SlideShare a Scribd company logo
1 of 41
Download to read offline
AUDIT
INVESTIGATIF
DENGAN
MENGANALISIS
UNSUR PERBUATAN
MELAWAN HUKUM
LINDA GRACE LOUPATTY, SE.,M.AK.,AK
AKUNTANSI FORENSIK DAN AUDIT
EXAMINATION
DAFTAR ISI
30 Jenis Pidana
Korupsi
01
Unsur-Unsur Tindak
Pidana Korupsi
03
Tindak Pidana Lain
Berkaitan dengan
Tipikor
02
Konsep Tipikor dalam
Hukum Acara Pidana
dan Hukum Acara
Perdata
04
30 Jenis
Pidana
Korupsi
01
30 JENIS PIDANA KORUPSI
Tabel 16.5
Perincian 30 Bentuk Tindak Pidana Korupsi
Menurut Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999
jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001
Lanjutan Tabel Suap Menyuap
Dalam Tabel 16.5 di atas, ada kolom D-DA. Dalam kolom ini, tertulis
D (yang berarti dan) atau DA (yang berarti dan/atau). Kalau tertulis
"dan" berarti kedua jenis pidana pokoknya (dalam hal ini, Pidana
dan Pidana Denda) harus dijatuhkan bersama-sama.
TINDAK
PIDANA LAIN
BERKAITAN
DENGAN
TIPIKOR
02
TINDAK PIDANA LAIN BERKAITAN DENGAN TIPIKOR
Tidak memberi keterangan
atau memberi keterangan
yang tidak benar.
Mencegah, merintangi, atau
menggagalkan secara
langsung atau tidak langsung
penyidikan, penuntutan, dan
pemeriksaan di sidang
pengadilan terhadap
tersangka, terdakwa, atau
saksi dalam perkara korupsi.
2
1
Lanjutan
Dalam perkara korupsi, melanggar KUHP Pasal 220
(mengadukan perbuatan pidana, padahal ia tahu perbuatan
itu tidak dilakukan), Pasal 231 (menarik barang yang disita),
Pasal 421 (pejabat menyalahgunakan kekuasaan, memaksa
orang melakukan, tidak melakukan, atau membiarkan
sesuatu), Pasal 422 (pejabat menggunakan paksaan untuk
imemeras pengakuan atau mendapat keterangan), Pasal
429 (pejabat melampaui kekuasaan …… memaksa masuk
ke dalam rumah atau ruangan atau pekarangan tertutup ...
atau berada di situ secara melawan hukum) atau Pasal 430
(pejabat melampauí kekuasaan menyuruh memperlihatkan
kepadanya atau merampas surat, kartu pos, barang atau
paket ….. atau kabar lewat kawat)
3
03
Unsur-unsur
Tindak
Pidana
Korupsi
UNSUR-UNSUR TINDAK PIDANA KORUPSI
Pasal 2
1. Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri
atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan Negara. atau
perekonomian negara, dipidana penjara dengan penjara seumur hidup atau penjara
paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun denda paling
sedikit Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp
1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
2. Dalam hal tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dalam
keadaan tertentu, pidana mati dapat dijatuhkan.
TPK – KERUGIAN KEUANGAN NEGARA:
TPK – 1
TPK – 2
Pasal 3:
Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau
suatu korporasi.
Menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya
karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau
perekonomian Negara, dipidanai dengan pidana penjara seumur hidup atau
pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 20 (dua puluh)
tahun dan atau denda paling sedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)
dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Pasal 5 ayat (1)
Dipidana dengan pidana penjara paling singkat l (satu) tahun dan paling lama 5
(lima) tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) dan paling banyak Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah)
setiap orang yang:
a. memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara
negara dengan maksud supaya pegawai negeri atau penyelenggara negara
tersebut berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya, yang
bertentangan dengan kewajibannya; atau
b. memberi sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara karena atau
berhubungan dengan sesuatu yang bertentangan dengan kewajiban, dilakukan
atau tidak dilakukan dalam jabatannya.
TPK 3 dan 4
TPK
SUAP
MENYUAP
Pasal 13:
Seiap orang yang memberi hadiah atau janji kepada pegawai negeri dengan
mengingat kekuasaan atau wewenang yang melekat pada jabatan atau
kedudukannya, atau oleh pemberi hadiah atau janji dianggap melekat pada jabatan
atau kedudukan tersebut, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga)
tahun dan atau denda paling banyak Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta
rupiah).
Pasal 5 ayat (2):
Dipidana dengan pidana penjara paling singkat l (satu) tahun dan paling lama 5
(lima) dan atau pidana denda paling sedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) Paling banyak Rp 25s0.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah)
TPK – 5
TPK – 6
Lanjutan TPK Suap Menyuap
Pasal 6 ayat (1) huruf b
TPK-11
Pasal 6 ayat (2)
TPK-12
Pasal 12 huruf c
TPK-13
Pasal 12 huruf a
TPK-7
Pasal 12 huruf b
TPK-8
Pasal 11
TPK-9
Pasal 12 huruf d
TPK-14
Pasal 6 ayat (1) huruf b
(1) huruf a
TPK-10
TPK – 15
Pasal 8:
Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas)
tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) dan
paling banyak Rp 750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah), pegawai negeri atau orang
selain pegawai negeri yang ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum Secara terus menerus
atau untuk sementara waktu, dengan sengaja menggelapkan uang atau surat beriharga yang
disimpan karena jabatannya, atau membiarkan uang atau surat berharga tersebut diambil atau
digelapkan oleh orang lain, atau membantu dalam melakukan perbuatan tersebut.
TPK – PENGGELAPAN DALAM JABATAN
TPK-16
Pasal 9
TPK-17
Pasal 10 huruf a
TPK-18
Pasal 10 huruf b
TPK-19
Pasal 10 huruf c
TPK – 20
Pasal 12 huruf e:
Dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun
dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 200.000.000,00 (dua
ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah):
e. pegawai negeri atau penyelenggara negara yang dengan maksud menguntungkan diri sendiri
atau orang lain secara melawan hukum, atau dengan menyalahgunakan kekuasaannya memaksa
seseorang memberikan sesuatu, membayar, atau menerima pembayaran dengan potongan, atau
untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri;
TPK – PEMERASAN
TPK-21
Pasal 12 huruf g
TPK-22
Pasal 12 huruf f
Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling
lama 7 (tujuh) tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp
100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp
350.000.000,00 (tiga ratus lima puluh juta rupiah):
(a) pemborong, ahli bangunan yang pada waktu membuat bangunan, atau
penjual bahan bangunan yang pada waktu menyerahkan bahan bangunan,
melakukan perbuatan curang yang dapat membahayakan keamanan orang
atau barang, atau keselamatan negara dalam keadaan perang:
TPK-23
(b) setiap orang yang bertugas mengawasi
pembangunan atau penyerahan bahan bangunan,
s e n g a j a m e m b i a r k a n p e r b u a t a n c u r a n g
sebagaimana dimaksud dalam huruf a.
TPK-24
TPK – PERBUATAN CURANG
Pasal 7 ayat (1) huruf a
Pasal 7 ayat (1)
huruf b
Pasal 7 ayat (1)
huruf c
TPK – 25
Pasal 12 huruf i
TPK – 29
TPK – PERBUATAN CURANG
Pasal 7 ayat (1)
huruf c
TPK – 26
Pasal 12 huruf h
TPK – 28
01
03
02
04
• Pasal 12 B
• Pasal 12 C
TPK – 30
Pasal 7 ayat (2)
TPK – 27
Konsep Tipikor
Dalam Hukum
Acara Pidana
Dan Hukum
Acara Perdata
04
Konsep Tipikor Dalam Hukum Acara Pidana Dan Hukum Acara
Perdata
Alat Bukti yang Sah
1
Beban Pembuktian
Terbalik
2
“Lepas dari Tuntutan
Hukum” Versus “Bebas”
11
Perbuatan Berlanjut
10
Gugatan Perdata Atas
Harta yang Disembunykan
3
Pemidanaan secara in
absentia
4
Concurcus Realis
9
Concurcus Idealis
8
“Memperkaya” vs
“Menguntungkan”
5
Pidana Mati
6
Nullum Delictum
7
Alat bukti yang sah dalam bentuk petunjuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 188 ayat
(2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, khususnya untuk
tindak pidana korupsi dapat diperoleh dari:
 
