SlideShare a Scribd company logo
1 of 18
I 
PENDAHULUAN 
1.1 Latar Belakang 
Kenampakan alam yang ada dibumi ini sangatlah bervariasi bentuk dan 
manfaatnya. Berbagai karakteristik kenampakan alam ini merupakan hal yang penting 
bagi akar ilmu tanah, pakar geologi, insinyur teknik sipil, perencana kota dan daerah, 
arsitek bentanglahan, pembangunan perumahan, pakar kehutanan dan lain sebagainya 
yang sangat bergantung pada karakteristik bentang lahan yang ada. Dalam melakukan 
aktifitasnya, tidak semua para ahli atau pakar-pakar dapat melihat karakteristik lahan 
yang ada di lapangan untuk melihat bagaimana kenampakan yang ada. Hal ini disebabkan 
adanya keterbatasan yang ada seperti medan yang sulit, keterjangkauan pandangan yang 
terbatas, biaya yang sangat mahal dan lain sebagainya. 
Namun dengan berkembangnya waktu, khususnya pada era modernisasi dimana 
IPTEK berkembang secara pesat di muka bumi ini, perkembangan teknologi 
penginderaan jauh maupun sistem informasi geografi juga mengalami perkembangan 
yang cukup pesat. Salah satu aplikasi dari penginderaan jauh adalah pada bidang ilmu 
fotogrametri. Fotogrametri sendiri dapat didefinisikan sebagai suatu seni, pengetahuan, 
dan teknologi untuk memperoleh data dan informasi tentang suatu objek serta keadaan 
disekitarnya melalui suatu proses pencatatan, pengukuran, dan interpretasi bayangan 
fotografis (hasil pemotretan). 
Aplikasi fotogrametri yang paling utama ialah survey dan kompilasi peta topografik 
berdasarkan pengukuran dan informasi yang diperoleh dari foto udara atau citra satelit. 
Meskipun fotogrametri merupakan sebagian dari kegiatan pemetaan, namun fotogrametri 
merupakan jantung dari kegiatan tersebut. Hal ini dikarenakan fotogrametri merupakan 
cara deiniasi yang aktual pada detil peta. Oleh karena itu pemahaman mengenai 
fotogrametri sangat diperlukan sebagai landasan untuk pemetaan dan analisis wilayah 
yang terkait erat dengan penataan ruang. 
Fotogram : Hasil Pengukuran Beda Tinggi dan Kontur pada Foto Udara 1
1.2 Tujuan dan Manfaat 
Melihat dari segi latar belakang yang telah di paparkan sebelumnya, adapun 
tujuan dan manfaat dalam mempelajari fotogrametri ini diantaranya ialah : 
a. Mahasiswa mampu menginterpretasikan foto udara berdasarkan teori yang 
sebelumnya telah dijelaskan dalam perkuliahan Penginderaan Jauh sesuai dengan 
standar operasional prosedur. 
b. Mahasiswa mampu menganalisis dan mengidentifikasi suatu objek atau wilayah 
dengan menggunakan stereoskop cermin. 
c. Mahasiswa dapat menghitung beda tinggi dan jumlah kontur di sekitar wilayah 
bendungan pada foto udara. 
d. Sebagai tugas akhir mata kuliah fotogrametri. 
Fotogram : Hasil Pengukuran Beda Tinggi dan Kontur pada Foto Udara 2
II 
LANDASAN TEORI 
2.1 Fotogrametri 
Fotogrametri berasal dari kata photos yang berarti sinar, gramma yang berarti 
tergambar atau ditulis, dan metron yang berarti mengukur yang berasal dari bahasa 
Yunani. Oleh karena itu menurut asal bahasanya fotogrametri berarti pengukuran secara 
grafik dengan menggunakan sinar. (Thompson, 1980 dalam Sutanto, 1983) 
Sedangkan menurut Kiefer (1993) Fotogrametri merupakan ilmu, seni dan 
teknologi untuk memperoleh ukuran terpercaya dari foto udara. American Society of 
Photogrammetry (1979) dalam Wolf (1993), mendefinisikan fotogrametri tersebut 
sebagai seni, ilmu dan teknologi untuk memperoleh informasi terpercaya tentang obyek 
fisik dan lingkungan melalui proses perekaman, pengukuran dan interpretasi gambaran 
fotografik dan pola radiasi tenaga elektromagnetik yang terekam. 
Sejarah fotogrametri sebagai sains diawali jauh sebelum diketemukannya 
fotografi. Diantaranya ialah Aristhoteles pada tahun 350 SM menemukan sistem 
pemroyeksian citra secara optis. Dr. Brook Taylor dan J.H. Lambert memperkenalkan 
prinsip perspektif untuk pembuatan peta. Dalam perkembangan kamera dan fotografi ada 
sejumlah nama lainnya yang tidak tidak disebutkan satu persatu. Fotogrametri dengan 
penggunaan foto udaranya secara praktis oleh Louis Daguerre asal Paris tahun 1839 
dengan proses fotografik secara langsung. Seorang Perancis lainnya yakni Colonel Aime 
Laussedat pada tahun 1849 menggunakan foto udara untuk pemetaan topografi yang 
kemudian dikenal sebagai bapak fotogrametri. Waktu itu, pemotretan dilakukan dengan 
wahana balon udara dan layang-layang besar. Penemuan pesawat udara oleh Wright 
bersaudara pada tahun 1902 membawa fotogrametri udara menjadi modern saat itu. 
Untuk aplikasi pembuatan peta topografi pemotretan dengan pesawat udara dilakukan 
untuk pertama kalinya adalah pada tahun 1913. 
Prosedur analisis fotogrametri dapat berkisar dari mengukur jarak dan elevasi 
kurang teliti dengan menggunakan alat yang relatif kurang canggih dan memanfaatkan 
konsep geometrik yang sederhana hingga menghasilkan peta, hingga perolehan ukuran 
dan peta yang sangat tepat dengan menggunakan alat yang canggih dan dengan teknik 
Fotogram : Hasil Pengukuran Beda Tinggi dan Kontur pada Foto Udara 3
perhitungan yang rumit. Walaupun sebagian besar terapan fotogrametri berhubungan 
dengan foto udara, tetapi foto terestrial (dipotret dengan kamera dari muka bumi) juga 
dapat digunakan. Penggunaan teknik fotogrametri terestrial berkisar dari perekam secara 
tepat pemandangan kecelakaan mobil hingga pemetaan tubuh manusia dalam bidang 
kedokteran. 
2.2 Interpretasi Citra 
Interpretasi foto merupakan salah satu dari macam pekerjaan fotogrametri yang 
ada sekarang ini. Interpretasi foto termasuk didalamnya kegiatan-kegiatan pengenalan 
dan identifikasi suatu objek. Dengan kata lain interpretasi foto merupakan kegiatan yang 
mempelajari bayangan foto secara sistematis untuk tujuan identifikasi atau penafsiran 
objek. 
Menurut Este dan Simonett, (1975) Interpretasi citra merupakan perbuatan 
mengkaji foto udara atau citra dengan maksud untuk mengidentifikasi objek dan menilai 
arti pentingnya objek tersebut. Jadi di dalam interpretasi citra, penafsir mengkaji citra dan 
berupaya mengenali objek melalui tahapan kegiatan, yaitu: 
1. Deteksi 
2. Identifikasi 
3. Analisis 
Di dalam menginterpretasikan suatu foto udara diperlukan pertimbangan pada 
karakteristik dasar citra foto udara. Interpretasikan citra ini dapat dilakukan dengan dua 
cara yakni cara visual atau manual dan pendekatan digital. Keduanya mempunyai prinsip 
yang hampir sama. Pada cara digital hal yang diupayakan antara lain agar interpretasi 
lebih pasti dengan memperlakukan data secara kuantitatif. Pendekatan secara digital 
mendasarkan pada nilai spektral perpixel dimana tingkat abstraksinya lebih rendah 
dibandingkan dengan cara manual. 
2.2.1 Unsur Interpretasi Citra 
Dengan karakteristik dasar citra foto dapat membantu serta membedakan 
penafsiran objek – objek yang tampak pada foto udara. Berikut tujuh karakteristik dasar 
citra foto yaitu : 
Fotogram : Hasil Pengukuran Beda Tinggi dan Kontur pada Foto Udara 4
1. Rona dan Warna 
Rona atau tone adalah tingkat kecerahan atau kegelapan suatu objek yang terdapat 
pada foto udara atau pada citra lainnya. Rona sendiri ini berkaitan dengan pantulan 
sinar oleh objek. 
2. Bentuk 
Bentuk-bentuk atau gambar yang terdapat pada foto udara merupakan konfigurasi 
atau kerangka suatu objek.Bentuk merupakan ciri yang jelas, sehingga banyak objek 
yang dapat dikenali hanya berdasarkan bentuknya saja. 
3. Ukuran 
Ukuran merupakan ciri objek yang antara lain berupa jarak, luas, tinggi lereng dan 
volume. Ukuran objek pada citra berupa skala, karena itu dalam memanfaatkan 
ukuran sebagai interpretasi citra, harus selalu diingat skalanya.Contoh: Lapangan 
olah raga sepakbola dicirikan oleh bentuk (segi empat) dan ukuran yang tetap, yakni 
sekitar (80 m - 100 m). 
4. Tekstur 
Tekstur adalah frekwensi perubahan rona pada citra.Ada juga yang mengatakan 
bahwa tekstur adalah pengulangan pada rona kelompok objek yang terlalu kecil 
untuk dibedakan secara individual. Tekstur dinyatakan dengan: kasar, halus, dan 
sedang Misalnya: Hutan bertekstur kasar, belukar bertekstur sedang dan semak 
bertekstur halus. 
5. Pola 
Pola atau susunan keruangan merupakan ciri yang menandai bagi banyak objek 
bentukan manusia dan bagi beberapa objek alamiah. Contoh: Pola aliran sungai 
menandai struktur geologis. 
6. Bayangan 
Bayangan bersifat menyembunyikan detail atau objek yang berada di daerah 
gelap. Meskipun demikian, bayangan juga dapat merupakan kunci pengenalan yang 
penting bagi beberapa objek yang justru dengan adanya bayangan menjadi lebih 
jelas. Contoh: Lereng terjal tampak lebih jelas dengan adanya bayangan, begitu juga 
cerobong asap dan menara, tampak lebih jelas dengan adanya bayangan. 
Fotogram : Hasil Pengukuran Beda Tinggi dan Kontur pada Foto Udara 5
7. Situs 
