktikum hidrokarbonlaporan praktikum hidrokarbon
laporan praktikum hidrokarbonwd_amaliah
 
pembuatan natrium tiosulfat
pembuatan natrium tiosulfatpembuatan natrium tiosulfat
pembuatan natrium tiosulfatYasherly Amrina
 
acara iv kesetimbangan kimia
acara iv kesetimbangan kimiaacara iv kesetimbangan kimia
acara iv kesetimbangan kimiabanachan
 
Laporan kimfis 1 kelompok i
Laporan kimfis 1 kelompok i Laporan kimfis 1 kelompok i
Laporan kimfis 1 kelompok i Dede Suhendra
 
Laporan Praktikum Kimia Anorganik II - Kimia Tembaga
Laporan Praktikum Kimia Anorganik II - Kimia TembagaLaporan Praktikum Kimia Anorganik II - Kimia Tembaga
Laporan Praktikum Kimia Anorganik II - Kimia TembagaAndrio Suwuh
 
Penentuan kinetika ester saponifikasi dengan metode konduktometri
Penentuan kinetika ester saponifikasi dengan metode konduktometriPenentuan kinetika ester saponifikasi dengan metode konduktometri
Penentuan kinetika ester saponifikasi dengan metode konduktometriqlp
 
Laporan praktikum - isoterm freundlich
Laporan praktikum - isoterm freundlichLaporan praktikum - isoterm freundlich
Laporan praktikum - isoterm freundlichFirda Shabrina
 
LAPORAN asidi alkalimetri
LAPORAN asidi alkalimetriLAPORAN asidi alkalimetri
LAPORAN asidi alkalimetriqlp
 
V. warna kelarutan dan kesetimbangan ion kompleks ni(ii)
V. warna kelarutan dan kesetimbangan ion kompleks ni(ii)V. warna kelarutan dan kesetimbangan ion kompleks ni(ii)
V. warna kelarutan dan kesetimbangan ion kompleks ni(ii)Nurmalina Adhiyanti
 
laporan praktikum Penentuan gugus fungsi
laporan praktikum Penentuan gugus fungsilaporan praktikum Penentuan gugus fungsi
laporan praktikum Penentuan gugus fungsiwd_amaliah
 
Metode Analisis Gravimetri
Metode Analisis Gravimetri Metode Analisis Gravimetri
Metode Analisis Gravimetri Awal Rahmad
 
Diagram tiga komponen
Diagram tiga komponen Diagram tiga komponen
Diagram tiga komponen Dede Suhendra
 

What's hot (20)

Kinetika reaksi hidrogen peroksida dengan asam iodida (repaired) (repaired)
Kinetika reaksi hidrogen peroksida dengan asam iodida (repaired) (repaired)Kinetika reaksi hidrogen peroksida dengan asam iodida (repaired) (repaired)
Kinetika reaksi hidrogen peroksida dengan asam iodida (repaired) (repaired)
 
Kelarutan sebagai fungsi suhu
Kelarutan sebagai fungsi suhuKelarutan sebagai fungsi suhu
Kelarutan sebagai fungsi suhu
 
laporan praktikum titrasi pengendapan
laporan praktikum titrasi pengendapanlaporan praktikum titrasi pengendapan
laporan praktikum titrasi pengendapan
 
laporan praktikum hidrokarbon
laporan praktikum hidrokarbonlaporan praktikum hidrokarbon
laporan praktikum hidrokarbon
 
pembuatan natrium tiosulfat
pembuatan natrium tiosulfatpembuatan natrium tiosulfat
pembuatan natrium tiosulfat
 
Iodometri
IodometriIodometri
Iodometri
 
acara iv kesetimbangan kimia
acara iv kesetimbangan kimiaacara iv kesetimbangan kimia
acara iv kesetimbangan kimia
 
Gravimetri. bu swatika
Gravimetri. bu swatikaGravimetri. bu swatika
Gravimetri. bu swatika
 
Laporan kimfis 1 kelompok i
Laporan kimfis 1 kelompok i Laporan kimfis 1 kelompok i
Laporan kimfis 1 kelompok i
 
Etil asetat
Etil asetatEtil asetat
Etil asetat
 
Laporan Praktikum Kimia Anorganik II - Kimia Tembaga
Laporan Praktikum Kimia Anorganik II - Kimia TembagaLaporan Praktikum Kimia Anorganik II - Kimia Tembaga
Laporan Praktikum Kimia Anorganik II - Kimia Tembaga
 
Penentuan kinetika ester saponifikasi dengan metode konduktometri
Penentuan kinetika ester saponifikasi dengan metode konduktometriPenentuan kinetika ester saponifikasi dengan metode konduktometri
Penentuan kinetika ester saponifikasi dengan metode konduktometri
 
Laporan praktikum - isoterm freundlich
Laporan praktikum - isoterm freundlichLaporan praktikum - isoterm freundlich
Laporan praktikum - isoterm freundlich
 
LAPORAN asidi alkalimetri
LAPORAN asidi alkalimetriLAPORAN asidi alkalimetri
LAPORAN asidi alkalimetri
 
V. warna kelarutan dan kesetimbangan ion kompleks ni(ii)
V. warna kelarutan dan kesetimbangan ion kompleks ni(ii)V. warna kelarutan dan kesetimbangan ion kompleks ni(ii)
V. warna kelarutan dan kesetimbangan ion kompleks ni(ii)
 
laporan praktikum Penentuan gugus fungsi
laporan praktikum Penentuan gugus fungsilaporan praktikum Penentuan gugus fungsi
laporan praktikum Penentuan gugus fungsi
 
