Revolusi Hijau di Indonesia dimulai pada tahun 1970-an untuk meningkatkan produksi pertanian dengan teknologi modern seperti pupuk dan pestisida kimia. Meskipun produksi meningkat, dampak negatifnya mulai terlihat pada dekade 1990-an berupa penurunan kesuburan tanah, ketergantungan pupuk, dan hama yang kebal terhadap pestisida. Revolusi Hijau juga merusak ekosistem dan memengaruhi kesejahteraan petani.
2. Di Indonesia, penggunaan pupuk dan
pestisida kimia merupakan bagian dari
Revolusi Hijau, sebuah proyek ambisius Orde
Baru untuk memacu hasil produksi pertanian
dengan menggunakan teknologi modern,
yang dimulai sejak tahun 1970-an. Memang
Revolusi Hijau telah menjawab satu
tantangan ketersediaan kebutuhan pangan
dunia yang terus meningkat. Namun
keberhasilan itu bukan tanpa dampak dan
efek samping yang jika tanpa pengendalian,
dalam jangka panjang justru mengancam
kehidupan dunia pertanian.
3.
4.
5.
6. Gerakan revolusi hijau di Indonesia memang
terlihat pada dekade 1980-an. Saat itu,
pemerintah mengkomando penanaman padi,
pemaksaan pemakaian bibit impor, pupuk
kimia, pestisida, dan lain-lainnya. Hasilnya,
Indonesia sempat menikmati swasembada
beras. Namun pada dekade 1990-an, petani
mulai kelimpungan menghadapi serangan
hama, kesuburan tanah merosot,
ketergantungan pemakaian pupuk yang
semakin meningkat dan pestisida tidak
manjur lagi, dan harga gabah dikontrol
pemerintah.
7. Bahan kimia sintetik yang digunakan dalam
pertanian, pupuk misalnya telah merusak
struktur, kimia dan biologi tanah. Bahan
pestisida diyakini telah merusak ekosistem
dan habitat beberapa binatang yang justru
menguntungkan petani sebagai predator
hama tertentu. Disamping itu pestisida telah
menyebabkan imunitas pada beberapa hama.
Lebih lanjut resiko kerusakan ekologi
menjadi tak terhindarkan dan terjadinya
penurunan produksi membuat ongkos
produksi pertanian cenderung meningkat.
Akhirnya terjadi inefisensi produksi dan
melemahkan kegairahan bertani.
8. Revolusi hijau memang pernah meningkatkan
produksi gabah. Namun berakibat berbagai
organisme penyubur tanah musnah kesuburan
tanah merosot/tandus. Tanah mengandung
residu (endapan pestisida) Hasil pertanian
mengandung residu pestisida Keseimbangan
ekosistem rusak Terjadi peledakan serangan dan
jumlah hama. Revolusi Hijau bahkan telah
mengubah secara drastis hakekat petani. Dalam
sejarah peradaban manusia, petani bekerja
mengembangkan budaya tanam dengan
memanfaatkan potensi alam untuk pemenuhan
kebutuhan hidup manusia.
9. Petani merupakan komunitas mandiri. Namun dalam
revolusi hijau, petani tidak boleh membiakkan benih
sendiri. Bibit yang telah disediakan merupakan hasil
rekayasa genetika, dan sangat tergantung pada
pupuk dan pestisida kimia yang membuat banyak
petani terlilit hutang. Akibat terlalu menjagokan
bibit padi unggul, sekitar 1.500 varietas padi lokal
telah punah dalam 15 tahun terakhir ini. Meskipun
dalam Undang-Undang No. 12/1992 telah disebutkan
bahwa “petani memiliki kebebasan untuk
menentukan pilihan jenis tanaman dan pembudi-
dayaannya”, tetapi ayat tersebut dimentahkan lagi
oleh ayat berikutnya, yakni “petani berkewajiban
berperan serta dalam mewujudkan rencana
pengembangan dan produksi budidaya tanam”
(program pemerintah). Dengan begitu, kebebasan
petani tetap dikebiri oleh rezim pemerintah.
10. Dapat dipastikan bahwa Revolusi Hijau hanya
menguntungkan para produsen pupuk, pestisida,
benih, serta petani bermodal kuat. Revolusi
Hijau memang membuat hasil produksi
pertanian meningkat, yang dijadikan tolak ukur
sebagai salah satu keberhasilan Orde Baru.
Namun, di balik itu semua, ada penderitaan
kaum petani. Belum lagi kerusakan sistem
ekologi pertanian yang kerugiannya tidak dapat
dinilai dengan uang.
11. Mitos akan kehebatan Revolusi Hijau lahir karena
ditopang oleh teknologi yang dikembangkan dari
sistem ilmu pengetahuan modern, mulai dari
genetika sampai kimia terapan. Pantas jika
Masanobu Fukuoka, pelopor pertanian alami di
Jepang, pernah berkata: “Peranan ilmuwan
dalam masyarakat itu analog dengan peranan
diskriminasi di dalam pikiran-pikiran Anda
sendiri.” Telah terbukti bahwa penerapan
Revolusi Hijau di Indonesia memberi dampak
negatif pada lingkungan karena penggunaan
pestisida dan pupuk kimia. Dan Revolusi Hijau di
Indonesia tidak selalu mensejahterakan petani
padi.