Situs adalah letak suatu objek terhadap objek lain di sekitarnya. Misalnya 
permukiman pada umumnya memanjang pada pinggir beting pantai, tanggul alam 
atau sepanjang tepi jalan. Juga persawahan, banyak terdapat di daerah dataran 
rendah, dan sebagainya. 
8. Asosiasi 
Asosiasi adalah keterkaitan antara objek yang satu dengan objek yang lainnya. 
Contoh: Stasiun kereta api berasosiasi dengan jalan kereta api yang jumlahnya lebih 
dari satu (bercabang). 
2.3 Stereoskop 
Stereoskop adalah alat yang biasanya digunakan untuk melihat bentuk tiga 
dimensi pasangan foto udara. Adapula yang menyatakan bahwa stereoskop ialah suatu 
alat yang digunakan untuk dapat melihat sepasang gambar atau foto secara stereoskopis. 
Menurut paine (1993) stereoskopi adalah ilmu pengetahuan tentang stereoskop 
yang menguraikan penggunaan penglihatan binocular untuk mendapatkan efek 3 dimensi 
(3D). Pandangan mata normal manusia sebenarnya secara alamiah dapat merekam obyek 
secara stereoskopik. Hanya saja sering kali kita tidak memperhatikan kemampuan 
tersebut. Juga tidak semua manusia dapat melakukannya, terutama bagi mereka yang 
kemampuan matanya tidak seimbang. 
Alat ini merupakan alat yang sangat penting dalam interpretasi citra, terutama 
bagi foto udara atau citra tertentu yang daripadanya dapat ditimbulkan perwujudan tiga 
dimensional. Stereoskop akan menghasilkan perwujudan yang berbeda atau bahkan tidak 
akan memberikan perwujudan jika mata sang pengamat memiliki kelainan. Stereoskop 
pada dasarnya terbagi menjadi 2, yaitu stereoskop lensa dan stereoskop cermin. 
Serangkaian foto udara akan nampak menjadi tampilan tiga dimensi dalam proses 
pengamatan stereoskopis jika: 
 Foto udara tersebut memiliki tampalan 
 Gambar dari foto udara tersebut memiliki sudut pengambilan yang berbeda dalam 
satu jalur terbang yang sama. 
 Foto yang diamati hendaklah memiliki skala yang sama. 
Fotogram : Hasil Pengukuran Beda Tinggi dan Kontur pada Foto Udara 6
Selain dari syarat dari foto udara tersebut diatas, kemampuan dari setiap orang 
dalam menghasilkan efek tiga dimensional juga sangat bervariasi. Tidak setiap pengamat 
memiliki kemampuan yang sama dalam menghasilkan sebuah gambaran tiga dimensional 
pada serangkaian foto udara yang sama. Berberapa faktor seperti jarak pupil mata, jauh 
dekat kemampuan fokus pandang, dan lain-lain adalah sangat berpengaruh terhadap 
kemampuan seseorang menghasilkan gambaran tiga dimensional. Pertambahan usia 
seorang pengamat juga memungkinkan perubahan kemampuan pengamat tersebut dalam 
menghasilkan pandangan tiga dimensional. 
2.3.1 Jenis - Jenis Steroskop 
Dari beraneka stereoskop yang digunakan hingga sekarang, stereoskop lensa atau 
stereoskop saku adalah yang paling sering digunakan karena harganya murah, mudah 
dibawa, cara kerja dan pemeliharaannya sederhana. Sebagian besar stereoskop lensa 
mempunyai spesifikasi yang sama yaitu : (1) sistem lensa yang fokusnya tertentu yaitu 
dengan pasangan stereo pada suatu fokus, (2) jarak lensa dapat disesuaikan terhadap jarak 
pupil mata, dan, (3) dapat dilipat serta dimasukkan ke dalam saku sehingga ia sering 
disebut stereoskop saku. Ukuran foto yang dapat dilihat bentuk tiga dimensinya terbatas 
sekitar 6 cm x 10 cm. Stereoskop saku ini mempunyai lensa positif yang biasanya 
mempunyai perbesaran 2,5 kali. Stereoskop ini memiliki kelemahan yang sama seperti 
pemakaian mata telanjang, yaitu jarak antar titik yang berpasangan tak boleh melebihi 
panjang basis mata (64 mm). 
Selain stereoskop saku, terdapat pula stereoskop cermin yang mempunyai ukuran 
yang lebih besar daripada streoskop saku. Stereoskop cermin dirancang untuk 
pengamatan stereokopik bagi pasangan foto stereo berukuran baku yang daerah 
pertampalannya luas yaitu 60 % atau lebih. Kekurangan dari streoskop cermin ini karena 
ukurannya yang besar sehingga agak sukar untuk membawa nya ke lapangan. Jarak 
stereonya, jarak antara satu objek yang teragambar pada pasangan foto stereo bila foto 
stereo itu dipasang di bawah pengamatan stereoskopik, dibuat jauh lebih besar dari jarak 
pupil mata, yaitu pada umumnya sejauh 25 cm sehingga dapat dihindarkan kendala 
tumpang tindih yang sering dialami pada pengamatan citra dengan menggunakan 
stereoskop lensa. Kekurangan stereoskop ini ialah ukurannya yang terlalu besar sehingga 
Fotogram : Hasil Pengukuran Beda Tinggi dan Kontur pada Foto Udara 7
tidak mudah untuk dibawa ke lapangan dan harga nya yang sangat mahal dibanding 
stereoskop lensa biasa. 
2.4 Paralaks 
Paralaks merupakan metode yang digunakan dengan melihat pada pergeseran dua 
titi tetap relative satu terhadap yang lain dilihat dari sudut pandang pengamat. Sedangkan 
menurut Paine (1993) paralaks mutlak dalah selisih aljabar, diukur sejajar garis terbang 
(sumbu x) dan sumbu-sumbu y yang berkaitan untuk dua gambar dari suatu titik pada 
sepasang foto udara yang stereoskopis. 
Untuk mengetahui besarnya paralaks mutlak dapat dilakukan dengan meletakkan 
jalur terbang pada foto. Sumbu x dari suatu titik adalah sejajar dengan arah jalur terbang. 
Setiap jalur terbang menjadi titik tengah dari foto-foto yang dihasilkan. Karena tampalan 
depan foto udara minimal 50%, maka setiap titik tengah foto udara akan terganbar pada 
foto berikutnya sebagai titi pindahan. Dengan menarik suatu garis dari titik tengah foto ke 
titik tengah pindahan berarti jalur terbang telah ditetapkan. 
Sedangkan Alat untuk mengukur paralaks disebut paralaks bar. Alat ini terdiri 
dari dari sebuah batang yang pada kedua ujungnya terpasang masing-masing lensa. Pada 
kedua lensa tersebut terdapat tanda berupa titik, silang atau lingkaran kecil yang disebut 
tanda apung (Floting mark) tanda di lensa sebelah kiri disebut fixed mark, karena pada 
batang terdapat titik merah atau hita, dimana orange yang akan menggunakanya harus 
menentukan konstanta batang paralaks dengan memilih salah satu titik tersebut. Bila telah 
ditetapkan titik merah, maka selanjutnya lensa kiri ini tidak diubah-ubah lagi (fixed). 
Lensa sebelah kanan memiliki tanda juga yang disebut half mark. Titik ini dapat 
digerakkan sesuai dengan posisinya pada objek yang dikehendaki dengan cara memutar-mutar 
skip micrometer. 
Paralaks bar ini berfungsi untuk mengukur beda paralaks pada suatu obyek di foto 
udara. Pengukuran beda paralaks tersebut kemudian bisa menentukan ukuran-ukuran dari 
obyek itu sendiri, meliputi panjang, lebar, luas, dan ketinggian. Paralaks bar ini 
mempunyai ketelitian yang lebih teliti daripada menggunakan mistar atau penggaris 
biasa. 
Fotogram : Hasil Pengukuran Beda Tinggi dan Kontur pada Foto Udara 8
2.5 Kontur 
Garis kontur (contour-line) adalah garis khayal pada peta yang menghubungkan 
titik-titik dengan ketinggian yang sama. Garis kontur disajikan di atas peta untuk 
memperlihatkan naik turunnya keadaan permukaan tanah, juga untuk memberikan 
informasi slope kemiringan tanah rata-rata), irisan profil memanjang permukaan tanah 
terhadap jalur proyek (bangunan) dan perhitungan galian serta timbunan (cut and fill) 
permukaan tanah asli terhadap ketinggian vertical garis proyek atau bangunan. 
Garis kontur dapat dibentuk dengan membuat proyeksi tegak garis-garis 
perpotongan bidang mendatar dengan permukaan bumi ke bidang mendatar peta. Karena 
peta umumnya dibuat dengan skala tertentu, maka untuk garis kontur ini juga akan 
mengalai pengecilan sesuai dengan skala peta. 
Fotogram : Hasil Pengukuran Beda Tinggi dan Kontur pada Foto Udara 9
III 
METODE DAN PRAKTEK KERJA 
3.1 Metode 
Adapun metode yang digunakan dalam praktikum ini ialah sebegai berikut : 
a. Metode penelitian 
Metode penelitian merupakan metode dengan melakukan penelitian pada obyek 
atau dalam hal ini ialah foto udara dengan menggunakan alat berupa stereoskop 
cermin dan paralaks bar. 
b. Metode kepustakaan 
Metode kepustakaan yaitu metode yang penulisannya bersumber dari berbagai 
sumber pustaka, diantaranya berupa buku, peta maupun literature lainnya. 
3.2 Waktu Pelaksanaan 
Praktikum ini dilaksanakan pada : 
Waktu : Setiap hari senin dari bulan Februari hingga bulan juni 2014 
Tempat : Ruang 407 A dan ruang micro teaching Gedung K FIS 
3.3 Alat dan Bahan 
Dalam mengolah foto udara untuk mendapatkan informasi yang akurat diperlukan 
beberapa alat dan bahan, yaitu: 
 Bahan: 
Bahan dalam pengerjaan tugas penginderaan jauh ini berupa hasil citra udara yang 
telah difotokopi dengan fotokopi Xerox yang telah dilapisi plastic transparent dan dilapisi 
karton sebagai alasnya. 
 Alat: 
Alat penunjang adalah alat bantu dalam menginterpretasikan hasil citra dan 
digunakan untuk menganalisis bentukan lahan yang terekam. Alat-alat penunjangnya 
seperti berikut : 
1. Steroskop cermin 
2. Paralaks bar 