Laporan Praktikum Timbal Balik Fenol-Air
Laporan Praktikum Timbal Balik Fenol-AirLaporan Praktikum Timbal Balik Fenol-Air
Laporan Praktikum Timbal Balik Fenol-Air
 
Laporan kinetika reaksi
Laporan kinetika reaksiLaporan kinetika reaksi
Laporan kinetika reaksi
 
Metode Analisis Gravimetri
Metode Analisis Gravimetri Metode Analisis Gravimetri
Metode Analisis Gravimetri
 
Diagram tiga komponen
Diagram tiga komponen Diagram tiga komponen
Diagram tiga komponen
 

Viewers also liked

Laporan praktikum kesetimbangan kimia
Laporan praktikum kesetimbangan kimiaLaporan praktikum kesetimbangan kimia
Laporan praktikum kesetimbangan kimiawd_amaliah
 
Laporan Kimia - kesetimbangan
Laporan Kimia - kesetimbanganLaporan Kimia - kesetimbangan
Laporan Kimia - kesetimbanganDayana Florencia
 
Kesetimbangan kimia (2) PRAKTIKUM
Kesetimbangan kimia (2) PRAKTIKUM Kesetimbangan kimia (2) PRAKTIKUM
Kesetimbangan kimia (2) PRAKTIKUM risyanti ALENTA
 
Ketetapan kesetimbangan
Ketetapan kesetimbangan Ketetapan kesetimbangan
Ketetapan kesetimbangan Dede Suhendra
 
Kesetimbangan kimia2
Kesetimbangan kimia2Kesetimbangan kimia2
Kesetimbangan kimia2Devi Paramita
 
Analisis gravimetri
Analisis gravimetriAnalisis gravimetri
Analisis gravimetriTillapia
 
11 kesetimbangan kimia
11 kesetimbangan kimia11 kesetimbangan kimia
11 kesetimbangan kimiaEko Supriyadi
 
DETERMINATION OF THE EQUILIBRIUM CONSTANT FOR THE FORMATION OF TRI-IODIDE ION
DETERMINATION OF THE EQUILIBRIUM CONSTANT FOR THE FORMATION OF TRI-IODIDE IONDETERMINATION OF THE EQUILIBRIUM CONSTANT FOR THE FORMATION OF TRI-IODIDE ION
DETERMINATION OF THE EQUILIBRIUM CONSTANT FOR THE FORMATION OF TRI-IODIDE IONAugustine Adu
 
Laporan kimia dasar ia termokimia
Laporan kimia dasar ia termokimiaLaporan kimia dasar ia termokimia
Laporan kimia dasar ia termokimiaIndah Fitri Hapsari
 
Sifat sifat koloid
Sifat sifat koloidSifat sifat koloid
Sifat sifat koloidAndi Rahim
 
LaporanTitrasi iodometri Teknik Kimia
LaporanTitrasi iodometri Teknik KimiaLaporanTitrasi iodometri Teknik Kimia
LaporanTitrasi iodometri Teknik KimiaRidha Faturachmi
 

Viewers also liked (16)

Laporan praktikum kesetimbangan kimia
Laporan praktikum kesetimbangan kimiaLaporan praktikum kesetimbangan kimia
Laporan praktikum kesetimbangan kimia
 
Laporan Kimia - kesetimbangan
Laporan Kimia - kesetimbanganLaporan Kimia - kesetimbangan
Laporan Kimia - kesetimbangan
 
Kesetimbangan kimia (2) PRAKTIKUM
Kesetimbangan kimia (2) PRAKTIKUM Kesetimbangan kimia (2) PRAKTIKUM
Kesetimbangan kimia (2) PRAKTIKUM
 
Ketetapan kesetimbangan
Ketetapan kesetimbangan Ketetapan kesetimbangan
Ketetapan kesetimbangan
 
Kesetimbangan kimia2
Kesetimbangan kimia2Kesetimbangan kimia2
Kesetimbangan kimia2
 
Titrasi
TitrasiTitrasi
Titrasi
 
Analisis gravimetri
Analisis gravimetriAnalisis gravimetri
Analisis gravimetri
 
11 kesetimbangan kimia
11 kesetimbangan kimia11 kesetimbangan kimia
11 kesetimbangan kimia
 
DETERMINATION OF THE EQUILIBRIUM CONSTANT FOR THE FORMATION OF TRI-IODIDE ION
DETERMINATION OF THE EQUILIBRIUM CONSTANT FOR THE FORMATION OF TRI-IODIDE IONDETERMINATION OF THE EQUILIBRIUM CONSTANT FOR THE FORMATION OF TRI-IODIDE ION
DETERMINATION OF THE EQUILIBRIUM CONSTANT FOR THE FORMATION OF TRI-IODIDE ION
 
Laporan kimia dasar ia termokimia
Laporan kimia dasar ia termokimiaLaporan kimia dasar ia termokimia
Laporan kimia dasar ia termokimia
 
Sifat sifat koloid
Sifat sifat koloidSifat sifat koloid
Sifat sifat koloid
 
Ebook kimia analisis
Ebook kimia analisisEbook kimia analisis
Ebook kimia analisis
 
ppt kesetimbangan kimia
 ppt kesetimbangan kimia ppt kesetimbangan kimia
ppt kesetimbangan kimia
 
Bab i awal
Bab i awalBab i awal
Bab i awal
 
LaporanTitrasi iodometri Teknik Kimia
LaporanTitrasi iodometri Teknik KimiaLaporanTitrasi iodometri Teknik Kimia
LaporanTitrasi iodometri Teknik Kimia
 