1. Alat bukti lain yang berupa informasi yang diucapkan, dikirim, diterima, atau disimpan
secara elektronik (misalnya data yang disimpan dalam mikrofilm, Compact Disk Read
Only Memory (CD-ROM), atau Write Once Read Many (WORM)) dengan alat optik atau
yang serupa dengan itu (misalnya, data penghubung elektronik (electronic data
interchange), surat elektronik (e-mail), telegram, teleks, dan faksimili); dan
2. Dokumen, yakni setiap rekaman data atau informasi yang dilihat, dibaca, dan atau
didengar yang dapat dikeluarkan dengan atau tanpa bantuan suatu sarana, baik yang
tertuang di atas kertas, benda fisik apa pun selain kertas, maupun yang terekam secara
elektronik, yang berupa tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto, huruf, tanda,
angka, atau perforasi yang memiliki makna.
Alat Bukti yang Sah
Pembuktian terbalik diberlakukan pada
tindak pidana baru tentang gratifikasi
dan terhadap tuntutan perampasan harta
benda terdakwa yang diduga berasal dari
salah satu tindak pidana sebagaimana
yang dimaksud dalam Pasal 2, Pasal 3,
Pasal 13, Pasal 14, Pasal 15, dan Pasal 16
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi dan Pasal 5 sampai dengan Pasal
12 Undang-Undang ini.
Beban Pembuktian Terbalik
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,
including icons from Flaticon, and infographics & images by Freepik.
Gugatan Perdata Atas Harta
yang Disembunyikan
Dalam Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 ini diatur pula hak negara untuk mengajukan
gugatan perdata terhadap harta benda terpidana yang disembunyikan atau
tersembunyi dan baru diketahui setelah putusan pengadilan memperoleh kekuatan
hukum tetap. Harta benda yang disembunyikan atau bunyi tersebut diduga atau patut
diduga berasal dari tindak pidana korupsi. Gugatan perdata digunakan terhadap
terpidana atau ahli warisnya, Untuk melakukan gugatan tersebut, Negara dapat
menuniuk kuasanya untuk mewakili negara.
Dalam hal terdakwa meninggal dunia sebelum putusan
dijatuhkan dan terdapat buki yang cukup kuat bahwa yang
bersangkutan telah melakukan tindak pidana korupsi maka
hakim atas tuntutan penuntut umum nenetapkan
perampasan barang barang yang telah disita.
Karena orang itu telah meninggal dunia, kesempatan
banding baginya tidak ada. Setelah ia meninggal,
pertanggungjawabannya dibatasi sampai pada
perampasan harta benda yang telah disita.
Perampasan Harta Benda yang Disita
 Jaksa menyusun berkas gugatan perdata untuk ahli waris
almarhum Yusuf Setiawan. Jaksa Agung Muda Perdata dan
Tata Usaha Negara Edwin Pamimpin Situmorang, Kamis
(18/6), mengatakan, berkas gugatan perdata itu segera
dilimpahkan ke pengadlan. Besarnya ganti rugi yang
diajukan sebesar kerugian negara dalam perkara tersebut,
yakni Rp 48,32 miliar. Yusuf Setiawan adalah Direktur PT
Setiajaya Mobilindo, terdakwa korupsi pengadaan alat
berat dan ambulans dari APBD Jawa Barat 2003. Ia
meninggal dunia saat perkaranya disidangkan di
Pengadilan Khusus Tindak Pidana Korupsi. (idr)
–Sumber: Kompas, 20 juni 2009
Ahli Waris Yusuf Digugat
Pemidanaan secara in absentia
Dalam hal terdakwa telah
dipanggil secara sah, dan
t i d a k h a d i r d i s i d a n g
pengadilan tanpa alasan
yang sah, maka perkara
dapat diperiksa dan diputus
tanpa kehadirannya.
1
Dalam hal terdakwa hadir pada
sidang berikutnya sebelum
putusan dijatuhkan maka
terdakwa wajib diperiksa, dan
segala keterangan saksi dan
surat-surat yang dibacakan
dalam sidang sebelumnya
dianggap sebagai diucapkan
dalam sidang yang sekarang
3
Putusan yang dijatuhkan
tanpa kehadiran terdakwa
diumumkan oleh penuntur
u m u m p a d a p a p a n
pengunuman pengadilan,
kantor Pemerintah Daerah,
atau diberitahukan kepada
kuasanya.
2
Terdakwa atau penguasanya
dapat mengajukan banding
atas putusan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1)
4
Pengalaman mengenai koruptor yang melarikan diri atau tidak hadir dalam persidangan
diatasi dengan ketentuan mengenai pemidanaan secara in absentia. Hal ini diatur dalam pasal
38 ayat I, 2, 3, dan 4 dari Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 , yang berbunyi sebagai
berikut.
“Memperkaya” vs “Menguntungkan”
Memperkaya bermakna adanya
tambahan kekayaan.
Menguntungkan bermakna
keuntungan materiil (tambahan
kekayaan, uang, harta) dan
immateril (timbulnya goodwill,
utang budi, dan lain-lain).
Seorang pejabat menerima suap dari
seorang pengusaha dan seluruh jumlah
itu diberikan kepada atasannya.
Pejabat itu tidak memperkaya dirinya,
tetapi tetap menguntungkan dirinya.
Dengan meneruskan seluruh suap itu
kepada atasannya, ia menguntungkan
diri karena bisa mendapat
keistimewaan (favor) dalam bentuk
kenaikan pangkat, jabatan, gaji, dst.
Mengapa pembuktian “memperkaya”
lebih sulit dari pada
“menguntungkan”?
• Banyak orang menginginkan ketentuan pidana mati terhadap para koruptor
dalam hal jumlah yang dikorupsi besar. Namun, berapa jumlah korupsi yang
dikategorikan besar?
 