3. pulpen OHP permanent 
Fotogram : Hasil Pengukuran Beda Tinggi dan Kontur pada Foto Udara 10
4. buku catatan 
5. penggaris 60 cm 
6. tisu dan alcohol atau minyak kayu putih 
3.4 Standar Operasional Prosedur (SOP) 
1. Siapkan dua lembar foto udara (Gambar A dan Gambar B) 
2. Buatlah gambar silang dengan menggunakan penggaris pada tiap gambarnya untuk 
mencari titik perpotongan atau titik tengah 
3. Siapkan kertas karton yang dimana ukurannya sedikit lebih besar dari foto udara 
sebagai alas. 
4. Tempelkan pada karton gambar A sebelah kiri dengan menggunakan solatip disebelah 
sisi kiri karton. Kemudian letakan Gambar B disebelah kanan dan mencari tiga 
dimensi dan kesamaan gambar antara kedua nya dengan cara digerak-gerakan. Pada 
kegiatan kali ini, dilakukan dengan memakai stereoskop cermin. Tempel gambar 2 
apabila kedua nya telah menyatu obyek pengamatnya. Jarak antara gambar A dengan 
gambar B antara 4 sampai 7 cm 
5. Titik tengah atau perpotongan di gambar A diberi tanda titik disebut P1 dengan warna 
pulpen OHP yang beda dengan garis perpotongannya. Begitu pula dengan gambar B 
disebut P2. 
6. Dengan menggunakan stereoskop cermin, cari titik P1 pada gambar B yang 
selanjutnya disebut P1’. Begitu pula dengan titik P2 pada gambar A disebut P2’. 
7. Garislah secara horizontal dengan menghubungkan keempat titik tersebut dengan 
menggunakan penggaris. Garis tersebut yang disebut garis terbang. 
8. Setelah itu buatlah garis secara tegak lurus atau vertical tepat pada titik perpotongan 
pada kedua gambar. 
9. Dengan tetap menggunakan stereoskop cermin, tentukan 6 titik pada gambar A yang 
dapat berupa titik puncak ataupun lembah. Begitu pula dengan gambar B. symbol 
keenam titik ini untuk gambar A ialah (A, B, C, D, E, dan F). Namun pada gambar B 
symbol yang ada ialah (A’, B’, C’, D’, E’ dan F’). 
10. Kemudian hitung jarak antara titik terhadap garis tegak lurus atau vertical dengan 
menggunakan penggaris. Lakukan pada tiap titik baik dari gambar A ataupun gambar 
Fotogram : Hasil Pengukuran Beda Tinggi dan Kontur pada Foto Udara 11
B. Pada sisi kiri foto terhadap garis tegak lurus menunjukan angka negatif sedangkan 
sisi kanan terhadap garis tegak lurus menunjukan angka positif. 
11. Melakukan perhitungan beda tinggi (P) dari masing-masing titik dengan cara : 
Contoh PA = XA – XA’. 
Begitu pula dengan keenam titik yang ada yakni PB, PC, PD, PE dan PF. 
12. Setelah itu, kita lakukan perhitungan beda tinggi antara titik PA dengan titik PB yaitu 
dengan rumus : 
PAA’ = ……….. mm 
PBB’ = ………... mm 
PAB = PAA’ – PBB’ = ……….. mm 
Begitu pula dengan PCD dan PEF. 
13. Setelah perhitungan manual selesai, maka cara selanjutnya ialah perhitungan dengan 
menggunakan paralaks bar. Perhitungannya yaitu dengan cara memposisikan titik 
pada lensa paralaks bar dengan titik puncak atau titik yang ada di foto udara pada 
gambar A dan gambar B. Bila lensa belum mencapai salah satu titik, maka kita data 
memutar skip micrometer nya hingga titik lensa dapat tepat berada di salah satu titik. 
14. Langkah selanjutnya ialah perhitungan untuk menentukan jumlah kontur yakni dengan 
cara : 
PA dan PB dilihat memakai paralaks di tengah bendungan dan bayangan jatuhnya. 
Rumus : PA x skala (2500) = 
PB x skala (2500) = - 
……………. mm 
15. Langkah selanjutnya ialah perhitungan jarak per kontur dengan perhitungan : 
(PA x 25) – (PB x 25) = 25 
( n x 25) – (1 x 25) = 25 
N – 25 = 25 
N = 25 
PB = N 
25 
PB = N 
Begitu pula untuk perhitungan PC, PD PE dan PF. 
Fotogram : Hasil Pengukuran Beda Tinggi dan Kontur pada Foto Udara 12
16. Langkah selanjutnya yakni membuat titik-titik vertical dari pertengahan bendungan 
sebanyak jumlah kontur seperti langkah nomor 14. 
17. Selanjutnya yaitu membuat kontur PA dengan memakai paralaks menyusuri sungai 
sesuai dengan panjang paralaks yang ada. Untuk kontur PB disesuaikan dengan 
panjangnya dengan perhitungan nomor 14 juga. Normalnya hanya 4 – 5 kontur saja. 
Fotogram : Hasil Pengukuran Beda Tinggi dan Kontur pada Foto Udara 13
IV 
HASIL PERHITUNGAN 
4.1 Pengukuran Beda Tinggi Terhadap Obyek Dengan Cara Manual 
Titik 
Jarak Terhadap 
Garis Vertikal 
Titik 
Jarak Terhadap 
Garis Vertikal 
Beda Tinggi (P) 
PX = PX – PX‘ 
A 23.00 mm A’ - 41.00 mm 23.00 – (- 41.00) = 64.00 mm 
B 33.00 mm B’ - 33.00 mm 33.00 – (-33.00) = 66.00 mm 
C 25.00 mm C’ - 38.00 mm 25.00 – (-38.00) = 63.00 mm 
D 21.00 mm D’ - 42.00 mm 21.00 – (-42.00) = 63.00 mm 
E 58.00 mm E’ - 13.00 mm 58.00 – (-13.00) = 71.00 mm 
F 24.00 mm F’ - 42.00 mm 25.00 – (- 42.00) = 67.00 mm 
*Keterangan : semua tanda negative (-) bersifat mutlak 
Perbandingan beda tinggi antara kedua titik atau bisa juga antara puncak dan lembahnya. 
PAB = PA – PB = 64.00 mm – 66.00 mm = -2.00 mm 
PCD = PC – PD = 63.00 mm – 63.00 mm = 0 mm 
PEF = PE – PF = 71.00 mm – 67.00 mm = 4.00 mm 
4.2 Pengukuran Beda Tinggi Terhadap Obyek Dengan Menggunakan Paralaks 
PA = 28.50 
PB = 30.45 
PC = 26.15 
PD = 26.15 
PE = 35.00 
PF = 31.00 
Fotogram : Hasil Pengukuran Beda Tinggi dan Kontur pada Foto Udara 14
PAB = PA-PB 
= 28.50 – 30.45 
= -1.95 mm 
PCD = PC-PD 
= 26.15 – 26.15 
= 0 mm 
PEF = PE-PF 
= 35.45 – 31.55 
= 3.9 mm 
4.3 Perbandingan Hasil Perhitungan Manual dengan Paralaks/ Bar 
PAB 
PCD 
Manual : 2.00 mm 
Manual : 0 mm 
Paralaks : 1.95 mm 
Paralaks : 0 mm 
Selisih : 0.05 mm 
Selisih : 0 mm 
PEF 
Manual : 4 mm 
Paralaks : 3.9 mm 
Selisih : 0.1 mm 
4.4 Perhitungan jumlah kontur 
Rumus : PA x Skala = 24.50 x 2500 = 612.5 = 61.25 
PB x Skala = 22.85 x 2500 = 57125 = 57.12 - 
= 4.13 atau digenapkan menjadi 4 kontur. 
4.5 Perhitungan jarak antar kontur 
a. (PA x 25) – (PB x 25) = 25 
(61.25 x 25) – (1 x 25) = 25 
1531.25 – 25 = 25 
1506.25 = 25 
PB = 1506.25 
25 
PB = 60.25 
b. (PB x 25) – (PC x 25) = 25 
(60.25 x 25) – (1 x 25) = 25 
1506.25 – 25 = 25 
1481.25 = 25 
PC = 1481.25 
25 
Fotogram : Hasil Pengukuran Beda Tinggi dan Kontur pada Foto Udara 15
PC = 59.25 
c. (PC x 25) – (PD x 25) = 25 
(59.25 x 25) – (1 x 25) = 25 
1481.25 – 25 = 25 
1456.25 = 25 
PD = 1456.25 
25 
PD = 58.25 
d. (PD x 25) – (PE x 25) = 25 
(58.25 x 25) – (1 x 25) = 25 
1456.25 – 25 = 25 
1431.25 = 25 
PE = 1431.25 
25 
PE = 57.25 
e. (PE x 25) – (PF x 25) = 25 
(57.25 x 25) – (1 x 25) = 25 
1431.25 – 25 = 25 
1406.25 = 25 
PF = 1406.25 
25 
PF = 56.25 
Fotogram : Hasil Pengukuran Beda Tinggi dan Kontur pada Foto Udara 16
V 
PENUTUP 
5.1 Kesimpulan 
Fotogrametri dapat terdefinisikan sebagai seni, ilmu dan teknologi untuk 
memperoleh informasi terpercaya tentang obyek fisik dan lingkungan melalui proses 
perekaman, pengukuran dan interpretasi gambaran fotografik dan pola radiasi tenaga 
elektromagnetik yang terekam. 
Dalam menginterpretasikan pasangan foto udara ini, hasil tangkapan bentang 
lahan dilihat dengan menggunakan suatu alat yang dinamakan stereoskop. Stereoskop 
sendiri adalah alat yang biasanya digunakan untuk melihat bentuk tiga dimensi pasangan 
foto udara. 
Berkaitan dengan fungsi stereoskop ini, pengamat dapat menentukan bentukan 
lahan yang ada dan melakukan pengukuran seperti beda tinggi, kontur atau bahkan volume 
dari bentang yang ada. Jika keseluruhan pengolahan foto udara sudah diketahui maka akan 
lebih mudah dalam melakukan analisis pada sebuah foto. Misalnya menentukan potensi 
bahaya longsor pada sebuah bukit. Melalui foto udara dan pengolahan secara fotogrametri 
maka akan diketahui bagaimana potensi longsor di bukit tersebut. Terlihat dari 
kenampakan bukit tersebut melalui stereoskop dimana saja bukit yang tertutup oleh 
vegetasi dan dimana saja bukit yang gersang atau gundul yang mungkin berpotensi longsor 
saat musim hujan tiba. 
Dengan analisis foto udara inilah didapatkan informasi yang berguna yang dapat 
dimanfaatkan masyarakat untuk menongkatkan kesejahteraannya. Tentunya dalam 
peningkatan kesejahteraan ini masyarakat harus tetap memerhatikan dampak yang 
ditimbulkan terhadap lingkungan sekitar agar kelestarian lingkungan tetap terjaga sebagai 
tempat untuk anak cucu kita hidup nantinya. 
Fotogram : Hasil Pengukuran Beda Tinggi dan Kontur pada Foto Udara 17
DAFTAR PUSTAKA 
Ligteriak, G.H. 1987, ” Dasar-dasar Fotogrametri – Interpretasi Foto Udara ”, Jakarta : UI 
– Press, 
http://salmanisaleh.files.wordpress.com/2013/03/6_garis-kontur.pdf diakses pada tanggal 
7 juni 2014 pada pukul 20.00 wib 
http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND.TEKNIK_SIPIL/196410181991011- 
ISKANDAR_MUDA_P/BAB_XIII_GARIS_KONTUR.pdf diakses pada tanggal 7 juni 
pada pukul 21.00 wib 
http://belajargeomatika.wordpress.com/2011/04/30/interpretasi-foto-udara- 
dengan-stereoskop/ diakses pada tanggal 7 juni pada pukul 21.10 wib 
Fotogram : Hasil Pengukuran Beda Tinggi dan Kontur pada Foto Udara 18