Sifat koloid
Sifat koloidSifat koloid
Sifat koloid
 

Similar to Kesetimbangan kimia

DISTRIBUSI SOLUT ANTARA DUA PELARUT TAK BERCAMPUR
DISTRIBUSI SOLUT ANTARA DUA PELARUT TAK BERCAMPURDISTRIBUSI SOLUT ANTARA DUA PELARUT TAK BERCAMPUR
DISTRIBUSI SOLUT ANTARA DUA PELARUT TAK BERCAMPURLinda Rosita
 
FASE EQUILIBRIA, LOGAM DAN PADUAN yudi.pptx
FASE EQUILIBRIA, LOGAM DAN PADUAN yudi.pptxFASE EQUILIBRIA, LOGAM DAN PADUAN yudi.pptx
FASE EQUILIBRIA, LOGAM DAN PADUAN yudi.pptxAntoniusyudikurniawa
 
Kelarutan Intrinsik Obat
Kelarutan Intrinsik ObatKelarutan Intrinsik Obat
Kelarutan Intrinsik ObatRidwan
 
1698150899888_5.+Unit+Koagulasi-flokulasi.pdf
1698150899888_5.+Unit+Koagulasi-flokulasi.pdf1698150899888_5.+Unit+Koagulasi-flokulasi.pdf
1698150899888_5.+Unit+Koagulasi-flokulasi.pdfbeynabestari
 
Kelarutan intrinsik obat
Kelarutan intrinsik obatKelarutan intrinsik obat
Kelarutan intrinsik obatkhoirilliana12
 
4 kelompok 4 kelas b termodinamika kampus palembang
4 kelompok 4 kelas b termodinamika kampus palembang4 kelompok 4 kelas b termodinamika kampus palembang
4 kelompok 4 kelas b termodinamika kampus palembanguniversity sriwijaya
 
Analisis kesadahan air dan pengendapan besi secara gravimetri 131020171434-ph...
Analisis kesadahan air dan pengendapan besi secara gravimetri 131020171434-ph...Analisis kesadahan air dan pengendapan besi secara gravimetri 131020171434-ph...
Analisis kesadahan air dan pengendapan besi secara gravimetri 131020171434-ph...PT. SASA
 
Laporan Pratikum P1 Hidrokarbon_Nur Qolbi_D131211027_Kelompok 2.pdf
Laporan Pratikum P1 Hidrokarbon_Nur Qolbi_D131211027_Kelompok 2.pdfLaporan Pratikum P1 Hidrokarbon_Nur Qolbi_D131211027_Kelompok 2.pdf
Laporan Pratikum P1 Hidrokarbon_Nur Qolbi_D131211027_Kelompok 2.pdfnurqolbi1
 
Kelarutan 1.pdf
Kelarutan 1.pdfKelarutan 1.pdf
Kelarutan 1.pdfDonaPiter
 
Sistem kesetimbangan heterogen
Sistem kesetimbangan heterogenSistem kesetimbangan heterogen
Sistem kesetimbangan heterogenSuhendra
 
Termodinamika (3) b fase_-_fase_zat_murni
Termodinamika (3)  b fase_-_fase_zat_murniTermodinamika (3)  b fase_-_fase_zat_murni
Termodinamika (3) b fase_-_fase_zat_murnijayamartha
 
Reaksi reaksi kimia
Reaksi reaksi kimiaReaksi reaksi kimia
Reaksi reaksi kimiaDita Issriza
 

Similar to Kesetimbangan kimia (20)

Percobaan iv
Percobaan ivPercobaan iv
Percobaan iv
 
DISTRIBUSI SOLUT ANTARA DUA PELARUT TAK BERCAMPUR
DISTRIBUSI SOLUT ANTARA DUA PELARUT TAK BERCAMPURDISTRIBUSI SOLUT ANTARA DUA PELARUT TAK BERCAMPUR
DISTRIBUSI SOLUT ANTARA DUA PELARUT TAK BERCAMPUR
 
FASE EQUILIBRIA, LOGAM DAN PADUAN yudi.pptx
FASE EQUILIBRIA, LOGAM DAN PADUAN yudi.pptxFASE EQUILIBRIA, LOGAM DAN PADUAN yudi.pptx
FASE EQUILIBRIA, LOGAM DAN PADUAN yudi.pptx
 
Jenis Reaksi Kimia
Jenis Reaksi KimiaJenis Reaksi Kimia
Jenis Reaksi Kimia
 
Hhh
HhhHhh
Hhh
 
Kelarutan Intrinsik Obat
Kelarutan Intrinsik ObatKelarutan Intrinsik Obat
Kelarutan Intrinsik Obat
 
1698150899888_5.+Unit+Koagulasi-flokulasi.pdf
1698150899888_5.+Unit+Koagulasi-flokulasi.pdf1698150899888_5.+Unit+Koagulasi-flokulasi.pdf
1698150899888_5.+Unit+Koagulasi-flokulasi.pdf
 
Redoks
RedoksRedoks
Redoks
 
Kelarutan intrinsik obat
Kelarutan intrinsik obatKelarutan intrinsik obat
Kelarutan intrinsik obat
 
4 kelompok 4 kelas b termodinamika kampus palembang
4 kelompok 4 kelas b termodinamika kampus palembang4 kelompok 4 kelas b termodinamika kampus palembang
4 kelompok 4 kelas b termodinamika kampus palembang
 
Analisis kesadahan air dan pengendapan besi secara gravimetri 131020171434-ph...
Analisis kesadahan air dan pengendapan besi secara gravimetri 131020171434-ph...Analisis kesadahan air dan pengendapan besi secara gravimetri 131020171434-ph...
Analisis kesadahan air dan pengendapan besi secara gravimetri 131020171434-ph...
 