• Dalam Pasal 2 ayat 2 dari Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999, dikatakan:
"Dalam hal tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dilakukan dalam keadaan tertentu, pidana mati dapat dijatuhkan"
Penjelasannya berbunyi sebagai berikut:
Pidana Mati
Yang dimaksud dengan "keadaan tertentu" dalam ketentuan ini adalah
keadaan yang dapat dijadikan alasan pemberatan pidana bagi pelaku
tindalk pldana korupsi yaitu apabila tindak pidana tersebut dilakukan
terhadap dana-dana yang diperuntukkan bagi penanggulangan keadaan
bahaya, bencana alam nasional, penanggulangan akibat kerusuhan krisis
ekonomi dan moneter, dan pengulangan tindak pidana korupsi.
Nullum Delictum
‘nullum delictum, nulla
poena sine praevia lege
poenali’
Atau disingkat:
'nullum delictum’
1
‘nullum crinen, nalla
poena sine praevia lege
poenali’
Atau disingkat:
'nulla poena sine lege,
2
‘nullum erimen, nulla
poena sine lege praevia‘
Atau disingkat:
'nullum crimen, nulla
poena sine lege’
3
Dalam bahasa Latin, asas ini selengkapnya berbunyi:
Pertama, untuk kasus kasus TPK yang dilakukan
sebelum keluarnya suatu undang-undang tetapi
diadil sesudah keluarnya undang- undang tersebut.
Hal ini, misalnya, terlihat dalam perdebatan di DPR
etika membahas Rancangan Undang-Undang
(yang kemudian menjadi Undang-Undang Nomor
3 Tahun 1971). Meskipun ada keinginan yang kuat
dari beberapa fraksi untuk menerapkan undang-
undang itu secara retroaktif (berlaku surut),
perumusan Pasal 36 dari undang-undang yang
disahkan menunjukkan dipertahankannya asas
nulum delictum ini.
Lanjutan
Kedua, sewaktu KPK menanganí kasus yang
terjadi sebelum keluarnya Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi
Pe m b e r a n t a s a n T PK , a d a o r a n g y a n g
mempertanyakan wewenang KPK dengan
menggunakan asas nullum delictum ini. Dalam
kasus semacam ini, asas iní sebenarnya tidak
dilanggar karena substansi hukumnya sudah
d i a t u r d a l a m u n d a n g - u n d a n g y a n g
mendahului TPK itu. Yang terjadi kemudian
a d a l a h p e r l u a s a n d a r i a p a r a t y a n g
menanganinya, yakni dari polisi dan jaksa ke
KPK
Maknanya dapat dilihat pada Pasal l ayat (1) KUHP yang berbunyi: "Suatu perbuatan tidak dapat
dipidana, kecuali berdasarkan kekualan ketentuan-ketentuan perundang-undangan pidana yang telah
ada.“ Dalam kaitan dengan TPK, asas ini dikemukakan dalam dua kasus:
Concurcus Idealis
01
jika suatu perbuatan masuk dalam
lebih dari satu aturan pidana. maka
yang dikenakan hanya salah-satu di
antara aturan-aturan itu: ika berbeda-
beds, vang dikenakan yang memuat
ancaman pidana pokok yang paling
berat.
02
Jika suatu perbuatan masuk
dalam suatu aturan pidana yang
umum, datur pula dalam aturan
pidana yang khusus, maka
hanya yang khusus itulah yang
diterapkan
Konsep concurus idealis berkenan dengan satu perbuatan yang tercakup dalam lebih
dari satu aturan pidana. Hal ini terlihat dalam Pasal 63 yang berbunyi sebagai
b e r i k u t .
Concurcus Realis
Dalam hal perbarengan beberapa
perbuatan yang harus dipandang
sebagai perbuatan yang berdiri-
sendiri sehingga merupakan
beberapa kejahatan, yang diancam
dengan pidana pokok yang sejenis,
maka dijatuhkan hanya satu pidana
Maksimum pidana yang
dijatuhkan ialah jumlah
maksimum pidana yang diancam
terhadap perbuatan itu, tetapi
tidak boleh lebih dari maksimum
pidana yang terberat ditambah|
sepertiga.
Konsep concursus realis ini berkenaan dengan beberapa perbuatan yang dilakukan
berbarengan. Hal ini terdapat dalam KUHP Pasal 65 yang berbunyi sebagai berikut.
(1)
(2)
Perbuatan berlanjut ini diatur dalam
Pasal 64 ayat I KUHP yang berbunyi
sebagai Berikut.
Perbuatan Berlanjut
(1) Jika antara beberapa perbuatan,
meskipun masing-masing
merupakan kejahatan atau
pelanggaran, ada hubungannya
sedemikian rupa sehingga harus
dipandang sebagai satu
perbuatan berlanjut, maka
hanya diterapkan yang memuat
ancaman pidana pokok yang
paling berat.
Bagi orang awam, keputusan "Lepas dari tuntutan hukum"
dan keputusan "Bebas" mempunyai makna yang sama.
Dari sudut pandang KUHAP, kedua putusan ini mempunyai
makna dan konsekuensi yang berbeda.
 
Putusan bebas (vrijspraak) atau bebas murni (zuivere
vrjspraak) diatur dalam KUHAP Pasal 191 ayat I yang
berbunyi: "jika pengadilan berpendapat bahwa dari hasil
pemeriksaan di sidang kesalahan terdakwa atas perbuatan
yang didakwakan kepadanya tidak terbukti secara sah dan
meyakinkan maka terdakwa diputus bebas”
 
“Lepas dari Tuntutan Hukum” Versus “Bebas”
"Lepas dari segala tuntutan hukum" (ontslag van alle
rechtsvervolging) diatur dalam KUHAP Pasal 191 ayat 2
yang berbunyi sebagai berikut: "ika pengadilan
berpendapat bahwa perbuatan yrang didakwakan
kepada terdakwa terbukti, tetapi perbuatan itu tidak
merupakan suatu tindak pidana, maka terdakwa diputus
lepas dari segala tuntutan hukum"
 
Dalam hal putusan lepas dari segala tuntutan hukum,
jaksa penuntut umum dapat melakukan kasasi.
Sementara itu, dalam putusan bebas murni, jaksa
penuntut umum tidak dapat melakukan kasasi.
Lanjutan
TERIMA KASIH

More Related Content

What's hot

Makalah analisis laporan keuangan daerah manado
Makalah analisis laporan keuangan daerah manadoMakalah analisis laporan keuangan daerah manado
Makalah analisis laporan keuangan daerah manado
Yudi Pratama
 
Tugas pengauditan audit internal
Tugas pengauditan audit internalTugas pengauditan audit internal
Tugas pengauditan audit internal
Mhd. Abdullah Hamid
 
Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntans...
Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntans...Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntans...
Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntans...
Adi Jauhari
 
akuntansi pajak atas piutang
akuntansi pajak atas piutangakuntansi pajak atas piutang
akuntansi pajak atas piutang
risfanpratama
 
Profesi Akuntan Publik pada Masa depan
Profesi Akuntan Publik pada Masa depanProfesi Akuntan Publik pada Masa depan
Profesi Akuntan Publik pada Masa depan
Diah Fitri
 
KERANGKA KONSEPTUAL FASB
KERANGKA KONSEPTUAL FASBKERANGKA KONSEPTUAL FASB
KERANGKA KONSEPTUAL FASB
mas ijup
 
Contoh perhitungan deviden saham
Contoh perhitungan deviden saham Contoh perhitungan deviden saham
Contoh perhitungan deviden saham
Livi Pungus
 

What's hot (20)

Perencanaan Laba
Perencanaan LabaPerencanaan Laba
Perencanaan Laba
 
Makalah analisis laporan keuangan daerah manado
Makalah analisis laporan keuangan daerah manadoMakalah analisis laporan keuangan daerah manado
Makalah analisis laporan keuangan daerah manado
 
Perencanaan dan penganggaran perusahaan 1
Perencanaan dan penganggaran perusahaan 1Perencanaan dan penganggaran perusahaan 1
Perencanaan dan penganggaran perusahaan 1
 
Audit Siklus Penggajian dan Personalia
Audit Siklus Penggajian dan PersonaliaAudit Siklus Penggajian dan Personalia
Audit Siklus Penggajian dan Personalia
 
Analisa rasio keuangan
Analisa rasio keuanganAnalisa rasio keuangan
Analisa rasio keuangan
 
Quiz 4 the building blocks of auditing
Quiz 4   the building blocks of auditingQuiz 4   the building blocks of auditing
Quiz 4 the building blocks of auditing
 
Tugas makalah good corporate governance
Tugas makalah good corporate governanceTugas makalah good corporate governance
Tugas makalah good corporate governance
 
Laporan Audit
Laporan AuditLaporan Audit
Laporan Audit
 
Penelusuran Aset Dan Pemulihan Kerugian
Penelusuran Aset Dan Pemulihan KerugianPenelusuran Aset Dan Pemulihan Kerugian
Penelusuran Aset Dan Pemulihan Kerugian
 
Tugas pengauditan audit internal
Tugas pengauditan audit internalTugas pengauditan audit internal
Tugas pengauditan audit internal
 
Laporan Keuangan Publik
Laporan Keuangan PublikLaporan Keuangan Publik
Laporan Keuangan Publik
 
Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntans...
Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntans...Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntans...
Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntans...
 
Metodologi audit
Metodologi auditMetodologi audit
Metodologi audit
 
akuntansi pajak atas piutang
akuntansi pajak atas piutangakuntansi pajak atas piutang
akuntansi pajak atas piutang
 
Makalah teori akuntansi
Makalah teori akuntansiMakalah teori akuntansi
Makalah teori akuntansi
 
Profesi Akuntan Publik pada Masa depan
Profesi Akuntan Publik pada Masa depanProfesi Akuntan Publik pada Masa depan
Profesi Akuntan Publik pada Masa depan
 
KERANGKA KONSEPTUAL FASB
KERANGKA KONSEPTUAL FASBKERANGKA KONSEPTUAL FASB
KERANGKA KONSEPTUAL FASB
 
Bab 1 Materi Persekutuan (Akuntansi Keuangan Lanjutan)
Bab 1 Materi Persekutuan (Akuntansi Keuangan Lanjutan)Bab 1 Materi Persekutuan (Akuntansi Keuangan Lanjutan)
Bab 1 Materi Persekutuan (Akuntansi Keuangan Lanjutan)
 
Psak 22 (revisi 2010) - bab 3 goodwill
Psak 22 (revisi 2010) - bab 3 goodwillPsak 22 (revisi 2010) - bab 3 goodwill
Psak 22 (revisi 2010) - bab 3 goodwill
 