More Related Content

What's hot

Bab 5 pengadaan data
Bab 5 pengadaan dataBab 5 pengadaan data
Bab 5 pengadaan datameranai
 
Laporan praktikum ilmu ukur tanah
Laporan praktikum ilmu ukur tanahLaporan praktikum ilmu ukur tanah
Laporan praktikum ilmu ukur tanahfarlisazahra
 
Peta digital, peta analog, theodolit, total station
Peta digital, peta analog, theodolit, total stationPeta digital, peta analog, theodolit, total station
Peta digital, peta analog, theodolit, total stationRetno Pratiwi
 
Laporan praktikum 1 pengenalan alat
Laporan praktikum 1 pengenalan alatLaporan praktikum 1 pengenalan alat
Laporan praktikum 1 pengenalan alatAndi Azizah
 
Pertambangan : Peran Survei Pemetaan di Tambang
Pertambangan : Peran Survei Pemetaan di TambangPertambangan : Peran Survei Pemetaan di Tambang
Pertambangan : Peran Survei Pemetaan di TambangWachidatin N C
 
Laporan kdv akmal
Laporan kdv akmalLaporan kdv akmal
Laporan kdv akmalAkmal_sidiq
 
Laporan technician surveying/surveyor
Laporan technician surveying/surveyorLaporan technician surveying/surveyor
Laporan technician surveying/surveyorWahyuHafid
 
Teknik navigasi darat
Teknik navigasi daratTeknik navigasi darat
Teknik navigasi daratarifbogor
 
Laporan pengenalan alat
Laporan pengenalan alatLaporan pengenalan alat
Laporan pengenalan alatNopye Mariki
 
Pengenalan theodolit
Pengenalan theodolitPengenalan theodolit
Pengenalan theodolitRetno Pratiwi
 
Laporan praktikum ilmu ukur tanah theodolit
Laporan praktikum ilmu ukur tanah theodolitLaporan praktikum ilmu ukur tanah theodolit
Laporan praktikum ilmu ukur tanah theodolitRpbowo
 
Tugas makalah ilmu ukur tambang
Tugas makalah ilmu ukur tambangTugas makalah ilmu ukur tambang
Tugas makalah ilmu ukur tambangSylvester Saragih
 
pengenalan GNSS
pengenalan GNSSpengenalan GNSS
pengenalan GNSSirfanade1
 
Survei dan Pemetaan Menggunakan GPS
Survei dan Pemetaan Menggunakan GPSSurvei dan Pemetaan Menggunakan GPS
Survei dan Pemetaan Menggunakan GPSbramantiyo marjuki
 

What's hot (20)

Bab 5 pengadaan data
Bab 5 pengadaan dataBab 5 pengadaan data
Bab 5 pengadaan data
 
Bahan presentasi Ukur Tanah
Bahan presentasi Ukur TanahBahan presentasi Ukur Tanah
Bahan presentasi Ukur Tanah
 
Laporan praktikum ilmu ukur tanah
Laporan praktikum ilmu ukur tanahLaporan praktikum ilmu ukur tanah
Laporan praktikum ilmu ukur tanah
 
Peta digital, peta analog, theodolit, total station
Peta digital, peta analog, theodolit, total stationPeta digital, peta analog, theodolit, total station
Peta digital, peta analog, theodolit, total station
 
Laporan praktikum 1 pengenalan alat
Laporan praktikum 1 pengenalan alatLaporan praktikum 1 pengenalan alat
Laporan praktikum 1 pengenalan alat
 
Pertambangan : Peran Survei Pemetaan di Tambang
Pertambangan : Peran Survei Pemetaan di TambangPertambangan : Peran Survei Pemetaan di Tambang
Pertambangan : Peran Survei Pemetaan di Tambang
 
Laporan kdv akmal
Laporan kdv akmalLaporan kdv akmal
Laporan kdv akmal
 
Laporan Praktikhum IUT
Laporan Praktikhum IUTLaporan Praktikhum IUT
Laporan Praktikhum IUT
 
Laporan technician surveying/surveyor
Laporan technician surveying/surveyorLaporan technician surveying/surveyor
Laporan technician surveying/surveyor
 
Teknik navigasi darat
Teknik navigasi daratTeknik navigasi darat
Teknik navigasi darat
 
Laporan pengenalan alat
Laporan pengenalan alatLaporan pengenalan alat
Laporan pengenalan alat
 
Pengenalan theodolit
Pengenalan theodolitPengenalan theodolit
Pengenalan theodolit
 
pengantar fotogrametri kuliah 1
pengantar fotogrametri kuliah 1pengantar fotogrametri kuliah 1
pengantar fotogrametri kuliah 1
 
Laporan praktikum ilmu ukur tanah theodolit
Laporan praktikum ilmu ukur tanah theodolitLaporan praktikum ilmu ukur tanah theodolit
Laporan praktikum ilmu ukur tanah theodolit
 
Inderaja dan sig
Inderaja dan sigInderaja dan sig
Inderaja dan sig
 
Tugas makalah ilmu ukur tambang
Tugas makalah ilmu ukur tambangTugas makalah ilmu ukur tambang
Tugas makalah ilmu ukur tambang
 
pengenalan GNSS
pengenalan GNSSpengenalan GNSS
pengenalan GNSS
 
Survei dan Pemetaan Menggunakan GPS
Survei dan Pemetaan Menggunakan GPSSurvei dan Pemetaan Menggunakan GPS
Survei dan Pemetaan Menggunakan GPS
 
TOPOGRAFI, SURVEY DAN PEMETAAN
TOPOGRAFI, SURVEY DAN PEMETAANTOPOGRAFI, SURVEY DAN PEMETAAN
TOPOGRAFI, SURVEY DAN PEMETAAN
 
Fotogrametri
Fotogrametri Fotogrametri
Fotogrametri
 

Viewers also liked

Accuracy of UAV Photogrammetry
Accuracy of UAV PhotogrammetryAccuracy of UAV Photogrammetry
Accuracy of UAV Photogrammetrybaselinesurvey
 
Laporan vertical photograpy
Laporan vertical photograpyLaporan vertical photograpy
Laporan vertical photograpySyaefudin Volk
 
Pengukuran tinggi 2014_final
Pengukuran tinggi 2014_finalPengukuran tinggi 2014_final
Pengukuran tinggi 2014_finalPlung's Somad
 
DSM Generation Using High Resolution UAV Images
DSM Generation Using High Resolution UAV ImagesDSM Generation Using High Resolution UAV Images
DSM Generation Using High Resolution UAV ImagesBiplov Bhandari
 
Cara pengukuran menggunakan total station
Cara pengukuran menggunakan total station Cara pengukuran menggunakan total station
Cara pengukuran menggunakan total station Edho Wiranata
 
Foto Udara menggunakan Pesawat tanpa awak - UAV
Foto Udara menggunakan Pesawat tanpa awak - UAVFoto Udara menggunakan Pesawat tanpa awak - UAV
Foto Udara menggunakan Pesawat tanpa awak - UAVAnton Suprojo
 
Kerangka acuan kerja survey pemetaan topografi
Kerangka acuan kerja survey pemetaan topografiKerangka acuan kerja survey pemetaan topografi
Kerangka acuan kerja survey pemetaan topografiAnindya N. Rafitricia
 