Ekstraksi pelarut
Ekstraksi pelarutEkstraksi pelarut
Ekstraksi pelarut
 
Ekstraksi pelarut
Ekstraksi pelarutEkstraksi pelarut
Ekstraksi pelarut
 
Laporan Pratikum P1 Hidrokarbon_Nur Qolbi_D131211027_Kelompok 2.pdf
Laporan Pratikum P1 Hidrokarbon_Nur Qolbi_D131211027_Kelompok 2.pdfLaporan Pratikum P1 Hidrokarbon_Nur Qolbi_D131211027_Kelompok 2.pdf
Laporan Pratikum P1 Hidrokarbon_Nur Qolbi_D131211027_Kelompok 2.pdf
 
Penuntun kd2
Penuntun kd2Penuntun kd2
Penuntun kd2
 
Kelarutan 1.pdf
Kelarutan 1.pdfKelarutan 1.pdf
Kelarutan 1.pdf
 
Titik lebur
Titik leburTitik lebur
Titik lebur
 
Sistem kesetimbangan heterogen
Sistem kesetimbangan heterogenSistem kesetimbangan heterogen
Sistem kesetimbangan heterogen
 
Termodinamika (3) b fase_-_fase_zat_murni
Termodinamika (3)  b fase_-_fase_zat_murniTermodinamika (3)  b fase_-_fase_zat_murni
Termodinamika (3) b fase_-_fase_zat_murni
 
Reaksi reaksi kimia
Reaksi reaksi kimiaReaksi reaksi kimia
Reaksi reaksi kimia
 

More from Tillapia

Percobaan vi (destilasi sederhana)
Percobaan vi (destilasi sederhana)Percobaan vi (destilasi sederhana)
Percobaan vi (destilasi sederhana)Tillapia
 
Peneraan volumetri
Peneraan volumetriPeneraan volumetri
Peneraan volumetriTillapia
 
Termokimia
TermokimiaTermokimia
TermokimiaTillapia
 
Viskositas
ViskositasViskositas
ViskositasTillapia
 
Model hidrokarbon
Model hidrokarbonModel hidrokarbon
Model hidrokarbonTillapia
 
Laporan praktikum (fiah)
Laporan praktikum (fiah)Laporan praktikum (fiah)
Laporan praktikum (fiah)Tillapia
 
Kimia permukaan
Kimia permukaanKimia permukaan
Kimia permukaanTillapia
 
Identifikasi senyawa organik (reaksi, m l, teori)
Identifikasi senyawa organik (reaksi, m l, teori)Identifikasi senyawa organik (reaksi, m l, teori)
Identifikasi senyawa organik (reaksi, m l, teori)Tillapia
 
Rekristalisasi
RekristalisasiRekristalisasi
RekristalisasiTillapia
 
Uji kation anion
Uji kation   anionUji kation   anion
Uji kation anionTillapia
 

More from Tillapia (11)

Percobaan vi (destilasi sederhana)
Percobaan vi (destilasi sederhana)Percobaan vi (destilasi sederhana)
Percobaan vi (destilasi sederhana)
 
Peneraan volumetri
Peneraan volumetriPeneraan volumetri
Peneraan volumetri
 
Termokimia
TermokimiaTermokimia
Termokimia
 
Viskositas
ViskositasViskositas
Viskositas
 
Model hidrokarbon
Model hidrokarbonModel hidrokarbon
Model hidrokarbon
 
Laporan praktikum (fiah)
Laporan praktikum (fiah)Laporan praktikum (fiah)
Laporan praktikum (fiah)
 
Kimia permukaan
Kimia permukaanKimia permukaan
Kimia permukaan
 
Identifikasi senyawa organik (reaksi, m l, teori)
Identifikasi senyawa organik (reaksi, m l, teori)Identifikasi senyawa organik (reaksi, m l, teori)
Identifikasi senyawa organik (reaksi, m l, teori)
 