Contoh perhitungan deviden saham
Contoh perhitungan deviden saham Contoh perhitungan deviden saham
Contoh perhitungan deviden saham
 

Similar to Audit Investigatif Dengan Menganalisis Unsur Perbuatan Melawan Hukum

UU No.20 th 2001 ttgTIPIKOR
UU No.20 th 2001 ttgTIPIKORUU No.20 th 2001 ttgTIPIKOR
UU No.20 th 2001 ttgTIPIKOR
Sei Enim
 
Undang undang no. 20 tahun 2001 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi
Undang undang no. 20 tahun 2001 tentang pemberantasan tindak pidana korupsiUndang undang no. 20 tahun 2001 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi
Undang undang no. 20 tahun 2001 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi
mapjmakassar
 
Undang undang no. 20 tahhttp://www.slideshare.net/slideshow/embed_code/168768...
Undang undang no. 20 tahhttp://www.slideshare.net/slideshow/embed_code/168768...Undang undang no. 20 tahhttp://www.slideshare.net/slideshow/embed_code/168768...
Undang undang no. 20 tahhttp://www.slideshare.net/slideshow/embed_code/168768...
mapjmakassar
 
Uu ri no 31 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi
Uu ri no 31 tentang pemberantasan tindak pidana korupsiUu ri no 31 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi
Uu ri no 31 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi
aanpalisury
 
Uu 1999 nomor 31 pemberantasan tindak pidana korupsi
Uu 1999 nomor 31 pemberantasan tindak pidana korupsiUu 1999 nomor 31 pemberantasan tindak pidana korupsi
Uu 1999 nomor 31 pemberantasan tindak pidana korupsi
Mystic333
 
UU Nomor 20 Tahun 2001.pdf
UU Nomor 20 Tahun 2001.pdfUU Nomor 20 Tahun 2001.pdf
UU Nomor 20 Tahun 2001.pdf
deddy63
 
Tindak pidana korupsi 31 99
Tindak pidana korupsi 31 99Tindak pidana korupsi 31 99
Tindak pidana korupsi 31 99
mapjmakassar
 
Pasal pasal
Pasal pasalPasal pasal
Pasal pasal
umum
 
Uu 2001 nomor 20 perubahan atas undang undang nomor 31 tahun 1999 tentang pem...
Uu 2001 nomor 20 perubahan atas undang undang nomor 31 tahun 1999 tentang pem...Uu 2001 nomor 20 perubahan atas undang undang nomor 31 tahun 1999 tentang pem...
Uu 2001 nomor 20 perubahan atas undang undang nomor 31 tahun 1999 tentang pem...
Mystic333
 

Similar to Audit Investigatif Dengan Menganalisis Unsur Perbuatan Melawan Hukum (20)

UU No.20 th 2001 ttgTIPIKOR
UU No.20 th 2001 ttgTIPIKORUU No.20 th 2001 ttgTIPIKOR
UU No.20 th 2001 ttgTIPIKOR
 
Uu 20 2001
Uu 20 2001Uu 20 2001
Uu 20 2001
 
Undang undang no. 20 tahun 2001 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi
Undang undang no. 20 tahun 2001 tentang pemberantasan tindak pidana korupsiUndang undang no. 20 tahun 2001 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi
Undang undang no. 20 tahun 2001 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi
 
Undang undang no. 20 tahhttp://www.slideshare.net/slideshow/embed_code/168768...
Undang undang no. 20 tahhttp://www.slideshare.net/slideshow/embed_code/168768...Undang undang no. 20 tahhttp://www.slideshare.net/slideshow/embed_code/168768...
Undang undang no. 20 tahhttp://www.slideshare.net/slideshow/embed_code/168768...
 
Undang undang nomor 31 pidana korupsi
Undang undang nomor 31 pidana korupsiUndang undang nomor 31 pidana korupsi
Undang undang nomor 31 pidana korupsi
 
Uu ri no 31 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi
Uu ri no 31 tentang pemberantasan tindak pidana korupsiUu ri no 31 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi
Uu ri no 31 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi
 
Uu 1999 nomor 31 pemberantasan tindak pidana korupsi
Uu 1999 nomor 31 pemberantasan tindak pidana korupsiUu 1999 nomor 31 pemberantasan tindak pidana korupsi
Uu 1999 nomor 31 pemberantasan tindak pidana korupsi
 
Uu no. 31 th. 1999 (pemberantas korupsi)
Uu no. 31 th. 1999 (pemberantas korupsi)Uu no. 31 th. 1999 (pemberantas korupsi)
Uu no. 31 th. 1999 (pemberantas korupsi)
 
Uu nomor 31 tahun 1999 tentang pemberantasan korupsi
Uu nomor 31 tahun 1999 tentang pemberantasan korupsiUu nomor 31 tahun 1999 tentang pemberantasan korupsi
Uu nomor 31 tahun 1999 tentang pemberantasan korupsi
 
uu311999.pdf
uu311999.pdfuu311999.pdf
uu311999.pdf
 
Undang-Undang nomor 31 tahun 1999
Undang-Undang nomor 31 tahun 1999Undang-Undang nomor 31 tahun 1999
Undang-Undang nomor 31 tahun 1999
 
UU RI No. 31 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
UU RI No. 31 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana KorupsiUU RI No. 31 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
UU RI No. 31 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
 
UU Nomor 20 Tahun 2001.pdf
UU Nomor 20 Tahun 2001.pdfUU Nomor 20 Tahun 2001.pdf
UU Nomor 20 Tahun 2001.pdf
 
Tindak pidana korupsi 31 99
Tindak pidana korupsi 31 99Tindak pidana korupsi 31 99
Tindak pidana korupsi 31 99
 
Pasal pasal
Pasal pasalPasal pasal
Pasal pasal
 
Uu no 20_2001
Uu no 20_2001Uu no 20_2001
Uu no 20_2001
 
kpk
kpkkpk
kpk
 
UU No 20 tahun 2001 ttg Pemberantasan Tipikor
UU No 20 tahun 2001  ttg Pemberantasan TipikorUU No 20 tahun 2001  ttg Pemberantasan Tipikor
UU No 20 tahun 2001 ttg Pemberantasan Tipikor
 
Uu nomor 20 tahun 2001 tentang perubahan atas uu nomor 31 ta
Uu nomor 20 tahun 2001 tentang perubahan atas uu nomor 31 taUu nomor 20 tahun 2001 tentang perubahan atas uu nomor 31 ta
Uu nomor 20 tahun 2001 tentang perubahan atas uu nomor 31 ta
 
Uu 2001 nomor 20 perubahan atas undang undang nomor 31 tahun 1999 tentang pem...
Uu 2001 nomor 20 perubahan atas undang undang nomor 31 tahun 1999 tentang pem...Uu 2001 nomor 20 perubahan atas undang undang nomor 31 tahun 1999 tentang pem...
Uu 2001 nomor 20 perubahan atas undang undang nomor 31 tahun 1999 tentang pem...
 

More from Linda Grace Loupatty, FEB Universitas Pattimura

SLIDE_7 PAJAK DAERAH (BAGIAN 2).pdf
SLIDE_7   PAJAK  DAERAH  (BAGIAN 2).pdfSLIDE_7   PAJAK  DAERAH  (BAGIAN 2).pdf
SLIDE_7 PAJAK DAERAH (BAGIAN 2).pdf
Linda Grace Loupatty, FEB Universitas Pattimura
 
SLIDE_6 PAJAK DAERAH (BAG 1).pdf
SLIDE_6  PAJAK DAERAH (BAG 1).pdfSLIDE_6  PAJAK DAERAH (BAG 1).pdf
SLIDE_6 PAJAK DAERAH (BAG 1).pdf
Linda Grace Loupatty, FEB Universitas Pattimura
 
SLIDE_5 SUMBER PENDAPATAN DAERAH.pdf
SLIDE_5  SUMBER PENDAPATAN DAERAH.pdfSLIDE_5  SUMBER PENDAPATAN DAERAH.pdf
SLIDE_5 SUMBER PENDAPATAN DAERAH.pdf
Linda Grace Loupatty, FEB Universitas Pattimura
 