Viewers also liked (8)

Theodolit topcon
Theodolit topconTheodolit topcon
Theodolit topcon
 
Accuracy of UAV Photogrammetry
Accuracy of UAV PhotogrammetryAccuracy of UAV Photogrammetry
Accuracy of UAV Photogrammetry
 
Laporan vertical photograpy
Laporan vertical photograpyLaporan vertical photograpy
Laporan vertical photograpy
 
Pengukuran tinggi 2014_final
Pengukuran tinggi 2014_finalPengukuran tinggi 2014_final
Pengukuran tinggi 2014_final
 
DSM Generation Using High Resolution UAV Images
DSM Generation Using High Resolution UAV ImagesDSM Generation Using High Resolution UAV Images
DSM Generation Using High Resolution UAV Images
 
Cara pengukuran menggunakan total station
Cara pengukuran menggunakan total station Cara pengukuran menggunakan total station
Cara pengukuran menggunakan total station
 
Foto Udara menggunakan Pesawat tanpa awak - UAV
Foto Udara menggunakan Pesawat tanpa awak - UAVFoto Udara menggunakan Pesawat tanpa awak - UAV
Foto Udara menggunakan Pesawat tanpa awak - UAV
 
Kerangka acuan kerja survey pemetaan topografi
Kerangka acuan kerja survey pemetaan topografiKerangka acuan kerja survey pemetaan topografi
Kerangka acuan kerja survey pemetaan topografi
 

Similar to FOTOGRAM

Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Pratiwi)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Pratiwi)Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Pratiwi)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Pratiwi)Luhur Moekti Prayogo
 
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Interpretasi Citra)
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Interpretasi Citra)Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Interpretasi Citra)
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Interpretasi Citra)Nurul Afdal Haris
 
436946807-Ppt-Kd-3-3-Pemanfaatan-Peta-Penginderaan-Jauh-Dan-Sig.pptx
436946807-Ppt-Kd-3-3-Pemanfaatan-Peta-Penginderaan-Jauh-Dan-Sig.pptx436946807-Ppt-Kd-3-3-Pemanfaatan-Peta-Penginderaan-Jauh-Dan-Sig.pptx
436946807-Ppt-Kd-3-3-Pemanfaatan-Peta-Penginderaan-Jauh-Dan-Sig.pptxDoniSiahaan1
 
iv-penginderaan-jauh.pptx
iv-penginderaan-jauh.pptxiv-penginderaan-jauh.pptx
iv-penginderaan-jauh.pptxrioprayogo2
 
SIG dan Pemetaan Pertemuan ke III (Konsep Dasar Penginderaan Jauh)
SIG dan Pemetaan Pertemuan ke III (Konsep Dasar Penginderaan Jauh)SIG dan Pemetaan Pertemuan ke III (Konsep Dasar Penginderaan Jauh)
SIG dan Pemetaan Pertemuan ke III (Konsep Dasar Penginderaan Jauh)Amos Pangkatana
 
Citra penginderaan jauh dan contohnya
Citra penginderaan jauh dan contohnyaCitra penginderaan jauh dan contohnya
Citra penginderaan jauh dan contohnyaAgus Candra
 
Remote Sensing For Geomorphology, Image Processing, Short Tutorial Using ArcG...
Remote Sensing For Geomorphology, Image Processing, Short Tutorial Using ArcG...Remote Sensing For Geomorphology, Image Processing, Short Tutorial Using ArcG...
Remote Sensing For Geomorphology, Image Processing, Short Tutorial Using ArcG...bramantiyo marjuki
 
25 modul belajar_geografi
25 modul belajar_geografi25 modul belajar_geografi
25 modul belajar_geografiAlfian Sambanyu
 
Makalah penginderaan jauh samsia
Makalah penginderaan jauh samsiaMakalah penginderaan jauh samsia
Makalah penginderaan jauh samsiaWarnet Raha
 
Peran penginderaan jauh dalam perencanaan pembangunan zamria
Peran penginderaan jauh dalam perencanaan pembangunan zamriaPeran penginderaan jauh dalam perencanaan pembangunan zamria
Peran penginderaan jauh dalam perencanaan pembangunan zamriaOperator Warnet Vast Raha
 
Pengertian Fotogrametri dan Penginderaan Jauh
Pengertian Fotogrametri dan Penginderaan JauhPengertian Fotogrametri dan Penginderaan Jauh
Pengertian Fotogrametri dan Penginderaan JauhAlrezPahlevi
 
Aplikasi dan satelit penginderaan...pptx
Aplikasi dan satelit penginderaan...pptxAplikasi dan satelit penginderaan...pptx
Aplikasi dan satelit penginderaan...pptxDitasariNabila1
 
Penginderaan Jauh.pptx
Penginderaan Jauh.pptxPenginderaan Jauh.pptx
Penginderaan Jauh.pptxIqbalTawaqal7
 

Similar to FOTOGRAM (20)

Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Pratiwi)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Pratiwi)Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Pratiwi)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Pratiwi)
 
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Interpretasi Citra)
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Interpretasi Citra)Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Interpretasi Citra)
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (Interpretasi Citra)
 
Jl
JlJl
Jl
 
436946807-Ppt-Kd-3-3-Pemanfaatan-Peta-Penginderaan-Jauh-Dan-Sig.pptx
436946807-Ppt-Kd-3-3-Pemanfaatan-Peta-Penginderaan-Jauh-Dan-Sig.pptx436946807-Ppt-Kd-3-3-Pemanfaatan-Peta-Penginderaan-Jauh-Dan-Sig.pptx
436946807-Ppt-Kd-3-3-Pemanfaatan-Peta-Penginderaan-Jauh-Dan-Sig.pptx
 
iv-penginderaan-jauh.pptx
iv-penginderaan-jauh.pptxiv-penginderaan-jauh.pptx
iv-penginderaan-jauh.pptx
 
Makalah penginderaan jauh samsia
Makalah penginderaan jauh samsiaMakalah penginderaan jauh samsia
Makalah penginderaan jauh samsia
 
laporan penginderaan jauh tahap 5
laporan penginderaan jauh tahap 5laporan penginderaan jauh tahap 5
laporan penginderaan jauh tahap 5
 
SIG dan Pemetaan Pertemuan ke III (Konsep Dasar Penginderaan Jauh)
SIG dan Pemetaan Pertemuan ke III (Konsep Dasar Penginderaan Jauh)SIG dan Pemetaan Pertemuan ke III (Konsep Dasar Penginderaan Jauh)
SIG dan Pemetaan Pertemuan ke III (Konsep Dasar Penginderaan Jauh)
 
Citra penginderaan jauh dan contohnya
Citra penginderaan jauh dan contohnyaCitra penginderaan jauh dan contohnya
Citra penginderaan jauh dan contohnya
 
Remote Sensing For Geomorphology, Image Processing, Short Tutorial Using ArcG...
Remote Sensing For Geomorphology, Image Processing, Short Tutorial Using ArcG...Remote Sensing For Geomorphology, Image Processing, Short Tutorial Using ArcG...
Remote Sensing For Geomorphology, Image Processing, Short Tutorial Using ArcG...
 
25 modul belajar_geografi
25 modul belajar_geografi25 modul belajar_geografi
25 modul belajar_geografi
 
Acara1
Acara1Acara1
Acara1
 
Makalah penginderaan jauh samsia
Makalah penginderaan jauh samsiaMakalah penginderaan jauh samsia
Makalah penginderaan jauh samsia
 
Peran penginderaan jauh dalam perencanaan pembangunan zamria
Peran penginderaan jauh dalam perencanaan pembangunan zamriaPeran penginderaan jauh dalam perencanaan pembangunan zamria
Peran penginderaan jauh dalam perencanaan pembangunan zamria
 
Penginderaan jauh erna
Penginderaan jauh ernaPenginderaan jauh erna
Penginderaan jauh erna
 
Makalah penginderaan jauh samsia
Makalah penginderaan jauh samsiaMakalah penginderaan jauh samsia
Makalah penginderaan jauh samsia
 
Pengertian Fotogrametri dan Penginderaan Jauh
Pengertian Fotogrametri dan Penginderaan JauhPengertian Fotogrametri dan Penginderaan Jauh
Pengertian Fotogrametri dan Penginderaan Jauh
 
Aplikasi dan satelit penginderaan...pptx
Aplikasi dan satelit penginderaan...pptxAplikasi dan satelit penginderaan...pptx
Aplikasi dan satelit penginderaan...pptx
 
Penginderaan Jauh.pptx
Penginderaan Jauh.pptxPenginderaan Jauh.pptx
Penginderaan Jauh.pptx
 
laporan penginderaan jauh tahap4
laporan penginderaan jauh tahap4laporan penginderaan jauh tahap4
laporan penginderaan jauh tahap4
 

Recently uploaded

Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatArfiGraphy
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxSlasiWidasmara1
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfNurulHikmah50658
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptxcontoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptxHR MUSLIM
 

Recently uploaded (20)

Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptxcontoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
 