Rekristalisasi
RekristalisasiRekristalisasi
Rekristalisasi
 
Uji kation anion
Uji kation   anionUji kation   anion
Uji kation anion
 
Asam basa
Asam basaAsam basa
Asam basa
 

Kesetimbangan kimia

  • 1. LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK I PENENTUAN TETAPAN KESETIMBANGAN IOD DALAM KALIUM IODIDA MELALUI KOEFISIEN DISTRIBUSI KELARUTAN YOD OLEH : NAMA : NURFIAH STAMBUK : A1C4 12 044 KELOMPOK : VIII (DELAPAN) ASISTEN PEMBIMBING : AMIRUL ADNIN LABORATORIUM PENGEMBANGAN UNIT KIMIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2013
  • 2. ABSTRAK Jika ke dalam sistem air dan CH3Cl dimasukkan yod, maka zat ini akan terdistribusi kedalam dua fase cair sedemikian sehingga pada suhu tetap angka banding konsentrasinya konstan. Nilai angka banding ini disebut koefisien distribusi atau koefisien parsi. Praktikum ini bertujuan untuk menentukan tetapan kesetimbangan reaksi antara yod dengan kalium iodida. Praktikum ini dilakukan dengan membedakan antara kelarutan yod dalam CH3Cl dengan dua pelarut yang berbeda yaitu air dan KI. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan diperoleh hasil nilai nilai tetapan kesetimbangan iod dalam kalium iodida adalah sebesar 5,323. Kata kunci : kesetimbangan, koefisien distribusi, nilai Kc
  • 3. BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Pada umumnya reaksi-reaksi kimia tersebut berlangsung dalam arah bolak-balik (reversible), dan hanya sebagian kecil saja yang berlangsung satu arah. Pada awal proses bolak-balik, reaksi berlangsung ke arah pembentukan produk, segera setelah terbentuk molekul produk maka terjadi reaksi sebaliknya, yaitu pembentukan molekul reaktan dari molekul produk. Ketika laju reaksi ke kanan dan ke kiri sama dan konsentrasi reaktan dan produk tidak berubah maka kesetimbangan reaksi tercapai. Keadaan setimbang adalah suatu keadaaan dimana konsentrasi seluruh zat tidak lagi mengalami perubahan, sebab zat-zat diruas kanan terbentuk dan terurai kembali dengan kecepatan yang sama. Keadaan kesetimbangan ini bersifat dinamis, artinya reaksi terus berlangsung dalam dua arah dengan kecepatan yang sama. Pada keadaan kesetimbangan tidak mengalami perubahan secara mikrokopis (perubahan yang dapat diamati atau diukur). Kesetimbangan kimia dibedakan atas kesetimbangan homogen dan kesetimbangan heterogen. Pada kesetimbangan homogen semua zat yang ada dalam sistem kesetimbangan memiliki fase yang sama ada dalam bentuk gas, larutan. Sedangkan kesetimbangan heterogen semua zat-zat yang ada dalam sistem kesetimbangan memiliki fase yang berbeda dalam bentuk padat-gas, padat-larutan.
  • 4. Yod sangat rendah kelarutannya dalam air, akan tetapi dalam larutan kalium iodida dapat larut dengan mudah. Hal ini disebabkan karena yod dalam kalium iodida membentuk ion kompleks triyodida. Dengan menentukan konsentrasi kesetimbangan masing – masing spesies, maka dapat ditentukan nilai ketetapan kesetimbangan (Kp). Air dan karbon tetraklorida saling tidak melarutkan dan membentuk suatu sistem dua lapisan. Jika kedalam sistem ini dimasukkan yod, maka zat ini akan terdistribusi kedalam dua fase cair sedemikian sehingga pada suhu tetap angka banding konsentrasinya konstan. Nilai angka banding ini disebut koefisien distribusi atau koefisien parsi. Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan percobaan kesetimbangan kimia ini. II. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah adalahBagaimana cara menentukan tetapan kesetimbangan reaksi antara yod dengan kalium iodida. III. Tujuan Praktikum Tujuan yang ingin dicapai dalam percobaan ini adalah menentukan tetapan kesetimbangan reaksi antara yod dengan kalium iodida. IV. Prinsip Praktikum Prinsip percobaan pada praktikum ini adalah didasarkan pada kelarutan yod dalam air dan KI melalui koefisien distribusi.
  • 5. BAB II TEORI PENDUKUNG Reaksi dalam keadaan setimbang apabila pada temperatur, tekanan dan konsentrasi tertentu, titik pada saat reaksi tersebut berhenti sama. Dalam hal ini konsentrasi antara pereaksi dan basil reaksi.adalah tetap. Pada saat setimbang, kecepatan reaksi kanan sama dengan kecepatan reaksi kiri. Kesetimbangan ini merupakan kesetimbangan dinamis. Dalam hal ini sebenarnya reaksi masih ada tetapi karena kecepatannya sama, seakan-akan reaksi telah berhenti (Soekardjo, 1989). Keadaan suatu reaksi dimana tidak ada perubahan yang dapat diamati atau diukur (sifat makroskopis tidak berubah), reaksi seolaholah telah berhenti disebut keadaan setimbang (kesetimbangan). Suatu reaksi dimana pereaksi dan produk reaksi berada dalam satu keadaan yang disebut kesetimbangan dinamis. Reaksi yang dapat balik kita sebut reaksi reversible (reaksi bolak-balik). Kesetimbangan yang semua komponennya satu fase kita sebut kesetimbangan homogen, sedangkan kesetimbangan yang terdiri dari dua fase atau lebih kita sebut kesetimbangan heterogen. Kesetimbangan homogen dapat berupa sistem gas atau larutan. Sedangkan kesetimbangan heterogen umumnya melibatkan komponen padat-gas atau cair-gas (Nasrudin, 2004). Bagian sesuatu yang menjadi pusat perhatian dan dipelajari disebut sebagai sistem. Suatu sistem heterogen terdiri dari berbagai bagian yang homogen yang saling bersentuhan dengan batas yang jelas. Bagian homogen ini disebut sebagai fasa dapat dipisahkan secara mekanik. Tekanan dan temperatur