HARGA POKOK BERDASARKAN PROSES (PROCESS COSTING)
HARGA POKOK BERDASARKAN PROSES  (PROCESS COSTING)HARGA POKOK BERDASARKAN PROSES  (PROCESS COSTING)
HARGA POKOK BERDASARKAN PROSES (PROCESS COSTING)
Linda Grace Loupatty, FEB Universitas Pattimura
 
ANGGARAN PEMERINTAH DAERAH
ANGGARAN PEMERINTAH DAERAHANGGARAN PEMERINTAH DAERAH
PEMERINTAH DAERAH
PEMERINTAH DAERAHPEMERINTAH DAERAH
Perhitungan Kerugian, Kriminologi dan Viktimologi
Perhitungan Kerugian, Kriminologi dan Viktimologi Perhitungan Kerugian, Kriminologi dan Viktimologi
Perhitungan Kerugian, Kriminologi dan Viktimologi
Linda Grace Loupatty, FEB Universitas Pattimura
 
Asuransi
AsuransiAsuransi
Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa & U.S. Foreign Corrupt Practic...
Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa & U.S. Foreign Corrupt Practic...Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa & U.S. Foreign Corrupt Practic...
Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa & U.S. Foreign Corrupt Practic...
Linda Grace Loupatty, FEB Universitas Pattimura
 
WAWANCARA DAN INTEROGASI, OPERASI PENYAMARAN DAN PENIUP PELUIT
WAWANCARA DAN INTEROGASI, OPERASI PENYAMARAN  DAN PENIUP PELUITWAWANCARA DAN INTEROGASI, OPERASI PENYAMARAN  DAN PENIUP PELUIT
WAWANCARA DAN INTEROGASI, OPERASI PENYAMARAN DAN PENIUP PELUIT
Linda Grace Loupatty, FEB Universitas Pattimura
 

More from Linda Grace Loupatty, FEB Universitas Pattimura (20)

SLIDE_8 PAJAK PROVINSI.pdf
SLIDE_8  PAJAK PROVINSI.pdfSLIDE_8  PAJAK PROVINSI.pdf
SLIDE_8 PAJAK PROVINSI.pdf
 
SLIDE_7 PAJAK DAERAH (BAGIAN 2).pdf
SLIDE_7   PAJAK  DAERAH  (BAGIAN 2).pdfSLIDE_7   PAJAK  DAERAH  (BAGIAN 2).pdf
SLIDE_7 PAJAK DAERAH (BAGIAN 2).pdf
 
SLIDE_6 PAJAK DAERAH (BAG 1).pdf
SLIDE_6  PAJAK DAERAH (BAG 1).pdfSLIDE_6  PAJAK DAERAH (BAG 1).pdf
SLIDE_6 PAJAK DAERAH (BAG 1).pdf
 
SLIDE_5 SUMBER PENDAPATAN DAERAH.pdf
SLIDE_5  SUMBER PENDAPATAN DAERAH.pdfSLIDE_5  SUMBER PENDAPATAN DAERAH.pdf
SLIDE_5 SUMBER PENDAPATAN DAERAH.pdf
 
ANALISIS AKTIVITAS INVESTASI: INVESTASI ANTARPERUSAHAAN
ANALISIS AKTIVITAS INVESTASI: INVESTASI ANTARPERUSAHAANANALISIS AKTIVITAS INVESTASI: INVESTASI ANTARPERUSAHAAN
ANALISIS AKTIVITAS INVESTASI: INVESTASI ANTARPERUSAHAAN
 
HARGA POKOK BERDASARKAN PROSES (PROCESS COSTING)
HARGA POKOK BERDASARKAN PROSES  (PROCESS COSTING)HARGA POKOK BERDASARKAN PROSES  (PROCESS COSTING)
HARGA POKOK BERDASARKAN PROSES (PROCESS COSTING)
 
ANGGARAN PEMERINTAH DAERAH
ANGGARAN PEMERINTAH DAERAHANGGARAN PEMERINTAH DAERAH
ANGGARAN PEMERINTAH DAERAH
 
ANALISIS BIAYA-VOLUME-LABA ALAT PERENCANAAN MANAJERIAL
ANALISIS BIAYA-VOLUME-LABA ALAT PERENCANAAN MANAJERIALANALISIS BIAYA-VOLUME-LABA ALAT PERENCANAAN MANAJERIAL
ANALISIS BIAYA-VOLUME-LABA ALAT PERENCANAAN MANAJERIAL
 
PEMERINTAH DAERAH
PEMERINTAH DAERAHPEMERINTAH DAERAH
PEMERINTAH DAERAH
 
ANALISIS AKTIVITAS PENDANAAN (Bag 1)
ANALISIS AKTIVITAS PENDANAAN (Bag 1)ANALISIS AKTIVITAS PENDANAAN (Bag 1)
ANALISIS AKTIVITAS PENDANAAN (Bag 1)
 
PELAPORAN DAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN
PELAPORAN DAN ANALISIS LAPORAN KEUANGANPELAPORAN DAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN
PELAPORAN DAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN
 
PERKEMBANGAN PENGATURAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH DARI MASA KE MASA
PERKEMBANGAN PENGATURAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH DARI MASA KE MASAPERKEMBANGAN PENGATURAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH DARI MASA KE MASA
PERKEMBANGAN PENGATURAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH DARI MASA KE MASA
 
PENGANTAR, KONSEP DASAR AKUNTANSI MANAJEMEN DAN PERILAKU BIAYA
PENGANTAR, KONSEP DASAR AKUNTANSI MANAJEMEN DAN PERILAKU BIAYAPENGANTAR, KONSEP DASAR AKUNTANSI MANAJEMEN DAN PERILAKU BIAYA
PENGANTAR, KONSEP DASAR AKUNTANSI MANAJEMEN DAN PERILAKU BIAYA
 
TINJAUAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN
TINJAUAN ANALISIS LAPORAN KEUANGANTINJAUAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN
TINJAUAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN
 
Perhitungan Kerugian, Kriminologi dan Viktimologi
Perhitungan Kerugian, Kriminologi dan Viktimologi Perhitungan Kerugian, Kriminologi dan Viktimologi
Perhitungan Kerugian, Kriminologi dan Viktimologi
 
Manajemen Risiko Operasional dan Risiko Perubahan Kurs
Manajemen Risiko Operasional dan Risiko Perubahan KursManajemen Risiko Operasional dan Risiko Perubahan Kurs
Manajemen Risiko Operasional dan Risiko Perubahan Kurs
 
Instrumen Derivatif
Instrumen DerivatifInstrumen Derivatif
Instrumen Derivatif
 
Asuransi
AsuransiAsuransi
Asuransi
 
Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa & U.S. Foreign Corrupt Practic...
Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa & U.S. Foreign Corrupt Practic...Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa & U.S. Foreign Corrupt Practic...
Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa & U.S. Foreign Corrupt Practic...
 
WAWANCARA DAN INTEROGASI, OPERASI PENYAMARAN DAN PENIUP PELUIT
WAWANCARA DAN INTEROGASI, OPERASI PENYAMARAN  DAN PENIUP PELUITWAWANCARA DAN INTEROGASI, OPERASI PENYAMARAN  DAN PENIUP PELUIT
WAWANCARA DAN INTEROGASI, OPERASI PENYAMARAN DAN PENIUP PELUIT
 

Recently uploaded

Abortion Pills For Sale in Jeddah (+966543202731))Get Cytotec in Riyadh City
Abortion Pills For Sale in Jeddah (+966543202731))Get Cytotec in Riyadh CityAbortion Pills For Sale in Jeddah (+966543202731))Get Cytotec in Riyadh City
Abortion Pills For Sale in Jeddah (+966543202731))Get Cytotec in Riyadh City
jaanualu31
 
Abortion pills in Dammam (+966572737505) get cytotec
Abortion pills in Dammam (+966572737505) get cytotecAbortion pills in Dammam (+966572737505) get cytotec
Abortion pills in Dammam (+966572737505) get cytotec
Abortion pills in Riyadh +966572737505 get cytotec
 
presentasi pertemuan 2 ekonomi pertanian
presentasi pertemuan 2 ekonomi pertanianpresentasi pertemuan 2 ekonomi pertanian
presentasi pertemuan 2 ekonomi pertanian
HALIABUTRA1
 
bsc ekonomi balance scorecard bahan tayang paparan presentasi sudah oke
bsc ekonomi balance scorecard bahan tayang paparan presentasi sudah okebsc ekonomi balance scorecard bahan tayang paparan presentasi sudah oke
bsc ekonomi balance scorecard bahan tayang paparan presentasi sudah oke
galuhmutiara
 