FOTOGRAM

  • 1. I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kenampakan alam yang ada dibumi ini sangatlah bervariasi bentuk dan manfaatnya. Berbagai karakteristik kenampakan alam ini merupakan hal yang penting bagi akar ilmu tanah, pakar geologi, insinyur teknik sipil, perencana kota dan daerah, arsitek bentanglahan, pembangunan perumahan, pakar kehutanan dan lain sebagainya yang sangat bergantung pada karakteristik bentang lahan yang ada. Dalam melakukan aktifitasnya, tidak semua para ahli atau pakar-pakar dapat melihat karakteristik lahan yang ada di lapangan untuk melihat bagaimana kenampakan yang ada. Hal ini disebabkan adanya keterbatasan yang ada seperti medan yang sulit, keterjangkauan pandangan yang terbatas, biaya yang sangat mahal dan lain sebagainya. Namun dengan berkembangnya waktu, khususnya pada era modernisasi dimana IPTEK berkembang secara pesat di muka bumi ini, perkembangan teknologi penginderaan jauh maupun sistem informasi geografi juga mengalami perkembangan yang cukup pesat. Salah satu aplikasi dari penginderaan jauh adalah pada bidang ilmu fotogrametri. Fotogrametri sendiri dapat didefinisikan sebagai suatu seni, pengetahuan, dan teknologi untuk memperoleh data dan informasi tentang suatu objek serta keadaan disekitarnya melalui suatu proses pencatatan, pengukuran, dan interpretasi bayangan fotografis (hasil pemotretan). Aplikasi fotogrametri yang paling utama ialah survey dan kompilasi peta topografik berdasarkan pengukuran dan informasi yang diperoleh dari foto udara atau citra satelit. Meskipun fotogrametri merupakan sebagian dari kegiatan pemetaan, namun fotogrametri merupakan jantung dari kegiatan tersebut. Hal ini dikarenakan fotogrametri merupakan cara deiniasi yang aktual pada detil peta. Oleh karena itu pemahaman mengenai fotogrametri sangat diperlukan sebagai landasan untuk pemetaan dan analisis wilayah yang terkait erat dengan penataan ruang. Fotogram : Hasil Pengukuran Beda Tinggi dan Kontur pada Foto Udara 1
  • 2. 1.2 Tujuan dan Manfaat Melihat dari segi latar belakang yang telah di paparkan sebelumnya, adapun tujuan dan manfaat dalam mempelajari fotogrametri ini diantaranya ialah : a. Mahasiswa mampu menginterpretasikan foto udara berdasarkan teori yang sebelumnya telah dijelaskan dalam perkuliahan Penginderaan Jauh sesuai dengan standar operasional prosedur. b. Mahasiswa mampu menganalisis dan mengidentifikasi suatu objek atau wilayah dengan menggunakan stereoskop cermin. c. Mahasiswa dapat menghitung beda tinggi dan jumlah kontur di sekitar wilayah bendungan pada foto udara. d. Sebagai tugas akhir mata kuliah fotogrametri. Fotogram : Hasil Pengukuran Beda Tinggi dan Kontur pada Foto Udara 2
  • 3. II LANDASAN TEORI 2.1 Fotogrametri Fotogrametri berasal dari kata photos yang berarti sinar, gramma yang berarti tergambar atau ditulis, dan metron yang berarti mengukur yang berasal dari bahasa Yunani. Oleh karena itu menurut asal bahasanya fotogrametri berarti pengukuran secara grafik dengan menggunakan sinar. (Thompson, 1980 dalam Sutanto, 1983) Sedangkan menurut Kiefer (1993) Fotogrametri merupakan ilmu, seni dan teknologi untuk memperoleh ukuran terpercaya dari foto udara. American Society of Photogrammetry (1979) dalam Wolf (1993), mendefinisikan fotogrametri tersebut sebagai seni, ilmu dan teknologi untuk memperoleh informasi terpercaya tentang obyek fisik dan lingkungan melalui proses perekaman, pengukuran dan interpretasi gambaran fotografik dan pola radiasi tenaga elektromagnetik yang terekam. Sejarah fotogrametri sebagai sains diawali jauh sebelum diketemukannya fotografi. Diantaranya ialah Aristhoteles pada tahun 350 SM menemukan sistem pemroyeksian citra secara optis. Dr. Brook Taylor dan J.H. Lambert memperkenalkan prinsip perspektif untuk pembuatan peta. Dalam perkembangan kamera dan fotografi ada sejumlah nama lainnya yang tidak tidak disebutkan satu persatu. Fotogrametri dengan penggunaan foto udaranya secara praktis oleh Louis Daguerre asal Paris tahun 1839 dengan proses fotografik secara langsung. Seorang Perancis lainnya yakni Colonel Aime Laussedat pada tahun 1849 menggunakan foto udara untuk pemetaan topografi yang kemudian dikenal sebagai bapak fotogrametri. Waktu itu, pemotretan dilakukan dengan wahana balon udara dan layang-layang besar. Penemuan pesawat udara oleh Wright bersaudara pada tahun 1902 membawa fotogrametri udara menjadi modern saat itu. Untuk aplikasi pembuatan peta topografi pemotretan dengan pesawat udara dilakukan untuk pertama kalinya adalah pada tahun 1913. Prosedur analisis fotogrametri dapat berkisar dari mengukur jarak dan elevasi kurang teliti dengan menggunakan alat yang relatif kurang canggih dan memanfaatkan konsep geometrik yang sederhana hingga menghasilkan peta, hingga perolehan ukuran dan peta yang sangat tepat dengan menggunakan alat yang canggih dan dengan teknik Fotogram : Hasil Pengukuran Beda Tinggi dan Kontur pada Foto Udara 3
  • 4. perhitungan yang rumit. Walaupun sebagian besar terapan fotogrametri berhubungan dengan foto udara, tetapi foto terestrial (dipotret dengan kamera dari muka bumi) juga dapat digunakan. Penggunaan teknik fotogrametri terestrial berkisar dari perekam secara tepat pemandangan kecelakaan mobil hingga pemetaan tubuh manusia dalam bidang kedokteran. 2.2 Interpretasi Citra Interpretasi foto merupakan salah satu dari macam pekerjaan fotogrametri yang ada sekarang ini. Interpretasi foto termasuk didalamnya kegiatan-kegiatan pengenalan dan identifikasi suatu objek. Dengan kata lain interpretasi foto merupakan kegiatan yang mempelajari bayangan foto secara sistematis untuk tujuan identifikasi atau penafsiran objek. Menurut Este dan Simonett, (1975) Interpretasi citra merupakan perbuatan mengkaji foto udara atau citra dengan maksud untuk mengidentifikasi objek dan menilai arti pentingnya objek tersebut. Jadi di dalam interpretasi citra, penafsir mengkaji citra dan berupaya mengenali objek melalui tahapan kegiatan, yaitu: 1. Deteksi 2. Identifikasi 3. Analisis Di dalam menginterpretasikan suatu foto udara diperlukan pertimbangan pada karakteristik dasar citra foto udara. Interpretasikan citra ini dapat dilakukan dengan dua cara yakni cara visual atau manual dan pendekatan digital. Keduanya mempunyai prinsip yang hampir sama. Pada cara digital hal yang diupayakan antara lain agar interpretasi lebih pasti dengan memperlakukan data secara kuantitatif. Pendekatan secara digital mendasarkan pada nilai spektral perpixel dimana tingkat abstraksinya lebih rendah dibandingkan dengan cara manual. 2.2.1 Unsur Interpretasi Citra Dengan karakteristik dasar citra foto dapat membantu serta membedakan penafsiran objek – objek yang tampak pada foto udara. Berikut tujuh karakteristik dasar citra foto yaitu : Fotogram : Hasil Pengukuran Beda Tinggi dan Kontur pada Foto Udara 4
  • 5. 1. Rona dan Warna Rona atau tone adalah tingkat kecerahan atau kegelapan suatu objek yang terdapat pada foto udara atau pada citra lainnya. Rona sendiri ini berkaitan dengan pantulan sinar oleh objek. 2. Bentuk Bentuk-bentuk atau gambar yang terdapat pada foto udara merupakan konfigurasi atau kerangka suatu objek.Bentuk merupakan ciri yang jelas, sehingga banyak objek yang dapat dikenali hanya berdasarkan bentuknya saja. 3. Ukuran Ukuran merupakan ciri objek yang antara lain berupa jarak, luas, tinggi lereng dan volume. Ukuran objek pada citra berupa skala, karena itu dalam memanfaatkan ukuran sebagai interpretasi citra, harus selalu diingat skalanya.Contoh: Lapangan olah raga sepakbola dicirikan oleh bentuk (segi empat) dan ukuran yang tetap, yakni sekitar (80 m - 100 m). 4. Tekstur Tekstur adalah frekwensi perubahan rona pada citra.Ada juga yang mengatakan bahwa tekstur adalah pengulangan pada rona kelompok objek yang terlalu kecil untuk dibedakan secara individual. Tekstur dinyatakan dengan: kasar, halus, dan sedang Misalnya: Hutan bertekstur kasar, belukar bertekstur sedang dan semak bertekstur halus. 5. Pola Pola atau susunan keruangan merupakan ciri yang menandai bagi banyak objek bentukan manusia dan bagi beberapa objek alamiah. Contoh: Pola aliran sungai menandai struktur geologis. 6. Bayangan Bayangan bersifat menyembunyikan detail atau objek yang berada di daerah gelap. Meskipun demikian, bayangan juga dapat merupakan kunci pengenalan yang penting bagi beberapa objek yang justru dengan adanya bayangan menjadi lebih jelas. Contoh: Lereng terjal tampak lebih jelas dengan adanya bayangan, begitu juga cerobong asap dan menara, tampak lebih jelas dengan adanya bayangan. Fotogram : Hasil Pengukuran Beda Tinggi dan Kontur pada Foto Udara 5