  • 6. menentukan keadaan suatu materi kesetimbangan fasa dari materi yang sama. Kesetimbangan fasa dari suatu sistem harus memenuhi syarat berikut : a. Sistem mempunyai lebih dari satu fasa meskipun materinya sama b. Terjadi perpindahan reversibel spesi kimia dari satu fasa ke fasa lain c. Seluruh bagian sistem mempunyai tekanan dan temperatur sama Kesetimbangan fasa dikelompokan menurut jumlah komponen penyusunnya yaitu sistem satu komponen, dua komponen dan tiga komponen Pemahaman mengenai perilaku fasa berkembang dengan adanya aturan fasa Gibbs. Sedangkan persamaan Clausius dan persamaan Clausius Clayperon menghubungkan perubahan tekanan kesetimbangan dan perubahan suhu pada sistem satu komponen. Adanya penyimpangan dari sistem dua komponen cair- cair ideal konsep sifat koligatif larutan dapat dijelaskan (Widjajanti, 2008). Peristiwa adsorpsi merupakan suatu fenomena permukaan, yaitu terjadinya penambahan konsentrasi komponen tertentu pada permukaan antara dua fase. Adsorpsi dapat dibedakan menjadi adsorpsi fisis (physical adsorption) dan adsorpsi kimia (chemical adsoption). Secara umum adsorpsi fisis mempunyai gaya intermolekular yang relative lemah, sedangkan pada adsorpsi kimia terjadi pembentukan ikatan kimia antara molekul adsorbat dengan molekul yang terikat pada permukaan adsorben. Tembaga (Cu) adalah logam dengan nomor atom 29, massa atom 63,546, titik lebur 1083°C, titik didih 2310 °C, jari-jari atom 1,173 A° dan jari-jari ion Cu2+ 0,96 A°. Tembaga adalah logam transisi (golongan I B) yang berwarna kemerahan, mudah regang dan mudah ditempa. Tembaga bersifat racun bagi
  • 7. makhluk hidup. Isoterm adsorpsi merupakan suatu keadaan kesetimbangan yaitu tidak ada lagi perubahan konsentrasi adsorbat baik di fase terjerap maupun pada fase gas atau cair. Isoterm adsorpsi biasanya digambarkan dalam bentuk kurva berupa plot distribusi kesetimbangan adsorbat antara fase padat dengan fase gas atau cair pada suhu konstan. Isoterm adsorpsi merupakan hal yang mendasar dalam penentuan kapasitas dan afinitas adsorpsi suatu adsorbat pada permukaan adsorben (Kundari, 2008). Untuk sistem biner etanol(1)-air(2) semakin besar fraksi mol maka temperatur pada dew point dan bubble point semakin menurun. Hal ini disebabkan karena komponen etanol bersifat volatile dengan titik didih 78,32oC sedangkan air bersifat non-volatile dengan titik didih 100 oC. Temperatur pada eksperimen lebih tinggi dari literatur, hal ini disebabkan karena kadar bahan yang digunakan pada penelitian adalah 99,8% sedangkan pada literature adalah etanol absolute. Karena salah satu faktor yang mempengaruhi titik didih adalah kadar etanol (Sari, 2012).
  • 8. BAB III METODE PRAKTIKUM I. Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam praktikum kimia permukaan adalah sebagai berikut : 1. Corong pisah 2 buah 2. Pipet tetes 3 buah 3. Labu Erlenmeyer 3 buah 4. Buret 50 mL 1 buah 5. Statif dan Klem 2 pasang 6. Gelas ukur 25 mL, 100 mL @1 buah 7. Pipet skala 5 mL dan 25 mL @1 buah 8. Botol semprot 1 buah 9. Spatula 1 buah 10. Batang pengaduk 1 buah 11. Filler 1 buah Bahan yang digunakan dalam praktikum kimia permukaan adalah sebagai berikut : 1. Larutan Na-tiosulfat 0,02 M 2. Larutan KI 0,1 M 3. LarutanAmilum 1% 4. Kristal KI 5. Larutan Iod jenuh dalam CHCl3
  • 9. II. Prosedur Kerja Larutan I2 jenuh dalam CH3Cl Dimasukkan kedalam dua buah corong pisah masing – masing 30 ml Label A Label B Dimasukkan 200 ml air Dimasukkan 200 ml larutan KI 0,1 M Ditutup corongnya Diguncang selama beberapa menit Didiamkan selama 15 – 20 menit Larutan dalam kedaan setimbang Diambil masing – masing 5 ml lapisan CH3Cl dan dimasukkan kedalam erlenmeyer Ditambahkan 2 g KI dan 20 ml air kedalam 2 cuplikan tersebut lalu digoyang Ditetesi dengan indikator amilum lalu dititrasi dengan larutan standar Na-tiosulfat Terbentuk warna biru Label A Label B Diambil lapisan airnya Ditambahkan 2 g KI dan 20 ml air kedalam 2 cuplikan tersebut lalu digoyang
  • 10. Ditetesi dengan indikator amilum lalu dititrasi dengan larutan standar Na-tiosulfat Warna bening
  • 11. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN I. Data Pengamatan Volume Botol A Botol B Lapisan air Lapisan CHCl3 Lapisan KI Lapisan CHCl3 Volume yang dipipet 50 ml 5 ml 50 ml 5 mL Volume yang dititrasi 50 ml 25 ml 50 ml 25 mL Volume Na2S2O3 7.8 ml 8.9 ml 10.5 ml 8.5 ml II. Reaksi Lengkap Reaksi – reaksi yang terjadi dalam percobaan ini antara lain: 1. KIKII 32 2. 222 O4HIO2H2I 3. 6423222 OSNa2NaIOS2NaI III. Perhitungan 1. Botol A KD = KD = 41.11 156.0 78.1 50 8.7 5 9.8 ml ml ml ml 2. Botol B Diketahui mol I2 = 1. 10-5 mol  Konsentrasi I2 dalam CHCl3