Abortion pills in Jeddah |+966572737505 | Get Cytotec
Abortion pills in Jeddah |+966572737505 | Get CytotecAbortion pills in Jeddah |+966572737505 | Get Cytotec
Abortion pills in Jeddah |+966572737505 | Get Cytotec
Abortion pills in Riyadh +966572737505 get cytotec
 

Recently uploaded (20)

MODEL TRANSPORTASI METODE VOGEL APPROXIMATIONAM.pptx
MODEL TRANSPORTASI METODE VOGEL APPROXIMATIONAM.pptxMODEL TRANSPORTASI METODE VOGEL APPROXIMATIONAM.pptx
MODEL TRANSPORTASI METODE VOGEL APPROXIMATIONAM.pptx
 
Saham dan hal-hal yang berhubungan langsung
Saham dan hal-hal yang berhubungan langsungSaham dan hal-hal yang berhubungan langsung
Saham dan hal-hal yang berhubungan langsung
 
Presentasi Pengertian instrumen pasar modal.ppt
Presentasi Pengertian instrumen pasar modal.pptPresentasi Pengertian instrumen pasar modal.ppt
Presentasi Pengertian instrumen pasar modal.ppt
 
Memahami Terkait Perilaku Konsumen untuk bisnis
Memahami Terkait Perilaku Konsumen untuk bisnisMemahami Terkait Perilaku Konsumen untuk bisnis
Memahami Terkait Perilaku Konsumen untuk bisnis
 
Abortion Pills For Sale in Jeddah (+966543202731))Get Cytotec in Riyadh City
Abortion Pills For Sale in Jeddah (+966543202731))Get Cytotec in Riyadh CityAbortion Pills For Sale in Jeddah (+966543202731))Get Cytotec in Riyadh City
Abortion Pills For Sale in Jeddah (+966543202731))Get Cytotec in Riyadh City
 
Abortion pills in Dammam (+966572737505) get cytotec
Abortion pills in Dammam (+966572737505) get cytotecAbortion pills in Dammam (+966572737505) get cytotec
Abortion pills in Dammam (+966572737505) get cytotec
 
Slide-AKT-102-PPT-Chapter-10-indo-version.pdf
Slide-AKT-102-PPT-Chapter-10-indo-version.pdfSlide-AKT-102-PPT-Chapter-10-indo-version.pdf
Slide-AKT-102-PPT-Chapter-10-indo-version.pdf
 
K5-Kebijakan Tarif & Non Tarif kelompok 5
K5-Kebijakan Tarif & Non Tarif kelompok 5K5-Kebijakan Tarif & Non Tarif kelompok 5
K5-Kebijakan Tarif & Non Tarif kelompok 5
 
presentasi pertemuan 2 ekonomi pertanian
presentasi pertemuan 2 ekonomi pertanianpresentasi pertemuan 2 ekonomi pertanian
presentasi pertemuan 2 ekonomi pertanian
 
MODEL TRANSPORTASI METODE LEAST COST.pptx
MODEL TRANSPORTASI METODE LEAST COST.pptxMODEL TRANSPORTASI METODE LEAST COST.pptx
MODEL TRANSPORTASI METODE LEAST COST.pptx
 
TEORI DUALITAS TENTANG (PRIM AL-DUAL).pptx
TEORI DUALITAS TENTANG (PRIM AL-DUAL).pptxTEORI DUALITAS TENTANG (PRIM AL-DUAL).pptx
TEORI DUALITAS TENTANG (PRIM AL-DUAL).pptx
 
sejarah dan perkembangan akuntansi syariah.ppt
sejarah dan perkembangan akuntansi syariah.pptsejarah dan perkembangan akuntansi syariah.ppt
sejarah dan perkembangan akuntansi syariah.ppt
 
Karakteristik dan Produk-produk bank syariah.ppt
Karakteristik dan Produk-produk bank syariah.pptKarakteristik dan Produk-produk bank syariah.ppt
Karakteristik dan Produk-produk bank syariah.ppt
 
Review Kinerja sumberdaya manusia pada perusahaan
Review Kinerja sumberdaya manusia pada perusahaanReview Kinerja sumberdaya manusia pada perusahaan
Review Kinerja sumberdaya manusia pada perusahaan
 
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptxBAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
 
bsc ekonomi balance scorecard bahan tayang paparan presentasi sudah oke
bsc ekonomi balance scorecard bahan tayang paparan presentasi sudah okebsc ekonomi balance scorecard bahan tayang paparan presentasi sudah oke
bsc ekonomi balance scorecard bahan tayang paparan presentasi sudah oke
 
METODE TRANSPORTASI NORTH WEST CORNERWC.pptx
METODE TRANSPORTASI NORTH WEST CORNERWC.pptxMETODE TRANSPORTASI NORTH WEST CORNERWC.pptx
METODE TRANSPORTASI NORTH WEST CORNERWC.pptx
 
Abortion pills in Jeddah |+966572737505 | Get Cytotec
Abortion pills in Jeddah |+966572737505 | Get CytotecAbortion pills in Jeddah |+966572737505 | Get Cytotec
Abortion pills in Jeddah |+966572737505 | Get Cytotec
 
kasus audit PT KAI 121212121212121212121
kasus audit PT KAI 121212121212121212121kasus audit PT KAI 121212121212121212121
kasus audit PT KAI 121212121212121212121
 
PEREKONIMIAN EMPAT SEKTOR (PEREKONOMIAN TERBUKA).pptx
PEREKONIMIAN EMPAT SEKTOR (PEREKONOMIAN TERBUKA).pptxPEREKONIMIAN EMPAT SEKTOR (PEREKONOMIAN TERBUKA).pptx
PEREKONIMIAN EMPAT SEKTOR (PEREKONOMIAN TERBUKA).pptx
 