  • 6. 7. Situs Situs adalah letak suatu objek terhadap objek lain di sekitarnya. Misalnya permukiman pada umumnya memanjang pada pinggir beting pantai, tanggul alam atau sepanjang tepi jalan. Juga persawahan, banyak terdapat di daerah dataran rendah, dan sebagainya. 8. Asosiasi Asosiasi adalah keterkaitan antara objek yang satu dengan objek yang lainnya. Contoh: Stasiun kereta api berasosiasi dengan jalan kereta api yang jumlahnya lebih dari satu (bercabang). 2.3 Stereoskop Stereoskop adalah alat yang biasanya digunakan untuk melihat bentuk tiga dimensi pasangan foto udara. Adapula yang menyatakan bahwa stereoskop ialah suatu alat yang digunakan untuk dapat melihat sepasang gambar atau foto secara stereoskopis. Menurut paine (1993) stereoskopi adalah ilmu pengetahuan tentang stereoskop yang menguraikan penggunaan penglihatan binocular untuk mendapatkan efek 3 dimensi (3D). Pandangan mata normal manusia sebenarnya secara alamiah dapat merekam obyek secara stereoskopik. Hanya saja sering kali kita tidak memperhatikan kemampuan tersebut. Juga tidak semua manusia dapat melakukannya, terutama bagi mereka yang kemampuan matanya tidak seimbang. Alat ini merupakan alat yang sangat penting dalam interpretasi citra, terutama bagi foto udara atau citra tertentu yang daripadanya dapat ditimbulkan perwujudan tiga dimensional. Stereoskop akan menghasilkan perwujudan yang berbeda atau bahkan tidak akan memberikan perwujudan jika mata sang pengamat memiliki kelainan. Stereoskop pada dasarnya terbagi menjadi 2, yaitu stereoskop lensa dan stereoskop cermin. Serangkaian foto udara akan nampak menjadi tampilan tiga dimensi dalam proses pengamatan stereoskopis jika:  Foto udara tersebut memiliki tampalan  Gambar dari foto udara tersebut memiliki sudut pengambilan yang berbeda dalam satu jalur terbang yang sama.  Foto yang diamati hendaklah memiliki skala yang sama. Fotogram : Hasil Pengukuran Beda Tinggi dan Kontur pada Foto Udara 6
  • 7. Selain dari syarat dari foto udara tersebut diatas, kemampuan dari setiap orang dalam menghasilkan efek tiga dimensional juga sangat bervariasi. Tidak setiap pengamat memiliki kemampuan yang sama dalam menghasilkan sebuah gambaran tiga dimensional pada serangkaian foto udara yang sama. Berberapa faktor seperti jarak pupil mata, jauh dekat kemampuan fokus pandang, dan lain-lain adalah sangat berpengaruh terhadap kemampuan seseorang menghasilkan gambaran tiga dimensional. Pertambahan usia seorang pengamat juga memungkinkan perubahan kemampuan pengamat tersebut dalam menghasilkan pandangan tiga dimensional. 2.3.1 Jenis - Jenis Steroskop Dari beraneka stereoskop yang digunakan hingga sekarang, stereoskop lensa atau stereoskop saku adalah yang paling sering digunakan karena harganya murah, mudah dibawa, cara kerja dan pemeliharaannya sederhana. Sebagian besar stereoskop lensa mempunyai spesifikasi yang sama yaitu : (1) sistem lensa yang fokusnya tertentu yaitu dengan pasangan stereo pada suatu fokus, (2) jarak lensa dapat disesuaikan terhadap jarak pupil mata, dan, (3) dapat dilipat serta dimasukkan ke dalam saku sehingga ia sering disebut stereoskop saku. Ukuran foto yang dapat dilihat bentuk tiga dimensinya terbatas sekitar 6 cm x 10 cm. Stereoskop saku ini mempunyai lensa positif yang biasanya mempunyai perbesaran 2,5 kali. Stereoskop ini memiliki kelemahan yang sama seperti pemakaian mata telanjang, yaitu jarak antar titik yang berpasangan tak boleh melebihi panjang basis mata (64 mm). Selain stereoskop saku, terdapat pula stereoskop cermin yang mempunyai ukuran yang lebih besar daripada streoskop saku. Stereoskop cermin dirancang untuk pengamatan stereokopik bagi pasangan foto stereo berukuran baku yang daerah pertampalannya luas yaitu 60 % atau lebih. Kekurangan dari streoskop cermin ini karena ukurannya yang besar sehingga agak sukar untuk membawa nya ke lapangan. Jarak stereonya, jarak antara satu objek yang teragambar pada pasangan foto stereo bila foto stereo itu dipasang di bawah pengamatan stereoskopik, dibuat jauh lebih besar dari jarak pupil mata, yaitu pada umumnya sejauh 25 cm sehingga dapat dihindarkan kendala tumpang tindih yang sering dialami pada pengamatan citra dengan menggunakan stereoskop lensa. Kekurangan stereoskop ini ialah ukurannya yang terlalu besar sehingga Fotogram : Hasil Pengukuran Beda Tinggi dan Kontur pada Foto Udara 7
  • 8. tidak mudah untuk dibawa ke lapangan dan harga nya yang sangat mahal dibanding stereoskop lensa biasa. 2.4 Paralaks Paralaks merupakan metode yang digunakan dengan melihat pada pergeseran dua titi tetap relative satu terhadap yang lain dilihat dari sudut pandang pengamat. Sedangkan menurut Paine (1993) paralaks mutlak dalah selisih aljabar, diukur sejajar garis terbang (sumbu x) dan sumbu-sumbu y yang berkaitan untuk dua gambar dari suatu titik pada sepasang foto udara yang stereoskopis. Untuk mengetahui besarnya paralaks mutlak dapat dilakukan dengan meletakkan jalur terbang pada foto. Sumbu x dari suatu titik adalah sejajar dengan arah jalur terbang. Setiap jalur terbang menjadi titik tengah dari foto-foto yang dihasilkan. Karena tampalan depan foto udara minimal 50%, maka setiap titik tengah foto udara akan terganbar pada foto berikutnya sebagai titi pindahan. Dengan menarik suatu garis dari titik tengah foto ke titik tengah pindahan berarti jalur terbang telah ditetapkan. Sedangkan Alat untuk mengukur paralaks disebut paralaks bar. Alat ini terdiri dari dari sebuah batang yang pada kedua ujungnya terpasang masing-masing lensa. Pada kedua lensa tersebut terdapat tanda berupa titik, silang atau lingkaran kecil yang disebut tanda apung (Floting mark) tanda di lensa sebelah kiri disebut fixed mark, karena pada batang terdapat titik merah atau hita, dimana orange yang akan menggunakanya harus menentukan konstanta batang paralaks dengan memilih salah satu titik tersebut. Bila telah ditetapkan titik merah, maka selanjutnya lensa kiri ini tidak diubah-ubah lagi (fixed). Lensa sebelah kanan memiliki tanda juga yang disebut half mark. Titik ini dapat digerakkan sesuai dengan posisinya pada objek yang dikehendaki dengan cara memutar-mutar skip micrometer. Paralaks bar ini berfungsi untuk mengukur beda paralaks pada suatu obyek di foto udara. Pengukuran beda paralaks tersebut kemudian bisa menentukan ukuran-ukuran dari obyek itu sendiri, meliputi panjang, lebar, luas, dan ketinggian. Paralaks bar ini mempunyai ketelitian yang lebih teliti daripada menggunakan mistar atau penggaris biasa. Fotogram : Hasil Pengukuran Beda Tinggi dan Kontur pada Foto Udara 8
  • 9. 2.5 Kontur Garis kontur (contour-line) adalah garis khayal pada peta yang menghubungkan titik-titik dengan ketinggian yang sama. Garis kontur disajikan di atas peta untuk memperlihatkan naik turunnya keadaan permukaan tanah, juga untuk memberikan informasi slope kemiringan tanah rata-rata), irisan profil memanjang permukaan tanah terhadap jalur proyek (bangunan) dan perhitungan galian serta timbunan (cut and fill) permukaan tanah asli terhadap ketinggian vertical garis proyek atau bangunan. Garis kontur dapat dibentuk dengan membuat proyeksi tegak garis-garis perpotongan bidang mendatar dengan permukaan bumi ke bidang mendatar peta. Karena peta umumnya dibuat dengan skala tertentu, maka untuk garis kontur ini juga akan mengalai pengecilan sesuai dengan skala peta. Fotogram : Hasil Pengukuran Beda Tinggi dan Kontur pada Foto Udara 9
  • 10. III METODE DAN PRAKTEK KERJA 3.1 Metode Adapun metode yang digunakan dalam praktikum ini ialah sebegai berikut : a. Metode penelitian Metode penelitian merupakan metode dengan melakukan penelitian pada obyek atau dalam hal ini ialah foto udara dengan menggunakan alat berupa stereoskop cermin dan paralaks bar. b. Metode kepustakaan Metode kepustakaan yaitu metode yang penulisannya bersumber dari berbagai sumber pustaka, diantaranya berupa buku, peta maupun literature lainnya. 3.2 Waktu Pelaksanaan Praktikum ini dilaksanakan pada : Waktu : Setiap hari senin dari bulan Februari hingga bulan juni 2014 Tempat : Ruang 407 A dan ruang micro teaching Gedung K FIS 3.3 Alat dan Bahan Dalam mengolah foto udara untuk mendapatkan informasi yang akurat diperlukan beberapa alat dan bahan, yaitu:  Bahan: Bahan dalam pengerjaan tugas penginderaan jauh ini berupa hasil citra udara yang telah difotokopi dengan fotokopi Xerox yang telah dilapisi plastic transparent dan dilapisi karton sebagai alasnya.  Alat: Alat penunjang adalah alat bantu dalam menginterpretasikan hasil citra dan digunakan untuk menganalisis bentukan lahan yang terekam. Alat-alat penunjangnya seperti berikut : 1. Steroskop cermin 2. Paralaks bar 3. pulpen OHP permanent Fotogram : Hasil Pengukuran Beda Tinggi dan Kontur pada Foto Udara 10