  • 12. [I2]CHCl3 = M ml ml 5 5 1034.0 10.1 25 5.8  Konsentrasi I2 dalam H2O [I2]H2O bebas = M M 5 5 10029.0 41.11 1034.0 = x mol I2 M ml ml 5 5 1021.0 10 50 5.10 = - H2O = (0.21 x 10-5 ) – (0.029 x 10-5 ) = 0.181 x 10-5 M setimbang = 0.1 – = 0.1 – (0.181 x 10-5 ) = 0.1 – 0.00000181 = 0.09999819 M ≈ 0,1 M  Tetapan kesetimbangan (Kc) Kc = ]][[ ][ 2 3 II I
  • 13. 323.5 105323.0 1034.0 10181.0 )1.0)(1034.0( )10181.0( 6 5 5 5 IV. Pembahasan Suatu keadaan dimana konsentrasi seluruh zat tidak lagi mengalami perubahan, sebab zat-zat diruas kanan terbentuk dan terurai kembali dengan kecepatan yang sama merupakan ciri dari terjadinya keadaan setimbang. Keadaan setimbang bersifat dinamis yakni keadaan dimana dua proses yang berlawanan terjadi dengan laju yang sama. Akibatnya tak terjadi perubahan bersih dalam sistem pada kesetimbangan. Ciri suatu sistem pada kesetimbangan ialah adanya nilai tertentu yang tidak berubah dengan berubahnya waktu. Kesetimbangan kimia dapat dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain temperatur, tekenan, volume, konsentrasi dan katalis. Perubahan temperatur dapat mengubah nilai konstan kesetimbangan. Perubahan tekanan dan volume memungkinkan adanya pengaruh terhadap sistem gas dalam kesetimbangan. Perubahan konsentrasi dapat mempengaruhi posisi keadaan kesetimbangan, atau berpengaruh terhadap jumlah relatif reaktan dan produk. pengaruh yang terkhir yaitu katalis, katalis tidak berpengaruh terhadap posisi kesetimbangan atau konstanta kesetimbangan melainkan katalis ini hanya dapat mempercepat jalannya reaksi yang berlangsung.
  • 14. Pada percobaan ini bertujuan untuk menentukan tetapan kesetimbangan reaksi I2. Dalam percobaan ini konsentrasi yod tidak disebutkan secara langsung melainkan melalui koefisien distribusi yod antara fase air dan fase karbon tetraklorida. Sehingga dalam percobaan ini digunakan dua pelarut yaitu air dan CHCl3. Pada corong pertama diberi perlakuan I2 jenuh dalam CHCl3 dicampurkan kedalam air kemudian diguncang. Proses pengguncangan ini bertujuan untuk mendistribusikan yod kedalam dua fase yakni fase air dan fase CHCl3. Kemudian corong tersebut didiamkan kembali, ini bertujuan untuk menstabilkan kembali yod yang telah diguncang tadi. Setelah didiamkan diperoleh hasil ternyata air tersebut tidak dapat bercampur dengan CHCl3, terjadi dua lapisan dimana lapisan air berada diatas dan lapisan CHCl3 berada pada lapisan bawah. Air berada dibagian atas karena masa jenis air lebih ringan dibandingkan masa jenis CHCl3. Air dan CHCl3 tidak menyatu karena dikarenakan sifat fisik dan sifat kimia dari air dan CHCl3 ini berbeda dimana air termaksud senyawa polar sedangkan CHCl3 merupakan senyawa non polar. Seperti yang telah kita ketahui pelarut polar hanya akan larut dalam senyawa polar begitupula dengan air. Ketika yod masuk kedalam sistem air dan CHCl3 pada suhu tetap angka banding konsentrasi adalah konstan. Nilai angka banding atau koefisien distribusi yang diperoleh adalah sebesar 11,41.
  • 15. Pada corong kedua diberi perlakuan I2 jenuh dimasukkan kedalam KI 0,1 M. Sama seperti pada corong A pada corong B cuplikan ini juga diguncang dan didiamkan selama beberapa menit. Setelah didiamkan hasilnya pun sama dengan CHCl3 yang berada didalam air. CHCl3 dan KI tidak bercampur melainkan membentuk lapisan dimana pada lapisan atas terdapat KI sedangkan I2 terdapat di lapisan bawah. Dari data yang diperoleh terdapat perbedaan antara kelarutan I2 dalam air dan kelarutan I2 dalam CHCl3. Dimana nilai kelarutan I2 dalam CHCl3 adalah sebesar 0,34 x10-5 M sedangkan kelarutan I2 dalam air adalah sebesar 0,029 x10-5 M. Berarti kelarutan I2 dalam CHCl3 lebih besar. Setelah mengetahui nilai kelarutan I2 dalam air dan CHCl3 maka dilakukan proses pengeluaran I2 yang terdapat dalam CHCl3. Dilakukan dengan cara menstandarisasinya dengan larutan baku Na- tiosulfat, standarisasi dilakukan dengan cara titrasi. Indikator yang digunakan yaitu amilum. Amilum ditambahkan untuk mengetahui adanya yod. Titik akhir titrasi yang diperoleh yaitu adanya perubahan warna menjadi warna biru. Setelah mengelola data yang ada diperoleh hasil nilai kesetimbangan (Kc) I2 yang diperoleh yaitu sebesar 5,323.
  • 16. BAB V PENUTUP I. Kesimpulan Berdasarkan serangkaian percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa nilai tetapan kesetimbangan iod dalam kalium iodida adalah sebesar 5,323. II. Saran Saran yang dapat saya berikan pada praktikum kali ini yaitu agar kedepannya kelayakan alat yang digunakan harusnya di cek kembali utamanya corong pisah yang merupakan alat utama dalam praktikum ini.