Audit Investigatif Dengan Menganalisis Unsur Perbuatan Melawan Hukum

  • 1. AUDIT INVESTIGATIF DENGAN MENGANALISIS UNSUR PERBUATAN MELAWAN HUKUM LINDA GRACE LOUPATTY, SE.,M.AK.,AK AKUNTANSI FORENSIK DAN AUDIT EXAMINATION
  • 2. DAFTAR ISI 30 Jenis Pidana Korupsi 01 Unsur-Unsur Tindak Pidana Korupsi 03 Tindak Pidana Lain Berkaitan dengan Tipikor 02 Konsep Tipikor dalam Hukum Acara Pidana dan Hukum Acara Perdata 04
  • 4. 30 JENIS PIDANA KORUPSI Tabel 16.5 Perincian 30 Bentuk Tindak Pidana Korupsi Menurut Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001
  • 5.
  • 7.
  • 8.
  • 9.
  • 10. Dalam Tabel 16.5 di atas, ada kolom D-DA. Dalam kolom ini, tertulis D (yang berarti dan) atau DA (yang berarti dan/atau). Kalau tertulis "dan" berarti kedua jenis pidana pokoknya (dalam hal ini, Pidana dan Pidana Denda) harus dijatuhkan bersama-sama.
  • 12. TINDAK PIDANA LAIN BERKAITAN DENGAN TIPIKOR Tidak memberi keterangan atau memberi keterangan yang tidak benar. Mencegah, merintangi, atau menggagalkan secara langsung atau tidak langsung penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan terhadap tersangka, terdakwa, atau saksi dalam perkara korupsi. 2 1
  • 13. Lanjutan Dalam perkara korupsi, melanggar KUHP Pasal 220 (mengadukan perbuatan pidana, padahal ia tahu perbuatan itu tidak dilakukan), Pasal 231 (menarik barang yang disita), Pasal 421 (pejabat menyalahgunakan kekuasaan, memaksa orang melakukan, tidak melakukan, atau membiarkan sesuatu), Pasal 422 (pejabat menggunakan paksaan untuk imemeras pengakuan atau mendapat keterangan), Pasal 429 (pejabat melampaui kekuasaan …… memaksa masuk ke dalam rumah atau ruangan atau pekarangan tertutup ... atau berada di situ secara melawan hukum) atau Pasal 430 (pejabat melampauí kekuasaan menyuruh memperlihatkan kepadanya atau merampas surat, kartu pos, barang atau paket ….. atau kabar lewat kawat) 3
  • 15. UNSUR-UNSUR TINDAK PIDANA KORUPSI Pasal 2 1. Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan Negara. atau perekonomian negara, dipidana penjara dengan penjara seumur hidup atau penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun denda paling sedikit Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). 2. Dalam hal tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dalam keadaan tertentu, pidana mati dapat dijatuhkan. TPK – KERUGIAN KEUANGAN NEGARA: TPK – 1
  • 16. TPK – 2 Pasal 3: Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi. Menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian Negara, dipidanai dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan atau denda paling sedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
  • 17. Pasal 5 ayat (1) Dipidana dengan pidana penjara paling singkat l (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) setiap orang yang: a. memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dengan maksud supaya pegawai negeri atau penyelenggara negara tersebut berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya, yang bertentangan dengan kewajibannya; atau b. memberi sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara karena atau berhubungan dengan sesuatu yang bertentangan dengan kewajiban, dilakukan atau tidak dilakukan dalam jabatannya. TPK 3 dan 4 TPK SUAP MENYUAP
  • 18. Pasal 13: Seiap orang yang memberi hadiah atau janji kepada pegawai negeri dengan mengingat kekuasaan atau wewenang yang melekat pada jabatan atau kedudukannya, atau oleh pemberi hadiah atau janji dianggap melekat pada jabatan atau kedudukan tersebut, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan atau denda paling banyak Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah). Pasal 5 ayat (2): Dipidana dengan pidana penjara paling singkat l (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) dan atau pidana denda paling sedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) Paling banyak Rp 25s0.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) TPK – 5 TPK – 6
  • 19. Lanjutan TPK Suap Menyuap Pasal 6 ayat (1) huruf b TPK-11 Pasal 6 ayat (2) TPK-12 Pasal 12 huruf c TPK-13 Pasal 12 huruf a TPK-7 Pasal 12 huruf b TPK-8 Pasal 11 TPK-9 Pasal 12 huruf d TPK-14 Pasal 6 ayat (1) huruf b (1) huruf a TPK-10
  • 20. TPK – 15 Pasal 8: Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah), pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum Secara terus menerus atau untuk sementara waktu, dengan sengaja menggelapkan uang atau surat beriharga yang disimpan karena jabatannya, atau membiarkan uang atau surat berharga tersebut diambil atau digelapkan oleh orang lain, atau membantu dalam melakukan perbuatan tersebut. TPK – PENGGELAPAN DALAM JABATAN TPK-16 Pasal 9 TPK-17 Pasal 10 huruf a TPK-18 Pasal 10 huruf b TPK-19 Pasal 10 huruf c
  • 21. TPK – 20 Pasal 12 huruf e: Dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah): e. pegawai negeri atau penyelenggara negara yang dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, atau dengan menyalahgunakan kekuasaannya memaksa seseorang memberikan sesuatu, membayar, atau menerima pembayaran dengan potongan, atau untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri; TPK – PEMERASAN TPK-21 Pasal 12 huruf g TPK-22 Pasal 12 huruf f
  • 22. Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 350.000.000,00 (tiga ratus lima puluh juta rupiah): (a) pemborong, ahli bangunan yang pada waktu membuat bangunan, atau penjual bahan bangunan yang pada waktu menyerahkan bahan bangunan, melakukan perbuatan curang yang dapat membahayakan keamanan orang atau barang, atau keselamatan negara dalam keadaan perang: TPK-23 (b) setiap orang yang bertugas mengawasi pembangunan atau penyerahan bahan bangunan, s e n g a j a m e m b i a r k a n p e r b u a t a n c u r a n g sebagaimana dimaksud dalam huruf a. TPK-24 TPK – PERBUATAN CURANG Pasal 7 ayat (1) huruf a Pasal 7 ayat (1) huruf b
  • 23. Pasal 7 ayat (1) huruf c TPK – 25 Pasal 12 huruf i TPK – 29 TPK – PERBUATAN CURANG Pasal 7 ayat (1) huruf c TPK – 26 Pasal 12 huruf h TPK – 28 01 03 02 04 • Pasal 12 B • Pasal 12 C TPK – 30 Pasal 7 ayat (2) TPK – 27
  • 24. Konsep Tipikor Dalam Hukum Acara Pidana Dan Hukum Acara Perdata 04
  • 25. Konsep Tipikor Dalam Hukum Acara Pidana Dan Hukum Acara Perdata Alat Bukti yang Sah 1 Beban Pembuktian Terbalik 2 “Lepas dari Tuntutan Hukum” Versus “Bebas” 11 Perbuatan Berlanjut 10 Gugatan Perdata Atas Harta yang Disembunykan 3 Pemidanaan secara in absentia 4 Concurcus Realis 9 Concurcus Idealis 8 “Memperkaya” vs “Menguntungkan” 5 Pidana Mati 6 Nullum Delictum 7
  • 26. Alat bukti yang sah dalam bentuk petunjuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 188 ayat (2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, khususnya untuk tindak pidana korupsi dapat diperoleh dari:   1. Alat bukti lain yang berupa informasi yang diucapkan, dikirim, diterima, atau disimpan secara elektronik (misalnya data yang disimpan dalam mikrofilm, Compact Disk Read Only Memory (CD-ROM), atau Write Once Read Many (WORM)) dengan alat optik atau yang serupa dengan itu (misalnya, data penghubung elektronik (electronic data interchange), surat elektronik (e-mail), telegram, teleks, dan faksimili); dan 2. Dokumen, yakni setiap rekaman data atau informasi yang dilihat, dibaca, dan atau didengar yang dapat dikeluarkan dengan atau tanpa bantuan suatu sarana, baik yang tertuang di atas kertas, benda fisik apa pun selain kertas, maupun yang terekam secara elektronik, yang berupa tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto, huruf, tanda, angka, atau perforasi yang memiliki makna. Alat Bukti yang Sah
  • 27. Pembuktian terbalik diberlakukan pada tindak pidana baru tentang gratifikasi dan terhadap tuntutan perampasan harta benda terdakwa yang diduga berasal dari salah satu tindak pidana sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 2, Pasal 3, Pasal 13, Pasal 14, Pasal 15, dan Pasal 16 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan Pasal 5 sampai dengan Pasal 12 Undang-Undang ini. Beban Pembuktian Terbalik
  • 28. CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including icons from Flaticon, and infographics & images by Freepik. Gugatan Perdata Atas Harta yang Disembunyikan Dalam Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 ini diatur pula hak negara untuk mengajukan gugatan perdata terhadap harta benda terpidana yang disembunyikan atau tersembunyi dan baru diketahui setelah putusan pengadilan memperoleh kekuatan hukum tetap. Harta benda yang disembunyikan atau bunyi tersebut diduga atau patut diduga berasal dari tindak pidana korupsi. Gugatan perdata digunakan terhadap terpidana atau ahli warisnya, Untuk melakukan gugatan tersebut, Negara dapat menuniuk kuasanya untuk mewakili negara.