  • 11. 4. buku catatan 5. penggaris 60 cm 6. tisu dan alcohol atau minyak kayu putih 3.4 Standar Operasional Prosedur (SOP) 1. Siapkan dua lembar foto udara (Gambar A dan Gambar B) 2. Buatlah gambar silang dengan menggunakan penggaris pada tiap gambarnya untuk mencari titik perpotongan atau titik tengah 3. Siapkan kertas karton yang dimana ukurannya sedikit lebih besar dari foto udara sebagai alas. 4. Tempelkan pada karton gambar A sebelah kiri dengan menggunakan solatip disebelah sisi kiri karton. Kemudian letakan Gambar B disebelah kanan dan mencari tiga dimensi dan kesamaan gambar antara kedua nya dengan cara digerak-gerakan. Pada kegiatan kali ini, dilakukan dengan memakai stereoskop cermin. Tempel gambar 2 apabila kedua nya telah menyatu obyek pengamatnya. Jarak antara gambar A dengan gambar B antara 4 sampai 7 cm 5. Titik tengah atau perpotongan di gambar A diberi tanda titik disebut P1 dengan warna pulpen OHP yang beda dengan garis perpotongannya. Begitu pula dengan gambar B disebut P2. 6. Dengan menggunakan stereoskop cermin, cari titik P1 pada gambar B yang selanjutnya disebut P1’. Begitu pula dengan titik P2 pada gambar A disebut P2’. 7. Garislah secara horizontal dengan menghubungkan keempat titik tersebut dengan menggunakan penggaris. Garis tersebut yang disebut garis terbang. 8. Setelah itu buatlah garis secara tegak lurus atau vertical tepat pada titik perpotongan pada kedua gambar. 9. Dengan tetap menggunakan stereoskop cermin, tentukan 6 titik pada gambar A yang dapat berupa titik puncak ataupun lembah. Begitu pula dengan gambar B. symbol keenam titik ini untuk gambar A ialah (A, B, C, D, E, dan F). Namun pada gambar B symbol yang ada ialah (A’, B’, C’, D’, E’ dan F’). 10. Kemudian hitung jarak antara titik terhadap garis tegak lurus atau vertical dengan menggunakan penggaris. Lakukan pada tiap titik baik dari gambar A ataupun gambar Fotogram : Hasil Pengukuran Beda Tinggi dan Kontur pada Foto Udara 11
  • 12. B. Pada sisi kiri foto terhadap garis tegak lurus menunjukan angka negatif sedangkan sisi kanan terhadap garis tegak lurus menunjukan angka positif. 11. Melakukan perhitungan beda tinggi (P) dari masing-masing titik dengan cara : Contoh PA = XA – XA’. Begitu pula dengan keenam titik yang ada yakni PB, PC, PD, PE dan PF. 12. Setelah itu, kita lakukan perhitungan beda tinggi antara titik PA dengan titik PB yaitu dengan rumus : PAA’ = ……….. mm PBB’ = ………... mm PAB = PAA’ – PBB’ = ……….. mm Begitu pula dengan PCD dan PEF. 13. Setelah perhitungan manual selesai, maka cara selanjutnya ialah perhitungan dengan menggunakan paralaks bar. Perhitungannya yaitu dengan cara memposisikan titik pada lensa paralaks bar dengan titik puncak atau titik yang ada di foto udara pada gambar A dan gambar B. Bila lensa belum mencapai salah satu titik, maka kita data memutar skip micrometer nya hingga titik lensa dapat tepat berada di salah satu titik. 14. Langkah selanjutnya ialah perhitungan untuk menentukan jumlah kontur yakni dengan cara : PA dan PB dilihat memakai paralaks di tengah bendungan dan bayangan jatuhnya. Rumus : PA x skala (2500) = PB x skala (2500) = - ……………. mm 15. Langkah selanjutnya ialah perhitungan jarak per kontur dengan perhitungan : (PA x 25) – (PB x 25) = 25 ( n x 25) – (1 x 25) = 25 N – 25 = 25 N = 25 PB = N 25 PB = N Begitu pula untuk perhitungan PC, PD PE dan PF. Fotogram : Hasil Pengukuran Beda Tinggi dan Kontur pada Foto Udara 12
  • 13. 16. Langkah selanjutnya yakni membuat titik-titik vertical dari pertengahan bendungan sebanyak jumlah kontur seperti langkah nomor 14. 17. Selanjutnya yaitu membuat kontur PA dengan memakai paralaks menyusuri sungai sesuai dengan panjang paralaks yang ada. Untuk kontur PB disesuaikan dengan panjangnya dengan perhitungan nomor 14 juga. Normalnya hanya 4 – 5 kontur saja. Fotogram : Hasil Pengukuran Beda Tinggi dan Kontur pada Foto Udara 13
  • 14. IV HASIL PERHITUNGAN 4.1 Pengukuran Beda Tinggi Terhadap Obyek Dengan Cara Manual Titik Jarak Terhadap Garis Vertikal Titik Jarak Terhadap Garis Vertikal Beda Tinggi (P) PX = PX – PX‘ A 23.00 mm A’ - 41.00 mm 23.00 – (- 41.00) = 64.00 mm B 33.00 mm B’ - 33.00 mm 33.00 – (-33.00) = 66.00 mm C 25.00 mm C’ - 38.00 mm 25.00 – (-38.00) = 63.00 mm D 21.00 mm D’ - 42.00 mm 21.00 – (-42.00) = 63.00 mm E 58.00 mm E’ - 13.00 mm 58.00 – (-13.00) = 71.00 mm F 24.00 mm F’ - 42.00 mm 25.00 – (- 42.00) = 67.00 mm *Keterangan : semua tanda negative (-) bersifat mutlak Perbandingan beda tinggi antara kedua titik atau bisa juga antara puncak dan lembahnya. PAB = PA – PB = 64.00 mm – 66.00 mm = -2.00 mm PCD = PC – PD = 63.00 mm – 63.00 mm = 0 mm PEF = PE – PF = 71.00 mm – 67.00 mm = 4.00 mm 4.2 Pengukuran Beda Tinggi Terhadap Obyek Dengan Menggunakan Paralaks PA = 28.50 PB = 30.45 PC = 26.15 PD = 26.15 PE = 35.00 PF = 31.00 Fotogram : Hasil Pengukuran Beda Tinggi dan Kontur pada Foto Udara 14
  • 15. PAB = PA-PB = 28.50 – 30.45 = -1.95 mm PCD = PC-PD = 26.15 – 26.15 = 0 mm PEF = PE-PF = 35.45 – 31.55 = 3.9 mm 4.3 Perbandingan Hasil Perhitungan Manual dengan Paralaks/ Bar PAB PCD Manual : 2.00 mm Manual : 0 mm Paralaks : 1.95 mm Paralaks : 0 mm Selisih : 0.05 mm Selisih : 0 mm PEF Manual : 4 mm Paralaks : 3.9 mm Selisih : 0.1 mm 4.4 Perhitungan jumlah kontur Rumus : PA x Skala = 24.50 x 2500 = 612.5 = 61.25 PB x Skala = 22.85 x 2500 = 57125 = 57.12 - = 4.13 atau digenapkan menjadi 4 kontur. 4.5 Perhitungan jarak antar kontur a. (PA x 25) – (PB x 25) = 25 (61.25 x 25) – (1 x 25) = 25 1531.25 – 25 = 25 1506.25 = 25 PB = 1506.25 25 PB = 60.25 b. (PB x 25) – (PC x 25) = 25 (60.25 x 25) – (1 x 25) = 25 1506.25 – 25 = 25 1481.25 = 25 PC = 1481.25 25 Fotogram : Hasil Pengukuran Beda Tinggi dan Kontur pada Foto Udara 15
  • 16. PC = 59.25 c. (PC x 25) – (PD x 25) = 25 (59.25 x 25) – (1 x 25) = 25 1481.25 – 25 = 25 1456.25 = 25 PD = 1456.25 25 PD = 58.25 d. (PD x 25) – (PE x 25) = 25 (58.25 x 25) – (1 x 25) = 25 1456.25 – 25 = 25 1431.25 = 25 PE = 1431.25 25 PE = 57.25 e. (PE x 25) – (PF x 25) = 25 (57.25 x 25) – (1 x 25) = 25 1431.25 – 25 = 25 1406.25 = 25 PF = 1406.25 25 PF = 56.25 Fotogram : Hasil Pengukuran Beda Tinggi dan Kontur pada Foto Udara 16
  • 17. V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Fotogrametri dapat terdefinisikan sebagai seni, ilmu dan teknologi untuk memperoleh informasi terpercaya tentang obyek fisik dan lingkungan melalui proses perekaman, pengukuran dan interpretasi gambaran fotografik dan pola radiasi tenaga elektromagnetik yang terekam. Dalam menginterpretasikan pasangan foto udara ini, hasil tangkapan bentang lahan dilihat dengan menggunakan suatu alat yang dinamakan stereoskop. Stereoskop sendiri adalah alat yang biasanya digunakan untuk melihat bentuk tiga dimensi pasangan foto udara. Berkaitan dengan fungsi stereoskop ini, pengamat dapat menentukan bentukan lahan yang ada dan melakukan pengukuran seperti beda tinggi, kontur atau bahkan volume dari bentang yang ada. Jika keseluruhan pengolahan foto udara sudah diketahui maka akan lebih mudah dalam melakukan analisis pada sebuah foto. Misalnya menentukan potensi bahaya longsor pada sebuah bukit. Melalui foto udara dan pengolahan secara fotogrametri maka akan diketahui bagaimana potensi longsor di bukit tersebut. Terlihat dari kenampakan bukit tersebut melalui stereoskop dimana saja bukit yang tertutup oleh vegetasi dan dimana saja bukit yang gersang atau gundul yang mungkin berpotensi longsor saat musim hujan tiba. Dengan analisis foto udara inilah didapatkan informasi yang berguna yang dapat dimanfaatkan masyarakat untuk menongkatkan kesejahteraannya. Tentunya dalam peningkatan kesejahteraan ini masyarakat harus tetap memerhatikan dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan sekitar agar kelestarian lingkungan tetap terjaga sebagai tempat untuk anak cucu kita hidup nantinya. Fotogram : Hasil Pengukuran Beda Tinggi dan Kontur pada Foto Udara 17
  • 18. DAFTAR PUSTAKA Ligteriak, G.H. 1987, ” Dasar-dasar Fotogrametri – Interpretasi Foto Udara ”, Jakarta : UI – Press, http://salmanisaleh.files.wordpress.com/2013/03/6_garis-kontur.pdf diakses pada tanggal 7 juni 2014 pada pukul 20.00 wib http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND.TEKNIK_SIPIL/196410181991011- ISKANDAR_MUDA_P/BAB_XIII_GARIS_KONTUR.pdf diakses pada tanggal 7 juni pada pukul 21.00 wib http://belajargeomatika.wordpress.com/2011/04/30/interpretasi-foto-udara- dengan-stereoskop/ diakses pada tanggal 7 juni pada pukul 21.10 wib Fotogram : Hasil Pengukuran Beda Tinggi dan Kontur pada Foto Udara 18