  • 17. DAFTAR PUSTAKA Kundari, 2008. Tinjauan Kesetimbangan Adsorpsi Tembaga Dalam Limbah Pencuci Pcb Dengan Zeolit. Jurnal Batan. Vol.1. Hal.490 – 491 [20 November 2013]. Nasrudin., Harun. 2004. Modul Kesetimbangan Kimia. Departemen Pendidikan Nasional : Surabaya. Sari, 2012. Data Kesetimbangan Uap-Air Dan Ethanol-Air Dari Hasil Fermentasi Rumput Gajah. Berkala Ilmiah Teknik Kimia. Vol.1. Hal. 37 [20 November 2013]. Soekardjo., 1989. Kimia Fisik. Bina Aksara. Jakarta. Widjajanti, Endang. 2008. Kesetimbangan Fasa. UGM : Yogyakarta
  • 18. TUGAS PENDAHULUAN KIMIA FISIK I PERCOBAAAN III KIMIA PERMUKAAN I OLEH : NAMA : NURFIAH STAMBUK : A1C4 12 044 KELOMPOK : VIII (DELAPAN) LABORATORIUM PENGEMBANGAN UNIT KIMIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2013
  • 19. 1. Apakah proses adsorpsi dalam percobaan ini merupakan adsorpsi fisik atau kimisorpsi ? Jelaskan perbedaan anatara kedua jenis adsorpsi tersebuut dan berikan contoh ? Jawab :  Percobaan ini termasuk dalam kimisorpsi. Perbedaan adsorpsi fisik ( Fifisorpsi) dan kimisorpsi :  Pada adsorpsi fisik atau fisisorpsi terdapat antaraksi van der Waals antara adsorpsi dan substrat. Antaraksi van der Waals mempunyai jarak jauh, tetapi lemah dan energi yag dilepaskan jika partikel terfisisopsi mempunyai orde besaran yang sama dengan entalpi kondensasi. Entalpi fisisorpsi dapat diukur dengan mencatat kenaikan temperature sampel dengan kapasitas kalor yang diketahui dan nilai khasnya berada sekitar 20 kJ mol-1 . Kuantitas energi sekecil ini dapat diabsorpsi sebagai vibrasi kisi dan dihilangkan sebagai gerakan termal. Molekul yang melambung pada permukaan seperti batuan akan kehilangan energinya perlahan-lahan dan akhirnya terabsorpsi pada permukaan. Contohnya : Dispersi atau interaksi dipolar  Pada Kimisorpsi partikel melekat pada permukaan dengan membentuk ikatan kimia (biasanya ikatan kovalen) dan cenderung mencari tempat memaksimumkan bilangan koordinasinya dengan substrat. Entalpi kimisorpsi jauh lebih besar dari pada untuk fisisorpsi , dan nilai khasnya
  • 20. adalah sekitar -200 kJ mol-1 . Molekul yang terkimisorpsi dapat terpisah karena tuntutan valensi atom permukaan yang tidak terpenuhi. Contohnya : adsorpsi pada larutan HCl dengan arang aktif. 2. Bagaimana isotermal adsorpsi Freundich untuk adsorpsi gas pada permukaan zat padat ? Jelaskan apa batasannya ? Jawab : Entalpi absorpsi bergantung pada tingkat peutupan permukaan terutama karena partikel absorpat berinteraksi. Jika partikel saling menolakkan maka entalpi absorpsinya menjadi kurang isoterm (kurang negatif) dengan bertambahnya penutupan. Untuk absorpsi gas, partikel-partikel berdiam pada permukaan secara tidak teratur sampai pemadatan menuntut keteraturan. Jika partikel absorpat saling menarik, parikel itu cennderung membentuk pulau- pulau dan pertumbuhan terjadi pada perbatasannya. Absorpat ini juga memperlihatkan transisi teratur-tak teratur, jika cukup dipanaskan agar gerakan termal mengatasi atraksi partikel-partikel, tetapi tidak terlalu panas sehingga partikel itu terdesorpsi. 3. Mengapa isotermal adsorpsi Freundich untuk adsorpsi pada pemukaan zat padat kurang memuaskan dibandingkan dengan adsorpsi Langmuir ? Jawab : Isoterm Langmuir meramalkan diperolehnya garis lurus jika p/V dialurkan terhadap p sedangkan pada isoterm Freundich garis lurus dapat diramalkan dengan mengalurkan ln V terhadap ln p. Pada permukaan zat padat, partikel-
  • 21. partikel zat yang terabsorpsi akan menunjukkan nilai entalpi yang kurang negatif saat bertambah. Berdasarkan isoterm Freundich hal ini akan menjadi tidak linear sehingga isoterm Freundich akan menghasilkan nilai yang kurang memuaskan saat diberlakukan pada permukaan zat padat. 4. Pada persamaan (x/m = ap/(1+bp). Ubahlah persamaan tersebut dalam bentuk praktis untuk menyelidiki apakah suatu proses adsorpsi menurut isotermal Langmuir ? Jawab : Berdasarkan persamaan (x/m = ap/(1+bp) suatu proses adsorpsi dapat dikatan berlangsung menurut isoterm Langmuir jika menunjukkan garis lurus pada grafik berdasarkan data yang dijadikan patokan. Garis lurus ini menunjukkan p/V dialurkan terhadap p. Berdasarkan kesetimbangan dinamika : AMMA permukaang )()( Dengan konstanta laju ka untuk absorpsi, kd untuk desorpsi, Laju perubahan penutupan permukaan karena adsorpsi sebanding dengan tekanan A sebesar p dan jumlah tempat kosong N(1- ) dengan N merupakan jumlah tempat total : )1(pNk a Laju perubahan karena desorpsi sebanding dengan jumlah spesies yang terabsorpsi, N , maka :
  • 22. Nk d Pada keseimbangan, kedua laju itu sama, dan penyelesaian untuk menghasilkan isoterm Langmuir ; d a p p k k K K K dimana 1 5. Jika pada persamaan tersebut diatas, tekanan “p” diganti dengan konsentrasi zat pada kesetimbangan, apakah persamaan Langmuir juga berlaku pada percobaan ini ? Jawab : Tidak, persamaan Langmuir tidak akan berlaku pada percobaan ini jika nilai p pada (x/m = ap/(1+bp) digantikan dengan konsentrasi zat, karena konsentrasi zat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi jumlah zat yang terabsorpsi. Artinya perubahan isotermal adsorpsi akan tidak beraturan dengan nilai konsentrasi yang berbeda-beda untuk masing-masing zat uji.