  • 29. Dalam hal terdakwa meninggal dunia sebelum putusan dijatuhkan dan terdapat buki yang cukup kuat bahwa yang bersangkutan telah melakukan tindak pidana korupsi maka hakim atas tuntutan penuntut umum nenetapkan perampasan barang barang yang telah disita. Karena orang itu telah meninggal dunia, kesempatan banding baginya tidak ada. Setelah ia meninggal, pertanggungjawabannya dibatasi sampai pada perampasan harta benda yang telah disita. Perampasan Harta Benda yang Disita
  • 30.  Jaksa menyusun berkas gugatan perdata untuk ahli waris almarhum Yusuf Setiawan. Jaksa Agung Muda Perdata dan Tata Usaha Negara Edwin Pamimpin Situmorang, Kamis (18/6), mengatakan, berkas gugatan perdata itu segera dilimpahkan ke pengadlan. Besarnya ganti rugi yang diajukan sebesar kerugian negara dalam perkara tersebut, yakni Rp 48,32 miliar. Yusuf Setiawan adalah Direktur PT Setiajaya Mobilindo, terdakwa korupsi pengadaan alat berat dan ambulans dari APBD Jawa Barat 2003. Ia meninggal dunia saat perkaranya disidangkan di Pengadilan Khusus Tindak Pidana Korupsi. (idr) –Sumber: Kompas, 20 juni 2009 Ahli Waris Yusuf Digugat Pemidanaan secara in absentia
  • 31. Dalam hal terdakwa telah dipanggil secara sah, dan t i d a k h a d i r d i s i d a n g pengadilan tanpa alasan yang sah, maka perkara dapat diperiksa dan diputus tanpa kehadirannya. 1 Dalam hal terdakwa hadir pada sidang berikutnya sebelum putusan dijatuhkan maka terdakwa wajib diperiksa, dan segala keterangan saksi dan surat-surat yang dibacakan dalam sidang sebelumnya dianggap sebagai diucapkan dalam sidang yang sekarang 3 Putusan yang dijatuhkan tanpa kehadiran terdakwa diumumkan oleh penuntur u m u m p a d a p a p a n pengunuman pengadilan, kantor Pemerintah Daerah, atau diberitahukan kepada kuasanya. 2 Terdakwa atau penguasanya dapat mengajukan banding atas putusan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) 4 Pengalaman mengenai koruptor yang melarikan diri atau tidak hadir dalam persidangan diatasi dengan ketentuan mengenai pemidanaan secara in absentia. Hal ini diatur dalam pasal 38 ayat I, 2, 3, dan 4 dari Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 , yang berbunyi sebagai berikut.
  • 32. “Memperkaya” vs “Menguntungkan” Memperkaya bermakna adanya tambahan kekayaan. Menguntungkan bermakna keuntungan materiil (tambahan kekayaan, uang, harta) dan immateril (timbulnya goodwill, utang budi, dan lain-lain). Seorang pejabat menerima suap dari seorang pengusaha dan seluruh jumlah itu diberikan kepada atasannya. Pejabat itu tidak memperkaya dirinya, tetapi tetap menguntungkan dirinya. Dengan meneruskan seluruh suap itu kepada atasannya, ia menguntungkan diri karena bisa mendapat keistimewaan (favor) dalam bentuk kenaikan pangkat, jabatan, gaji, dst. Mengapa pembuktian “memperkaya” lebih sulit dari pada “menguntungkan”?
  • 33. • Banyak orang menginginkan ketentuan pidana mati terhadap para koruptor dalam hal jumlah yang dikorupsi besar. Namun, berapa jumlah korupsi yang dikategorikan besar?   • Dalam Pasal 2 ayat 2 dari Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999, dikatakan: "Dalam hal tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dalam keadaan tertentu, pidana mati dapat dijatuhkan" Penjelasannya berbunyi sebagai berikut: Pidana Mati Yang dimaksud dengan "keadaan tertentu" dalam ketentuan ini adalah keadaan yang dapat dijadikan alasan pemberatan pidana bagi pelaku tindalk pldana korupsi yaitu apabila tindak pidana tersebut dilakukan terhadap dana-dana yang diperuntukkan bagi penanggulangan keadaan bahaya, bencana alam nasional, penanggulangan akibat kerusuhan krisis ekonomi dan moneter, dan pengulangan tindak pidana korupsi.
  • 34. Nullum Delictum ‘nullum delictum, nulla poena sine praevia lege poenali’ Atau disingkat: 'nullum delictum’ 1 ‘nullum crinen, nalla poena sine praevia lege poenali’ Atau disingkat: 'nulla poena sine lege, 2 ‘nullum erimen, nulla poena sine lege praevia‘ Atau disingkat: 'nullum crimen, nulla poena sine lege’ 3 Dalam bahasa Latin, asas ini selengkapnya berbunyi:
  • 35. Pertama, untuk kasus kasus TPK yang dilakukan sebelum keluarnya suatu undang-undang tetapi diadil sesudah keluarnya undang- undang tersebut. Hal ini, misalnya, terlihat dalam perdebatan di DPR etika membahas Rancangan Undang-Undang (yang kemudian menjadi Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1971). Meskipun ada keinginan yang kuat dari beberapa fraksi untuk menerapkan undang- undang itu secara retroaktif (berlaku surut), perumusan Pasal 36 dari undang-undang yang disahkan menunjukkan dipertahankannya asas nulum delictum ini. Lanjutan Kedua, sewaktu KPK menanganí kasus yang terjadi sebelum keluarnya Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pe m b e r a n t a s a n T PK , a d a o r a n g y a n g mempertanyakan wewenang KPK dengan menggunakan asas nullum delictum ini. Dalam kasus semacam ini, asas iní sebenarnya tidak dilanggar karena substansi hukumnya sudah d i a t u r d a l a m u n d a n g - u n d a n g y a n g mendahului TPK itu. Yang terjadi kemudian a d a l a h p e r l u a s a n d a r i a p a r a t y a n g menanganinya, yakni dari polisi dan jaksa ke KPK Maknanya dapat dilihat pada Pasal l ayat (1) KUHP yang berbunyi: "Suatu perbuatan tidak dapat dipidana, kecuali berdasarkan kekualan ketentuan-ketentuan perundang-undangan pidana yang telah ada.“ Dalam kaitan dengan TPK, asas ini dikemukakan dalam dua kasus:
  • 36. Concurcus Idealis 01 jika suatu perbuatan masuk dalam lebih dari satu aturan pidana. maka yang dikenakan hanya salah-satu di antara aturan-aturan itu: ika berbeda- beds, vang dikenakan yang memuat ancaman pidana pokok yang paling berat. 02 Jika suatu perbuatan masuk dalam suatu aturan pidana yang umum, datur pula dalam aturan pidana yang khusus, maka hanya yang khusus itulah yang diterapkan Konsep concurus idealis berkenan dengan satu perbuatan yang tercakup dalam lebih dari satu aturan pidana. Hal ini terlihat dalam Pasal 63 yang berbunyi sebagai b e r i k u t .
  • 37. Concurcus Realis Dalam hal perbarengan beberapa perbuatan yang harus dipandang sebagai perbuatan yang berdiri- sendiri sehingga merupakan beberapa kejahatan, yang diancam dengan pidana pokok yang sejenis, maka dijatuhkan hanya satu pidana Maksimum pidana yang dijatuhkan ialah jumlah maksimum pidana yang diancam terhadap perbuatan itu, tetapi tidak boleh lebih dari maksimum pidana yang terberat ditambah| sepertiga. Konsep concursus realis ini berkenaan dengan beberapa perbuatan yang dilakukan berbarengan. Hal ini terdapat dalam KUHP Pasal 65 yang berbunyi sebagai berikut. (1) (2)
  • 38. Perbuatan berlanjut ini diatur dalam Pasal 64 ayat I KUHP yang berbunyi sebagai Berikut. Perbuatan Berlanjut (1) Jika antara beberapa perbuatan, meskipun masing-masing merupakan kejahatan atau pelanggaran, ada hubungannya sedemikian rupa sehingga harus dipandang sebagai satu perbuatan berlanjut, maka hanya diterapkan yang memuat ancaman pidana pokok yang paling berat.
  • 39. Bagi orang awam, keputusan "Lepas dari tuntutan hukum" dan keputusan "Bebas" mempunyai makna yang sama. Dari sudut pandang KUHAP, kedua putusan ini mempunyai makna dan konsekuensi yang berbeda.   Putusan bebas (vrijspraak) atau bebas murni (zuivere vrjspraak) diatur dalam KUHAP Pasal 191 ayat I yang berbunyi: "jika pengadilan berpendapat bahwa dari hasil pemeriksaan di sidang kesalahan terdakwa atas perbuatan yang didakwakan kepadanya tidak terbukti secara sah dan meyakinkan maka terdakwa diputus bebas”   “Lepas dari Tuntutan Hukum” Versus “Bebas”
  • 40. "Lepas dari segala tuntutan hukum" (ontslag van alle rechtsvervolging) diatur dalam KUHAP Pasal 191 ayat 2 yang berbunyi sebagai berikut: "ika pengadilan berpendapat bahwa perbuatan yrang didakwakan kepada terdakwa terbukti, tetapi perbuatan itu tidak merupakan suatu tindak pidana, maka terdakwa diputus lepas dari segala tuntutan hukum"   Dalam hal putusan lepas dari segala tuntutan hukum, jaksa penuntut umum dapat melakukan kasasi. Sementara itu, dalam putusan bebas murni, jaksa penuntut umum tidak dapat melakukan kasasi. Lanjutan